Perusahaan: Facebook

  • Kontroversi Kabar Meta Rekrut Peneliti OpenAI dengan Gaji Selangit

    Kontroversi Kabar Meta Rekrut Peneliti OpenAI dengan Gaji Selangit

    Bisnis.com, JAKARTA— Meta dikabarkan gencar merekrut peneliti kecerdasan buatan (AI) dari OpenAI dan Google DeepMind dengan tawaran fantastis hingga Rp1,6 triliun.

    Hal itu diungkapkan CEO OpenAI, Sam Altman, dalam sebuah podcast bersama saudaranya, Jack Altman, pada Selasa (17/6/2025). Namun, menurut Altman, strategi agresif tersebut belum membuahkan hasil.

    Dia menyebut Meta aktif mencoba merekrut talenta OpenAI untuk bergabung dengan tim superintelligence baru yang dipimpin mantan CEO Scale AI, Alexandr Wang.

    Bahkan, posisi kerja tersebut dilaporkan berada satu ruangan dengan CEO Meta, Mark Zuckerberg.

    “[Meta] mulai memberikan tawaran sangat besar kepada banyak anggota tim kami, US$100 juta sebagai bonus penandatanganan, dan lebih dari itu dalam total kompensasi tahunan. Tapi sejauh ini, saya senang tak satu pun dari orang terbaik kami menerimanya,” kata Altman, dikutip dari TechCrunch, Kamis (19/6/2025).

    Altman menilai para pegawai OpenAI memutuskan bertahan karena percaya pada visi dan potensi OpenAI untuk menjadi perusahaan yang lebih unggul dalam mengembangkan Artificial General Intelligence (AGI).

    Dia juga menyinggung budaya perusahaan, dengan menyindir bahwa Meta terlalu berfokus pada iming-iming gaji tinggi ketimbang misi jangka panjang, yang menurutnya bisa berdampak pada budaya kerja yang kurang sehat.

    Meta sempat dikabarkan mencoba merekrut peneliti utama OpenAI, Noam Brown, serta arsitek AI dari Google DeepMind, Koray Kavukcuoglu. Namun, upaya tersebut gagal.

    Lebih lanjut, Altman menyebut budaya inovasi yang kuat menjadi salah satu kunci kesuksesan OpenAI. Dia menilai upaya Meta di bidang AI sejauh ini belum memberikan hasil signifikan. 

    “Saya menghormati banyak hal dari Meta, tapi saya tidak menganggap mereka perusahaan yang unggul dalam hal inovasi,” ujarnya.

    Meta sendiri telah mengakuisisi sejumlah nama besar di industri AI, seperti Jack Rae dari Google DeepMind dan Johan Schalkwyk dari Sesame AI. Selain itu, perusahaan juga mengumumkan investasi besar di Scale AI, perusahaan yang sebelumnya dipimpin oleh Alexandr Wang. 

    Namun, tantangan besar masih menanti Meta untuk membangun tim AI unggulan yang dapat bersaing dengan OpenAI, Anthropic, dan Google DeepMind yang saat ini tengah melaju kencang. 

    Di tengah persaingan itu, OpenAI dikabarkan tengah mengembangkan model AI open-source baru yang berpotensi membuat Meta semakin tertinggal.

    Menariknya, Altman juga membocorkan bahwa OpenAI tengah mengeksplorasi kemungkinan menciptakan aplikasi media sosial berbasis AI yang menyajikan konten sesuai preferensi pengguna yang berbeda dari feed algoritmik tradisional seperti di Instagram atau Facebook. 

    Hal ini dipandang sebagai ancaman langsung terhadap dominasi Meta di sektor media sosial. 

    Di sisi lain, Meta tengah menguji aplikasi sosial berbasis AI melalui platform Meta AI, namun peluncurannya sempat memicu kebingungan setelah sejumlah percakapan pribadi dengan chatbot AI tersebar ke publik.

  • Sudah Bisa Bayar Tol Tanpa Setop, Begini Cara Daftarnya

    Sudah Bisa Bayar Tol Tanpa Setop, Begini Cara Daftarnya

    Jakarta

    Beberapa jalan tol sudah menerapkan sistem bayar tol tanpa setop. Untuk saat ini, sistem bayar tol tanpa berhenti tersebut menggunakan stiker RFID.

