Perusahaan: Freeport

  • Kontroversi Fadli Zon “Rewrite” Sejarah, Perihal Ekonomi Absen?

    Kontroversi Fadli Zon “Rewrite” Sejarah, Perihal Ekonomi Absen?

    Bisnis.com, JAKARTA- Penulisan sejarah resmi bukan saja wajib memuat peristiwa pelanggaran HAM, melainkan pula kegagalan kebijakan ekonomi termasuk pada akhir kekuasaan Orde Baru.

    Sejarah adalah ‘kaca benggala’, begitu ungkap Soekarno. Maksudnya, lintasan masa lalu bisa memantulkan bayangan agar masa depan tak mengulang kesalahan yang sama, termasuk dalam hal kebijakan ekonomi.

    Pada kenyataannya, peristiwa ekonomi dan momen politik seringkali bersinggungan dalam satu waktu.

    Peristiwa sebelum dan sesudah kejatuhan Orde Baru, misalnya, bertalian erat dengan krisis moneter serta terbitnya berbagai kebijakan yang lebih liberal.

    Tapi sayangnya, selain fakta adanya pelanggaran Hak Asasi Manusia hingga perkosaan massal, kenyataan gagalnya kebijakan ekonomi pun cenderung tak tercatat dalam proyek sejarah resmi kali ini.

    Proyek ‘sejarah resmi’ yang kini digaungkan Menteri Kebudayaan Fadli Zon inipun menuai banyak polemik. Kerangka narasi resmi itupun banyak disorot kalangan sejarawan, hingga sekarang muncul banyak versi yang belum terkonfirmasi.

    “Sejauh ini ada banyak rancangan naskah sejarah resmi itu, tim sejarawan yang terlibat pun belum menunjukkan versi sebenarnya. Alasannya masih butuh masukan banyak kalangan,” ungkap Sejarawan sekaligus Peneliti Para Syndicate Virdika Rizky Utama kepada Bisnis, Kamis (19/6/2025).

    Menurut Virdika, selain pelanggaran HAM wajib masuk dalam rancangan sejarah resmi itu, persoalan ekonomi pun patut dimuat. Lengsernya Presiden Soeharto tak lepas dari krisis moneter yang membuka gelombang protes massal.

    “Sayangnya, sejauh yang saya amati dari beberapa versi rancangan penulisan sejarah resmi, soal ekonomi pada periode itu [Orde Baru] tidak digarap, bahkan soal IMF,” jelas jebolan Jiao Tong University itu.

    Menukil ‘Ekonomi Indonesia dalam Lintasan Sejarah’ karya Mantan Presiden Boediono, krisis moneter pada 1997 merupakan peristiwa yang tak pernah diantisipasi. Saat itu, tulisnya, seluruh indikator ekonomi nasional sangat baik, bahkan kurs rupiah cukup kuat, dan cadangan devisa tebal.

    Namun hanya dalam rentang waktu tiga bulan, stabilitas ekonomi jungkir balik. Dalam catatan Boediono, kondisi panik massal akibat mata uang negara-negara Asean yang ambrol, ditambah respon kebijakan tak tepat, serta tentunya praktik buruk perbankan membuat Indonesia masuk jurang krisis.

    KRISIS MONETER

    Menurut Virdika, upaya mengupas krisis moneter yang membelit, serta menyoal kebijakan ekonomi Orde Baru, setidaknya berbagai potensi konflik horizontal ke depan bisa dihindari. Masyarakat perlu dibekali hal demikian.

    “Andaikata masyarakat bisa dijelaskan bahwa kemiskinan dan kesenjangan sosial karena kegagalan kebijakan konglomerasi atau tetesan ke bawah pada era Orba, tidak lagi ada kefrustrasian sosial yang dilampiaskan kepada etnis tertentu seperti dulu. Karena masyarakat dari etnis apapun sama-sama jadi korban,” jelasnya.

    Pembahasan soal ekonomi dalam penyajian sejarah memang langka. Padahal, kata Virdi, setiap peristiwa politik selalu bertautan dengan kondisi ekonomi ataupun ekses kebijakan.

    “UU PMA yang membolehkan Freeport masuk, itu lahir setelah adanya peristiwa 1965. Begitupun liberalisasi ekonomi, ataupun kehadiran konglomerasi yang ada saat ini, tak terlepas dari sejarah politik maupun kebijakan ekonomi,” ungkapnya.

