Perusahaan: Google

  • China Makin Ganas, Amerika di Ambang Kekalahan Mutlak

    China Makin Ganas, Amerika di Ambang Kekalahan Mutlak

    Jakarta, CNBC Indonesia – China makin ganas mengembangkan sistem kecerdasan buatan (AI), dalam perlombaan sengit dengan Amerika Serikat (AS) dalam mendominasi teknologi tersebut.

    Terbaru, Baidu mengumumkan gebrakan baru. Raksasa China yang digadang-gadang sebagai ‘Google ala China’ tersebut membuka akses secara bertahap terhadap model bahasa besar (LLM) miliknya, ERNIE, untuk dunia.

    Pada Maret lalu, Baidu mengklaim bahwa model ERNIE X1 terbarunya memiliki performa setara dengan DeepSeek R1, namun dengan harga hanya setengahnya.

    Langkah ini dipandang sebagai salah satu gebrakan terbesar China dalam balapan teknologi AI, menyusul popularitas DeepSeek yang sempat menggegerkan dunia Barat.

    Dengan ini, China tidak hanya memperkuat dominasi, tapi juga secara terang-terangan menantang dominasi AS di sektor AI.

    “Baidu sedang menyemai dunia dengan model AI buatan China,” ujar analis AI, Strasmore, dikutip dari CNBC Internasional, Senin (30/6/2025).

    Ia menambahkan bahwa perubahan cepat dalam dinamika biaya dan akses model AI akan mengubah peta industri secara drastis.

    Meskipun dampak yang ditimbulkan Baidu tak seheboh DeepSeek ketika pertama kali meluncur, tetapi langkah ini dikatakan bisa mengubah lanskap perlombaan AI dunia.

    “Ini bukan sekadar kisah AI dari China. Setiap kali perusahaan besar membuka sumber model yang kuat, hal itu meningkatkan standar untuk seluruh industri,” kata Sean Ren, profesor madya ilmu komputer di University of Southern California dan Peneliti AI Terbaik Tahun Ini dari Samsung.

    Ren mengatakan langkah Baidu memberi tekanan pada penyedia tertutup seperti OpenAI dan Anthropic untuk membenarkan API yang dibatasi dan harga premium.

    Pakar industri lainnya melihat Ernie yang open source berpotensi lebih mengganggu bagi pesaing AS dan China dalam hal harga.

    “Baidu baru saja melemparkan bom molotov ke dunia AI,” kata Alec Strasmore, pendiri konsultan AI Epic Loot.

    “OpenAI, Anthropic, DeepSeek, semua orang yang mengira mereka menjual sampanye terbaik akan menyadari bahwa Baidu memberikan sesuatu yang sama hebatnya,” kata Strasmore.

    Menurutnya, Baidu baru saja memberi pesan bagi semua startup dunia untuk berhenti membayar tool AI dengan harga tinggi.

    “Ini bukan kompetisi, ini adalah deklarasi perang terhadap harga,” kata Strasmore.

    CEO Baidu, Robin Li, menegaskan bahwa langkah ini dirancang untuk mempercepat inovasi global.

    “Kami ingin para pengembang bisa membangun aplikasi terbaik tanpa dibatasi oleh biaya dan alat,” ujarnya dalam forum teknologi April lalu di China.

    Meski sebagian pengamat di AS menilai gebrakan ini tak terlalu berdampak, karena minimnya pemahaman publik terhadap Baidu, namun dampaknya ke lanskap global dinilai serius.

    “Kabar Baidu menjadi open-source kemungkinan besar tidak akan berdampak besar,” kata Cliff Jurkiewicz, Wakil Presiden Strategi Global di Phenom, perusahaan AI untuk sektor SDM.

    “Kebanyakan orang di AS bahkan tidak tahu bahwa Baidu adalah perusahaan teknologi asal China,” imbuhnya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • ChatGPT Ditinggal Ramai-Ramai, Pemiliknya Merasa Kemalingan

    ChatGPT Ditinggal Ramai-Ramai, Pemiliknya Merasa Kemalingan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan pencipta ChatGPT, OpenAI, sedang gelisah karena tiba-tiba banyak ditinggal oleh pegawainya. Pemicunya adalah tawaran upah menggiurkan dari para pesaing, terutama dari Meta.