    Memang belum semua jalan tol dapat menerima transaksi pembayaran tanpa berhenti. Namun, sistem ini sudah bisa digunakan oleh pengguna kendaraan di beberapa wilayah.

    Untuk saat ini, sistem pembayaran tol tanpa berhenti masih menerapkan sistem Single Lane Free Flow (SLFF) berbasis Radio Frequency Identification (RFID). Artinya, SLFF ini masih membutuhkan gardu tol untuk melakukan transaksi.

    Cara pembayaran tol tanpa berhenti untuk saat ini bisa menggunakan Let It Flo. Saat lewat gerbang tol, pengendara mobil tak perlu berhenti untuk membayar tarif tol, portal akan otomatis terbuka ketika sistem membaca ada perangkat stiker RFID yang terpasang di kendaraan dan saldo di aplikasi akan terpotong secara otomatis.

    Untuk membayar tol tanpa berhenti, harus menggunakan aplikasi Let It Flo dikembangkan oleh PT Jasa Marga (Persero) Tbk. Let It Flo sekarang sudah terintegrasi langsung dengan aplikasi Travoy.

    Dikutip dari situs Let It Flo, sistem ini masih dalam tahap uji coba terbatas untuk kalangan terbatas. Sistem pembayaran tol tanpa berhenti ini mengandalkan sistem sensorik otomatis pada stiker yang ditempelkan di kaca atau lampu depan mobil.

    Untuk menggunakan sistem transaksi tol Let It Flo, pengguna harus memiliki stiker RFID. Stiker ini berperan sebagai alat sensor. Stiker RFID ditempel di bagian kaca depan atau lampu depan sebelah kanan dari kendaraan yang telah terdaftar. Bagaimana cara daftar dan mendapatkan stiker RFID?

    Cara Daftar Bayar Tol Tanpa Berhenti

    Seperti diunggah akun Instagram resmi Let It Flo, berikut cara daftar sistem bayar tol tanpa berhenti:

    1. Unduh aplikasi Travoy melalui Play Store atau App Store.

    2. Login menggunakan akun email, Google, atau Facebook.

    3. Aktifkan notifikasi dan akses lokasi pada aplikasi Travoy mendapatkan update informasi terbaru seputar informasi jalan tol.

    4. Pastikan nomor handphone yang terdaftar di aplikasi Travoy sama dengan yang terdaftar di aplikasi Let it Flo dan LinkAja. Jika berbeda, lakukan perubahan nomor di aplikasi Travoy terlebih dahulu.

    5. Pilih menu “Lainnya” pada menu Home Aplikasi Travoy, lalu pilih fitur “Let it Flo”.

    6. Untuk pengguna baru, pilih menu “Daftar”. Jika sudah pernah menggunakan Let it Flo, pilih menu “Masuk”.

    7. Untuk pemesanan stiker, pilih fitur “Order Tag” untuk melakukan self order stiker Let it Flo.

    8. Daftarkan kendaraan yang akan dipasangkan stiker, lalu pilih jadwal dan lokasi kedatangan di Fitment Center Let it Flo.

    9. Sebelum datang ke Fitment Center, pastikan sudah mengunduh aplikasi LinkAja dan melakukan top-up saldo.

    10. Sebelum menyelesaikan pembayaran, pastikan kembali jadwal yang dipilih sudah benar dan tidak akan berubah, karena tidak tersedia fitur reschedule.

    11. Diimbau untuk datang sesuai jadwal yang telah dipilih, agar tidak terjadi antrean panjang di Fitment Center.

    Untuk saat ini, sudah ada beberapa gerbang tol di Jabodetabek dan Bali yang bisa melakukan transaksi tanpa berhenti menggunakan Let It Flo. Gardu tol yang menerima transaksi Let It Flo biasanya ada penanda khusus berupa logo Flo.

