Whistleblower Meta yang merupakan mantan direktur kebijakan publik global Facebook, Sarah Wynn-Williams, memberikan pengakuan mengejutkan di hadapan senator Amerika Serikat (AS). Sarah Wynn-Williams menyebut perusahaan induk Facebook dan Instagram itu memiliki kerja sama dengan China, termasuk memberikan akses data pengguna kepada Partai Komunis China.
Perusahaan: Instagram
-

Ironi 1.000 Hari Pertama, Anak-Anak Pelosok dalam Labirin Stunting – Halaman all
Laporan Wartawan Tribunnews.com, Sri Juliati dan Facundo Chrysnha P
TRIBUNNEWS.COM – Stunting masih menjadi isu nasional yang mengancam pemenuhan hak dasar bagi anak-anak.
Hak anak juga termasuk dalam HAM dan pada dasarnya hak tersebut wajib untuk dipenuhi.
Mengutip data dari Bank Data Perlindungan Anak pada laman Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), terangkum perbandingan jumlah kasus perlindungan anak pada 2023 dan 2024.
Kasus terbagi dalam dua indikator, yakni Pemenuhan Hak Anak (PHA) dan Perlindungan Khusus Anak (PKA).
Permasalahan stunting anak termasuk dalam klaster Pemenuhan Hak Anak, yang di dalamnya terdapat sejumlah penggolongan. Antara lain lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif hingga Kesehatan dasar dan kesejahteraan.
Pada Data Perlindungan Anak 2023 jumlah kasus sebanyak 1.800 kasus terdiri dari Pemenuhan Hak Anak sebanyak 1.237 kasus atau 68,7 persen dan Perlindungan Khusus Anak sebanyak 563 atau 31,3 persen.
Sementara Data Perlindungan Anak 2024 jumlah kasus sebanyak 2.057 kasus terbagi menjadi Pemenuhan Hak Anak sebanyak 1.378 kasus atau 67 persen dan Perlindungan Khusus Anak sebanyak 679 atau 33 persen.
Data Perlindungan Anak 2023 dan 2024 sumber KPAI (Grafis:TRIBUNNEWS)
Anak yang menderita stunting harus segera ditangani agar pemenuhan haknya dapat dilaksanakan secara optimal.
Menurut Kementerian Kesehatan (Kemenkes), stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak akibat kekurangan gizi kronis terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (HPK).
Anak stunting ditandai dengan tinggi badan yang lebih pendek dari standar pertumbuhan anak dibandingkan usia dan jenis kelaminnya.
Kondisi stunting membuat sebagian anak memiliki kesempatan lebih kecil untuk tumbuh dan berkembang secara optimal.
Selama ini, orang memahami, anak yang mengalami stunting karena kekurangan gizi semata.
Padahal di balik kekurangan gizi itu, ada masalah yang lebih kompleks, mencakup permasalahan sosial dan budaya.
Di Indonesia, angka prevalensi stunting anak balita sudah menunjukkan tren penurunan, meski masih jauh dari target penurunan sebesar 14 persen pada 2024.
Menurut Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023, prevalensi stunting nasional sebesar 21,5 persen, turun sekitar 0,8 persen bila dibandingkan tahun sebelumnya.
Untuk itu, perlu langkah yang lebih serius lagi untuk mempercepat penurunan kasus stunting. Sebab menurunkan angka stunting bukanlah persoalan yang mudah.
Kisah dan perjuangan dalam mengatasi stunting datang dari Desa Sokawera, Kecamatan Cilongok, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Desa Sokawera adalah desa yang berada di ujung utara Kabupaten Banyumas dengan ketinggian 1.099 mdpl sehingga menjadikannya sebagai desa tertinggi di Kecamatan Cilongok.
Desa Sokawera berbatasan langsung dengan wilayah kehutanan milik Perhutani di sebelah utara.
Sementara di sisi timur dan selatan, berbatasan langsung dengan Desa Sunyalangu dan Desa Singasari, Kecamatan Karanglewas. Batas desa di sebelah barat adalah Desa Gununglurah.
Berdasarkan data per 31 Desember 2023, Desa Sokawera dihuni 8.957 jiwa dan tersebar di 64 RT. Mayoritas warganya berprofesi sebagai petani dan penderes kelapa.
Di balik damai dan tenangnya daerah tersebut, masalah tingginya jumlah kasus anak stunting di Desa Sokawera mendesak untuk segera diatasi.
Jumlah balita stunting per Desember 2023 mencapai 84 anak dari 388 balita.
Jumlah ini menjadikan Desa Sokawera sebagai salah satu desa ‘penyumbang’ angka stunting tertinggi di Banyumas yang kini berada di angka 20,9 persen berdasarkan SKI 2023.
Kepala Desa Sokawera, Mukhayat menjelaskan, kasus balita stunting di desanya disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah pola makan yang tidak baik dan kurangnya asupan protein hewani
“Kondisi mereka terkait pola makan misalnya males makan. Kedua adalah protein yang kurang seperti protein hewani,” ucapnya pada 10 September 2023.
Berangkat dari hal tersebut, sebuah lembaga filantropi yaitu Tanoto Foundation mendirikan pusat pengasuhan untuk pencegahan stunting di Lereng Gunung Slamet.
