Perusahaan: Microsoft

  • WhatsApp Jadi Target Hacker Rusia

    WhatsApp Jadi Target Hacker Rusia

    Jakarta

    Sebuah kelompok phishing yang didukung oleh Badan Keamanan Federal Rusia (FSB), melakukan kampanye baru yang bertujuan untuk membobol akun WhatsApp dan mendapatkan akses ke pesan dan data mereka, demikian menurut Microsoft.

    Para peneliti Microsoft dalam sebuah postingan yang diunggah di blog resmi pada Kamis (16/1/2025) mengatakan bahwa para hacker yang terkait dengan Dinas Keamanan Federal Rusia, atau FSB, mengirim email ke target tertentu yang meminta mereka untuk bergabung dengan grup WhatsApp.

    Pesan-pesan phishing tersebut sering kali terlihat seperti berasal dari seorang pejabat pemerintah AS dan berisi kode QR yang konon akan memberikan rincian tentang inisiatif yang dimaksudkan untuk mendukung Ukraina dalam perang yang sedang berlangsung melawan Rusia.

    Microsoft tidak mengatakan apakah salah satu dari upaya penyusupan tersebut berhasil membobol sistem. Menurut Microsoft, serangan siber tersebut terkait dengan Star Blizzard, sebuah kelompok peretasan yang diduga didukung oleh negara sebagaimana dilansir detiKINET dari The Straits Times, Minggu (19/1/2025).

    Departemen Kehakiman AS telah menyita atau menghapus 180 situs web yang terkait dengan kelompok tersebut sejak Oktober dengan bantuan Microsoft, kata perusahaan yang berbasis di Redmond, Washington.

    Juru bicara WhatsApp mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa perusahaan melindungi percakapan pribadi dengan enkripsi end-to-end, dan mendorong pengguna untuk hanya mengklik tautan dari orang yang mereka kenal dan percayai.

    Kedutaan Besar Rusia di Washington tidak segera menanggapi permintaan komentar. Badan Keamanan Siber dan Infrastruktur AS, atau Cisa, pada bulan Desember mengatakan bahwa kelompok Star Blizzard hampir pasti terkait dengan FSB Rusia, dengan mengutip sejarah kelompok tersebut yang mencoba mengkompromikan politisi, akademisi, dan orang-orang Amerika dan Inggris di sektor pertahanan.

    Star Blizzard mengkhususkan diri dalam meneliti target potensial di media sosial, menemukan kontak profesional mereka, dan membuat akun email yang menyamar sebagai rekan terpercaya mereka, kata Cisa.

    (jsn/jsn)

  • Wall Street Tutup Pekan Terbaiknya Dalam 2 Bulan

    Wall Street Tutup Pekan Terbaiknya Dalam 2 Bulan

    Jakarta, Beritasatu.com – Indeks utama Wall Street menutup pekan terbaiknya dalam dua bulan terakhir pada Jumat (17/1/2025). S&P 500 menguat 59,32 poin menjadi 5.996,66. Dow Jones Industrial Average naik 334,70 poin menjadi 43.487,83, dan Nasdaq Composite melonjak 291,91 poin menjadi 19.630,20.

    Dilansir dari AP, kenaikan ini dipimpin oleh SLB, perusahaan penyedia layanan ladang minyak, yang melaporkan laba dan pendapatan lebih tinggi dari perkiraan analis pada akhir 2024. Saham SLB melonjak 6,1% setelah meningkatkan dividen sebesar 3,6% dan mengumumkan pembelian kembali saham senilai US$ 2,3 miliar.

    Saham-saham teknologi raksasa, yang dikenal sebagai magnificent seven turut menjadi pendorong utama penguatan indeks. Alphabet, Amazon, Apple, Meta Platforms, Microsoft, Nvidia, dan Tesla, semuanya mencatatkan kenaikan signifikan, sehingga memberikan dampak besar pada S&P 500 karena bobot besar mereka dalam indeks tersebut.

    Namun, kelompok ini sempat berada di bawah tekanan karena kekhawatiran mengenai valuasi saham yang dinilai terlalu tinggi, terutama setelah kenaikan imbal hasil Treasury. Kenaikan imbal hasil sering kali menekan harga investasi, terutama saham yang dianggap mahal.