    Dari sisi akademisi, ulasan persoalan ekonomi dalam membangun sejarah resmi juga dirasa penting.  Setidaknya, sebagaimana disinggung Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios) Nailul Huda, memuat wajah ekonomi dalam sejarah bisa mencerahkan publik terkait kebijakan yang telah dicetuskan pada masa lalu.

    Lebih jauh, dia menyebutkan untuk menjelaskan kemunculan krisis politik, amat perlu pembahasan persoalan ekonomi yang melatari. Nailul mengatakan justru dalam studi ekonomi, peristiwa seperti krisis moneter 1997 itu dikaji sebab dan akibatnya.

    “Subyek ekonomi dalam sejarah ini akan mampu mencerahkan masyarakat atas persoalan ekonomi masa kini, adakah problem yang sama, dan jangan sampai terulang!” simpulnya.

     

  • Warga RI Doyan Simpan Emas di Bawah Bantal, Jumlahnya Capai 1.800 Ton

    Warga RI Doyan Simpan Emas di Bawah Bantal, Jumlahnya Capai 1.800 Ton

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ada Fakta menarik bahwa masyarakat Indonesia masih senang menyimpan kekayaannya secara konvensional. McKinsey & Company bahkan mencatat, bahwa ada 1.800 ton emas yang disimpan di “bawah bantal”.

    Hal ini diungkapkan, Deputi bidang Koordinasi Pengelolaan dan Pengembangan Usaha Badan Usaha Milik Negara, Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Ferry Irawan, dalam acara CNBC Indonesia Economic Update 2025, di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (18/6/2025).

    “Target kita di catatan McKinsey itu ada sekitar 1.800 ton dalam tanda kutip di bawah bantal ini kita harapkan masuk dalam sistem kita, melalui bank Bullion, yang kita harapkan bisa kita putar ke ekonomi kita,” kata Ferry, saat memberikan sambutan.

    Ferry mengatakan bahwa diharapkan emas yang dimiliki masyarakat itu bisa masuk dalam ekosistem bank bullion. Supaya bisa juga turut serta berperan dalam ekonomi Indonesia.

    Ferry juga mengatakan setidaknya sampai saat ini kegiatan simpan emas di perbankan atau bullion bank di Indonesia saat ini terus berkembang. Setidaknya sampai 31 Mei sudah ada 20 ton emas yang masuk dalam ekosistem.

    Ferry menjelaskan bahwa pemerintah saat ini tengah mendorong hilirisasi mineral untuk memutar roda ekonomi Indonesia. Ia mencontohkan seperti hasil emas yang dihasilkan oleh Freeport yang biasa diekspor, diharapkan bisa dimanfaatkan di dalam negeri dengan adanya bullion bank.

    “Jadi dari para produsen emas domestik ini kita harapkan bisa masuk ke bank bullion, ini kita harapkan bisa berputar di ekonomi kita. Realisasinya per 31 Mei itu. OJK sudah beri layanan kepada Pegadaian dan BSI. Sampai 31 Mei ada sekitar 20 ton emas yang masuk sistem ekonomi kita, yang diharapkan bisa berputar, apakah bentuknya pinjaman, trading, dan seterusnya” kata Ferry.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pabrik Raksasa RI Hasilkan 30 Ton Emas Tahun Ini, Ini Dia Pemiliknya

    Pabrik Raksasa RI Hasilkan 30 Ton Emas Tahun Ini, Ini Dia Pemiliknya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Indonesia memiliki pabrik atau fasilitas pemurnian emas yang akan memproduksikan hingga 30 ton emas batangan dengan kadar kemurnian 99,99% pada 2025 ini.

    Pabrik emas tersebut adalah milik PT Freeport Indonesia (PTFI) dari fasilitas Precious Metal Refinery (PMR) di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Java Integrated Industrial and Ports Estate (JIIPE) Gresik, Jawa Timur.

    Presiden Direktur PTFI Tony Wenas menyebutkan, pihaknya menargetkan produksi emas dari fasilitas PMR mencapai 30 ton sampai akhir 2025.

    “Kira-kira sekitar 30 ton (hingga akhir 2025),” beber Tony kepada wartawan saat ditemui di Jakarta, dikutip Selasa (17/6/2025).

