Perusahaan: Facebook

  • Kesaksian Warga Palestina Disiksa di Penjara Israel: Dipukuli Habis-habisan

    Kesaksian Warga Palestina Disiksa di Penjara Israel: Dipukuli Habis-habisan

    Jakarta

    Peringatan: Artikel ini berisi detail yang mungkin mengganggu kenyamanan Anda.

    Organisasi hak asasi manusia terkemuka di Israel mengatakan puluhan tahanan Palestina yang ditahan di penjara Israel mengalami penyiksaan dan kondisi mereka semakin memburuk sejak pertikaian tak berkesudahan di Gaza sejak Oktober 2023.

    Laporan B’tselem yang bertajuk Welcome to Hell, memuat kesaksian dari 55 tahanan Palestina yang baru saja dibebaskan. Mereka menggambarkan memburuknya kondisi di dalam penjara secara dramatis sejak dimulainya pertikaian di Gaza sejak 10 bulan lalu.

    Ini adalah laporan terbaru dari serangkaian laporan, termasuk laporan PBB, yang berisi tuduhan mengejutkan mengenai penyiksaan yang ditujukan terhadap tahanan Palestina.

    B’tselem mengatakan kesaksian yang dikumpulkan para peneliti sangat konsisten.

    “Semuanya berkali-kali menyampaikan hal yang sama kepada kami,” kata Yuli Novak, direktur eksekutif B’tselem.

    “Penganiayaan yang terus-menerus, kekerasan sehari-hari, kekerasan fisik dan kekerasan mental, penghinaan, kurang tidur, orang-orang kelaparan.”

    ‘Sel yang penuh sesak dan kotor’

    Sejak serangan mematikan Hamas pada tanggal 7 Oktober, yang menewaskan sekitar 1.200 warga Israel dan warga negara asing, jumlah tahanan Palestina meningkat dua kali lipat menjadi sekitar 10.000.

    Penjara-penjara Israel sebagian dijalankan oleh tentara, sisanya dikelola oleh petugas penjara sudah kewalahan.

    Penjara penuh sesak. Satu sel diisi puluhan narapidana yang dirancang untuk menampung tidak lebih dari enam orang.

    Laporan B’tselem menggambarkan sel-sel yang penuh sesak dan kotor, tempat beberapa narapidana terpaksa tidur di lantai, terkadang tanpa kasur atau selimut.

    Beberapa tahanan ditangkap segera setelah serangan Hamas. Yang lainnya ditangkap di Gaza ketika invasi Israel sedang berlangsung, atau ditangkap di Israel dan Tepi Barat yang diduduki.

    Banyak di antara mereka yang kemudian dibebaskan tanpa dakwaan.

    BBCFiras Hassan mengatakan “hidupnya berubah total” ketika menjadi tahanan di penjara Israel setelah serangan 7 Oktober

    Firas Hassan sudah dipenjara pada Oktober, dan ditahan di bawah “penahanan administratif”, sebuah tindakan yang memungkinkan tersangka meskipun banyak diterapkan pada warga Palestina dapat ditahan, tanpa batas waktu, tanpa dakwaan.

    Israel mengatakan bahwa penerapan kebijakan tersebut diperlukan dan mematuhi hukum internasional.

    Firas mengatakan dia melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kondisi memburuk dengan cepat setelah tanggal 7 Oktober.

    “Hidup berubah total,” katanya kepada saya ketika kami bertemu di Tuqu’, sebuah desa di Tepi Barat di selatan Bethlehem.

    “Saya menyebut apa yang terjadi sebagai tsunami.”

    Hassan telah keluar masuk penjara sejak awal tahun sembilan puluhan, dua kali dituduh menjadi anggota Jihad Islam Palestina kelompok milisi yang ditetapkan sebagai organisasi teroris oleh Israel dan sebagian besar negara Barat.

    Dia tidak merahasiakan afiliasi masa lalunya, dengan mengatakan bahwa dia pernah “aktif”.

    Baca juga:

    Familier dengan kerasnya kehidupan di penjara, ia mengatakan bahwa ia tidak mempersiapkan apa pun untuk menghadapi apa yang terjadi ketika petugas memasuki selnya dua hari setelah tanggal 7 Oktober.

    “Kami dipukuli habis-habisan oleh 20 petugas, pria bertopeng menggunakan pentungan dan tongkat, anjing dan senjata api,” katanya.

    “Kami diikat dari belakang, mata kami ditutup, dan dipukuli dengan kejam. Darah mengucur dari wajah saya. Mereka terus memukuli kami selama 50 menit. Saya melihat mereka dari bawah penutup mata. Mereka merekam kami sambil memukuli kami.”