    Optimisme dari Data Inflasi
    Pasar saham secara umum terdorong oleh data inflasi AS yang lebih baik dari perkiraan, meningkatkan harapan bahwa Federal Reserve akan memangkas suku bunga lebih lanjut pada tahun ini. Penurunan suku bunga yang dimulai pada September telah melonggarkan tekanan ekonomi, meski di sisi lain berpotensi memicu inflasi.

    Ketidakpastian pasar juga dipengaruhi oleh kebijakan “Trumponomics 2.0” dari Presiden AS terpilih Donald Trump, termasuk rencana tarif baru dan pemotongan pajak. Langkah ini dikhawatirkan dapat mendorong inflasi atau ekspektasi inflasi lebih tinggi.

    Pada saat Wall Street mencatat akhir pekan terbaiknya, di pasar global, indeks saham Eropa juga menguat, sementara Asia ditutup lebih beraga,. Indeks saham China naik tipis setelah pemerintah melaporkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5% pada 2024. 

  • Awas ‘Peretas Hantu’ Bobol Rekening Pengguna iPhone, Android & Windows

    Awas ‘Peretas Hantu’ Bobol Rekening Pengguna iPhone, Android & Windows

    Jakarta

    FBI baru-baru ini mengeluarkan peringatan tentang modus penipuan baru yang disebut “hacker hantu” setelah seorang wanita di Chicago kehilangan USD 20.000 (sekitar Rp300 juta). Modus operandi penipuan ini melibatkan korban yang ditipu untuk menginstal aplikasi berbahaya di perangkat mereka – baik itu iPhone, Android, maupun Windows – yang memungkinkan penipu mengakses rekening bank mereka.

    Kasus di Chicago menjadi contoh nyata bagaimana penipuan ini bekerja. Korban menerima telepon dari seseorang yang mengaku sebagai perwakilan layanan pelanggan banknya. Penipu tersebut meyakinkan korban bahwa ada aktivitas mencurigakan di rekeningnya dan menginstruksikan korban untuk mengunduh aplikasi agar “masalahnya” dapat diperbaiki.

    Tanpa disadari korban, aplikasi yang diunduh tersebut adalah malware yang memberikan akses penuh kepada penipu ke perangkat korban, termasuk informasi perbankan dan data pribadi lainnya. Penipu kemudian dengan mudah menguras rekening korban sebesar USD 20.000.

    Agen Khusus FBI Rachel LaRocque mengatakan lembaga keuangan yang sah tidak akan meminta korban memindahkan uang ke tempat lain. Ia mengatakan konsumen harus bersikap skeptis, karena peretas semakin canggih.

    “Mereka bahkan dapat memalsukan nomor telepon bank tersebut, sehingga nomor pada ID pemanggil atau ponsel Anda dapat menunjukkan bahwa itu adalah bank tersebut,” kata LaRocque. “Penipu tidak membeda-bedakan siapa pun. Mereka menginginkan uang dari siapa pun yang dapat mereka ambil.”

    Meskipun serangan ini meminta korban untuk menyetujui transaksi dalam aplikasi perbankan, sang pelaku “mengarahkan korban untuk mengunduh aplikasi lain yang memungkinkan penipu mengakses komputer korban dari jarak jauh.

    “Penipu meminta korban membuka rekening keuangan mereka untuk menentukan apakah ada tagihan yang tidak sah – sebuah taktik untuk memungkinkan penipu menentukan rekening keuangan mana yang paling menguntungkan untuk ditargetkan. Penipu memberi tahu korban bahwa mereka akan menerima panggilan dari departemen penipuan lembaga keuangan itu dengan instruksi lebih lanjut,” ujar Rachel dikutip dari Forbes.

    FBI menekankan pentingnya kewaspadaan dan memberikan beberapa tips untuk menghindari menjadi korban:

    Jangan pernah mengunduh aplikasi dari sumber yang tidak terpercaya. Pastikan hanya mengunduh aplikasi dari toko aplikasi resmi seperti App Store, Google Play Store, atau Microsoft Store.Berhati-hati terhadap telepon atau pesan yang mencurigakan. Bank atau lembaga keuangan resmi tidak akan pernah meminta Anda untuk mengunduh aplikasi melalui telepon atau pesan teks.Verifikasi identitas penelepon. Jika Anda menerima telepon yang mencurigakan, segera tutup telepon dan hubungi langsung bank atau lembaga keuangan Anda melalui nomor telepon resmi yang tertera di situs web mereka.Aktifkan autentikasi dua faktor (2FA) pada semua akun penting Anda. 2FA memberikan lapisan keamanan tambahan dengan mengharuskan Anda memasukkan kode verifikasi selain kata sandi saat masuk.

