Perusahaan: Guardian

  • Trump Marah Zelensky Bilang Perdamaian Ukraina-Rusia Masih Sangat Jauh

    Trump Marah Zelensky Bilang Perdamaian Ukraina-Rusia Masih Sangat Jauh

    Washington DC

    Ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Ukraina semakin menjadi. Presiden Donald Trump marah mendengar Presiden Volodymyr Zelensky mengatakan perdamaian antara Kyiv dan Rusia masih “sangat jauh”. Trump menuding Zelensky menghalangi perdamaian.

    Trump dalam postingan media sosial, seperti dilansir The Guardian dan Associated Press, Selasa (4/3/2025), menyertakan tautan berita soal komentar Zelensky yang menyebut perdamaian “sangat, sangat jauh”.

    “Ini adalah pernyataan terburuk yang bisa disampaikan oleh Zelensky, dan Amerika tidak akan tahan lebih lama lagi dengan pernyataan itu!” tegas Trump dalam komentarnya pada Senin (3/3) waktu setempat.

    “Itulah yang saya katakan, orang ini tidak menginginkan ada perdamaian selama dia mendapat dukungan Amerika, dan Eropa, dalam pertemuan dengan Zelensky, menyatakan dengan tegas bahwa mereka tidak dapat melakukan pekerjaan ini tanpa AS,” ucapnya.

    “Mungkin bukan pernyataan bagus yang disampaikan untuk menunjukkan kekuatan melawan Rusia. Apa yang mereka pikiran?” tanya Trump.

    ADVERTISEMENT

    `;
    var mgScript = document.createElement(“script”);
    mgScript.innerHTML = `(function(w,q){w[q]=w[q]||[];w[q].push([“_mgc.load”])})(window,”_mgq”);`;
    adSlot.appendChild(mgScript);
    },
    function loadCreativeA() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    adSlot.innerHTML = “;

    console.log(“🔍 Checking googletag:”, typeof googletag !== “undefined” ? “✅ Defined” : “❌ Undefined”);

    if (typeof googletag !== “undefined” && googletag.apiReady) {
    console.log(“✅ Googletag ready. Displaying ad…”);
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    } else {
    console.log(“⚠️ Googletag not loaded. Loading GPT script…”);
    var gptScript = document.createElement(“script”);
    gptScript.src = “https://securepubads.g.doubleclick.net/tag/js/gpt.js”;
    gptScript.async = true;
    gptScript.onload = function () {
    console.log(“✅ GPT script loaded!”);
    window.googletag = window.googletag || { cmd: [] };
    googletag.cmd.push(function () {
    googletag.defineSlot(‘/4905536/detik_desktop/news/static_detail’, [[400, 250], [1, 1], [300, 250]], ‘div-gpt-ad-1708418866690-0’).addService(googletag.pubads());
    googletag.enableServices();
    googletag.display(‘div-gpt-ad-1708418866690-0’);
    googletag.pubads().refresh();
    });
    };
    document.body.appendChild(gptScript);
    }
    }
    ];

    var currentAdIndex = 0;
    var refreshInterval = null;
    var visibilityStartTime = null;
    var viewTimeThreshold = 30000;

    function refreshAd() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (!adSlot) return;

    currentAdIndex = (currentAdIndex + 1) % ads.length;
    adSlot.innerHTML = “”; // Clear previous ad content
    ads[currentAdIndex](); // Load the appropriate ad

    console.log(“🔄 Ad refreshed:”, currentAdIndex === 0 ? “Creative B” : “Creative A”);
    }

    var observer = new IntersectionObserver(function(entries) {
    entries.forEach(function(entry) {
    if (entry.isIntersecting) {
    if (!visibilityStartTime) {
    visibilityStartTime = new Date().getTime();
    console.log(“👀 Iklan mulai terlihat, menunggu 30 detik…”);

    setTimeout(function () {
    if (visibilityStartTime && (new Date().getTime() – visibilityStartTime >= viewTimeThreshold)) {
    console.log(“✅ Iklan terlihat 30 detik! Memulai refresh…”);
    refreshAd();
    if (!refreshInterval) {
    refreshInterval = setInterval(refreshAd, 30000);
    }
    }
    }, viewTimeThreshold);
    }
    } else {
    console.log(“❌ Iklan keluar dari layar, reset timer.”);
    visibilityStartTime = null;
    if (refreshInterval) {
    clearInterval(refreshInterval);
    refreshInterval = null;
    }
    }
    });
    }, { threshold: 0.5 });

    document.addEventListener(“DOMContentLoaded”, function() {
    var adSlot = document.getElementById(“ad-slot”);
    if (adSlot) {
    ads[currentAdIndex](); // Load the first ad
    observer.observe(adSlot);
    }
    });

    Gedung Putih menginginkan Zelensky menunjukkan lebih banyak keterbukaan terhadap konsesi potensial untuk mengakhiri pertempuran. Namun Zelensky menolak gagasan tersebut sambil mendesak jaminan keamanan dari AS dalam pertemuan di Gedung Putih pada Jumat (28/2) lalu yang berakhir cekcok.

    Dalam pernyataan lanjutan, Trump menyebut Zelensky “tidak akan bertahan lama” kecuali dia menyerah pada tekanan dan membuat kesepakatan sesuai dengan persyaratan yang diajukan AS.

    “Seharusnya tidak terlalu sulit untuk membuat kesepakatan. Hal ini bisa dilakukan dengan sangat cepat,” kata Trump kepada wartawan, merujuk pada gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina.

    “Sekarang, mungkin seseorang tidak ingin membuat kesepakatan, dan jika seseorang tidak ingin membuat kesepakatan, saya pikir orang tersebut tidak akan bertahan lama,” sebutnya merujuk pada Zelensky.

    Zelensky Bilang Perdamaian dengan Rusia Sangat Jauh

    Komentar Zelensky yang memancing kemarahan Trump disampaikan ketika dia ditanya soal inisiatif Eropa untuk mengakhiri peran Ukraina-Rusia. Prancis sebelumnya menawarkan gencatan senjata parsial selama satu bulan antara Ukraina dan Rusia, dalam upaya menghentikan pertempuran.

    Zelensky meyakini perdamaian dengan Rusia masih jauh. “Kita berbicara soal langkah pertama hari ini, dan oleh karena itu, sampai langkah tersebut ada di atas kertas, saya tidak ingin membicarakannya secara detail,” katanya.

