Perusahaan: LinkedIn

  • Profesi Lama Ramai Diserbu, Gaji Rp 1,6 Miliar Tak Butuh Ijazah Kuliah

    Profesi Lama Ramai Diserbu, Gaji Rp 1,6 Miliar Tak Butuh Ijazah Kuliah

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Nvidia Jensen Huang mengatakan ada banyak pekerjaan bergaji tinggi yang tersedia bagi generasi muda alias Gen Z. Namun, pekerjaan yang dibutuhkan bukan lagi di depan laptop.

    Selama ini, banyak orang yang menempuh pendidikan tinggi untuk mendapat ijazah dan bekerja di kantor. Namun, belakangan ramai diberitakan fenomena PHK yang terus berlanjut, profesi yang berpotensi digantikan AI, serta lulusan kuliah yang jadi pengangguran. 

    “Jika Anda adalah tukang listrik, tukang ledeng, atau tukang kayu, akan dibutuhkan ratusan ribu tenaga untuk membangun pabrik,” kata Huang kepada Channel 4 News, beberapa saat lalu. 

    Huang tercatat memiliki kekayaan US$163,4 miliar (Rp2.721 triliun) menurut laporan Forbes. Kekayaannya melesat pasca popularitas AI membuat kebutuhan chip AI kian tinggi. Ia menjadi orang terkaya ke-8 di dunia saat ini.

    Menurut Huang, pengembangan AI membutuhkan fasilitas data center raksasa di mana-mana. Untuk itu, dibutuhkan tenaga kerja dalam jumlah besar dalam membangun data center tersebut.

    “Segmen kerajinan terampil di setiap perekonomian akan mengalami lonjakan. Pertumbuhannya harus berlipat ganda, berlipat ganda, dan berlipat ganda setiap tahunnya,” ia menuturkan, dikutip dari Yahoo Finance.

    Baru-baru ini, Nvidia mengumumkan investasi senilai US$100 miliar ke OpenAI untuk membiayai pengembangan data center berbasis prosesor AI Nvidia. Secara industri, pengeluaran belanja modal untuk data center diproyeksikan mencapai US$7 triliun pada 2030 mendatang, menurut McKinsey.

    Gaji Tinggi Tak Perlu Gelar Sarjana

    Satu fasilitas data center seluas 250.000 kaki persegi digadang-gadang bisa memperkerjakan 1.500 tenaga konstruksi selama pembangunannya. Mayoritas bisa mendapatkan gaji US$100.000 (Rp1,6 miliar), belum termasuk uang lembur.

    Pekerjaan konstruksi ini tidak membutuhkan gelar sarjana. Setelah pembangunan selesai, ada 50 pekerja penuh yang dibutuhkan untuk merawat fasilitas tersebut. Masing-masing pekerjaan tersebut memacu 3,5 lapangan pekerjaan lain di perekonomian sekitarnya.

    Seruan Huang untuk lebih banyak teknisi listrik dan tukang ledeng sejalan dengan pandangannya yang lebih luas bahwa gelombang peluang berikutnya terletak pada sisi fisik teknologi, alih-alih software.

    Ketika ditanya awal tahun ini apa yang akan ia pelajari jika berusia 20 tahun lagi, Huang mengakui bahwa ia akan condong ke disiplin ilmu yang berakar pada ilmu fisika.

    “Untuk Jensen muda berusia 20 tahun yang sudah lulus sekarang, ia mungkin akan memilih… lebih banyak ilmu fisika daripada ilmu software,” ujarnya.

    Huang bukan satu-satunya yang memiliki pemikiran ini. Pada awal 2025, CEO BlackRock Larry Fink mengungkapkan kekhawatirannya kepada Gedung Putih soal deportasi pekerja imigran, ditambah kurangnya ketertarikan kaum muda AS di sektor konstruksi data center.

    “Saya bahkan mengatakan kepada tim Presiden Donald Trump bahwa kita akan kehabisan teknisi listrik yang dibutuhkan untuk membangun data center AI,” kata Fink.

    Pada pekan ini, CEO Ford Jim Farley juga mengemukakan kecemasan serupa. Ia menyorot ketimpangan antara ambisi manufaktur Washington dan tenaga kerja di lapangan.

    “Saya rasa niatnya ada, tapi tidak ada yang bisa menggantikan ambisi itu. Bagaimana kita bisa memindahkan semua ini ke tempat lain jika kita tidak punya orang untuk bekerja di sana?” ujar Farley.

    Menurut unggahan Farley di LinkedIn pada Juni 2025, AS sudah kehilangan 600.000 pekerja pabrik dan 500.000 pekerja konstruksi.

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kisah Startup RI Habiskan Rp 83 Miliar Cuma Dalam 10 Bulan Lalu Tutup

    Kisah Startup RI Habiskan Rp 83 Miliar Cuma Dalam 10 Bulan Lalu Tutup

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tak semua startup bisa memiliki operasional yang berjalan dengan baik. Beberapa ada yang berakhir dengan menutup perusahaannya.

    Salah satunya dialami oleh Shox Rumahan. Startup ini bergerak dalam sektor pembelian produk elektronik dan peralatan rumah tangga dengan harga rumah.

    Skema yang dijalankan menggunakan metode arisan. Shox sendiri berdiri pada 2019, dan akhirnya ditutup empat tahun kemudian.