Bekerjasama dengan pemerintah Desa Sokawera serta Pemkab Banyumas, Tanoto Foundation mendirikan Rumah Anak SIGAP.
Hal ini sebagai bentuk komitmen dan dukungan kepada pemerintah setempat dalam program pencegahan stunting serta memajukan sumber daya manusia melalui peningkatan pola pengasuhan anak usia dini.
Koordinator Rumah Anak SIGAP Sokawera, Ani mengatakan, sebenarnya ada tiga desa di Banyumas yang saat itu diasesmen oleh pihak Tanoto Foundation.
“Yang dipilih adalah Sokawera karena kasus stuntingnya paling tinggi,” kata dia, Selasa (19/11/2024).
Selama setahun ini, Ani bersama empat fasilitator yang merupakan kader Posyandu Desa Sokawera mendampingi para orang tua dalam pengasuhan anak.
Mereka menjalankan sejumlah program yang berfokus pada upaya pencegahan stunting.
Upaya ini dilakukan dengan strategi mengubah perilaku masyarakat dalam hal pola makan, pola asuh, serta pola hidup bersih dan sehat.
“Jadi fokus kami adalah perubahan pola asuh pada penerima manfaat seperti ibu hamil, ibu dengan anak usia 0-3 tahun,” tutur Ani.
Di Rumah Anak SIGAP Sokawera, para ibu akan mendapatkan ilmu tentang pencegahan stunting dari sejumlah narasumber berkompeten.
Misalnya dengan materi pemberian ASI eksklusif, pemenuhan kebutuhan gizi sejak hamil, kehamilan yang sehat, mempersiapkan kelahiran, hingga menikmati proses mengasihi.
“Meski materi atau informasi tersebut bersifat dasar, nyatanya banyak ibu yang belum mengetahui,” ujar dia.
Materi lain yang berkaitan dengan pencegahan stunting juga diberikan kepada para ibu yang memiliki anak usia 0-6 bulan.
Yaitu pentingnya imunisasi dan vitamin A untuk anak usia dini; gizi seimbang untuk keluarga, dan Makanan Pendamping ASI (MPASI).
“Ibu dengan anak usia 6-12 bulan, usia 12-24 bulan, dan usia 24-36 bulan mendapatkan materi yang berbeda, tetapi saling berkaitan dengan pencegahan stunting,” tambahnya.
Bentuk dukungan lain yang diberikan Rumah Anak SIGAP Sokawera adalah rutin memantau tinggi dan berat badan anak secara berkala.
“Jika ada anak yang berat badan dan tinggi badan tidak naik sebulan saja, kami sarankan untuk segera konsultasi dengan bidan atau dokter,” tambahnya.
Keberadaan Rumah Anak SIGAP sebagai usaha percepatan penurunan stunting di Desa Sokawera mendapatkan apresiasi dari Kepala Bidang Kesehatan Masyarat Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas, dr Novita Sabjan.
Novita mengaku salut dengan langkah para pengurus Rumah Anak SIGAP Sokawera. Terlebih pendampingan yang diberikan berfokus pada anak-anak dengan masalah gizi.
“Permasalahan gizi atau stunting erat kaitannya dengan pola asuh, sehingga intervensi ini lebih tepat karena akan ada investasi jangka panjang.”
“Tidak hanya satu atau dua bulan, tapi implementasinya pun akan long lasting melalui sejumlah program yang dilakukan,” katanya.
Novita pun berharap, intervensi semacam ini dapat diadopsi di banyak desa di Banyumas.
Hal senada juga disampaikan Kepala Bidang KKB Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Kabupaten Banyumas, Diah Pancasila Ningrum.
Diah berharap, sejumlah program percepatan penurunan stunting yang dilakukan Rumah Anak SIGAP Sokawera terus berjalan dan berkelanjutan.
“Saya berharap, program di Rumah Anak SIGAP Sokawera tidak berhenti serta bisa menjadi program yang berkelanjutan,” kata dia.
Lebih lanjut Diah menjelaskan, program Rumah Anak SIGAP Sokawera pun melengkapi usaha lain yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Banyumas demi mempercepat penurunan angka stunting.
Di antaranya pemberian makanan tambahan (PMT) yang dibagikan secara berkala, Orang Tua Asuh/Bapak dan Bunda Asuh Anak Stunting, serta Program Dapur Sehat Atasi Stunting (Dashat).
“Kami juga mendampingi para ibu hamil agar mereka tidak melahirkan anak stunting,” ucapnya.
Kisah dari Pelosok NTT
Bidan Dini (berkaus hijau) bersama sejumlah warga Desa Uzuzozo, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, NTT. Tujuh tahun menjadi bidan di sebuah desa terpencil di NTT, Dini sukses mengatasi masalah kesehatan ibu-anak, termasuk stunting. (Instagram/dwiaudn_)
Kisah perjuangan mengatasi stunting juga dialami oleh Bidan Theresia Dwiaudina bertugas di Desa Uzuzozo, Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Secara geografis, Desa Uzuzozo dikelilingi kawasan perbukitan, hutan, dan sejumlah sungai besar yang kerap meluap saat musim hujan datang.
Jaraknya sekitar 2 jam dari pusat Kabupaten Ende. Sinyal pun hilang timbul di sini.
Hanya ada satu fasilitas kesehatan yaitu pos kesehatan desa (poskesdes) dengan peralatan medis sederhana.