    Saat ini saja, lanjut Tony, pihaknya sudah memproduksi emas batangan hingga 10 ton sejak mulai beroperasi pada akhir 2024 lalu.

    “Produksi emas kira-kira sudah hampir 10 ton,” ujarnya.

    Perlu diketahui, fasilitas PMR ini mulai beroperasi dan memurnikan emas dan perak dari lumpur anoda sejak 30 Desember 2024.

    PMR PTFI ini menjadi salah satu produsen emas murni batangan terbesar di Indonesia yang didesain dengan kapasitas produksi sekitar 50 ton emas dan 200 ton perak per tahun, serta platinum group metals yaitu 30 kg platinum, 375 kg palladium per tahunnya.

    Pada 17 Maret 2025, fasilitas PMR milik PT Freeport Indonesia ini diresmikan langsung oleh Presiden Prabowo Subianto.

    Dalam sambutannya, Presiden Prabowo menyampaikan, dengan berdirinya industri ini, bahan baku yang mentah bisa berubah menjadi beberapa produk. Sehingga ini menjadi sesuai yang dikehendaki bagi negara dan bangsa.

    “Ini kita kehendaki bahwa bangsa kita tidak hanya akan menjual bahan baku, tapi kita ingin juga menjual barang-barang jadi. Barang-barang produk akhir yang punya nilai tambang yang sangat besar,” ungkap Prabowo dalam peresmian, Senin (17/3/2025).

    Presiden Prabowo menegaskan PMR milik Freeport ini merupakan pabrik emas terintegrasi dari hulu ke hilir.

    “Saya diberitahu industri ini instalasi pemurnian logam ini terutama emas adalah yang terbesar dari segi hulu – hilir di satu entitas, jadi ini saya kira perlu kita mensyukuri,” tandas Prabowo.

    Sementara itu, Menteri ESDM Bahlil Lahadalia juga mengatakan bahwa PMR ini merupakan pabrik emas terbesar di Indonesia. Khusus smelter emas ini, nilai investasinya diperkirakan mencapai US$ 630 juta atau setara Rp 10 triliun.

    “Dan kami laporkan bahwa produksi emas dari 3 juta konsentrat itu kurang lebih 50-60 ton emas. Dan ini untuk di Freeport di Gresik. Kalau Amman Mineral 900 lebih emasnya 18-20 ton emas, jadi over all 2 pabrik mencapai 60-70 ton emas per tahun,” terang Bahlil di acara yang sama.

    Pembeli Emas PTFI

    PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) menegaskan bahwa perusahaan siap menyerap hingga 30 ton produksi emas dari PT Freeport Indonesia (PTFI).

    Hal ini sudah ditandai dengan ditandatanganinya perjanjian jual beli emas batangan antara PT Freeport Indonesia dan PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) di Jakarta pada Kamis, 7 November 2024 lalu.

    Direktur Utama Antam pada saat itu yakni Nico Kanter mengatakan bahwa langkah Antam adalah wujud nyata dari program hilirisasi dan industrialisasi berbasis sumber daya alam. Pembelian emas dari dalam negeri juga menghemat ratusan triliun rupiah yang biasanya dihabiskan untuk mengimpor emas.

    “Ini menunjukkan sinergi dan kolaborasi antar anak perusahaan telah terjadi lebih baik,” kata Nico, Kamis (7/11/2024).

    Pada 12 Februari 2025 lalu, PTFI resmi melakukan pengiriman perdana emas batangan ke PT Aneka Tambang Tbk dari fasilitas PMR di Gresik, Jawa Timur ini.

    Pengiriman perdana ini mencakup 125 kilo gram (kg) emas batangan dengan kadar kemurnian 99,99%. Adapun, nilai keseluruhan emas yang dikirim mencapai Rp 207 miliar.

    (wia)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Freeport: Permintaan tembaga berpotensi naik seiring transisi energi

    Freeport: Permintaan tembaga berpotensi naik seiring transisi energi

    Permintaan tembaga meningkat karena dibutuhkan dalam transisi energi, salah satunya untuk elektrifikasi

    Jakarta (ANTARA) – Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan permintaan tembaga berpotensi untuk mengalami peningkatan seiring dengan tren transisi energi bersih dan hijau yang terjadi di berbagai negara.

