Perusahaan: Guardian

  • Dari Bayi Rapuh Jadi Petualang Hutan: Kisah Popi Akhirnya Pulang ke Rimba Kalimantan

    Dari Bayi Rapuh Jadi Petualang Hutan: Kisah Popi Akhirnya Pulang ke Rimba Kalimantan

    Tanggal 10 Agustus 2025, bertepatan dengan Hari Konservasi Alam Nasional, Popi dilepasliarkan ke Hutan Lindung Gunung Batu Mesangat di bawah pengelolaan KPHP Kelinjau. Proses pelepasan dilakukan bersama tim dari BKSDA Kaltim, Dinas Kehutanan Kaltim, dan Centre for Orangutan Protection (COP).

    Kepala BKSDA Kaltim Ari Wibawanto menjelaskan, keberhasilan Popi merupakan buah dari kerja panjang rehabilitasi yang berfokus pada kemampuan bertahan hidup.

    “Dalam proses rehabilitasi, Popi menunjukkan bahwa ia sudah bisa hidup sendiri di alam. Ia sudah mampu menunjukkan sifat liarnya, bisa survive di alam. Itu persyaratan utama sebelum dilepasliarkan,” ujar Ari.

    Ia menambahkan, keberhasilan semacam ini bukan hal baru, melainkan bagian dari sistem panjang konservasi orangutan di Indonesia.

    “Ada banyak orang utan yang sejak bayi direhabilitasi, lalu dilepas pada usia sembilan sampai sepuluh tahun, bahkan bisa berkembang biak di alam. Tapi tidak semua sama. Kami tidak memaksakan waktu; yang penting mereka siap secara fisik dan mental,” tegasnya. 

    Sejak dilepasliarkan, tim APE Guardian COP melakukan monitoring pasca-rilis selama tiga bulan untuk memastikan Popi beradaptasi baik. Dalam dua hari pertama, Popi masih di sekitar titik rilis. Namun di hari ketiga, ia menyeberangi sungai lewat kanopi hutan dan bertemu Bonti, orangutan betina lain yang lebih dulu dilepas pada Januari 2025.

    “Popi sempat menghilang beberapa hari, lalu muncul lagi di minggu ketiga Agustus. Terakhir terlihat di pohon dekat sungai dalam kondisi sehat. Setelah itu, ia tidak lagi terlihat, tapi kami yakin ia telah mampu bertahan hidup di habitat barunya,” kata Wahyuni, Manajer Komunikasi COP.

    Dari catatan tim monitoring, Popi sudah memanfaatkan sumber pakan alami hutan Mesangat seperti daun muda, bunga, kulit liana, dan buah-buahan seperti balangkasua (Lepisanthes alata) serta sengkuang/dahu (Dracontomelon dao). Kekayaan pakan ini menjadi modal penting bagi Popi untuk benar-benar mandiri di alam.

    Wahyuni mengenang, Popi pernah dikenal manja di sekolah hutan. “Nilai rapornya naik turun. Kadang seharian di atas pohon, kadang malah bermain dengan keeper. Tapi kami tidak pernah menyerah. Kami ingin Popi belajar sesuai ritmenya sendiri,” ujarnya.

    Ia menambahkan, kekhawatiran terbesar tim saat pintu kandang Popi dibuka adalah kemungkinan ia akan mendekati manusia, mengingat sifat manjanya dulu. “Namun begitu pintu kandang dibuka, Popi langsung memanjat pohon dan menjauh. Itu momen paling melegakan bagi kami,” kata Wahyuni.

    Menurutnya, perjalanan Popi adalah bukti nyata bahwa proses panjang rehabilitasi orangutan tak pernah mengkhianati hasil.

    “Dari bayi mungil dengan pusar masih basah, hingga kini mampu hidup liar di hutan sesungguhnya, itu perjalanan luar biasa. Seberapa sulit dan panjang prosesnya, alam tetap punya panggilan kuat bagi mereka. Selamat bertualang di hutan sesungguhnya, bertahan dan berkembanglah di habitat baru mu, Popi,” tutup Wahyuni.

     

  • AS Cs Terjunkan Pasukan Besar-besaran di Gerbang China-Rusia, Mau Apa?

    AS Cs Terjunkan Pasukan Besar-besaran di Gerbang China-Rusia, Mau Apa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ketegangan di Indo-Pasifik makin memuncak. Jepang, sekutu keamanan utama Amerika Serikat (AS), bersiap menggelar latihan perang skala besar di udara, darat, dan laut bersama sekutu-sekutu Pasifiknya akhir bulan ini, di tengah meningkatnya ancaman militer dari China.

    Latihan gabungan tersebut, yang akan melibatkan ribuan personel, dijadwalkan berlangsung dari 20 hingga 31 Oktober di seluruh Jepang, mencakup fasilitas militer AS dan wilayah udara serta perairan sekitarnya.

    Kementerian Pertahanan Jepang menyatakan bahwa latihan ini bertujuan untuk memelihara dan meningkatkan kemampuan operasional gabungan Pasukan Bela Diri (Self-Defense Forces/SDF) Jepang untuk pertahanan negara.

    Latihan perang ini akan menampilkan pengerahan personel dan peralatan dalam jumlah masif. Jepang akan melibatkan sekitar 52.300 personel, 4.180 kendaraan, 60 kapal, dan 310 pesawat dari tiga matra militernya (Angkatan Darat, Laut, dan Udara).

    Selain Jepang, AS dan Australia akan berpartisipasi. Washington dan Canberra akan mengerahkan sekitar 5.900 dan 230 personel untuk meningkatkan kerja sama trilateral.

    “Latihan ini akan menjaga dan meningkatkan kemampuan operasional gabungan Pasukan Bela Diri dengan melakukan latihan gabungan antara Pasukan Bela Diri Darat, Maritim, dan Udara,” kata Kantor Staf Gabungan Kementerian Pertahanan Jepang mengatakan dalam pengumumannya.

    “Pasukan AS dan Australia juga akan berpartisipasi dalam sebagian pelatihan tersebut, yang bertujuan untuk meningkatkan interoperabilitas antara Jepang, Amerika Serikat, dan Australia.”