    (rgr/din)

  • Meta Tawarkan Bonus Rp1,6 Triliun, OpenAI Singgung Loyalitas

    Meta Tawarkan Bonus Rp1,6 Triliun, OpenAI Singgung Loyalitas

    Bisnis.com, JAKARTA — Persaingan memperebutkan talenta terbaik di bidang kecerdasan buatan (AI) makin menggila. Meta, perusahaan induk Facebook, Instagram, dan WhatsApp, dilaporkan menawarkan bonus penandatanganan hingga $100 juta atau Rp1,6 triliun dan gaji tahunan yang lebih tinggi untuk menarik peneliti AI dari OpenAI, pencipta ChatGPT. 

    Sementara itu, CEO OpenAI Sam Altman menegaskan “orang-orang terbaik” di timnya menolak tawaran menggiurkan tersebut. 

    Dilansir dari Techcrunch dan Quartz, Kamis (19/6/2025) Sam mengaku terkejut dengan besarnya tawaran dari Meta, yang mulai membuat tawaran besar ke banyak orang di OpenAI seperti bonus penandatanganan US$100 juta.

    “Ini gila. Saya sangat senang, sejauh ini, tidak ada dari orang terbaik kami yang menerimanya,” ujar Sam. 

    Sam menilai, alasan utama peneliti OpenAI bertahan bukan soal uang, melainkan keyakinan bahwa OpenAI punya peluang lebih besar untuk mewujudkan superintelligence—AI yang melampaui kecerdasan manusia dalam memori, penalaran, dan pengetahuan. 

    Dia juga menyoroti budaya kerja unik OpenAI yang lebih menekankan misi dan dampak global, bukan sekadar insentif finansial.

    Langkah agresif Meta ini terjadi di tengah upaya CEO Mark Zuckerberg membentuk tim “superintelligence” beranggotakan 50 peneliti terbaik. Salah satu strategi utama Meta adalah investasi besar pada Scale AI, startup data labeling penting untuk pelatihan model AI. 

    Pekan lalu, Meta mengumumkan investasi US$14,3 miliar untuk mengambil 49% saham Scale AI dan merekrut CEO-nya, Alexandr Wang, ke dalam tim superintelligence Meta. 

    Wang, yang dikenal sebagai miliarder muda dan pendiri Scale AI, akan memimpin divisi baru di Meta, meski bukan dari latar belakang ilmuwan riset. Langkah ini dinilai sebagai upaya Meta untuk mempercepat komersialisasi dan pengembangan AI, sekaligus mendapatkan akses ke jaringan talenta dan data yang luas milik Scale AI.

    Fortune menyebut Meta dan OpenAI sebagai raksasa teknologi dengan jumlah pengguna terbesar. Meta AI, asisten AI buatan Meta, telah mencapai satu miliar pengguna aktif bulanan di seluruh aplikasi Meta. Sementara OpenAI melaporkan 500 juta pengguna aktif mingguan untuk ChatGPT dan produk turunannya pada April 2025. 

    Sam mengkritik pendekatan Meta yang terlalu fokus pada kompensasi finansial. Dia menilai, strategi semacam ini tidak akan membangun budaya inovasi yang kuat dalam jangka panjang. “Saya pikir orang-orang melihat dua jalur: OpenAI punya peluang bagus untuk benar-benar mewujudkan superintelligence dan mungkin suatu hari akan jadi perusahaan yang lebih bernilai,” kata Altman.

    Di sisi lain, beberapa pengamat menilai Meta memang tengah berjuang mengejar ketertinggalan setelah beberapa tahun terakhir kehilangan sejumlah peneliti AI utama dan menerima respons dingin atas model AI terbaru mereka, Llama 3. 

  • Iran Minta Warganya Hapus Whatsapp, Meta Bantah Terafiliasi dengan Israel

    Iran Minta Warganya Hapus Whatsapp, Meta Bantah Terafiliasi dengan Israel

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Iran melalui televisi nasional pada Selasa sore (18/6) mengimbau seluruh warga untuk menghapus aplikasi pesan instan WhatsApp dari ponsel mereka.

    Seruan ini disertai tuduhan bahwa WhatsApp diduga mengumpulkan informasi pengguna dan mengirimkannya ke Israel.

    WhatsApp, yang dimiliki oleh Meta Platforms (induk Facebook dan Instagram), segera membantah tuduhan tersebut.

    Dalam pernyataan resminya, WhatsApp menyatakan kekhawatiran bahwa laporan palsu ini akan dijadikan alasan untuk memblokir layanan mereka, terutama di saat masyarakat Iran sangat membutuhkan akses komunikasi yang aman di tengah situasi konflik.