    Laporan Tech in Asia dan Dealstreet Asia tahun 2023 lalu menyebutkan startup asal Indonesia itu telah memecat seluruh pegawainya dan menutup operasonal pada 25 Februari 2023.

    Sebagai informasi, keterangan di laman LinkedIn Shox Rumahan menyebutkan jumlah pegawainya mencapai 100 orang.

    Maria Octavyani Manao yang merupakan Co-founder dan Chief Commercial Officer juga telah bukan suara. Dalam salah satu dokumen dia menyebutkan perusahaan mengalami kerugiaan finansial.

    Sementara itu, mantan pegawai Shox juga pernah buka suara dalam postingan di media sosial X. Kala itu disebutkan pengeluaran startup dua kali liipat dari pemasukkan, membuat Shox tak bsia bertahan lebih lama tanpa ada pendanaan tambahan dari investor.

    Terkait pendanaan, startup itu tercatat baru menerima pendanaan sekitar 10 bulan sebelum memutuskan tutup. Saat itu, Shox mendapatkan US$5 juta (Rp 83,3 miliar) dari AC Ventures, Teja Ventures, Ephesus United, SGInnovate dan Partech.

    Sementara menurut catatan Tech in Asia, total pendanaan yang didapatkan Shox mencapai US$8 juta. Semuanya didapatkan melalui empat ronde pendanaan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Cari Kerja Makin Susah, Gelar Sarjana Sudah Tidak Laku

    Cari Kerja Makin Susah, Gelar Sarjana Sudah Tidak Laku

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pendidikan tinggi dulunya menjadi salah satu ‘penjamin’ seseorang bisa mendapat pekerjaan dengan gaji layak. Tak heran jika banyak orang mengupayakan pendidikan hingga ke jenjang kuliah. 

    Namun, terjadi pergeseran tren di bursa kerja di masa depan. Gelar sarjana tak lagi menjadi komponen utama dalam menentukan nasib seseorang mendapat kerja.

    Fenomenanya sudah terlihat belakangan ini. Banyak lulusan kuliah yang kesulitan mencari pekerjaan dan menjadi pengangguran. Pameran bursa kerja selalu disesaki, tetapi hasilnya tak selalu indah. 

    Beberapa saat lalu, CEO Nvidia Jensen Huang mengatakan pekerjaan yang dicari di masa depan membutuhkan keterampilan fisik. Misalnya tukang ledeng dan tukang listrik untuk membangun data center yang menjadi infrastruktur penting dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI).

    Perusahaan analitik data bernama Palantir Technologies juga mengamini hal tersebut. Startup yang mendadak terkenal karena mendapat banyak kontrak di pemerintahan Trump tersebut memilih merekrut karyawan lulusan SMA, alih-alih memperkerjakan lulusan kuliah.

    Perusahaan itu memiliki program Beasiswa Meritokrasi buatan CEO Alex Karp dengan tawaran bekerja penuh waktu di sana. Menurut Palantir, kampus adalah sistem yang rusak dan penerimaannya menggunakan kriteria yang cacat.

    Bahkan, Karp menyebutkan kampus di Amerika Serikat (AS) tidak bisa diandalkan untuk melatih pekerja. Sekitar 500 lulusan SMA mendaftar Beasiswa Meritokrasi. Beberapa orang mendaftar mengaku karena tak tertarik untuk kuliah, sementara lainnya mendaftar setelah ditolak kampus yang diinginkan, dikutip dari WSJ, Kamis (6/11/2025).

    Pada angkatan pertama, terdapat 22 orang penerima beasiswa. Dimulai dengan seminari empat minggu dengan banyak pembicara.

    Tema yang dibawakan cukup bervariasi, dari fondasi Barat, sejarah AS, hingga studi kasus pemimpin. Program akan berakhir November ini, dan bagi yang lulus akan punya kesempatan bekerja di Palantir secara full-time.

    Karena yang dihadapi adalah anak-anak lulusan SMA, program ini juga dibuat berbeda dari magang lainnya. Konselor senior yang bekerja dengan Karp dalam proyek khusus, Jordan Hirsch mengatakan punya kewajiban menyediakan sesuatu yang lebih bagi mereka.

    Hirsch juga harus menghadapi anak-anak yang belum berpengalaman. Misalnya belum pernah mencatat selama seminar atau mengerjakan sesuatu di luar pelajaran sekolahnya.

    Mantan editor majalah Foreign Affairs dan asisten profesor tambahan di Barnard College, Gideon Rose mengatakan pelajaran yang diberikan pada penerima beasiswa tak membahas soal perspektif ideologis atau partisan politik. Namun pada pengantar hubungan internasional.

    Berikutnya penerima beasiswa juga berkesempatan pergi bersama tim yang ada di Palantir. Ini menjadi ajang uji coba, dan mereka bisa mengalami sendiri bertemu klien saat bekerja.

    Minggu ketiga atau keempat, bos-bos di Palantir telah memiliki gambaran siapa saja yang bekerja baik untuk lingkungan perusahaan.

    Meski begitu, bekerja cepat tanpa kuliah bukan pilihan mudah bagi penerima beasiswa. Mereka harus mendapatkan tantangan dari orang tua dan orang terdekatnya.

    Salah satunya Matteo Zanini yang mengaku mendapatkan beasiswa saat menerima pemberitahuan penerimaan di Universitas Brown. Tidak ada yang menyarankan untuk ikut dalam beasiswa tersebut, sementara orang tuanya menyerahkan keputusan itu pada dirinya.

