Korban Pemerasan Terluka Dibacok Preman di Tanah Abang
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com –
Preman membacok pria berinisial ARB karena tidak menyerahkan barang-barangnya di Stasiun
Tanah Abang
, Jakarta Pusat, Rabu (5/3/2025).
Korban awalnya sedang berjalan menuju Stasiun Kereta Api Tanah Abang, namun tiba-tiba diberhentikan oleh pelaku.
Pelaku berinisial AI meminta korban untuk menyerahkan barang-barang seperti handphone, tas dan dompet.
“Karena tidak berhasil merampas barang-barang milik korban, maka terlapor melukai korban di bagian kepala dan pinggang dengan sajam berupa golok,” kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam kepada wartawan, Sabtu (8/3/2025).
Usai melukai korban, Ade mengatakan pelaku merampas uang Rp 100.000 milik korban. Uang tersebut untuk membayar minuman.
“Kemudian terlapor merampas uang milik korban untuk membayar minuman sebesar Rp 100.000,” katanya.
Atas kejadian itu, polisi menangkap pelaku di Jalan Jati Baru, Tanah Abang pada Jumat (7/3/2025). Pelaku dijerat Pasal 365 KUHP dengan ancaman penjara 9 tahun.
“Selanjutnya pelaku dibawa ke Polda Metro Jaya guna penyidikan lebih lanjut,” katanya.
Diketahui sebelumnya, video yang menampilkan seorang pria diduga diperas di sekitar Stasiun Tanah Abang, Jakarta Pusat, viral di media sosial.
Dalam unggahan akun Instagram @warungjurnalis pada Sabtu (8/3/2025), terlihat seorang pria mengenakan kaus hitam lengan pendek dan celana jin serta menggendong ransel tiba-tiba diadang pria berjaket hijau muda.
Pria berkaus hitam itu tampak berjalan mundur, sementara lelaki berjaket hijau terus mendesak pria tersebut.
Pria berjaket hijau terlihat memegang senjata tajam dan beberapa kali menyabetkan ke arah pria berkaus hitam.
Tak lama, pria berkaus hitam berlari menjauh. Namun, ia sempat dipukul pria lain yang mengenakan kaus putih dan tas selempang hitam.
Sementara, lelaki berjaket hijau menunjuk-nunjuk dari kejauhan.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Perusahaan: Instagram
-
/data/photo/2025/03/08/67cbe0dfd5ed5.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Korban Pemerasan Terluka Dibacok Preman di Tanah Abang Megapolitan 8 Maret 2025
-

WNI yang Sempat Dikhawatirkan Keberadaannya di Tasmania Sudah Bisa Dikontak
Jakarta –
Hari Sabtu ini(8/03/2025), ABC Indonesia mendapatkan informasi yang sudah terkonfirmasi, termasuk dari KJRI Melbourne, jika Humam Syauqi Dawa Soeti sudah bisa dikontak dan dalam kondisi baik.
“Kami dapat kabar dari keluarga bahwa Humam sudah bisa dikontak kembali,” demikian pesan singkat yang diterima ABC Indonesia.Sebelumnya, keberadaan Humam, yang dilaporkan sedang berlibur di Tasmania, sempat dikhawatirkan karena tidak bisa kontak selama lima hari oleh pihak keluarga dan teman-temannya.Informasi terkait Humam pertama kali beredar di sejumlah halaman grup Facebook diaspora Indonesia, selain juga di halaman Facebook Kepolisian Tasmania.
ABC Indonesia kemudian melaporkannya dengan mengonfirmasi ke pihak KJRI Melbourne dan Kepolisian Tasmania untuk membantu menyebarkan informasi dan pencariannya.
Kemarin, ABC Indonesia juga sudah mencoba untuk menghubungi teman dan kerabat, termasuk untuk mendapatkan kontak keluarga, namun tidak berhasil dengan alasan untuk menjaga “privasi” keluarga.Dalam wawancara kemarin, KJRI Melborune mengonfirmasi Humam tinggal di Belanda dan menggunakan visa turis untuk berlibur di Australia.
Pihak KJRI Melbourne juga mengatakan setelah dari Tasmania, Humam rencananya terbang ke Sydney, lalu Seoul, Korea Selatan, dan kembali ke Belanda.
