Pengendara Kesal, Penutupan Jalur di Cinere Picu Kemacetan Parah
Tim Redaksi
DEPOK, KOMPAS.com –
Warga mengeluhkan penutupan satu jalur kendaraan di Jalan Raya Cinere, Kota Depok akibat proyek galian saluran di depan Mal Cinere.
Pengendara motor bernama Rizky (30) mengaku kesal adanya penutupan jalur tersebut menyebabkan kemacetan parah.
Proyek galian
yang diperkirakannya sudah berlangsung sepekan seharusnya bisa dioptimalkan agar tidak terlalu lama pengerjaannya.
“Setahu saya infonya tuh proyek beres tanggal 23 November kemarin, makanya agak kesal karena mikirnya ya sampai kapan jalur ditutup,” jelas Rizky saat ditemui di lokasi, Rabu (26/11/2025).
Sementara warga bernama Fawdi (64) yang melihat penutupan total salah satu jalur membuat sepekan terakhir terjadi kemacetan yang tidak biasa dibanding sehari-hari.
Setiap waktu berangkat kerja, Fawdi melihat peningkatan volume kendaraan yang melaju dari arah Depok ke Jakarta.
“Itu kalau pas seminggu lalu, macet panjang pasti sampai sini (depan KFC Cinere), padat terus itu sampai siang,” kata Fawdi.
Ia menerangkan, ruas jalan yang hanya berkisar 6-8 meter itu harus menampung banyaknya kendaraan mobil dan motor untuk kedua arah.
Di kondisi terparah, macet masih terus terlihat hingga sekitar pukul 10.00 WIB.
“Kalau mau kelihatan sepi (enggak macet) baru kelihatan sekitar pukul 13.00 WIB tuh, tapi malamnya macet lagi sampai jam segini (19.25 WIB) juga padat,” ujarnya.
Dia menambahkan
kemacetan Jalan Raya Cinere
mulai terurai sejak jalur yang dibongkar untuk galian kembali dibuka khusus untuk kendaraan motor.
Beberapa pengendara termasuk dirinya juga memilih untuk lewat jalan alternatif lain agar tidak terjebak macet di Cinere.
“Sekarang sudah lancar lagi karena sehari-hari juga macet di sini enggak lama, palingan ya tetap lancar (nyetirnya),” terang Fawdi.
Adapun pantauan Kompas.com di lokasi, seorang polisi lalu lintas berjaga tepat di seberang Lawson Cinere.
Pada jalur dari Depok menuju Jakarta, terpampang tulisan “khusus kendaraan roda dua” yang mengarahkan pemotor melintas di sepetak jalan tepat di atas proyek galian.
Sesekali, antrean pengendara motor terlihat menumpuk sebab harus bergantian melaju di area sempit dekat galian.
Seorang pengendara mobil bahkan sempat salah jalur. Saat hendak mendekati titik galian, ia tidak bisa melintas dan terpaksa memutar balik.
Petugas kepolisian tampak mengatur arus pengendara motor agar tetap aman melewati area tersebut.
Sementara itu, untuk arus dari arah Jakarta menuju Depok, jalur diberlakukan menjadi dua lajur agar mobil dari Depok tetap memiliki ruang melintas.
Selama pemantauan antara pukul 17.30-18.30 WIB, arus kendaraan terpantau ramai lancar tanpa kemacetan mengular.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Perusahaan: KFC
-

Pukul Ojol di Bali, 3 Debt Collector Diringkus Polisi
BADUNG – Polsek Kuta Selatan, Bali, menangkap tiga debt collector atau penagih utang karena memukul seorang pengemudi ojek online (ojol) bernama Deka Prasetyo Mahardiko.
Ketiga pelaku diketahui bernama Azizmon Yoaquim Dance, Damianus Bebioja, dan Yohanes Dhae. Ketiganya ditangkap polisi di Jalan Bypass Ngurah Rai, Jimbaran, Kabupaten Badung, Selasa (18/11), setelah peristiwa pemukulan viral di media sosial (medsos).
Kapolsek Kuta Selatan, Kompol I Komang Agus Dharmayana membenarkan, adanya keributan tersebut. Tiga terduga pelaku masing-masing Azizmon Yoaquim Dance, Damianus Bebioja, dan Yohanes Dhae langsung diamankan untuk dimintai keterangan lebih lanjut.