    Latihan ini digelar saat Tokyo menyoroti China dengan cepat membangun kekuatan bersenjatanya, termasuk rudal balistik dan rudal jelajah yang mampu menyerang pangkalan Jepang dan AS, serta memperluas kehadiran militernya di Pasifik dengan mengerahkan kapal-kapal angkatan laut.

    “Postur eksternal China, aktivitas militer, dan aktivitas lainnya merupakan masalah yang sangat memprihatinkan bagi Jepang dan komunitas internasional dan menghadirkan tantangan strategis terbesar dan belum pernah terjadi sebelumnya yang harus ditanggapi Jepang dengan kekuatan nasionalnya yang komprehensif dan melalui kerja sama dan kolaborasi dengan sekutunya, negara-negara yang berpikiran sama, dan lainnya,” tulis Buku Putih postur pertahanan Jepang.

    Jepang memegang peran kunci dalam menahan China di bawah strategi rantai pulau AS, yang menetapkan tiga garis pertahanan dari utara ke selatan untuk mencegah agresi militer China di Pasifik Barat.

    Latihan ini juga menyusul latihan perang lain yang baru-baru ini dilakukan Jepang dengan AS dan Australia, seperti Exercise Resolute Dragon 25 dan Exercise Bushido Guardian 25.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Realme Watch 5 Dirilis, Harganya Rp 600 Ribuan

    Realme Watch 5 Dirilis, Harganya Rp 600 Ribuan

    Jakarta

    Bersamaan dengan peluncuran Realme 15 Series 5G, Realme resmi memperkenalkan Realme Watch 5, smartwatch terbaru yang dirancang untuk melengkapi gaya hidup aktif dan ekspresif anak muda masa kini.

    Perangkat wearable ini hadir dengan layar AMOLED 1,97 inci beresolusi tinggi dan tingkat kecerahan hingga 600 nits, memastikan tampilan tetap jelas bahkan di bawah terik matahari. Dengan bodi aluminium alloy dan sertifikasi IP68 Dust & Water Resistance, Realme Watch 5 tampil tangguh sekaligus elegan, cocok dipakai olahraga, nongkrong, hingga acara formal.

    “Kalau Realme 15 Series membawa semangat AI Night Out Phone, maka Realme Watch 5 menjadi teman sempurna untuk mengekspresikan diri di setiap momen — siang atau malam,” ujar Krisva Angnieszca, Public Relations Lead Realme Indonesia, dalam keterangan resminya.

    Realme Watch 5 Foto: detikINET/ Rizqy Nur Amalia

    Smartwatch ini mendukung lebih dari 108 mode olahraga, termasuk fitur GPS independen berbasis 5 sistem satelit GNSS untuk pelacakan aktivitas yang lebih akurat. Ada juga fitur unik bernama Game Guardian Mode, yang bisa memantau detak jantung, kalori, dan durasi bermain saat pengguna menikmati sesi gaming, menjadikannya smartwatch pertama dari Realme yang juga menyasar gamer.

    Untuk urusan kesehatan, Realme Watch 5 dibekali pemantauan detak jantung, kadar oksigen darah (SpO₂), stres, kualitas tidur, hingga siklus menstruasi, yang seluruhnya terintegrasi dengan aplikasi Realme Link.

    Baterainya berkapasitas 460mAh dengan daya tahan hingga 16 hari untuk penggunaan normal, atau 20 hari dalam mode hemat daya. Selain itu, fitur-fitur seperti Bluetooth Calling, Bluetooth Intercom, dan NFC Card menambah kepraktisan smartwatch ini untuk aktivitas harian.

    Realme Watch 5 tersedia dalam dua pilihan warna, yaitu Titanium Black dan Titanium Silver, dengan desain rugged yang tetap stylish.

    Bagi yang ingin memilikinya lebih awal, Realme Watch 5 akan dijual melalui online Flash Sale pada 8-12 Oktober 2025 di Shopee, TikTok Shop by Tokopedia, Tokopedia, Lazada, Blibli, dan Akulaku dengan harga spesial Rp 699.000 dari harga normal Rp 799.000.

    Konsumen juga bisa mendapatkan cashback Rp 100.000 untuk pembelian offline di Erafone, sehingga harga menjadi sama, yakni Rp 699.000.

    (asj/rns)

  • Israel Deportasi Aktivis Greta Thunberg ke Yunani

    Israel Deportasi Aktivis Greta Thunberg ke Yunani

    Tel Aviv

    Aktivis Swedia Greta Thunberg akan dideportasi ke Yunani pada Senin (6/10) waktu setempat, setelah ditahan oleh Israel, bersama ratusan aktivis lainnya yang tergabung dalam misi Global Sumud Flotilla, yang berlayar membawa bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

    Laporan saluran televisi Israel i24News, seperti dilansir Anadolu Agency, Senin (6/10/2025), menyebut bahwa Thunberg akan tiba di Yunani bersama sejumlah warga negara Yunani yang juga ditahan pasukan Israel setelah terlibat misi tersebut.

    Ditambahkan dalam laporan tersebut bahwa total 165 aktivis akan dideportasi dalam penerbangan itu.

    Thunberg termasuk di antara lebih dari 400 aktivis, anggota parlemen, dan pengacara dari berbagai negara yang ditahan setelah pasukan Israel mencegat puluhan kapal Global Sumud Flotilla yang semakin mendekati Jalur Gaza pada Rabu (1/10) lalu.

    Beberapa aktivis yang ditahan telah dideportasi, sementara proses hukum untuk sejumlah aktivis lainnya masih berlangsung.

    Menurut korespondensi yang dilihat oleh media Inggris, The Guardian, Thunberg sempat mengatakan kepada para pejabat Swedia bahwa dirinya ditahan di dalam sel yang dipenuhi kutu busuk dan tidak diberi makanan serta air yang memadai.

    The Guardian juga mengutip seorang aktivis lainnya, yang juga ditahan, yang mengatakan bahwa pasukan Israel memaksa Thunberg untuk memegang bendera Israel untuk difoto.