    “Permintaan tembaga meningkat karena dibutuhkan dalam transisi energi, salah satunya untuk elektrifikasi,” kata Tony di sela-sela acara Indonesia Miner Conference & Exhibition 2025 Jakarta, Selasa.

    Ia menjelaskan, tembaga adalah bentuk logam yang sangat dibutuhkan untuk menunjang peralihan menuju energi bersih dan terbarukan, serta memegang peran kunci untuk target dekarbonisasi global.

    Tony mengatakan, 65 persen tembaga dunia digunakan dalam aplikasi konduktivitas listrik. Lalu, 1,5 ton/mw tembaga berperan dalam pembangkit listrik bertenaga angin dan 5,5 ton/mw tembaga dalam pembangkit listrik bertenaga surya.

    “Selain itu, kendaraan listrik (electric vehicle/EV) menggunakan tembaga lebih banyak daripada kendaraan konvensional,” ujar Tony.

    Ia mengatakan perusahaan berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi melalui produksi tembaga dan emas, yang masing-masing produksinya ditargetkan menyentuh angka 1,6 miliar pound dan 1,65 juta ounces tahun ini.

    Selain itu, ia pun menyebutkan perusahaan telah menyetorkan hingga Rp7,78 triliun dari keuntungan bersih tahun 2024 kepada pemerintah, yang terdiri dari Rp3,1 triliun untuk pemerintah pusat dan Rp4,63 triliun untuk pemerintah daerah.

    “Kira-kira mungkin hampir sama seperti itu (untuk target tahun ini),” ujar Tony menambahkan.

    Di sisi lain, Tony yang juga Wakil Ketua Bidang Hilirisasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyoroti bagaimana komoditas tambang lain seperti nikel juga memiliki potensi besar bagi Indonesia, baik untuk agenda transisi energi maupun pertumbuhan ekonomi.

    “Prospek, ya, pasti bagus dong, kita one of the largest exporter, kemudian nikel juga bagus, baik, sudah downstreaming, peningkatan nilai tambahnya besar sekali,” kata dia.

    Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • Freeport: Permintaan tembaga berpotensi naik seiring transisi energi

    Freeport: Permintaan tembaga berpotensi naik seiring transisi energi

    Permintaan tembaga meningkat karena dibutuhkan dalam transisi energi, salah satunya untuk elektrifikasi

    Jakarta (ANTARA) – Direktur Utama PT Freeport Indonesia Tony Wenas mengatakan permintaan tembaga berpotensi untuk mengalami peningkatan seiring dengan tren transisi energi bersih dan hijau yang terjadi di berbagai negara.

    “Permintaan tembaga meningkat karena dibutuhkan dalam transisi energi, salah satunya untuk elektrifikasi,” kata Tony di sela-sela acara Indonesia Miner Conference & Exhibition 2025 Jakarta, Selasa.

    Ia menjelaskan, tembaga adalah bentuk logam yang sangat dibutuhkan untuk menunjang peralihan menuju energi bersih dan terbarukan, serta memegang peran kunci untuk target dekarbonisasi global.

    Tony mengatakan, 65 persen tembaga dunia digunakan dalam aplikasi konduktivitas listrik. Lalu, 1,5 ton/mw tembaga berperan dalam pembangkit listrik bertenaga angin dan 5,5 ton/mw tembaga dalam pembangkit listrik bertenaga surya.

    “Selain itu, kendaraan listrik (electric vehicle/EV) menggunakan tembaga lebih banyak daripada kendaraan konvensional,” ujar Tony.

    Ia mengatakan perusahaan berkomitmen untuk mendukung pertumbuhan ekonomi melalui produksi tembaga dan emas, yang masing-masing produksinya ditargetkan menyentuh angka 1,6 miliar pound dan 1,65 juta ounces tahun ini.

    Selain itu, ia pun menyebutkan perusahaan telah menyetorkan hingga Rp7,78 triliun dari keuntungan bersih tahun 2024 kepada pemerintah, yang terdiri dari Rp3,1 triliun untuk pemerintah pusat dan Rp4,63 triliun untuk pemerintah daerah.

    “Kira-kira mungkin hampir sama seperti itu (untuk target tahun ini),” ujar Tony menambahkan.

