Perusahaan: Guardian

  • Argentina Ambil Swap USD 20 Miliar dari AS untuk Selamatkan Peso

    Argentina Ambil Swap USD 20 Miliar dari AS untuk Selamatkan Peso

    Liputan6.com, Jakarta – Argentina meresmikan perjanjian pertukaran mata uang dengan Amerika Serikat (AS) hingga senilai USD 20 miliar atau sekitar Rp 334 miliar (kurs dolar Rp 16.725). Sebuah langkah besar yang digambarkan bank sentral negara tersebut sebagai upaya penting untuk berkontribusi pada stabilitas ekonomi Argentina.

    Dikutip dari The Guardian, Senin (17/11/2025), lesepakatan ini hadir di tengah tekanan politik dan ekonomi yang semakin tajam, terutama menjelang pemilihan paruh waktu pada 26 Oktober. Fluktuasi liar peso telah menggerus kepercayaan publik terhadap kemampuan pemerintah menstabilkan nilai tukar, membuat banyak warga Argentina panik dan khawatir tabungan mereka akan kembali tergerus dalam hitungan minggu.

    Dukungan finansial baru ini merupakan bagian dari komitmen besar pemerintahan Donald Trump, yang menjadi pendukung kuat Presiden Argentina Javier Milei.

    Dalam beberapa bulan terakhir, Milei berusaha mengendalikan inflasi yang sebelumnya berhasil ditekan setelah ia menjabat pada Desember 2023, namun kini kembali meningkat dari bulan ke bulan.

    Situasi menjadi semakin rumit ketika pemerintah menggunakan hampir seluruh cadangan dolar Bank Sentral demi mempertahankan peso, strategi yang oleh banyak ekonom dinilai tidak berkelanjutan.

    Di sisi lain, pengaruh politik AS, khususnya dari Trump kian memainkan peran penting dalam dinamika ekonomi Argentina. Ketika Milei mengunjungi Gedung Putih pekan lalu untuk meminta dukungan, Trump secara terbuka memperingatkan pemilih Argentina bahwa bantuan ekonomi AS dapat dihentikan jika Milei kalah dalam pemilu.

    “Jika dia kalah, kami tidak akan bermurah hati kepada Argentina,” ujar Trump, sekaligus memberi sinyal bahwa dukungan yang diberikannya bukan hanya soal ekonomi, tetapi juga ideologi dan aliansi politik internasional.

    Dengan kondisi ekonomi yang rapuh dan tekanan politik yang semakin menumpuk, masa depan Argentina kini sangat ditentukan oleh hasil pemilu dan stabilitas finansial jangka pendek.