    Sejumlah aktivis Global Sumud Flotilla lainnya memperkuat klaim penganiayaan terhadap Thunberg oleh pasukan Israel.

    Salah satunya aktivis Turki, Ersin Celik, yang mengatakan kepada Anadolu Agency bahwa pasukan Israel “menyiksa Greta dengan kejam di depan mata kami” dan “membuatnya merangkak dan mencium bendera Israel”.

    Pernyataan serupa disampaikan jurnalis Italia, Lorenzo D’Agostino, yang mengatakan bahwa Thunberg “dibungkus dengan bendera Israel dan diarak bak piala”.

    Belum ada keterangan publik dari Thunberg soal dugaan penganiayaan yang dilakukan pasukan Israel tersebut.

    Israel juga belum menanggapi tuduhan tersebut. Namun Kementerian Luar Negeri Israel dalam pernyataan sebelumnya menyebut laporan-laporan soal para aktivis yang ditahan telah dianiaya sebagai “kebohongan besar”.

    Dalam pernyataan via media sosial X, seperti dilansir Reuters, Kementerian Luar Negeri Israel mengatakan bahwa semua aktivis yang ditahan dalam kondisi “aman dan dalam keadaan sehat”. Ditambahkan Tel Aviv bahwa mereka ingin menyelesaikan deportasi yang tersisa “secepat mungkin”.

    Tonton juga video “Ditangkap, Greta Thunberg Diperlakukan Seperti Binatang oleh Israel” di sinii:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Drone Misterius Teror Langit Eropa, Bandara Jerman Lumpuh

    Drone Misterius Teror Langit Eropa, Bandara Jerman Lumpuh

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bandara Munich terpaksa menunda penerbangan selama dua hari berturut-turut karena penampakan pesawat tak berawak (drone). Peristiwa tersebut menyebabkan sekitar 6.500 penumpang telantar.

    Drone tak dikenal melintasi bandara di Denmark, Norwegia dan Polandia baru-baru ini dan menjadi yang kedua kalinya pada hari Jumat pukul 21.30 waktu setempat.

    Akibat peristiwa tersebut sebanyak 23 penerbangan yang masuk dialihkan dan 12 penerbangan menuju Munich dibatalkan. Sementara ada sekitar 46 keberangkatan dari bandara tersebut yang harus dibatalkan atau ditunda.

    Seorang juru bicara polisi mengatakan kepada AFP bahwa ada dua penampakan drone yang dikonfirmasi secara simultan oleh patroli polisi sebelum pukul 23.00 di sekitar landasan pacu utara dan selatan.

    “Drone-drone itu segera menjauh, sebelum dapat diidentifikasi,” mengutip The Guardian, Sabtu (4/10/2025).

    Pihak bandara mengatakan telah bekerja sama dengan maskapai penerbangan untuk segera menyediakan fasilitas untuk para penumpang di terminal seperti tempat tidur kemah serta dengan selimut, minuman, dan makanan ringan.

    Pihak bandara memperkirakan layanan akan dilanjutkan seperti biasa pada Sabtu pagi waktu setempat.

    Sebelumnya, gangguan penerbangan telah terjadi pada hari Kamis yang menyebabkan lebih dari 30 penerbangan dibatalkan. Hal itu menyebabkan hampir sebanyak 3.000 penumpang terlantar.

    Insiden pertama dimulai pada pukul 20.30 waktu setempat pada hari Kamis ketika polisi mengatakan bahwa pesawat tak berawak terlihat di daerah yang dengan bandara, termasuk kota Freising dan Erding.

    Seperti diketahui, Erding memang menjadi tuan rumah bagi lapangan terbang yang digunakan oleh militer Jerman. Surat kabar Bild mengatakan beberapa drone terlihat terbang di atas fasilitas tersebut, meskipun polisi tidak dapat mengonfirmasi hal ini.

    Drone pertama di dekat perimeter bandara terlihat sekitar pukul 21.05 pada hari Kamis, dan kemudian di atas kompleks bandara sekitar satu jam kemudian.

    Penampakan tersebut berakhir sekitar tengah malam, namun tidak sampai menyebabkan penutupan kedua landasan pacu.

    Helikopter kepolisian pun telah dikerahkan, namun tidak ada informasi yang jelas mengenai jenis dan jumlah drone tersebut.

    Menteri Dalam Negeri Jerman, Alexander Dobrindt, mengatakan bahwa insiden pada malam pertama merupakan peringatan atas ancaman dari drone.

    Kejadian itu terjadi ketika negara tersebut sedang merayakan hari Persatuan Jerman pada hari Jumat yang menjadi hari libur nasional bersamaan ketika Munich bersiap-siap untuk akhir pekan terakhir Oktoberfest, yang menarik ratusan ribu orang ke kota itu setiap hari.

    Pesta bir dan pasar malam tahunan ini telah ditutup selama setengah hari pada hari Rabu setelah adanya ancaman bom.

    Pemerintah Jerman diperkirakan akan menandatangani rencana perubahan undang-undang yang memungkinkan tentara dapat menembak pesawat tak berawak jika diperlukan.

    Perdana Menteri negara bagian Bavaria, Markus Söder, mengatakan kepada Bild bahwa “kita harus dapat menembak [drone] dengan segera daripada menunggu, dan mengatakan bahwa polisi juga harus memiliki wewenang untuk melakukannya,” sebutnya.

    Penampakan drone di Denmark dan serangan udara di Estonia dan Polandia telah meningkatkan kekhawatiran bahwa serangan Rusia terhadap Ukraina dapat meluas ke perbatasan Eropa.

    Sementara itu, Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky memperingatkan Eropa pada hari Kamis bahwa serangan pesawat tak berawak baru-baru ini menunjukkan bahwa Moskow ingin meningkatkan agresinya.

    Jerman dalam keadaan siaga tinggi mengatakan bahwa segerombolan drone telah terbang di atas negara itu sejak minggu lalu, termasuk di atas lokasi militer dan industri.