    Di sisi lain, Tony yang juga Wakil Ketua Bidang Hilirisasi Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyoroti bagaimana komoditas tambang lain seperti nikel juga memiliki potensi besar bagi Indonesia, baik untuk agenda transisi energi maupun pertumbuhan ekonomi.

    “Prospek, ya, pasti bagus dong, kita one of the largest exporter, kemudian nikel juga bagus, baik, sudah downstreaming, peningkatan nilai tambahnya besar sekali,” kata dia.

    Pewarta: Arnidhya Nur Zhafira
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

  • BKPM perbanyak investasi produk lanjutan tembaga tinggi nilai tambah

    BKPM perbanyak investasi produk lanjutan tembaga tinggi nilai tambah

    Belum sampai turunan-turunan lain, copper foil, copper slab, dan lain-lain. Sampai produk yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari itu kan nilai tambahnya lebih tinggi lagi.

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menyatakan tengah mengupayakan untuk memperbanyak investasi hilirisasi di sektor tembaga yang menghasilkan produk lanjutan, karena memiliki nilai tambah yang tinggi.

    Direktur Hilirisasi Mineral dan Batu Bara (Minerba) BKPM Rizwan Aryadi Ramdhan ditemui usai acara Indonesia Miner 2025, di Jakarta, Selasa, menjelaskan saat ini pengembangan hilirisasi tembaga di tanah air masih sebatas tier satu, seperti halnya yang dilakukan oleh PT Freeport Indonesia yang baru sampai memproduksi katoda tembaga (copper cathode).

    “Belum sampai turunan-turunan lain, copper foil, copper slab, dan lain-lain. Sampai produk yang diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari itu kan nilai tambahnya lebih tinggi lagi,” kata dia pula.

    “Itu yang kita mau kejar, yang kayak di Freeport itu masih sebatas yang tier satu kita istilahkan. Jadi kita mau yang tier berikutnya turunannya yang memang masih belum banyak pelaku usahanya,” katanya lagi.

    Menurut dia, selama ini hasil hilirisasi tier satu biasanya diekspor, padahal produk tembaga yang dibuat bisa menghasilkan diverifikasi barang aplikatif yang memiliki nilai jual tinggi.

    Namun hingga saat ini produk tersebut banyak dimanfaatkan oleh negara lain yang pada akhirnya membuat Indonesia menjadi tujuan impor tier lanjutan produk tembaga.

    “Misalnya ke China atau mungkin negara lain untuk diproses nilai tambahnya di sana. Setelah sudah mau dipakai di industri hilir atau yang aplikatif produk, itu baru diimpor lagi ke Indonesia. itu kan nilai tambah yang besarnya di luar negeri. Kita jadi hanya pasar lagi,” kata dia.

    Dia menambahkan, untuk menarik minat investasi di tanah air, pihaknya sudah menyiapkan ragam program, seperti pembebasan pajak (tax holiday), keringanan pajak (tax allowance), serta aktif melakukan promosi di luar negeri.

    Pada kuartal I tahun 2025, BKPM mencatat realisasi investasi dalam periode itu mencapai Rp465,2 triliun atau 24,4 persen dari total investasi secara keseluruhan pada tahun ini.

    Angka tersebut meningkat 15,9 persen dari tahun lalu (year on year), serta naik 2,7 persen dari kuartal sebelumnya. Dari penanaman modal ini terbagi menjadi penanaman modal asing (PMA) sebesar 49,5 persen atau Rp230,4 triliun, dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) tercatat 49,3 persen atau Rp229,3 triliun.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Budisantoso Budiman
    Copyright © ANTARA 2025

  • Minta Masyarakat Bijak Sikapi Polemik Tambang, BPP Hipmi Ingatkan Framing Asing

    Minta Masyarakat Bijak Sikapi Polemik Tambang, BPP Hipmi Ingatkan Framing Asing

    JAKARTA – Polemik tambang di kawasan Raja Ampat kembali menjadi sorotan publik, memunculkan kekhawatiran soal dampak lingkungan. Namun, di balik gejolak ini, sejumlah tokoh industri menegaskan bahwa sektor tambang tetap menjadi salah satu fondasi penting perekonomian nasional dan transisi energi.