    Karyawan perusahaan, Sam Feldman mengatakan mungkin ada beberapa orang yang menolak bekerja di tempatnya dan mendaftar untuk kuliah. Dia memastikan tidak ada satupun penerima beasiswa yang akan bekerja di bidang investasi dan konsultan.

    “Mereka telah merasakan rasanya membangun dan memiliki agensi,” ungkapnya.

    Bos Nvidia Ungkap Pekerjaan Masa Depan

    Seperti ditulis di atas, CEO Nvidia Jensen Huang pernah menepis anggapan bahwa generasi Z sulit mendapat pekerjaan akibat pesatnya perkembangan AI. Ia justru menilai peluang kerja semakin terbuka lebar seiring ledakan data center di berbagai negara.

    Namun, kata Huang, peluang besar itu bukan untuk lulusan kuliah, melainkan bagi mereka yang memiliki keterampilan teknis di bidang kejuruan seperti listrik, pipa, hingga pertukangan.

    “Kalau kamu seorang teknisi listrik, tukang ledeng, atau tukang kayu, kita akan membutuhkan ratusan ribu orang seperti itu untuk membangun semua pabrik ini,” ujar Huang dalam wawancara dengan Channel 4 News, dikutip dari Fortune, beberapa saat lalu.

    Menurut Huang, sektor tenaga kerja terampil akan menjadi tulang punggung ekonomi baru yang digerakkan oleh teknologi fisik, bukan sekadar perangkat lunak.

    “Segmen tenaga kerja terampil di setiap ekonomi akan mengalami ledakan. Jumlahnya akan terus berlipat ganda setiap tahun,” tegasnya.

    Pernyataan Huang sejalan dengan tren peningkatan permintaan tenaga kerja konstruksi dan teknisi di Amerika Serikat. Berdasarkan laporan McKinsey, belanja modal global untuk pembangunan pusat data diperkirakan mencapai US$7 triliun pada 2030.

    Satu fasilitas pusat data berukuran 250.000 kaki persegi dapat mempekerjakan hingga 1.500 pekerja konstruksi selama masa pembangunan.

    Banyak di antara mereka berpenghasilan lebih dari US$100.000 (Rp1,6 miliar) per tahun tanpa gelar sarjana, belum termasuk lembur. Setelah beroperasi, fasilitas tersebut masih membutuhkan sekitar 50 pekerja tetap untuk perawatan.

    Huang juga menegaskan bahwa Nvidia akan ikut mendukung pembangunan ekosistem tenaga kerja ini.

    CEO BlackRock Larry Fink sebelumnya juga telah memperingatkan bahwa Amerika Serikat menghadapi krisis tenaga kerja untuk membangun data center AI.

    “Saya bahkan mengatakan kepada beberapa anggota tim Trump bahwa kita akan kehabisan teknisi listrik untuk membangun pusat data AI. Kita memang tidak punya cukup banyak tenaga kerja,” kata Fink dalam sebuah konferensi energi pada Maret lalu.

    CEO Ford Jim Farley juga menyampaikan kekhawatiran serupa. Ia menyebut, meski pemerintah AS berambisi memulangkan industri manufaktur (reshoring), tidak ada cukup tenaga kerja untuk mewujudkannya.

    “Bagaimana kita bisa memulangkan industri kalau tidak punya orang untuk bekerja di sana?” ujar Farley kepada Axios.

    Saat ini, AS kekurangan sekitar 600.000 pekerja pabrik dan 500.000 pekerja konstruksi, menurut unggahan Farley di LinkedIn pada Juni lalu.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Google Bongkar Teknik Baru Serangan Hacker Korea Utara

    Google Bongkar Teknik Baru Serangan Hacker Korea Utara

    Bisnis.com, JAKARTA – Laporan tim Threat Intelligence Google mengungkapkan kelompok peretas asal Korea Utara kembali melancarkan serangan siber dengan teknik baru yang memanfaatkan teknologi blockchain.

    Menurut laporan, para pelaku menggunakan metode bernama EtherHiding, yaitu cara menyembunyikan kode berbahaya di dalam smart contract blockchain agar lolos dari sistem deteksi dan mencuri aset kripto maupun data pribadi korban.

    Mengutip The Register, kelompok yang dilacak Google dengan nama sandi UNC5342 diketahui mulai menggunakan teknik ini sejak Februari 2025 dalam kampanye bernama Contagious Interview.

    Skemanya mirip dengan operasi terkenal Dream Job milik grup Lazarus, yang menipu para pencari kerja melalui lowongan palsu.

    Namun, kali ini target utamanya adalah pengembang perangkat lunak, terutama yang bekerja di bidang teknologi dan kripto. Para peretas berpura-pura menjadi perekrut dari perusahaan ternama di LinkedIn atau situs lowongan kerja lain.

    Setelah berhasil membangun kepercayaan, mereka mengajak korban berpindah komunikasi ke Telegram atau Discord dan mengirimkan tes pemrograman palsu berupa file yang ternyata berisi malware.

    File tersebut memicu proses infeksi bertahap. Pertama, downloader awal yang diunggah di repositori npm akan mengunduh malware tahap kedua seperti BEAVERTAIL atau JADESNOW. Kedua malware ini dirancang untuk mencuri dompet kripto, data ekstensi browser, serta kredensial login pengguna.