    Hassan akhirnya dibebaskan, tanpa dakwaan, pada April silam, dan saat itu dia mengatakan bahwa dia telah kehilangan 20kg berat badan nya.

    Sebuah video yang direkam pada hari pembebasannya menunjukkan sosok kurus.

    “Saya pernah menghabiskan 13 tahun di penjara,” katanya kepada peneliti B’tselem pada akhir bulan itu, “dan tidak pernah mengalami hal seperti itu.”

    BBCSari Khourieh, seorang warga Arab Israel, mengatakan tidak ada hukum atau ketertiban di dalam penjara Israel utara tempat dia ditahan selama 10 hari.

    Namun bukan hanya warga Palestina dari Gaza dan Tepi Barat yang berbicara tentang penyiksaan di penjara-penjara Israel.

    Warga negara Israel keturunan Arab, seperti Sari Khourieh, yang berprofesi sebagai pengacara, mengatakan hal itu juga terjadi pada mereka.

    Khourieh ditahan di Penjara Megiddo di Israel utara selama 10 hari pada bulan November lalu. Polisi mengatakan bahwa dua unggahan di akun Facebook miliknya mengagung-agungkan tindakan Hamas tuduhan yang segera dibantahnya.

    Namun pengalaman singkatnya di penjara yang pertama hampir menghancurkannya.

    “Mereka kehilangan akal,” katanya tentang pemandangan yang dia saksikan di Megiddo.

    “Tidak ada hukum. Tidak ada ketertiban di dalam.”

    Baca juga:

    Khourieh mengatakan dia terhindar dari penyiksaan terburuk. Namun dia mengaku terkejut dengan perlakuan yang diterima sesama narapidana.

    “Mereka memukuli mereka dengan kejam tanpa alasan,” katanya kepada kami.

    “Mereka berteriak, ‘kami tidak melakukan apa-apa. Anda tidak perlu memukul kami.’”

    Saat berbicara dengan tahanan lain, dia segera mengetahui bahwa apa yang dilihatnya tidak normal.

    “Itu bukanlah perlakuan terbaik sebelum 7 Oktober, kata mereka kepada saya, namun setelahnya semuanya berbeda.”

    Saat berada di sel isolasi yang dikenal oleh para tahanan sebagai Tora Bora (merujuk pada jaringan gua al-Qaeda di Afghanistan), Khourieh mengatakan dia mendengar seorang narapidana yang dipukuli memohon bantuan medis di sel yang berdekatan.

    Menurut Khourieh, dokter mencoba menyelamatkannya, namun dia meninggal tak lama kemudian.

    Menurut laporan PBB, “pengumuman oleh Layanan Penjara Israel (IPS) dan organisasi tahanan menunjukkan bahwa 17 warga Palestina telah tewas dalam tahanan IPS antara tanggal 7 Oktober dan 15 Mei”.

    Sementara itu, pengacara militer Israel mengatakan pada tanggal 26 Mei bahwa mereka sedang menyelidiki kematian 35 tahanan Gaza dalam tahanan tentara.

    Beberapa bulan setelah pembebasan Khourieh sekali lagi, tanpa dakwaan pengacara tersebut masih kesulitan memahami apa yang ia saksikan di Megiddo.

    “Saya orang IsraelSaya seorang pengacara,” katanya kepada kami.

    “Saya telah melihat dunia di luar penjara. Sekarang saya di dalam. Saya melihat dunia lain.”

    Baca juga:

    Keyakinannya terhadap kewarganegaraan dan supremasi hukum, katanya, telah hancur.

    “Semuanya hancur setelah pengalaman ini.”

    Kami menyampaikan klaim mengenai penganiayaan yang meluas terhadap tahanan Palestina kepada pihak berwenang yang terlibat.

    Tentara mengatakan mereka “menolak tuduhan terang-terangan mengenai penganiayaan sistematis terhadap tahanan”.

    “Keluhan nyata mengenai pelanggaran atau kondisi penahanan yang tidak memuaskan,” kata pihak militer kepada kami, “akan diteruskan ke badan terkait di IDF, dan ditangani sebagaimana mestinya.”

    Sementara itu, layanan penjara mengatakan mereka “tidak mengetahui klaim yang Anda jelaskan, dan sejauh yang kami tahu, tidak ada kejadian seperti itu yang terjadi”.

    Channel 13The Israeli Prison Service denies the allegations of abuse, saying “no such events have occurred”

    Sejak 7 Oktober, Israel menolak memberikan akses terhadap tahanan Palestina kepada Komite Palang Merah Internasional (ICRC), sebagaimana diwajibkan oleh hukum internasional.