    WhatsApp menegaskan mereka menggunakan sistem enkripsi end-to-end, yang berarti pesan hanya dapat dibaca oleh pengirim dan penerima. 

    “Kami tidak melacak lokasi Anda secara presisi, tidak menyimpan log siapa saja yang saling berkirim pesan, dan tidak melacak pesan pribadi antar pengguna. Kami juga tidak memberikan data massal ke pemerintah mana pun,” tulis Meta dikutip dari Aljazeera Kamis (19/6/2025).

    Enkripsi end-to-end membuat pesan yang dikirimkan melalui WhatsApp tidak dapat diakses oleh pihak ketiga, termasuk penyedia layanan itu sendiri. Jika pesan dicegat, isinya hanya akan berupa kode acak yang tidak bisa dipecahkan tanpa kunci khusus.

    Sementara itu AN melaporkan bahwa Asisten Profesor teknik dan pakar keamanan siber dari Cornell University, menyatakan meski pesan di WhatsApp terenkripsi, metadata seperti pola penggunaan aplikasi tetap bisa dikumpulkan. 

    “Anda bisa mengetahui bagaimana orang menggunakan aplikasi, dan itu sudah lama menjadi isu yang membuat sebagian orang enggan menggunakan WhatsApp,” ujar Falco.

    Falco juga menaruh perhatian pada isu kedaulatan data (data sovereignty), di mana data pengguna dari suatu negara belum tentu disimpan di pusat data dalam negeri. “Negara-negara perlu menyimpan dan memproses data mereka sendiri dengan algoritma mereka sendiri, karena semakin sulit mempercayai infrastruktur data global,” tambahnya.

    Iran berupaya melakukan pemblokiran terhadap berbagai platform media sosial, terutama saat terjadi gejolak politik atau konflik. WhatsApp dan Google Play sempat diblokir pada 2022 selama aksi protes massal atas kematian seorang perempuan dalam tahanan polisi moral. Pemblokiran tersebut baru dicabut akhir tahun lalu.

    Meski demikian, banyak warga Iran tetap menggunakan aplikasi terlarang dengan memanfaatkan proxy dan VPN untuk mengakses layanan yang diblokir pemerintah. WhatsApp sendiri menjadi salah satu aplikasi pesan paling populer di Iran, bersaing dengan Instagram dan Telegram.

  • Meta Tanggapi Iran Minta Warga Hapus WhatsApp dan Instagram

    Meta Tanggapi Iran Minta Warga Hapus WhatsApp dan Instagram

    Jakarta

    Meta khawatir aplikasinya tidak lagi tersedia bagi pengguna di Iran, setelah jaringan televisi dan radio pemerintah negara tersebut meminta warga menghapus WhatsApp dan Instagram.

    Otoritas Iran telah memperingatkan masyarakat agar berhenti menggunakan WhatsApp, Instagram, Telegram dan aplikasi berbasis lokasi lainnya. Aplikasi-aplikasi ini dituding sebagai alat Israel untuk mengidentifikasi dan menargetkan individu.

    “Kami khawatir laporan ini akan menjadi alasan pemblokiran layanan kami di saat orang-orang sangat membutuhkannya. Semua pesan yang Anda kirim ke keluarga dan teman di WhatsApp dienkripsi secara menyeluruh, artinya tidak seorang pun kecuali pengirim dan penerima yang memiliki akses ke pesan tersebut, bahkan WhatsApp,” kata juru bicara Meta dalam sebuah pernyataan dikutip dari CBS News.

    Juru bicara tersebut membela perusahaannya dengan menyebutkan bahwa pihaknya tidak melacak lokasi pasti seseorang, juga tidak menyimpan catatan tentang siapa saja yang mengirim pesan.

    “Kami tidak melacak pesan pribadi yang dikirim orang satu sama lain. Kami tidak memberikan informasi massal kepada pemerintah mana pun. Selama lebih dari satu dekade, Meta telah memberikan laporan transparansi yang konsisten yang mencakup keadaan terbatas saat informasi WhatsApp diminta,” tambahnya.

    Klaim yang dibuat oleh lembaga penyiaran pemerintah Iran itu muncul ketika negara itu tampaknya sedang menindak akses publik ke internet, sebagai salah satu dampak meningkatnya konflik Israel-Iran.

    Israel pada Jumat (13/6) melancarkan serangan udara yang menargetkan fasilitas nuklir Iran, ilmuwan, dan komandan militer senior. Serangan ini direspons Iran dengan meluncurkan puluhan rudal balistik.

    Keduanya saling melancarkan serangan rudal dalam beberapa hari terakhir. Setidaknya 224 orang telah tewas di Iran sejak serangan tersebut, sedangkan di Israel puluhan orang telah tewas dan puluhan lainnya luka-luka.

    Kelompok pemantau internet NetBlocks mengungkap analisisnya menunjukkan adanya penurunan penggunaan internet di Iran hingga 75% pada Selasa (17/6). Menurut NetBlocks, penurunan tersebut disebabkan meningkatnya konflik dengan Israel dan kemungkinan akan membatasi kemampuan publik untuk mengakses informasi pada saat kritis.

    WhatsApp dimiliki oleh Meta, perusahaan induk Facebook, Instagram, dan Threads. Meskipun WhatsApp merupakan aplikasi yang dienkripsi secara menyeluruh, aplikasi ini bukannya tidak dapat ditembus.

    Bulan lalu, perusahaan perangkat lunak Israel NSO Group diperintahkan untuk membayar WhatsApp sebesar USD167 juta atas kasus peretasan 1.400 orang, termasuk aktivis dan jurnalis, pada 2019.

    Peretasan tersebut melibatkan penggunaan perangkat lunak berbahaya bernama Pegasus, yang dapat diinstal dari jarak jauh di ponsel untuk mengakses, antara lain, mikrofon, kamera, dan pengaturan lokasi GPS milik orang-orang.

    (rns/afr)

  • Hoaks! Tangkapan layar artikel Jokowi akui penyakit kulitnya karena azab

    Hoaks! Tangkapan layar artikel Jokowi akui penyakit kulitnya karena azab

    Jakarta (ANTARA/JACX) – Sebuah unggahan di Facebook menampilkan tangkapan layar sebuah laman media dengan judul artikel yang menarasikan Presiden ke-7 Indonesia Joko Widodo mengakui bahwa alergi yang menyebabkan terdapat bercak hitam merupakan azab karena sering berbohong.

    Berikut narasi judul dalam tangkapan layar tersebut:

    “Jokowi Akui Kurapnya Bukan saja di Muka tetapi Dekat selangkangan lebih Banyak Ini Azab Saya Sering Bohong”

    Namun, benarkah artikel Jokowi akui penyakit kulitnya karena sering bohong tersebut?

    Unggahan yang menarasikan artikel Jokowi akui penyakit kulitnya karena sering bohong. Faktanya, tangkapan layar judul artikel tersebut merupakan editan. (Facebook)

    Penjelasan:

    Berdasarkan penelusuran, ANTARA menemukan unggahan dengan tanggal, foto dan media serupa dari laman Gelora yang berjudul “Heboh Jokowi Sakit Kulit, Dokter Tifa: Autoimun atau Hiperkortisolisme?”.

    Dalam artikel tersebut dijelaskan Jokowi kembali menjadi sorotan publik karena perubahan fisik yang dinilai mencolok dan diduga mengindap sakit kulit. Namun, tidak ada pernyataan Jokowi dalam berita tersebut.

    Terkait hal tersebut, Jokowi mengungkapkan kepada wartawan bahwa alergi kulit yang sempat dialaminya merupakan kondisi biasa yang terjadi setelah dirinya kembali dari kunjungan kenegaraan ke Vatikan. Meski mengalami alergi, pihaknya memastikan kondisi fisiknya tidak terganggu dan masih beraktivitas seperti biasanya.

    Dengan demikian, tangkapan layar artikel Jokowi akui penyakit kulitnya karena sering bohong merupakan hasil suntingan atau tidak sesuai dengan judul sebenarnya.