    Denmark juga meningkatkan kewaspadaan, dengan perdana menteri, Mette Frederiksen, dan menegaskan kembali pada minggu lalu bahwa hanya satu negara yang menimbulkan ancaman bagi keamanan Eropa, yaitu Rusia.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kepala Militer Filipina Tolak Seruan Kudeta Ferdinand Marcos Jr

    Kepala Militer Filipina Tolak Seruan Kudeta Ferdinand Marcos Jr

    JAKARTA – Kepala Staf Angkatan Bersenjata Filipina, Jenderal Romeo Brawner, dengan tegas menolak seruan dari sekelompok pensiunan perwira militer untuk menggulingkan Presiden Ferdinand Marcos Jr.

    Surat kabar Sri Lanka Guardian dilansir ANTARA, Jumat, 3 Oktber Brawner mengungkapkan beberapa pensiunan personel militer yang menentang pemerintahan saat ini dan terlibat dalam “kegiatan perekrutan”, telah mencoba menghubungi komandan aktif dan bahkan menyarankan dilakukannya intervensi melalui kudeta, menurut laporan tersebut.

    “Mereka mengatakan bahwa ada orang lain yang lebih layak menjadi presiden, tapi mereka tidak menyebut siapa orang itu,” kata Brawner seperti dikutip surat kabar tersebut.

    Panglima Brawner menegaskan semua usulan semacam itu telah ditolak mentah-mentah, dan ia yakin bahwa profesionalisme dalam tubuh militer Filipina akan mencegah keterlibatan dalam tindakan semacam itu.

    Keterlibatan militer apa pun akan membawa Filipina mundur bertahun-tahun, serta menekankan pentingnya memulihkan kepercayaan publik.

    Saat ini, Filipina sedang melakukan investigasi skala besar terhadap korupsi yang melibatkan proyek infrastruktur perlindungan banjir.

    Investigasi ini awalnya diinisiasi oleh kalangan dunia usaha setempat, sebelum akhirnya mendapat dukungan dari Presiden Marcos Jr.

    Sebelumnya pada September lalu, Menteri Keuangan Filipina, Ralph Recto, menyatakan bahwa negara mengalami kerugian antara 25 persen hingga 70 persen dari dana publik yang dialokasikan untuk proyek infrastruktur banjir akibat praktik korupsi.

    Unjuk rasa anti-korupsi yang berlangsung di Manila pada akhir September sempat berubah menjadi kekerasan, yang menyebabkan 40 polisi terluka dan lebih dari 200 pengunjuk rasa ditahan, banyak di antaranya merupakan anak di bawah umur.

     

  • Mata-matai Warga Gaza, Microsoft Setop Layanan Cloud Israel! – Page 3

    Mata-matai Warga Gaza, Microsoft Setop Layanan Cloud Israel! – Page 3

    Mengutip CNBC, penghentian layanan data cloud ini terjadi ketika Microsoft memberitahu pejabat pertahanan Israel.

    “Kami telah memutuskan untuk menonaktifkan penyimpanan berbasis cloud dan langganan AI yang digunakan badan militer tersebut,” ujar Smith.

    Di sisi lain, meski penghentian layanan ini akan merugikan sektor finansial Microsoft, ternyata ada pertimbangan lain atas keputusan ini.

    Menurut Brad Smith, “nilai bisnis yang telah tercapai saat ini hanya dapat dipertahankan dengan meyakinkan pelanggan bahwa perusahaan dapat mengandalkan layanan kami dengan kepercayaan yang kuat.”

    Meski sekarang Israel tidak memiliki tempat untuk menyimpan aktivitas pemantauan panggilan telepon warga Gaza, laporan terbaru dari The Guardian menyatakan Unit 8200 berencana memigrasikan pasokan panggilan teleponnya ke layanan Web Amazon.

  • Media Internasional Soroti Insiden Ambruknya Ponpes Al-Khoziny di Sidoarjo

    Media Internasional Soroti Insiden Ambruknya Ponpes Al-Khoziny di Sidoarjo

    Bisnis.com, JAKARTA – Tragedi ambruknya musala Pondok Pesantren Al Khoziny di Sidoarjo, Jawa Timur, pada Senin (29/9) tidak hanya mengejutkan masyarakat Indonesia, tetapi juga menjadi perhatian media internasional.

    Beberapa media internasional seperti Reuters, BBC News, The Guardian, Al Jazeera, CNN, dan lainnya mengangkat kejadian ini ke halaman depan media mereka.

    Pemberitaan internasional menyoroti kegagalan konstruksi pada pondasi bangunan yang membuat bangunan tidak mampu menahan beban pembangunan di lantai empat, yang menjadi dugaan sebab runtuhnya gedung tersebut.

    Ambruknya pondok pesantren tersebut terjadi setelah Solat Ashar berjamaah. Kejadian yang mendadak dan cepat ini membuat puluhan santri yang sedang berkumpul di masjid lantai dasar gedung tersebut terjebak reruntuhan.

    BBC News menggambarkan bangunan yang runtuh seperti “lapisan kue” dengan lapisan-lapisan beton yang hanya menyisakan rongga-rongga sempit dan kondisinya sangat tidak stabil.

    Petugas gabungan sejumlah 332 orang dikerahkan untuk misi penyelamatan korban yang bekerja secara bergantian. Penggunaan alat berat sementara belum dapat dilakukan karena dikhawatirkan dapat memperparah kondisi reruntuhan akibat getaran alat berat.

    ”Upaya penyelamatan saat ini difokuskan secara manual dengan menggali lubang dan celah untuk mengevakuasi korban yang masih hidup,” ungkap Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari, pada Rabu (1/10/2025). 

    Media Inggris, The Guardian, mengungkapkan kondisi keluarga-keluarga berkumpul di sekitar papan tulis putih yang berisi daftar korban selamat yang diketahui untuk mencari nama-nama anak mereka yang terjebak di reruntuhan beton. 

    “Sebuah ekskavator dan derek telah dikerahkan untuk membantu tim penyelamat memindahkan puing-puing, tetapi Nanang Sigit, seorang pejabat pencarian dan penyelamatan lokal, mengatakan otoritas tidak akan menggunakan peralatan berat karena khawatir akan menyebabkan struktur yang tersisa runtuh,” tulis The Guardian. 