    “Kesepakatan untuk mengakhiri perang masih sangat, sangat jauh, dan belum ada yang memulai semua langkah ini. Perdamaian yang kita ramalkan di masa depan haruslah adil, jujur, dan yang terpenting berkelanjutan,” ujar Zelensky.

    Pernyataan ini menyusul adu mulut di Ruang Oval ketika Trump menuduh Zelensky “bertaruh dengan Perang Dunia III” dan memberitahunya untuk kembali ketika “dia siap untuk perdamaian”.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Sinopsis No Other Land, Film Dokumenter Warga Palestina Menang Oscar 2025, Ditonton di Mana?

    Sinopsis No Other Land, Film Dokumenter Warga Palestina Menang Oscar 2025, Ditonton di Mana?

    TRIBUNJATIM.COM – No Other Land menerima penghargaan di ajang bergengsi Oscar 2025.

    No Other Land menang dalam kategori film dokumenter terbaik.

    Film ini menyoroti perbedaan nasib warga Palestina dan Israel di tengah genosida yang melanda Gaza.

    Usut punya usut, film tersebut digarap oleh dua sutradara Palestina dan Israel.

    Mereka adalah Basel Adra, Hamdan Ballal, Yuval Abraham, dan Rachel Szor.

    Informasi berita menarik lainnya di Google News TribunJatim.com

    Mengangkat kisah nyata yang menggugah, “No Other Land” menghadirkan dokumentasi yang kuat mengenai konflik yang terjadi di Palestina, khususnya di wilayah Masafer Yatta.

    Film ini berpusat pada perjalanan Basel Adra, seorang aktivis muda Palestina yang sejak kecil telah menyaksikan dan menentang penggusuran paksa yang dilakukan oleh militer Israel di Masafer Yatta, wilayah di Tepi Barat.

    Ia merekam kehancuran bertahap atas tanah kelahirannya, di mana tentara Israel menghancurkan rumah-rumah dan mengusir penduduk setempat untuk mengubah area tersebut menjadi zona latihan militer.

    Dalam proses perjuangannya, Basel menjalin pertemanan dengan Yuval Abraham, seorang jurnalis Israel.

    Persahabatan mereka yang tak terduga menjadi inti dari dokumenter ini, memperlihatkan perbedaan mencolok antara kehidupan mereka.

    Basel terus hidup dalam ancaman pengusiran dan kekerasan, sementara Yuval, sebagai warga Israel, menikmati kebebasan yang tidak dimiliki oleh rekannya dari Palestina.

    Lebih dari sekadar dokumenter, “No Other Land” adalah sebuah perlawanan dalam bentuk sinema.

    Basel Adra menegaskan bahwa film ini bukan hanya bertujuan untuk membangkitkan empati, tetapi juga untuk menginspirasi aksi nyata dalam menentang pendudukan dan penggusuran di Palestina.

    “Kami tidak membuat film ini untuk menimbulkan rasa kasihan, tetapi untuk mengajak orang-orang bergabung dalam perjuangan kami,” katanya dikutip dari Indie Wire, Senin (3/3/2025).

    Dalam wawancaranya dengan IndieWire, Basel menggambarkan situasi di Masafer Yatta sebagai kondisi yang semakin tidak layak huni akibat kebijakan Israel yang membatasi akses terhadap air bersih, lahan pertanian, dan fasilitas pendidikan bagi warga Palestina.

    Film ini memberikan wawasan mendalam mengenai realitas hidup di bawah pendudukan, yang jarang terlihat di media arus utama.

    Bagi yang penasaran, No Other Land bisa disaksikan di Apple TV.

    Penghargaan

    “No Other Land” pertama kali tayang di Berlinale 2024 dan langsung memenangkan Panorama Audience Award untuk kategori Film Dokumenter Terbaik serta Berlinale Documentary Film Award.

    Mengutip Wikipedia, film ini mendapatkan pengakuan luas dari para kritikus dengan rating 100 % di Rotten Tomatoes dan skor 92/100 di Metacritic, menunjukkan apresiasi yang luar biasa dari komunitas film global.

    Belum cukup dengan itu, No Other Land berhasil menyabet penghamenyampaikan pidato kemenangannya kepada hadirin di Dolby Theatre.

    “Sekitar dua bulan lalu saya menjadi seorang ayah, dan harapan saya kepada putri saya adalah agar ia tidak harus menjalani kehidupan yang sama seperti yang saya jalani sekarang.”

    “Selalu takut akan kekerasan, pembongkaran rumah, dan pemindahan paksa yang dialami dan dihadapi komunitas saya, Masafer Yatta, setiap hari di bawah pendudukan militer,” ujarnya.

    Sutradara Yuval Abraham menambahkan, “Kami membuat film ini, Palestina dan Israel, karena bersama-sama suara kita lebih kuat.”

    “Kami melihat satu sama lain. Kehancuran yang mengerikan di Gaza dan rakyatnya, yang harus diakhiri, sandera Israel yang ditawan pada 7 Oktober, harus dibebaskan.”

    “Ketika saya melihat Basel, saya melihat saudara saya, tetapi kami tidak setara.”

     “Kami hidup dalam rezim di mana saya bebas di bawah hukum sipil, dan itu masih di bawah hukum militer yang menghancurkan hidupnya dan dia tidak dapat mengendalikannya.”

    “Ada jalan yang berbeda, solusi politik. Tanpa supremasi etnis, dengan hak-hak nasional untuk kedua masyarakat kami, dan saya harus mengatakan, karena saya di sini, kebijakan luar negeri di negara ini membantu menghalangi jalan ini.”

    Meskipun meraih kesuksesan besar, distribusi film ini menghadapi hambatan, terutama di Amerika Serikat.

    Abraham menyebutkan bahwa film ini kesulitan mendapatkan distribusi resmi di AS, yang ia duga sebagai dampak dari sensitivitas politik yang diangkat dalam film tersebut.

    Akibatnya, dikutip Guardian, “No Other Land” harus dirilis secara independen di hampir 100 bioskop di AS, dengan tiket yang terjual habis di berbagai kota.

    “No Other Land” bukan sekadar film dokumenter biasa. Dengan pendekatan sinematik yang kuat dan penyampaian narasi yang mendalam, film ini mengajak penonton untuk mendalami kenyataan pahit yang dialami warga Palestina.

    Kemenangan film ini di Oscar 2025 menjadi tonggak penting dalam dunia dokumenter, sekaligus sebuah seruan bagi dunia internasional untuk lebih peduli terhadap keadilan dan hak asasi manusia di wilayah konflik.

