Perusahaan: Google

  • Startup Tak Terkenal Bernilai Rp 6.000 Triliun Mendadak Jadi Sorotan

    Startup Tak Terkenal Bernilai Rp 6.000 Triliun Mendadak Jadi Sorotan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Palantir Technologies memang belum dikenal secara umum, seperti halnya OpenAI, atau raksasa yang lebih populer semacam Google dan Meta. Namun, startup yang bergerak di sektor software dan analisis big data tersebut kini menyorot perhatian industri teknologi.

    Palantir sebenarnya bukan pemain baru. Startup berbasis Palo Alto ini didirikan sejak 2003 oleh nama-nama kawakan seperti Peter Thiel dan Stephen Cohen.

    Di era teknologi berbasis data, Palantir kian meroket. Saat ini, Palantir sudah masuk di daftar 20 perusahaan paling bernilai di Amerika Serikat (AS).

    Pada Jumat (25/7) waktu setempat, saham Palantir naik lebih dari 2% dan berhasil mencetak rekor baru. Kenaikan saham itu membuat kapitalisasi pasar Palantir mencapai US$375 miliar atau setara Rp 6.133 triliun.

    Kapitalisasi pasar itu sudah mengalahkan perusahaan-perusahaan legendaris lainnya di AS seperti Bank of America dan Coca-Cola.

    Sepanjang 2025, Palantir telah menaikkan valuasinya sebesar 2 kali lipat. Para investor meningkatkan taruhan mereka pada bisnis AI perusahaan dan hubungan yang lebih erat dengan pemerintah AS.

    Pendapatan Palantir di bisnis pemerintahan AS meningkat 45% menjadi US$373 juta pada kuartal terakhirnya, sementara total penjualan naik 39% menjadi US$884 juta. Perusahaan akan melaporkan hasil kinerjanya pada 4 Agustus 2025 mendatang.

    Awal tahun ini, Palantir melejit melampaui Salesforce, IBM, dan Cisco dan masuk ke dalam 10 perusahaan teknologi AS teratas berdasarkan kapitalisasi pasar.

    Membeli saham pada level ini mengharuskan investor membayar kelipatan yang tinggi. Palantir saat ini diperdagangkan dengan rasio forward earnings 273 kali lipat, menurut FactSet. Satu-satunya perusahaan lain di 20 teratas dengan rasio tiga digit adalah Tesla.

    Dengan total pendapatan US$3,1 miliar selama setahun terakhir, Palantir hanya sepersekian dari perusahaan terkecil berdasarkan penjualan di antara 20 perusahaan teratas berdasarkan kapitalisasi pasar.

    Mastercard, yang bernilai US$518 miliar, berada di posisi terdekat dengan penjualan selama empat kuartal terakhir sekitar US$29 miliar.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Kehadiran Data Terpilah Mendesak untuk Hadirkan Pembangunan yang Lebih Merata Bagi setiap Warga Negara

    Kehadiran Data Terpilah Mendesak untuk Hadirkan Pembangunan yang Lebih Merata Bagi setiap Warga Negara

    Jakarta: Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menyebut upaya menghadirkan data terpilah yang memadai untuk mengukur dan memahami kebutuhan kelompok rentan di masyarakat sangat penting, agar cakupan perencanaan pembangunan dapat menyentuh setiap warga negara.
     
    “Perencanaan pembangunan yang mencakup lapisan masyarakat yang lebih luas bisa direalisasikan bila kita memiliki data  kependudukan terpilah dengan indikator yang lebih rinci,” kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Senin, 28 Juli 2025.
     
    Kementerian Tenaga Kerja, pada awal tahun ini, mengungkapkan berbagai kendala yang dihadapi di lapangan menyebabkan implementasi pemberdayaan penyandang disabilitas belum optimal, meskipun berbagai kebijakan telah diterapkan.

     

     
    Secara umum, sejumlah pihak juga menilai kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial (GEDSI) masih belum mendapatkan perhatian serius dalam perencanaan pembangunan, terutama di daerah.

    Menurut Lestari, kehadiran data terpilah sangat mendesak untuk merespons sejumlah kendala yang dihadapi kelompok masyarakat rentan dalam setiap proses pembangunan.
     
    Rerie, sapaan akrab Lestari, berpendapat, dengan data yang lebih rinci proses pembangunan dapat lebih terarah sejak pada tahap perencanaan.
     