    Tidak ada penjelasan yang diberikan atas penolakan ini, namun pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sering mengungkapkan rasa frustrasinya atas kegagalan ICRC dalam mendapatkan akses terhadap sandera Israel dan sandera lainnya yang ditahan di Gaza.

    Asosiasi Hak Sipil di Israel (ACRI) menuduh pemerintah “secara sadar menentang hukum internasional”.

    Perlakuan terhadap tahanan Palestina memicu kemarahan publik, ketika para demonstran sayap kanan termasuk anggota parlemen Israel berusaha keras untuk mencegah penangkapan tentara yang dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap seorang tahanan dari Gaza di pangkalan militer Sde Teiman.

    Beberapa dari mereka yang melakukan protes adalah pengikut menteri keamanan garis keras Israel, Itamar Ben Gvir, orang yang bertanggung jawab atas layanan penjara.

    Ben Gvir sering berkoar-koar bahwa di bawah pengawasannya, kondisi para tahanan Palestina semakin memburuk.

    “Saya bangga bahwa pada masa saya, kami telah mengubah semua kondisi,” katanya kepada anggota parlemen Israel, Knesset, dalam sesi di parlemen pada Juli.

    Bagi B’Tselem, Ben Gvir memikul tanggung jawab yang berat atas pelanggaran yang kini dilaporkan.

    “Sistem ini berada di tangan kelompok sayap kanan, menteri paling rasis yang pernah dimiliki Israel,” kata Yuli Novak kepada kami.

    Baginya, perlakuan Israel terhadap tahanan, setelah peristiwa traumatis tanggal 7 Oktober, merupakan indikator berbahaya dari kemerosotan moral bangsa.

    “Trauma dan kecemasan menyertai kita setiap hari,” katanya.

    “Tetapi membiarkan hal ini mengubah kita menjadi sesuatu yang tidak manusiawi, tidak melihat manusia, menurut saya tragis.”

    (ita/ita)

  • Meta Minta Maaf Usai Hapus Postingan PM Malaysia Soal Pemimpin Hamas

    Meta Minta Maaf Usai Hapus Postingan PM Malaysia Soal Pemimpin Hamas

    Kuala Lumpur

    Raksasa teknologi, Meta, yang merupakan pemilik Facebook dan Instagram, meminta maaf karena sempat menghapus postingan media sosial (medsos) Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim saat mengucapkan duka cita untuk pemimpin politik Hamas Ismail Haniyeh yang dibunuh di Iran pekan lalu.

    Seperti dilansir AFP, Selasa 96/8/2024), permintaan maaf ini disampaikan ke publik pada Selasa (6/8) setelah kantor PM Malaysia memanggil perwakilan Meta untuk meminta kejelasan soal alasan postingan Facebook dan Instagram pada akun Anwar Ibrahim soal kematian Haniyeh dihapus.

    Meta merupakan induk perusahaan dari dua platform media sosial populer tersebut. Dalam permintaan maafnya, Meta menyebut penghapusan postingan medsos Anwar Ibrahim itu sebagai “kesalahan operasional”.

    “Kami meminta maaf atas kesalahan operasional di mana konten dari halaman Facebook dan Instagram milik Perdana Menteri dihapus,” ucap Meta dalam pernyataannya yang dikirim melalui email kepada AFP.

    “Kontennya telah dipulihkan dengan label layak diberitakan yang benar,” imbuh pernyataan tersebut.

    Haniyeh, yang menjabat pemimpin biro politik Hamas, tewas dalam serangan yang menghantam kediamannya di Teheran pada Rabu (31/7) pekan lalu. Baik Hamas maupun Iran meyakini Israel sebagai dalang serangan yang menewaskan Haniyeh dan seorang pengawalnya itu.

    Tel Aviv sendiri belum memberikan komentar langsung soal kematian Haniyeh.

    Postingan medsos Anwar Ibrahim menyertakan video yang menunjukkan sang PM Malaysia sedang melakukan panggilan telepon dengan seorang pejabat Hamas dan menyampaikan belasungkawa untuk kematian Haniyeh.

    Di Instagram, terdapat catatan dari Meta untuk postingan Anwar Ibrahim soal Haniyeh tersebut, yang menyatakan bahwa postingan tersebut dihapus karena dikaitkan dengan “individu dan organisasi berbahaya”.

    Kantor PM Malaysia menggambarkan penghapusan postingan itu oleh Meta sebagai “penindasan terang-terangan terhadap kebebasan berekspresi” dan menuntut permintaan maaf dari raksasa teknologi tersebut.

    Pekan lalu, Anwar Ibrahim menuduh Meta sebagai “pengecut” karena menghapus postingannya.

