Perusahaan: Facebook

  • Trafik Data Meningkat 21 Persen saat Idulfitri, Indosat Hadirkan Koneksi Andal Tanpa Hambatan

    Trafik Data Meningkat 21 Persen saat Idulfitri, Indosat Hadirkan Koneksi Andal Tanpa Hambatan

    JABAR EKSPRES – Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) mencatatkan lonjakan trafik data nasional sebesar 21 persen sepanjang periode Idulfitri 1446 H dibandingkan hari biasa.

    Peningkatan ini dipicu oleh tingginya penggunaan aplikasi digital oleh pelanggan selama periode Ramadan dan Idulfitri.

    Indosat mencatat lima aplikasi yang mengalami lonjakan aktivitas digital tertinggi berturut-turut adalah WhatsApp, Tiktok, Facebook, Youtube, dan Instagram.

    Tingginya kebutuhan digital pelanggan dapat diantisipasi dengan baik melalui kesiapan jaringan yang andal dan merata.

    Puncak kenaikan lalu lintas data selama periode Idulfitri terjadi saat arus balik tanggal 4 April 2025.

    Khusus di wilayah regional Jawa Barat, Indosat mencatat peningkatan trafik data tertinggi di area Kuningan, yakni naik sebesar 75,3 persen sepanjang periode lebaran.

    Menyusul Garut dan Tasikmalaya menjadi area kedua dan ketiga dengan pertumbuhan trafik data tertinggi di Jawa Barat, dengan kenaikan masing-masing sebesar 115 persen dan 51,2 persen di sepanjang periode yang sama.

    Indosat memastikan kualitas jaringannya tetap optimal di tengah meningkatnya kebutuhan komunikasi digital pelanggan di seluruh Indonesia, baik di kota besar maupun daerah tujuan mudik.

    Tak hanya itu, Indosat juga melakukan optimasi khusus di area dengan potensi kepadatan tinggi seperti stasiun, terminal, rest area, hingga destinasi wisata populer, guna memastikan konektivitas tetap stabil tanpa gangguan.

    Director and Chief Technology Officer Indosat Ooredoo Hutchison, Desmond Cheung mengatakan bahwa pihaknya percaya bahwa teknologi yang mutakhir harus diiringi oleh sentuhan tangan manusia.

    “Layanan yang kami hadirkan selama periode Hari Raya Idulfitri ini merupakan bukti nyata dari komitmen kami terhadap Unparalleled Network Services Guaranteed, juga dedikasi para engineer di lapangan agar pelanggan dapat menikmati pengalaman digital yang lancar,” ujar Desmond, Kamis (17/4/2025).

    Jaringan Tetap Andal Berkat Hati dan Tenaga yang Selalu Siaga

    Komitmen Indosat untuk menghubungkan dan memberdayakan masyarakat Indonesia diwujudkan melalui dedikasi ribuan petugas teknis di balik layar.

    Lebih dari 3.000 engineer dan petugas teknis di seluruh Indonesia telah bersiaga untuk memastikan layanan lancar tanpa gangguan, bahkan di puncak trafik sekalipun.

    Mereka bersiaga di lapangan termasuk di DIOC (Digital Intelligence Operations Center), demi memastikan pelanggan tetap terhubung dengan keluarga dan kerabat tercinta.

  • Jangan Tertipu! Ini Modus Baru Penipuan Online Mengatasnamakan Bea Cukai

    Jangan Tertipu! Ini Modus Baru Penipuan Online Mengatasnamakan Bea Cukai

    Jakarta: Belanja online makin praktis, tapi kamu juga harus makin waspada. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) baru-baru ini mengungkap maraknya penipuan bermodus toko online fiktif yang melibatkan oknum yang mengaku sebagai petugas Bea Cukai.
     
    Menurut Kepala Subdirektorat Humas dan Penyuluhan Bea Cukai, Budi Prasetiyo, pelaku biasanya menawarkan barang dengan harga sangat miring di media sosial seperti Facebook dan Instagram. 
     
    Setelah pembeli tertarik dan melakukan transaksi, pelaku lainnya menghubungi korban, mengaku sebagai petugas Bea Cukai, dan mengatakan bahwa barang tersebut ilegal.

    “Kami pastikan bahwa petugas Bea Cukai tidak menghubungi pengguna jasa secara langsung, dan seluruh pembayaran resmi terkait kepabeanan menggunakan kode billing yang langsung masuk ke kas negara, tidak pernah melalui rekening pribadi,” tegas Budi dilansir Antara, Kamis, 17 April 2025.
     

    Kronologi penipuan yang dialami korban
    Salah satu korban adalah pengguna X bernama el leyas, yang tertipu setelah membeli gamis dari akun Instagram @myeshafashion_. 
     
    Korban diminta mentransfer Rp275.000 ke rekening pribadi oleh seseorang yang mengaku sebagai petugas Bea Cukai bernama “Anita Iskandar”. 
     
    Dalihnya, paket tertahan karena pengiriman tidak resmi dan perlu dicek kuitansinya. Setelah uang ditransfer, pelaku menghilang dan menghapus semua jejak digitalnya.
    Ancaman dan tekanan jadi jurus pelaku
    Menurut Budi, pelaku sering menakut-nakuti korban dengan ancaman akan dipenjara atau dikenakan denda besar jika tidak segera membayar. Tekanan psikologis ini sering membuat korban panik dan langsung mentransfer uang.
     
    “Pola ini memperbesar risiko penipuan karena transaksi dilakukan di luar platform yang memiliki sistem perlindungan konsumen, sehingga menyulitkan pelacakan dan pengembalian dana jika terjadi kerugian atau penipuan,” ujar Budi.
     
    Bea Cukai mencatat, jumlah pengaduan kasus penipuan terus meningkat. Hingga Februari 2025, sudah ada 654 pengaduan, naik 9 persen dibanding Januari yang sebanyak 598 kasus. Dari jumlah itu, modus online shop fiktif menjadi yang paling dominan, mencapai 342 laporan.
    Tips agar tidak jadi korban
    Untuk mencegah penipuan, Budi menyarankan masyarakat untuk:
     
    – Tidak panik jika dihubungi seseorang yang mengaku dari Bea Cukai.
    – Tidak langsung mengirim uang ke rekening pribadi.
    – Selalu verifikasi informasi ke kanal resmi Bea Cukai, seperti Contact Center Bravo Bea Cukai: 1500225, media sosial resmi: @beacukaiRI, 
     
    “Kami berharap, dengan semakin meningkatnya kewaspadaan masyarakat akan modus dan ciri-ciri penipuan mengatasnamakan Bea Cukai, jumlah korban dan kerugian dapat diminimalisasi. Tetap waspada, verifikasi setiap informasi, dan jangan ragu untuk melaporkan indikasi penipuan,” ucap Budi.
     