ADVERTISEMENT
`;
var mgScript = document.createElement(“script”);
mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
adSlot.appendChild(mgScript);
},
function loadCreativeA() {var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
if (!adSlot) return;
adSlot.innerHTML = “;if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
googletag.cmd.push(function () {
googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
googletag.pubads().refresh();
});
} else {
var gptScript = document.createElement(“script”);
gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
gptScript.async = true;
gptScript.onload = function () {
window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
googletag.cmd.push(function () {
googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’)
.addService(googletag.pubads());
googletag.enableServices();
googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
googletag.pubads().refresh();
});
};
document.body.appendChild(gptScript);
}
}
];var currentAdIndex = 0;
var refreshInterval = null;
var visibilityStartTime = null;
var viewTimeThreshold = 30000;function refreshAd() {
var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
if (!adSlot) return;
currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
adSlot.innerHTML = “”;
ads[currentAdIndex]();
}var observer = new IntersectionObserver(function (entries) {
entries.forEach(function (entry) {
if (entry.intersectionRatio > 0.1) {
if (!visibilityStartTime) {
visibilityStartTime = new Date().getTime();
requestAnimationFrame(checkVisibility);
}
} else {
visibilityStartTime = null;
if (refreshInterval) {
clearInterval(refreshInterval);
refreshInterval = null;
}
}
});
}, { threshold: 0.1 });function checkVisibility() {
if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
refreshAd();
if (!refreshInterval) {
refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
}
} else {
requestAnimationFrame(checkVisibility);
}
}document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function () {
var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
if (!adSlot) {
console.error(“❌ Elemen #ad-slot tidak ditemukan!”);
return;
}
ads[currentAdIndex]();
observer.observe(adSlot);
});var mutationObserver = new MutationObserver(function (mutations) {
mutations.forEach(function (mutation) {
if (mutation.type === “childList”) {
visibilityStartTime = new Date().getTime();
requestAnimationFrame(checkVisibility);
}
});
});mutationObserver.observe(document.getElementById(“ad-slot”), { childList: true, subtree: true });
Kepolisian Tasmania sudah menghapus unggahan terkait Humam di akun Facebook-nya, yang sebelumnya bertanya “Apakah kamu melihat Humam?”, karena “Humam dipercaya melakukan perjalanan ke area Launceston dan keluarganya khawatir karena mereka tidak mendapat kabar sejak Senin kemarin”.
Sementara itu, ABC Indonesia menghapus unggahan soal kekhawatiran keberadaan Humam, yang diunggah di akun Facebook dan Instagram kami, Jumat kemarin (7/03/2025), untuk mencegah kekeliruan audiens.
-

Pasha Ungu: Harus Ada Solusi untuk Banjir di Jabodetabek
Jakarta, Beritasatu.com – Selebritas sekaligus politisi, Sigit Purnomo Said atau Pasha “Ungu” berharap masalah banjir di Jabodetabek yang terus berulang setiap tahun harus segera ditemukan solusi terbaik.
“Harus ada solusi untuk menangani banjir,” tulis Pasha “Ungu” dikutip dari akun Instagram-nya, Sabtu (8/3/2025).
Sebagai anggota Komisi VIII DPR RI, vokalis grup band Ungu ini mengajak pemerintah pusat dan daerah untuk duduk bersama mencari solusi atas masalah banjir yang kerap terjadi.
“Banjir menjadi masalah serius yang terus berulang. BNPB harus segera duduk bersama pemerintah daerah untuk membahas kembali blueprint tata ruang wilayah,” tambahnya.
Mantan suami Okie Agustina itu menekankan, masalah banjir yang terus berulang disebabkan oleh buruknya tata kelola lingkungan serta kurangnya perhatian dari pemerintah daerah dalam menangani masalah ini.
“Jangan biarkan masyarakat terus-menerus menjadi korban,” tandas Pasha “Ungu” yang meminta agar banjir di Jabodetabek memiliki solusi terbaik.
-

Resahkan Pedagang Pasar Asemka, Pria Lempar Tinja dari Flyover Jakarta, Video Aksinya Viral – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM – Sebuah cuplikan CCTV yang merekam aksi pelemparan bungkusan plastik hitam yang diduga berisi kotoran manusia oleh seorang pengendara sepeda motor dari atas flyover di Jakarta Barat telah menjadi viral.
Video tersebut diunggah oleh akun Instagram @lbj_jakarta pada Minggu, 23 Februari 2025, dan langsung membuat resah para pedagang di Pasar Asemka.
Pelaku, yang tampak bertubuh tambun, terlihat mengendarai sepeda motor jenis metik sebelum membuang plastik besar ke bawah flyover.
Taufik (33), seorang pedagang di Pasar Asemka, mengungkapkan bahwa aksi pelemparan ini bukanlah hal baru.
Aksi pelemparan ini sudah sering diketahui oleh para pedagang di sepanjang kolong flyover Pasar Asemka.
“Mungkin iseng aja, enggak ada yang kenal,” ungkapnya pada Senin, 3 Maret 2025.
Taufik juga menambahkan, peristiwa pelemparan terakhir kali terjadi pada Minggu lalu, sebelum puasa Ramadhan.
“Orangnya gemuk yang pakai motor itu kan enggak ada yang kenal,” imbuhnya.
Kapolsek Tambora, Kompol Kukuh Islami, menyatakan bahwa pihaknya telah berupaya menyelidiki kasus ini.
Namun, penyelidikan belum membuahkan hasil karena rekaman CCTV yang ada masih samar.
“Belum ada bang, anggota masih melakukan penyelidikan,” tegas Kukuh saat dikonfirmasi.
Ia juga menambahkan bahwa pihaknya sedang mengumpulkan bukti CCTV dari kawasan flyover Pasar Asemka untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai pelaku.
“Lagi mengumpulkan bukti CCTV, koordinasi saja bang sama Kanit Reskrim,” tutupnya.
(Tribunnews.com/Isti Prasetya)
Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).
-

Gibah Virtual dan Puasa Ramadan
Ramadan merupakan sarana yang tepat untuk meningkatkan ketakwaan. Bulan ini merupakan hadiah besar yang dianugerahkan kepada umat muslim sebagai momen untuk memperbaiki kekurangan dan bertobat atas kesalahan, serta meningkatkan ketaatan kepada Sang Pencipta. Visi dari madrasah Ramadan telah ditegaskan oleh Allah Taala dalam QS Al-Baqarah ayat 183.
Ketakwaan yang diharapkan dari puasa saat Ramadhan tidak hanya berdimensi spiritual. Lebih dari itu, puasa Ramadan menjadi sarana efektif untuk membentuk berbagai aspek ketakwaan, baik dalam hubungan langsung antara manusia dan Tuhan-Nya atau antara sesama manusia. Oleh karenanya, banyak dalil yang menjelaskan keutamaan puasa dan ibadah, seperti bangun untuk salat pada malam hari pada Ramadan.
Rasulullah ﷺ bersabda yang maknanya,”Barang siapa yang berpuasa di bulan Ramadan dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari dan Muslim)
Hadis yang maknanya serupa sangat banyak. Misalnya, orang yang menghidupkan malam-malam Ramadan dengan salat dijanjikan ampunan oleh Allah. Namun, tidak semua orang yang menjalankan ibadah puasa dan qiyamul lail mendapatkan pahala yang dijanjikan.
Rasulullah ﷺ mengingatkan dalam hadisnya,”Betapa banyak orang yang berpuasa, tetapi tidak mendapatkan apa-apa dari puasanya selain rasa lapar dan dahaga. Dan betapa banyak orang yang bangun malam, tetapi tidak mendapatkan apa-apa selain sekadar begadang.” (HR Ahmad dan Ibnu Majah)
Perbandingan dalil-dalil di atas membuat seorang muslim merenung kembali tentang hakikat ibadah yang dilakukannya. Puasa seperti apakah yang akan mendapatkan ampunan dari Sang Pencipta? Hal apa sajakah yang dapat mengurangi, bahkan menghapus, pahala puasa?
Dari banyak dalil yang ada, dapat disimpulkan bahwa salah satu penyebab utama hilangnya pahala puasa adalah ketidakmampuan seseorang untuk menahan diri dari segala hal yang dapat merusak pahala puasa semata-mata untuk mendapatkan rida Allah Taala, sebagaimana makna dari hadis Nabi:
“Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan perbuatan dosa serta kebodohan, maka Allah tidak butuh dia meninggalkan makan dan minumnya.” (HR Bukhari nomor 1903)
Hadis ini menegaskan bahwa puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum, juga dari perbuatan tercela, seperti gibah. Jika seseorang tetap melakukan gibah, puasanya kehilangan nilai dan pahalanya berkurang.
Secara hukum fikih, puasanya tetap sah, tetapi bisa jadi tidak ada pahalanya karena tidak mampu mengekang nafsu dari perbuatan buruk, termasuk gibah.
Gibah diharamkan berdasarkan Al-Qur’an, sunah, dan ijmak ulama. Banyak ulama yang menggolongkannya sebagai dosa besar. Allah Taala menyamakan perbuatan ini dengan memakan daging saudara sendiri yang telah mati, sebagaimana yang dijelaskan di dalam surat Al-Hujurat: 12.