    Sementara itu, Reuters menuliskan Tim penyelamat yang berjuang untuk menyelamatkan siswa dari reruntuhan musala di Ponpes Al Khoziny yang ambruk, menewaskan tiga orang di Provinsi Jawa Timur, Indonesia, menghadapi tugas yang lebih sulit setelah gempa bumi yang dikhawatirkan membuat reruntuhan semakin padat.

    Pihak berwenang atau Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengatakan 91 orang terdaftar sebagai hilang, dengan 100 orang dievakuasi dan puluhan terluka setelah ambruknya musala saat siswa sedang melakukan salat di masjid di lantai bawah bangunan yang lantai atasnya masih dalam tahap konstruksi.

    Dari jumlah tersebut, 26 orang masih menjalani rawat inap, 70 orang telah diperbolehkan pulang, tiga orang dilaporkan meninggal dunia dan satu pasien dirujuk ke rumah sakit di Mojokerto.

    Rincian rumah sakit dan jumlah korban yang sedang ditangani adalah sebagai berikut:

    RSUD RT Notopuro, 40 pasien dengan delapan pasien rawat inap dan dua meninggal dunia;
    RS Siti Hajjar, 52 pasien dengan 11 pasien rawat inap, satu meninggal dunia dan satu pasien dirujuk;
    RS Delta Surya, enam pasien rawat inap;
    RS Sheila Medika menangani satu pasien yang telah diperbolehkan pulang, sedangkan
    RS Unair merawat satu pasien rawat inap. (Stefanus Bintang Agni) 

  • Chaos! Demo Gen Z Memanas, Presiden Minta Maaf & Bubarkan Pemerintahan

    Chaos! Demo Gen Z Memanas, Presiden Minta Maaf & Bubarkan Pemerintahan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Demonstrasi besar-besaran yang melanda kota-kota di Madagaskar memaksa Presiden Andry Rajoelina mengambil langkah drastis dengan membubarkan pemerintahannya.

    Adapun gelombang protes tersebut dipelopori anak muda atau “Gen Z” yang dipicu oleh krisis air dan listrik. Demonstrasi yang berlangsung selama 3 hari itu pecah menjadi bentrokan berdarah antara massa dan aparat.

    Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), kericuhan telah menewaskan sedikitnya 22 orang dan melukai lebih dari 100 lainnya.

    Demonstrasi ini disebut sebagai yang terbesar dalam beberapa tahun terakhir di pulau Samudra Hindia tersebut, sekaligus tantangan paling serius bagi Rajoelina sejak terpilih kembali pada 2023. Aksi para pemuda itu terinspirasi dari gelombang protes “Gen Z” di Kenya dan Nepal yang berhasil memaksa perubahan politik di kedua negara tersebut.

    Dalam pidato yang disiarkan televisi nasional, Televiziona Malagasy, Rajoelina menyampaikan permintaan maaf kepada rakyat.

    “Kami mengakui dan meminta maaf jika anggota pemerintahan tidak melaksanakan tugas yang telah diberikan kepada mereka,” ujarnya, dilansir The Guardian.

    “Saya memahami kemarahan, kesedihan, dan kesulitan yang ditimbulkan oleh pemadaman listrik serta gangguan pasokan air. Saya mendengar seruan itu, saya merasakan penderitaan itu, dan saya memahami dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari,” imbuhnya.

    Rajoelina mengatakan bahwa pendaftaran calon perdana menteri baru akan dibuka dalam tiga hari ke depan sebelum kabinet baru dibentuk. Ia juga berjanji membuka ruang dialog dengan kaum muda serta menyiapkan langkah-langkah untuk membantu pelaku usaha yang terkena dampak penjarahan selama kerusuhan.

    Sejak awal pekan lalu, ribuan orang berpakaian hitam berbaris di ibu kota Antananarivo dengan meneriakkan tuntutan agar Rajoelina mundur. Kepolisian merespons dengan tembakan gas air mata dan peluru karet untuk membubarkan massa, menyebabkan lebih dari seratus orang terluka.

    Kantor HAM PBB menyalahkan “tindakan represif” aparat keamanan atas sebagian besar korban jiwa. Namun, mereka juga mencatat bahwa sejumlah kematian disebabkan oleh kekerasan serta penjarahan yang dilakukan kelompok kriminal yang tidak terkait dengan demonstran.

    Kementerian Luar Negeri Madagaskar menolak data korban yang dilaporkan PBB. Menurut pemerintah, angka-angka itu tidak bersumber dari otoritas nasional yang sah dan hanya “berdasarkan rumor atau informasi keliru.”

    Pada Senin, kerumunan massa kembali berkumpul di sebuah universitas di Antananarivo. Para demonstran melambaikan poster, menyanyikan lagu kebangsaan, dan mencoba bergerak menuju pusat kota.

    Namun, polisi kembali menembakkan gas air mata untuk membubarkan mereka. Pemerintah telah memberlakukan jam malam sejak pekan lalu, berlaku dari senja hingga fajar.

    Para demonstran juga mengadopsi simbol dan taktik gerakan di negara lain seperti bendera bajak laut Jolly Roger dari serial anime Jepang One Piece sebagai lambang perlawanan.