    Kelompok Hamas dianggap sebagai organisasi teroris oleh Amerika Serikat (AS), Israel dan Uni Eropa.

    Anwar Ibrahim selalu membela hubungan yang dijalin oleh Malaysia dengan Hamas, yang didukung Iran, yang melancarkan serangan mematikan terhadap Israel pada 7 Oktober tahun lalu hingga memicu perang di Jalur Gaza. Pada Mei tahun ini, Anwar Ibrahim bertemu dengan Haniyeh saat berkunjung ke Qatar.

    Dalam kunjungannya ke Jerman pada Maret lalu, Anwar menegaskan bahwa Malaysia menjalin hubungan dengan sayap politik Hamas, bukan dengan sayap bersenjata kelompok yang menguasai Jalur Gaza tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Mahasiswa Ingin Peraih Nobel Pimpin Pemerintah Interim Bangladesh

    Mahasiswa Ingin Peraih Nobel Pimpin Pemerintah Interim Bangladesh

    Dhaka

    Para demonstran mahasiswa Bangladesh mendesak agar peraih Nobel Perdamaian, Muhammad Yunus, memimpin pemerintahan interim negara tersebut setelah PM Sheikh Hasina dilengserkan dan militer mengambil alih kekuasaan.

    Dilansir AFP, Selasa (6/8/2024), seruan itu disampaikan oleh pemimpin utama kelompok demonstran Mahasiswa Melawan Diskriminasi (SAD), Nahid Islam, setelah Hasina meninggalkan istananya di Dhaka pada Senin (5/8) waktu setempat usai dituntut mundur oleh para demonstran yang membanjiri jalanan.

    “Kami telah memutuskan bahwa pemerintahan interim akan dibentuk di mana peraih Nobel yang terkenal secara internasional, Dr Muhammad Yunus, yang diterima secara luas, akan menjadi penasihat utama,” ucap Islam dalam pesan video pada Selasa (6/8) waktu setempat.

    Pernyataan Islam itu dirilis setelah panglima militer Bangladesh, Jenderal Waker-Uz-Zaman, mengatakan dalam siaran televisi pemerintah bahwa Hasina telah mengundurkan diri sebagai PM dan militer akan membentuk pemerintahan sementara.

    Waker diperkirakan akan bertemu dengan para pemimpin mahasiswa pada Selasa (6/8) malam.

    Pesan dukungan untuk Yunus juga disampaikan oleh pemimpin kelompok SAD lainnya, Asif Mahmud, dalam pernyataan via Facebook. “Kami percaya pada Dr Yunus,” tulis Mahmud dalam pernyataannya.

    Yunus yang seorang ekonom terkemuka dan kini berusia 84 tahun, banyak menuai pujian karena dianggap berhasil mengentaskan jutaan orang dari kemiskinan melalui bank keuangan mikro yang dirintisnya. Namun dia juga mendapat permusuhan dari Hasina, yang menuduhnya “menghisap darah” orang-orang miskin.

    Saat ini, Yunus berada di Eropa dan seorang pembantu dekatnya mengatakan pada Senin (5/8) malam bahwa dia belum menerima tawaran apa pun dari militer untuk memimpin pemerintahan interim Bangladesh.

    Sementara itu, Hasina yang berusia 76 tahun, telah berkuasa di Bangladesh sejak tahun 2009 dan dituduh melakukan kecurangan dalam pemilu Januari lalu yang memberikannya periode kelima sebagai PM.

    Unjuk rasa yang dimulai sejak bulan lalu untuk memprotes kuota pekerjaan pegawai negeri, telah meluas menjadi kerusuhan terburuk dalam 15 tahun pemerintahan Hasina dan berubah menjadi seruan yang lebih luas agar dia mundur dari jabatannya.

    Jutaan orang nekat turun ke jalanan dalam unjuk rasa selama sebulan terakhir, dengan baru-baru ini menuntut Hasina mundur. Pada Senin (5/8) waktu setempat, para demonstran mengabaikan jam malam tanpa batas waktu yang diberlakukan militer dan membanjiri jalanan Dhaka.

    Situasi itu memaksa Hasina untuk kabur dari istananya di Dhaka dan dia dilaporkan meninggalkan ibu kota Bangladesh dengan helikopter, sebelum istananya diserbu para demonstran yang kemudian mengacak-acak isinya.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • AS Desak Semua Pihak di Bangladesh Tahan Diri: Terlalu Banyak Nyawa Melayang

    AS Desak Semua Pihak di Bangladesh Tahan Diri: Terlalu Banyak Nyawa Melayang

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) menyerukan semua pihak untuk menahan diri di Bangladesh buntut demo berdarah yang terjadi di negara tersebut. AS meminta semua pihak menghormati pihak militer yang tengah membentuk pemerintahan sementara alih-alih menindak lebih lanjut pengunjuk rasa.