    Meta dikabarkan menawarkan gaji selangit untuk pekerja yang ahli di bidang kecerdasan buatan. Bahkan, uang pindah yang ditawarkan disebut menembus US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,6 triliun.

    Dalam beberapa pekan terakhir, tawaran ini dilaporkan sukses menarik paling tidak delapan ahli AI dari OpenAI untuk pindah kerja ke Meta.

    Petinggi OpenAI mulai gelisah menyaksikan tren resign ini. Chie Research Officer OpenAI, Mark Chen, mengaku merasa seperti “rumahnya dibobol maling.”

    “Saya merasa seperti mulas-mulas, seperti ada orang yang membobol rumah dan mencuri sesuatu,” kata Chen dalam pesan di aplikasi Slack yang didapatkan oleh Wired.

    Chen kemudian menyatakan bahwa para petinggi OpenAI, termasuk dirinya dan CEO Sam Altman, sudah punya strategi untuk mencegah eksodus tersebut terjadi. 

    Ia mengaku bahwa para bos di OpenAI kini sangat “proaktif,” “Kami menghitung ulang upah, dan mencari cara kreatif untuk mengidentifikasi dan memberikan penghargaan kepada talenta teratas.”

    Meta Platforms diketahui agresif membajak peneliti OpenAI, perusahaan teknologi di balik aplikasi ChatGPT. Dalam sepekan terakhir, sudah 7 orang pegawai OpenAI pindah ke Meta.

    Meta adalah perusahaan induk dari Facebook, Instragram, dan WhatsApp. Mark Zuckerberg, CEO Meta dan pendiri Facebook, memang punya ambisi besar untuk mendorong pengembangan kecerdasan buatan.

    Laporan The Information yang dikutip Reuters menyatakan empat peneliti OpenAI bernama Shengjia Zhao, Jiahui Yu, Shuchao Bi dan Hongyu Ren telah setuju untuk pindah ke Meta. Sebelumnya, Wall Street Journal mengabarkan bahwa Meta telah merekrut tiga pegawai OpenAi yang bermarkas di Swiss, yaitu Lucas Beyer, Alexander Kolesnikov, dan Xiaohua Zhai

    Zuckerberg telah menyiapkan daftar insinyur dan peneliti AI untuk masuk ke perusahaannya. Laporan Wall Street Journal menyebutkan dia sendiri yang menghubungi tiap kandidat yang diinginkan, dikutip dari The Guardian, Minggu (29/6/2025).

    Beberapa nama dalam daftar itu berasal dari kampus terkemuka seperti lulusan baru PhD di University of California Berkeley dan Carnegie Melon. Adapula dari beberapa pesaing Meta termasuk OpenAI dan DeepMind dari Google.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Dugaan Korupsi Pengadaan Laptop Chromebook, Kejagung Garap Pegawai Google

    Dugaan Korupsi Pengadaan Laptop Chromebook, Kejagung Garap Pegawai Google

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Kasus dugaan korupsi dalam pengadaan laptop berbasis Chromebook di Kementerian Pendidikan Kebudayaan Risek dan Teknologi (Kemendikbudristek), terus jadi atensi Kejaksaan Agung (Kejagung) RI.

    Bahkan demi terus menggali keterangan untuk memperjelas perkara ini, Kejaksaan Agung bakal memeriksa satu pegawai Google Indonesia, sebagai saksi dalam kasus dugaan korupsi pengadaan laptop berbasis Chromebook di Kemendikbudristek tahun 2019-2022, Selasa (1/7).

    Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Harli Siregar menyatakan pegawai yang dipanggil ialah dari pihak marketing Google.

    “Dijadwalkan besok, akan dilakukan pemeriksaan,” kata Harli Siregar, Senin (30/6).

    Penyidik awalnya akan memeriksa dua saksi dari pihak Google Indonesia. Namun, satu orang lainnya yang merupakan staf bidang Humas meminta pemeriksaan ditunda.