    Sehingga, tambah Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, proses pembangunan yang menyasar isu-isu terkait GEDSI bisa diharapkan lebih tepat sasaran.
     

     
    Setelah data rinci terkait kelompok rentan di masyarakat tersedia, menurut Rerie, political will para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah untuk segera mengatasi sejumlah tantangan yang dihadapi kelompok rentan, sangat dibutuhkan.
     
    Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu berharap, sejumlah pihak terkait dapat membangun kolaborasi yang kuat agar data terpilah yang tersedia kelak benar-benar mampu menjadi acuan untuk mengatasi sejumlah tantangan di berbagai sektor pembangunan nasional.

     

    Jakarta: Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menyebut upaya menghadirkan data terpilah yang memadai untuk mengukur dan memahami kebutuhan kelompok rentan di masyarakat sangat penting, agar cakupan perencanaan pembangunan dapat menyentuh setiap warga negara.
     
    “Perencanaan pembangunan yang mencakup lapisan masyarakat yang lebih luas bisa direalisasikan bila kita memiliki data  kependudukan terpilah dengan indikator yang lebih rinci,” kata Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat dalam keterangan tertulisnya, Senin, 28 Juli 2025.
     
    Kementerian Tenaga Kerja, pada awal tahun ini, mengungkapkan berbagai kendala yang dihadapi di lapangan menyebabkan implementasi pemberdayaan penyandang disabilitas belum optimal, meskipun berbagai kebijakan telah diterapkan.
     
     

     
    Secara umum, sejumlah pihak juga menilai kesetaraan gender, disabilitas, dan inklusi sosial (GEDSI) masih belum mendapatkan perhatian serius dalam perencanaan pembangunan, terutama di daerah.
     
    Menurut Lestari, kehadiran data terpilah sangat mendesak untuk merespons sejumlah kendala yang dihadapi kelompok masyarakat rentan dalam setiap proses pembangunan.
     
    Rerie, sapaan akrab Lestari, berpendapat, dengan data yang lebih rinci proses pembangunan dapat lebih terarah sejak pada tahap perencanaan.
     
    Sehingga, tambah Rerie yang juga anggota Komisi X DPR RI dari Dapil II Jawa Tengah itu, proses pembangunan yang menyasar isu-isu terkait GEDSI bisa diharapkan lebih tepat sasaran.
     

     
    Setelah data rinci terkait kelompok rentan di masyarakat tersedia, menurut Rerie, political will para pemangku kepentingan di tingkat pusat dan daerah untuk segera mengatasi sejumlah tantangan yang dihadapi kelompok rentan, sangat dibutuhkan.
     
    Anggota Majelis Tinggi Partai NasDem itu berharap, sejumlah pihak terkait dapat membangun kolaborasi yang kuat agar data terpilah yang tersedia kelak benar-benar mampu menjadi acuan untuk mengatasi sejumlah tantangan di berbagai sektor pembangunan nasional.

     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

    (PRI)

  • Allianz Life Bobol, Mayoritas Nasabah Sampai Karyawan Jadi Korban

    Allianz Life Bobol, Mayoritas Nasabah Sampai Karyawan Jadi Korban

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan asuransi raksasa, Allianz Life, kebobolan hacker. Data pribadi milik nasabah, penasihat keuangan, hingga karyawan perusahaan asal Amerika Serikat tersebut dikuasai oleh penjahat siber.

    Menurut TechCrunch, peristiwa pembobolan data terjadi pada pertengahan Juli. Kabar ini telah dikonfirmasi oleh juru bicara Allianz Life.

    Juru bicara Allianz Life, Brett Weinberg, mengatakan bahwa hacker berhasil mendapatkan akses ke sistem CRM berbasis cloud yang digunakan oleh perusahaan pada 16 Juli 2025. CRM atau customer relationship management adalah software yang menyimpan basis data pelanggan.

    “Aktor jahat berhasil mendapatkan data yang bisa mengidentifikasi mayoritas pelanggan, profesional keuangan, dan beberapa karyawan Allianz Life menggunakan teknik social engineering,” kata Weinberg.

    Social engineering atau “soceng” adalah cara hacker membobol sistem teknologi informasi lewat rekayasa sosial, yang biasanya memanfaatkan link phising agar targetnya terpancing memberikan akses tanpa sadar.