    Klaim: Artikel Jokowi akui penyakit kulitnya karena sering bohong

    Pewarta: Tim JACX
    Editor: Indriani
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • OpenAI Putus Kerja Sama dengan Scale AI Usai Investasi Besar Meta Rp472 Triliun

    OpenAI Putus Kerja Sama dengan Scale AI Usai Investasi Besar Meta Rp472 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA — OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, mengumumkan pemutusan kerja sama dengan Scale AI, startup penyedia data labeling, hanya beberapa hari setelah Meta (induk Facebook) menginvestasikan US$14,3 miliar atau Rp472 triliun dan mengambil 49% saham di Scale AI.

    Selain suntikan dana besar, Meta juga merekrut CEO Scale AI, Alexandr Wang, untuk memimpin unit “superintelligence” barunya.

    Dilansir dari Techcrunch dan Bloomberg, Kamis (19/6/2025) menurut juru bicara OpenAI, keputusan untuk menghentikan kerja sama ini sebenarnya sudah mulai dilakukan sejak 6 hingga 12 bulan terakhir, jauh sebelum pengumuman investasi Meta.

    OpenAI menyatakan bahwa mereka tengah mencari penyedia data lain yang lebih spesifik dan mampu memenuhi kebutuhan pengembangan model AI terbaru yang semakin canggih

    Scale AI selama ini dikenal sebagai mitra utama bagi perusahaan-perusahaan teknologi besar seperti OpenAI, Google, dan Meta, dalam menyediakan data untuk pelatihan model AI. Namun, akuisisi besar-besaran oleh Meta memunculkan kekhawatiran di kalangan pelanggan lain, terutama terkait potensi akses Meta terhadap data sensitif milik kompetitornya.

    Tak hanya OpenAI, Google juga dilaporkan tengah mempertimbangkan untuk memutus kerja sama dengan Scale AI. Hal ini menimbulkan ketidakpastian besar bagi masa depan bisnis inti Scale AI di bidang data labeling.

    Beberapa pesaing Scale AI bahkan melaporkan adanya lonjakan permintaan dari pengembang model AI yang kini mencari mitra data yang dianggap lebih “netral”.

    Menanggapi kekhawatiran tersebut, Scale AI menegaskan bahwa Meta tidak akan mendapatkan perlakuan khusus atau akses ke informasi rahasia pelanggan lain. Alexandr Wang juga disebut tidak akan terlibat dalam operasional harian perusahaan setelah bergabung dengan Meta. Meski demikian, langkah para klien besar yang mulai meninggalkan Scale AI menandakan perlunya perubahan strategi bisnis bagi startup ini.

    Dalam blog terpisah, CEO interim Scale AI, Jason Droege, menyatakan perusahaan akan memperkuat bisnis aplikasi AI, khususnya dalam membangun solusi AI kustom untuk pemerintah dan perusahaan besar.

  • Buruan Klaim! Update Kode Redeem FF Hari Ini Kamis 19 Juni 2025

    Buruan Klaim! Update Kode Redeem FF Hari Ini Kamis 19 Juni 2025

    Bisnis.com, JAKARTA – Di bawah ini adalah update kode redeem FF hari ini, Kamis 19 Juni 2025, yang bisa Anda tukar dengan beragam hadiah.

    Ya, pemain Free Fire tercepat yang menukarkannya dan beruntung bisa mendapat item menarik secara cuma-cuma, seperti senjata, skin, dan aneka voucher.

    Namun, perlu diketahui bahwa kode redeem FF terdiri dari 12 karakter berupa huruf kapital dan angka.

    Sehingga apabila kode tidak memenuhi kriteria tersebut, kemungkinan besar kode yang dimasukkan adalah palsu atau ada kesalahan.

    Kode redeem FF ini juga memiliki limit waktu dan kuota penggunaan. Dengan demikian, penukaran tak bisa dilakukan jika kode redeem telah melewati waktu yang ditentukan dan sebelumnya sudah pernah diklaim.

    Update kode redeem FF hari ini, Kamis 19 Juni 2025

    FTREWQ901YUIOP23

    FVBNMC678LKJHGF9

    FYUIOP456QWERT12

    FJKLPO123MNBVC67

    FSDFGH901AZXCVB3

    Cara klaim kode redeem FF

    1. Buka situs https://reward.ff.garena.com/id.

    2. Masuk atau login ke akunmu dengan beberapa alternatif cara, yaitu dari akun facebook, alamat email Google, akun Apple, VK atau Huawei, hingga akun Twitter.