“Begitu menerima informasi, anggota langsung menuju TKP, mengamankan para pihak, serta membawa semuanya ke Polsek untuk mencegah keributan lanjutan,” kata Kompol Agus, dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 19 November.
Peristiwa penganiayaan itu, terjadi di halaman parkir KFC Jimbaran, Jalan Bypass Ngurah Rai, Kecamatan Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali. Kejadian ricuh itu pada Selasa (18/11) sore.
Seorang pria bernama Deka Prasetyo Mahardiko diduga menjadi korban pemukulan yang dilakukan tiga orang pria yang belakangan diketahui bekerja sebagai debt kolektor.
Peristiwa terjadi sekitar pukul 15.30 WITA, saat korban hendak mengambil sepeda motornya di area parkir. Tiba-tiba, tiga orang pelaku mendatangi korban dan menanyakan terkait kepemilikan kendaraan.
Dari informasi sementara, para pelaku telah berada di lokasi sejak siang hari karena sedang mencari unit sepeda motor yang diduga bermasalah dalam pembayaran kredit.
Situasi yang awalnya berupa percakapan biasa berubah memanas ketika terjadi rebutan kunci antara korban dan salah satu pelaku. Cekcok tidak terhindarkan hingga berujung tindakan kekerasan.
“Korban mengaku ditanduk dan dipukul oleh para pelaku, menyebabkan luka pada bagian bibir dan rasa sakit pada hidung serta kepala,” imbuhnya.
Keributan tersebut sempat menyita perhatian pengunjung dan warga sekitar. Rekaman video yang beredar di media sosial membuat situasi semakin ramai, sehingga pihak kepolisian segera menuju lokasi.
Dari keterangan sementara, para pelaku berdalih sedang melakukan pengecekan unit kendaraan terkait tunggakan kredit. Namun, perdebatan di lokasi berujung tindakan fisik terhadap korban.
“Terkait permasalahan tersebut korban telah membuat laporan resmi di Polsek Kuta Selatan. Sementara itu, kasus ini masih dalam penanganan Unit Reskrim untuk pendalaman lebih lanjut,” ujarnya.
-
/data/photo/2025/11/12/69147104e3bc7.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
4 Perjalanan Pencarian Gabriella: Hilang di Tangerang, Ditemukan di Menteng Megapolitan
Perjalanan Pencarian Gabriella: Hilang di Tangerang, Ditemukan di Menteng
Penulis
KOMPAS.com –
Siswi SMA Strada St Thomas Aquino, Kota Tangerang, bernama Maria Gabriella atau akrab disapa Gaby (16), sempat menghilang selama sepekan sebelum akhirnya ditemukan dalam keadaan selamat di Jakarta Pusat.
Gaby dilaporkan hilang sejak Rabu (5/11/2025), setelah terakhir kali diantar ibunya, Brigita Titis (43), ke sekolah menggunakan sepeda motor.
Ayah Gaby, Yohanes, menuturkan bahwa istrinya sempat meninggalkan motor di sekolah karena sore hari Gaby dijadwalkan mengikuti les.
“Awalnya pagi, Gaby sama mamanya naik motor ke sekolah Strada. Nah si mamanya bilang, ‘Kak motor mamah tinggal karena nanti sore kamu les’,” ujar Yohanes kepada
Kompas.com
, Rabu (12/11/2025).
Setelah itu, Brigita berangkat bekerja menggunakan ojek
online
dari sekolah anaknya. Yohanes yang berada di Cikarang bersama anak keduanya, Michael (13), masih sempat berkomunikasi dengan istri dan Gaby di pagi hari.
Namun, sejak siang, pesan yang dikirim kepada Gaby tak lagi dibalas.
“Saya nanya, ‘Si Gaby ke mana hari ini jalannya?’, ‘oh nanti les gini-gini’. Nah, itu masih komunikasi sama Gaby, masih chat-chat-an, berarti kan aman tuh,” kata Yohanes.
Namun, sejak sore, Gaby tak lagi memberi kabar. Saat Brigita pulang kerja, putrinya belum juga tiba di rumah.
“Malamnya kami doa bareng, tapi Gaby enggak ada. Baru setelah itu mamanya cerita kalau Gaby enggak pulang,” ujarnya.
Keesokan harinya, Kamis (6/11/2025), keluarga melaporkan kehilangan Gaby ke Polres Metro Tangerang Kota. Laporan diterima oleh Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA).
Yohanes kemudian memutuskan untuk datang ke Tangerang dari Cikarang pada Jumat (7/11/2025), setelah mendapat kabar bahwa titik koordinat ponsel Gaby terdeteksi di kawasan Pasaraya, Manggarai, Jakarta Selatan.
“Pasaraya kan sudah mati, tidak ada kehidupan mall, yang ada hanya JCO sama KFC kalau enggak keliru. Dua-duanya kan ada kopi, Gaby suka kopi, saya ada dugaan ke situ, karena titik koordinatnya ada di area situ,” jelas Yohanes.
Ia dan Michael mencari ke dua restoran itu, juga ke belakang gedung Pasaraya, namun hasilnya nihil.
Setelah tiga jam mencari, keduanya kembali ke Tangerang atas saran Brigita. Namun, pada pukul 16.00 WIB, titik koordinat berpindah ke area Universitas Indonesia (UI), Depok.
Yohanes dan Brigita berangkat dengan sepeda motor, tiba sekitar pukul 20.00 WIB, dan meminta bantuan sekuriti kampus, tetapi hasil pencarian tetap kosong.
Sekitar pukul 21.00 WIB, lokasi ponsel berpindah lagi ke sebuah hotel di Ancol, Jakarta Utara. Yohanes dan Brigita langsung menuju ke sana.
“Sampai hotel itu kebetulan penjaganya kooperatif, dilihatin CCTV-nya, segala macem gitu, memang tidak ada pergerakan di situ,” jelasnya.
Pencarian terus dilakukan tanpa hasil. Sekitar pukul 01.00 WIB, Sabtu (8/11/2025), Michael memberi tahu bahwa titik koordinat berpindah ke kawasan Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Yohanes dan Brigita segera menuju lokasi. “Pokoknya sampe TKP Tanah Abang itu sekitar jam 1–2-an pagi tuh.
Nah setelah dari Tanah Abang kita sudah dapet CCTV tidak ada pergerakan anak, yaudah kita balik ke Tangerang lagi, naik motor lagi, berdua lagi,” katanya.
Setelah tiba di rumah pukul 04.00 WIB, ponsel Gaby tidak lagi menunjukkan pergerakan.
Keduanya melanjutkan pencarian ke sejumlah tempat yang biasa dikunjungi Gaby seperti kafe dan hotel sekitar Tangerang, namun tetap tidak ada hasil.
Pada Senin (10/11/2025), polisi memberi kabar bahwa titik koordinat ponsel Gaby aktif kembali dan terdeteksi di Stasiun Tangerang sekitar pukul 11.00 WIB. Yohanes dan Brigita langsung menuju lokasi.
“Saya nanya ke polisi, Iho bapak ngasih tau saya koordinat, kenapa pasukan dari polres tidak ada yang merapat, malah menyuruh kami yang nyari,” cerita Yohanes.
Setelah dua jam mencari, mereka pulang tanpa hasil.
Pada malam harinya, sekitar pukul 20.00 WIB, titik koordinat bergeser lagi ke kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Dibantu kerabat di Ciledug, mereka memeriksa lima hotel di sekitar lokasi, namun tidak menemukan tanda-tanda keberadaan Gaby.
“Kita sampai masuk lima hotel tidak ada gelagat dari Gaby, di CCTV hotel-hotel juga tidak ada. Akhirnya kita putuskan, jam 02.00 WIB untuk pulang,” kata Yohanes.
Setelah sepekan pencarian, Rabu (12/11/2025), Gaby akhirnya ditemukan dalam keadaan selamat di kawasan Menteng, Jakarta Pusat. Kasi Humas Polres Metro Tangerang Kota, Iptu Prapto, membenarkan hal tersebut.
“Tadi ketemunya 16.00 WIB di depan kantin Taman Ismail Marzuki, Jalan Cikini Raya, Menteng, Jakarta Pusat,” ujarnya.
Menurut Prapto, Gaby saat ditemukantampak duduk seorang diri sambil memegang ponsel.
“Baju kaos oblong warna coklat. Enggak nangis pas ketemu tadi, lagi duduk seorang diri aja,” katanya. Ia menambahkan bahwa kondisi Gaby sehat dan tidak menunjukkan tanda-tanda trauma.
Setelah ditemukan, Gaby langsung dibawa ke Polres Metro Tangerang Kota untuk menjalani pemeriksaan dan memberikan keterangan terkait penyebab kepergiannya.
“Nanti kami mintai keterangan lengkap, ke mana saja dan bersama siapa selama tidak pulang,” ujar Prapto.
Ayah Gaby, Yohanes Hani (50), mengaku belum mengetahui secara pasti proses penemuan putrinya.
“Saya belum tahu A1, cuma istri aja tadi ngabarin dengan nge-share WA ke saya. Sudah itu saja,” ujarnya. Ia juga menyerahkan seluruh penjelasan kepada pihak kepolisian.
“Tadi polisi ngomong langsung saja ke humas,” imbuhnya.
Yohanes berencana segera menuju Tangerang dari Cikarang untuk menjemput Gaby.
“Besok pagi saya rencana ke Tangerang, sendiri. Michael besok sekolah, nanti dititipi ke saudara saya,” ujarnya.
Penemuan Gaby di Menteng menandai berakhirnya pencarian intensif selama sepekan yang dilakukan oleh keluarga bersama aparat kepolisian.
Polres Metro Tangerang Kota masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mengungkap alasan di balik hilangnya siswi SMA tersebut serta memastikan kondisinya tetap aman.
(Reporter: Intan Afrida Rafni | Editor: Abdul Haris Maulana, Larissa Huda)
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/11/12/69147104e3bc7.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
7 Kronologi Hilangnya Maria Gabriella Usai Diantar Ibu ke Sekolah Megapolitan
Kronologi Hilangnya Maria Gabriella Usai Diantar Ibu ke Sekolah
Tim Redaksi
TANGERANG, KOMPAS.com –
Seorang remaja bernama Maria Gabriella atau akrab disapa Gaby (16) menghilang sejak Rabu (5/11/2025).
Ayah Gaby, Yohanes, mengatakan bahwa putrinya terakhir kali terlihat pada Rabu pagi ketika sang ibu, Brigita Titis (43), mengantarkannya ke SMA Strada St. Thomas Aquino, Kota Tangerang, menggunakan sepeda motor.
“Awalnya pagi, Gaby sama mamanya naik motor ke sekolah Strada. Nah si mamanya bilang, ‘Kak motor mamah tinggal karena nanti sore kamu les’,” ujar Yohanes kepada
Kompas.com
, Rabu (12/11/2025).
Usai mengantar Gaby ke sekolah, Brigita langsung menuju tempat kerjanya dengan menggunakan ojek
online
yang ia pesan dari sekolah anaknya.
Hari itu berjalan seperti biasa. Yohanes yang berada di Cikarang bersama anak keduanya, Michael (13), masih sempat berkomunikasi dengan istrinya dan Gaby.
Namun, sejak siang, pesan yang dikirim ke Gaby tak lagi dibalas. Hal itu membuat dirinya khawatir dan langsung menanyakan keberadaan Gaby ke sang istri.
“Saya nanya, ‘Si Gaby ke mana hari ini jalannya?’, ‘oh nanti les gini-gini’. Nah, itu masih komunikasi sama Gaby, masih
chat-chat-
an, berarti kan aman tuh,” kata dia.
Namun, sejak sore, Gaby tak lagi memberikan kabar. Saat Brigita pulang kerja, putrinya belum juga tiba di rumah.
“Malamnya kami doa bareng, tapi Gaby enggak ada. Baru setelah itu mamanya cerita kalau Gaby enggak pulang,” cerita dia.
Keesokan harinya, keluarga melapor ke Polres Metro Tangerang Kota dan diterima oleh Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) pada Kamis (6/11/2025).
Pada Jumat (7/11/2025), Yohanes bersama Michael berangkat dari Cikarang menuju rumah istrinya di Cimone, Kota Tangerang. Di tengah perjalanan, ia mendapat informasi bahwa titik koordinat ponsel Gaby terdeteksi di Pasaraya, Manggarai, Jakarta Selatan.
Saat tiba di Stasiun Manggarai, Yohanes langsung menuju Pasaraya untuk mencari.
“Pasaraya kan sudah mati, tidak ada kehidupan
mall
, yang ada hanya JCO sama KFC kalau enggak keliru. Dua-duanya kan ada kopi, Gabby suka kopi, saya ada dugaan ke situ, karena titik koordinatnya ada di area situ,” jelas dia.
Di sana, Yohanes bersama putranya mencari Gaby di dua restoran tersebut, tetapi tak menemukannya. Mereka juga mencari Gaby hingga ke belakang Pasaraya. Namun, setelah tiga jam mencari di sekitar Pasaraya, hasilnya nihil.
“Saya cari dari sekitar jam 09.00 WIB tapi tidak ada. Kemudian karena mamanya bilang sudah pulang aja Pak. Akhirnya kita pulang balik ke Tangerang,” kata dia.
Pada pukul 16.00 WIB, titik koordinat baru muncul di area Universitas Indonesia (UI), Depok. Yohanes dan Brigita segera berangkat dari Tangerang menggunakan sepeda motor.
Setibanya di lokasi sekitar pukul 20.00 WIB, mereka bertanya kepada sekuriti dan diketahui bahwa titik koordinat berada di gedung Kesehatan UI. Namun, hasil pencarian bersama sekuriti juga nihil.
Sekitar pukul 21.00 WIB, lokasi ponsel Gaby kembali berpindah ke salah satu hotel di Ancol, Jakarta Utara. Informasi itu didapat dari Michael yang memantau pergerakan titik koordinat melalui laptop di Tangerang.
Yohanes dan Brigita kemudian berangkat ke hotel di Ancol dan tiba sekitar pukul 23.00 WIB. Mereka langsung bertanya ke sekuriti. Petugas langsung mengarahkan ke ruangan CCTV, tetapi sosok Gaby tak juga ditemukan.
“Sampai hotel itu kebetulan penjaganya kooperatif, dilihatin CCTV-nya, segala macem gitu, memang tidak ada pergerakan di situ,” jelas dia.
Setelah perjalanan panjang, keduanya beristirahat sejenak. Namun, pada Sabtu (8/11/2025) pukul 01.00 WIB, Michael kembali memberi tahu bahwa titik koordinat berpindah ke Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Pasangan itu segera menuju lokasi, tetapi hasilnya lagi-lagi tetap nihil.
“Pokoknya sampe TKP Tanah Abang itu sekitar jam 1-2-an pagi tuh. Nah setelah dari Tanah Abang kita sudah dapet CCTV tidak ada pergerakan anak, yaudah kita balik ke Tangerang lagi, naik motor lagi, berdua lagi,” kata dia.
Mereka tiba di rumah pukul 04.00 WIB. Sejak itu, tidak ada lagi pergerakan titik koordinat ponsel Gaby.
Yohanes dan Brigita pun melanjutkan pencarian secara mandiri ke tempat-tempat yang sering dikunjungi Gaby, seperti kafe dan beberapa hotel di sekitar Tangerang, namun tak menemukannya.
Pada Senin (10/11/2025), polisi mengabarkan bahwa titik koordinat Gaby kembali aktif dan terdeteksi di Stasiun Tangerang sekitar pukul 11.00 WIB.
Yohanes dan Brigita langsung menuju Stasiun Tangerang untuk mencari putrinya. Tetapi saat itu, ia merasa kesal lantaran tidak ada polisi yang ikut mencari.
“Saya nanya ke polisi, Iho bapak ngasih tau saya koordinat, kenapa pasukan dari polres tidak ada yang merapat, malah menyuruh kami yang nyari,” cerita Yohanes.
Dua jam mencari di stasiun, Gaby tetap tidak ditemukan. Sekitar pukul 13.00 WIB, keduanya kembali pulang.
Namun, pada malam hari sekitar pukul 20.00 WIB, titik koordinat kembali bergeser ke Pondok Aren, Tangerang Selatan.
Dengan meminta bantuan kerabat di Ciledug, Tangerang, Yohanes dan Brigita mencari ke sejumlah hotel di sekitar lokasi.
“Kita sampai masuk lima hotel tidak ada gelagat dari Gaby, di CCTV hotel-hotel juga tidak ada. Akhirnya kita putuskan, jam 02.00 WIB untuk pulang,” kata dia.