  • “Mingkemnya” Pers Disentil Purbaya

    “Mingkemnya” Pers Disentil Purbaya

    “Mingkemnya” Pers Disentil Purbaya
    Jurnalis, Mahasiswa S3 Ilmu Politik
    MENTERI
    Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menyentil pers yang “mingkem”, tidak berani melontarkan kritik kepada pemerintah. Kritik itu disampaikan Purbaya dalam acara yang digelar Forum Pemimpin Redaksi di Jakarta, Minggu 16 November 2025.
    Kritik Purbaya ini menarik dan mengandung separuh kebenaran.  PK Ojong punya pandangan yang senada.
    Pers
    dibuat bukan untuk menjilat kekuasaan.  Kritik pers memang dibutuhkan karena kekuasaan itu  cenderung korup. Pada saat ini, kritik pers justru amat dibutuhkan ketika bangsa sedang mengalami krisis representasi.  
    DPR mengalami apa yang disebut Carl Schmitt sebagai telah kehilangan dasar moral dan spiritualnya. Itu ditulis Schmitt dalam buku
    The Crisis of Parliamentary Democracy
    , 1923. Selain pers yang “mingkem”, DPR, DPD, ormas pun sebenarnya “mingkem” melihat praktik politik penuh ketidakadilan. Dalam bahasa pemikir kebhinekaan, Sukidi, bangsa sedang dibangun dalam situasi republik ketakutan (
    republic of fear
    ).
    Gejala pers yang “mingkem” sudah ditengarai Daniel Dhakidae dalam disertasinya di Cornel tahun 1991. Dalam disertasi
    The State, the Rise of Capital, and the Fall of Political Journalism: Political Economy of Indonesian News Industry
    , Daniel memprediksi sistem pers Orde Baru dengan kontrol kertas di tangan pemerintah akan menciptakan situasi menjadi akhir dari jurnalisme politik (
    the end of political journalism
    ).
    Kritik Purbaya disebut sebagai separuh kebenaran karena sebenarnya ada juga pers, katakan Tempo, yang berani mengkritik pemerintahan secara lugas dan tegas terhadap tata kelola pemerintahan. Namun kini, Tempo tengah menghadapi gugatan ganti rugi Rp 200 miliar oleh Menteri Pertanian. Bisa saja pandangan Purbaya adalah pandangan pribadi seorang menteri berbeda dengan menteri yang lain.
    Dalam praktik selama ini, dalam lingkungan komunitas pers, tertangkap suasana kebatinan bahwa pemerintah lebih suka dengan berita-berita positif, terlebih  pujian. Dalam beberapa kejadian selalu ada upaya tangan tak kelihatan untuk mengendalikan pers bebas yang memang sedang dalam tahapan
    survival mode
    . “Padahal, pujian adalah
    silent killer
    ,” kata Sukidi, dalam sebuah pernyataan di Forum Warga Negara.
    Ini berbeda misalnya dengan pandangan Ali Sadikin. Ali Sadikin dalam satu wawancara pernah mengatakan, “… wartawan itu karyawan pemerintah yang tidak dibayar negara. Tugasnya justru mengkritik kebijakan pemerintah….,” kata Ali Sadikin.
    Tapi apakah pejabat kita seterbuka Ali Sadikin menerima kritik dari
    media
    sebagaimana disampaikan Purbaya.
    Sejak lama, media disebut sebagai pilar keempat demokrasi—
    the fourth estate
    —setelah eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Media dimandatkan untuk mengawasi kekuasaan, menyediakan informasi publik, dan menjadi forum deliberasi bagi warga negara.
    Bill Kovach dan Tom Rosenstiel dalam The Elements of Journalism menulis: “Kewajiban pertama jurnalisme adalah kepada kebenaran, dan kesetiaan pertamanya adalah kepada warga.”
     Namun kini, secara umum posisi media itu goyah. Bukan karena hilangnya idealisme, tetapi karena dua tekanan besar: krisis ekonomi di dalam industri media, dan dominasi algoritma di luar ruang redaksi. Media berdiri di persimpangan: antara bisnis dan etika, antara klik dan kebenaran.
    Industri media kini menghadapi guncangan struktural yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pendapatan iklan berpindah ke platform digital seperti Google, Meta, dan TikTok. Ruang redaksi kehilangan kemandirian ekonomi, sementara pemilik modal semakin berkuasa menentukan arah pemberitaan. Robert McChesney menyebut fenomena ini sebagai
    market censorship
    — sensor pasar—di mana bukan negara yang menekan
    kebebasan pers
    , tetapi logika bisnis yang menentukan apa yang boleh dan tidak boleh diberitakan.
    Konsentrasi kepemilikan membuat media kerap kehilangan keberanian moral. Liputan investigative berkurang.  Isu publik tergantikan oleh sensasi politik. Kecenderungan media menjadi pelapor fakta. Namun, tentunya masih ada media yang mencoba menjalankan jurnalisme advokatif.
    Selain krisis ekonomi, kita juga menghadapi krisis suara. Manuel Castells, dalam
    Communication Power
    , mengatakan: “Kekuasaan di era informasi adalah kekuasaan untuk memprogram arus komunikasi.”