    Jangan biarkan uangmu melayang cuma karena tergiur diskon di toko online fiktif. Tetap hati-hati ya!
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Top 3 Tekno: Meta AI di Facebook, Instagram dan WhatsApp Tak Bisa Dinonaktifkan Jadi Sorotan – Page 3

    Top 3 Tekno: Meta AI di Facebook, Instagram dan WhatsApp Tak Bisa Dinonaktifkan Jadi Sorotan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Meta AI di Facebook, Instagram, dan WhatsApp yang tak bisa dinonaktifkan menjadi sorotan para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Rabu (16/4/2025) kemarin.

    Berita lain yang juga populer datang dari Indosat yang menerapkan verifikasi biometrik untuk lapisan keamanan migrasi SIM fisik ke eSIM.

    Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.

    1. Meta AI di Facebook, Instagram dan WhatsApp Tak Bisa Dinonaktifkan, Tapi Kamu Bisa Lakukan Cara Ini

    Meta makin gencar untuk menyematkan AI di aplikasi-aplikasi buatan miliknya seperti Facebook, Instagram, dan WhatsApp.Bisa dibilang, fitur ini bisa bantu pengguna untuk mencari informasi, bikin gambar AI, bahkan sampai merangkum pesan.

    Tapi, tidak semua pengguna nyaman dan malah merasa terganggu karena khawatir soal privasi data.

    Sebagai informasi, mengutip Metricool, Rabu (16/4/2025), Meta AI menjadikan postingan, komentar, foto yang diupload, bahkan sampai interaksi sehari-hari pengguna menjadi bahan pelatihan untuk AI milik meta.

    Walaupun Meta mengatakan tidak menjual data, namun mereka tetap menggunakannya untuk mengembangkan algoritma, memberikan insight ke pihak ketiga, hingga bikin konten AI berdasarkan aktivitas yang kamu lakukan.

    Sayangnya, sampai sekarang kamu belum bisa benar-benar mematikan atau menghapus Meta AI dari Facebook, Instagram, maupun WhatsApp. Tapi, ada beberapa cara untuk minimalkan gangguannya dan batasi akses data yang digunakan buat pelatihan AI Meta.

    Baca selengkapnya di sini 

     

  • Temu dan Shein Pangkas Iklan Digital ke AS, Bisnis OTT Meta

    Temu dan Shein Pangkas Iklan Digital ke AS, Bisnis OTT Meta

    Bisnis.com, JAKARTA — Dua raksasa e-commerce asal China, Temu dan Shein, dilaporkan memangkas tajam belanja iklan digital mereka di Amerika Serikat.

    Melansir dari Reuters, Kamis (17/4/2025) pemangkasan ini menyusul kebijakan tarif baru dari pemerintah AS yang mengancam model bisnis pengiriman barang murah langsung dari China ke konsumen Amerika.

    Langkah kedua perusahaan ini menandai pukulan tersendiri bagi platform teknologi besar seperti Facebook milik Meta, YouTube milik Google, serta aplikasi lain seperti TikTok, Snapchat, dan X (dulu Twitter), yang sebelumnya mendapat manfaat besar dari gencarnya iklan Temu dan Shein.

    Perubahan mendadak ini dipicu oleh perintah eksekutif dari Presiden Donald Trump yang menghapus pengecualian tarif untuk barang impor bernilai di bawah US$800 dari China dan Hong Kong, berlaku mulai 2 Mei 2025. 

    Aturan ini mengakhiri situasi yang selama ini menjadi celah hukum yang memungkinkan Temu dan Shein mengirimkan produk murah tanpa beban tarif.

    Dampaknya, kedua perusahaan dikabarkan akan menaikkan harga produk mulai pekan depan untuk menyesuaikan dengan meningkatnya biaya impor. 

    Di sisi lain, mereka juga memangkas pengeluaran iklan sebagai respons terhadap potensi penurunan permintaan.

    Data dari Sensor Tower menunjukkan bahwa rata-rata belanja iklan harian Temu di AS turun sebesar 31% dalam dua minggu terakhir atau pada periode 31 Maret–13 April, dibandingkan dengan 30 hari sebelumnya. 

    Shein juga menunjukkan hal yang sama yaitu penurunan sebesar 19% pada periode yang sama di platform serupa, termasuk Pinterest.

    Mark Ballard, Direktur Riset Pemasaran Digital di Tinuiti, menambahkan bahwa Temu telah secara signifikan memangkas iklan di Google Shopping sejak 12 April, padahal sebelumnya mengalami lonjakan selama kuartal pertama tahun ini.

    Sementara itu, pihak Meta menolak berkomentar, dan perwakilan Google, Shein, serta Temu belum memberikan tanggapan resmi.

  • Jual Ginjal, Mengungkap Jaringan Perdagangan Organ Global – Halaman all

    Jual Ginjal, Mengungkap Jaringan Perdagangan Organ Global – Halaman all

    Amon Kipruto Mely, 20, berpikir bahwa dengan menjual ginjalnya, ia akan memulai hidup baru yang lebih baik. Kehidupannya di sebuah desa di Kenya bagian barat sangat sulit, apalagi setelah pandemi COVID. Ia kesulitan mendapatkan penghasilan tetap, bergonta-ganti pekerjaan, dari dealer mobil, lokasi konstruksi, dan tempat lainnya.

    Lalu suatu hari, seorang teman memberi tahu tentang cara cepat dan mudah untuk mendapatkan 6.000 dolar Amerika Serikat atau setara sekitar Rp100 juta.

    “Katanya, kalau jual ginjal, saya akan untung,” ujar Amon. Kedengarannya menggiurkan, tetapi semua itu berujung eksploitasi, keputusasaan, dan penyesalan.

    Laporan ini adalah hasil investigasi kolaboratif selama berbulan-bulan oleh media Jerman Der Spiegel, ZDF, dan DW, yang menelusuri jejak penjual dan pembeli organ.

    Media tersebut menganalisis sejumlah dokumen, berbicara dengan para whistleblower dari dunia medis, dan mengungkap bagaimana jaringan internasional, mulai dari rumah sakit di Kenya hingga lembaga bayangan, mencari calon penerima organ dari Jerman.