Itu pun lokasinya masih terbilang jauh dari 3 dusun dan 3 anak kampung yang ada di Desa Uzuzozo. Belum lagi medan ekstrem yang memisahkan.
Menjadi satu-satunya tenaga kesehatan yang di desa terpencil itu, perempuan yang karib disapa Bidan Dini ini menghadapi sejumlah masalah besar terkait kesehatan ibu dan anak.
Banyak anak di Desa Uzuzozo yang mengalami stunting atau tengkes.
Kondisi ini diperparah dengan tidak adanya pelayanan kesehatan dasar seperti imunisasi, kegiatan Posyandu, pemberian obat cacing, hingga pembagian vitamin A bagi anak-anak.
“Yang remaja juga tidak mendapatkan tablet tambah darah,” kata Dini pada Tribunnews.com, Kamis (17/10/2024).
Belum lagi, Dini harus ‘melawan’ sejumlah mitos kesehatan yang selama ini dipercaya oleh sejumlah masyarakat.
Misalnya ada kepercayaan masyarakat yang sebaiknya tidak memberitahukan kabar kehamilan pada banyak orang. Cukup suami dan istri saja yang tahu.
“Rasanya sulit sekali menemukan ibu hamil yang mau mengaku bahwa dirinya hamil,” tambah Dini.
Saat bertugas di desa ini, Bidan Dini mulai melakukan sejumlah pendekatan. Terlebih pemerintah desa juga menargetkan agar kasus stunting dapat turun.
Sejumlah pendekatan itu diselaraskan dengan kepercayaan di desa, tapi tetap sesuai prinsip kesehatan.
Lewat kegiatan posyandu, ia mengajarkan para ibu tentang pola asuh yang baik dan nutrisi yang sehat untuk anak.
Sebab, selama ini, tidak semua orang tua di Desa Uzuzozo tahu tentang jadwal dan cara pemberian makan.
Dalam pengakuannya, Dini bahkan tak segan ribut saat mengetahui ada orang tua yang tidak memberikan makan bergizi pada sang anak.
Usaha gigih Dini itu pun nyatanya membuahkan hasil. Jumlah anak stunting di Uzuzozo terus berkurang hingga 80 persen.
“Dari 15 sekarang pada tahun 2019, sisa tiga,” katanya.
Tak hanya itu, Dini melihat adanya perubahan gaya hidup dari masyarakat. Kini, sudah tidak ada lagi ibu hamil yang melahirkan di rumah atau orang tua yang menolak anaknya diimunisasi.
Belum lagi, program pencegahan stunting yang dilaksanakan Dini juga menyasar kalangan remaja. Salah satunya melalui pemberian tablet tambah darah.
Dini tak menampik adanya kerjasama lintas sektor yang dilakukan di tengah keberhasilannya dalam melakukan revolusi kesehatan pada warga Desa Uzuzozo.
Bahkan sejumlah program seperti posyandu untuk balita dan lansia yang digelar setiap sebulan sekali juga tak lepas dari bantuan pihak desa.
Dana Desa dianggarkan untuk menyiapkan makanan sehat yang bisa dikonsumsi secara gratis termasuk pendirian poskesdes dan penunjang peralatan medis.
Kehadiran kader posyandu juga membantu Dini dalam melakukan pemantauan tentang kondisi kesehatan ibu dan anak, meski hasil evaluasi tetap ada di tangannya.
Dini pun berharap agar lebih banyak lagi peran serta dari sejumlah pihak dalam pencegahan stunting, utamanya di desa-desa terpencil.
“Jadi untuk kesejahteraan desa-desa ini bisa lebih diperhatikan lagi, entah dari pemerhati atau masyarakatnya. Apapun yang terjadi, keberhasilan sebuah negara dari komunitas-komunitas terkecil ini, apalagi sebuah desa,” kata dia.
Stunting dan Masa Depan Anak
Dokter spesialis anak asal Solo, Ardi Santoso, memberikan pengobatan gratis untuk pengungsi Rohingya di Aceh, 25-26 Desember 2023. Pengobatan itu dilakukan Ardi atas dasar panggilan kemanusiaan dengan merogoh kocek pribadi. (Tribunnews/ist)
Di antara berbagai hak anak yang dilindungi oleh negara, hak atas kesehatan menjadi salah satu yang paling vital.
Anak-anak membutuhkan gizi yang cukup serta layanan kesehatan yang memadai agar dapat tumbuh dan berkembang secara optimal.
Masalah kekurangan gizi kronis, yang saat ini lebih dikenal dengan istilah stunting, menjadi sorotan penting dunia, termasuk di Indonesia.
Dalam konstitusi, perlindungan terhadap anak ditegaskan melalui Pasal 28B ayat (2) UUD 1945, yang menyebutkan bahwa setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi.
Namun, meskipun sudah dilindungi oleh berbagai undang-undang seperti UU Perlindungan Anak dan UU Kesehatan, angka stunting di Indonesia masih berada di atas ambang batas standar WHO, yaitu 20 persen.
Kondisi ini menjadi cerminan bahwa stunting bukan hanya persoalan gizi semata, tetapi juga soal keseriusan semua pihak dalam menjamin masa depan generasi bangsa.