    Hal yang membuatnya lebih berbahaya, JADESNOW memanfaatkan EtherHiding untuk mengambil dan mengeksekusi muatan berbahaya dari smart contract di jaringan BNB Smart Chain dan Ethereum.

    Dari situ, sistem korban disusupi kembali oleh backdoor bernama INVISIBLEFERRET, yang memberi peretas akses jarak jauh dan kendali penuh terhadap komputer korban.

    Menurut Google, INVISIBLEFERRET — berbasis JavaScript dengan komponen tambahan Python — memungkinkan pelaku memata-matai aktivitas pengguna, mencuri aset digital, hingga berpindah ke jaringan internal perusahaan.

    Berbeda dengan server pusat biasa, blockchain bersifat terdesentralisasi sehingga tidak bisa dimatikan atau dilacak dengan mudah oleh aparat penegak hukum. Penyerang dapat menyembunyikan kode berbahaya di dalam smart contract dan mengambil data lewat read-only call, tanpa meninggalkan jejak transaksi.

    “EtherHiding menandai pergeseran ke arah bentuk bulletproof hosting generasi baru, di mana fitur bawaan blockchain justru dimanfaatkan untuk tujuan jahat,” tulis peneliti Google Blas Kojusner, Robert Wallace, dan Joseph Dobson dalam laporan mereka, dikutip Bisnis, Jumat (17/10/2025).

    Google merekomendasikan beberapa langkah mitigasi, termasuk memblokir unduhan berbahaya dengan membatasi jenis file seperti .exe, .msi, .bat, dan .dll.

    Selain itu, administrator sistem disarankan untuk memblokir akses ke situs atau node blockchain berisiko tinggi, serta menerapkan kebijakan safe browsing yang memanfaatkan real-time threat intelligence untuk memperingatkan pengguna terhadap situs phishing dan file mencurigakan.

    Dengan metode EtherHiding ini, serangan siber berbasis blockchain diperkirakan akan semakin sulit diberantas, mengingat teknologi yang awalnya dirancang untuk keamanan dan transparansi kini dimanipulasi menjadi alat kejahatan digital.

  • Cari Kerja Kantoran Makin Susah, Profesi Lama Mendadak Naik Daun

    Cari Kerja Kantoran Makin Susah, Profesi Lama Mendadak Naik Daun

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO Nvidia Jensen Huang menepis anggapan bahwa generasi Z sulit mendapat pekerjaan akibat pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI). Ia justru menilai peluang kerja semakin terbuka lebar seiring ledakan pembangunan pusat data (data center) di berbagai negara.

    Namun, kata Huang, peluang besar itu bukan untuk lulusan perguruan tinggi, melainkan bagi mereka yang memiliki keterampilan teknis di bidang kejuruan seperti listrik, pipa, hingga pertukangan.

    “Kalau kamu seorang teknisi listrik, tukang ledeng, atau tukang kayu, kita akan membutuhkan ratusan ribu orang seperti itu untuk membangun semua pabrik ini,” ujar Huang dalam wawancara dengan Channel 4 News, dikutip dari Fortune, Jumat (10/10/2025).

    Menurut Huang, sektor tenaga kerja terampil akan menjadi tulang punggung ekonomi baru yang digerakkan oleh teknologi fisik, bukan sekadar perangkat lunak.

    “Segmen tenaga kerja terampil di setiap ekonomi akan mengalami ledakan. Jumlahnya akan terus berlipat ganda setiap tahun,” tegasnya.

    Pernyataan Huang sejalan dengan tren peningkatan permintaan tenaga kerja konstruksi dan teknisi di Amerika Serikat. Berdasarkan laporan McKinsey, belanja modal global untuk pembangunan pusat data diperkirakan mencapai US$7 triliun pada 2030.

    Satu fasilitas pusat data berukuran 250.000 kaki persegi dapat mempekerjakan hingga 1.500 pekerja konstruksi selama masa pembangunan.

    Banyak di antara mereka berpenghasilan lebih dari US$100.000 (Rp1,6 miliar) per tahun tanpa gelar sarjana, belum termasuk lembur. Setelah beroperasi, fasilitas tersebut masih membutuhkan sekitar 50 pekerja tetap untuk perawatan.

    Huang juga menegaskan bahwa Nvidia akan ikut mendukung pembangunan ekosistem tenaga kerja ini.

    Pekan lalu, perusahaan chip raksasa itu mengumumkan investasi US$100 miliar untuk membantu OpenAI mengembangkan jaringan pusat data berbasis prosesor AI milik Nvidia.

    Huang bukan satu-satunya bos teknologi yang menyerukan pentingnya tenaga kerja terampil. CEO BlackRock Larry Fink sebelumnya telah memperingatkan bahwa Amerika Serikat menghadapi krisis tenaga kerja untuk membangun pusat data AI.

    “Saya bahkan mengatakan kepada beberapa anggota tim Trump bahwa kita akan kehabisan teknisi listrik untuk membangun pusat data AI. Kita memang tidak punya cukup banyak tenaga kerja,” kata Fink dalam sebuah konferensi energi pada Maret lalu.

    CEO Ford Jim Farley juga menyampaikan kekhawatiran serupa. Ia menyebut, meski pemerintah AS berambisi memulangkan industri manufaktur (reshoring), tidak ada cukup tenaga kerja untuk mewujudkannya.

    “Bagaimana kita bisa memulangkan industri kalau tidak punya orang untuk bekerja di sana?” ujar Farley kepada Axios.

    Saat ini, AS kekurangan sekitar 600.000 pekerja pabrik dan 500.000 pekerja konstruksi, menurut unggahan Farley di LinkedIn pada Juni lalu.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bos Danantara Ungkap Alasan Boyong 2 Eksekutif Maskapai Asing ke Garuda Indonesia – Page 3

    Bos Danantara Ungkap Alasan Boyong 2 Eksekutif Maskapai Asing ke Garuda Indonesia – Page 3

    Sebelumnya, PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) menambah dua anggota direksi baru yang berkewarganegaraan asing, yaitu Balagopal Kunduvara dan Neil Raymond Mills.

    Kunduvara menempati posisi Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko, sedangkan Mills menempati posisi Direktur Transformasi. Hal ini diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang berlangsung pada Rabu (15/10/2025).

    Melansir akun LinkedIn pribadinya, Balagopal, sebelumnya merupakan eksekutif senior di Singapore Airlines, dipercaya membawa pengalaman lebih dari 25 tahun di industri penerbangan untuk memperkuat tata kelola dan memperbaiki neraca keuangan Garuda Indonesia.

    Profil Direktur Garuda Indonesia

    Balagopal memulai karirnya di Singapore Airlines sebagai Senior Technical Services Engineer pada 2000. Selama lebih dari dua dekade, ia mengisi berbagai posisi strategis seperti Divisional Vice President Financial Services, Vice President Financial Services, General Manager di Filipina, serta Vice President Company Planning & Fuel. 

    Pengalamannya meliputi pengelolaan keuangan, perencanaan perusahaan, hingga pimpinan proyek teknis.

    Sedangkan Mills berdasarkan akun LinkedIn pribadinya memiliki pengalaman panjang di sektor aviasi internasional, termasuk pernah menjabat sebagai Chief Procurement Officer & Head of Transformation di Scandinavian Airlines (SAS), mantan CEO Green Africa, Managing Director di berbagai perusahaan aviasi, dan eksekutif easyJet di Inggris. 

    Keahliannya terletak pada transformasi bisnis, efisiensi biaya, serta pengelolaan operasional dan pengadaan dalam berbagai maskapai besar.

  • Penipuan Pakai AI Korbannya Banyak, Ketahui Ciri Modus Catphising

    Penipuan Pakai AI Korbannya Banyak, Ketahui Ciri Modus Catphising

    Jakarta, CNBC Indonesia – Banyak yang belum tahu soal modus penipuan bernama catphishing, sebuah gabungan dari kejahatan catfishing dan phishing.

    Jika dijabarkan lebih lanjut, catfishing merupakan modus penipuan dengan menggunakan informasi palsu. Cara ini biasanya memanfaatkan hubungan asmara dengan menggunakan gambar dari media sosial, yang diambil dari hasil pencarian Google hingga dibuat memanfaatkan AI generatif.

    Adapun phishing adalah kejahatan yang mungkin sering kita dengar. Penipuan ini dilakukan untuk mendapatkan akses ke perangkat korban untuk mencuri informasi, bisa melalui aplikasi atau situs berbahaya.

    Para penipu menggunakan catphishing akan mencoba masuk ke lingkungan sosial dan profesional korban. Artinya, dampaknya tidak hanya untuk individual, tetapi juga perusahaan.

    Kejahatan catphishing tidak mengincar potensi percintaan seperti catfishing. Namun akan dibuat layaknya tawaran pekerjaan biasa dengan informasi seperti dari LinkedIn.

    Tips Menghindar dari Catphishing

    Berikut beberapa cara yang dilakukan untuk menghindari penipuan, termasuk catphishing, dikutip dari laman Sun Sentinel:

    Minta untuk melakukan video chat, Anda perlu khawatir jika orang tersebut terus menunda.
    AI generatif bisa meninggalkan jejak yang sangat terlihat. Misalnya dalam profil media sosialnya akan terlihat tampilan aneh atau gambar jari-jari yang berantakan.
    Hati-hati dengan cerita yang diungkapkan pihak tersebut. Misalnya cerita sedih untuk menarik hati Anda agar mempercayainya.
    Jangan bagikan informasi pribadi apapun secara online dengan orang lain.
    Gunakan platform seperti reverse Google Image untuk mencari apakah gambar yang Anda terima sudah pernah dipublikasikan pihak lain. Ini dilakukan untuk menilai keaslian profil seseorang.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • TASPEN Perkuat Akses Pengaduan Peserta Lewat Ini

    TASPEN Perkuat Akses Pengaduan Peserta Lewat Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT TASPEN (Persero) terus berupaya memperkuat kanal resmi penanganan keluhan peserta. Salah satunya diwujudkan melalui kehadiran beragam saluran komunikasi yang mudah dijangkau, mulai dari Call Center, Taspen Care, Email Resmi TASPEN, Sosial Media Resmi TASPEN.

    Adapun inisiatif ini merupakan tindak lanjut atas Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia Nomor 20/SEOJK.08/2025 tentang Publikasi Penanganan Pengaduan dan Laporan Layanan Pengaduan. Berdasarkan kebijakan tersebut, TASPEN memastikan setiap peserta, di mana pun berada, dapat menyampaikan keluhan secara cepat, mudah, dan transparan, dengan jaminan penanganan yang terukur serta akuntabel.