    Mereka mengibarkan bendera yang digunakan dalam protes di Nepal itu, di mana perdana menteri akhirnya mundur awal bulan ini. Selain itu, para pemuda Madagaskar meniru strategi mobilisasi daring ala protes Kenya tahun lalu yang sukses menggagalkan rancangan undang-undang pajak pemerintah.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • "Epinaratic Leadership": Menjawab Tantangan Disinformasi, Fitnah, dan Kebencian
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        30 September 2025

    "Epinaratic Leadership": Menjawab Tantangan Disinformasi, Fitnah, dan Kebencian Nasional 30 September 2025

    “Epinaratic Leadership”: Menjawab Tantangan Disinformasi, Fitnah, dan Kebencian
    Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.
    KITA
    hidup di zaman yang tidak pernah sepenuhnya tenang. Bukan karena perang fisik, tapi karena pertempuran narasi, opini, dan persepsi.
    Di layar kecil gawai kita, derasnya arus informasi setiap detik membanjiri, tanpa pernah menunggu kita siap untuk menyaringnya.
    Di sinilah lahir fenomena yang kian mendominasi: era DFK (Disinformasi, Fitnah, dan Kebencian). Tiga kata yang sederhana, tetapi telah mengubah wajah demokrasi, dinamika sosial, bahkan masa depan kepemimpinan.
    Belum lama ini, beredar video
    deepfake
    hasil rekayasa AI yang seolah-olah menampilkan Menteri Keuangan saat itu, Sri Mulyani yang mengatakan “guru adalah beban negara”.
    Video Sri Mulyani hanyalah satu dari ribuan hoaks yang beredar di jagad digital. Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menemukan 1.020 hoaks sepanjang Januari – Agustus 2025.
    Hoaks mungkin api yang kecil. Namun apabila dibiarkan, mereka dapat membakar habis kepercayaan dan persaudaraan dalam masyarakat.
    Hariqo Wibawa Satria dari Kantor Komunikasi Kepresidenan bahkan mengingatkan bahwa “satu video DFK (disinformasi, fitnah, kebencian) bisa melahirkan sejuta kebencian” terhadap figur publik atau pemimpin.
    Benarlah pepatah lama: “sebuah kebohongan bisa berkeliling setengah dunia saat kebenaran masih memakai sepatunya”. Di era media sosial, pepatah ini kian terasa nyata.
    Di era digital, informasi tidak hanya mengalir deras, tetapi juga sering kali disusupi oleh disinformasi, fitnah, dan kebencian. Disinformasi bukanlah sekadar kesalahan informasi, melainkan konten yang sengaja diproduksi untuk menyesatkan.
    Fallis (2015) menjelaskan bahwa disinformasi berbahaya karena sumbernya bermaksud menipu dan memperoleh keuntungan dari kesesatan yang ditimbulkan.
    Kini, praktiknya semakin canggih karena digerakkan oleh bot, buzzer, hingga algoritma platform digital.
    Aïmeur et al. (2023) bahkan menunjukkan bagaimana teknik
    machine learning
    dan
    deep learning
    membuat konten palsu kian sulit dideteksi, bahkan oleh sistem pendeteksi otomatis berbasis AI.
    Dampak dari disinformasi tidak main-main. Keputusan publik kerap salah arah karena mendasarkan diri pada “fakta palsu”.
    Selain itu, debat publik berubah menjadi gaduh, sebab data yang seharusnya menjadi pijakan bersama dipelintir sesuai agenda tertentu.
    Bahkan, kebijakan negara pun bisa terdistorsi, karena pemimpin didesak merespons opini publik yang telah lebih dulu dibentuk oleh arus disinformasi.
    World Economic Forum dalam Laporan Risiko Global 2025 menempatkan misinformasi dan disinformasi sebagai ancaman terbesar ke-4 di dunia, dengan proyeksi naik menjadi ancaman nomor satu pada 2027.
    Laporan Geopolitical Outlook 2025 dari Rud Pedersen Public Affairs juga menegaskan bahwa kurangnya tata kelola kecerdasan buatan memperbesar risiko penyalahgunaan teknologi untuk menyebarkan informasi palsu.
    Selain disinformasi, fitnah juga semakin berbahaya di era digital. Jika dahulu fitnah hanya menyebar lewat bisik-bisik, kini ia dapat viral dalam hitungan menit dan sulit dihapus dari jejak digital.
    Satu narasi palsu yang diproduksi dengan cerdas mampu meruntuhkan reputasi yang dibangun bertahun-tahun, sekaligus menggerogoti kepercayaan publik terhadap institusi.
    Ketika pemimpin terus-menerus dihantam fitnah, energi yang seharusnya dipakai untuk memimpin dan melayani publik, justru habis untuk klarifikasi tanpa akhir.
    Sementara itu, kebencian memperparah situasi dengan menggerogoti emosi kolektif. Aktor politik kerap memanfaatkannya karena ia sederhana, emosional, dan efektif menggerakkan massa.
    Algoritma media sosial memperkuat polarisasi ini, sebab konten penuh amarah terbukti lebih cepat menyebar dibanding narasi yang menekankan persatuan, terlebih jika preferensi pengguna media sosial adalah konten-konten yang penuh amarah.
    Konten-konten seperti itu membuat masyarakat terbelah, komunitas hancur, dan fondasi bangsa melemah akibat spiral kebencian yang terus dipelihara.
    Oleh karena itu, di era ini, kepemimpinan tidak lagi hanya bicara soal visi pembangunan, kecerdasan manajerial, atau kebijakan publik yang rasional.
    Kepemimpinan menjadi soal bagaimana pemimpin bisa menjaga kepercayaan publik di tengah badai manipulasi informasi. Ia menjadi seni mengikat kebersamaan di tengah masyarakat yang makin mudah terbelah.
    Ia juga menjadi ujian apakah pemimpin mampu menyalakan harapan di tengah atmosfer kebencian yang terus dipupuk oleh algoritma.
    Saya menyebutnya ‘Epinaratic Leadership’, gaya kepemimpinan yang memadukan kekuatan pengetahuan yang benar (epistemik) dengan kekuatan narasi yang menggerakkan (naratik).
    Dalam konteks era penuh disinformasi, fitnah, dan kebencian (DFK), kepemimpinan ini menempatkan kebenaran bukan sekadar sebagai data, melainkan sebagai cerita kolektif yang hidup, dipercaya, dan mampu menyentuh hati publik.
    Kepemimpinan ini menggabungkan dimensi epistemik (berakar pada kebenaran, pengetahuan, dan validitas) dengan dimensi naratik (mengarahkan narasi, identitas, dan makna kolektif).
    Artinya, ‘epinaratic leadership’ tidak berhenti pada sekadar mengetahui yang benar, melainkan juga mampu meramu kebenaran itu menjadi narasi yang hidup, mengakar, dan tahan terhadap distorsi.