    (afr/afr)

  • Trump Dilantik Minggu Depan, Deretan Bos Raksasa Teknologi Bakal Hadir

    Trump Dilantik Minggu Depan, Deretan Bos Raksasa Teknologi Bakal Hadir

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kurang dari satu minggu lagi, pelantikan presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump akan digelar.

    Upacara Pelantikan Presiden AS ke-60 Donald Trump akan berlangsung di Gedung Kongres AS (US Capitol) pada hari Senin, 20 Januari 2025. Upacara ini dijadwalkan pada pukul 12 siang waktu setempat.

    Sejumlah tokoh teknologi dijadwalkan hadir pada pelantikan Trump. Sejauh ini ada beberapa nama yang disebut akan hadir, termasuk Elon Musk, Jeff Bezos, dan Mark Zuckerberg.

    Berikut daftar tamu bos teknologi di pelantikan Trump pekan depan.

    Elon Musk

    Elon Musk dijadwalkan akan hadir dan diperkirakan duduk di dekat Trump saat pelantikan, karena hubungannya yang dekat dengan Trump.

    Musk telah diberikan posisi di pemerintahan Trump, yakni Departemen Efisiensi Pemerintah, atau DOGE, sebuah badan non-pemerintah yang akan memberikan rekomendasi kepada Trump dan Kongres untuk memangkas pengeluaran federal.

    Ia diperkirakan akan memimpin komite tersebut bersama rekan miliarder Vivek Ramaswamy, yang kabarnya mengejar kursi di Senat.

    Musk dilaporkan akan memiliki ruang kantor sendiri di Gedung Kantor Eksekutif Eisenhower, yang bersebelahan dengan Gedung Putih. Ini memungkinkannya untuk terus memiliki akses ke Trump.

    Musk telah menyewa sebuah pondok di klub Mar-a-Lago milik Trump dalam beberapa minggu terakhir sehingga ia dapat memberikan saran kepada presiden yang akan datang di “Gedung Putih Musim Dingin” dan menyiarkan secara langsung saat ia bermain video game.

    Dia juga bergabung dengan Trump dalam sejumlah pertemuan dengan para pemimpin dunia dan sesama pemimpin teknologi, termasuk Jeff Bezos.

    Jeff Bezos

    Pendiri Amazon dan pemilik Blue Origin, Jeff Bezos, juga akan bergabung dengan Musk dalam pelantikan Trump.

    Amazon adalah salah satu perusahaan publik besar pertama yang diketahui menyumbang untuk pelantikan Trump. Amazon menyumbangkan US$1 juta dan merencanakan sumbangan terpisah sebesar US$1 juta dalam bentuk barang dengan menyiarkan acara tersebut di Amazon Video.

    Bezos seolah berusaha untuk menebus kesalahannya dengan presiden terpilih, yang sering berselisih dengan dia selama masa jabatan pertamanya terkait kontrak yang menguntungkan yang dikenal sebagai JEDI, yang pada awalnya diberikan kepada Microsoft.

    Pada Oktober, ia membatalkan rencana The Washington Post miliknya untuk mendukung saingan Trump dari Partai Demokrat.

    Bulan lalu, Bezos bertemu dengan Trump untuk makan malam di klub Mar-a-Lago miliknya di Palm Beach, Florida, bersama dengan Musk.

    “SEMUA ORANG INGIN MENJADI TEMAN SAYA!!!” Trump menulis di Truth Social keesokan paginya.

    Mark Zuckerberg

    Mark Zuckerberg dilaporkan akan bergabung dengan Bezos dan Musk pada pelantikan karena ia terus mendekatkan diri dengan pemerintahan berikutnya.

    Selain menyumbang untuk dana peresmian, Meta telah menambahkan Dana White, CEO Ultimate Fighting Championship (EDR) dan sekutu Trump, ke dalam jajaran direksinya. Meta juga menghapus fitur cek fakta di platform media sosialnya untuk mendukung pemerintahan Trump.