    —– 

    Berita Jatim dan berita viral lainnya.

  • Paus Fransiskus Tulis Surat dari Rumah Sakit, Sampaikan Pesan Perdamaian Dunia – Halaman all

    Paus Fransiskus Tulis Surat dari Rumah Sakit, Sampaikan Pesan Perdamaian Dunia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Paus Fransiskus masih berjuang melawan pneumonia yang dideritanya.

    Meski dalam kondisi sakit, pemimpin Gereja Katolik Dunia itu tetap menyampaikan pesan kepada umat yang telah mendoakannya.

    Vatikan menyampaikan surat yang ditulis oleh Paus dari rumah sakit.

    Dalam surat tersebut, Paus mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada umat beriman yang selalu mendukungnya dalam kondisinya saat ini.

    “Saya merasakan semua kasih sayang dan kedekatan Anda, dan pada saat ini, saya merasa seolah-olah saya ‘didukung’ dan didukung oleh semua umat Tuhan. Terima kasih semuanya!” tulis Paus, dikutip dari Vatican News.

    Tidak hanya melalui surat yang ia tulis, melalui akun X, ia juga menuliskan pesan terima kasih kepada seluruh umat yang mendoakannya.

    “Saya ingin mengucapkan terima kasih atas doa-doa yang dipanjatkan kepada Tuhan dari hati banyak umat beriman di berbagai belahan dunia: Saya merasakan semua kasih sayang dan kedekatan Anda dan, pada saat ini, saya merasa ‘didukung’ dan dikuatkan oleh semua Umat Tuhan. Terima kasih kepada semua!” tulisnya.

    Tak hanya itu, Paus Fransiskus juga menyerukan umatnya untuk terus berdoa demi perdamaian dunia. 

    Ia menyebutkan bahwa dari tempatnya saat ini, perang tampak semakin tidak masuk akal. 

    “Saya berdoa terutama untuk perdamaian. Dari sini, perang tampak semakin tidak masuk akal,” katanya, dikutip dari The Guardian.

    Ia meminta umat Katolik di seluruh dunia untuk mendoakan negara-negara yang tengah dilanda konflik, seperti Ukraina, Palestina, Israel, Lebanon, Myanmar, Sudan, dan Kivu.

    “Mari kita berdoa untuk Ukraina, Palestina, Israel, Lebanon, Myanmar, Sudan, dan Kivu yang menjadi martir,” tambahnya.

    Paus Fransiskus dirawat di Rumah Sakit Gemelli Roma sejak 14 Februari lalu.

    Ia dirawat setelah didiagnosis menderita infeksi saluran pernapasan dan pneumonia di kedua paru-parunya.

    Vatikan mengumumkan bahwa pada Minggu (2/3/2025) pagi, Paus beristirahat dengan baik sepanjang malam.

    Kondisi Paus juga telah stabil karena saat ini tidak memerlukan ventilasi mekanis non-invasif, hanya terapi oksigen aliran tinggi dan tidak mengalami demam.

    Sebelumnya, pada hari Jumat (28/2/2025), Paus mengalami kejadian yang menyerupai serangan asma yang menyebabkan beliau mengalami kesulitan bernapas.

    Paus lebih rentan terhadap infeksi paru-paru karena saat muda ia pernah mengalami radang selaput dada.

    Ia harus menjalani operasi pengangkatan sebagian paru-parunya di Argentina ketika masih menjalani pelatihan untuk menjadi pendeta.

    Doa untuk kesembuhan Paus terus dilakukan di Basilika Santo Petrus serta di berbagai kota di Italia dan seluruh dunia. 

    Sebelum dirawat di rumah sakit, Paus memiliki jadwal yang padat.

    Terutama dalam rangka menyambut Tahun Yubileum Katolik yang menjadi agenda penting bagi umat Katolik di seluruh dunia.

    Meskipun tengah berjuang melawan penyakitnya, Paus Fransiskus tetap menunjukkan keteguhan hati dan kepeduliannya terhadap perdamaian dunia.

    Umat Katolik di seluruh dunia pun terus memberikan dukungan dan doa bagi kesembuhannya.

    Semua berharap agar ia segera pulih dan dapat kembali menjalankan tugasnya sebagai pemimpin Gereja Katolik.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Paus Fransiskus

  • Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1104: Zelensky Bertemu Raja Charles III – Halaman all

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1104: Zelensky Bertemu Raja Charles III – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perang Rusia-Ukraina telah memasuki hari ke-1104 pada Senin (3/3/2025).

    Ketegangan masih terus meningkat di sepanjang perbatasan dan dampak yang jauh meluas ke seluruh dunia.  

    Di tengah situasi yang terus memanas, pertemuan penting terjadi antara dua tokoh besar dunia, yaitu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan Raja Charles III dari Inggris.

    Kunjungan ini, membawa makna simbolis yang mendalam, baik bagi Ukraina yang terus berjuang menghadapi agresi Rusia, maupun bagi hubungan diplomatik antara Ukraina dan Inggris.

    Selengkapnya simak peristiwa lainnya berikut ini.

    Perang Rusia-Ukraina Hari ke-1104:

    Zelensky-Raja Charles III Bertemu

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bertemu Raja Charles III di Sandringham, Inggris.

    Dikutip dari The Guardian, pertemuan ini terjadi setelah Zelensky menghadiri pertemuan puncak Starmer dengan pemimpin Eropa.

    Ini bukan pertama kalinya mereka bertemu, sebelumnya pada 2023, mereka bertemu di Istana Buckingham.

    Inggris telah menjadi pendukung utama Ukraina dalam menghadapi invasi Rusia, memberikan bantuan militer, ekonomi, dan kemanusiaan.

    Pada peringatan kedua invasi Rusia, Raja Charles menyatakan dukungan penuh kepada Ukraina, menyebut agresi Rusia sebagai “agresi yang tak terlukiskan” dan memuji keberanian rakyat Ukraina.

    Kunjungan ini mempererat hubungan antara kedua negara dan mempertegas komitmen Inggris untuk terus mendukung Ukraina dalam perjuangannya melawan Rusia.

    Diharapkan pertemuan ini memberikan dampak positif bagi Ukraina dalam memperkuat aliansi internasional.

    Inggris Sediakan 5.000 Rudal Pertahanan untuk Ukraina

    Inggris akan menyediakan 5.000 rudal pertahanan udara untuk Ukraina, seperti yang diumumkan oleh Starmer. 