    Allianz Life mengungkapkan peristiwa pembobolan ini dalam dokumen keterbukaan yang diwajibkan oleh jaksa agung negara bagian Maine, Amerika Serikat. Namun, perusahaan tidak mengungkap jumlah nasabah yang terpapar. Menurut juru bicara perusahaan, Allianz Life kini memiliki 1,4 juta nasabah. Induk usaha perusahaan yaitu Allianz, memiliki 125 juta nasabah di seluruh dunia.

    Allianz Life telah memberi tahu peristiwa peretasan kepada FBI dan menegaskan “tidak ada bukti” bahwa sistem dan jaringan perusahan bisa ditembus hacker.

    Perusahaan menolak mengungkapkan aksi hacker selanjutnya, termasuk ada atau tidaknya permintaan tebusan. 

    Perusahaan asuransi, menurut Tech Crunch, kini sedang menjadi target utama para hacker. Sebelumnya, provided asuransi kesehatan Aflac juga menjadi korban hacker.

    Pada Juni, peneliti keamanan siber di Google menyatakan bahwa mereka mendeteksi “beberapa penyusupan” di sektor asuransi oleh Scattered Spider, kelompok hacker dengan modus utama soceng. Contoh metode yang digunakan kelompok hacker tersebut adalah menghubungi layanan bantuan pelanggan agar mereka tertipu dan memberikan askes ke jaringan IT perusahaan.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • 5 Cara Cek Uang Palsu Lewat HP Pakai Aplikasi, Gampang!

    5 Cara Cek Uang Palsu Lewat HP Pakai Aplikasi, Gampang!

    Jakarta

    Sindikat uang palsu tidak ada jera-jeranya mencari korban. Untungnya, ada cara gampang untuk mengecek uang palsu memakai HP kita masing-masing.

    Berhati-hatilah saat menerima uang kembalian saat bertransaksi atau menerima uang dalam kejadian lainnya. Jangan sampai kita mendapatkan uang palsu.

    Sindikat uang palsu biasanya membuat uang bohongan dalam pecahan besar seperti Rp 100.000 atau Rp 50.000. Jika uang yang Anda terima sepertinya mencurigakan ada baiknya dicek dengan bantuan smartphone. Dihimpun detikINET dari berbagai sumber, Senin (28/7/2025) inilah cara mendeteksinya:

    5 Cara Mengecek Uang Palsu Pakai HP

    1. Cara 3D dibantu senter smartphone

    Bank Indonesia selalu mengingatkan masyarakat untuk melakukan 3 hal jika mencurigai ada uang palsu. Caranya adalah 3D: Dilihat, Diraba, Diterawang.

    Lihatlah benang pengaman dan logo BI. Rabalah kode tunanetra di bagian tepi atau cetak intaglio pada burung Garuda dan gambar utama. Terawanglah tanda air untuk melihat logo BI secara rectoverso. Pakailah senter dari smartphone Anda untuk membantu menerawang uang tersebut.

    2. Pakai I-Comreds

    I-Comreds adalah aplikasi yang dikembangkan Polri untuk membantu masyarakat pengguna Android untuk mendeteksi uang Rupiah palsu. Cara pakainya mudah yaitu arahkan kamera ponsel ke uang kertas yang mau diperiksa. Aplikasi akan memeriksa keasliannya. Jika ternyata palsu, tersedia fitur pelaporan ke pihak berwenang.

    3. Pakai Banknote Scanner

    Banknote Scanner adalah aplikasi di Google Play Store yang dilengkapi fitur sinar ultraviolet untuk mengecek benang pengaman pada uang kertas. Jika kena cahaya UV, benang akan bersinar. Pindai uang kertas dari dua sisi, nanti aplikasi akan memeriksa keasliannya.

    4. Pakai Cash Reader

    Cash Reader adalah aplikasi pembaca uang untuk tunanetra, tapi bisa juga untuk mendeteksi uang palsu. Ia punya fitur suara dan getaran untuk membantu teman netra dan bisa dipakai offline tanpa koneksi internet. Arahkan kamera ponsel ke uang yang mau diperiksa nanti akan ada informasi melalui suara atau getaran.

    5. Pakai Pemindai Uang Kertas

    Aplikasi Pemindai Uang Kertas mirip dengan Banknote Scanner. Ia juga bisa membaca nilai mata uang untuk membantu pengguna tunanetra.

    (fay/fyk)

  • Wamenkomdigi Sebut Transfer Data Pribadi RI ke AS Itu Data Komersial

    Wamenkomdigi Sebut Transfer Data Pribadi RI ke AS Itu Data Komersial

    Jakarta

    Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi) Nezar Patria mengungkapkan Pemerintah Indonesia masih bernegosiasi dengan Amerika Serikat (AS) terkait salah satu poin kesepakatan dagang antara kedua negara, yakni transfer data pribadi.