    Corporate Secretary TASPEN, Henra mengatakan, peserta merupakan prioritas utama bagi layanan TASPEN. Melalui penguatan kanal pengaduan resmi yang semakin terintegrasi, TASPEN berupaya memastikan setiap aspirasi dan keluhan dapat ditangani secara cepat, jelas, dan akuntabel.

    “Kehadiran layanan digital TASPEN menghadirkan kemudahan layanan bagi peserta yang dapat diakses kapan saja dan di mana saja,” ujar dia dalam keterangan tertulis, Selasa (14/10/2025).

    Sebagai perusahaan yang senantiasa mengedepankan prinsip layanan prima, TASPEN menghadirkan berbagai kanal pengaduan resmi, di antaranya:

    1. Call Center 1500 919

    Layanan telepon resmi TASPEN yang siap membantu peserta dalam memperoleh informasi dan menyampaikan pengaduan dari seluruh wilayah Indonesia.

    2. Taspen Care

    Layanan pengaduan resmi TASPEN yang memudahkan peserta dalam menyampaikan keluhan, memantau status laporan, serta memperoleh solusi layanan secara cepat dan transparan. Taspen Care dapat diakses melalui website dengan alamat andal.taspen.co.id/taspen-care dan di aplikasi Andal by TASPEN.

    3. Email Resmi

    Melalui [email protected] untuk layanan dan keluhan pelanggan serta [email protected] untuk korespondensi korporasi.

    4. Media Sosial Resmi TASPEN

    Facebook (Taspen), Instagram (@taspen), TikTok (@taspen), X (@taspen), YouTube (TASPEN), dan LinkedIn (@taspen).

    5. Sistem Layanan Aspirasi dan Pengaduan Online (LAPOR.go.id)

    Platform resmi Pemerintah (KemenpanRB) yang memungkinkan masyarakat, termasuk peserta TASPEN, untuk menyampaikan aspirasi, informasi, maupun pengaduan pelayanan publik secara mudah, transparan, dan dapat dipantau status tindak lanjutnya secara daring.

    6. Kontak157 OJK

    Kanal resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk layanan konsumen sektor jasa keuangan. Melalui Kontak157 OJK, masyarakat dapat menyampaikan pertanyaan, permintaan informasi, maupun pengaduan terkait layanan jasa keuangan, termasuk TASPEN. Layanan ini dapat diakses melalui berbagai saluran, yaitu:

    a. Situs web: kontak157.ojk.go.id.

    b. Telepon: (021) 157.

    c. WhatsApp: 081-157-157-157.

    d. Email: [email protected].

    e. Media sosial resmi OJK: Instagram (@kontak157), Facebook (Kontak OJK157)

    Lebih jauh, TASPEN berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas layanan dengan memanfaatkan teknologi komunikasi terkini guna menghadirkan layanan yang responsif, modern, dan andal, melalui konsolidasi kanal keluhan peserta sebagai bagian dari strategi digitalisasi pelayanan publik yang inklusif dan terintegrasi, sejalan dengan Asta Cita Presiden Republik Indonesia dalam mewujudkan tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, transparan, dan berbasis digital.

    Dengan mengusung semangat “TASPEN, Andal Melayani”, kehadiran kanal penanganan keluhan ini diharapkan mampu memberikan kenyamanan dan kepastian bagi peserta di seluruh pelosok Indonesia, termasuk wilayah 3T (terdepan, terpencil, dan tertinggal). Semangat ini juga diharapkan bisa mempercepat transformasi layanan yang lebih lincah, adaptif, dan inklusif, sehingga seluruh peserta dapat memperoleh hak dan informasi secara cepat, adil, dan akuntabel.

    (bul/bul)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ilmuwan Temukan Lokasi Pesawat MH370 yang Lama Hilang, Cek Faktanya

    Ilmuwan Temukan Lokasi Pesawat MH370 yang Lama Hilang, Cek Faktanya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sudah 11 tahun pesawat Malaysia Airlines Penerbangan 370 alias MH370 hilang tanpa bekas. Insiden 8 Maret 2014 itu menjadi salah satu misteri penerbangan yang belum terpecahkan.

    Sudah lebih dari satu dekade sejak kejadian tersebut, tetapi puing-puing pesawat yang membawa 239 penumpang dan kru itu belum ditemukan. 

    Mengingatkan kembali, pesawat MH370 yang hilang kala itu bertolak dari Kuala Lumpur menuju Beijing. Misteri hilangnya pesawat memicu banyak teori yang muncul.

    Hingga sekarang belum ada yang bisa dinyatakan valid 100 persen. Salah satu teori yang paling menghebohkan diungkap ilmuwan Australia Vincent Lyne beberapa saat lalu.

    Ia mengklaim telah memecahkan misteri hilangnya pesawat MH370. Dengan lantang, ia mengatakan lokasi pesawat tenggelam di perairan Samudra Hindia.

    Lyne yang merupakan periset tambahan di Institute for Marine and Antarctic Studies di University of Tasmania mengumumkan penemuannya di LinkedIn dengan judul postingan ‘Mystery of MH370 Solved by Science’ (Misteri MH370 Dipecahkan Sains).

    Teorinya berpusat pada lubang sedalam 20.000 kaki di Broken Ridge, yakni dataran besar di dasar Samudra Hindia bagian tenggara, dikutip dari Newsweek, Sabtu (11/10/2025).