    Dengan kata lain, menurut Foroughi et al. (2019), kepemimpinan adalah tindakan yang melakukan sesuatu yang fundamental bagi situasi saat ini, sesuatu yang mengubah realitas faktual, dan yang memberikan arahan untuk masa depan yang ‘lebih baik’.
    Seorang pemimpin dengan gaya ‘epinaratic leadership’ tidak cukup hanya “menyampaikan fakta”, karena fakta saja sering kalah oleh opini dan emosi.
    Ia harus mampu mengubah fakta menjadi narasi kuat, yang bukan hanya meyakinkan secara logis, tetapi juga menginspirasi secara emosional dan bermakna secara sosial.
    Di tengah era
    post-truth
    (ketika kebenaran kehilangan pijakannya), mengubah fakta menjadi narasi yang kuat dan emosional menjadi tuntutan.
    Orang kini mempercayai narasi yang mengggugah emosi dan mencari validasi dari apa yang mereka percayai.
    Algoritma media sosial mengakselerasi hal tersebut dengan menciptakan filter buble yang menyaring konten (yang bahkan bisa diedit sesuai keinginan) berdasarkan preferensi user. Akibatnya, orang pun terjebak dalam
    echo chamber
    -nya sendiri.
    Kondisi tersebut memungkinkan munculnya fenomena DFK (disinformasi, fitnah, kebencian). Fenomena tersebut menjelma sebagai praktik
    character assassination
    digital yang merajalela.
    Reputasi tokoh publik mudah diserang fitnah, legitimasi dan otoritas terkikis, dan penegakan hukum dibingkai ulang sebagai penindasan atau keberpihakan politik.
    Ironisnya, situasi ini memberi ruang bagi kelompok tertentu untuk bermain api, yang tujuannya mendiskreditkan figur kepemimpinan.
    Lebih ironis lagi, meski klarifikasi resmi telah disampaikan dengan bukti dan data, publik yang terlanjur terbelah sering menolak mendengarnya.
    Menurut studi MIT 2018 lalu terhadap
    fake news
    di Twitter, berita benar membutuhkan waktu sekitar enam kali lebih lama untuk menjangkau 1.500 orang dibandingkan berita palsu untuk menjangkau jumlah orang yang sama. Karena persebarannya yang sangat cepat, orang sudah terlanjur percaya dengan berita bohong.
    Oleh karena itu,
    Epinaratic Leadership
    adalah praktik kepemimpinan yang bertujuan menjaga identitas naratif pemimpin, menghadirkan narasi tandingan terhadap fitnah dan kebencian, sekaligus mengarahkan masyarakat pada cerita besar tentang harapan, kolaborasi, dan masa depan bersama.
    Kepemimpinan ini dijalankan oleh generasi baru pemimpin yang hidup sepenuhnya dalam ekosistem digital dituntut untuk tidak hanya adaptif, melainkan juga transformatif.
    Kepemimpinan epinaratik tidak bisa memimpin dengan kacamata lama. Mereka harus mengakui realitas bahwa politik dan kepemimpinan kini sama pentingnya di layar ponsel seperti halnya di meja rapat kabinet.
    Kepemimpinan epinaratik menjadi kebutuhan mendesak. Pemimpin dituntut memiliki
    information literacy
    untuk memverifikasi fakta, menjaga integritas di tengah gempuran fitnah, dan mengembangkan narasi ketangguhan sebagai jawaban atas kebencian.
    Lebih jauh, mereka harus berani membangun ekosistem komunikasi yang sehat, di mana kebenaran dilindungi, reputasi dijaga, dan persatuan ditempatkan di atas polarisasi.
    Dengan demikian, disinformasi tidak lagi menyesatkan arah, fitnah tidak lagi menghancurkan kepercayaan, dan kebencian tidak lagi merobek masyarakat, melainkan justru menjadi ujian yang memperlihatkan kualitas kepemimpinan sejati.
    Istilah ‘epinaratic leadership’ bukan lagi sekadar label generasi. Ia mencerminkan lahirnya gaya kepemimpinan baru, yaitu pemimpin yang sejak awal kariernya sudah berinteraksi dengan dunia digital, terbiasa dengan
    multichannel communication
    , dan sadar bahwa opini publik dibentuk dalam ekosistem media yang kompleks.
    Kepemimpinan epinaratik tidak bisa hanya mengandalkan model tradisional, rapat tertutup, konferensi pers, atau sekadar pidato formal.
    Mereka harus piawai mengelola ruang digital, aktif berdialog dengan publik, dan mampu menjaga konsistensi identitas di berbagai platform.
    Tipikal pemimpin seperti ini disebut Pemimpin Opini Termediatisasi, di mana menurut Schäfer and Taddicken (2015), mereka menggunakan berbagai media secara signifikan lebih sering untuk pertukaran informasi dan komunikasi dan juga untuk interaksi interpersonal mereka.
    Namun demikian, kepemimpinan ini juga menghadapi risiko: terlalu sibuk di permukaan digital, hingga lupa pada substansi kepemimpinan.
    Di sinilah keseimbangan harus dijaga. Pemimpin epinaratik ideal adalah mereka yang bisa menjembatani dunia digital dengan realitas lapangan, antara
    hashtags
    dengan
    hard works
    , antara
    likes
    dengan
    legacies.
    Untuk menjawab tantangan DFK, ada sejumlah strategi implementatif yang bisa diterapkan pemimpin epinaratik.
    Pertama, perlunya membangun literasi digital internal. Pemimpin tidak bisa berjalan sendiri. Ia butuh tim yang juga cerdas digital, mampu mendeteksi hoaks, membaca tren percakapan, dan memberikan masukan berbasis data.
    Literasi digital bukan hanya tanggung jawab masyarakat, tetapi juga kewajiban internal organisasi kepemimpinan.
    Saat ini, literasi digital Indonesia tahun 2025 berada di angka 3,65 dari skala 5. Indeks Masyarakat Digital Indonesia juga mengalami peningkatan dari 37.80 (2022) menjadi 43.34 (2024).
    Artinya, ada harapan besar bahwa pemimpin epinaratik beserta timnya nanti mampu beradaptasi dengan baik di dunia digital seiring meningkatkanya indeks literasi digital.
    Kedua, mengadopsi model komunikasi transparan. Transparansi adalah senjata ampuh melawan disinformasi. Pemimpin epinaratik perlu rutin membuka data, menjelaskan proses, dan menghadirkan ruang partisipasi publik.
    Menurut Hadziahmetovic and Salihovic (2022), komunikasi yang transparan mendorong keterlibatan dengan mempromosikan kepercayaan dan keyakinan.
    Dengan kata lain, apabila kita transparan dalam komunikasi dan data, narasi palsu tidak punya ruang subur untuk berkembang.
    Ketiga, mengelola krisis dengan narasi positif. Ketika fitnah menyerang, jangan hanya reaktif dengan klarifikasi.
    Erickson (2021) menegaskan bahwa komunikasi yang jelas, tenang, dan teratur diperlukan untuk meyakinkan staf bahwa perahu akan tetap mengapung di tengah badai.
     