Dokter spesialis anak dari RS Kasih Ibu Solo, dr. Ardi Santoso, Sp.A., M.Kes menjelaskan bahwa stunting adalah masalah yang serius dan berdampak luas.
“Stunting tidak hanya berdampak pada individu, tapi juga pada kualitas generasi masa depan dan produktivitas bangsa,” ujarnya Ketika diwawancarai pada Kamis (10/4/2025).
Penyebab utama stunting, lanjutnya, adalah kekurangan gizi jangka panjang yang sering kali tidak disadari sejak dini.
Selain itu, infeksi berulang, pola asuh yang tidak optimal, sanitasi yang buruk, dan akses layanan kesehatan yang terbatas juga menjadi faktor pemicu.
Dalam masa 1.000 hari pertama kehidupan—mulai dari masa kehamilan hingga anak berusia dua tahun—segala hal yang berkaitan dengan nutrisi dan kesehatan ibu dan anak menjadi sangat krusial.
Nutrisi ibu hamil, pemberian ASI eksklusif, makanan pendamping ASI (MPASI) yang tepat, imunisasi lengkap, serta lingkungan bersih dan aman adalah penentu utama tumbuh kembang anak.
Status gizi ibu saat hamil pun tidak kalah penting.
Bila ibu mengalami kekurangan gizi, pertumbuhan janin bisa terganggu, dan anak berisiko lahir dengan berat badan rendah, yang kemudian bisa berkembang menjadi stunting bila tidak mendapat penanganan segera.
Masih banyak masyarakat yang menganggap anak pendek adalah hal wajar, mungkin karena faktor keturunan.
Padahal, menurut dr. Ardi, anggapan ini keliru.
“Banyak yang mengira anak pendek itu wajar karena faktor genetik. Padahal, bisa jadi itu stunting,” katanya.
Dampak stunting tidak hanya terlihat dari segi fisik.
Dalam jangka pendek, anak menjadi lebih mudah sakit dan mengalami keterlambatan perkembangan.
Jangka panjangnya, kemampuan belajar bisa menurun, produktivitas saat dewasa rendah, dan anak lebih rentan mengidap penyakit kronis seperti hipertensi dan diabetes.
Stunting juga memengaruhi perkembangan otak dan kecerdasan anak.
Anak yang mengalami stunting cenderung memiliki IQ lebih rendah serta kesulitan bersosialisasi dan belajar.
Orang tua memiliki peran besar dalam pencegahan stunting sejak dini.
Dimulai dari memberikan gizi seimbang pada masa kehamilan, menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama, hingga memberikan MPASI yang bergizi.
Selain itu, menjaga kebersihan lingkungan serta memantau tumbuh kembang anak secara rutin ke posyandu atau dokter juga sangat penting.
Pemberian imunisasi juga tak kalah penting dalam pencegahan stunting karena dapat melindungi anak dari infeksi yang bisa memperburuk kondisi gizi.
Sementara ASI eksklusif memberikan nutrisi dan kekebalan alami terbaik bagi bayi.
Untuk anak yang terlanjur mengalami stunting, meski sulit dibalikkan sepenuhnya, dr. Ardi menganggap intervensi gizi dan stimulasi dini masih bisa membantu memperbaiki beberapa aspek perkembangan, terutama bila dilakukan sebelum anak menginjak usia dua tahun.
Tantangan di Pedesaan Masih Tinggi
Landscape sekitar bangunan Rumah Anak SIGAP Sokawera Desa Sokawera, Cilongok, Banyumas, Selasa (19/11/2024). (Tribunnews.com/Chrysnha Pradipha)
Tantangan pencegahan stunting di daerah pedesaan jauh lebih kompleks dibandingkan di perkotaan.
Kurangnya edukasi, keterbatasan akses layanan kesehatan, dan masih kuatnya mitos seputar makanan menjadi kendala utama.
Namun bukan berarti tidak bisa diatasi.
Pendekatan berbasis komunitas dinilai efektif.
Penguatan peran posyandu, pelatihan kader kesehatan, dan pemberdayaan ibu-ibu muda dengan pendekatan budaya lokal terbukti mampu menurunkan angka stunting di beberapa wilayah.
Peran kader posyandu, bidan desa, dan tokoh masyarakat sangat krusial. Mereka adalah ujung tombak edukasi dan pendampingan langsung kepada masyarakat.
“Kader dan bidan menjadi sumber informasi yang pertama kali dicari oleh ibu-ibu,” kata dr. Ardi.
Dalam menangani stunting, peran tenaga kesehatan seperti dokter anak, bidan, perawat, hingga ahli gizi sangat dibutuhkan. Mereka bertugas memberikan diagnosis, edukasi, serta intervensi yang dibutuhkan oleh keluarga.
Program pemerintah seperti posyandu dan Puskesmas sejauh ini dinilai sudah cukup efektif, apalagi bila didukung dengan pelatihan kader yang memadai dan keterlibatan masyarakat.
Namun, dr. Ardi menekankan bahwa “konsistensi dan keberlanjutan program menjadi kunci keberhasilan.”
Tentu saja, tantangan tetap ada.
Di lapangan, para tenaga medis kerap menghadapi keterbatasan sumber daya, beban kerja tinggi, dan akses ke wilayah terpencil yang sulit dijangkau.