    Menurut Lyne, sang pilot Zaharie Ahmad Shah, sengaja menerbangkan pesawat di area remot bawah laut yang terpencil dan terjal. Manurut Lyne lanskap lokasi tersebut ‘sempurna’ sebagai tempat ‘menghilangkan’ pesawat.

    “Temuan ini mengubah narasi hilangnya MH370,” kata Lyne.

    Ia yakin kecelakaan MH370 bukan hasil dari habisnya bahan bakar, tetapi kelalaian dalam kalkulasi dan kontrol pesawat.

    Lebih lanjut, ia mengklaim penemuan lokasi MH370 berasal dari persimpangan garis bujur Bandara Penang dengan jalur penerbangan dari simulator pilot. Rute itu sebelumnya dianggap “tidak relevan” oleh FBI dan penyelidik lainnya, kata Lyne.

    “Lokasi itu perlu diverifikasi sebagai prioritas tinggi,” kata Lyne.

    “Soal akan dicari lebih lanjut atau tidak terserah petugas dan perusahaan pencarian. Namun, menurut sains, kita tahu kenapa pencarian sebelumnya gagal,” Lyne melanjutkan.

    Penemuan Lyne diumumkan pasca 10 tahun MH370 hilang, yakni pada 2024 lalu. Tim pencarian sudah melakukan penyelidikan sejauh 120.000 kilometer persegi area Samudra Hindia. Namun, tak ditemukan tanda-tanda puing pesawat atau keberadaan pesawat. 

    Kabar Pencarian Terbaru

    Pada akhir 2024 lalu, pemerintah Malaysia menyetujui pencarian MH370 oleh firma pencarian maritim Ocean Infinity.

    Laman pendeteksi laut Marinetraffic.com menunjukkan pesawat Ocean Infinity berada di samudra Hindia selatan pada 23 Februari 2025.

    Ocean Infinity sepakat untuk melakukan pencarian itu dengan basis ‘tak ketemu, tak bayar’.

    Menteri Transportasi Malaysia Anthony Loke mengatakan pemerintah akan meneken kontrak pencarian untuk 18 bulan.

    Ocean Infinity akan menerima US$70 juta jika ditemukan puing-puing pesawat yang bisa diverifikasi. Pencarian itu meliputi area 15.000 kilometer persegi.

    Namun, tak sampai 18 bulan, pemerintah Malaysia mengumumkan penangguhan untuk pencarian MH730 pada April 2025, dikutip dari Aljazeera.

    “Bukan musimnya,” kata Loke. Ia mengatakan pencarian akan dilanjutkan kembali pada akhir 2025 ini.

    Insiden MH370 menyisakan luka mendalam bagi orang-orang yang ditinggalkan oleh korban. Semoga misteri ini segera terjawab. Kita tunggu saja!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Cari Kerja Makin Susah, Kena PHK Banting Setir Jadi Virtual Assistant

    Cari Kerja Makin Susah, Kena PHK Banting Setir Jadi Virtual Assistant

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Mencari pekerjaan di tengah ketidakpastian ekonomi kini bukan perkara mudah. Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang masih terjadi di Indonesia membuat banyak orang harus memutar otak untuk mencari penghasilan baru.

    Satu Data Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat, pada Agustus 2025 terdapat 830 pekerja yang terkena PHK. Pada Juli 2025, jumlahnya lebih besar yakni 1.118 orang.

    Jumlah PHK terbanyak berasal dari Jawa Barat (261 orang), disusul Sumatra Selatan (113 orang), dan Kalimantan Timur (100 orang). Sementara itu, DKI Jakarta mencatat 48 pekerja terdampak PHK, Jawa Timur 51 orang, dan Banten sebanyak 36 pekerja.

    Di sisi lain, lulusan kuliah juga makin susah mendapat kerja, dikarenakan persaingan yang makin sengit dan industri yang makin efisien gara-gara perkembangan teknologi. Dalam beberapa ‘job fair’ yang digelar, tampak para fresh graduate berlomba-lomba menyebar CV, tetapi tak semua mendapat kabar baik. 

    Sebagai orang tua, Ia mengaku prihatin dengan kondisi dunia kerja saat ini. Pihaknya mengatakan kondisi saat ini makin susah untuk mencari kerja, berbeda jauh dari saat dirinya mencari kerja 1985 silam.

    “Wah, memang kasian anak muda sekarang, nyari kerja makin susah karena makin banyak orang. Dulu saya di 1985, masih agak gampang karena belum banyak orang, beda banget kondisinya. Dulu saya kirim lamaran, banyak yang cari saya, sekarang boro-boro,” kata Suparman, orang tua yang mengantar anaknya mencari kerja di Job Fest 2025 beberapa saat lalu.

    Virtual Assistant, Profesi Baru di Era Serba Digital

    Di tengah sulitnya mencari pekerjaan kantoran, profesi virtual assistant (VA) muncul sebagai alternatif baru yang diminati banyak orang.

    Virtual assistant adalah seseorang yang memberikan layanan dukungan administratif atau operasional kepada bisnis secara jarak jauh.

    Seiring berkembangnya teknologi dan budaya kerja fleksibel, profesi ini makin populer, terutama di kalangan pekerja lepas, ibu rumah tangga, hingga korban PHK.

    Tugas seorang VA sangat beragam, mulai dari membalas email, membuat laporan, mengelola media sosial, hingga membantu strategi pemasaran digital.