    Jaringan ini diduga mengeksploitasi orang-orang yang rentan: Yang muda, sangat membutuhkan uang, dan yang tua, sangat membutuhkan organ untuk tetap hidup.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Setelah percakapan tersebut, Amon Kipruto Mely diperkenalkan kepada seorang perantara yang mengatur transportasi ke Rumah Sakit Mediheal di Kota Eldoret, Kenya bagian barat. Di sana, ia mengatakan, diterima oleh dokter yang kemudian menyerahkan dokumen dalam bahasa Inggris, bahasa yang tidak ia pahami.

    Sindikat penjual ginjal incar kaum muda miskin

    Amon mengaku tidak diberi tahu tentang risiko kesehatan apa pun dari tindakan itu. “Mereka tidak menjelaskan apa pun kepada saya. Orang yang membawa saya menunjuk orang-orang di sekitar kami dan berkata: Lihat, mereka semua pendonor, dan mereka bahkan langsung kembali bekerja.”

    Setelah operasi, dia hanya diberi uang $4.000, bukannya $6.000 seperti yang dijanjikan. Dari uang itu, dia membeli telepon seluler dan sebuah mobil yang dengan cepat rusak. Tak lama kemudian, kesehatannya memburuk. Dia menjadi sering pusing dan lemah, lalu pingsan.

    Ketika dibawa ke rumah sakit, ibunya, Leah Metto, terkejut dan baru mengetahui putranya telah menjual ginjal. “Mereka mengambil keuntungan lewat anak-anak muda seperti Amon,” katanya.

    Amon ternyata bukan korban satu-satunya. Willis Okumu, peneliti kejahatan terorganisasi yang berbasis di Nairobi di Institute of Security Studies in Africa, berbicara dengan beberapa pemuda yang juga mengatakan telah menjual ginjal mereka di Kota Oyugis, 180 kilometer di barat daya Eldoret. “Faktanya, ini adalah kejahatan terorganisasi,” ujar Willis Okumu.

    Ia memperkirakan di Oyugis saja sekitar 100 orang pemuda telah menjual ginjal mereka. Banyak di antaranya kemudian menderita masalah kesehatan, serta depresi dan trauma psikologis.

    Rantai eksploitasi: donor ginjal jadi perekrut

    DW berbicara kepada empat pemuda di Oyugis yang mengatakan telah menjual ginjal dengan harga hanya $2.000 atau sekitar Rp33,6 juta. Mereka menceritakan bahwa, setelah operasi di Rumah Sakit Mediheal di Eldoret, mereka diminta merekrut donor baru dengan komisi masing-masing sebesar $400 (Rp6,7 juta).

    “Ada area abu-abu dalam hukum yang dieksploitasi oleh sindikat ini,” jelas Okumu. “Tidak ada hukum yang melarang Anda untuk menyumbangkan ginjal demi uang dan Anda tidak dapat dituntut atas hal itu,” katanya, mengacu pada informasi yang ia terima dari unit kejahatan terorganisasi transnasional di kepolisian Kenya.

    Namun yang diizinkan menurut hukum Kenya adalah donasi organ kepada kerabat atau untuk alasan altruistik.

    Berbicara kepada DW secara anonim, mantan karyawan Rumah Sakit Mediheal mengungkapkan, jual beli organ transplantasi sudah berlangsung selama bertahun-tahun.

    Awalnya, penerima berasal dari Somalia dan donor dari Kenya. Namun kemudian, pada tahun 2022, penerima mulai datang dari Israel dan, sejak tahun 2024, dari Jerman. Untuk mereka, para donor pun diterbangkan dari negara-negara seperti Azerbaijan, Kazakhstan, atau Pakistan.

    Sumber tersebut lebih lanjut mengatakan, para donor diminta menandatangani dokumen yang menyatakan bahwa mereka adalah kerabat dari penerima yang tidak pernah mereka temui, dan menyetujui pengangkatan ginjal tanpa diberi tahu tentang potensi risiko kesehatan, sementara beberapa dari mereka bahkan belum cukup umur. “Karena kendala bahasa, mereka hanya menandatangani,” kata mantan karyawan tersebut.

    Sindikat mencari pasien dari Jerman, Israel

    Sejak meningkatnya jumlah penerima organ dari Jerman dan Israel, bisnis pun berkembang pesat. Setiap penerima organ diberitakan berani membayar hingga $200.000 untuk sebuah ginjal.

    Mantan karyawan rumah sakit tersebut mengatakan kepada DW, sebuah badan bernama MedLead bertugas untuk mendapatkan donor dan penerima dari berbagai negara.

    Di situs webnya, MedLead mengklaim menyediakan donasi ginjal dalam waktu 30 hari yang “sesuai dengan undang-undang donasi organ” dan bahwa para donor dijanjikan akan “100% altruistik.”

    Di laman Facebook-nya, terdapat video testimoni orang-orang yang berterima kasih kepada MedLead atas bantuannya dalam mendapatkan ginjal baru di Eldoret, Kenya.

    Video terbaru di situs tersebut memperlihatkan Sabine Fischer-Kugler, perempuan berusia 57 tahun dari Gunzenhausen, Jerman, yang telah menderita penyakit ginjal selama 40 tahun.

    Setelah ginjal pengganti pertama berhenti berfungsi, ia sangat ingin mencari ginjal kedua. Namun, daftar tunggu untuk mendapatkan ginjal baru di Jerman panjang; bisa memakan waktu delapan hingga sepuluh tahun.

    Sabine Fischer-Kugler mengatakan hanya bertemu sebentar dengan pendonornya, seorang pria berusia 24 tahun dari Azerbaijan. Kontraknya menyatakan bahwa pendonor tersebut tidak dibayar, meskipun Fischer-Kugler mengatakan bahwa dia membayar antara $100.000 dan $200.000 kepada MedLead.

    “Mungkin saya agak egois karena saya menginginkan ginjal ini, dan yang terpenting, kontraknya tampak baik-baik saja. Namun, jelas. Operasinya tidak sebersih yang terlihat.”

    Berdasarkan hukum Jerman, membayar untuk memperoleh organ adalah ilegal, dan pelanggarnya dapat menghadapi hukuman penjara hingga lima tahun.

    Pria di balik MedLead adalah warga negara Israel bernama Robert Shpolanski. Menurut dakwaan tahun 2016 oleh Pengadilan Magistrat Tel Aviv, ia dituduh melakukan “sejumlah besar transplantasi ginjal ilegal” di Sri Lanka, Turki, Filipina, dan Thailand, bersama seorang pria bernama Boris Wolfman yang diduga memimpin jaringan kriminal. Wolfman juga dituduh terlibat dalam kegiatan transplantasi ilegal di tempat lain.