    Transfer data pribadi dari Indonesia ke AS menjadi heboh sejak diumumkan oleh situs White House pada beberapa waktu lalu. Nezar menyebutkan bahwa itu belum final, artinya proses negosiasi masih dilakukan antara Indonesia dan AS.

    “Dalam tahap koordinasi dan apa yang disampaikan kemarin kan belum final, jadi masih ada hal-hal teknis yang dibahas oleh Pemerintah Amerika dan juga Pemerintah Indonesia. Jadi, masih terus berjalan begitu,” ujar Nezar ditemui awak media usai konferensi pers Peluncuran AI Policy Dialogue Country Report di Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi), Jakarta, Senin (28/7/2025).

    Nezar menjelaskan bahwa Indonesia memilik Undang-Undang Pelindungan Data Pribadi (UU PDP) dan transfer data pribadi dari Indonesia ke AS mengikuti aturan tersebut.

    “Kalau itu tidak sesuai dengan standar yang dibuat, maka harus ada persetujuan si pemilik data, demikian yang diatur di Undang-Undang PDP. Dan, ini prosesnya masih terus berjalan,” ucapnya.

    Terkait transfer data pribadi yang menjadi polemik belakangan ini, Nezar menyebutkan bahwa pertukaran data itu umum dilakukan. Disampaikannya juga bahwa transfer data pribadi ini mencakup data komersial.

    “Itu data komersial sebetulnya. Jadi, kalau kita menggunakan misalnya mesin pencari (internet-red) kita melakukan transaksi komersial melalui platform yang berbasis di Amerika, begitu ya,” ungkapnya.

    Nezar meminta masyarakat tidak salah paham soal transfer data pribadi ini. Kata Nezar, proses ini tetap ada payung hukum yang mengawal.

    “Harap jangan ada salah paham, itu bukan berarti Indonesia bisa mentransfer semua data pribadi secara bebas ke Amerika. Kita tetap ada protokol seperti yang sudah diatur oleh Undang-undang PDP yang disahkan di sini,” kata Wamenkomdigi.

    Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah tengah menyusun protokol terkait transfer data pribadi Indonesia ke AS.

    Airlangga menjelaskan protokol tersebut tengah difinalisasi sebagai bagian dari komitmen Indonesia-AS dalam perjanjian tarif resiprokal. Kesepakatan itu, lanjut dia, untuk menyusun protokol perlindungan data pribadi lintas negara. Finalisasinya akan memberikan kepastian hukum yang sah bagi tata kelola data pribadi lintas negara.

    “Jadi finalisasinya nanti bagaimana ada pijakan hukum yang sah, aman, dan terukur untuk tata kelola lalu lintas data pribadi antar negara (cross border),” ujarnya.
    Airlangga menegaskan data yang diproses dalam kerja sama bukan data pemerintah, melainkan data masyarakat yang diunggah saat menggunakan layanan digital seperti email, Google, Bing, platform e-commerce, hingga sistem pembayaran internasional.

    (agt/fay)

  • Smartwatch Android vs Apple Watch: Mana Lebih Worth It?

    Smartwatch Android vs Apple Watch: Mana Lebih Worth It?

    Jakarta

    Tidak hanya smartphone, dunia smartwatch juga dibedakan dalam dua platform berbeda yaitu Android dan Apple. Vendor ponsel Android meluncurkan lini smartwatch-nya sendiri seperti Samsung Galaxy Watch, Xiaomi Watch, dan Oppo Watch, sedangkan Apple dikenal dengan Apple Watch.

    Sama seperti ponselnya, smartwatch Android dan Apple Watch memiliki keunggulannya masing-masing. Kedua platform smartwatch ini memiliki ekosistem, sistem operasi, desain, dan fitur yang berbeda.

    Lantas, seperti apa perbedaan antara smartwatch Android dan Apple Watch, lalu jam tangan pintar apa yang paling worth it? Simak penjelasannya berikut ini.

    Perbandingan Smartwatch Android dan Apple Watch

    Ekosistem

    Smartwatch Android biasanya bisa terhubung dengan ponsel Android dari semua merek, jadi tidak terbatas hanya untuk ponsel yang satu merek dengan smartwatch-nya. Beberapa smartwatch Android juga bisa terhubung dengan iPhone, misalnya Xiaomi Watch S4.