    Inggris akan mengalokasikan £1,6 miliar (sekitar US$2 miliar) untuk pembelian rudal multiperan ringan, yang dikenal dengan nama Martlet. 

    Rudal ini diproduksi oleh perusahaan pembuat senjata Thales.

    Martlet memiliki jangkauan lebih dari 6 km (3,7 mil) dan dapat ditembakkan dari berbagai platform, baik di darat, laut, maupun udara.

    Zelensky Puji Dukungan Eropa dan Tekankan Pentingnya Jaminan Keamanan

    Zelenskyy memuji “dukungan yang jelas dari Eropa, Inggris, Uni Eropa, dan Turki” setelah kembali ke Ukraina dari pertemuan puncak di London yang diselenggarakan oleh Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer.

    “Lebih banyak persatuan, lebih banyak kemauan untuk bekerja sama,” ucap Zelensky.

    “Semua orang bersatu dalam isu utama – agar perdamaian menjadi nyata, kita membutuhkan jaminan keamanan yang nyata. Ini adalah posisi seluruh Eropa,” imbuhnya.

    Zelensky Puji Dukungan AS dan Tegaskan Jaminan Keamanan sebagai Kunci Perdamaian

    Zelenskyy mengungkapkan pentingnya dukungan Amerika Serikat.

    “Kami berterima kasih atas semua dukungan yang kami terima. Tidak ada hari di mana kami tidak merasa bersyukur.”

    Ia menekankan, ketahanan Ukraina bergantung pada bantuan mitra internasional, yang juga berkontribusi pada keamanan mereka sendiri.

    “Yang kami butuhkan adalah perdamaian, bukan perang tanpa akhir. Dan itu sebabnya kami mengatakan jaminan keamanan adalah kuncinya,” tambah Zelenskyy.

    Sebelumnya, Zelenskyy berupaya memajukan pembicaraan dengan Presiden AS, Donald Trump, setelah pertemuan yang sulit.

    Ia mengisyaratkan kesiapan Ukraina untuk menandatangani kesepakatan mineral dan berharap untuk pembicaraan “konstruktif” dengan pemerintah AS mengenai langkah selanjutnya.

    Pada Minggu (2/3/2025) malam, sebuah pesawat nirawak Rusia menyerang gedung apartemen bertingkat di kota Kharkiv, Ukraina, yang merupakan kota terbesar kedua di negara tersebut.

    Serangan ini menyebabkan kebakaran dan melukai delapan orang, menurut wali kota Kharkiv, Ihor Terekhov.

    Selain itu, tiga bangunan tempat tinggal lainnya rusak akibat serangan tersebut.

    Di kota Zaporizhzhia, serangan pesawat nirawak Rusia lainnya melukai seorang warga sipil.

    Serangan ini memicu kebakaran besar di sebuah bangunan tempat tinggal, menghancurkan atapnya, yang sebagian runtuh.

    Dua orang berhasil diselamatkan dari bawah reruntuhan.

    Gelombang ledakan yang terjadi merusak rumah-rumah di sekitarnya, menyebabkan puluhan orang kehilangan tempat tinggal.

    Ukraina Protes Rotasi IAEA di Zaporizhzhia melalui Wilayah Pendudukan

    Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) melakukan rotasi pengamat di PLTN Zaporizhzhia melalui wilayah pendudukan Ukraina, yang disertai oleh personel militer Rusia.

    Kementerian Luar Negeri Ukraina menanggapi tindakan ini dengan mengirimkan nota protes kepada IAEA, menganggapnya sebagai evakuasi kemanusiaan yang dilakukan di bawah tekanan Rusia.

    Dikutip dari Suspilne, rotasi ini melibatkan 27 pengamat IAEA, termasuk tiga inspektur, yang bertugas memantau keselamatan operasional dan fisik stasiun.

    Untuk pertama kalinya, rute rotasi melewati sepenuhnya wilayah yang dikuasai oleh Rusia dan didampingi oleh prajurit Garda Rusia.

    Rotasi ini seharusnya dilakukan sebulan lalu, namun tertunda dua kali.

    Ukraina mengutuk fakta bahwa rotasi ini melibatkan wilayah yang mereka anggap sebagai pelanggaran kedaulatan dan integritas teritorial.

    Kementerian Luar Negeri Ukraina juga menuduh Rusia memaksa karyawan IAEA untuk tetap tinggal lebih lama dari yang direncanakan, menyebabkan tekanan psikologis yang besar.

    Ukraina menegaskan, tindakan tersebut melanggar hukum internasional dan resolusi Majelis Umum PBB, serta memperingatkan agar tidak ada tindakan serupa di masa depan.

    Prancis dan Inggris Usulkan Gencatan Senjata Satu Bulan di Ukraina

    Prancis dan Inggris mengusulkan gencatan senjata sebagian selama sebulan antara Rusia dan Ukraina, yang tidak mencakup pertempuran darat.

    Presiden Prancis Emmanuel Macron mengungkapkan hal ini dalam wawancara dengan surat kabar Le Figaro pada Minggu (2/3/2025).

    Menurut Macron, gencatan senjata ini akan berlaku di udara, laut, dan fasilitas energi, namun tidak mencakup pertempuran di darat.

    Macron menjelaskan bahwa keuntungan dari inisiatif ini adalah kemampuannya untuk lebih mudah dikendalikan.

    Namun, ia juga menekankan tantangan dalam memverifikasi kepatuhan terhadap gencatan senjata, mengingat garis depan yang panjang, yang sejauh ini setara dengan jarak antara Paris dan Budapest.

    Macron menambahkan, pada tahap kedua, tentara Eropa akan dikerahkan di wilayah Ukraina.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Setelah Ketegangan dengan Trump, Zelensky Disambut Hangat Starmer, Dapat Pinjaman 47 T dari Inggris  – Halaman all

    Setelah Ketegangan dengan Trump, Zelensky Disambut Hangat Starmer, Dapat Pinjaman 47 T dari Inggris  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer menyambut hangat Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy di London pada Sabtu (1/3/2025).

    Pertemuan ini terjadi tepat sehari setelah pertemuan yang berlangsung menegangkan antara pemimpin Ukraina tersebut dengan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

    Kedatangan Zelenskyy ke Inggris menandai kelanjutan dukungan dari negara tersebut terhadap perjuangan Ukraina di tengah konflik dengan Rusia.