    “Dari pihak Humas sana sendiri sudah diminta penundaan, penundaan apakah akan dilakukan di awal bulan depan, Juli,” kata Harli.

    Dia menjelaskan penundaan ini dilakukan karena saksi dari tim Humas masih memiliki kesibukan, sehingga penyidikan dipindahkan ke waktu yang belum ditentukan.

    “(Penundaan) mungkin karena faktor waktu saja. Mungkin ada kegiatan lain sehingga meminta mungkin dijadwal dulu,” kata Harli.

    Harli menjelaskaan pihak Google dipanggil oleh penyidik untuk mendalami proses pengadaan yang dilakukan oleh Kemendikbudristek.

    “Tentu ini (penyidik) mau menggali lebih jauh bagaimana proses dan mekanisme sehingga Google Chromebook ini menjadi pilihan. Bagaimana penawaran yang diberikan oleh pihak Google ini sehingga Chromebook ini bisa menjadi pilihan, bukan Windows misalnya,” ujar Harli. (fajar)

  • Google Patok Langganan Veo 3 untuk Vertex AI senilai Rp4,8 Juta

    Google Patok Langganan Veo 3 untuk Vertex AI senilai Rp4,8 Juta

    Bisnis.com, JAKARTA  — Google meluncurkan Veo 3, platform pengujian machine learning (ML) yang disediakan oleh Google Cloud. Platform ini dibuat khusus untuk semua pengguna Vertex AI dan dibanderol dengan harga US$300 atau Rp4,8 juta.

    Mengutip Bleeping Computer, produk anyar Google ini merupakan generator video tercanggih yang dilatih menggunakan jutaan video YouTube, dan mampu menghasilkan video realistis.

    “Namun, kualitas tinggi ini datang dengan biaya yang tidak murah. Veo 3 tidak gratis, tapi karena menjadi bagian dari Google Cloud, Anda bisa menggunakannya secara gratis melalui uji coba senilai US$300 yang ditawarkan oleh Google,” tulis Bleeping Computer, dikutip Bisnis pada Senin (30/6/2025).

    Untuk memulai, pengguna bisa mendaftar untuk mendapatkan kredit uji coba Google Cloud, yang berlaku untuk semua layanan Google Cloud, termasuk Vertex AI.

    Uji coba Google Cloud ini memerlukan kartu kredit atau debit untuk verifikasi identitas manusia, dan memberikan kredit sebesar US$300 untuk Cloud Billing yang berlaku selama 90 hari.

    “Anda pengguna tidak akan dikenakan biaya hingga batas tersebut habis dan Anda meningkatkan ke akun reguler,” tulis media tersebut.

    Dijelaskan lebih lanjut, kredit US$300 sudah lebih dari cukup untuk menghasilkan beberapa klip, tapi perlu diingat bahwa Vertex AI hanya dapat menghasilkan klip Veo 3 berdurasi 8 detik.

    Prompt dasar pun sudah cukup untuk menghasilkan klip video dengan audio, yang bahkan dapat menyesuaikan dengan aksen asli berbagai bahasa.

    Selain itu, saluran YouTube milik Google memiliki beberapa video tidak terdaftar (unlisted) yang menampilkan kualitas dari Veo 3.

  • Cara Akses Aplikasi Favorit di HUAWEI nova 13 Pro, Mudah & Aman

    Cara Akses Aplikasi Favorit di HUAWEI nova 13 Pro, Mudah & Aman

    Jakarta

    Salah satu pertanyaan paling umum saat ganti smartphone adalah: ‘Apakah saya masih bisa pakai semua aplikasi favorit saya?’ Dengan HUAWEI nova 13 Pro, permasalahan tersebut bisa diatasi.

    Bahkan dalam situasi langka saat aplikasi belum tersedia langsung di AppGallery, pengguna tetap bisa mengaksesnya melalui GBox, solusi fleksibel dan aman dari Huawei.

    AppGallery sudah menyediakan mayoritas aplikasi favorit di Indonesia, seperti YouTube, Gmail, WhatsApp, Shopee, dan Instagram. Tapi kalau butuh aplikasi seperti Netflix, Genshin Impact, atau Halodoc, GBox siap bantu.