    Tapi, ada beberapa smartwatch Android yang fitur eksklusifnya dikunci dan hanya bisa diakses jika terhubung dengan ponsel dari merek yang sama. Misalnya, fitur EKG di Galaxy Watch 7 dan Galaxy Watch 8 yang hanya bisa diakses jika smartwatch terhubung dengan perangkat Samsung.

    Sementara itu, Apple Watch hanya terintegrasi dengan perangkat yang menjalankan iOS alias iPhone. Artinya, kalau kalian sudah memiliki iPhone, Apple Watch kemungkinan akan menjadi pilihan terbaik untuk mendapatkan integrasi yang seamless.

    Sistem operasi

    Smartwatch Android saat ini belum memiliki sistem operasi yang terstandardisasi. Google sudah menawarkan Wear OS sebagai sistem operasi untuk smartwatch Android, tapi sistem operasi ini baru diadopsi segelintir vendor seperti Samsung, Xiaomi, Oppo, dan OnePlus. Beberapa brand lainnya mengembangkan sistem operasinya sendiri.

    Di sisi lain, semua varian Apple Watch menggunakan sistem operasi WatchOS. Apple biasanya memberikan update WatchOS untuk Apple Watch selama 3-5 tahun setelah rilis.

    Desain

    Sebagian besar smartwatch Android yang tersedia di pasaran memiliki jam berbentuk bulat. Smartwatch Android yang berbentuk persegi masih sangat jarang, salah satunya Vivo Watch GT. Bagi kalian pengguna Android yang mencari smartwatch berbentuk kotak mungkin memiliki pilihan yang sangat terbatas.

    Di sisi lain, Apple Watch hanya tersedia dengan jam berbentuk persegi sejak pertama kali diluncurkan pada tahun 2015. Apple menyediakan smartwatch-nya dalam dua pilihan ukuran, seperti Apple Watch series 10 yang tersedia dalam ukuran 42mm dan 46mm.

    Fitur

    Baik smartwatch Android maupun Apple Watch menawarkan banyak fitur pintar termasuk health dan sleep tracking, notifikasi, dan opsi untuk melakukan panggilan telepon.

    Apple Watch dan smartwatch Android level flagship seperti Galaxy Watch series biasanya memiliki fitur kesehatan yang lebih lengkap seperti, sensor EKG dan fall detection.

    Harga

    Smartwatch Android tersedia dalam rentang harga yang cukup luas, mulai ratusan ribu rupiah seperti Realme Watch S2, sampai jutaan rupiah seperti Oppo Watch X2 dan Samsung Galaxy Watch Ultra.

    Sementara itu, Apple Watch di Indonesia tersedia dengan harga mulai dari Rp 3 jutaan untuk Apple Watch SE, Rp 5 jutaan untuk Apple Watch series 10, dan Rp 14 jutaan untuk Apple Watch Ultra 2.

    Bagaimana detikers, sudah siap memilih antara smartwatch Android dan Apple Watch setelah mengetahui perbedaannya?

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Pakai Smartwatch Saat Lari, Penting Nggak Ya?”
    [Gambas:Video 20detik]
    (vmp/fay)

  • PHK Massal Menggila, Terungkap Gaji Karyawan Tembus Rp 4,5 Miliar

    PHK Massal Menggila, Terungkap Gaji Karyawan Tembus Rp 4,5 Miliar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Microsoft telah mengumumkan beberapa kali gelombang PHK sepanjang tahun ini, yang berdampak pada ribuan karyawan.

    Beberapa dari PHK tersebut mencakup staf penjualan konvensional yang digantikan oleh staf penjualan teknis untuk mendukung penjualan alat AI. Pergeseran ini terjadi seiring persaingan yang meningkat dari Google dan bahkan dari mitra mereka sendiri, OpenAI, dalam merebut pasar pelanggan korporat AI.

    Meski demikian, Microsoft tetap membuka lowongan. Meskipun informasi gaji biasanya tidak dibuka ke publik, data visa kerja menunjukkan gambaran kisaran gaji dasar yang ditawarkan Microsoft kepada pekerja asing.

    Namun, angka tersebut hanya mencerminkan gaji pokok tanpa memasukkan bonus maupun saham.

    Business Insider mengungkap data internal tahun 2024 yang menunjukkan gaji para karyawan Microsoft, khususnya mereka yang bekerja di bidang AI, jauh melampaui posisi lain. Bahkan, seorang software engineer bisa digaji hingga US$284.000 atau sekitar Rp4,5 miliar per tahun.