    “Agak mencurigakan, seharusnya tidak bayar”

    Shpolanski membantah adanya hubungan dengan Wolfman. Dalam email kepada Der Spiegel, ZDF, dan DW, MedLead menyatakan tidak terlibat dalam mencari donor, bahwa semua donor bersifat 100% altruistik, dan bahwa MedLead beroperasi secara transparan dan sepenuhnya mematuhi hukum sejak didirikan.

    Tim investigasi menyamar di Eka Hotel di Eldoret, hanya satu kilometer dari Rumah Sakit Mediheal, untuk berbicara dengan pasien asing yang tengah menunggu transplantasi. Beberapa tampak lemah, dan ditemani anggota keluarga mereka.

    Seorang perempuan dari Rusia, yang sedang menunggu operasi ginjal untuk suaminya, berkata, “Tidak ada yang mau memberikan ginjal secara cuma-cuma.”

    Sementara seorang pria dari Israel berusia 72 tahun yang menjalani dialisis di rumah sakit Mediheal mengatakan: “Ini agak mencurigakan. Anda tidak seharusnya membayar tetapi harus membayar,” katanya.

    Kembali di Nairobi, Dr. Jonathan Wala, kepala Asosiasi Ginjal Kenya, telah merawat beberapa pasien yang kembali dengan komplikasi pascaoperasi. “Kami mendapat laporan dari pasien Israel yang kembali dengan infeksi parah, beberapa dengan ginjal yang pada dasarnya sudah mati.”

    Sementara itu, Amon dan para pendonor lainnya masih terus bertahan hidup hanya dengan satu ginjal. Kesehatan mereka terganggu dan harapan mereka hancur. “Jika saya bisa kembali ke masa lalu, saya tidak akan mau ginjal saya diangkat. Saya membenci diri saya sendiri karenanya.”

  • Game Online Mobile Legend Jadi Celah Perbuatan Asusila Seorang Pria di Banjarmasin

    Game Online Mobile Legend Jadi Celah Perbuatan Asusila Seorang Pria di Banjarmasin

    Liputan6.com, Banjarmasin Wakil Direktur Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Kalimantan Selatan (Wadireskrimsus Polda Kalsel), AKBP Riza Muttaqin mengungkap sosok pemain game online Mobile Legend, Gilang Cahya Budjana warga Jakarta Barat. Ia tertunduk, dan sesekali pandangannya liar saat konferensi pers di kantor Ditreskrimsus Polda Kalsel di Banjarmasin.

    “Pemuda 21 tahun ini diamankan penyidik Subdit V Siber Ditreskrimsus, pada Senin, 14 April 2025 di Polsek Citeureup Provinsi Jawa Barat, karena kasus transaksi elektronik bermuatan asusila, yang mana korbannya adalah seorang perempuan berusia 15 tahun asal Banjarmasin,” terang AKBP Riza Muttaqin kepada wartawan, Selasa (15/4/2025).

    Kronologi Kejadian

    Ia menjelaskan, kejadian berawal dari pertemanan game Mobile Legend antara tersangka dan korban. Percakapan intens pun terhubung antara keduanya sejak November 2024 lalu melalui WhatsApp dan game online.

    Tersangka yang terbilang mahir bermain game tersebut menawarkan kepada korban untuk menaikkan level atau rank up akun miliknya. Tanpa menaruh rasa curiga, korban memberitahukan password akun game, yang mana juga terhubung pada akun google smart phone.

    Pemuda itu kemudian mengakses perangkat smart phone milik korban, lalu mengancam meminta dikirim foto yang memperlihatkan bagian dada. Apabila permintaannya ditolak maka pelaku akan mereset smart phone milik korban. Akibat ancaman itu, korban memenuhi permintaan pelaku. Ternyata tidak hanya sampai di situ, tersangka kemudian mengajak korban untuk melakukan Video Call Sex, tetapi korban menolak. Akhirnya, pada 2 Januari 2025, tersangka menyebarkan dengan motif menjual akun mobile legend dengan bonus foto korban yang memperlihatkan bagian dada di media sosial Facebook “Marvel Budjana Mlbb” milik tersangka.

    Direktur Ditreskrimsus Polda Kalsel Kombes Pol Kombes Pol Aditya Gofur Siregar melalui Wakil Direktur AKBP Riza Muttaqin menyampaikan, atas perbuatan pelaku, akhirnya korban mengalami ketakutan karena mendapat ancaman penyebaran foto. “Berdasarkan hasil pemeriksaan psikologi, korban sempat mengalami trauma dan stress pasca mengetahui bahwa foto korban diperjualbelikan oleh pelaku di media sosial facebook,” katanya kepada wartawan.

    Korban akhirnya melaporkan peristiwa tersebut ke Ditreskrimsus Polda Kalsel pada 8 April 2025. Akibat perbuatannya Gilang Cahya Budjana harus berhadapan dengan Pasal 45 ayat (1) jo Pasal 27 ayat (1) dan Pasal 45 B jo Pasal 29 Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 2024 tentang perubahan kedua atas UU RI Nomor 11 tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.

    Tindak Pidana kesusilaan dengan ancaman pidana penjara paling lama 6 tahun dan/atau denda paling banyak Rp 1 miliar, dan/atau tindak pidana pengancaman dengan ancaman pidana penjara paling lama 4 tahun dan/atau denda paling banyak Rp750 juta.

  • Melawat ke Malaysia, Xi Jinping Bahas Kerja Sama di Bidang Kereta Api hingga AI

    Melawat ke Malaysia, Xi Jinping Bahas Kerja Sama di Bidang Kereta Api hingga AI

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Xi Jinping mendorong perusahaan-perusahaan China untuk berinvestasi dan memulai bisnis di Malaysia. Hal tersebut merupakan upayanya untuk mempererat hubungan di Asia Tenggara di tengah tekanan perang dagang dari AS. 

    Melansir Kantor Berita Xinhua pada Rabu (16/4/2025), Xi Jinping bertemu dengan Raja Malaysia, Sultan Ibrahim Iskandar dan mengatakan Beijing menyambut lebih banyak produk pertanian Malaysia.

    Xi juga meminta kedua negara untuk memajukan proyek-proyek besar seperti East Coast Rail Link pada sektor perkeretaapian dan program Two Countries, Twin Parks. Selain itu, Xi juga menyoroti pentingnya memperkuat kerja sama di bidang-bidang seperti kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), ekonomi digital, dan pembangunan hijau.

    “China dan Malaysia harus memperdalam sinergi strategi pembangunan, memanfaatkan kekuatan masing-masing untuk saling menguntungkan dan mencapai hasil yang saling menguntungkan, serta bersama-sama mengejar modernisasi,” jelas Xi.