    3. Masukkan salah satu kode redeem FF.

    4. Pada umumnya, kode redeem Garena berjumlah 12 sampai 16 digit. Klik konfirmasi.

    5. Jika kode tersebut masih valid, maka hadiah akan langsung dikirim ke Inbox Anda.

  • Pria di Toba Ditangkap Usai Bawa Kabur ABG Kenalan dari Facebook

    Pria di Toba Ditangkap Usai Bawa Kabur ABG Kenalan dari Facebook

    Jakarta

    Seorang pria di Kabupaten Toba, Sumatera Utara (Sumut), HP (25), membawa kabur remaja wanita yang dikenalnya dari Facebook, AS (15), ke Provinsi Riau. Atas kejadian itu, petugas kepolisian menangkap pelaku HP.

    Kasi Humas Polres Toba AKP Bungaran Samosir mengatakan korban dibawa lari pelaku pada 6 Juni 2025. Lalu, pelaku dan korban ditemukan di salah satu rumah kos di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Pekanbaru, pada Senin (16/6). Setelah itu, keduanya diamankan sementara ke Polresta Pekanbaru sebelum dibawa ke Polres Toba.

    “Tim Opsnal Polres Toba bersama Polresta Pekanbaru melakukan pencarian ke rumah kos yang berada di Jalan Ahmad Yani Pekanbaru dan akhirnya ditemukan pelaku bersama korban sedang berada di dalam kamar kos-kosan,” kata Bungaran dilansir detikSumut, Kamis (19/6/2025).

    Bungaran mengatakan korban dan pelaku awalnya berkenalan lewat aplikasi Facebook pada tahun 2025 ini. Kemudian, keduanya bertukar nomor telepon dan intens berkomunikasi.

    Lalu, pelaku pun menjemput korban dan mengajaknya jalan-jalan untuk pertama kalinya ke daerah Matio, Desa Parsoburan, Toba.

    “Mereka ini kenal dari Facebook, setelah chatting-an, si laki laki minta nomor WhatsApp lalu mereka chatting-an,” jelasnya.

    (rfs/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Pindah Kerja ke Pemilik Facebook, Dibayar Rp 1,67 Triliun di Muka

    Pindah Kerja ke Pemilik Facebook, Dibayar Rp 1,67 Triliun di Muka

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bos OpenAI Sam Altman buka-bukaan soal kelakuan Meta, perusahaan pemilik Instagram, Facebook, dan WhatsApp. Perusahaan yang dipimpin oleh Mark Zuckerberg tersebut menawarkan bonus menggiurkan untuk memikat pegawai OpenAI pindah ke Meta.

    Kompetisi berebut talenta di bidang kecerdasan buatan (AI) sangat panas. Menurut Reuters, perusahaan teknologi percaya bahwa kesuksesan platform AI bisa ditentukan hanya oleh satu orang,

    “Mereka [Meta] mulai menawarkan tawaran gila ke banyak sekali anggota tim kami. Seperti bonus tanda tangan US$ 100 juta, penghasilan tahunannya lebih dari itu,” kata Altman dalam acara podcast Uncapped. “Paling tidak, sampai sekarang, belum ada orang terbaik kami yang mengambil tawaran itu.”

    Meta sedang berusaha mengejar ketertinggalan mereka dalam bidang AI. Zuckerberg berambisi membangun unit “superintelligence” atau kecerdasan super.

    “Saya dengar Meta menganggap kami saingan paling berat mereka,” kata Altman.

    Meta baru-baru ini mengumumkan investasi US$ 14,3 miliar ke startup Scale AI demi merekrut pemiliknya, Alexandr Wang untuk memimpin tim kecerdasan super mereka.

    Zuckerberg memilih strategi yang berbeda dengan OpenAI dalam pengembangan AI. Meta meluncurkan model AI sebagai program sumber terbuka atau open source. Namun, dalam beberapa bulan terakhir Meta dirundung berbagai masalah seperti pegawai yang hengkang dan pembatalan peluncuran model AI terbaru yang sebelumnya disebut mampu bersaing dengan produk buatan Google dan DeepSeek.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]