    Sebagai bentuk komitmen, Inggris dan Ukraina meluncurkan perjanjian pinjaman sebesar £2,26 miliar atau senilai Rp47,1 triliun (kurs £1 GBP = Rp20.860) untuk memperkuat pertahanan Ukraina. 

    Dana ini akan dibayar kembali dengan keuntungan dari aset kedaulatan Rusia yang saat ini tidak dapat dimobilisasi.

    Kontras dengan Pertemuan di Gedung Putih

    Jika pertemuan Zelenskyy dengan Trump di Gedung Putih diwarnai ketegangan, kedatangannya di Downing Street disambut dengan antusiasme tinggi.

    Kerumunan di Whitehall memberikan sorak-sorai, sementara Starmer mengambil langkah yang tidak biasa dengan berjalan di sepanjang trotoar untuk menyambut Zelensky, dikutip dari The Guardian.

    Keduanya kemudian berpelukan sebelum Starmer mengarahkan Zelenskyy ke arah pendukung yang bersorak di luar.

    Di dalam Downing Street No. 10, Starmer menegaskan dukungan Inggris terhadap Ukraina. 

    Ia menyatakan bahwa sorak-sorai dari masyarakat Inggris adalah bentuk solidaritas mereka terhadap Ukraina.

    “Anda sangat, sangat diterima di sini di Downing Street,” kata Starmer kepada Zelenskyy, dikutip dari SBS News.

    “Dan seperti yang Anda dengar dari sorak sorai di luar, Anda mendapat dukungan penuh dari seluruh Inggris Raya, dan kami mendukung Anda bersama Ukraina selama yang diperlukan,” tambahnya.

    Starmer juga menegaskan tekadnya untuk mencapai perdamaian abadi bagi Ukraina, yang didasarkan pada kedaulatan dan keamanan negara tersebut.

    “Tekad yang kuat untuk mencapai apa yang kita berdua ingin capai, yaitu perdamaian abadi, perdamaian abadi bagi Ukraina yang didasarkan pada kedaulatan dan keamanan bagi Ukraina, yang sangat penting bagi Ukraina, sangat penting bagi Eropa, dan sangat penting bagi Inggris Raya,” tegasnya.

    Zelenskyy merespons dengan menyatakan bahwa Ukraina mengandalkan dukungan Inggris dan mengungkapkan rasa syukurnya memiliki mitra yang solid.

    “Kami mengandalkan dukungan Anda, dan kami sangat senang memiliki mitra dan teman seperti itu,” kata Zelensky.

    Sebelumnya, pada Jumat (28/2/2025), Zelenskyy bertemu dengan Trump di Gedung Putih.

    Namun, pertemuan itu berubah menjadi pertikaian sengit di Ruang Oval, dengan keduanya saling menyela berulang kali, dikutip dari BBC.

    Padahal, pertemuan ini seharusnya menjadi ajang penandatanganan kesepakatan yang akan membuka akses AS ke mineral Ukraina.

    Konferensi pers yang direncanakan dibatalkan, dan Zelenskyy diminta meninggalkan Gedung Putih sebelum perjanjian ditandatangani.

    Dalam wawancara dengan Fox News, Zelenskyy mengakui bahwa pertengkaran publik tersebut “tidak baik”, tetapi ia masih yakin hubungan dengan Trump bisa diperbaiki.

    Meskipun meninggalkan Washington tanpa kesepakatan, Zelenskyy tetap menegaskan kesiapannya untuk menandatangani perjanjian tersebut sebagai “langkah pertama menuju jaminan keamanan” bagi Ukraina.

    Melalui Telegram, ia menekankan pentingnya memastikan bahwa Ukraina tetap didengar oleh dunia internasional, baik selama perang maupun setelahnya.

    Reaksi terhadap pertemuan ini beragam. 

    Di AS, tanggapan cenderung mengikuti garis partisan, sementara di Ukraina, Zelenskyy mendapat apresiasi luas karena mempertahankan pendiriannya dalam menghadapi tekanan diplomatik.

    Sementara itu, Rusia mengeluarkan pernyataan bahwa Trump dan senator J.D. Vance telah bertindak dengan menahan diri dalam pertemuan tersebut.

    Dengan dukungan kuat dari Inggris, Zelenskyy mendapat suntikan semangat baru dalam perjuangan Ukraina.

    Kontras antara sambutan hangat di London dan ketegangan di Washington menunjukkan dinamika politik internasional yang semakin kompleks dalam konflik ini.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Donald Trump, Keir Starmer dan Konflik Rusia vs Ukraina

  • Usai Panas Cekcok dengan Trump, Zelensky Langsung Ucap Ini

    Usai Panas Cekcok dengan Trump, Zelensky Langsung Ucap Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky memberikan pernyataan usai debat panas dengan presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    Dalam pernyataannya, Zelensky mengucapkan terima kasih atas dukungan AS kepada Ukraina. Ia juga mengatakan, dukungan AS sangat besar dalam melawan Rusia.

    “Kami sangat berterima kasih kepada Amerika Serikat atas semua dukungannya. Saya berterima kasih kepada Presiden Trump, Kongres atas dukungan mereka, dan rakyat Amerika,” ungkap Zelinsky, dikutip dari The Guardian, Sabtu (1/3/2025).

    “Bantuan Amerika sangat penting bagi kelangsungan hidup kami, dan saya ingin mengakui hal itu. Meskipun dialognya sulit, kami tetap menjadi mitra strategis. Namun, kita harus jujur dan terbuka satu sama lain agar benar-benar memahami tujuan bersama kita,” ujarnya.

    Zelinsky juga membahas mengenai keinginan damai Ukraina. Dengan tegas Zelinsky ingin perdamaian yang adil dan berkelanjutan.

    “Kami berbicara tentang perdamaian yang adil dan berkelanjutan-kebebasan, keadilan, dan hak asasi manusia bagi semua orang,” tegas Presiden Ukraina itu.

    Iya juga menyinggung Putin dan menuding bahwa perdamaian dengan Rusia tidak akan berhasil jika hanya Gencatan senjata.

    “Gencatan senjata tidak akan berhasil dengan Putin. Dia telah melanggar gencatan senjata sebanyak 25 kali dalam 10 tahun terakhir. Perdamaian sejati adalah satu-satunya solusi, ujar Zelinsky.

    Presiden yang juga mantan komedian itu mengatakan ingin mendapatkan dukungan besar dari AS.