    Dia melanjutkan, China juga mendukung Malaysia dalam perannya sebagai ketua Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau Asean.

    Xi menuturkan, China siap bekerja sama dengan Malaysia untuk melaksanakan Prakarsa Pembangunan Global (Global Development Initiative), Prakarsa Keamanan Global (Global Security Initiative), dan Prakarsa Peradaban Global (Global Civilization Initiative).

    China juga siap mendorong upaya negara-negara Selatan untuk mencapai kemajuan kolektif yang didorong oleh solidaritas dan pembangunan bersama.

    Sementara itu, melansir Bloomberg, Kunjungan Xi ke Malaysia menandai persinggahan keduanya di kawasan tersebut saat Beijing berupaya memperkuat hubungan dengan negara-negara Asia Tenggara yang bergantung pada ekspor yang terguncang oleh perang dagang Presiden Donald Trump yang semakin memanas. 

    Perjalanan tersebut dilakukan saat negara-negara berupaya mencapai kesepakatan mereka sendiri dengan Washington setelah Trump memukul mitra dagang dengan tarif timbal balik. Trump kemudian mengumumkan jeda selama 90 hari. Malaysia, khususnya, berupaya menurunkan tarif 24% dan mengamankan beberapa pengecualian ekspor.

    Dalam unggahan di laman Facebook resminya, Sultan Ibrahim mengatakan dia yakin Malaysia dan China akan terus memperkuat kerja sama meskipun terdapat berbagai kesenjangan geopolitik di seluruh dunia.

    “Ada potensi besar bagi perusahaan dan investor China untuk mengeksplorasi peluang di Malaysia karena sejalan dengan pentingnya konektivitas regional dan pembangunan berkualitas tinggi di bawah program Belt and Road China,” katanya.

    Adapun, Xi mendarat di Malaysia pada Selasa (15/4/2025) malam setelah mengakhiri kunjungan dua hari ke Vietnam dan disambut oleh Perdana Menteri Anwar Ibrahim. Menjelang kedatangannya, pemimpin China tersebut mengatakan dirinya melihat perjalanannya sebagai kesempatan untuk lebih mempererat hubungan bilateral dan memperkuat rasa saling percaya politik. 

    Setelah dari Malaysia, Xi akan singgah ke Kamboja yang menjadi tujuan terakhirnya dalam kunjungan kali ini mulai Kamis (17/6/2025) besok.

    Tur regionalnya menggarisbawahi posisi sulit yang dialami negara-negara Asia Tenggara. Sejak Trump mengenakan tarif tinggi pada China selama masa jabatan pertamanya, banyak dari negara-negara ini telah menjadi rute utama bagi ekspor China untuk mencapai AS. 

    Kini, AS menekan mereka untuk memutus jalur bisnis yang menguntungkan itu dengan mitra dagang terbesar mereka atau menghadapi tarif AS yang melumpuhkan.

    Malaysia menganggap China dan AS sebagai salah satu mitra dagang terbesarnya, dan telah mempertahankan hubungan terbuka dengan kedua negara tersebut. 

    Namun, sebagai negara yang bergantung pada perdagangan, negara ini merasakan tekanan. Pemerintah sedang meninjau perkiraan pertumbuhannya untuk tahun ini karena perang dagang yang meningkat.

    Kunjungan kenegaraan terakhir Xi ke Malaysia adalah pada 2013, ketika kedua negara meningkatkan hubungan mereka menjadi Kemitraan Strategis Komprehensif. Tahun lalu, mereka merayakan ulang tahun ke-50 pembentukan hubungan diplomatik, yang menyoroti kerja sama yang berkembang selama beberapa dekade.

  • Dokter Suriah di Jerman Mudik Berjemaah, Bangun Sistem Kesehatan yang Hancur

    Dokter Suriah di Jerman Mudik Berjemaah, Bangun Sistem Kesehatan yang Hancur

    Jakarta

    Sebuah misi medis dari Jerman baru-baru ini diyakini telah menyelamatkan nyawa Mohammed Qanbat.

    Mohammed Qanbat, pria berusia 55 tahun asal Kota Hama, Suriah, menjalani operasi jantung terbuka pada bulan April, sebuah prosedur yang sangat jarang dilakukan di Suriah saat ini. Hal ini disebabkan oleh kehancuran sistem kesehatan yang sangat parah selama perang saudara yang berlangsung selama 14 tahun, serta biayanya yang sangat tinggi.

    Namun, baru-baru ini, dokter-dokter Suriah yang datang dari Jerman memasukkan Qanbat dalam daftar pasien yang paling membutuhkan pertolongan.

    “Saya tidak bisa mengungkapkan betapa bahagia dan berterima kasihnya saya,” tutur Qanbat kepada DW.

    “Rasanya tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Kami sudah lama menunggu anak-anak kami datang untuk membantu kami,” lanjutnya, merujuk pada kenyataan bahwa banyak warga Suriah yang melarikan diri selama perang. “Namun mereka tidak melupakan kami. Mereka kembali untuk membantu kami.”

    Masih belum jelas berapa banyak dokter Suriah yang hengkang dari negara tersebut selama perang. Menurut Bank Dunia, sekitar 30.000 dokter melayani populasi Suriah pada tahun 2010, setahun sebelum pemberontakan 2011 yang memicu perang.

    Pada tahun 2020, hanya kurang dari 16.000 yang tersisa, demikian berdasarkan data yang dikumpulkan oleh PBB.

    Statistik menunjukkan lebih dari 6.000 dokter Suriah bekerja di Jerman, sebagian besar di rumah sakit, tetapi itu hanya mencakup dokter yang memegang paspor Suriah.

    Faktanya, bisa jadi ada lebih dari 10.000 dokter Suriah di Jerman, karena banyak dari mereka kini memegang paspor Jerman, sehingga tidak lagi dihitung sebagai staf asing.

    Misi pertama di Suriah

    Setelah tergulingnya diktator Suriah, Bashar Assad, pada awal Desember tahun lalu, sejumlah dokter Suriah berkumpul untuk mendirikan Asosiasi Medis Suriah-Jerman (SGMA).

    “Semua itu dimulai dengan sebuah grup WhatsApp kecil yang berisi para dokter yang mencari cara untuk membantu,” jelas Nour Hazzouri, seorang dokter senior yang ahli gastroenterologi dan bekerja di Rumah Sakit Helios di kota Krefeld, Jerman .