    Kebijakan moderasi juga telah dibatalkan, dalam sebuah langkah yang dipuji oleh kaum konservatif tetapi dikritik oleh kelompok-kelompok yang khawatir bahwa hal tersebut akan memungkinkan antisemitisme, retorika anti-LGBTQ+, dan disinformasi menyebar.

    Sundar Pichai

    CEO Google Sundar Pichai diperkirakan akan bergabung dengan iring-iringan para pemimpin teknologi yang akan menghadiri pelantikan Trump, lapor Business Insider, mengutip seseorang yang mengetahui rencananya.

    Berita ini muncul tidak lama setelah perusahaannya menyumbang US$1 juta untuk dana pelantikan dan mengatakan bahwa mereka akan menyiarkan langsung acara tersebut di YouTube dengan tautan langsung yang ditampilkan di beranda platform berbagi video tersebut.

    Pichai juga mengungkapkan kegembiraannya untuk mengerjakan “Proyek Manhattan” untuk kecerdasan buatan (AI) menjelang pertemuan dengan Trump pada bulan Desember.

    Dalam acara DealBook Summit di The New York Times bulan lalu, Pichai mengatakan bahwa ia berharap Trump dapat membantu membangun infrastruktur untuk kecerdasan buatan.

    Hal ini kemungkinan akan membuat Google, dan perusahaan-perusahaan AI lainnya, bekerja sama dengan David Sacks, pemodal ventura yang dijuluki Trump sebagai “crypto and AI czar,” dan Mantan eksekutif Microsoft Sriram Krishnan, yang akan menjadi penasihat senior Trump di bidang AI.

    Shou Zi Chew

    The New York Times melaporkan bahwa CEO TikTok Shou Zi Chew akan menghadiri pelantikan Trump pada hari Senin. Pelantikan Trump ini bertepatan sehari setelah TikTok kemungkinan besar akan dilarang di Amerika Serikat.

    Chew diundang untuk duduk di posisi kehormatan di podium, di mana para tamu penting termasuk Zuckerberg, Bezos, dan Musk juga akan duduk.

    Ini adalah sebuah langkah yang menyoroti tidak hanya perubahan pandangan Trump terhadap TikTok, tetapi juga rencananya untuk menyelamatkan aplikasi ini agar tidak tendang dari negara tersebut.

    Perusahaan China ByteDance, yang telah menyatakan keengganannya untuk menjual TikTok, diberi waktu hingga 19 Januari untuk menemukan pembeli atau menghadapi larangan, yang akan membuat aplikasi ini tidak dapat diunduh di AS dan memblokir penyedia layanan internet AS.

    Mahkamah Agung saat ini sedang memperdebatkan apakah akan memblokir larangan tersebut.

    Trump telah meminta Mahkamah Agung untuk menunda penerapan larangan tersebut hingga ia mulai menjabat sehingga ia dapat memeriksa kasus ini dengan saksama.

    Pada Desember, Trump mengatakan bahwa dirinya memiliki “tempat yang hangat” di hatinya untuk TikTok, yang ia puji karena telah memberikan dukungan dari para pemilih yang lebih muda. Dia juga bertemu dengan Chew bulan lalu di klub Mar-a-Lago miliknya.

    Tim Cook

    CEO Apple Tim Cook berencana untuk menghadiri pelantikan Trump. Menurut Axios, ia menyumbangkan sekitar US$1 juta kepada komite pelantikan Trump tahun 2025.

    Cook adalah salah satu dari sedikit CEO teknologi yang belum pernah berselisih dengan Trump. Selama masa pemerintahan Trump yang pertama, Cook sering menelepon presiden saat itu, duduk di Dewan Penasihat Kebijakan Tenaga Kerja, dan menjamu Trump di kampus Apple di Austin, Texas.

    Pada t2019, setelah Cook berhasil meyakinkan Trump agar Apple mendapat pengecualian dari serangkaian tarif yang memengaruhi impor Tiongkok, Cook menghadiahkan salah satu Mac Pro pertama yang dibuat di fasilitas barunya di AS kepada presiden saat itu.

    Dalam sebuah wawancara dengan Bloomberg News pada bulan Juni, Trump mengatakan bahwa ia menganggap Cook sebagai “pebisnis yang sangat baik.”

    “Saya percaya bahwa jika Tim Cook tidak menjalankan Apple, jika Steve Jobs yang menjalankannya, Apple tidak akan sesukses sekarang,” ujar Trump dalam sebuah episode PBD Podcast Oktober lalu.