    “Semua orang Ukraina ingin mendengar sikap tegas AS yang mendukung kami. Bisa dimengerti jika AS mencari dialog dengan Putin. Namun, AS selalu berbicara tentang “perdamaian melalui kekuatan.” Bersama-sama, kita bisa mengambil langkah tegas melawan Putin, ujar Zelinsky.

    Cekcok dengan Trump

    Sebelumnya Zelensky cekcok yang terjadi dengan Trump dalam pertemuan di Gedung Putih.

    Adu mulut Zelinsky dengan Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance terjadi pada Jumat (28/2/2025). Mulanya Zelensky mempertanyakan condongnya Trump pada Rusia dan mempertanyakan “diplomasi” yang diserukan Vance dalam pertemuan itu, dengan menyinggung pelanggaran komitmen yang dilakukan oleh Rusia selama bertahun-tahun di panggung global.

    Trump kemudian menyebut Zelensky mempertaruhkan nyawa jutaan orang dan bertaruh dengan Perang Dunia III, serta menuduh Presiden Ukraina itu sangat tidak menghormati negara ini. Sedangkan Vance menuduh Zelensky tidak tahu berterima kasih.

    “Bapak Presiden, dengan segala hormat, saya rasa tidak sopan bagi Anda untuk datang ke Ruang Oval dan mencoba mengajukan gugatan di depan media Amerika. Saat ini, kalian berkeliling dan memaksa wajib militer ke garis depan karena kalian memiliki masalah sumber daya manusia. Anda seharusnya berterima kasih kepada presiden,” kata Vance dikutip dari Reuters.

    Trump yang dengan tegas berkata kepada Zelensky., “Anda tidak punya kartu sekarang. Anda harus membuat kesepakatan atau kita keluar. Jika kita keluar, Anda akan bertarung habis-habisan, dan saya rasa itu tidak akan berakhir baik.”

    Setelah cekcok presiden Ukraina itu keluar Gedung Putih dan meninggalkan Trump lebih awal dari jadwal.

    (dce)

  • Zelensky dan Trump Terlibat Adu Mulut, Presiden AS Sebut Ukraina Berjudi dengan Perang Dunia III – Halaman all

    Zelensky dan Trump Terlibat Adu Mulut, Presiden AS Sebut Ukraina Berjudi dengan Perang Dunia III – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Debat panas terjadi antara Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Wapres JD Vance.

    Perang kata tersebut terjadi saat Volodymyr Zelensky melakukan kunjungan ke Gedung Putih untuk membahas perdamaian Ukraina dengan Donald Trump, Jumat (28/2/2025).

    Dalam adu mulut tersebut, Donald Trump memperingatkan Volodymyr Zelensky bahwa ia telah “berjudi dengan Perang Dunia Ketiga”.

    Trump memperingatkan Zelensky untuk kembali “ketika ia sudah siap untuk perdamaian”.

    Dalam momen adu mulut itu, Wapres AS JD Vance juga ikut menyerang Zelensky terkait perang dengan Rusia. Trump dan Vance bergantian mencaci maki Zelensky.

    Bahkan, Vance menuduh Zelensky melakukan “tur publisitas dan Trump mengatakan bahwa ia tidak dalam posisi yang baik saat ini.

    “Apakah kamu pernah mengucapkan ‘terima kasih’ sekali?” tanya Vance, dikutip dari The Guardian.

    “Menurutmu, apakah tindakan yang terhormat untuk datang ke Ruang Oval Amerika Serikat dan menyerang pemerintahan yang berusaha mencegah kehancuran negaramu?” cecar Trump.

    Trump kemudian menyampaikan ultimatum kepada Zelensky, dengan mengatakan kepadanya bahwa Ukraina harus “membuat kesepakatan atau kita keluar”.

    Ultimatum itu mengisyaratkan bahwa AS dapat meninggalkan negosiasi dan menghentikan dukungan kepada Kyiv.

    “Jangan beri tahu kami apa yang akan kami rasakan. Kami sedang mencoba memecahkan masalah,” ungkap Trump.

    “Anda tidak dalam posisi untuk mendikte apa yang akan kami rasakan. Kami akan merasa sangat baik. Anda tidak memiliki kartu saat ini bersama kami, Anda akan mulai mengalami masalah saat ini,” lanjutnya.

    Trump pun mengakhiri pertemuan tersebut dengan mengatakan bahwa Zelensky tidak “bertindak penuh rasa terima kasih” dan “itu bukan hal yang baik”.

    “Ini akan menjadi acara televisi yang hebat,” pungkasnya.

    Kepala angkatan bersenjata Ukraina, Oleksandr Syrskyi, mengunggah pernyataan di Telegram yang menegaskan bahwa pasukannya mendukung Zelensky.

    Warga Ukraina yang cemas mengikuti dari jauh sebagian besar berkumpul di sekitar pemimpin mereka, tetapi khawatir tentang prospek kelanjutan aliran bantuan militer AS yang diandalkan negara tersebut.

    Para pemimpin Eropa, yang merasa khawatir akan dampak perang di seluruh benua, berlomba-lomba membela Zelensky.

    Dikutip dari Reuters, Presiden Prancis Emmanuel Macron hingga kandidat kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan “kita tidak boleh mencampuradukkan antara agresor dan korban dalam perang yang mengerikan ini”.

    Di Kongres AS, reaksi dari Partai Republik Trump beragam, sementara Demokrat mengecam penanganannya terhadap pertemuan tersebut.

    Kepala kebijakan luar negeri Eropa, Kaja Kallas mengatakan bahwa Eropa akan meningkatkan dukungannya terhadap Ukraina “agar mereka dapat terus melawan agresor tersebut”.

    “Hari ini, menjadi jelas bahwa dunia bebas membutuhkan pemimpin baru. Terserah kepada kita, orang Eropa, untuk menerima tantangan ini,” kata Kallas.

    Presiden Komisi Eropa, Ursula von der Leyen ikut memuji Zelensky setelah melihat adu mulut tersebut.

    “Martabat Anda menghormati keberanian rakyat Ukraina. Jadilah kuat, jadilah pemberani, jadilah tak kenal takut,” tulisnya di media sosial X.

    “Kami akan terus bekerja sama dengan Anda untuk perdamaian yang adil dan abadi,” lanjutnya.

    (*)

  • Delegasi Israel Temui Hamas di Mesir, Gencatan Senjata Berlanjut?