    Cara pakainya mudah:

    1. Cari ‘GBox’ di AppGallery dan install
    2. Buka GBox dan cari aplikasi yang dibutuhkan (misalnya Netflix atau Play Store)
    3. Klik install seperti biasa
    4. Masuk dengan akun Google-langsung bisa digunakan.

    Dengan kombinasi AppGallery dan GBox, pengguna bisa menikmati aplikasi seperti:

    – Streaming: Netflix, YouTube, Disney+, WeTV, Vidio
    – Game: Genshin Impact, PUBG Mobile, Mobile Legends
    – Gaya Hidup: Kopi Kenangan, Halodoc, Traveloka
    – Utilitas: Google Maps, Google Drive, YouTube Music
    – Produktivitas: Gmail, Google Meet, Google Docs, Google Photos.

    Aman dan Andal

    AppGallery dan GBox sama-sama mengutamakan keamanan. Setiap aplikasi melalui:

    – Pemindaian malware
    – Deteksi perilaku mencurigakan
    – Verifikasi keamanan dan privasi

    GBox juga tersedia langsung di AppGallery, jadi pengguna tak perlu unduh dari pihak ketiga.

    HUAWEI nova 13 Pro hadir dengan kamera selfie 60MP Dual Front dan kamera utama 50MP dengan aperture yang bisa disesuaikan dan 3x optical zoom. Layarnya 6,76 inci quad-curve, tampil elegan dengan desain Plaid-Rhythm dan warna Loden Green yang ikonik.

    Ditenagai oleh 100W HUAWEI SuperCharge Turbo, perangkat ini menyatu sempurna antara gaya dan performa.

    Dengan HUAWEI nova 13 Pro, tak perlu kompromi antara desain, performa, atau akses aplikasi. Semuanya lengkap dan mudah diakses-cukup beberapa langkah saja.

    Jika membutuhkan bantuan, bisa menghubungi Hotline di 0078 0308 520888 atau WhatsApp +62 881-0808-88320. Selain itu, pengguna juga bisa melihat panduan app di Huawei Community atau gabung ke Fans Club.

    (anl/ega)

  • Mayoritas Responden Puas Kinerja Prabowo

    Mayoritas Responden Puas Kinerja Prabowo

    Jakarta

    Lembaga survei Median merilis hasil survei kepuasan masyarakat terhadap kinerja Pemerintahan Prabowo Subianto. Hasilnya, mayoritas responden puas dengan kinerja Presiden Prabowo.

    Survei ini digelar pada 12 hingga 18 Juni 2025. Ada 907 responden dari 38 provinsi yang dilibatkan dalam survei tersebut.

    Metode survei dilakukan dengan kuesioner berbasis Google Form yang disebar ke para responden. Hasil survei dimaksudkan untuk menggali persepsi pengguna medsos di Indonesia.

    Para responden diberi pertanyaan ‘seberapa puas anda dengan kinerja Pemerintahan Prabowo-Gibran saat ini?’. Hasilnya, hanya 31 persen yang tidak puas.

    Berikut ini rinciannya:

    Sangat puas 20,8%
    Puas 44,3%
    Tidak puas 24,8%
    Sangat tidak puas 6,2%
    TT/TJ 3,9%

    Rico lalu merinci alasan publik puas dengan kinerja Pemerintahan Prabowo. Menurutnya, alasan yang paling tinggi karena pemberantasan korupsi.

    “Ternyata alasan yang paling besar itu 12,6 persen menyatakan puas karena bayak kasus korupsi terungkap, jadi kinerja masifnya pengungkapan kasus-kasus korupsi pada akhir akhir ini memberi sentimen positif terhadap Pemerintahan Prabowo,” kata Rico.

    (maa/dhn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Daftar Negara Paling Tidak Disukai Publik Indonesia Menurut Median

    Daftar Negara Paling Tidak Disukai Publik Indonesia Menurut Median

    Liputan6.com, Jakarta – Media Survei Nasional (Median) baru saja merilis hasil penelitian terbarunya terkait isu-isu yang sedang hangat di masyarakat Indonesia, termasuk salah satunya terkait konflik timur tengah.