    Gaji terbesar lainnya datang dari anak usaha Microsoft, LinkedIn. Seorang staff software engineer di bidang machine learning bisa mengantongi hingga US$336.000 per tahun, atau setara Rp5,4 miliar.

    Langkah Microsoft menggaji tinggi karyawan AI menggambarkan paradoks yang lazim di industri teknologi, di mana gelombang PHK di satu sisi, dan bayaran tinggi untuk talenta AI di sisi lain.

    Berikut daftar gaji pokok beberapa divisi di karyawan Microsoft berdasarkan sekitar 5.400 aplikasi visa kerja di kuartal pertama 2025, dikutip dari Business Insider, Rabu (23/7/2025).

    Software Engineer: Hingga US$284.000

    Senior Software Engineer: US$121.000 – US$249.000

    Senior Software Engineer, Machine Learning: US$154.000 – US$278.000

    Senior Software Engineer, Systems Infrastructure: US$144.000 – US$278.000

    Data Engineering: US$144.855 – US$264.000

    Data Science: US$121.200 – US$274.500

    Cloud Network Engineering: US$122.700 – US$220.716

    Cloud Solution Architecture: US$130.000 – US$207.285

    Digital Cloud Solution Architecture: US$155.085 – US$217.589

    Customer Solutions Architecture: US$122.730 – US$225.000

    Customer Experience Engineering: US$126.422 – US$239.585

    Electrical Engineering: US$138.995 – US$247.650

    Financial Analysis: US$91.100 – US$213.800

    Data Analytics: US$132.385 – US$205.000

    Business Planning: US$117.200 – US$201.900

    Customer Experience Program Management: US$141.865 – US$201.508

    Demand Planning: US$147.000 – US$204.550

    Applied Sciences: US$127.200 – US$261.103

    Business Analytics: US$159.300 – US$191.580

    Business Program Management: US$102.380 – US$195.100

    Construction Project Management: US$150.000 – US$193.690

    Data Center Operations Management: US$115.000 – US$176.900

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Starlink Lewat! Internet Taara 100 Kali Lebih Cepat dari Satelit LEO Elon Musk

    Starlink Lewat! Internet Taara 100 Kali Lebih Cepat dari Satelit LEO Elon Musk

    Bisnis.com, JAKARTA— Internet memasuki babak baru dengan kehadiran Taara, solusi konektivitas berkecepatan tinggi yang mampu menyaingi layanan satelit seperti Starlink. 

    Melansir laman resmi Taara, Senin (28/7/2025) berbeda dengan Starlink yang mengandalkan jaringan satelit di orbit, 

    Taara memanfaatkan pancaran cahaya untuk mentransmisikan data dalam jumlah besar antara dua terminal ringkas. 

    Sistem dua cermin yang dipadukan dengan algoritma prediktif menjaga agar pancaran cahaya tetap sejajar dengan presisi tinggi.

    Taara Lightbridge diklaim mentransfer data secepat cahaya, menghadirkan komunikasi dua arah yang mulus untuk konektivitas berperforma tinggi dengan kecepatan 20 Gbps.Teknologi ini disebut mampu menjangkau jarak hingga 20 kilometer dengan aman, sambil menjaga koneksi tetap stabil dan andal.

    Dengan konsumsi daya setara lampu bohlam yakin 40 W, perangkat ini dapat dipasang hanya dalam hitungan jam tanpa perlu menggali tanah, mengurus lisensi spektrum, atau izin jalur. Taara disebut memberikan konektivitas dengan keandalan 99,99%. 

    Arsitektur hibrida dan pengaturan kecepatan adaptif memastikan koneksi tetap tangguh dalam berbagai kondisi cuaca baik hujan, cerah, maupun berkabut.

    Taara  dikembangkan di bawah pusat inovasi lab X Alphabet, Google. Proyek tersebut diluncurkan sekitar pertengahan Maret 2025. 

    Kala itu, CEO Taara, Mahesh Krishnaswamy, mengumumkan perusahaannya telah mendapatkan pendanaan dari Series X Capital untuk memperluas jangkauan dan pengembangan teknologi komunikasi optik nirkabel berbasis cahaya. Teknologi ini mampu menghadirkan konektivitas internet berkecepatan tinggi dan kapasitas besar melalui sinar cahaya bahkan hingga jarak 20 kilometer.