    Delegasi Israel Temui Hamas di Mesir, Gencatan Senjata Berlanjut?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Delegasi Israel berangkat menuju Mesir untuk melanjutkan perundingan kelanjutan gencatan senjata di Gaza antara Tel Aviv dengan milisi Palestina, Hamas, Kamis (27/2/2025). Hal ini terjadi saat gencatan senjata tahap pertama antara kedua belah pihak berakhir berakhir.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan tim Israel dijadwalkan tiba pada Kamis malam di Kairo. Pengumuman itu dibuat sehari setelah Hamas menyerahkan jenazah empat sandera Israel dalam gelombang terakhir sesuai kesepakatan gencatan senjata awal.

    Dari sisi Israel, 600 tahanan Palestina yang seharusnya dibebaskan selama akhir pekan dibebaskan pada Rabu malam, 46 di antaranya adalah wanita dan anak-anak. Beberapa anggota tubuhnya diamputasi saat berada dalam tahanan Israel, dan banyak yang kurus kering.

    Tahap pertama gencatan senjata akan berakhir pada 2 Maret. Negosiasi tentang cara melaksanakan tahap kedua, yang akan berujung pada akhir perang secara permanen, seharusnya sudah dimulai beberapa minggu lalu, tetapi telah berulang kali ditunda karena gencatan senjata yang rapuh itu telah berubah dari satu krisis ke krisis lainnya.

    Kedua belah pihak saling menuduh pihak lain berulang kali melanggar perjanjian, yang sempat menghentikan pertempuran selama 15 bulan. Di sisi lain, Israel terus melancarkan aksi militernya ke wilayah lain di Palestina, Tepi Barat, yang saat ini dalam pendudukan Negeri Zionis itu.

    Israel sendiri mengklaim menginginkan perpanjangan tahap pertama dari kesepakatan tersebut dalam perundingan yang diperbarui. Menteri Luar Negeri Israel, Gideon Saar, mengatakan kepada wartawan bahwa delegasi akan melakukan perjalanan ke Mesir untuk melihat apakah ada titik temu untuk merundingkan perpanjangan.

    “Kami mengatakan kami siap untuk memperpanjang kerangka kerja dengan imbalan membebaskan lebih banyak sandera. Jika memungkinkan, kami akan melakukannya,” katanya dikutip The Guardian.

    Jajak pendapat menunjukkan bahwa sebagian besar warga Israel mendukung gencatan senjata untuk membebaskan 59 sandera yang tersisa, setidaknya 39 di antaranya diyakini telah tewas.

    Namun, Netanyahu enggan berkomitmen pada tahap kedua gencatan senjata karena tekanan dari sebagian besar pemerintahan sayap kanannya untuk memenuhi tujuan perang yang dinyatakan yaitu ‘kemenangan total’ atas Hamas. Bahkan, mitranya di koalisi mengancam akan meruntuhkan pemerintahan jika Israel tidak kembali berperang.

    Di sisi lain, dalam sebuah pernyataan pada hari Kamis, Hamas menyatakan siap untuk memulai pembicaraan pada tahap kedua. Mereka menyebut bahwa satu-satunya cara sandera yang tersisa di Gaza akan dibebaskan adalah melalui “komitmen pada gencatan senjata”.

    The Associated Press melaporkan pada Kamis bahwa pejabat Israel mengkonfirmasi bahwa negara itu tidak akan menarik pasukannya dari zona perbatasan Gaza-Mesir, sesuai dengan perjanjian gencatan senjata. Hal ini pun dapat membahayakan masa depan gencatan senjata.

    Pada tahap kedua kesepakatan tersebut, yang durasinya tidak pasti, Israel seharusnya menarik pasukannya sepenuhnya dari Gaza, yang pada dasarnya mengakhiri perang, dan pembicaraan tentang tata kelola masa depan jalur tersebut harus dimulai. Rekonstruksi akan dimulai pada tahap ketiga, tetapi ada perbedaan besar di kedua belah pihak tentang masa depan Gaza.

    Hamas mengatakan bersedia menyerahkan kendali Jalur Gaza kepada warga Palestina lainnya, tetapi para pemimpinnya menolak untuk mengasingkan diri. Israel menegaskan bahwa mereka tidak akan mengizinkan Hamas atau Otoritas Palestina yang berpusat di Tepi Barat untuk mengelola wilayah tersebut saat perang berakhir.

    Perang terbaru Israel-Hamas pecah pada 7 Oktober 2023 setelah serangan Hamas ke sejumlah daerah di Negeri Yahudi itu. Sekitar 1.200 orang tewas dan 250 orang Israel disandera dalam serangan tersebut.

    Di sisi lain, serangan balik Israel telah menewaskan 48.000 orang di Gaza. Selain itu, serbuan Tel Aviv juga membuat hampir 75% infrastruktur di wilayah pesisir Palestina itu hancur.

     

    (luc/luc)

  • Trump Percaya Putin soal Akhiri Perang di Ukraina: Kenal Sudah Lama, Tak Mungkin Ingkar Janji – Halaman all

    Trump Percaya Putin soal Akhiri Perang di Ukraina: Kenal Sudah Lama, Tak Mungkin Ingkar Janji – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, menyatakan keyakinannya bahwa Presiden Rusia, Vladimir Putin, akan mematuhi gencatan senjata Ukraina.

    Pernyataan ini disampaikan dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Inggris, Keir Starmer, di Gedung Putih pada Kamis (27/2/2025).

    Dalam konferensi pers di Ruang Oval, Trump menegaskan bahwa ia percaya Putin tidak akan melanggar perjanjian gencatan senjata.

    “Saya rasa dia akan menepati janjinya,” ujar Trump, dikutip dari NDTV.

    Ia juga menyebutkan bahwa telah mengenal Putin dalam waktu yang lama dan yakin bahwa pemimpin Rusia tersebut akan memegang komitmennya.

    “Saya sudah bicara dengannya, saya sudah kenal dia sejak lama, saya tidak yakin dia akan mengingkari janjinya,” tambahnya.

    Sebaliknya, Starmer memberikan tanggapan yang lebih berhati-hati. 

    “Saya pikir pandangan saya tentang Putin sudah cukup matang dan diketahui,” kata Starmer ketika dimintai pendapat mengenai pernyataan Trump. 

    Ia menambahkan bahwa jika kesepakatan damai terjadi, maka penting bagi Putin untuk memahami bahwa kesepakatan tersebut harus bersifat permanen dan mencegah Rusia melangkah lebih jauh.

    Hubungan antara Trump dan Starmer terlihat cukup akrab dalam pertemuan tersebut. 

    Trump bahkan memuji Starmer sebagai “orang yang luar biasa” dan “sangat istimewa”, dikutip dari The Guardian.

    Pertemuan ini berlangsung di tengah ketegangan geopolitik yang meningkat di Eropa, khususnya terkait dengan invasi Rusia ke Ukraina yang telah berlangsung selama tiga tahun.

    Dalam diskusi bilateral, Starmer menekankan pentingnya memberikan perlindungan keamanan bagi Ukraina jika kesepakatan damai tercapai.

    Ia menegaskan bahwa Inggris siap mengerahkan pasukan darat dan pesawat udara untuk mendukung perjanjian tersebut, bekerja sama dengan sekutu-sekutu Eropa lainnya.

    “Bekerja sama dengan sekutu-sekutu kami, karena itulah satu-satunya cara agar perdamaian dapat bertahan lama,” ujar Starmer.

    Sementara itu, Trump menyatakan bahwa menjaga perdamaian adalah “bagian yang mudah”.

    Sedangkan menurutnya, tantangan terbesar adalah menyelesaikan kesepakatan yang dapat diterima oleh semua pihak.

    Starmer dan Emmanuel Macron dari Prancis datang ke Washington minggu ini setelah Eropa dan Ukraina tidak diundang dalam pembicaraan damai antara AS dan Rusia di Arab Saudi.

    Pertemuan Starmer dan Trump menghasilkan kesepakatan untuk membawa perdamaian di Ukraina.

    “Kami sepakat bahwa sejarah harus berpihak pada pembawa damai, bukan penjajah,” kata Starmer tegas dalam konferensi pers bersama Trump, dikutip dari ABC News.

    Starmer menekankan bahwa keduanya akan bekerja sama demi mencapai perdamaian.

    “Jadi, taruhannya sangat tinggi. Dan kami bertekad untuk bekerja sama untuk menghasilkan kesepakatan yang baik,” tegasnya.

    PM Inggris memanfaatkan pertemuan tersebut, hanya 24 jam sebelum Presiden Ukraina, Volodymyr Zelenskyy, melakukan perjalanan ke Washington untuk menandatangani perjanjian mineral penting.

    Zelensky diperkirakan akan melakikan perjalanan ke Kyiv pada hari Jumat (28/2/2025).

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Keir Starmer, Donald Trump dan Konflik Rusia vs Ukraina

  • Eksperimen 100 Hari Hidup di Bawah Air, Tubuh Ilmuwan Ini Berubah

    Eksperimen 100 Hari Hidup di Bawah Air, Tubuh Ilmuwan Ini Berubah

    Jakarta

    Ilmuwan dari Amerika Serikat tinggal 100 hari di bawah permukaan air. Dari hasil eksperimennya, Dr Joseph Dituri mengakui ada banyak perubahan yang terjadi pada dirinya.

    Dengan berani, Dituri tinggal 20 kaki (enam meter) di bawah permukaan laguna Florida. Laguna adalah air yang tertutup di belakang gugusan karang, pulau-pulau, atau di dalam atol. Dituri baru keluar dari air pada 9 Juni 2023 silam.

    Melansir The Guardian, Dituri menghabiskan waktu dua bulan setengah di Jules’ Undersea Lodge, di dasar laguna di Key Largo, Florida. Tak main-main, tekanan atmosfernya lebih tinggi 70% dari permukaan. Itu berarti, Dituri seperti mempertaruhkan hidupnya.

    Akan tetapi, dampak yang terjadi diklaim Dituri sangat luar biasa. Dia menyebut eksperimennya memegang kunci untuk isu penuaan pada manusia, dengan artian lain memperpanjang usia harapan hidup orang-orang.

    “Saya tidak mencoba mengklaim ini akan membuat Anda immortal. Tapi kita tahu bahwa (eksposur pada peningkatan tekanan) meningkatkan proliferasi stem cell,” ujarnya.

    Dia menambahkan eksperimen itu menyebabkan meningkatkan panjang telomer, dan juga meningkatkan kolagen. Tim ilmuwan pun mencoba memeriksa penuaan sel akibat uji coba itu.

    “Lihat, saya berusia 55 tahun. Saya baru setengah jalan menjalani hal ini,” sambungnya.

    Tekanan di dalam senyawa bawah air adalah 25 lb per square inch (kira-kira 17,5 kgf/m²) dibandingkan dengan 14,7 lb per inch (10,3 kgf/m²) di atas air. Dituri, yang meraih gelar doktor dalam bidang teknik biomedis, mengatakan itu berarti sejumlah hal mengalami tekanan, termasuk kandung kemih. Untungnya, di dalam air, segala perlengkapannya untuk hidup tersedia.

    Joseph Dituri harus diantar makanannya oleh scuba diver. Foto: Frazier Nivens/Florida Keys News Bureau/Reuters

    Sebagai peneliti dalam pengobatan hiperbarik, Dituri mengatakan bahwa ia menghabiskan sebagian besar waktunya untuk menguji darah dan air liurnya guna mengamati perubahan apa pun sebagai akibat dari habitat barunya. Ia juga telah menjalani elektrokardiogram, yang mengukur fungsi jantung, elektroensefalogram, yang merekam aktivitas otak, dan uji fungsi paru, yang menilai kinerja paru-paru.

    “Kita tahu bahwa tekanan hiperbarik meningkatkan proliferasi sel punca. Tekanan ini meningkatkan panjang telomer, juga meningkatkan kolagen, dan kolagen merupakan bahan penyusun setiap sel dalam tubuh Anda,” katanya.

    Telomer adalah urutan DNA yang cenderung memendek seiring waktu, yang menurunkan produksi sel dan, pada dasarnya, menyebabkan penuaan. Memperpanjang telomer dapat membalikkan proses tersebut, sementara kolagen, merupakan blok pembangun setiap sel dalam tubuh Anda.

    Tak cuma hasil medis mencengangkan soal dampak bertahan hidup di bawah air selama 100 hari, Joseph Dituri juga memegang rekor dunia untuk hal itu. Dia memecahkan rekor itu setelah 73 hari tinggal di dalam air.

    Penelitian ini masih perlu untuk dilanjutkan agar mendapatkan pemahaman lebih lanjut soal dampaknya pada tubuh manusia. Tapi, beradaptasi nampaknya memang kemampuan super manusia untuk bertahan hidup ya, detikers.

    (ask/ask)