    “Saya berpikir demikian karena saya pikir Tim Cook telah melakukan pekerjaan yang luar biasa, dan saya tidak meremehkan Steve Jobs, tapi itu tidak akan sama.”

    (fab/fab)

  • Microsoft Cabut Dukungan untuk Aplikasi Office di Windows 10

    Microsoft Cabut Dukungan untuk Aplikasi Office di Windows 10

    Jakarta

    Microsoft akan menghentikan dukungan untuk aplikasi Office di Windows 10 menjelang akhir tahun ini. Pemutusan dukungan ini bertepatan dengan berakhirnya dukungan untuk Windows 10 pada 14 Oktober 2025.

    Microsoft Office, yang saat ini dikenal dengan nama Microsoft 365, terdiri dari aplikasi produktivitas seperti Word, Excel, Powerpoint, Outlook, dan lain-lain. Pengguna dan bisnis yang masih ingin menggunakan aplikasi-aplikasi ini harus memperbarui perangkatnya ke Windows 11.

    “Microsoft 365 Apps tidak akan lagi didukung setelah 14 Oktober 2025 di perangkat Windows 10. Untuk menggunakan Microsoft 365 Apps di perangkat Anda, Anda perlu upgrade ke Windows 11, tulis Microsoft dalam postingan blognya, seperti dikutip dari The Verge, Jumat (17/1/2025).

    Meskipun dukungan untuk aplikasi Office di Windows 10 akan dihentikan pada bulan Oktober, bukan berarti aplikasi Office yang sudah ada di perangkat akan berhenti berfungsi.

    Dalam dokumen dukungan yang diperbarui pada Desember 2024, Microsoft mengatakan aplikasi tetap akan berfungsi seperti sebelumnya setelah dukungan Windows 10 dihentikan, tapi mungkin akan ada masalah kinerja seiring berjalannya waktu.

    Microsoft benar-benar ingin pengguna PC berhenti memakai Windows 10 tahun ini, dan menyebut 2025 sebagai ‘tahun pembaruan PC Windows 11.’ Bahkan Microsoft menyatakan memperbarui PC Windows 10 lama akan lebih penting daripada membeli TV atau ponsel baru tahun ini.

    Adopsi Windows 11 memang masih jauh ketinggalan dari Windows 10 akibat banyak perangkat yang tidak bisa diperbarui ke sistem operasi terbaru karena persyaratan hardware yang lebih ketat. Namun Microsoft juga tidak mau melonggarkan persyaratannya karena masalah keamanan.

    Microsoft belum lama ini menyatakan bahwa Trusted Platform Module (TPM) 2.0 merupakan syarat wajib untuk update ke Windows 11. Perusahaan besutan Bill Gates ini juga mendorong pengguna Windows 10 untuk membeli PC baru lewat notifikasi yang memenuhi layar.

    Pengguna yang masih ingin menjalankan Windows 10 di perangkatnya setelah 14 Oktober 2025 bisa menggunakan Extended Security Updates. Konsumen bisa membayar USD 30 untuk menerima update tambahan selama satu tahun, sedangkan bisnis bisa membeli update lanjutan hingga tiga tahun.

    (vmp/rns)

  • Microsoft Peringatkan Adanya Masalah Update Terbaru Windows 10 dan Windows 11 – Page 3

    Microsoft Peringatkan Adanya Masalah Update Terbaru Windows 10 dan Windows 11 – Page 3

    Citrix mengatakan, masalah ini disebabkan oleh ketidakcocokan dengan beberapa berkas driver. Bug ini hanya memengaruhi Citrix SRA baru, yang dibuat pada November 2024.

    Perusahaan mengklaim, bug ini tidak memengaruhi versi software yang lebih lama. Sekadar informasi, Citrix SRA digunakan oleh perusahaan untuk melacak dan memeriksa pekerjaan pengguna di aplikasi Citrix.

    Pengguna rumahan yang tidak memakai tools ini aman dari bug tersebut.

    Adapun versi Windows yang terpengaruh bug ini antara lain adalah:

     

  • Perintah Joe Biden Bangun Megaproyek Sebelum Diganti Donald Trump

    Perintah Joe Biden Bangun Megaproyek Sebelum Diganti Donald Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Jelang akhir masa jabatannya, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengeluarkan perintah eksekutif untuk mempercepat pembangunan infrastruktur kecerdasan buatan (AI) di dalam negeri.