    “Kami mendesak semua pihak untuk menahan diri dari kekerasan lebih lanjut. Terlalu banyak nyawa yang telah hilang selama beberapa minggu terakhir, dan kami mendesak ketenangan dan pengendalian diri dalam beberapa hari ke depan,” kata juru bicara Departemen Luar Negeri Matthew Miller kepada wartawan, dilansir AFP, Selasa (6/8/2024).

    Sebagai informasi, PM Bangladesh Hasina telah berusaha untuk meredam protes nasional terhadap pemerintahnya sejak awal Juli 2024. Namun demikian, kini ia meninggalkan negara itu setelah hampir 100 orang terbunuh pada hari Minggu (4/8) kemarin.

    Sementara itu, Miller mengatakan pihaknya telah menerima laporan bahwa tentara setempat menolak tekanan untuk menindak lebih lanjut demonstrasi yang dipimpin mahasiswa. Dia pun mendorong agar adanya transisi segera sesuai dengan hukum yang berlaku di Bangladesh.

    “Jika benar bahwa tentara menolak seruan untuk menindak pengunjuk rasa yang sah, itu akan menjadi perkembangan positif,” katanya.

    “Kami menyambut baik pengumuman pemerintahan sementara dan mendesak setiap transisi dilakukan sesuai dengan hukum Bangladesh,” lanjut dia.

    Ketika ditanya apakah militer harus memilih kepemimpinan berikutnya, Miller mengaku ingin melihat rakyat Bangladesh menentukan pemerintahan Bangladesh di masa depan.

    “Sangat penting bagi kita untuk melakukan penyelidikan penuh dan transparan untuk memastikan akuntabilitas atas kematian ini,” sambung Miller.

    PM Bangladesh Kabur

    Perdana Menteri (PM) Bangladesh, Sheikh Hasina, dilaporkan telah meninggalkan istananya di Dhaka pada Senin (5/8) waktu setempat, saat para demonstran, yang menuntut dirinya mengundurkan diri, kini memenuhi jalanan ibu kota negara tersebut.

    Seperti dilansir AFP, Senin (5/8/2024), para demonstran yang tampak gembira melambaikan bendera nasional Bangladesh dan melakukan perayaan damai, termasuk beberapa menari di atas tank, saat sumber yang dekat dengan Hasina mengungkapkan sang PM telah meninggalkan istananya di Dhaka menuju ke “tempat yang lebih aman”.

    “Dia ingin merekam pidatonya, tapi dia tidak mendapat kesempatan untuk melakukannya,” tutur sumber yang dekat dengan Hasina saat berbicara kepada AFP.

    Anak laki-laki Hasina mendesak pasukan keamanan Bangladesh untuk menghalangi pengambilalihan kekuasaan. Sementara seorang penasihat senior mengatakan kepada AFP bahwa pengunduran diri Hasina adalah “sebuah kemungkinan” setelah ditanya apakah sang PM akan menuruti tuntutan rakyat.

    “Tugas Anda adalah menjaga keselamatan rakyat dan negara kita serta menjunjung konstitusi,” tegas putra Hasina, Sajeeb Wazed Joy, yang tinggal di Amerika Serikat (AS) dalam postingan Facebook-nya.

    (maa/maa)

  • Bocah 12 Tahun Dirudapaksa Empat Pemuda di Blitar

    Bocah 12 Tahun Dirudapaksa Empat Pemuda di Blitar

    Blitar (beritajatim.com) – Bocah 12 tahun asal Kecamatan Doko, Kabupaten Blitar menjadi korban rudapaksa dempat pemuda. Para pelaku adalah DK (27), DA (19), DAP (28), dan IM (18), mereka semua berasal dari Kecamatan Selopuro,.

    “Saudara korban mengetahui korban pulang saat subuh, kemudian dilaporkan kepada orang tuanya. Setelah ditanyai, korban mengaku telah disetubuhi dan dicabuli oleh empat pelaku,” kata Kasat Reskrim Polres Blitar, AKP Febby Pahlevi Riza, Rabu (31/7/2024).

    Kasus ini terungkap usai korban melaporkan aksi persetubuhan yang dilakukan oleh keempat pelaku kepada orang tuanya. Menurut pengakuannya korban telah berusaha melawan, tapi karena dipaksa oleh keempat orang pemuda tersebut akhirnya ia tak berdaya.

    “Karena ditolak berhubungan badan, IM melakukan pencabulan kepada korban. Melihat hal itu, DK turut mengajak korban untuk berhubungan badan namun korban tetap menolak. Hingga akhirnya DK membawa paksa korban ke kamar mandi, dan melakukan rudapaksa,” jelasnya.

    Melihat IM dan DK melakukan aksi pencabulan akhirnya kedua pelaku lainnya juga melakukan hal yang sama. Hingga akhir peristiwa miris tersebut terjadi.

    Peristiwa ini terjadi lantaran para pelaku di bawah pengaruh minuman beralkohol. Awalnya korban diajak oleh salah seorang tersangka yakni IM (18) untuk diajak membeli arak. Namun, saat di tengah jalan korban diajak ke rumah DAP (28) untuk meminum miras/arak.

    Korban bisa melarikan diri usai para pelaku lemas akibat terlalu banyak mengkonsumsi alkohol. Seketika korban langsung pulang ke rumah dan melaporkan peristiwa itu kepada kedua orang tuanya.

    “Korban dan IM sudah kenal melalui Facebook, IM hendak meminjam uang ke korban untuk membeli arak. Tetapi ternyata korban diajak ke rumah DAP, disana sudah ada beberapa tersangka lain yang sedang mengkonsumsi miras,” pungkasnya.

    Para tersangka akan dijerat dengan Pasal 81 dan Pasal 82 UU Nomor 17 tentang Perlindungan Anak. Adapun ancaman hukumannya yakni maksimal 15 tahun penjara. [owi/beq]

  • Aplikasi Pengganti WhatsApp Kian Meledak Penggunanya

    Aplikasi Pengganti WhatsApp Kian Meledak Penggunanya

    Jakarta

    Aplikasi Telegram pelan tapi pasti mengejar WhatsApp. Dalam perkembangan terbaru, sang pendiri Pavel Durov mengabarkan bahwa Telegram saat ini telah mencapai 950 juta pengguna aktif per bulan dan ia kembali menegaskan target untuk melampaui angka 1 miliar tahun ini.

    Telegram yang berbasis di Dubai, didirikan Durov, kelahiran Rusia, yang meninggalkan negaranya tahun 2014 setelah menolak memenuhi tuntutan menutup komunitas oposisi di platform media sosial VK miliknya, yang ia jual.

    “Kami mungkin akan melampaui satu miliar pengguna aktif bulanan dalam satu tahun sekarang. Telegram menyebar seperti kebakaran hutan,” kata Durov dalam pernyataan terpisah belum lama ini, sosok yang sepenuhnya memiliki Telegram, seperti dikutip detikINET dari Reuters.

    Perusahaan juga berencana meluncurkan toko aplikasi dan browser dalam aplikasi dengan dukungan untuk halaman web3 bulan ini. Pada bulan Maret silam, Telegram melampaui 900 juta pengguna. Saat itu, dalam wawancara dengan Financial Times, Durov mengatakan Telegram menargetkan dapat meraih untung tahun depan.

    Saingan utama Telegram tentu adalah WhatsApp yang masih unggul cukup jauh, dengan memiliki lebih dari dua miliar pengguna aktif bulanan. Durov sendiri berulangkali di masa lalu kerap mengkritik WhatsApp, misalnya soal keamanannya.

    Telegram, yang sangat berpengaruh di negara-negara republik bekas Uni Soviet, menduduki peringkat sebagai salah satu platform media sosial utama, setelah Facebook, YouTube, WhatsApp, Instagram, TikTok, dan WeChat.

    Durov mengatakan mendapat ide membuat aplikasi pesan terenkripsi sebagai cara berkomunikasi saat dia di bawah tekanan di Rusia. Adiknya, Nikolai, merancang enkripsi tersebut. Dia mengklaim meninggalkan Rusia karena tak mau menerima perintah pemerintah mana pun. Ia menyebut klaim Telegram dikendalikan Rusia sebagai rumor palsu yang disebar pesaing yang mengkhawatirkan pertumbuhan Telegram.

    “Saya lebih suka bebas daripada menerima perintah dari siapa pun,” kata Durov tentang kepergiannya dari Rusia. Dia pernah coba ke Amerika Serikat tapi menurutnya, terutama dalam merekrut talenta global, birokrasi di sana terlalu berat dan dia diserang di jalanan San Francisco oleh orang yang coba mencuri ponselnya.

    Yang lebih mengkhawatirkan, katanya, ia mendapat terlalu banyak perhatian dari badan keamanan AS termasuk FBI. Durov mengklaim lembaga-lembaga AS mencoba mempekerjakan pegawainya untuk menemukan backdoor Telegram. FBI belum menanggapi tudingan Durov ini.