    Virtual assistant banyak dicari oleh wirausaha, startup, dan bisnis online yang membutuhkan tenaga tambahan tanpa harus mempekerjakan karyawan tetap atau menyewa kantor.

    Dari Jurnalis ke Virtual Assistant

    Setelah lebih dari 11 tahun berkarier sebagai wartawan, Dinda Juwita tak pernah menyangka harus kehilangan pekerjaannya akibat PHK pada Mei 2025. Alih-alih sedih karena di PHK, ia memilih memanfaatkan masa jedanya untuk belajar hal baru.

    “Sebetulnya aku nggak buru-buru cari kerja baru banget. Karena yaudahlah pengen istirahat dulu, udah belasan tahun kerja,” kata Dinda saat berbincang dengan CNBC Indonesia.

    Namun, setelah beberapa minggu beristirahat, Dinda merasa tidak betah menganggur. Terbiasa dengan ritme kerja cepat sebagai jurnalis, ia kemudian mencari kegiatan produktif.

    Dari situ, ia ingat pernah muncul kursus SGB VA, lembaga pelatihan yang sering ia lihat iklannya di media sosial.

    “Awalnya aku ikut free webinar-nya dulu. Di akhir acara, mereka jelaskan detail soal kursus, mulai dari jenisnya, biaya, sampai perbedaan antara kelas premium dan reguler,” ujarnya.

    Kursus tersebut memberikan pembekalan mulai dari pengenalan profesi VA, pelatihan, hingga membuka jaringan klien bagi pesertanya. Ketika mengikut kelas tersebut, Dinda juga mendapatkan sesi mentoring pribadi untuk membahas perkembangan kemampuannya dengan mengambil ‘penjurusan’ minat yang dia inginkan.

    “Kalau di tempat kursusku itu ada penjurusan kayak di kampus. Jadi ada semacam kita maunya fokus di social media specialist, atau marketer,” jelasnya.

    Apa yang Dikerjakan?

    Meski masih baru di dunia virtual assistant, Dinda sudah mendapatkan satu klien asal dari luar negeri.

    “Aku beruntung dapat klien dari mutual friend yang butuh bantuan short term, nggak sampe 2 bulan. Karena aku ambil jalur social media specialist, tugasnya bantu bikin konten untuk akun media sosial bisnisnya,” jelas Dinda.

    Dinda mengatakan bahwa kliennya adalah seorang perempuan asal Singapura yang merupakan mantan profesional venture capital dan kini membangun platform edukasi investasi. Dalam proyek itu, Dinda membantu membuat materi konten dan strategi di media sosial.

    Salah satu tugas utamanya adalah mengolah ulang atau repurpose materi dari podcast yang dimiliki kliennya menjadi berbagai bentuk konten baru di media sosial.

    “Jadi fokus konten yang aku kerjakan itu adalah rerpurpose dari konten yang dia bikin. Klienku punya semacam podcast, dan aku mengembangkan ide lanjutan dari situ,” jelasnya.

    Ia menjelaskan, podcast milik kliennya berdurasi cukup panjang, sekitar 40 menit per episode, dengan topik yang beragam. Salah satu tema yang pernah diangkat, misalnya, membahas tentang bagaimana teknologi kecerdasan buatan (AI) membantu venture capital dalam mengembangkan bisnis.

    Dinda bertugas mendengarkan setiap episode secara menyeluruh untuk menemukan bagian-bagian menarik yang bisa diolah menjadi konten baru. “Dari 10 podcast misalnya, aku pilih satu per satu, aku dengerin dulu pembicaraannya. Untungnya klienku ini cukup terorganisir, jadi setiap episode sudah punya summary per bagian,” ujarnya.

    Setelah menentukan bagian menarik, Dinda mengembangkannya dan kemudian membuat versi konten yang akan dipublikasikan di platform seperti Instagram dan LinkedIn.

    “Aku bikin postingan untuk suplai konten di Instagram dan LinkedIn sesuai dengan brand guideline yang sudah ada. Mulai dari warna, font, sampai template-nya, semua sudah disiapkan klien,” jelasnya.

    Menurut Dinda, proses kerjanya juga melibatkan beberapa kali revisi dan persetujuan dari klien sebelum konten diunggah. “Setelah selesai dan disetujui, itu sudah bukan bagian tugasku lagi. Urusan metrics atau engagement itu tanggung jawab tim klien,” tambahnya.

    Kemampuan Bahasa Inggris Diperlukan

    Ia menambahkan, kemampuan berbahasa Inggris menjadi keterampilan dasar yang penting dimiliki seorang virtual assistant. “Gak harus fasih, tapi setidaknya punya kemampuan basic English sudah cukup. Yang penting bisa berkomunikasi, karena sebagian besar klien berasal dari luar negeri,” ujarnya.

    Menurut Dinda, dengan kemauan belajar dan komunikasi yang baik, profesi asisten virtual bisa menjadi jalan baru untuk tetap produktif sekaligus menambah penghasilan di tengah ketatnya persaingan dunia kerja.

    “Jadi apa ya, menurutku sangat membantu buat orang-orang yang mau switch career, mau menjadikan virtual assistant sebagai pekerjaan sampingannya, itu sangat menjanjikan, tapi aku juga gak mau lebay ya. Tapi emang semua itu tergantung kitanya. Tergantung kita ulet juga, tergantung mau gak belajar,” pungkasnya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]