    Biden bahkan menjaga ketat risiko keamanan nasional yang terlibat dalam teknologi tersebut. Departemen Pertahanan dan Departemen Energi AS sampai harus menyewa situs federal untuk pusat data AI berskala gigawatt.

    “AI siap untuk memberikan dampak yang besar di seluruh ekonomi kita, termasuk dalam perawatan kesehatan, transportasi, pendidikan, dan lainnya, dan terlalu penting untuk dialihdayakan,” kata Gedung Putih dalam keterangan, dikutip dari CNBC Internasional, Rabu (15/1/2025).

    Perintah tersebut juga mengeluarkan pedoman bagi pengembang AI yang menggunakan situs tersebut untuk tidak hanya membangun, mengoperasikan, dan memelihara pusat-pusat yang disewa dengan biaya penuh, tetapi juga untuk menyediakan sumber daya energi bersih yang sesuai dengan kebutuhan kapasitas mereka untuk mencegah kenaikan biaya listrik.

    Perusahaan yang menyewa lahan federal juga akan diminta untuk membeli bagian yang sesuai dari semikonduktor yang diproduksi di AS dan membayar pekerja dengan upah yang berlaku.

    Setelah badan-badan tersebut memilih lokasi, pengembang dapat mengajukan proposal sewa.

    Konsumsi listrik global dari pusat data, AI, dan sektor mata uang kripto, diperkirakan akan meningkat dua kali lipat antara tahun 2022 dan 2026, menurut laporan dari Badan Energi Internasional.

    Model AI, terutama model bahasa yang besar seperti ChatGPT dari OpenAI, bergantung pada pusat data untuk melatih data dalam jumlah besar dan menghasilkan jawaban yang lebih canggih dan mirip manusia atas permintaan pengguna.

    Untuk mendinginkan struktur yang membutuhkan banyak daya, para pengembang AI harus meningkatkan konsumsi air, yang menurut para kritikus berbahaya bagi lingkungan dan tidak berkelanjutan dalam jangka panjang.

    Perusahaan-perusahaan teknologi telah merespons dengan mengeksplorasi bentuk-bentuk daya lain untuk mempertahankan pusat data mereka. Dalam beberapa bulan terakhir, Google, Microsoft dan Amazon masing-masing telah mengumumkan kesepakatan tenaga nuklir. Microsoft juga menandatangani kesepakatan dengan Constellation untuk menghidupkan kembali reaktor Three Mile Island.

    (fab/fab)

  • Mark Zuckerberg Bakal PHK 5% Pekerja Meta, Incar Pegawai Berkinerja Buruk

    Mark Zuckerberg Bakal PHK 5% Pekerja Meta, Incar Pegawai Berkinerja Buruk

    Bisnis.com, JAKARTA – Meta, induk Instagram dan Facebook, berencana untuk memberhentikan sekitar 5% karyawannya berdasarkan evaluasi kinerja, sebagai bagian dari inisiatif berkelanjutan CEO Mark Zuckerberg untuk meningkatkan efisiensi operasional dalam perusahaan. 

    Meta menyampaikan PHK berbasis kinerja memiliki fokus pada percepatan proses pengelolaan karyawan yang berkinerja buruk. 

    Mark Zuckerberg telah mengindikasikan bahwa meskipun peran-peran ini akan dipotong, Meta bermaksud untuk mengisi posisi-posisi ini dengan karyawan baru, yang bertujuan untuk mempertahankan atau bahkan meningkatkan kemampuan perusahaan di bidang-bidang utama. 

    “Saya telah memutuskan untuk meningkatkan standar manajemen kinerja dan menyingkirkan karyawan dengan kinerja buruk lebih cepat,” kata Zuckerberg, dikutip dari Techcrunch, Rabu (15/1/2025). 

    Techcrunch melaporkan, Meta mempekerjakan sekitar 72.000 orang hingga September 2024. Artinya, pemutusan hubungan kerja sebesar 5% akan berdampak kepada sekitar 3.600 orang. Karyawan yang terdampak akan diberitahukan paling lambat tanggal 10 Februari. 