    Penelitian dilakukan menggunakan rancangan Non-Probability Sampling, dengan menyebar secara proporsional kuesioner berbasis google form melalui media sosial sepanjang periode 12-18 Juni 2025.

    Hasil survei dimaksudkan untuk menggali persepsi pengguna media sosial di Indonesia. Saat ditanya negara mana yang paling tidak disukai, mayoritas responden menjawab Israel dan Amerika Serikat.

    Direktur Eksekutif Median Rico Marbun, saat merilis hasil penelitian, Senin (30/6/2025) mengatakan, dari pertanyaan ‘tolong sebutkan satu negara yang paling Anda tidak sukai?’, jabawannya adalah Israel yang menempati urutan pertama sebagai negara paling tidak disukai publik Indonesia.

    “Israel besar sekali angkanya 60,8 persen tidak disukai publik, menjadi salah satu negara yang secara dominan,” katanya.

    Peringkat kedua adalah Amerika Serikar 9,2 persen, India 5,5 persen, Kamboja 4,6 persen, dan China 3,1 persen menempati peringkat lima besar.

    Rico juga mengatakan, terjadi ketidaksukaan terhadap negara Israel yang sangat tinggi daripada hasil penelitian sebelumnya. 

    “Tiga bulan lalu tinggi, tapi tidak setinggi ini, sekarang terjadi ketidaksukaan yang sangat besar dari publik,” kata Rico.

    Sementara itu, masuknya nama Kamboja sebagai negara yang paling tidak disukai publik Indonesia, menurut Rico hal itu terjadi lantaran terkait isu judi online, dan perlakuan tidak menyenangkan terhadap pekerja migran Indonesia yang terjadi belakangan ini.

    Temuan lainnya yang diungkap Rico Marbun adalah munculnya kekhawatiran publik Indonesia dengan meluasnya perang yang bisa terjadi di Asia. Sekitar 50,2 persen khawati timbul perang dan 10,8 persen tidak merasa khawatir ada perang di dekat Indonesia.

  • Ramai-ramai Blokir Aplikasi China, Satu Dunia Dibikin Heboh

    Ramai-ramai Blokir Aplikasi China, Satu Dunia Dibikin Heboh

    Jakarta, CNBC Indonesia – Lembaga Perlindungan Data Jerman meminta Apple dan Google untuk menghapus aplikasi buatan startup AI asal China, DeepSeek, dari toko aplikasi mereka di negara tersebut.

    DeepSeek sempat menghebohkan satu dunia karena kemampuannya yang menyerupai AI buatan AS, tetapi diklaim biaya pengembangannya jauh lebih murah. AS lantas menyebut DeepSeek diam-diam memanfaatkan teknologi AS yang dilarang di China, serta menuduh layanan tersebut digunakan sebagai ‘senjata’ kekuatan militer pemerintahan Xi Jinping.

    Komisioner Perlindungan Data Jerman, Meike Kamp, menyatakan bahwa permintaan ini diajukan karena DeepSeek secara ilegal menransfer data pribadi pengguna ke pemerintah China, dikutip dari Reuters, Senin (30/6/2025).

    Google dan Apple yang merupakan dua raksasa teknologi asal AS kini harus meninjau permintaan pemerintah Jerman dan memutuskan apakah akan memblokir aplikasi tersebut. Kantor Kamp belum menetapkan batas waktu yang spesifik untuk pemblokiran tersebut.

    Google menyatakan telah menerima pemberitahuan tersebut dan sedang meninjaunya. Sementara DeepSeek tidak memberikan komentar saat dimintai tanggapan, dan Apple juga belum memberikan pernyataan kepada Reuters.

    Menurut kebijakan privasinya, DeepSeek menyimpan berbagai data pribadi, seperti permintaan ke program AI-nya atau file yang diunggah pengguna, di server di China.

    “DeepSeek tidak dapat memberikan bukti yang meyakinkan kepada kamu bahwa data pengguna Jerman dilindungi di China setara dengan perlindungan data di Uni Eropa,” kata Kamp.

    Ia menambahkan bahwa otoritas China memiliki hak akses yang luas terhadap data pribadi yang berada dalam pengaruh perusahaan-perusahaan asal China.