Belum lagi tantangan dalam mengubah pola pikir dan pemahaman masyarakat tentang pentingnya gizi dan kesehatan anak.
Stunting bukan hanya tanggung jawab keluarga, tapi juga negara.
Itulah sebabnya, penanganan stunting masuk dalam program prioritas nasional.
Menurut dr. Ardi, saat ini pemerintah telah melakukan berbagai upaya maksimal, dan hasilnya terlihat dari angka stunting yang mulai menunjukkan penurunan.
Meski begitu, upaya harus terus dilakukan.
“Edukasi dan jaminan kesehatan ibu-anak selama 1.000 HPK itu kuncinya,” jelasnya.
Pemerintah harus memastikan tidak hanya program berjalan, tapi juga benar-benar menyentuh masyarakat hingga ke lapisan bawah.
Pesan dari dr. Ardi untuk para orang tua sederhana namun penting.
“Jangan menunggu anak terlihat kurus atau kecil. Cek tumbuh kembang secara rutin, berikan makanan bergizi, dan jangan ragu bertanya pada tenaga kesehatan.”
Karena anak yang sehat, cerdas, dan tumbuh optimal bukan hanya dambaan keluarga, tapi juga aset penting bangsa.
(***)
-

Sri Mulyani dan Menkeu ASEAN siapkan respons kebijakan tarif Trump
Kondisi Ini menimbulkan ketidakpastian dan guncangan besar dalam perekonomian global
Jakarta (ANTARA) – Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati bersama Menteri Keuangan negara-negara ASEAN menyiapkan respons kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump pada Pertemuan Menteri Keuangan ASEAN di bawah keketuaan Malaysia.
Sri Mulyani menyatakan kebijakan AS itu meruntuhkan sistem perdagangan dunia berbasis aturan (rule based system), seperti World Trade Organization (WTO) dan Bretton Wood Institutions.
“Sistem yang sebenarnya diciptakan sendiri oleh Amerika Serikat setelah Perang Dunia II untuk menciptakan kemajuan ekonomi bersama, namun memicu relokasi pabrik/manufaktur keluar Amerika Serikat dan menciptakan pengangguran,” kata Sri Mulyani dalam Instagram @smindrawati di Jakarta, Kamis.
Sedangkan, kebijakan tarif resiprokal Trump memaksa setiap negara melakukan negosiasi langsung bilateral dengan AS.
China mengambil langkah melakukan retaliasi dengan memberlakukan tarif tandingan, yang kemudian direspons kembali oleh AS dengan menaikkan tarif dagang hingga 125 persen.
“Kondisi Ini menimbulkan ketidakpastian dan guncangan besar dalam perekonomian global, diperkirakan akan menyebabkan pelemahan ekonomi dunia dan tekanan inflasi global,” ujar Sri Mulyani.
Dalam pertemuan itu, seluruh Menkeu ASEAN menjelaskan kondisi ekonomi terkini akibat kebijakan Presiden Trump, langkah menangani dan memitigasi resiko, serta upaya negosiasi dengan AS.
Menkeu RI menyatakan ASEAN dengan ukuran ekonomi mencapai 3 triliun dolar AS dan populasi di atas 650 juta penduduk memiliki potensi untuk makin bekerja sama erat menjaga dan memperkuat ekonomi regional.
Indonesia sendiri terus memperkuat ketahanan ekonomi dengan langkah deregulasi dan menghilangkan halangan perdagangan dan investasi dalam negeri.
Di sisi lain, Indonesia juga melakukan upaya diplomasi dan negosiasi untuk menjaga kepentingan ekonomi nasional dan kepentingan bersama dunia.
“Ini merupakan mandat konstitusi, di mana Indonesia harus turut serta ikut menjaga ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial,” tegas Sri Mulyani.
Dia pun menekankan tim Kabinet Merah Putih telah mendapat mandat dari Presiden Prabowo Subianto untuk menyiapkan berbagai langkah menghadapi guncangan global tersebut.
Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2025 -

Titiek Puspa dan Temanggung, Kisah Emosional dari Rumah Masa Kecil hingga Masjid Bersejarah – Halaman all
Titiek Puspa, legenda musik Indonesia, meninggalkan jejak emosional di Temanggung, tempat ia tumbuh. Dari rumah masa kecil yang kini menjadi Masjid Titiek Puspa, kisah hidupnya penuh perjuangan dan dedikasi terhadap masyarakat menjadi warisan abadi yang dikenang hingga kini.
TRIBUNNEWS.COM, TEMANGGUNG – Titiek Puspa, penyanyi legendaris Indonesia, meninggal dunia pada Kamis, 10 April 2025, meninggalkan warisan tak terlupakan baik di dunia musik maupun di Temanggung, Jawa Tengah.
Dari rumah masa kecil yang kini menjadi Masjid Titiek Puspa, kisah hidupnya penuh perjuangan dan dedikasi terhadap masyarakat, menjadikannya simbol spiritual yang dikenang oleh banyak orang.
Dari Masa Kecil di Pengungsian ke Panggung Nasional
Meski lahir di Tanjung, Kalimantan Selatan pada 1 November 1937, Temanggung adalah rumah sejati bagi Titiek Puspa.
Dia datang ke kota ini dalam usia lima tahun, saat keluarganya ikut rombongan eksodus dari Ambarawa karena gejolak masa penjajahan Jepang.