    Pemutusan hubungan kerja yang akan datang terjadi karena Meta telah memberhentikan sejumlah besar tenaga kerjanya dalam beberapa tahun terakhir. Perusahaan tersebut terakhir kali memberhentikan karyawan pada bulan Oktober dan memberhentikan 10.000 pekerja pada tahun 2023. Pada tahun 2022, Meta memberhentikan 11.000 karyawan.

    “Kami biasanya menyingkirkan orang-orang yang tidak memenuhi harapan selama setahun, tetapi sekarang kami akan melakukan pemutusan hubungan kerja berbasis kinerja yang lebih luas selama siklus ini,” kata Mark. 

    Mengutip Bloomberg pada Selasa (7/1/2025), selain White, Meta juga menunjuk Charlie Songhurst, seorang investor dan mantan eksekutif Microsoft Corp. yang telah memberi nasihat kepada Meta tentang produk kecerdasan buatan.

    Mark Zuckerberg juga mengangkat John Elkann, CEO Exor NV, sebuah perusahaan induk yang dikendalikan oleh keluarga Agnelli. Keluarga tersebut memiliki saham di berbagai bisnis Eropa termasuk Ferrari NV dan klub sepak bola Juventus.

    Penambahan tersebut membuat jajaran direksi Meta menjadi 13 direktur, termasuk CEO Mark Zuckerberg, yang memegang jabatan sebagai ketua dan mempertahankan kendali suara mayoritas melalui struktur saham kelas ganda perusahaan.

    “Charlie, Dana, dan John akan menambah kedalaman keahlian dan perspektif yang akan membantu kami menghadapi peluang besar di masa depan dengan AI, perangkat yang dapat dikenakan, dan masa depan hubungan manusia,” kata Zuckerberg dalam sebuah pernyataan.

    Zuckerberg, 40 tahun, telah banyak merombak jajaran direksi Meta dalam lima tahun terakhir, perubahan kepemimpinan yang bertepatan dengan peralihannya ke arah kecerdasan buatan dan metaverse, dunia digital tempat perusahaan berharap orang-orang suatu hari nanti dapat bekerja, bermain, dan berolahraga. 

    Semua kecuali dua direktur Meta saat ini telah bergabung sejak 2019. Dalam beberapa kasus, Zuckerberg telah mendatangkan sesama pengusaha Silicon Valley, seperti CEO DoorDash Inc. Tony Xu dan CEO Dropbox Inc. Drew Houston, yang merupakan teman dekat salah satu pendiri Meta.

  • Geger TikTok Mau Dijual ke Elon Musk

    Geger TikTok Mau Dijual ke Elon Musk

    Jakarta

    TikTok terancam diblokir di Amerika Serikat dalam hitungan hari. Untuk menyelamatkan bisnis TikTok di AS, petinggi China kabarnya mempertimbangkan untuk menjual aplikasi video pendek itu kepada Elon Musk.

    Kabar ini datang dari Bloomberg yang mengatakan petinggi pemerintahan China sebenarnya sangat menginginkan TikTok area AS tetap dimiliki oleh ByteDance. Tapi, dalam sidang banding dengan Mahkamah Agung AS pada 10 Januari lalu, sejumlah hakim agung AS memberi sinyal akan melanjutkan pemblokiran TikTok pada 19 Januari 2025.

    Menurut sumber Bloomberg yang tidak disebutkan namanya, sejumlah petinggi China mulai membahas rencana darurat untuk TikTok sebagai bagian dari diskusi tentang cara bekerja sama dengan pemerintahan Donald Trump, yang salah satunya melibatkan Musk.

    Musk dipertimbangkan oleh pemerintah China sebagai calon pembeli TikTok karena hubungannya yang dekat dengan Trump. Saat pemilihan presiden AS lalu, Musk menghabiskan lebih dari USD 250 juta untuk membantu Trump terpilih kembali, dan sudah ditunjuk mengisi posisi penting di pemerintahannya.

    Salah satu skenario yang dibahas oleh pemerintah China adalah X, perusahaan media sosial milik Trump, akan mengambil alih bisnis TikTok di AS. Musk kemudian akan memimpin kedua platform secara bersamaan.

    Dengan lebih dari 170 juta pengguna di AS, TikTok bisa mendorong bisnis iklan X yang sedang lesu setelah ditinggal banyak pengiklan. Musk juga mendirikan perusahaan kecerdasan buatan xAI yang akan diuntungkan dengan banyaknya data yang dikumpulkan dari TikTok.