Definisi gibah adalah membicarakan keburukan orang lain yang jika orang tersebut mengetahuinya, ia akan merasa tidak suka. Seorang sahabat bertanya,”Wahai Rasulullah, apa itu gibah? Beliau bersabda,‘Engkau menyebut saudaramu dengan sesuatu yang ia tidak sukai.’ Dikatakan,‘Bagaimana jika memang benar ada padanya apa yang aku katakan?’ Rasulullah menjawab,‘Jika memang benar ada padanya, berarti engkau telah menggunjingnya. Namun jika tidak ada padanya, berarti engkau telah memfitnahnya’.” (HR Muslim).
Syaikh Nawawi al-Bantani menjelaskan definisi gibah dalam kitab Maraqil ‘Ubudiyyah:
ومعنى الغيبة أن تذكر إنسانا بما يكرهه لو سمعه سواء ذكرته بلفظك، أو في كتابك أو رمزت أو أشرت إليه بعينك أو يديك أو رأسك
“Hakikat gibah adalah menyebut orang lain dengan sesuatu yang tidak ia sukai jika sampai kepadanya, meskipun itu memang benar ada padanya, baik dengan lafaz (kalimat yang engkau ucapkan), tulisan, simbol, isyarat dengan mata, tangan, kepala, dan lain sebagainya.”
Seiring perkembangan teknologi, gibah tidak hanya dilakukan secara lisan, juga melalui media sosial dan platform digital lainnya. Gibah virtual terjadi ketika seseorang menggunjing, mencela, atau menyebarkan keburukan orang lain, dalam bentuk tulisan, gambar, video, atau komentar di dunia maya. Sejumlah grup WhatsApp berubah menjadi tempat membicarakan aib orang lain. Di Facebook, gibah virtual dapat berbentuk status sindiran atau komentar yang membuka aib seseorang. Di Instagram, gibah bisa berupa postingan yang mengekspos keburukan seseorang disertai caption bernada ejekan.
Imam Nawawi dalam kitab al-Adzkar menjelaskan bahwa gibah tidak hanya berlaku bagi orang yang berbicara, juga bagi orang yang mendengar tanpa menegur atau mengingkarinya. Bagi yang mendengar dan tidak mengingkari juga mendapatkan dosa seperti yang melakukannya. Hal ini menunjukkan bahwa mendengarkan gibah di grup WhatsApp, membaca komentar buruk di Facebook tanpa berusaha menegurnya, bahkan menyukai dan menyebarkan postingan yang mengandung gibah di Instagram, juga bisa termasuk perbuatan gibah yang dapat mengurangi atau menghapus pahala puasa.
Banyak faktor yang menyebabkan seseorang terjerumus dalam gibah, di antaranya: rasa iri dan dengki, tidak senang melihat orang lain mendapatkan nikmat, mengikuti kebiasaan lingkungan dan teman-teman yang suka bergunjing, ingin menonjolkan kelebihan diri, dan lain sebagainya. Penyebab terbesarnya adalah merasa diri lebih baik dari orang yang digunjingnya.
Oleh karenanya, Ibnu Abbas berkata,”Jika engkau hendak mengingat atau menyebutkan aib orang lain, maka terlebih dahulu ingatlah aibmu sendiri.” (Syu’abul Iman, 9/110)
Introspeksi diri sehingga tidak sempat melihat aib orang lain merupakan kunci agar tidak mudah terjerumus dalam gibah. Dalam kitab Maraqil ‘Ubudiyyah ada beberapa cara untuk mengenali aib diri sendiri, di antaranya memiliki murabbi yang akan membantu untuk menunjukkan kekurangan agar bisa memperbaikinya, mendengarkan nasihat dari sahabat yang baik yang mau menunjukkan kesalahan, belajar dari kritik musuh meskipun menyakitkan, karena orang yang tidak suka akan selalu melihat kekurangan dari yang tidak disukainya, serta banyak bergaul dan mengamati perilaku orang lain.
Marilah bijak dalam menggunakan media sosial dengan mengedepankan konsep tabayun sebelum membagikan informasi. Apa manfaatnya apabila dibagikan? Ubah topik jika dirasa mengandung unsur gibah dan apabila sulit dikendalikan, lebih baik keluar dari grup yang salah.
Kemudian, tidak menyukai, mengomentari, atau membagikan postingan yang mengandung celaan, fitnah, atau aib seseorang. Semoga Allah menjauhkan kita dari segala yang dapat merusak pahala puasa, seperti gibah, dan menerima amal ibadah serta menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang bertakwa.
Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI).