    Durov pun memilih Uni Emirat Arab karena negara itu adalah netral yang ingin berteman dengan semua dan tidak bersekutu dengan negara adidaya mana pun. Jadi dia merasa Uni Emirat Arab adalah tempat terbaik untuk Telegram.

    (fyk/fyk)

  • Pembunuhan Pakis Malang, Polres Tangkap Wanita Surabaya

    Pembunuhan Pakis Malang, Polres Tangkap Wanita Surabaya

    Malang (beritajatim.com) – Tim Khusus Satuan Reserse Kriminal Polres Malang akhirnya berhasil meringkus seorang wanita yang diduga menjadi tersangka perampokan disertai pembunuhan, Minggu (21/7/2024) malam ini.

    Dari hasil penyelidikan selama 2 hari di Surabaya, terduga pelaku seorang wanita ini bersembunyi di sebuah kawasan di Krembangan, Kota Surabaya.

    Kepala Satuan Reserse Kriminal Polres Malang AKP Gandha Syah Hidayat membenarkan penangkapan tersebut. “Benar, dari penyelidikan kami di Surabaya, kita berhasil mengamankan seorang perempuan yang diduga menjadi tamu misterius tersebut saat kejadian berlangsung,” tegas Gandha, Minggu (21/7/2024) di Polres Malang.

    “Saat ini tamu misterius tersebut sedang menjalani pemeriksaan intensif oleh anggota Satreskrim Polres Malang,” sambungnya.

    Kata Gandha, pihaknya bersama Penyidik lainya saat ini fokus untuk mencari barang bukti sepeda motor korban dan HP serta barang bukti lainnya.

    Menurut Gandha, dugaan perampokan disertai kekerasan hingga korban meninggal dunia, terjadi di Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, pada Selasa (16/7/2024) sore lalu.

    Pemilik rumah seorang wanita bernama Sunik (48), meninggal dunia dengan luka di bagian kepala. Dugaan perampokan disertai pembunuhan tersebut diketahui kali pertama oleh suaminya, Juanto usai pulang bekerja sekitar pukul 16:00 WIB.

    Gandha menjelaskan, pihaknya juga sudah meminta keterangan sejumlah saksi. Sebanyak 11 saksi itu juga turut diperiksa. Termasuk melacak keberadaan pelaku hingga keluar dari wilayah Malang Raya.

    “Setelah kami lakukan olah TKP, korban meninggal dunia dengan luka di kepala,” ucap Gandha.

    Menurut Gandha, dari keterangan warga, sebelumnya ada tamu wanita berkunjung ke rumah korban. Gandha menyebut, semua informasi yang disampaikan masih terus dilakukan pendalaman hingga berhasil mengamankan seorang wanita berinisial EW (51), terduga pelaku warga Surabaya.

    Diduga, tersangka mengenal korban melalui jejaring pertemanan di media sosial Facebook sebelum akhirnya terjadi peristiwa perampokan disertai pembunuhan. (yog/but)

  • Kasus Pembunuhan Vina Cirebon Jadi Pembahasan Warganet di Sampang

    Kasus Pembunuhan Vina Cirebon Jadi Pembahasan Warganet di Sampang

    Sampang (beritajatim.com) – Penanganan kasus pembunuhan sepasang kekasih Vina dan Eki di Cirebon, ibarat magnet yang menarik benda lawan jenis. Sebab, banyak akun-akun media sosial seperti facebook dan Tiktok setiap hari memposting serta mengangkat isu tentang kasus 8 tahun silam itu. Warganet semangat untuk membahasnya.

    Apalagi, semenjak Pegi Setiawan dinyatakan bebas dari tersangka utama atas tuduhan sebagai pelaku pembunuhan dan pemerkosaan Senin, (8/7/2024). Di media sosial banjir komentar warganet yang ikut berbahagia serta memberikan ucapan selamat kepada kuli bangunan tersebut.

    “Kami selalu mengikuti perkembangan dan persidangan praperadilan yang dilakukan oleh Penasehat Hukum (PH) Pegi Setiawan, dan alhamdulilah Pegi bebas,” kata H. Karrop, salah satu warga Sampang yang selalu memantau perkembangan kasus pembunuham sepasang kekasih Vina dan Eki, Jumat (12/7/2024).

    Pria asal Kecamatan Pengarengan ini juga menilai bahwa bebasnya Pegi Setiawan semakin mendekati terungkapnya pelaku pembunuhan dan pemerkosaan yang telah ditetapkan DPO oleh kepolisian Jawa Barat.