Hingga kini, pencarian masih terus dilakukan. Keluarga menunggu perkembangan dari Polres Metro Tangerang Kota, yang disebut sedang menelusuri petunjuk baru di kawasan Gondangdia, Jakarta Pusat.
“Sampai hari ini, sampai siang ini belum ada pergerakan,” ucap Yohanes.
Sementara itu,
Kompas.com
masih berupaya menghubungi Polres Metro Tangerang Kota terkait peristiwa tersebut.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Restoran Pizza Hut Terancam Dijual!
Jakarta –
Perusahaan induk Pizza Hut, Yum! Brands, sedang mempertimbangkan untuk menjual jaringan restoran pizza tersebut. Langkah ini diambil setelah bisnis Pizza Hut terus mengalami penurunan penjualan.
Dilansir dari CNBC International, Kamis (6/11/2025), CEO Yum! Brands, Chris Turner, mengungkapkan tim Pizza Hut sudah bekerja keras mengatasi tantangan bisnis. Namun, ternyata kinerja Pizza Hut menunjukkan perlu adanya tindakan lain, contohnya seperti dijalankan di luar Yum! Brands.
Dalam beberapa kuartal terakhir, penjualan di gerai Pizza Hut di Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan sebesar 1% yang menyeret kinerja global perusahaan. Meski penjualan di beberapa negara lain masih meningkat, pasar AS tetap menjadi faktor penentu yang besar bagi kinerja keseluruhan merek tersebut.
Sementara itu, dua restoran cepat saji yang lain dari Yum! Brands justru mencatat hasil yang positif. Taco Bell berhasil meningkatkan penjualan di gerai yang sudah beroperasi sebesar 7%, sementara KFC tumbuh 3% meski menghadapi tekanan di pasar Amerika Serikat.
Yum! Brands saat ini memeroleh sekitar 11% dari total laba operasionalnya melalui bisnis Pizza Hut. Secara global, Pizza Hut membuka sekitar 20.000 gerai, dengan sekitar 6.500 berada di Amerika Serikat. Namun, persaingan di industri pizza juga semakin ketat.
Pesaing utama seperti Domino’s Pizza dan Papa John’s terus merebut pangsa pasar, bahkan Domino’s melaporkan adanya kenaikan penjualan sebesar 6% di bulan lalu yang didukung oleh strategi promosi yang agresif.
Selain tekanan dari pesaing, saat ini bisnis makanan cepat saji juga sedang menghadapi penurunan daya beli masyarakat. Inflasi yang tinggi dan melambatnya pasar tenaga kerja membuat konsumen lebih hati-hati dalam membelanjakan uangnya. Menurut Turner, konsumen di AS kini berhati-hati dalam menghadapi kondisi ekonomi yang tidak pasti.
Tidak hanya di AS, ternyata masalah serupa juga terjadi di Inggris. Hal ini di mana Pizza Hut berencana untuk menutup setengah gerainya akibat turunnya minat pelanggan. Dalam beberapa tahun terakhir, pasar pizza juga semakin padat dengan munculnya pesaing yang lebih cepat beradaptasi dengan tren dan selera konsumen generasi muda.
Meski menghadapi tekanan yang berat, Turner juga menyebutkan bahwa bisnis lain di bawah Yum! seperti Taco Bell tetap mampu mempertahankan penjualan yang solid. Hingga kini, Yum! Brands belum mengumumkan kapan keputusan akhir mengenai masa depan Pizza Hut akan diambil.
(fdl/fdl)
-
/data/photo/2025/10/20/68f619c92f7a1.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Mall WTC Matahari Serpong Kian Sepi, Banyak Toko Tutup dan Fasilitas Rusak Megapolitan 20 Oktober 2025
Mall WTC Matahari Serpong Kian Sepi, Banyak Toko Tutup dan Fasilitas Rusak
Tim Redaksi
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –
Mall WTC Matahari yang berlokasi di Jalan Raya Serpong, Pondok Jagung, Serpong Utara, Tangerang Selatan (Tangsel), tampak sepi dari pengunjung pada Senin (20/10/2025).
Berdasarkan pantauan
Kompas.com
di lokasi, pusat perbelanjaan yang berdiri sejak 2004 itu kini terlihat lengang.