    “Taara lahir dari inspirasi proyek Loon, dan sejak awal, kami fokus untuk menguji langsung teknologi ini di lapangan bersama mitra global,” kata Krishnaswamy. 

    Krishnaswamy menekankan kebutuhan akan data semakin meningkat, namun pemasangan kabel fiber optik seringkali mahal, sulit, atau bahkan tidak mungkin dilakukan karena kondisi geografis. Di sinilah teknologi Taara hadir sebagai solusi. 

    Dengan sinar cahaya yang dipancarkan antar menara, sistem ini dapat menghadirkan kecepatan hingga 20 gigabit per detik tanpa perlu menggali tanah atau menarik kabel bawah laut. Unit perangkat mereka, yang dinamai Lightbridge, hanya membutuhkan beberapa jam untuk dipasang dan bisa menjangkau lokasi-lokasi yang sebelumnya sulit terhubung.

    Ilustrasi pemanfaatan Taara di berbagai infrastruktur telekomunikasi

    Meskipun teknologi Taara berbeda dari sistem satelit milik Starlink, Krishnaswamy percaya Taara bisa menjadi pesaing serius. 

    “Kami mampu memberikan bandwidth 10 hingga 100 kali lebih besar dibanding antena Starlink, dan biayanya jauh lebih murah,” katanya kepada Wired.

    Saat ini, Taara telah mengoperasikan ratusan unit di lebih dari 12 negara, bekerja sama dengan berbagai operator besar seperti Airtel, Liquid Intelligent Technologies, Liberty Networks, T-Mobile, dan Vodafone. Taara merupakan kelanjutan dari semangat inovatif Proyek Loon, yang dahulu menggunakan balon udara di stratosfer untuk menyebarkan internet ke daerah terpencil. 

    Meski Loon ditutup oleh Alphabet pada Januari 2021, teknologi lasernya kini menjadi inti dari sistem komunikasi optik milik Taara. Tak hanya Taara, warisan teknologi Loon juga diteruskan oleh Aalyria, perusahaan lain yang juga dipisahkan dari Alphabet pada 2022. 

    Aalyria berfokus pada pengelolaan jaringan mesh dari satelit dan wahana udara, untuk menciptakan sistem konektivitas yang mampu menjangkau daerah tanpa infrastruktur internet.

  • Internet Murah 100 Kali Lebih Cepat dari Starlink Bikin Heboh

    Internet Murah 100 Kali Lebih Cepat dari Starlink Bikin Heboh

    Jakarta, CNBC Indonesia – Internet berbasis satelit membawa perubahan besar di sektor telekomunikasi. Popularitasnya menjulang gara-gara layanan Starlink dari SpaceX, perusahaan milik Elon Musk.

    Internet berbasis satelit mampu menyalurkan akses internet ke area remot yang sulit dijangkau oleh infrastruktur darat. Namun, ternyata ada yang lebih canggih daripada internet berbasis satelit.

    Taara, startup spin-off dari Alphabet (Google), memperkenalkan internet berbasis laser yang mampu menghadirkan internet super cepat. Digadang-gadang, kecepatannya mampu mengalahkan jaringan berbasis satelit, maupun serat optik (optic-fiber).

    Berbeda dengan sistem serat optik tradisional yang memerlukan penggalian yang mahal dan memakan waktu untuk memasang kabel, pendekatan Taara mengandalkan teknologi yang disebut Lightbridges.

    Lebih Cepat dari Starlink, Lebih Murah dari Serat Optik

    Menurut Interesting Engineering, perangkat ini menggunakan berkas cahaya terfokus untuk mengirimkan data dengan kecepatan hingga 20 gigabit per detik (Gbps) dalam jarak 20 kilometer. Sistem ini dirancang untuk dipasang di atap atau tiang, dengan tetap menjaga garis pandang tanpa halangan, dikutip dari Indian Defence Review, Senin (28/7/2025).

    Salah satu klaim Taara yang paling disorot adalah sistemnya dapat menghadirkan kecepatan data 10 hingga 100 kali lebih cepat daripada Starlink. Hal ini akan menjadi terobosan baru, terutama bagi masyarakat di daerah terpencil yang tertinggal dari infrastruktur broadband tradisional.

    Namun, ini bukan hanya soal kecepatan. Taara juga berjanji untuk melakukan semua ini dengan biaya yang jauh lebih rendah daripada kabel serat optik, yang mahal dan rumit untuk dipasang.