“Dulu sekolahnya jalan kaki, lewat tanggul sawah, banyak pedhut, dan fog tebal. Saya sering jatuh, tapi tetap semangat sekolah meskipun dalam kondisi basah dan kotor,” kenang Titiek, mengingat masa kecilnya yang sederhana namun penuh tekad.
Desa Greges dan Kranggan menjadi saksi perjuangan hidup kecil Sudarwati—nama lahirnya—yang kelak tumbuh menjadi salah satu ikon budaya Indonesia paling disegani lintas generasi.
Rumah Lama yang Menjadi Masjid: Warisan Cinta untuk Temanggung
Di Jalan Pahlawan, Lingkungan Gemoh, Kelurahan Butuh, berdiri megah sebuah masjid yang tak hanya menjadi tempat ibadah, tetapi juga menyimpan sejarah panjang.
Masjid tersebut dikenal sebagai Masjid Birrul Walidain, atau oleh warga sekitar akrab disebut Masjid Titiek Puspa.
Dulunya, masjid ini merupakan rumah tinggal Titiek semasa kecil.
Rumah itu kemudian dihibahkan olehnya untuk dijadikan fasilitas ibadah dan kegiatan keagamaan bagi masyarakat Temanggung.
“Masjid ini saya hibahkan untuk masyarakat sekitar agar bisa lebih mendekatkan diri kepada Tuhan,” ujar Titiek Puspa saat peresmian.
Warisan ini kini menjadi bukti nyata kecintaan dan dedikasinya terhadap tanah yang membesarkannya.
Aktivitas keagamaan yang hidup di masjid tersebut menjadi bagian dari jejak yang ia tinggalkan, jauh setelah sorotan panggung padam.
TITIEK PUSPA DAN TEMANGGUNG – Titiek Puspa, legenda musik Indonesia, meninggalkan jejak emosional di Temanggung, tempat ia tumbuh. Dari rumah masa kecil yang kini menjadi Masjid Titiek Puspa, kisah hidupnya penuh perjuangan dan dedikasi terhadap masyarakat menjadi warisan abadi yang dikenang hingga kini.
Netizen Soroti Masjid Titiek Puspa: Simbol Warisan Spiritual
Setelah kabar wafatnya Titiek Puspa merebak, media sosial X ramai dengan unggahan tentang Masjid Titiek Puspa.
Banyak warganet yang terkejut dan tersentuh saat mengetahui bahwa masjid tersebut berdiri di atas rumah masa kecil sang legenda.
“Masjid Birrul Walidain di Kecamatan Temanggung ini lebih dikenal sebagai Masjid Titiek Puspa. Konon masjid ini berdiri di atas tanah yang dihibahkan oleh beliau,” tulis akun @idabizars.
“Dari rumah kecil menjadi tempat ibadah, Masjid Titiek Puspa adalah bukti jejak kebaikan yang tak hilang oleh waktu,” tulis @retno_raya.
Komentar-komentar tersebut menunjukkan bahwa kepergian Titiek Puspa tidak hanya menggetarkan dunia hiburan, tetapi juga menggugah sisi spiritual masyarakat yang mengenangnya lewat masjid yang kini ramai dikunjungi jamaah.
Wafatnya Sang Legenda dan Doa dari Berbagai Kalangan
Titiek Puspa menghembuskan napas terakhir pada pukul 16.30 WIB di RS Medistra, Jakarta. Ucapan duka mengalir dari berbagai kalangan, termasuk dari Menteri Kebudayaan Fadli Zon.
“Selamat jalan komposer n penyanyi legendaris Indonesia, Mbak Titiek Puspa… al Fatihah,” ujar Fadli Zon di media sosial.
Warganet juga turut meramaikan linimasa dengan doa dan pujian atas jejak panjang Titiek dalam dunia seni dan sosial.
“Selamat jalan Oma Titiek Puspa. Terima kasih karyamu. Fatihah,” tulis @BewoksXmoveUp.
“Rest in peace Bu Titiek Puspa. Karyamu akan selalu hidup,” ucap @mukhlisticky.
Kupu-Kupu Malam: Lagu yang Hidup Kembali Lewat NOAH
Salah satu karya Titiek Puspa yang paling ikonik dan dikenang lintas generasi adalah “Kupu-Kupu Malam”, lagu yang mengangkat kisah nyata seorang perempuan yang jatuh ke dalam dunia kelam karena keadaan.
Lagu ini dibawakan ulang oleh grup band NOAH (sebelumnya Peterpan) pada tahun 2008, lalu direkam ulang dalam album Sing Legends (2016).
Pada hari kepergiannya, NOAH mengunggah pesan perpisahan yang menyentuh melalui Instagram Story:
“Selamat jalan, eyang Titiek Puspa. Beristirahatlah dengan tenang dan terima kasih atas segalanya,” tulis akun @noah.site, Kamis (10/4/2025).
Lirik lagu Kupu-Kupu Malam kembali ramai diperbincangkan sebagai bentuk penghormatan atas kepekaan sosial Titiek dalam menulis lagu:
“Ada yang benci dirinya
Ada yang butuh dirinya
Ada yang berlutut mencintainya
Ada pula yang kejam menyiksa dirinya…”
“Ini hidup wanita si Kupu-Kupu Malam
Bekerja, bertaruh seluruh jiwa raga…”
“Dosakah yang dia kerjakan?