    Hazzouri mengatakan kepada DW, grup WhatsApp itu berkembang menjadi sebuah halaman Facebook, dan kemudian pada pertengahan Januari, SGMA resmi didirikan. Saat ini, asosiasi tersebut memiliki sekitar 500 anggota. “Kami pun terkejut betapa cepatnya grup itu berkembang,” ujar Hazzouri.

    Bulan ini, anggota SGMA menjalankan misi pertama mereka ke negara kelahirn mereka. Sejak awal April, sekitar 85 dokter Suriah dari SGMA telah berada di Suriah untuk memberikan kuliah di sektor pendidikan, menilai kondisi sistem kesehatan Suriah, dan melakukan operasi di seluruh penjuru negara.

    “Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi adalah peralatan medis yang sudah usang di rumah sakit-rumah sakit Suriah,” papar Ayman Sodah, seorang dokter senior dan ahli jantung di Rhön Klinikum di Bad Neustadt, Bayern kepada Al Jazeera setelah keluar dari ruang operasi di Hama.”Jelas bahwa dalam 15 tahun terakhir, tidak ada (peralatan) yang diperbarui,” ujarnya.

    “Sebelum perang, Suriah adalah negara berpendapatan menengah dengan indikator kesehatan yang relatif baik,” lapor Brookings Institution, lembaga pemikir yang bermarkas di Washington.

    Namun, selama perang, rezim Bashar al Assad dan sekutunya, Rusia, secara rutin menargetkan fasilitas kesehatan. Sistem kesehatan semakin memburuk akibat sanksi dan ekonomi yang terpuruk.

    Tidak ada yang mengeluhkan hal itu pada pekan lalu di sebuah aula di ibu kota Suriah, Damaskus, di mana sekitar 300 orang, termasuk mahasiswa kedokteran yang penasaran, otoritas lokal, dan organisasi masyarakat sipil, berkumpul untuk mendengarkan delegasi SGMA berbicara, dengan suasana yang penuh harapan dan optimisme.

    “Saya merasa sangat bersemangat,” ujar Mustafa Fahham, seorang dokter senior di departemen nefrologi dan dialisis di Rumah Sakit Bremerhaven, Jerman Utara, kepada DW di Damaskus.

    “Setiap orang Suriah memiliki ketakutan yang berhubungan dengan rezim Assad. Sekarang ketakutan itu sudah hilang. Jadi saya merasa baik-baik saja, dan saya senang berada di sini di Damaskus, tempat saya akhirnya bisa membantu mendukung sistem kesehatan Suriah,” paparnya.

    “Awal mula misi ini selama liburan Paskah dan Ramadan muncul karena banyak dokter yang ingin mengunjungi keluarga mereka di Suriah, beberapa di antaranya sudah 14 tahun tidak mereka temui,” jelas Hazzouri. “Ini kemudian memunculkan ide untuk memanfaatkan waktu ini juga untuk memberikan bantuan medis.”

    Misi ini dimulai dengan sebuah kuesioner online, dan dalam waktu seminggu, lebih dari 80 sukarelawan mendaftar.

    Hazzouri mengakui, keamanan masih menjadi masalah di beberapa bagian Suriah, sehingga para dokter tidak bisa bekerja di semua tempat. “Namun tantangan terbesar sebenarnya adalah biaya bahan-bahan medis,” katanya.

    Kemitraan yang membantu

    “Para relawan Suriah ini membiayai sebagian besar perjalanan mereka dari koceknya sendiri, membayar biaya perjalanan dan mengumpulkan uang untuk peralatan medis,” kata Hazzouri kepada DW.

    “Banyak yang membawa donasi dari klinik mereka. Sementara itu, kami meluncurkan kampanye penggalangan dana online, yang memungkinkan kami mengumpulkan hampir €100.000 dalam sebulan, sebagian besar dari dokter Suriah di Jerman. LSM Suriah lokal juga mendukung kami dengan donasi bahan-bahan medis,” tambah dokter senior itu.

    Hingga saat ini, tidak ada dukungan resmi dari pemerintah Jerman. Namun, anggota SGMA turut hadir dalam konferensi yang diadakan Kementerian Pembangunan Jerman pada pertengahan Februari lalu, mengenai aliansi rumah sakit Jerman-Suriah, yang menurut Hazzouri adalah “langkah penting menuju kemitraan potensial.”

    Kementerian Kesehatan Suriah juga memberikan dukungan, dengan menyediakan izin bagi para dokter SGMA untuk bekerja.

    Menteri Kesehatan Suriah yang baru, ahli bedah saraf Musab al-Ali, juga sebelumnya bekerja di Jerman dan terlibat dengan Komunitas Suriah di Jerman (SGD), sebuah organisasi advokasi. Dia juga sebelumnya terlibat dalam perjalanan sukarela pulang ke Suriah.

    Betah di Suriah atau di Jerman?

    Sebagian besar relawan medis SGMA menyebutkan, mereka akan kembali ke pekerjaan mereka di Jerman, setelah menuntaskan misi amal itu. Namun, survei terbaru dari Asosiasi Dokter dan Apoteker Suriah di Jerman menemukan bahwa 76% anggota mereka mempertimbangkan untuk kembali ke tanah air asalnya secara permanen.

    Dalam wawancara terbaru dengan media Jerman, para dokter Suriah sering mengungkapkan kekhawatiran mereka tentang meningkatnya sikap sayap kanan dan anti-imigrasi, serta betapa sulitnya beberapa dari mereka untuk benar-benar diterima di Jerman.

    Kepergian mereka tentu akan berdampak buruk pada layanan kesehatan di Jerman. Meskipun dokter Suriah hanya 2% dari total dokter di Jerman, mereka memainkan peran yang jauh lebih besar di rumah sakit-rumah sakit dan klinik-klinik yang kekurangan tenaga medis di bagian timur Jerman.

    “Kami memang mempertimbangkan tetap tinggal di Jerman, dan tentu saja, tidak semua dokter akan pergi sekaligus,” papar Fahham. “Di sisi lain, kami juga setia pada Suriah. Namun saya yakin, kami bisa membuat rencana di mana kami dapat membantu, dan layanan kesehatan Jerman juga tetap tercakup.”

    Faktanya, mata kuliah yang diberikan SGMA di Suriah tidak hanya mengenai pembaruan medis. “Beberapa juga memberikan nasihat kepada mahasiswa kedokteran atau dokter yang mungkin ingin bekerja di Jerman,” papar Muaz al-Moarawi, seorang dokter yang bekerja di kota Gelsenkirchen dan hadir di Damaskus untuk SGMA.