Tak banyak pengunjung yang datang ke mal yang sempat populer pada masanya. Para pedagang pun perlahan meninggalkan toko mereka.
Banyak toko di dalam mal tersebut memasang tulisan “Dijual” atau “Disewa” lengkap dengan nomor telepon pemiliknya.
Tenant
yang sebelumnya berjualan di area tengah, seperti penjual pakaian
thrifting
dan jajanan kuliner, juga terlihat menutup lapak dengan kain dan menempelkan pengumuman tentang lokasi baru mereka.
Kondisi itu menandakan mereka sudah tidak beroperasi lagi di Mall WTC Matahari.
Di lantai satu, hanya tersisa beberapa toko fesyen dan perhiasan emas, serta bazar Matahari dengan promo “
buy 1 get 1
”.
Sementara di lantai dua terdapat
booth
perhiasan di depan eskalator, dengan
food court
yang kini hanya menyisakan merek besar seperti KFC dan A&W.
Lantai tiga masih memiliki Sportstation yang bertahan di antara deretan toko tutup. Namun, Metro Bookstore, Matahari Department Store, dan sejumlah toko lain sudah tidak beroperasi.
Di lantai empat, hanya toko elektronik yang masih buka, sementara bioskop Cinepolis yang dahulu menjadi daya tarik utama tampak gelap dan tertutup.
Fasilitas di dalam mal juga terlihat tak terurus. Beberapa eskalator tidak berfungsi dan hanya dapat digunakan hingga lantai tiga.
Banyak eskalator dimatikan karena rusak, dan di bagian pegangannya terpasang peringatan bertuliskan, “
Jangan dipegang, sedang rusak
.”
Selain eskalator, langit-langit di beberapa sisi tampak rusak dan bekas bocor akibat hujan.
Kaca terlihat kusam, sementara lampu di sejumlah area sengaja dimatikan karena toko-tokonya sudah tidak beroperasi.
Meski demikian, belum ada tanda-tanda bahwa mal berlantai lima itu akan ditutup secara permanen.
Dini (50), pedagang yang sudah berjualan sejak 2016 di Mall WTC Matahari, mengatakan kondisi sepi sudah berlangsung sejak pandemi Covid-19 dan belum pulih hingga kini.
“Sekarang kan swalayan enggak ada, gimana orang mau ke sini? Dulu orang belanja, sekalian makan, sekarang sepi banget,” kata Dini saat ditemui
Kompas.com
, Senin.
Ia mengungkapkan, sebelum pandemi, pendapatannya bisa mencapai Rp 1 juta per hari, terutama saat akhir pekan. Kini, ia nyaris tak mendapat pemasukan.
“Dulu bisa dapat sejuta sehari, apalagi kalau Sabtu-Minggu bisa lebih. Sekarang kadang nol, enggak ada pembeli,” ujarnya.
Hal serupa disampaikan Feri (bukan nama sebenarnya), pedagang yang telah berjualan di WTC sejak 2010.
Ia menilai pergantian manajemen sekitar lima tahun lalu justru memperburuk kondisi mal.
“Sejak manajemennya diganti, banyak yang enggak setuju. Fasilitas mulai dikurangi, lampu digelapin, eskalator sering dimatikan,” kata Feri kepada
Kompas.com
.
Menurutnya, eskalator kini hanya dihidupkan pada jam tertentu, menyulitkan pengunjung dan karyawan.
“Kadang jam setengah empat sore baru nyala. Orang mau naik-turun susah, apalagi yang bawa anak atau orang tua,” jelasnya.
Ia juga menyebut area depan mal yang menghadap Jalan Raya Serpong kini tampak redup dan kusam.
Kondisi tersebut membuat penyewa satu per satu hengkang karena sepi pengunjung dan biaya operasional yang tetap harus dibayar.
“Banyak yang keluar, yang bertahan cuma segelintir. Kalau terus begini, ya makin mati,” ujar Feri.
Hingga berita ini ditulis,
Kompas.com
masih berupaya menghubungi pihak pengelola WTC Matahari untuk meminta tanggapan atas keluhan para pedagang serta kondisi terkini pusat perbelanjaan tersebut.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/11/26/6926e6869503e.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)