    Sekjen BPP HIPMI sekaligus Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi Mineral dan Batu bara (Aspebindo), Anggawira, mengatakan bahwa industri tambang tak bisa lagi dilihat sebagai aktivitas ekonomi konvensional. Menurutnya, tambang kini berperan strategis dalam rantai pasok global untuk teknologi masa depan

    “Kita tidak sedang membicarakan tambang dalam konteks lama. Ini tentang nikel dan tembaga sebagai kunci baterai, kendaraan listrik, energi bersih, dan digitalisasi global. Tanpa kontribusi Indonesia, dunia akan kesulitan,” ujar Anggawira dalam ketergannya, Senin, 9 Juni.

    Ia menambahkan, industri tambang disebut menyumbang 6 hinga 7 persen terhadap PDB nasional, menciptakan ratusan ribu lapangan kerja, dan menyumbang PNBP serta royalti yang terus naik. Sejak disahkannya UU Minerba No. 3 Tahun 2020, serta diterbitkannya PP No. 96 Tahun 2021, pemerintah berupaya memperkuat tata kelola, hilirisasi, dan pengawasan lingkungan.

    Namun menurut Anggawira, tantangan utama bukan pada regulasi, melainkan pada penegakan hukum, konsistensi, dan transparansi.

    “Kita butuh tambang yang legal, berkelanjutan, dan modern. Pemerintah harus tegas menindak pelanggaran, tapi juga melindungi dan memberi insentif bagi perusahaan patuh hukum,” tegasnya.

    Anggawira juga menyoroti sejumlah perusahaan tambang nasional yang dinilai berhasil menjalankan operasi berkelanjutan dan berwawasan lingkungan:

    PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melalui Kaltim Prima Coal dan Arutmin aktif reklamasi dan konservasi biodiversity. Raih PROPER Hijau.

    PT Merdeka Copper Gold Tbk kelola tambang emas dan tembaga berbasis pemberdayaan masyarakat dan transparansi.

    PT Vale Indonesia sukses revegetasi lahan pascatambang dan bangun smelter nikel.

    PT Freeport Indonesia pionir tambang bawah tanah dan smelter Gresik.

    PT Bukit Asam (PTBA) ubah bekas tambang jadi kawasan ekowisata dan pertanian produktif.

    Tahun 2023, lebih dari 30 perusahaan tambang mendapat penghargaan PROPER Hijau dan Emas dari Kementerian LHK.

    Anggawira juga memperingatkan bahwa isu lingkungan kadang dijadikan alat tekanan oleh aktor asing.

    “Framing negatif terhadap tambang nasional bisa menggerus citra investasi, daya saing, dan stabilitas kebijakan hilirisasi. Kita tidak boleh membiarkan narasi eksternal menggiring opini publik secara tidak berimbang,” ujarnya.

    Ia menegaskan bahwa Indonesia harus berdaulat atas narasi pengelolaan sumber daya alamnya.

    “Jangan sampai kita dikendalikan opini luar, sementara mereka di negaranya sendiri menjalankan praktik tambang yang jauh dari prinsip keberlanjutan,” pungkasnya.

  • Iduladha 2025, MIND ID Salurkan 743 Hewan Kurban ke Berbagai Wilayah Operasional – Page 3

    Iduladha 2025, MIND ID Salurkan 743 Hewan Kurban ke Berbagai Wilayah Operasional – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Holding BUMN Industri Pertambangan Indonesia, MIND ID menyalurkan 732 ekor hewan kurban di momen Iduladha. Hal tersebut menjadi simbol MIND ID peduli kepada masyarakat luas.

    Dari total 732 hewan kurban yang didistribusikan, kontribusi berasal dari MIND ID dan Anggota Grup, yaitu PT Aneka Tambang Tbk, PT Bukit Asam Tbk, PT Indonesia Asahan Aluminium, PT Timah Tbk, serta dua perusahaan afiliasi, PT Freeport Indonesia dan PT Vale Indonesia Tbk.

    Corporate Secretary MIND ID, Pria Utama mengungkapkan bahwa melalui pendistribusian daging kurban ke berbagai wilayah operasional, pihaknya berperan aktif dalam memperluas akses masyarakat terhadap asupan protein hewani, terutama di wilayah yang menghadapi tantangan pemenuhan gizi.

    “Momentum Iduladha kami maknai sebagai dorongan untuk memperkuat rasa empati dan solidaritas sosial,” ungkapnya.