    Kamp menjelaskan bahwa keputusan ini diambil setelah meminta DeepSeek pada Mei lalu untuk memenuhi persyaratan transfer data ke luar Uni Eropa atau secara sukarela menarik aplikasinya. Namun, DeepSeek tidak mematuhi permintaan tersebut.

    Ramai-ramai Blokir DeepSeek

    Italia sudah lebih dulu memblokir aplikasi ini dari toko aplikasinya karena tidak adanya informasi yang cukup soal penggunaan data pribadi. Belanda pun telah melarang aplikasi ini di perangkat pemerintahan.

    Sementara itu, Belgia merekomendasikan para pejabatnya untuk tidak menggunakan DeepSeek.

    “Analisis lebih lanjut sedang dilakukan untuk mengevaluasi langkah selanjutnya,” kata juru bicara pemerintah Belgia.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Fitur Baru Android 16 Lindungi Pengguna dari Fake BTS dan Spionase

    Fitur Baru Android 16 Lindungi Pengguna dari Fake BTS dan Spionase

    Jakarta

    Google menambah satu lagi fitur keamanan yang akan hadir di Android 16. Fitur keamanan baru itu akan melindungi pengguna Android dari ancaman fake BTS dan spionase.

    Fake BTS jadi sorotan setelah dipakai oleh orang tidak bertanggung jawab untuk menyebarkan SMS penipuan yang mengatasnamakan bank. BTS palsu ini dapat menurunkan kecepatan koneksi dan mengubahnya menjadi 2G.

    Tidak hanya untuk penipuan, fake BTS yang dikenal dengan nama ‘Stingray’ ini juga bisa mengintip informasi pengenal unik di ponsel. Pengenal ini memungkinkan penjahat siber menargetkan perangkat spesifik untuk dianalisis.

    Pengguna juga akan dipindahkan ke koneksi yang tidak aman, dan memungkinkan penjahat siber mencegat SMS dan panggilan telepon yang tidak terenkripsi. Ancaman ini yang ingin dicegah oleh Google.

    Fitur baru bernama ‘Network Notification’ ini akan memperingatkan pengguna saat perangkatnya terhubung dengan jaringan seluler palsu atau tidak aman, atau jika jaringan tersebut meminta informasi pengenal unik dari perangkat yang terhubung

    Fitur Network Notification di Android 16 Foto: Android Authority

    .

    Saat fitur ini diaktifkan, Android akan menampilkan pesan di panel notifikasi dan Pusat Keamanan setiap kali perangkat berpindah koneksi dari jaringan terenkripsi ke jaringan tidak terenkripsi, begitu juga sebaliknya.

    Fitur ini juga akan memberikan peringatan di dua titik tersebut saat jaringan mencoba mengakses informasi pengenal unik perangkat, lengkap dengan data kapan dan berapa kali informasi itu diminta, seperti dikutip dari Android Authority, Senin (30/6/2025).

    Sayangnya, fitur Network Notification kemungkinan baru akan tersedia di ponsel Android generasi selanjutnya. Ponsel Android yang ada saat ini tidak memiliki hardware yang mendukung fitur tersebut, jadi kemungkinan ponsel pertama yang akan mendukung fitur ini adalah Google Pixel 10 series.

    Fitur keamanan baru ini diluncurkan sebagai bagian dari update OS Android terbaru yang dirilis awal bulan ini. Selain fitur Network Notification, Google juga merilis opsi yang memungkinkan pengguna mengaktifkan ‘2G network protection’ untuk menghindari jenis jaringan yang tidak aman.

    (vmp/vmp)

  • Meta Bajak 4 Peneliti OpenAI untuk Gabung Proyek Superintelijen

    Meta Bajak 4 Peneliti OpenAI untuk Gabung Proyek Superintelijen

    Bisnis.com, JAKARTA— Meta Platforms Inc. dikabarkan berhasil merekrut empat peneliti dari OpenAI. Langkah tersebut disebut menjadi bagian dari strategi agresif Meta dalam mengembangkan proyek superintelijen yang dipimpin langsung oleh CEO Mark Zuckerberg. 