    Buzzer politik, influencer, dan mesin algoritma kini bertindak sebagai “editor baru” ruang publik. Mereka menentukan apa yang trending, bukan apa yang penting. Mereka menyebarkan emosi, bukan pengetahuan. Kita hidup dalam demokrasi simulatif: terlihat ramai, tapi kehilangan kedalaman. Setiap warga seolah punya suara, tapi suara-suara itu dikendalikan oleh kekuatan yang tak terlihat— oleh mesin, oleh modal, oleh kepentingan politik. Buzzer telah menjadi industri. Tapi apakah itu kebenaran? Belum tentu.
    Saat Revisi UU KPK (2019) terjadi, bagaimana
    cyber troops
    dikerahkan untuk mendelegitimasi KPK dengan narasi “KPK sarang Taliban” dan narasi lain untuk menggolkan agenda politik revisi UU KPK dan kemudian berhasil. KPK berhasil dilumpuhkan melalui operasi kartel partai politik dalam lima hari.
    Krisis media juga merupakan krisis relasi kekuasaan. Media tidak lagi di luar kekuasaan, tetapi menjadi bagian dari arena kekuasaan itu sendiri. Kita menyaksikan munculnya oligarki informasi— di mana konglomerasi media dan politik menyatu dalam kepentingan yang sama.
    Hasilnya: ruang redaksi kehilangan otonomi, dan kebebasan pers berubah menjadi kebebasan bagi pemilik modal. McChesney pernah mengingatkan: “Kebebasan pers tanpa kebebasan ekonomi redaksi adalah kebebasan semu.”
    Inilah paradoks media hari ini: secara hukum bebas, tetapi secara struktural terpenjara. Ketika kekuatan politik, kekuatan ormas, kekuatan media berada dalam satu tangan, bukankah  itu merupakan tanda-tanda awal dari totalitarianisme?
    Namun, krisis ini bukan akhir. Ia bisa menjadi awal kebangkitan baru bagi media— jika media berani kembali pada akarnya: etika, empati, dan keberpihakan serta dukungan publik.
    Apakah publik mendukung jurnalisme yang sehat? Jurnalisme bukanlah propaganda. Jurnalisme yang membuka ruang perdebatan publik.  Esensi jurnalisme adalah mengingatkan yang mapan (
    polite watch dog
    ), menghibur yang papa. Namun itu juga sepenuhnya tergantung pengurus negara. 
    Ada empat langkah yang harus ditempuh.
    Media harus kembali pada misi moralnya: berpihak pada publik, bukan kekuasaan. Mengutip Budayawan/Rohaniawan GP Sindhunata: bagaimana menjaga agar “danyang” jurnalisme tidak
    oncat
    atau mencelat dari ruang jurnalisme. “Danyang” adalah istilah dalam bahasa Jawa yang cenderung ada unsur mistis dan magis. Tapi “danyang” bisa diartikan sebagai roh yang menggerakan jurnalisme, nilai yang diperjuangkan dalam jurnalisme. Apakah “danyang” jurnalisme masih ada? Ada untuk beberapa media.
    Bill Kovach menulis, “Verifikasi lebih penting daripada viralitas.” Kecepatan bukan ukuran profesionalisme; integritaslah yang utama.
    Kemandirian ekonomi adalah syarat mutlak bagi independensi redaksi. Model
    membership journalism
    atau
    public funding
    bisa menjadi jalan keluar. Kita bisa belajar dari The Guardian, ProPublica, atau di Indonesia— Tempo Investigasi, Project Multatuli. Itu sekadar contoh. Tapi intinya, perkembangan media membutuhkan dukungan publik dan  pemerintah. Perjuangan Forum Pemred memperjuangkan
    No Tax For Knowledge
    perlu dipertimbangkan Purbaya. Industri media yang sejatinya adalah industri pengetahuan masih dibebani begitu banyak pajak-pajak yang memberatkan.
    Kebenaran adalah hasil kerja kolektif. Ekosistem kolaboratif—antara redaksi, universitas, dan NGO— akan memperkuat
    fact checking
    dan literasi publik. Dukungan pelanggan amat sangat menentukan. 
    Negara harus hadir bukan untuk membungkam, tetapi melindungi jurnalisme dari tirani algoritma. Transparansi konten politik berbayar dan keadilan algoritmik adalah prasyarat demokrasi digital yang sehat.
    Media boleh lemah secara industri, tetapi jika ia teguh pada moralitas kebenaran, ia tetap akan menjadi penjaga rasionalitas bangsa. Justice Hugo Black pernah berkata: “
    Freedom of the press is not for the press itself, but for the people to know
    .”
    “Kebenaran adalah pekerjaan rumah harian demokrasi.”
    Tugas media bukan hanya menyampaikan berita, tetapi menjaga nurani bangsa agar tetap waras dan  mengerakkan semangat berbela rasa, mengingatkan yang mapan dan menghibur yang papa, di tengah kebisingan digital. Di era suara sintesis, media sejati bukan yang paling keras, tetapi yang paling jujur. Namun itu semua membutuhkan dukungan publik.
    Kritik Purbaya harus diterima. Namun, Purbaya perlu mengambill  langkah  melonggarkan beban pajak yang melilit industri pers. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kantor Polisi Meledak, 9 Tewas & 32 Luka-Luka

    Kantor Polisi Meledak, 9 Tewas & 32 Luka-Luka

    Jakarta, CNBC Indonesia — Ledakan besar terjadi di sebuah kantor polisi di wilayah Kashmir yang dikuasai India, menewaskan sedikitnya sembilan orang dan melukai 32 lainnya. Informasi tersebut dikonfirmasi kepolisian setempat pada Sabtu pagi waktu setempat.

    Dilansir dari The Guardian, Minggu (16/11/2025), insiden berlangsung pada Jumat malam di kawasan Nowgam, Srinagar, ketika tim forensik bersama aparat kepolisian tengah memeriksa tumpukan bahan peledak yang sebelumnya disita. Direktur Jenderal Polisi Kashmir, Nalin Prabhat, menyebut ledakan tersebut sebagai kecelakaan dan menegaskan tidak ada indikasi tindak sabotase.

    Sebagian besar korban tewas merupakan anggota kepolisian dan petugas forensik. Sejumlah korban luka dilaporkan dalam kondisi kritis. Ledakan dahsyat itu meratakan sebagian bangunan kantor polisi dan membakar sejumlah kendaraan di sekitarnya. Menurut laporan media lokal, rentetan ledakan kecil yang terjadi setelahnya sempat menghambat proses penyelamatan.

    Peristiwa ini terjadi hanya beberapa hari setelah ledakan mobil di New Delhi pada Senin lalu yang menewaskan sedikitnya delapan orang dekat kawasan bersejarah Red Fort. Pemerintah India menyebut insiden tersebut sebagai aksi teror oleh kelompok “anti-nasional”.

    Sebelum ledakan di Nowgam terjadi, aparat keamanan India mengumumkan keberhasilan membongkar sel militan yang beroperasi di wilayah sengketa Kashmir. Sebanyak tujuh orang ditangkap, termasuk dua dokter dari kota lain, serta sejumlah besar bahan pembuat bom ditemukan di Faridabad.

    Sebagian bahan peledak yang disita itu kemudian dibawa ke Kashmir untuk keperluan penyelidikan. Prabhat menjelaskan bahwa bahan tersebut “disimpan dengan aman di area terbuka” dalam kompleks kantor polisi sejak penyelidikan dimulai bulan lalu. Tim ahli sedang mengambil sampel untuk pemeriksaan forensik saat ledakan terjadi.

    Prabhat menegaskan kembali bahwa kejadian tersebut merupakan “ledakan tidak sengaja” dan meminta publik tidak berspekulasi lebih jauh mengenai penyebab insiden tersebut.

    (mkh/mkh)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Nuklir Meledak Gara-gara Tombol Komputer Eror, 60.000 Tewas Seketika

    Nuklir Meledak Gara-gara Tombol Komputer Eror, 60.000 Tewas Seketika

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pengembangan energi nuklir menuntut ketelitian luar biasa. Sedikit saja ada perangkat yang tidak bekerja sempurna atau petugas yang kurang kompeten, risikonya bisa berubah menjadi bencana besar yang menelan korban jiwa dalam hitungan detik.

    Jangan sampai kelalaian membuat tragedi Ledakan Nuklir Chernobyl yang terjadi pada 26 April 1986 dan menewaskan sekitar 60.000 orang terulang kembali. Peristiwa tersebut seketika menjadi bukti bahwa satu tombol komputer yang gagal berfungsi dapat memicu malapetaka dahsyat. Ratusan ribu warga pun akhirnya harus meninggalkan kampung halamannya untuk waktu yang diperkirakan mencapai puluhan ribu tahun.

    Sebagai wawasan, situs nuklir Chernobyl adalah ambisi Uni Soviet untuk mempunyai nuklir terbesar di dunia. Sejak 1977, pemerintah sukses membuat reaktor nuklir berkekuatan 1.000 megawatt. Ini cukup untuk menghidupi listrik satu negara sampai bertahun-tahun lamanya.

    Dari sini, Soviet terus mengembangkan nuklir. Sampai 1986, ada 4 reaktor nuklir skala besar di Chernobyl dengan kekuatan serupa. Hanya saja, ada beberapa reaktor nuklir masih dalam tahap ujicoba.

    Dikutip dari The Guardian, ujicoba yang dimaksud adalah soal pendinginan tanpa henti. Reaktor nuklir harus dalam kondisi dingin, sehingga pasokan air harus tersedia 24 jam dalam 7 haru. Jika tiada, maka reaktor bisa panas dan memicu ledakan.

    Dalam kasus Chernobyl, tim nuklir Soviet berupaya melakukan ujicoba aktivasi generator akan turbin terus mengeluarkan air untuk mendinginkan reaktor nuklir. Ujicoba terjadi pada 26 April 1986. Secara teori, air akan dikeluarkan turbin untuk mendinginkan inti reaktor secara terus-menerus. Dari sini, tim akan mengetahui berapa lama daya tahan turbin untuk tetap menyala.

    Sayang, saat melakukan tes, orang-orang yang terlibat tak kompeten. Malah, bersikap denial dan tak terbuka atas masukan. Ini terjadi dalam diri Deputi Kepala Teknisi Anatoly Stepanovich Dyatlov dan Kepala Teknisi Nicholai Fomin.

    Mengutip Chernobyl: 01:23:40 (2014), Fomin abai dan seakan-akan menutupi bahwa tenaga pendingin cukup. Padahal jauh dari angan-angan. Fomin tahu tenaga reaktor hanya 200 megawatt, kurang dari angka minimal sebesar 700 megawatt.