    Oleh karena itu, gunakan krisis sebagai momentum untuk mempertegas nilai kepemimpinan, sehingga kita mampu mengubah krisis reputasi menjadi panggung integritas.
    Keempat, mengaktifkan kolaborasi multi-pihak. Tantangan DFK terlalu besar untuk dihadapi sendiri. Pemimpin epinaratik perlu membangun aliansi dengan akademisi, media,
    civil society
    , dan platform digital.
    Misalnya, seperti yang disarankan oleh Hartono et al. (2021), pemimpin epinaratik dapat berkolaborasi dengan Dewan Pers Nasional untuk meningkatkan profesionalisme media dan mengurangi berita yang tendensius.
    Selain itu, pemimpin epinaratik juga dapat menjalin kolaborasi dengan Meta dan Bytedance dalam mencegah penyebaran disinformasi.
    Terakhir, menghidupkan empati dalam setiap narasi. Di era kebencian, empati adalah kekuatan. Pemimpin epinaratik perlu berani menunjukkan sisi manusiawi: mendengarkan, merasakan, dan merespons dengan hati.
    Selain itu, empati juga dapat kita tunjukkan dalam praktik kepemimpinan. Dalam penelitian Jian (2021), pemimpin yang empatik ditandai dengan sikap terbuka terhadap orang lain yang melampaui ego sendiri, sikap peduli untuk memotivasi seseorang untuk berempati, serta tanggung jawab terhadap orang lain.
    Publik mungkin lupa detail kebijakan, tetapi mereka tidak pernah lupa rasa dan kenangan yang mereka dapatkan saat berinteraksi.
    Mari kita bayangkan skenario nyata. Seorang pemimpin daerah diserang fitnah bahwa programnya hanya menguntungkan kelompok tertentu.
    Alih-alih marah dan membalas, ia justru mengundang pihak-pihak kritis untuk berdialog terbuka, menyiarkan langsung pertemuan tersebut, dan membuktikan dengan data.
    Publik yang menyaksikan tidak hanya melihat klarifikasi, tetapi juga menyaksikan gaya kepemimpinan yang berani, terbuka, dan empatik.
    Contoh lain, seorang CEO perusahaan besar menghadapi disinformasi bahwa perusahaannya merusak lingkungan. Ia tidak berhenti pada rilis pers, melainkan membuat program
    open factory
    di mana masyarakat, media, dan akademisi bisa langsung melihat proses produksi yang ramah lingkungan. Narasi palsu pun kalah oleh bukti nyata.
    Praktik-praktik inilah yang menunjukkan bagaimana kepemimpinan epinaratik bisa menjawab tantangan DFK dengan cara yang implementatif sekaligus inspiratif.
    Era DFK mungkin terlihat menakutkan, tetapi ia juga menghadirkan peluang. Pemimpin yang mampu melewati badai ini dengan integritas dan inovasi akan muncul sebagai pemimpin yang jauh lebih kuat.
    Mereka akan dikenal bukan karena tidak pernah diserang, tetapi karena selalu mampu bangkit dan menyalakan harapan.
    Sejarah selalu mencatat bahwa setiap era memiliki tantangannya sendiri. Jika dulu tantangan terbesar adalah kolonialisme, perang, atau krisis ekonomi, maka tantangan hari ini adalah DFK.
    Namun sama seperti generasi-generasi sebelumnya, generasi ini pun bisa melewatinya dengan kepemimpinan yang tepat.
    Pemimpin epinaratik harus berani menjadikan dirinya
    guardian of truth
    , penjaga integritas, dan penyalur harapan.
    Mereka harus menyadari bahwa di era digital, setiap kata, setiap gestur, setiap keputusan bukan hanya soal kebijakan, tetapi juga soal bagaimana ia diterjemahkan di ruang publik yang tak pernah tidur.
    Pada akhirnya, kepemimpinan di era DFK adalah tentang keberanian untuk tetap berpegang pada nilai, meski arus kebencian begitu deras.
    Ia adalah tentang kesanggupan untuk terus merangkul, meski tangan terus diserang. Ia adalah tentang kemampuan menyalakan cahaya, ketika kegelapan disinformasi mencoba menutupi segalanya.
    Dan itulah panggilan ‘epinaratic leadership’ hari ini, memimpin dengan akal sehat, dengan hati yang luas, dan dengan tekad bahwa bangsa ini terlalu berharga untuk dibiarkan hancur oleh disinformasi, fitnah, dan kebencian.
    Kini, bola ada di tangan kita bersama. Masing-masing dari kita bisa ikut menentukan arah dengan cara memilih, mendukung, dan menjadi pemimpin yang berpegang pada kebenaran di atas kepentingan sempit.
    Apakah kita akan mengizinkan era DFK terus mencabik-cabik tenun kebangsaan, atau kita bangkit memupuk kepemimpinan pascakebenaran yang memulihkan kepercayaan dan persatuan? Jawaban atas pertanyaan ini akan sangat menentukan wajah masa depan Indonesia kita.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.