    “Penyaluran hewan kurban ini merupakan wujud kontribusi nyata Grup MIND ID dalam mendukung perbaikan gizi masyarakat, sekaligus bagian dari komitmen jangka panjang kami dalam mewujudkan kesejahteraan sosial, khususnya di sekitar wilayah operasional,” jelas Pria.

    Sebagai informasi, penyaluran hewan kurban ini tidak sekadar menjadi simbol kepedulian musiman, melainkan merupakan bagian dari implementasi Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) MIND ID yang dijalankan secara konsisten dan berkelanjutan.

  • BPP Hipmi serukan sikap bijak hadapi polemik tambang

    BPP Hipmi serukan sikap bijak hadapi polemik tambang

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pengurus Pusat Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (BPP Hipmi) menyerukan sikap bijak dalam menyikapi polemik tambang agar tidak terpengaruh framing asing yang merugikan kepentingan nasional.

    Sekretaris Jenderal (Sekjen) BPP Hipmi Anggawira memperingatkan isu lingkungan dalam pertambangan terkadang dijadikan sebagai alat tekanan oleh aktor asing.

    “Framing negatif terhadap tambang nasional bisa menggerus citra investasi, daya saing, dan stabilitas kebijakan hilirisasi. Kita tidak boleh membiarkan narasi eksternal menggiring opini publik secara tidak berimbang,” kata Anggawira sebagaimana keterangan di Jakarta, Senin.

    Oleh karena itu, Anggawira yang juga merupakan Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi Mineral dan Batubara (Aspebindo) ini menegaskan Indonesia harus berdaulat atas narasi pengelolaan sumber daya alamnya.

    “Jangan sampai kita dikendalikan opini luar, sementara mereka di negaranya sendiri menjalankan praktik tambang yang jauh dari prinsip keberlanjutan,” ujar Anggawira.

    Diketahui, polemik tambang di kawasan Raja Ampat, Papua Barat Daya kembali menjadi sorotan publik, memunculkan kekhawatiran soal dampak lingkungan. Namun, di balik gejolak ini, sejumlah tokoh industri menegaskan sektor tambang tetap menjadi salah satu fondasi penting perekonomian nasional dan transisi energi.

    Menurutnya, industri tambang tak bisa lagi dilihat sebagai aktivitas ekonomi konvensional. Namun, berperan strategis dalam rantai pasok global untuk teknologi masa depan.

    “Kita tidak sedang membicarakan tambang dalam konteks lama. Ini tentang nikel dan tembaga sebagai kunci baterai, kendaraan listrik, energi bersih, dan digitalisasi global. Tanpa kontribusi Indonesia, dunia akan kesulitan,” ucap Anggawira

    Industri tambang, lanjut Anggawira disebut menyumbang 6–7 persen terhadap produk domestik bruto (PDB) nasional, menciptakan ratusan ribu lapangan kerja, dan menyumbang PNBP serta royalti yang terus naik.

    Sejak disahkannya UU Minerba Nomor 3 Tahun 2020, serta diterbitkannya PP Nomor 96 Tahun 2021, pemerintah berupaya memperkuat tata kelola, hilirisasi, dan pengawasan lingkungan.

    Namun menurutnya, tantangan utama bukan pada regulasi, melainkan pada penegakan hukum, konsistensi, dan transparansi.

    “Kita butuh tambang yang legal, berkelanjutan, dan modern. Pemerintah harus tegas menindak pelanggaran, tapi juga melindungi dan memberi insentif bagi perusahaan patuh hukum,” tegasnya.

    Anggawira juga menyoroti sejumlah perusahaan tambang nasional yang dinilai berhasil menjalankan operasi berkelanjutan dan berwawasan lingkungan di antaranya PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melalui Kaltim Prima Coal dan Arutmin aktif reklamasi dan konservasi biodiversity, meraih PROPER Hijau.

    Lalu, PT Merdeka Copper Gold Tbk kelola tambang emas dan tembaga berbasis pemberdayaan masyarakat dan transparansi; PT Vale Indonesia sukses revegetasi lahan pascatambang dan bangun smelter nikel.

    PT Freeport Indonesia pionir tambang bawah tanah dan smelter Gresik; PT Bukit Asam (PTBA) ubah bekas tambang jadi kawasan ekowisata dan pertanian produktif.