    Menurut laporan The Information yang dikutip dari Reuters pada Senin (30/6/2025), keempat peneliti yang direkrut adalah Shengjia Zhao, Jiahui Yu, Shuchao Bi, dan Hongyu Ren. 

    Mereka dikabarkan telah menyetujui tawaran untuk bergabung dengan raksasa teknologi tersebut, sebagaimana disampaikan oleh sumber yang mengetahui proses perekrutan ini. Perekrutan ini terjadi hanya beberapa hari setelah laporan dari The Wall Street Journal menyebut Meta juga berhasil memboyong tiga peneliti AI lainnya dari kantor OpenAI di Zurich, yaitu Lucas Beyer, Alexander Kolesnikov, dan Xiaohua Zhai.

    Meta dan OpenAI belum memberikan komentar resmi atas laporan tersebut. Diberitakan sebelum, CEO OpenAI Sam Altman sempat menyoroti Meta yang mencoba merekrut peneliti AI terbaik perusahaan. 

    Bahkan, dia menyebut, Meta memberikan tawaran lebih dari US$100 juta atau sekitar Rp1,6 triliun per orang. Namun, menurut Altman, strategi agresif tersebut belum membuahkan hasil kala itu. Hal tersebut disampaikan Altman dalam sebuah podcast bersama saudaranya, Jack Altman pada 17 Juni Kemarin.

    Dia menyebut, Meta aktif mencoba merekrut talenta OpenAI untuk bergabung dengan tim superintelligence baru yang dipimpin mantan CEO Scale AI, Alexandr Wang.

    “[Meta] mulai memberikan tawaran sangat besar kepada banyak anggota tim kami, US$100 juta sebagai bonus penandatanganan, dan lebih dari itu dalam total kompensasi tahunan. Tapi sejauh ini, saya senang tak satu pun dari orang terbaik kami menerimanya,” kata Altman, dikutip dari TechCrunch, Kamis (19/6/2025).

    Altman menilai para pegawai OpenAI memutuskan bertahan karena percaya pada visi dan potensi OpenAI untuk menjadi perusahaan yang lebih unggul dalam mengembangkan artificial general intelligence (AGI). Dia juga menyinggung budaya perusahaan, dengan menyindir bahwa Meta terlalu berfokus pada iming-iming gaji tinggi ketimbang misi jangka panjang, yang menurutnya bisa berdampak pada budaya kerja yang kurang sehat.

    Lebih lanjut, Altman menyebut budaya inovasi yang kuat menjadi salah satu kunci kesuksesan OpenAI. Dia menilai upaya Meta di bidang AI sejauh ini belum memberikan hasil signifikan. 

    “Saya menghormati banyak hal dari Meta, tapi saya tidak menganggap mereka perusahaan yang unggul dalam hal inovasi,” ujarnya.

    Meta sendiri telah mengakuisisi sejumlah nama besar di industri AI, seperti Jack Rae dari Google DeepMind dan Johan Schalkwyk dari Sesame AI. Selain itu, perusahaan juga mengumumkan investasi besar di Scale AI, perusahaan yang sebelumnya dipimpin oleh Alexandr Wang. 

    Namun, tantangan besar masih menanti Meta untuk membangun tim AI unggulan yang dapat bersaing dengan OpenAI, Anthropic, dan Google DeepMind yang saat ini tengah melaju kencang. Di tengah persaingan itu, OpenAI dikabarkan tengah mengembangkan model AI open-source baru yang berpotensi membuat Meta semakin tertinggal.

    Menariknya, Altman juga membocorkan bahwa OpenAI tengah mengeksplorasi kemungkinan menciptakan aplikasi media sosial berbasis AI yang menyajikan konten sesuai preferensi pengguna yang berbeda dari feed algoritmik tradisional seperti di Instagram atau Facebook. 

    Hal ini dipandang sebagai ancaman langsung terhadap dominasi Meta di sektor media sosial.  Di sisi lain, Meta tengah menguji aplikasi sosial berbasis AI melalui platform Meta AI, namun peluncurannya sempat memicu kebingungan setelah sejumlah percakapan pribadi dengan chatbot AI tersebar ke publik.