    Sedangkan Dyatlov ngotot tes harus diadakan hari itu juga. Pada sisi lain, di hari ujicoba, teknisi sudah angkat tangan. Mereka tak mampu melakukannya. Namun, akibat Dyatlov tetap ngotot dan memberikan ancaman mutasi, para teknisi akhirnya manut. Di sinilah petaka dimulai.

    Ketika malam berganti, teknisi menyalakan generator. Turbin air pun berhasil masuk. Namun, di tengah jalan, tenaga generator menurun drastis. Tak kuat terus menerus menyala. Akibatnya, suhu inti reaktor nuklir dengan cepat meningkat. Ketika ini terjadi, teknisi bergegas menekan tombol SCRAM di komputer.

    Tombol ini merupakan perintah komputer ke sistem untuk menghidupkan generator. Sayang, tombol tak berfungsi akibat tak pernah dicek. Maka, bencana pun terjadi. Reaktor nuklir langsung panas hingga 3.000 derajat Celcius. Tak lama kemudian, nuklir langsung meledak dahsyat.

    Ketika radiasi nuklir meluas, banyak warga masih tertidur lelap. Alhasil, mereka tak bisa melarikan diri dan terpaksa terpapar radiasi super tinggi. Saat itu, radiasi nuklir imbas ledakan tak bisa dideteksi alat. Alatnya tak bisa menentukan derajat radiasi saking tingginya.

    Barulah ketika matahari nampak, orang-orang kaget ada debu bertebaran. Padahal itu bukan debu biasa, melainkan debu-debu nuklir. Maka, tamatlah orang-orang di sana.

    BBC mencatat ada 90 ribu orang tewas akibat radiasi nuklir dalam jangka panjang. Lalu, ada 600 ribu orang yang terpapar radiasi, tetapi tidak tewas. WHO mencatat, radiasi nuklir mencapai jarak 200 ribu Km hingga Eropa. Sementara, Chernobyl sendiri tak bisa dihuni manusia sampai 20.000 tahun lamanya efek radiasi dahsyat.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Baru Dibangun, Jembatan di China Runtuh ke Lereng Gunung

    Baru Dibangun, Jembatan di China Runtuh ke Lereng Gunung

    Jakarta

    Sebuah jembatan yang baru dibuka di provinsi pegunungan Sichuan, China barat daya, runtuh pada Selasa (11/11). Kecelakaan ini mengirimkan lempengan beton dan gumpalan debu ke lereng gunung dan air di bawahnya.

    Dikutip dari The Guardian, tidak ada korban jiwa yang dilaporkan. Video runtuhnya sebagian Jembatan Hongqi, nama jembatan tersebut, tersebar luas di media sosial China. Berdasarkan laporan, pihak berwenang telah menutup jembatan sepanjang 758 meter tersebut pada Senin (10/11) setelah retakan muncul di jalan-jalan di sekitarnya. Tanah longsor pada keesokan harinya menyebabkan sebagian jembatan runtuh total.

    Jembatan itu merupakan bagian dari jalan raya nasional yang menghubungkan Sichuan dan Tibet, yang melintasi wilayah China yang aktif secara seismik. Jalan raya ini melintasi wilayah yang hancur akibat gempa Sichuan pada 2008, yang menewaskan hampir 70 ribu orang.

    Menurut unggahan media sosial oleh kontraktor Sichuan Road and Bridge Group, pembangunan Jembatan Hongqi selesai awal tahun ini.

    Untuk diketahui, dalam beberapa dekade terakhir, China mengalami lonjakan pembangunan di wilayah pegunungan tertinggi di negara itu. Pembangunan jembatan gencar dilakukan untuk menghubungkan kota-kota dan desa-desa yang dulunya membutuhkan waktu berhari-hari untuk ditempuh.

    September lalu saja, China baru meresmikan Huajiang Grand Canyon Bridge di Guizhou. Dengan tinggi 625 meter di atas lembah Sungai Beipan, Jembatan Huajiang menjadi jembatan tertinggi di dunia. Selain sebagai infrastruktur transportasi, jembatan ini juga dikembangkan menjadi objek wisata. Jembatan tersebut memangkas waktu tempuh antara dua wilayah dari sekitar 2 jam menjadi hanya 2 menit.

    (rns/rns)

  • Media Asing Sorot Pemberian Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto

    Media Asing Sorot Pemberian Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto

    Jakarta

    Media-media internasional menyoroti penganugerahan gelar pahlawan nasional oleh Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto kepada 10 tokoh, termasuk Presiden ke-2 Soeharto dan Presiden ke-4 Abdurrahman Wahid.