    “Tentunya kami tetap memantau dan menunggu proses penanganan kasus Vina dan Eky, semoga pelaku yang sebenarnya segera tertangkap, saya yakin banyak warga yang penasaran dan menunggu kerja kepolisian untuk menangkap para DPO,” imbuhnya.

    Karrop mengakui kasus pembunuhan dan pemerkosaan oleh kawanan remaja yang diangkat di layar lebar ini menjadi pelajaran bagi orang tua untuk selalu waspada kepada perilaku dan pergaulan anak.

    “Ada pesan moral yang kami tangkap terkait film Vina Sebelum 7 Hari serta penanganan kasusnya, diantaranya kita harus selalu memantau dan menjaga anak-anak kita agar tidak salah jalan dalam bergaul di luar rumah,” pungkasnya. [sar/suf]

  • Warga Pati Jateng Nekat Sikat TV Hotel Melati di Jatim

    Warga Pati Jateng Nekat Sikat TV Hotel Melati di Jatim

    Surabaya (beritajatim.com) – Warga Pati, Jawa Tengah berinisial AD (20) nekat menggasak TV hotel di Jawa Timur. Dalam aksinya, dalam melakukan aksinya ia dibantu oleh pemuda Wonokromo, Surabaya berinisial TG (20).

    Kapolsek Genteng, Kompol Bayu Halim mengatakan, ditangkapnya dua bandit pencurian TV hotel itu berawal dari laporan yang masuk. Ketika diselidiki, petugas kepolisian menemukan identitas keduanya.

    “Mereka sudah beraksi 4 kali. Sasarannya selalu hotel melati. 2 kali di Surabaya, sekali di Sidoarjo dan sekali di Malang,” kata Bayu Halim, Kamis (11/7/2024).

    Dalam melakukan aksinya, pelaku hanya bermodalkan obeng. Mereka berdua menggunakan obeng untuk melepas TV hotel dari bracket (besi penyangga). Ketika keluar hotel, mereka membawa dengan menggunakan tas laundry dan ditumpuk oleh baju-baju.

    “Dari data kepolisian, keduanya juga terlibat dalam beberapa kasus penggelapan sepeda motor di Surabaya, Kediri dan Magetan,” imbuh Bayu.

    Dari keterangan kedua tersangka, Barang hasil curian dijual di marketplace melalui Facebook dengan harga Rp250 ribu hingga Rp750 ribu. Mereka mengaku, uang hasil penjualan dibagi dua dan dibuat memenuhi kebutuhan hidup.

    “Dari tangan kedua pelaku kami berhasil mengamankan barang bukti berupa 3 buah Obeng dan 1 unit Televisi LED merk SAMSUNG 22 inch Warna hitam,” pungkas Bayu.

    Untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, kedua pelaku kami jerat dengan Pasal 363 KUHP tentang pencurian dengan pemberatan dengan ancaman hukuman maksimal 7 tahun penjara. [ang/beq]

  • Permintaan Maaf MS atas Unggahan di Media Sosial Diterima Kapolres Lumajang

    Permintaan Maaf MS atas Unggahan di Media Sosial Diterima Kapolres Lumajang

    Lumajang (beritajatim.com) – Seorang perempuan berinisial MS (21) asal Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Lumajang, Jawa Timur, telah menyampaikan permintaan maaf langsung kepada Kapolres Lumajang AKBP Mohammad Zainul Rofik di Mapolres Lumajang pada Sabtu (6/7/2024).

    MS mengakui kesalahannya dalam menuduh polisi menerima suap Rp 70 juta terkait penanganan kasus pernikahan gadis 16 tahun tanpa wali. “Saya minta maaf dan mengakui saya salah karena tidak bijaksana dalam menggunakan media sosial,” ucapnya sambil berjabat tangan dengan Kapolres.

    Sebelumnya, beredar informasi di media sosial tentang dugaan suap terhadap polisi dalam kasus pernikahan gadis 16 tahun. Sejauh ini, akun yang diduga menyebarkan informasi hoaks di Facebook tidak terdeteksi alias dihapus. Namun, Kapolres Lumajang telah menegaskan bahwa tuduhan suap tersebut tidak benar dan pihaknya telah menangani kasus tersebut secara profesional.

    Kapolres Lumajang juga menegaskan bahwa MS tidak akan ditahan karena memiliki balita berusia 8 bulan. “Jadi kasus ini sudah selesai, tidak ada penahanan karena pertimbangan punya bayi yang baru berusia 8 bulan,” katanya.

    Muhammad Erik, tersangka pernikahan gadis 16 tahun tanpa wali, telah ditetapkan sebagai tersangka dan terancam Pasal 81 ayat (1) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2016 tentang Perlindungan Anak. [kun]