    Sistem ini sangat cocok untuk lokasi-lokasi dengan geografis menantang. Misalnya lokasi yang melintasi sungai, lembah, atau di antara gedung-gedung tinggi, sehingga pemasangan kabel tidak praktis atau mustahil.

    Teknologi Taara telah diuji di wilayah seperti Kinshasa, Kongo; serta Nairobi, Kenya. Keduanya sudah lama mengalami tantangan dalam pembangunan infrastruktur pita lebar. Hasilnya memuaskan. Internet berkecepatan tinggi dan stabil mampu tersedia di saat solusi lain masih sulit menjangkau wilayah tersebut.

    Internet Berubah Total

    Ke depan, Taara berencana untuk mengekspansi teknologinya agar lebih mudah diakses. Pada 2026 mendatang, perusahaan berencana merilis versi miniatur sistem Lightbridge-nya, dalam bentuk chip seukuran ujung jari.

    Terobosan ini dapat membuat internet Taara ini makin mudah diterapkan, menghadirkan internet cepat ke tempat-tempat yang mungkin tidak membutuhkan sistem skala penuh. Chip ini akan beroperasi menggunakan bagian spektrum elektromagnetik yang terletak di antara inframerah dan cahaya tampak, tetap menawarkan kecepatan 20 Gbps pada jarak hingga 20 kilometer.

    Versi baru teknologi ini menandai lompatan besar dari sistem Taara saat ini, yang mengandalkan dudukan dan optik yang lebih besar. Dengan menciptakan solusi plug-and-play, Taara dapat membuka peluang bagi pengguna perumahan dan komersial, menghilangkan kebutuhan akan infrastruktur yang rumit dan menawarkan kemungkinan peluncuran internet yang cepat.

    Meskipun Starlink dan layanan internet satelit lainnya sering dianggap sebagai solusi untuk daerah terpencil, Taara justru sedang mengukir ceruk pasarnya sendiri.

    Alih-alih menyediakan jangkauan global, Taara berfokus pada solusi last-mile, yakni daerah yang membutuhkan internet berkecepatan tinggi tetapi infrastruktur tradisionalnya terlalu mahal atau sulit diimplementasikan. Sistem perusahaan ini ideal untuk komunitas kecil, tempat acara, dan kawasan industri.

    Mahesh Krishnaswamy, pendiri Taara, menyuarakan perlunya internet cepat dan terjangkau untuk menjangkau 3 miliar orang yang masih belum memiliki konektivitas yang andal.

    Dalam sebuah wawancara, ia menekankan bahwa sistem Taara dapat menawarkan kecepatan 10 hingga 100 kali lebih cepat daripada antena Starlink biasa dan dengan biaya yang jauh lebih murah. Bagi desa-desa terpencil dan kota-kota kecil, teknologi ini dapat menjadi jembatan yang akhirnya menghubungkan mereka dengan dunia digital.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Sistem Android Gagal Prediksi Gempa Bumi Susulan Turki 2023, Google Akui Kelalaian – Page 3

    Sistem Android Gagal Prediksi Gempa Bumi Susulan Turki 2023, Google Akui Kelalaian – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Google akhirnya mengakui kesalahan fatal dalam sistem peringatan dini Android untuk gempa bumi dahsyat yang mengguncang negara Turki pada 2023.

    Karenanya, jutaan orang kehilangan kesempatan untuk menyelematkan diri lebih awal dan evakuasi ke tempat lebih aman dari bencana gempa Turki.

    Menurut laporan BBC, Senin (28/7/2025), Google semestinya bisa memberikan peringatan hingga 35 detik lebih awal sebelum gempa Turki bermagnitudo 7,8 mengguncang wilayah tersebut.

    Dengan radius jangkauan 157,7 km, diperkirakan lebih dari 10 juta orang berpotensi menerima notifikasi Android Earthquake Alerts tersebut dan mengevakuasi diri.

    Namun pada kenyataannya, sistem notifikasi gempa tersebut hanya mengeluarkan 469 peringatan “Ambil Tindakan” atau “Take Action” saat gempa pertama terjadi.

    Tak hanya itu, notifikasi terhadap gempa susulan bermagnitudo 7,5 sama sekali tidak dikirim ke mayoritas pengguna perangkat Android di wilayah terdampak.

    “Setengah juta orang hanya menerima peringatan ringan untuk guncangan kecil, tetapi tidak memberikan peringatan kepada pengguna akan bahaya selanjutnya,” ucap raksasa mesin pencari itu ke BBC.