Sucikah mereka yang datang?
Kadang dia tersenyum dalam tangis
Kadang dia menangis di dalam senyuman…”
-

Tarif Trump Naik, Ekonomi Indonesia Terguncang? ADB Jawab Begini
Jakarta: Ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump menaikkan tarif impor hingga 32 persen terhadap berbagai negara, termasuk Indonesia, banyak yang bertanya-tanya apakah ekonomi Indonesia bakal goyang?
Namun tenang dulu. Asian Development Bank (ADB) menilai kebijakan tarif AS itu tidak akan berdampak serius terhadap ekonomi Indonesia.
ADB: ekspor RI ke AS kecil, jadi dampaknya tak terlalu signifikan
Ekonom Bidang Asia Tenggara ADB, Nguyen Ba Hung, menjelaskan ekspor Indonesia ke AS hanya sekitar 2 persen dari total Produk Domestik Bruto (PDB). Jadi, meski angka tarif terdengar besar, eksposur ekonominya sebenarnya kecil.
“Secara kualitatif, menurut kami, dampak dari kebijakan tersebut tidak akan seserius yang dibayangkan dengan adanya kenaikan tarif sebesar 32 persen ini,” ujar Nguyen Ba Hung dalam webinar Asian Development Outlook (ADO) ADB April 2025 dilansir Antara, Kamis, 10 April 2025.Ia juga menambahkan kekuatan ekonomi Indonesia saat ini lebih ditopang oleh konsumsi domestik dan investasi, bukan ekspor.
Trump naikkan tarif jadi 32%
Kebijakan ini diumumkan langsung oleh Trump pada 2 April 2025. Dalam unggahan resmi Gedung Putih di Instagram, Indonesia disebut berada di peringkat kedelapan dari daftar negara-negara yang terkena tarif baru.
Tarif ini berlaku untuk barang-barang impor yang masuk ke AS dari negara-negara target, dan dikenakan sebesar 32 persen, jauh lebih tinggi dari tarif dasar 10 persen.
ADB: surplus dagang jadi alasan Indonesia dikenai tarif tinggi
Menariknya, ADB melihat bahwa tarif terhadap Indonesia bukan karena masalah ketidakseimbangan perdagangan, melainkan justru karena Indonesia mampu menjaga surplus perdagangan dengan AS.
Meski begitu, ia menyebut masih terlalu dini untuk menilai secara kuantitatif berapa besar dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.
“Masih terlalu dini untuk melakukan penilaian kuantitatif terkait dampak tarif tersebut terhadap pertumbuhan PDB Indonesia,” ujar dia.
Luhut: tarif ini bukan bencana
Senada dengan ADB, Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan juga menilai bahwa tarif AS terhadap Indonesia tidak sepenuhnya negatif.
“DEN melihat adanya resiprokal tarif dari Amerika ini sepenuhnya tidak negatif. Repositioning perdagangan global yang bisa menjadi peluang Indonesia untuk menarik investasi dari luar negeri, menjadikan Indonesia sebagai basis produksinya,” katanya dalam Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Prabowo beberapa waktu lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
dan follow Channel WhatsApp Medcom.id(ANN)
-

Titiek Puspa Meninggal, Presiden Prabowo: Pengabdiannya Jadi Inspirasi
Jakarta, Beritasatu.com – Presiden Prabowo Subianto mengungkapkan rasa belasungkawa yang mendalam atas wafatnya seniman legendaris Tanah Air, Titiek Puspa. Prabowo menilai almarhumah Titiek Puspa sebagai sosok yang memiliki peran besar dalam perkembangan musik dan kebudayaan Indonesia.
“Saya menyampaikan dukacita yang mendalam atas berpulangnya Ibu Titiek Puspa, seorang musisi legendaris serta tokoh seni yang telah berjasa besar dalam dunia musik dan budaya Indonesia,” tulis Prabowo melalui akun Instagram resminya, Kamis (10/4/2025).
Prabowo menilai dedikasi Titiek Puspa dalam berkarya menjadi sumber inspirasi yang luar biasa bagi para pelaku seni dan generasi muda Indonesia.
“Semangat dan pengabdian beliau akan terus menginspirasi para seniman serta generasi penerus bangsa,” lanjutnya.
Presiden Prabowo juga mendoakan agar almarhumah mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan Yang Maha Esa, serta menguatkan keluarga yang ditinggalkan.
“Semoga almarhumah diberikan tempat yang mulia di sisi Tuhan Yang Maha Esa, dan keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kekuatan menghadapi cobaan ini,” pungkasnya.
Titiek Puspa meninggal dunia pada Kamis (10/4/2025) pukul 16.25 WIB di Rumah Sakit Medistra, Jakarta, dalam usia 87 tahun. Saat ini jenazah disemayamkan di Wisma Puspa, Pancoran, Jakarta Selatan.
Rencananya jenazah Titiek Puspa akan dimakamkan di pemakaman Tanah Kusir pada Jumat (11/4/2025).
-

Rahasia Kejahatan Facebook Dibongkar Mantan Bos, Isinya Bikin Kaget
Jakarta, CNBC Indonesia – Mantan Direktur Kebijakan Publik Global Facebook, Sarah Wynn-William, membeberkan rahasia kejahatan raksasa media sosial milik Mark Zuckerberg.