    Sebagian besar pembahasan media-media asing, seperti dihimpun detikcom dari berbagai sumber, Senin (10/11/2025), lebih difokuskan pada gelar pahlawan nasional untuk mendiang Soeharto.

    Media Al Jazeera, yang berkantor di Qatar, memberi judul “Indonesia makes former president Soeharto posthumous national hero” untuk artikelnya membahas penganugerahan gelar pahlawan nasional tersebut.

    “Indonesia telah menobatkan mantan presiden Soeharto sebagai pahlawan nasional, meskipun ada tuduhan pelanggaran hak asasi manusia yang dilakukan oleh rezimnya,” tulis Al Jazeera dalam artikelnya.

    “Aktivis mengecam penghargaan yang diberikan mantan menantunya, Presiden Subianto, dan menyebutnya sebagai pengkhianatan terhadap korban Soeharto dan demokrasi,” sebut Al Jazeera.

    Media terkemuka Inggris, BBC, membahasnya dalam artikel berjudul “Indonesia names ex-dictator Suharto a ‘national hero’”.

    “Indonesia telah menobatkan mantan presiden Suharto sebagai pahlawan nasional, meskipun warisan kontroversialnya sebagai diktator telah memicu protes keras terhadap langkah tersebut,” tulis BBC dalam artikelnya tersebut.

    Media Inggris lainnya, The Guardian, mengulas soal reaksi kontra terhadap pemberian gelar pahlawan nasional untuk mendiang Soeharto dalam artikel berjudul “Fury as Indonesia declares late authoritarian ruler Suharto a national hero”.

    “Penghargaan ini telah memperdalam kekhawatiran tentang upaya untuk mengaburkan kebangkitan dan kekuasaan Suharto selama puluhan tahun, suatu periode yang ditandai oleh korupsi yang merajalela, penyensoran, dan tuduhan pelanggaran hak asasi manusia massal,” tulis The Guardian dalam artikelnya.

    Sementara kantor berita Reuters mengulasnya dalam artikel berjudul “Indonesia grants national hero status to late strongman President Suharto”.

    “Gelar tersebut dianugerahkan dalam sebuah seremoni yang disaksikan oleh Presiden Prabowo Subianto, mantan menantu Suharto, meskipun diprotes oleh para aktivis pro-demokrasi dan keluarga korban yang terdampak pemerintah tangan besi sang pemimpin otoriter,” sebut Reuters dalam penggalan artikelnya.

    Tak ketinggalan, kantor berita AFP yang berkantor di Prancis juga membahas pemberian gelar pahlawan nasional untuk mendiang Soeharto dalam artikelnya yang berjudul “Indonesia names late dictator Suharto a national hero”.

    “Indonesia menambahkan mantan Presiden Suharto ke dalam daftar pahlawan nasional dalam sebuah seremoni pada hari Senin, meskipun ada keberatan dari para aktivis dan akademisi atas catatan hak asasi manusia dari mendiang diktator militer tersebut,” tulis AFP dalam artikelnya.

    Lihat juga Video: Mengulik Sejarah dan Syarat Pemberian Gelar Pahlawan Nasional

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Kembalinya Burung Kuau yang Lama Tak Terlihat

    Kembalinya Burung Kuau yang Lama Tak Terlihat

    Liputan6.com, Kalimantan – Senyap lantai hutan basah di Sungai Lesan pecah oleh satu kabar yang menggugah. Kamera jebak yang dipasang tim Conservation Action Network (CAN) merekam keberadaan burung kuau Kalimantan yang bernama latin argusianus argus, satwa pemalu yang selama bertahun-tahun nyaris lenyap dari perbincangan konservasi di pulau ini.

    Rekaman itu menyajikan tarian indah di tengah rimbunnya vegetasi. Gerakan lenggok perlahan, sayap terbuka, ekor terangkat, seolah panggung hutan menjadi arena upacara kuno yang nyaris terlupakan.

    Nama burung kuau belakangan ini jarang terdengar. Di banyak kampung, anak-anak tak lagi mengenalnya. Bagi para peneliti, temuan ini adalah sinyal bahwa masih ada secuil hutan yang bertahan dari tekanan zaman.

    “Di Hutan Lindung Sungai Lesan kita menemukan banyak sekali satwa, dan yang paling menarik adalah burung kuau. Sebab sudah cukup jarang ditemukan di Kalimantan. Dalam kamera jebak yang kami pasang, ada banyak sekali yang tertangkap kamera,” ujar Principal CAN Paulinus Kristanto.

    Kuau lebih banyak beraktivitas di lantai hutan, bukan di pucuk pohon. Sebelum menari, jantan membersihkan area secara cermat. Daun disingkirkan, ranting disapu, dan tanah diratakan. Tarian ini adalah pameran keindahan bagi seekor betina, sekaligus pernyataan teritorial.