    Petinggi China belum mencapai konsensus tentang bagaimana melanjutkan rencana tersebut, dan pertimbangan mereka masih dalam tahap awal. Tidak diketahui seberapa banyak ByteDance mengetahui rencana ini, dan seberapa jauh TikTok dan Musk terlibat dalam diskusi ini.

    Dalam email kepada CNBC, juru bicara TikTok mengatakan mereka tidak bisa mengomentari laporan yang hanya fiksi belaka, seperti dikutip detikINET, Selasa (14/1/2025).

    Salah satu faktor yang membuat ByteDance kesulitan menjual bisnis TikTok di AS adalah aturan pemerintah China yang melarang perusahaan menjual algoritma platform-nya ke perusahaan asing. Karena itu pemerintah China memiliki peran besar dalam menentukan nasib TikTok.

    Sejumlah perusahaan dan investor AS sebelumnya pernah mengajukan diri untuk membeli TikTok. Saat Trump pertama kali mencoba memblokir TikTok pada tahun 2020, Microsoft dan Oracle berupaya mengakuisisi bisnis tersebut. Belum lama ini, miliarder Frank McCourt dan investor Kevin O’Leary merupakan bagian dari penawaran yang diajukan oleh Project Liberty untuk mengakuisisi TikTok.

    (vmp/vmp)

  • Pemerintah AS Dukung Argumen Elon Musk dalam Gugatan Terhadap OpenAI

    Pemerintah AS Dukung Argumen Elon Musk dalam Gugatan Terhadap OpenAI

    JAKARTA – Penegak hukum antimonopoli AS ikut campur dalam gugatan Elon Musk yang berupaya untuk mencegah konversi OpenAI menjadi perusahaan publik. CEO Tesla ini menunjukkan menunjukkan doktrin hukum yang mendukung klaimnya bahwa OpenAI dan Microsoft terlibat dalam praktik antikompetitif.

    Komisi Perdagangan Federal AS (FTC) dan Departemen Kehakiman AS (DOJ) tidak mengungkapkan pendapat terkait kasus ini, namun mereka memberikan analisis hukum terkait aspek-aspek dari kasus tersebut menjelang sidang pada Selasa 14 Januari di Oakland, California. Musk adalah salah satu pendiri OpenAI dan pemilik startup AI xAI.

    Hingga kini Juru bicara Microsoft menolak untuk memberikan komentar tentang gugatan itu. Sementara Juru bicara OpenAI merujuk pada dokumen pengadilan di mana perusahaan tersebut menyatakan bahwa gugatan tersebut kurang bukti dan dianggap sebagai gangguan.

    “Keikutsertaan DOJ dan FTC adalah tanda seberapa serius regulator memandang pelanggaran yang dilakukan OpenAI dan Microsoft,” kata Pengacara Musk, Marc Toberoff, dikutip VOI dari Reuters.

    FTC saat ini juga sedang menyelidiki kemitraan dalam bidang AI, termasuk antara Microsoft dan OpenAI, dengan memeriksa kemungkinan perilaku antikompetitif di Microsoft serta menyelidiki apakah OpenAI melanggar undang-undang perlindungan konsumen.

    Musk menuduh OpenAI melanggar hukum antimonopoli dengan membuat investor sepakat untuk tidak berinvestasi di perusahaan saingan di bidang kecerdasan buatan (AI), dan dengan membagikan anggota dewan dengan Microsoft, yang juga merupakan tergugat dalam gugatan ini.

    OpenAI mengatakan klaim terkait anggota dewan tersebut tidak relevan, karena anggota dewan Microsoft, Reid Hoffman, yang pernah berada di dewan OpenAI, dan eksekutif Microsoft, Deannah Templeton, yang memiliki kursi pengamat, kini sudah tidak terafiliasi lagi dengan perusahaan tersebut.

    Namun, menurut FTC dan DOJ, bahkan setelah mereka meninggalkan dewan, para direktur masih bisa memiliki informasi sensitif yang berhubungan dengan persaingan. Mereka menegaskan bahwa anggota dewan yang hanya memiliki status pengamat pun tidak dibebaskan dari hukum yang berlaku.

    Musk juga mengklaim bahwa OpenAI memfasilitasi boikot investor terhadap pesaing-pesaingnya. Klaim semacam ini tetap dapat diterima meskipun penyelenggara boikot bukanlah anggota, kata FTC dan DOJ.