    “Tahun 2023, lebih dari 30 perusahaan tambang mendapat penghargaan PROPER Hijau dan Emas dari Kementerian LHK,” kata Anggawira.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Polemik tambang mencuat, sekjen BPP HIPMI: Jangan tergelincir framing asing

    Polemik tambang mencuat, sekjen BPP HIPMI: Jangan tergelincir framing asing

    Sumber foto: Radio Elshinta/ ADP

    Polemik tambang mencuat, sekjen BPP HIPMI: Jangan tergelincir framing asing
    Dalam Negeri   
    Editor: Valiant Izdiharudy Adas   
    Minggu, 08 Juni 2025 – 14:21 WIB

    Elshinta.com – Polemik tambang di kawasan Raja Ampat kembali menjadi sorotan publik, memunculkan kekhawatiran soal dampak lingkungan. Namun, di balik gejolak ini, sejumlah tokoh industri menegaskan bahwa sektor tambang tetap menjadi salah satu fondasi penting perekonomian nasional dan transisi energi.

     

    Sekjen BPP HIPMI sekaligus Ketua Umum Asosiasi Pemasok Energi Mineral dan Batubara (ASPEBINDO), Dr. Anggawira, mengatakan bahwa industri tambang tak bisa lagi dilihat sebagai aktivitas ekonomi konvensional. Menurutnya, tambang kini berperan strategis dalam rantai pasok global untuk teknologi masa depan.

     

     

    “Kita tidak sedang membicarakan tambang dalam konteks lama. Ini tentang nikel dan tembaga sebagai kunci baterai, kendaraan listrik, energi bersih, dan digitalisasi global. Tanpa kontribusi Indonesia, dunia akan kesulitan,” ujar Anggawira 

     

    Sektor Tambang: Pilar Ekonomi & Energi

     

    Industri tambang disebut menyumbang 6–7% terhadap PDB nasional, menciptakan ratusan ribu lapangan kerja, dan menyumbang PNBP serta royalti yang terus naik. Sejak disahkannya UU Minerba No. 3 Tahun 2020, serta diterbitkannya PP No. 96 Tahun 2021, pemerintah berupaya memperkuat tata kelola, hilirisasi, dan pengawasan lingkungan.

     

    Namun menurut Anggawira, tantangan utama bukan pada regulasi, melainkan pada penegakan hukum, konsistensi, dan transparansi.

     

    “Kita butuh tambang yang legal, berkelanjutan, dan modern. Pemerintah harus tegas menindak pelanggaran, tapi juga melindungi dan memberi insentif bagi perusahaan patuh hukum,” tegasnya.

     

    Praktik Tambang Ramah Lingkungan

     

    Anggawira juga menyoroti sejumlah perusahaan tambang nasional yang dinilai berhasil menjalankan operasi berkelanjutan dan berwawasan lingkungan:

     

    PT Bumi Resources Tbk (BUMI) melalui Kaltim Prima Coal dan Arutmin aktif reklamasi dan konservasi biodiversity. Raih PROPER Hijau.

     

    PT Merdeka Copper Gold Tbk kelola tambang emas dan tembaga berbasis pemberdayaan masyarakat dan transparansi.

     

    PT Vale Indonesia sukses revegetasi lahan pascatambang dan bangun smelter nikel.

     

    PT Freeport Indonesia pionir tambang bawah tanah dan smelter Gresik.

     

    PT Bukit Asam (PTBA) ubah bekas tambang jadi kawasan ekowisata dan pertanian produktif.

     

    Tahun 2023, lebih dari 30 perusahaan tambang mendapat penghargaan PROPER Hijau dan Emas dari Kementerian LHK.

     

    Waspadai Framing Asing

     

    Anggawira juga memperingatkan bahwa isu lingkungan kadang dijadikan alat tekanan oleh aktor asing.

     

    “Framing negatif terhadap tambang nasional bisa menggerus citra investasi, daya saing, dan stabilitas kebijakan hilirisasi. Kita tidak boleh membiarkan narasi eksternal menggiring opini publik secara tidak berimbang,” ujarnya.

     

    Ia menegaskan bahwa Indonesia harus berdaulat atas narasi pengelolaan sumber daya alamnya. “Jangan sampai kita dikendalikan opini luar, sementara mereka di negaranya sendiri menjalankan praktik tambang yang jauh dari prinsip keberlanjutan,” pungkasnya. (ADP)

    Sumber : Radio Elshinta