    “Suriah saat ini membutuhkan banyak bantuan, untuk membangun kembali sistem kesehatannya. Tetapi Jerman juga membutuhkan dokter-dokter Suriah dan tenaga medis,” kata al-Moarawi. “Apa yang kami inginkan adalah menjadi jembatan antara Suriah dan Jerman, sebuah jembatan yang bisa menguntungkan kedua belah pihak,” pungkasnya.

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Ayu Purwaningsih
    Editor: Agus Setiawan

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Awas SCAM, Ini Bukti Aplikasi Next 15 Tinggal Tunggu Waktu

    Awas SCAM, Ini Bukti Aplikasi Next 15 Tinggal Tunggu Waktu

    JABAR EKSPRES – Aplikasi Next 15 yang disebut-sebut sebagai aplikasi paling aman yang tidak mungkin scam ternyata mulai menunjukkan gejala bakal rungkad. Bahkan ada yang menyebut tinggal menunggu waktu saja.

    Jika awal bulan lalu, aplikasi ini sudah bisa beroperasi dengan normal lagi setelah mengalami libur hingga 20 hari, hingga banyak orang mempresiksi saat itulah aplikasi ini bakal scam, ternyata tidak terbukti.

    Aplikasi masih bisa berjalan normal, penarikan hingga saat ini amsih lancar dan memebr bisa menjalankan tugas seperti biasa.

    Banyak yang menyebut, saat itu tidak jadi scam karena bandar merasa keuntungan dari aplikasi ini belum besar.

    baca juga : Tak Jadi SCAM, Aplikasi Next 15 Makin Gencar Promosi

    Meski begitu, saat ini mulai banyak peringatan diberikan untuk member aplikasi Next 15, yang disebut mulai menunjukkan tanda-tanda bakal scam seperti aplikasi lain.

    Salah satu yang memberikan peringatan adalah akun facebook Yamanaka Ina yang mengunggah postingan di grup facebook Next 15 Kuningan Jawabarat.

    “Sebentar lagi bakal ada pemberitahuan kalo narik uang d acc harus verifikasi ktp atau kyc 👻
    Hati2 teman teman 👻👻,” tulisnya.

    Unggahan ini langsung ramai dapat komentar yang rata-rata setuju dengan unggahannya.

    “Tinggal hitung mundur aja,” tulis akun YanaNur***

    “Apakah sudah ada informasi dari manager kak,” tanya akun @vespa***

    Berberapa bukti lain bisa dilihat dengan membandingkan aplikasi ini dengan aplikasi ponzi lainnya yang sudah scam.

    Ada juga beberapa informasi dari anggota lain yang membagikannya di sosial media. seperti akun @Aing Saha yang memberikan informasi melalui komentar yang ditinggalkannya di grup yang sama.

    baca juga : Aplikasi NEXT 15 Kembali Normal, Benarkah Tak Bakal SCAM?

    “Maen beginii an malah rugi,,, tmn gw ikutan malah iklan ga muncul di persulit, grup wa pun di keluarkan dan manager ga ada respon sama sekali. Cuman orang peting yang bisa narik,” tulisnya.

    Dari info itu bisa diketahui perkembangan terakhir aplikasi ini, yang sesungguhnya sudah menerapkan scam permanajer.

    Maksudnya adalah, untuk member yang dirasanya sudah tidak menguntungkan untuk perusahaan dan leadernya, maka akan langsung dikeluarkan dari grup dan ditutup akses penarikannya, sehingga uang yang masih tersisa didalam aplikasi akan hangus.

  • Jual Ginjal, Mengungkap Jaringan Perdagangan Organ Global

    Jual Ginjal, Mengungkap Jaringan Perdagangan Organ Global

    Jakarta

    Amon Kipruto Mely, 20, berpikir bahwa dengan menjual ginjalnya, ia akan memulai hidup baru yang lebih baik. Kehidupannya di sebuah desa di Kenya bagian barat sangat sulit, apalagi setelah pandemi COVID. Ia kesulitan mendapatkan penghasilan tetap, bergonta-ganti pekerjaan, dari dealer mobil, lokasi konstruksi, dan tempat lainnya.

    Lalu suatu hari, seorang teman memberi tahu tentang cara cepat dan mudah untuk mendapatkan 6.000 dolar Amerika Serikat atau setara sekitar Rp100 juta.

    “Katanya, kalau jual ginjal, saya akan untung,” ujar Amon. Kedengarannya menggiurkan, tetapi semua itu berujung eksploitasi, keputusasaan, dan penyesalan.

    Laporan ini adalah hasil investigasi kolaboratif selama berbulan-bulan oleh media Jerman Der Spiegel, ZDF, dan DW, yang menelusuri jejak penjual dan pembeli organ.

    Media tersebut menganalisis sejumlah dokumen, berbicara dengan para whistleblower dari dunia medis, dan mengungkap bagaimana jaringan internasional, mulai dari rumah sakit di Kenya hingga lembaga bayangan, mencari calon penerima organ dari Jerman.

    Jaringan ini diduga mengeksploitasi orang-orang yang rentan: Yang muda, sangat membutuhkan uang, dan yang tua, sangat membutuhkan organ untuk tetap hidup.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Sindikat penjual ginjal incar kaum muda miskin

    Amon mengaku tidak diberi tahu tentang risiko kesehatan apa pun dari tindakan itu. “Mereka tidak menjelaskan apa pun kepada saya. Orang yang membawa saya menunjuk orang-orang di sekitar kami dan berkata: Lihat, mereka semua pendonor, dan mereka bahkan langsung kembali bekerja.”

    Setelah operasi, dia hanya diberi uang $4.000, bukannya $6.000 seperti yang dijanjikan. Dari uang itu, dia membeli telepon seluler dan sebuah mobil yang dengan cepat rusak. Tak lama kemudian, kesehatannya memburuk. Dia menjadi sering pusing dan lemah, lalu pingsan.

    Ketika dibawa ke rumah sakit, ibunya, Leah Metto, terkejut dan baru mengetahui putranya telah menjual ginjal. “Mereka mengambil keuntungan lewat anak-anak muda seperti Amon,” katanya.

    Amon ternyata bukan korban satu-satunya. Willis Okumu, peneliti kejahatan terorganisasi yang berbasis di Nairobi di Institute of Security Studies in Africa, berbicara dengan beberapa pemuda yang juga mengatakan telah menjual ginjal mereka di Kota Oyugis, 180 kilometer di barat daya Eldoret. “Faktanya, ini adalah kejahatan terorganisasi,” ujar Willis Okumu.