    Di sinilah karakter ekologinya menjelma, kuau hanya bertahan di hutan yang benar-benar aman, rapat, dan jauh dari aktivitas manusia. Suara mesin, langkah pekerja, atau ketukan peralatan mudah membuatnya hilang.

    “Temuan ini penting, karena salah satu indikator sebuah kawasan itu betul-betul aman. Orangutan bahkan tetap aman di area berkonflik. Sementara kuau harus hidup betul-betul jauh dari aktivitas manusia. Ia tidak terbiasa dengan kebisingan. Ini mengindikasikan kondisi ekosistem hutannya bagus,” lanjut Paulinus.

    Di Hutan Lindung Sungai Lesan, CAN menjalankan program patroli dan pengawasan hutan berbasis masyarakat. Para penjaga hutan atau biasa disebut forest guardian, direkrut dari kampung-kampung di sekitar kawasan. Mereka menelusuri alur sungai, memantau jejak satwa, dan memasang kamera jebak untuk memetakan sebaran. Program ini bekerja senyap, tapi keberhasilannya tampak dari potret-potret kehidupan liar yang kembali muncul.

    “Kami ingin memastikan dan memonitor keanekaragaman hayati. Targetnya adalah menemukan masalah, mengantisipasi masalah, dan mengatasi masalah. Selain itu, memonitor ekosistem dengan tracking dan kamera trap,” kata Paulinus.

     

  • Populasi Italia Usia 100 Tahun Naik Lebih dari Dua Kali Lipat, Paling Banyak Wanita

    Populasi Italia Usia 100 Tahun Naik Lebih dari Dua Kali Lipat, Paling Banyak Wanita

    Jakarta

    Jumlah centenarian atau populasi usia yang usianya sudah mencapai 100 tahun di Italia meningkat tajam. Disebut ada tambahan lebih dari 2 ribu orang yang berada di rentang usia tersebut pada 2025 dan sebagian besar adalah perempuan.

    Italia memiliki 23.548 penduduk berusia 100 tahun ke atas, naik dari 21.211 pada tahun 2024, menurut data terbaru dari badan statistik nasional Istat, dikutip dari Anadolu Agency.

    “Jumlah centenarian di negara ini telah meningkat lebih dari dua kali lipat sejak 2009,” tambah Istat.

    Perempuan merupakan 82,6 persen dari mereka yang akan berusia 100 tahun tahun dan juga memimpin di antara 724 semi-supercentenarian dan 19 supercentenarian di Italia.

    Lucia Laura Sangenito, dari Campania selatan, akan merayakan ulang tahunnya yang ke-115 pada 22 November. Ia akan menjadi wanita tertua di Italia dan tertua ketiga di Eropa, setelah Ethel Caterham dari Inggris yang berusia 116 tahun dan Marie-Rose Tessier dari Prancis, yang berusia 115 tahun pada bulan Mei.

    Populasi centenarian meningkat pesat di seluruh Uni Eropa, dengan mereka yang berusia 100 tahun ke atas diperkirakan akan mendekati setengah juta pada tahun 2050, naik dari 96.600 pada tahun 2019.

    Di Italia, Molise memimpin dalam jumlah centenarian dibandingkan dengan populasinya, diikuti oleh Lembah Aosta dan Liguria, lapor Istat.

    Dikutip dari The Guardian, Perdasdefogu, sebuah kota yang terletak tinggi di pegunungan terjal di tenggara Sardinia yang hanya dapat diakses melalui jalan sempit dan berliku, telah dua kali masuk dalam buku Guinness World Records untuk para centenariannya.

    Pertama kali terjadi pada 2012, ketika sembilan bersaudara yang membentuk keluarga Melis mencapai usia gabungan 818 tahun. Pada 2021, kota ini mencapai rekor kedua sebagai kota dengan catatan centenarian terbesar di dunia, dengan delapan orang berusia 100 tahun ke atas dari populasi 1.778 jiwa.

    Diet Mediterania telah lama dianggap sebagai kunci utama umur panjang di kalangan orang Italia, dipadukan dengan koneksi sosial yang kuat dan sistem layanan kesehatan yang umumnya dianggap baik.

    Para centenarian di Italia juga cenderung lincah. Anna Possi, yang akan berusia 101 tahun pada 16 November, masih bekerja di barnya di sebuah kota yang menghadap Danau Maggiore, menjadikannya barista tertua di Italia. Ia mengatakan kepada Guardian dalam sebuah wawancara tahun lalu bahwa ia akan terus bekerja selama masih sehat.

    Pada 2022, Candida Uderzo memperbarui SIM-nya di usia 100 tahun. Ia termasuk di antara setidaknya empat centenarian dalam beberapa tahun terakhir yang dinyatakan layak mengemudi, termasuk Luciano Gulmini, yang memperbarui SIM-nya pada tahun 2024, segera setelah menginjak usia 100 tahun.

    Meskipun para centenarian di Italia sangat dirayakan, populasi yang menua menimbulkan masalah bagi pemerintah, terutama karena bertepatan dengan angka kelahiran yang menurun drastis, sehingga menekan sistem pensiun dan layanan kesehatan. Pada 2024, hanya tercatat 370.000 kelahiran baru, angka terendah sejak penyatuan Italia pada 1861.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Keluh Kesah Turis Hadapi Gelombang Panas ‘Nero’ di Italia “
    [Gambas:Video 20detik]
    (naf/naf)

  • Turki Keluarkan Surat Perintah Tangkap Netanyahu dan Puluhan Pejabat Israel

    Turki Keluarkan Surat Perintah Tangkap Netanyahu dan Puluhan Pejabat Israel

    GELORA.CO – Turki mengeluarkan surat perintah penangkapan atas dugaan genosida terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan puluhan pejabat senior lainnya.

    Dikutip dari The Guardian, Sabtu (8/11), Turki mengeluarkan surat perintah terhadap 37 pejabat, di antaranya Menteri Pertahanan Israel Katz, Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir, dan Panglima Angkatan Darat Letnan Jenderal Eyal Zamir. Pernyataan itu dikeluarkan oleh kantor kejaksaan Istanbul tanpa merilis daftar lengkap pejabat lainnya.

    Turki menuduh pejabat Israel atas genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan yang telah dilakukan Israel secara sistematis di Gaza.

    Dalam pernyataan itu, Turki juga menyinggung rumah sakit persahabatan Turki-Palestina yang dibangun pemerintah Turki di Jalur Gaza dan dibom Israel pada Maret lalu.

    Pemerintah Israel pun memberikan komentar atas surat perintah penangkapan itu. Israel mengecamnya sebagai aksi humas (PR Stunt).

    “Israel secara tegas menolak aksi humas baru-baru ini yang dilakukan Erdogan yang tiran,” kata Menlu Israel Gideon Saar lewat pernyataan di X.

    Tahun lalu, Turki bergabung bersama Afrika Selatan yang menuduh Israel atas genosida di Mahkamah Internasional.

    Gencatan senjata yang rapuh berlangsung di Palestina sejak 10 Oktober sebagai bagian dari rencana perdamaian kawasan yang diinisiasi Presiden AS Donald Trump.

  • Pasta Beracun bikin 20 Orang Dirawat di RS, 6 Meninggal Dunia

    Pasta Beracun bikin 20 Orang Dirawat di RS, 6 Meninggal Dunia

    Jakarta

    Sedikitnya enam orang telah meninggal dunia dan 25 orang lainnya dirawat di rumah sakit akibat wabah listeria yang menyebar ke 18 negara bagian Amerika Serikat. Wabah ini diyakini terkait dengan hidangan pasta siap saji dari Nate’s Fine Foods, yang didistribusikan secara nasional, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).

    Penarikan produk, yang dimulai pada bulan Juni, memengaruhi puluhan jenis makanan, termasuk salad pasta, mangkuk scampi linguini, baki Alfredo, bakso sapi dengan saus marinara, dan lainnya.

    Listeria dapat mencemari berbagai jenis makanan dan mampu bertahan di suhu lemari es. Infeksi yang disebabkan oleh konsumsi bakteri listeria disebut listeriosis. Penyakit ini sangat berbahaya bagi lansia, orang dengan sistem kekebalan tubuh lemah, serta wanita hamil.

    Infeksi listeria merupakan salah satu penyebab utama kematian akibat penyakit yang ditularkan melalui makanan di Amerika Serikat.

    Menurut CDC, gejala infeksi listeria dapat mencakup muntah, demam, sakit kepala, nyeri otot, kekakuan leher, kelelahan, kebingungan, kehilangan keseimbangan, dan kejang.

    Dikutip dari The Guardian, pemasok produk tersebut, Nate’s Fine Foods, telah menemukan listeria dalam sampel pastanya, menurut pejabat kesehatan federal.

    “Nate’s Fine Foods berkomitmen pada standar keamanan pangan dan kesejahteraan konsumen tertinggi kami,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan pada bulan September.

    “Sebagai bentuk kehati-hatian, kami secara sukarela menarik beberapa produk tertentu setelah diberitahu tentang potensi kaitannya dengan wabah listeria monocytogenes yang terjadi di beberapa negara bagian.”

    (naf/kna)