Dalam kesaksiannya di depan Senat AS, Wynn-Williams mengatakan platform Meta (Facebook, Instagram) secara aktif menargetkan remaja dengan iklan-iklan berbasis kondisi emosional mereka.
Klaim ini pertama kali diungkap Wynn-Williams melalui buku yang ia rilis berjudul ‘Careless People’. Ia mendokumentasikan masa-masa saat bekerja sebagai salah satu petinggi Facebook.
Dalam buku tersebut, ia menyoroti sikap tak peduli para petinggi Facebook seperti CEO Zuckerberg dan COO Sheryl Sandberg, dalam mengelola kekuatan platform Meta dan kemampuannya untuk melakukan hal berbahaya.
Dalam kesaksian pada Rabu (9/4) waktu setempat, senat menanyakan terkait peran Instagram yang berpotensi membahayakan anak muda. Hal ini sebelumnya juga menjadi subjek investigasi kongres pada 2021 lalu.
Wynn-Williams mengatakan Meta menargetkan anak berusia 13-17 tahun dengan iklan-iklan tertentu ketika mereka merasa down atau depresi, dikutip dari Tech Crunch, Kamis (10/4/2025).
“[Meta] bisa mengidentifikasi ketika [anak muda] merasa tak berharga atau tak berdaya atau merasa seperti orang gagal. Meta akan membagikan informasi itu kepada para pengiklan,” kata Wynn-Williams.
“Pengiklan mengerti bahwa ketika orang merasa tidak baik-baik saja terhadap diri mereka, itu adalah waktu yang tepat untuk mempromosikan sebuah produk. Kemungkinan besar orang ingin membeli sesuatu [ketika down],” ia menuturkan.
Contoh konkritnya, ia mengatakan ketika remaja perempuan menghapus sebuah selfie, pengiklan bisa melihatnya sebagai peluang untuk menjual produk kecantikan. Pasalnya, hal itu mencerminkan sang remaja tidak percaya diri dengan penampilannya.
Meta juga menargetkan remaja dengan iklan pelangsing ketika para remaja tak percaya diri dengan berat badan mereka.
Wynn-Williams mengatakan bahwa Meta sadar pengguna berusia 13-17 tahun sangat rentan, tetapi merupakan demografi yang bernilai bagi para pengiklan.
Wynn-Williams mengatakan ia sudah mencoba berbicara dengan para petinggi Meta terkait hal ini. Menurutnya, perusahaan bernilai triliunan dolar tidak kekurangan uang dan tidak perlu mengambil jalan tersebut untuk meraup pendapatan.
Pernyataan Wynn-Williams itu disertai dengan chat internal dengan para petinggi Facebook terkait hal tersebut.
Selain itu, Wynn-Williams juga mengatakan bahwa banyak petinggi Silicon Valley yang tidak mengizinkan anak mereka menggunakan produk yang mereka kembangkan.
“Saya bertanya ‘oh apakah anak Anda menggunakan produk baru yang akan kita luncurkan?’, lalu mereka [petinggi Meta] akan mengatakan ‘anak saya tidak boleh pakai Facebook. Anak saya tak ada di Instagram,’” Wynn-Williams menjelaskan.
“Tingkat hipokrasinya separah itu,” ujarnya.
Dalam pernyataan resmi, Meta membantah berbagai tuduhan Wynn-Williams. Meta mengatakan kesaksian itu tak sesuai realita dan merupakan klaim palsu.
(fab/fab)
-

Titiek Puspa Meninggal, Tangis Inul Daratista Pecah di Rumah Sakit
Jakarta, Beritasatu.com – Tangisan Inul Daratista pecah saat tiba di Rumah Sakit Medistra. Inul hadir untuk melihat kondisi Titiek Puspa yang meninggal dunia.
Momen Inul Daratista tiba di Rumah Sakit Medistra dengan menggunakan Toyota Alphard warna hitam miliknya itu diunggah ulang akun Instagram @rumpi_gosip.
Setibanya di rumah sakit, Inul Daratista langsung tidak kuasa menahan kesedihannya.
Inul Daratista terlihat menggunakan pakaian serbahitam dan memakai kain selendang warna-warni itu menghiasi bagian lehernya. Kedua mata Inul Daratista terlihat bergelinang air mata.
“Minta doanya ya,” kata Inul Daratista sambil menangis, Kamis (10/4/2025).
Inul tampak tidak sanggup lagi berbicara kepada para wartawan yang sudah menunggu di rumah sakit.
“Nanti lagi ya,” ucapnya mengusap air matanya.
Melihat unggahan dari akun tersebut, membuat netizen membanjiri kolom komentarnya.
“Eyang Titiek adalah orang yang paling membela Inul,” tulis netizen.
“Eyang Titiek menjadi garda terdepan di saat Inul dimarahi Haji Rhoma,” tulis netizen lagi.
“Ingat banget sama perjuangan Eyang Titiek yang membela Inul,” tulis netizen.
“Eyang memang selalu membela Inul banget, jadi wajar kalau Inul merasa kehilangan,” tulis netizen lagi.
“Selamat jalan Eyang Titiek,” tulis netizen yang berduka soal Titiek Puspa meninggal

.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