    Ia memperkirakan di Oyugis saja sekitar 100 orang pemuda telah menjual ginjal mereka. Banyak di antaranya kemudian menderita masalah kesehatan, serta depresi dan trauma psikologis.

    Rantai eksploitasi: donor ginjal jadi perekrut

    DW berbicara kepada empat pemuda di Oyugis yang mengatakan telah menjual ginjal dengan harga hanya $2.000 atau sekitar Rp33,6 juta. Mereka menceritakan bahwa, setelah operasi di Rumah Sakit Mediheal di Eldoret, mereka diminta merekrut donor baru dengan komisi masing-masing sebesar $400 (Rp6,7 juta).

    “Ada area abu-abu dalam hukum yang dieksploitasi oleh sindikat ini,” jelas Okumu. “Tidak ada hukum yang melarang Anda untuk menyumbangkan ginjal demi uang dan Anda tidak dapat dituntut atas hal itu,” katanya, mengacu pada informasi yang ia terima dari unit kejahatan terorganisasi transnasional di kepolisian Kenya.

    Namun yang diizinkan menurut hukum Kenya adalah donasi organ kepada kerabat atau untuk alasan altruistik.

    Berbicara kepada DW secara anonim, mantan karyawan Rumah Sakit Mediheal mengungkapkan, jual beli organ transplantasi sudah berlangsung selama bertahun-tahun.

    Awalnya, penerima berasal dari Somalia dan donor dari Kenya. Namun kemudian, pada tahun 2022, penerima mulai datang dari Israel dan, sejak tahun 2024, dari Jerman. Untuk mereka, para donor pun diterbangkan dari negara-negara seperti Azerbaijan, Kazakhstan, atau Pakistan.

    Sumber tersebut lebih lanjut mengatakan, para donor diminta menandatangani dokumen yang menyatakan bahwa mereka adalah kerabat dari penerima yang tidak pernah mereka temui, dan menyetujui pengangkatan ginjal tanpa diberi tahu tentang potensi risiko kesehatan, sementara beberapa dari mereka bahkan belum cukup umur. “Karena kendala bahasa, mereka hanya menandatangani,” kata mantan karyawan tersebut.

    Sindikat mencari pasien dari Jerman, Israel

    Sejak meningkatnya jumlah penerima organ dari Jerman dan Israel, bisnis pun berkembang pesat. Setiap penerima organ diberitakan berani membayar hingga $200.000 untuk sebuah ginjal.

    Mantan karyawan rumah sakit tersebut mengatakan kepada DW, sebuah badan bernama MedLead bertugas untuk mendapatkan donor dan penerima dari berbagai negara.

    Di situs webnya, MedLead mengklaim menyediakan donasi ginjal dalam waktu 30 hari yang “sesuai dengan undang-undang donasi organ” dan bahwa para donor dijanjikan akan “100% altruistik.”

    Di laman Facebook-nya, terdapat video testimoni orang-orang yang berterima kasih kepada MedLead atas bantuannya dalam mendapatkan ginjal baru di Eldoret, Kenya.

    Video terbaru di situs tersebut memperlihatkan Sabine Fischer-Kugler, perempuan berusia 57 tahun dari Gunzenhausen, Jerman, yang telah menderita penyakit ginjal selama 40 tahun.

    Setelah ginjal pengganti pertama berhenti berfungsi, ia sangat ingin mencari ginjal kedua. Namun, daftar tunggu untuk mendapatkan ginjal baru di Jerman panjang; bisa memakan waktu delapan hingga sepuluh tahun.

    Sabine Fischer-Kugler mengatakan hanya bertemu sebentar dengan pendonornya, seorang pria berusia 24 tahun dari Azerbaijan. Kontraknya menyatakan bahwa pendonor tersebut tidak dibayar, meskipun Fischer-Kugler mengatakan bahwa dia membayar antara $100.000 dan $200.000 kepada MedLead.

    “Mungkin saya agak egois karena saya menginginkan ginjal ini, dan yang terpenting, kontraknya tampak baik-baik saja. Namun, jelas. Operasinya tidak sebersih yang terlihat.”

    Berdasarkan hukum Jerman, membayar untuk memperoleh organ adalah ilegal, dan pelanggarnya dapat menghadapi hukuman penjara hingga lima tahun.

    Pria di balik MedLead adalah warga negara Israel bernama Robert Shpolanski. Menurut dakwaan tahun 2016 oleh Pengadilan Magistrat Tel Aviv, ia dituduh melakukan “sejumlah besar transplantasi ginjal ilegal” di Sri Lanka, Turki, Filipina, dan Thailand, bersama seorang pria bernama Boris Wolfman yang diduga memimpin jaringan kriminal. Wolfman juga dituduh terlibat dalam kegiatan transplantasi ilegal di tempat lain.

    “Agak mencurigakan, seharusnya tidak bayar”

    Shpolanski membantah adanya hubungan dengan Wolfman. Dalam email kepada Der Spiegel, ZDF, dan DW, MedLead menyatakan tidak terlibat dalam mencari donor, bahwa semua donor bersifat 100% altruistik, dan bahwa MedLead beroperasi secara transparan dan sepenuhnya mematuhi hukum sejak didirikan.

    Tim investigasi menyamar di Eka Hotel di Eldoret, hanya satu kilometer dari Rumah Sakit Mediheal, untuk berbicara dengan pasien asing yang tengah menunggu transplantasi. Beberapa tampak lemah, dan ditemani anggota keluarga mereka.

    Seorang perempuan dari Rusia, yang sedang menunggu operasi ginjal untuk suaminya, berkata, “Tidak ada yang mau memberikan ginjal secara cuma-cuma.”

    Sementara seorang pria dari Israel berusia 72 tahun yang menjalani dialisis di rumah sakit Mediheal mengatakan: “Ini agak mencurigakan. Anda tidak seharusnya membayar tetapi harus membayar,” katanya.

    Kembali di Nairobi, Dr. Jonathan Wala, kepala Asosiasi Ginjal Kenya, telah merawat beberapa pasien yang kembali dengan komplikasi pascaoperasi. “Kami mendapat laporan dari pasien Israel yang kembali dengan infeksi parah, beberapa dengan ginjal yang pada dasarnya sudah mati.”

    Sementara itu, Amon dan para pendonor lainnya masih terus bertahan hidup hanya dengan satu ginjal. Kesehatan mereka terganggu dan harapan mereka hancur. “Jika saya bisa kembali ke masa lalu, saya tidak akan mau ginjal saya diangkat. Saya membenci diri saya sendiri karenanya.”

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris
    Diadaptasi oleh Arti Ekawati
    Editor: Agus Setiawan

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini