Perusahaan: Daily Mail

  • Bukan di Arab, Ternyata Ini Taman Eden Tempat Hawa & Adam

    Bukan di Arab, Ternyata Ini Taman Eden Tempat Hawa & Adam

    Jakarta, CNBC Indonesia – Lokasi asli Taman Eden ternyata bukan di Timur Tengah, melainkan di Afrika. Hal itu diungkapkan oleh seorang ilmuwan bernama Mahmood Jawaid yang mengklaim bahwa lokasi asli Taman Eden, tepatnya berada di Bahir Dar, Ethiopia.

    Seperti tertulis dalam Alkitab dan Al-Qur’an, Taman Eden adalah kediaman pertama Adam dan Hawa. Jawaid melandaskan penelitiannya pada pembacaan cermat terhadap Alkitab dan Al-Qur’an, dengan menganalisis deskripsi tentang Adam dan Hawa, sungai-sungai, serta taman itu sendiri.

    Dalam penelitian yang diterbitkan tahun ini, namun belum melalui proses peer review, Jawaid menyatakan bahwa wilayah Bahir Dar, yang terletak di ujung selatan Danau Tana dan menjadi sumber Sungai Nil Biru, memiliki ciri-ciri geografis yang sesuai dengan deskripsi Taman Eden dalam kitab suci.

    Menurut Alkitab, Taman Eden adalah surga di bumi tempat Tuhan menempatkan Adam dan Hawa. Di taman itu mengalir sebuah sungai yang bercabang menjadi empat, yakni Gihon, Efrat, Tigris, dan Pishon.

    Selama ini banyak ilmuwan meyakini Eden berada di sekitar Irak modern karena dua sungai, Tigris dan Eufrat, melintasi wilayah tersebut.

    Namun insinyur kimia yang berbasis di Texas itu berpendapat lain. Jawaid mengatakan bahwa Gihon yang disebut dalam Alkitab sebenarnya merujuk pada Sungai Nil Biru, yang berhulu di Danau Tana.

    Sementara aliran keluar danau yang bercabang menjadi beberapa sungai bisa jadi menggambarkan empat sungai yang disebut dalam Kitab Kejadian.

    “Semua petunjuk mengarah ke Bahir Dar, dekat Danau Tana, wilayah dengan keindahan luar biasa, vegetasi yang melimpah, dan sumber Sungai Nil Biru, yang sesuai dengan deskripsi kuno tentang sungai-sungai Eden,” tulis Jawaid dalam penelitiannya, dikutip dari Daily Mail, Sabtu (11/10/2025).

    Ia juga menyoroti istilah kuno “tanah Kush” yang disebut dalam Alkitab sebagai wilayah yang dikelilingi Sungai Gihon. Menurutnya, istilah Kush secara historis dikaitkan dengan Ethiopia, sehingga memperkuat hipotesis bahwa Eden berada di Afrika.

    “Danau Tana sangat cocok dengan deskripsi Eden,” kata dia. “Pegunungan vulkanik yang mengelilingi dataran tinggi di sekitarnya menjadi sumber bagi banyak sistem sungai.”

    Menurut dia, Danau Tana dianggap sebagai representasi Eden itu sendiri, sementara Taman Eden berada di bagian selatan, sekitar Bahir Dar, atau “di sebelah timur Eden” seperti disebut dalam Alkitab, tempat sungai keluar dari danau.

    Jawaid juga mencoba menafsirkan “pedang menyala-nyala” yang disebut dalam Kitab Kejadian, alat yang ditempatkan Tuhan di pintu masuk taman untuk mencegah manusia mengakses Pohon Kehidupan setelah Adam dan Hawa diusir.

    Ia menilai simbol itu bisa jadi merujuk pada aktivitas gunung berapi yang mengelilingi Danau Tana.

    “Mengingat lembah tersebut dikelilingi gunung berapi aktif secara historis, sangat mungkin bahwa gunung-gunung berapi inilah yang membentuk ‘pedang menyala’ yang disebut dalam Alkitab,” tulisnya.

    Penelitian tersebut menggabungkan deskripsi dari Alkitab dan Al-Qur’an, yang keduanya menggambarkan taman di bumi yang berbeda dari surga abadi bagi orang saleh.

    Menurut Jawaid, iklim sedang, tanah yang subur, serta sumber air yang berlimpah di Bahir Dar sesuai dengan deskripsi kitab suci tentang tempat yang bebas dari lapar, haus, dan panas terik.

    Ia juga mengutip hasil penjelajahan penulis sains Virginia Morell di wilayah tersebut. Morell menggambarkan Bahir Dar sebagai tempat yang dipenuhi bunga bugenvil berwarna-warni, bunga sepatu menjulang, dan semak kamboja harum.

    “Burung penyanyi, pengisap madu, penenun kerbau, dan finch merah muda beterbangan dari bunga ke bunga. Tumbuhan papirus tumbuh rapat di sepanjang tepian Danau Tana,” tulis Morell, menggambarkan suasana yang disebutnya nyaris seperti surga di bumi.

    Menurut Jawaid, gambaran itu memperkuat klaim bahwa Bahir Dar bisa jadi lokasi paling mendekati deskripsi surga dunia dalam kitab suci.

    “Karena menurut Al-Qur’an, Adam dan Hawa terlindung dari panas matahari, maka Bahir Dar adalah tempat yang ideal, di mana mereka bisa menikmati berbagai buah-buahan, mendengar kicauan burung, dan menghirup udara beraroma harum,” tulis Jawaid menutup penelitiannya.

    (dem/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bukan di Arab, Ternyata Ini Taman Eden Tempat Hawa & Adam

    Asal Adam dan Hawa Bukan di Arab, Peneliti Amerika Tunjuk Lokasinya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Seorang ilmuwan bernama Mahmood Jawaid mengklaim bahwa lokasi asli Taman Eden, bukan berada di Timur Tengah, melainkan di Afrika, tepatnya di Bahir Dar, Ethiopia.

    Taman Eden adalah sebuah tempat yang disebut dalam Alkitab dan Al-Qur’an sebagai kediaman pertama Adam dan Hawa.

    Jawaid mendasarkan penelitiannya pada pembacaan cermat terhadap Alkitab dan Al-Qur’an, dengan menganalisis deskripsi tentang Adam dan Hawa, sungai-sungai, serta taman itu sendiri.

    Dalam penelitian yang diterbitkan tahun ini, namun belum melalui proses peer review, Jawaid menyatakan bahwa wilayah Bahir Dar, yang terletak di ujung selatan Danau Tana dan menjadi sumber Sungai Nil Biru, memiliki ciri-ciri geografis yang sesuai dengan deskripsi Taman Eden dalam kitab suci.

    Menurut Alkitab, Taman Eden adalah surga di bumi tempat Tuhan menempatkan Adam dan Hawa. Di taman itu mengalir sebuah sungai yang bercabang menjadi empat, yakni Gihon, Efrat, Tigris, dan Pishon.

    Selama ini banyak ilmuwan meyakini Eden berada di sekitar Irak modern karena dua sungai, Tigris dan Eufrat, melintasi wilayah tersebut.

    Namun insinyur kimia yang berbasis di Texas itu berpendapat lain. Jawaid mengatakan bahwa Gihon yang disebut dalam Alkitab sebenarnya merujuk pada Sungai Nil Biru, yang berhulu di Danau Tana.

    Sementara aliran keluar danau yang bercabang menjadi beberapa sungai bisa jadi menggambarkan empat sungai yang disebut dalam Kitab Kejadian.

    “Semua petunjuk mengarah ke Bahir Dar, dekat Danau Tana, wilayah dengan keindahan luar biasa, vegetasi yang melimpah, dan sumber Sungai Nil Biru, yang sesuai dengan deskripsi kuno tentang sungai-sungai Eden,” tulis Jawaid dalam penelitiannya, dikutip dari Daily Mail, Jumat (10/10/2025).

    Ia juga menyoroti istilah kuno “tanah Kush” yang disebut dalam Alkitab sebagai wilayah yang dikelilingi Sungai Gihon. Menurutnya, istilah Kush secara historis dikaitkan dengan Ethiopia, sehingga memperkuat hipotesis bahwa Eden berada di Afrika.

    “Danau Tana sangat cocok dengan deskripsi Eden,” kata dia. “Pegunungan vulkanik yang mengelilingi dataran tinggi di sekitarnya menjadi sumber bagi banyak sistem sungai.”

    Menurut dia, Danau Tana dianggap sebagai representasi Eden itu sendiri, sementara Taman Eden berada di bagian selatan, sekitar Bahir Dar, atau “di sebelah timur Eden” seperti disebut dalam Alkitab, tempat sungai keluar dari danau.

    Jawaid juga mencoba menafsirkan “pedang menyala-nyala” yang disebut dalam Kitab Kejadian, alat yang ditempatkan Tuhan di pintu masuk taman untuk mencegah manusia mengakses Pohon Kehidupan setelah Adam dan Hawa diusir.

    Ia menilai simbol itu bisa jadi merujuk pada aktivitas gunung berapi yang mengelilingi Danau Tana.

    “Mengingat lembah tersebut dikelilingi gunung berapi aktif secara historis, sangat mungkin bahwa gunung-gunung berapi inilah yang membentuk ‘pedang menyala’ yang disebut dalam Alkitab,” tulisnya.

    Penelitian tersebut menggabungkan deskripsi dari Alkitab dan Al-Qur’an, yang keduanya menggambarkan taman di bumi yang berbeda dari surga abadi bagi orang saleh.

    Menurut Jawaid, iklim sedang, tanah yang subur, serta sumber air yang berlimpah di Bahir Dar sesuai dengan deskripsi kitab suci tentang tempat yang bebas dari lapar, haus, dan panas terik.

    Ia juga mengutip hasil penjelajahan penulis sains Virginia Morell di wilayah tersebut. Morell menggambarkan Bahir Dar sebagai tempat yang dipenuhi bunga bugenvil berwarna-warni, bunga sepatu menjulang, dan semak kamboja harum.

    “Burung penyanyi, pengisap madu, penenun kerbau, dan finch merah muda beterbangan dari bunga ke bunga. Tumbuhan papirus tumbuh rapat di sepanjang tepian Danau Tana,” tulis Morell, menggambarkan suasana yang disebutnya nyaris seperti surga di bumi.

    Menurut Jawaid, gambaran itu memperkuat klaim bahwa Bahir Dar bisa jadi lokasi paling mendekati deskripsi surga dunia dalam kitab suci.

    “Karena menurut Al-Qur’an, Adam dan Hawa terlindung dari panas matahari, maka Bahir Dar adalah tempat yang ideal, di mana mereka bisa menikmati berbagai buah-buahan, mendengar kicauan burung, dan menghirup udara beraroma harum,” tulis Jawaid menutup penelitiannya.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ahli Buktikan Long COVID Nyata! Pasien Bisa Alami ‘Kabut Otak’

    Ahli Buktikan Long COVID Nyata! Pasien Bisa Alami ‘Kabut Otak’

    Jakarta

    Para ilmuwan mengatakan mereka akhirnya menemukan penyebab brain fog atau kabut otak pada orang-orang dengan long COVID-19. Itu merupakan kondisi saat pasien masih merasakan gejala COVID-19 berkepanjangan, meski statusnya sudah dinyatakan negatif.

    Temuan ini dapat menjelaskan mengapa jutaan orang terus mengalami masalah memori dan konsentrasi berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun setelah terinfeksi.

    Di Inggris, diperkirakan 1,9 juta orang hidup dengan long COVID, yang terdiri dari kelelahan, sesak napas, dan nyeri sendi. Tetapi, salah satu yang paling melemahkan adalah kabut otak.

    Kabut otak merupakan masalah kognitif, termasuk daya ingat yang buruk, berpikir lebih lambat, dan kesulitan fokus, yang mempengaruhi lebih dari 80 persen orang yang pernah terinfeksi COVID-19.

    Hingga saat ini, para peneliti menduga COVID-19 dapat memicu perubahan struktural di otak, tetapi belum dapat menentukan penyebab molekulernya.

    Kini, para ilmuwan Jepang telah mengembangkan cara untuk secara langsung memvisualisasikan reseptor kunci di otak yang terkait dengan memori dan pembelajaran. Ini dilakukan untuk mengungkap apa yang mungkin mendasari masalah tersebut.

    Dalam sebuah studi yang dipublikasikan di Brain Communications, para peneliti mengamati reseptor AMPAR, protein pada permukaan sel otak yang membantu mengirimkan sinyal yang terlibat dalam pembelajaran dan memori.

    Aktivitas abnormal pada AMPAR sebelumnya dikaitkan dengan kondisi, seperti depresi, gangguan bipolar, dan demensia. Dengan menggunakan pemindaian otak tingkat lanjut, para peneliti membandingkan 30 pasien COVID-19 jangka panjang dengan 80 relawan sehat dan menemukan peningkatan aktivitas AMPAR yang signifikan, di antara mereka yang memiliki gejala kognitif.

    Semakin parah kabut otak, maka semakin padat aktivitas reseptornya. Hal ini menunjukkan adanya hubungan biologis yang jelas dengan COVID-19 jangka panjang, dan target potensial untuk pengobatan di masa mendatang.

    “Temuan kami dengan jelas menunjukkan bahwa kabut otak COVID-19 jangka panjang harus diakui sebagai kondisi klinis yang sah,” beber Profesor Takuya Takahashi, seorang pakar mekanisme molekuler dan rekan penulis studi, dikutip dari Daily Mail.

    “Hal ini dapat mendorong industri perawatan kesehatan untuk mempercepat pengembangan pendekatan diagnostik dan terapeutik untuk gangguan ini,” sambungnya.

    Tim tersebut berhasil membedakan setiap pasien long COVID dari kelompok kontrol yang sehat menggunakan teknik pencitraan otak baru mereka, sebuah terobosan potensial untuk diagnosis.

    Para peneliti kini berharap teknologi ini dapat membantu mengembangkan pengobatan yang menekan aktivitas AMPAR, sehingga mengurangi kabut otak pada pasien di masa mendatang.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Mencurigakan, Jet Mata-mata AS Seliweran di Sekitar Rusia

    Mencurigakan, Jet Mata-mata AS Seliweran di Sekitar Rusia

    Jakarta

    Sebuah jet Angkatan Udara Amerika Serikat (AS) yang dirancang untuk mengumpulkan intelijen pada sistem radar musuh terlihat berputar-putar di atas Rusia. Peristiwa ini dianggap mencurigakan karena terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di antara dengan AS dengan Rusia, dan kekhawatiran akan terjadinya Perang Dunia III.

    Data pelacakan penerbangan menunjukkan RC-135U ‘Combat Sent’ lepas landas dari Inggris pada Selasa (7/10) pagi, terbang di atas negara-negara Baltik dan berputar di sekitar Kaliningrad, daerah kantong Rusia antara Polandia dan Lithuania, sebelum kembali ke Inggris.

    Jet Amerika berangkat dari Mildenhall, pangkalan Angkatan Udara Kerajaan di Suffolk, pukul 2:32 pagi ET dan mendarat pukul 9:36 pagi. Misi tersebut dilakukan sehari setelah Kanselir Jerman Friedrich Merz menuduh Rusia melancarkan ‘perang hibrida’ terhadap Jerman.

    Merz menuding Presiden Vladimir Putin bertanggung jawab atas serangan pesawat pengintai tak berawak yang mengganggu Bandara Munich dan menyebabkan lebih dari 10 ribu penumpang terlantar.

    Penerbangan dibatalkan selama Hari Persatuan Jerman, berbarengan dengan saat Munich bersiap untuk akhir pekan terakhir Oktoberfest, yang menarik lebih dari enam juta pengunjung setiap tahunnya.

    “Dia melancarkan perang informasi melawan kita. Dia melancarkan perang militer melawan Ukraina, dan perang ini ditujukan kepada kita semua,” ujar Merz seperti dikutip dari Daily Mail.

    Serangan ini merupakan yang terbaru dalam serangkaian dugaan penerbangan pesawat tak berawak melintasi wilayah udara Uni Eropa dan NATO.

    Angkatan Udara AS menggambarkan pesawat mata-mata tersebut menyediakan informasi pengintaian elektronik strategis kepada presiden, Menteri Perang dan pimpinan Departemen Pertahanan.

    “Menemukan dan mengidentifikasi sinyal radar darat, laut, dan udara militer asing, Combat Sent mengumpulkan dan memeriksa setiap sistem secara teliti, menyediakan analisis strategis bagi para prajurit,” demikian keterangan tentang pesawat tersebut.

    Semua pesawat tempur RC-135U dilengkapi untuk pengisian bahan bakar di udara, yang secara efektif memberikan jangkauan tak terbatas, dan membawa sistem komunikasi dan navigasi canggih.

    Yang termasuk di dalamnya adalah radio frekuensi tinggi, sangat tinggi, dan ultra tinggi, radar navigasi darat, unit Doppler, dan sistem inersia yang menggabungkan titik-titik langit dengan GPS.

    Pesawat tersebut mudah dikenali dari susunan antena khasnya di bagian dagu dan ujung sayap, fairing pipi yang besar, serta ekor yang memanjang. Awak kapal biasanya terdiri dari dua pilot, seorang navigator, dua teknisi sistem udara, setidaknya 10 perwira perang elektronik yang dikenal sebagai ‘Ravens,’ dan spesialis teknis tambahan.

    Pesawat tersebut merekam dan menganalisis emisi elektronik dari radar dan sistem komunikasi asing, yang memungkinkan analis untuk mengidentifikasi dan memetakan kemampuan musuh serta mengembangkan tindakan balasan.

    Meskipun alasan misi hari Selasa (7/10) tidak diketahui, FlightRadar24 juga melihat pesawat yang sama, dengan tanda panggilan JAKE37, lepas landas dari bandara yang sama di Inggris dan mengitari Kaliningrad pada 2 Oktober, hari yang sama ketika drone muncul di Jerman.

    Bandara Munich, salah satu bandara terbesar di Jerman, terpaksa membatalkan penerbangan pada Kamis (2/10_ dan Jumat (3/10) malam pekan lalu, sebelum dibuka kembali mulai pukul 7.00 waktu setempat (1 pagi EST) pada Sabtu (4/10) minggu lalu .

    Gangguan tersebut, yang mengakibatkan 46 keberangkatan dari bandara dibatalkan atau ditunda, terjadi saat negara itu merayakan Hari Persatuan Jerman. Munich juga bersiap untuk akhir pekan terakhir acara tahunan Oktoberfest.

    Serangan itu merupakan yang terbaru dalam serangkaian penerbangan pesawat tak berawak yang mencurigakan di wilayah udara Uni Eropa dan negara-negara anggota NATO. Bandara di Denmark, Norwegia, dan Polandia baru-baru ini menangguhkan penerbangan karena adanya pesawat tak berawak tak dikenal, sementara Rumania dan Estonia menuding Rusia sebagai dalangnya. Namun, Rusia menepis tuduhan tersebut.

    Juru bicara Rusia Dmitry Peskov mengatakan tudingan tersebut tak berdasar. “Banyak politisi di Eropa kini cenderung menyalahkan Rusia tanpa dasar dan tanpa pandang bulu atas segala hal. Begitulah cara kami memandang pernyataan-pernyataan ini,” sebutnya.

    “Seluruh cerita tentang pesawat tak berawak ini aneh, paling tidak, tetapi Rusia tidak bisa disalahkan tanpa bukti,” tegasnya.

    (rns/rns)

  • Temuan di Mesir Ungkap Bukti Baru Kisah Nabi Musa

    Temuan di Mesir Ungkap Bukti Baru Kisah Nabi Musa

    Jakarta

    Sebuah bengkel kuno yang digali di Mesir kemungkinan besar menawarkan bukti baru untuk kisah Musa yang dituliskan dalam Alkitab.

    Para peneliti menemukan bengkel peleburan tembaga, beberapa bangunan kuno, dan titik pengamatan di situs Wadi al-Nasb di Sinai Selatan. Di dalam bengkel, tim menemukan tungku untuk melebur tembaga, peralatan untuk menyiapkan bahan baku, wadah peleburan tanah liat, bejana tembikar, dan terak tembaga dalam jumlah besar.

    Situs ini terletak di dekat wilayah pertambangan kuno Serabit el-Khadim, yang secara historis dikenal dengan ekstraksi pirus dan tembaga. Para peneliti menekankan pentingnya sejarah bengkel tersebut, dengan menunjukkan bahwa bangsa Mesir kuno memiliki pengetahuan maju tentang pertambangan dan pembuatan logam, yang penting untuk peralatan, senjata, dan kerajinan.

    Lokasinya juga dekat dengan area yang secara tradisional dikaitkan dengan rute Exodus, termasuk Gunung Sinai. Meskipun para arkeolog belum secara langsung menghubungkan reruntuhan itu dengan Musa atau orang Israel, para peneliti ahli Alkitab mencatat bahwa para pekerja Ibrani atau Israel secara historis bekerja dalam operasi penambangan Mesir, dan prasasti proto-Israel telah ditemukan di Serabit el-Khadim.

    Menurut Book of Exodus, Musa memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan di Mesir, mengembara melalui Gurun Sinai selama 40 tahun dan menerima Sepuluh Perintah Allah di Gunung Sinai.

    “Ini menambah dimensi baru pada pemahaman kita tentang sejarah aktivitas industri dan pertambangan di Mesir kuno,” kata Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir yang mengumumkan penelitian tersebut, dalam sebuah pernyataan yang dikutip dari Daily Mail.

    Dua bangunan batu pasir juga digali, satu di pintu masuk barat Wadi al-Nasb dan satu lagi di tempat situs tersebut bertemu dengan lembah gurun Wadi al-Sour. Para peneliti meyakini bangunan-bangunan ini berfungsi sebagai menara pengintai bagi para penjaga dan pekerja tambang, tetapi kemudian diubah menjadi fasilitas produksi tembaga selama periode Kerajaan Baru Mesir (1550-1070 SM).

    Tungku dan sisa-sisa tembaga di lokasi tersebut menunjukkan kemampuan pertambangan canggih orang Mesir kuno. Foto: Kementerian Pariwisata dan Purbakala Mesir

    Bangunan ketiga di tepi selatan Wadi al-Sour kemungkinan berfungsi sebagai pusat kendali operasi penambangan dan berisi arang dari pohon lokal dan tanah liat murni untuk membuat penutup perapian.

    Pada 1999, ahli Mesir Kuno asal Amerika, Gregory Mumford, menulis: “Tambang-tambang itu dikerjakan oleh tawanan perang dari Asia barat daya yang kemungkinan besar berbicara dalam bahasa Semit Barat Laut, seperti bahasa Kanaan yang merupakan nenek moyang bahasa Fenisia dan Ibrani.”

    Beberapa sarjana Alkitab juga mengutip bukti prasasti proto-Israel di Serabit el-Khadim, yang menunjukkan keberadaan pekerja Semit. Para peneliti bahkan menemukan prasasti untuk salah satu nama Tuhan dalam Alkitab Ibrani di situs tersebut.

    Menurut Alkitab, orang Israel diperbudak di Mesir, dipaksa membangun kota, dan bekerja dalam kondisi yang keras. Kemudian, Tuhan memilih Musa untuk menghadapi Firaun dan menuntut kebebasan mereka. Setelah bencana menimpa Mesir, Firaun membiarkan bangsa Israel pergi, yang kemudian melarikan diri melalui Laut Merah, yang secara ajaib terbelah.

    Musa dikatakan telah menerima Sepuluh Perintah Allah di Gunung Sinai selama tahun pertama perjalanan, akhirnya mencapai Tanah Perjanjian, juga dikenal sebagai Kanaan, sekitar tahun 1406 hingga 1407 SM.

    Beberapa ahli Alkitab telah mencatat bukti adanya pekerja Semit di Serabit el-Khadim, termasuk prasasti proto-Israel dan prasasti salah satu nama Tuhan dalam Alkitab Ibrani. Menurut Alkitab, Musa, seorang Ibrani yang dibesarkan di Mesir, memimpin bangsa Israel keluar dari perbudakan, menghadapi Firaun dan membimbing mereka melewati Gurun Sinai.

    Selama perjalanan mereka, mereka menerima Sepuluh Perintah di Gunung Sinai dan akhirnya mencapai Tanah Perjanjian, juga dikenal sebagai Kanaan, sekitar tahun 1406-1407 SM.

    (rns/agt)

  • Kenali Deretan Gejala Tak Biasa yang Bisa Jadi Tanda Sakit Jantung dan Stroke

    Kenali Deretan Gejala Tak Biasa yang Bisa Jadi Tanda Sakit Jantung dan Stroke

    JAKARTA – Penyakit jantung dan stroke merupakan penyakit yang dapat menyebabkan kematian pada seseorang. Kedua penyakit ini pada umumnya memiliki gejala yang sudah dikenal luas.

    Seperti penyakit jantung, gejalanya antara lain nyeri dada, sesak napas, keringat dingin, hingga mual. Sementara stroke gejalanya ialah wajah terkulai, lengan tidak bisa diangkat, hingga kesulitan bicara.

    Namun, di luar gejala tersebut, masih ada gejala lain penyakit jantung dan stroke yang tidak biasa sehingga sering diabaikan dan tidak disadari. Berikut beberapa gejala tersebut yang harus diketahui.

    1. Gusi Berdarah

    Dikutip dari Daily Mail, pada Sabtu, 4 Oktober 2025, gusi berdarah ternyata bisa berkaitan dengan penyakit jantung dan stroke. Sebuah studi di British Heart Foundation menemukan pengidap penyakit gusi 69 persen lebih mungkin terkena diabetes tipe 2, yang pada akhirnya meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

    “Kami percaya sebagian kaitan antara penyakit gusi dan penyakit kardiovaskular dapat dijelaskan oleh peradangan akibat bakteri di mulut,” kata ahli jantung dari Imperial College London, Profesor Rasha Al-Lamee.

    2. Tidur Mendengkur

    Tidur sambil mendengkur sering dikaitkan dnegan kondisi obstructive sleep apnoea (OSA), sebuah gangguan umum ketika dinging tenggorokan mengendur dan menutup dalam beberapa waktu ketika tidur.

    Kondisi ini ternyata dapat berkaitan dengan penyakit jantung sehingga jika sering mengalaminya, sebaiknya memeriksakan diri ke dokter.

    “Walau mendengkur itu sendiri tidak secara langsung terkait dengan penyakit jantung, tetapi sleep apnoea, iya. Ini karena hubungannya dengan obesitas dan kondisi metabolik lain sehingga harus dianggap sebagai tanda peringatan bila Anda belum mengelola faktor risiko tersebut,” ujar Rasha.

    3. Jari-Jari Mati Rasa hingga Kesemutan

    Jari-jari yang mati rasa hingga kesemutan sering dianggap sebagai hal sepele oleh banyak orang. Padahal, kondisi tersebut bisa menjadi salah satu tanda bahwa seseorang memiliki risiko penyakit jantung.

    Ketika suhu turun, pembuluh darah akan secara alami menyempit. Ini akan meningkatkan tekanan darah dan memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

    Untuk melindungi organ vital seperti otak, paru, dan ginjal, maka sirkulasi darah ke bagian tepi akan berkurang. Ini pada akhirnya yang membuat tangan dan kaki tampak pucat, kebiruan, mati rasa, hingga kesemutan.

    Jika jantung sedang bermasalah atau peredaran darah tidak baik, maka efek tersebut bisa lebih parah.

  • Waspada! Gejala Tak Biasa Ini Bisa Jadi Tanda Penyakit Jantung-Stroke

    Waspada! Gejala Tak Biasa Ini Bisa Jadi Tanda Penyakit Jantung-Stroke

    Jakarta

    Penyakit jantung dan stroke adalah dua penyakit berbahaya yang dapat menyebabkan kematian. Meski sering dianggap ‘penyakit orang tua’, nyatanya kedua masalah kardiovaskular ini semakin banyak dialami anak muda.

    Ahli jantung dari Imperial College London Profesor Rasha Al-Lamee mengungkapkan ada beberapa gejala harian yang bisa menjadi ‘tanda peringatan’ untuk masalah jantung. Paling umum adalah sesak napas saat beraktivitas, nyeri dada yang pergi tanpa sebab jelas, serta rasa lelah tak biasa.

    Khusus pada wanita, ada beberapa gejala lain yang mungkin muncul seperti mual, gangguan pencernaan, pusing, nyeri perut bagian atas, atau pingsan.

    “Separuh pasien yang datang dengan serangan jantung tidak memiliki gejala yang jelas, tetapi hampir semuanya memiliki faktor risiko yang sebelumnya tidak terdiagnosis. Itulah sebabnya pemeriksaan rutin tekanan darah, kolesterol, dan diabetes sangat penting, serta penggunaan obat pencegahan bila diperlukan dapat menyelamatkan nyawa,” ucap Rasha dikutip dari Daily Mail, Jumat (3/10/2025).

    Gejala Lain yang Dapat Muncul

    Ada beberapa tanda lain yang mungkin kelihatannya tak ada hubungannya, tapi rupanya memiliki koneksi tidak langsung dengan penyakit jantung dan stroke. Berikut ini adalah beberapa di antaranya:

    1. Gusi Berdarah

    Masalah gusi berdarah rupanya dapat menjadi tanda adanya masalah kardiovaskular. Sebuah studi yang didanai British Heart Foundation menemukan pengidap penyakit gusi 69 persen lebih mungkin terkena diabetes tipe 2, yang pada gilirannya meningkatkan risiko serangan jantung dan stroke.

    Riset lain menunjukkan mengobati penyakit gusi dapat memperbaiki fungsi arteri dan mengurangi peradangan di seluruh tubuh.

    Ilmuwan yakin ini berkaitan dengan mikrobioma mulut yang ketika keseimbangannya terganggu, bakteri berbahaya berkembang, lalu memicu penyakit gusi sekaligus masalah kesehatan lain. Bakteri ini akhirnya bisa masuk ke aliran darah dan memicu peradangan lebih luas.

    Seiring waktu, proses ini mempercepat penumpukan di arteri, sehingga meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.

    Kami percaya sebagian kaitan antara penyakit gusi dan penyakit kardiovaskular dapat dijelaskan oleh peradangan akibat bakteri di mulut,” kata Rasha.

    “Namun, belum ada hubungan sebab-akibat yang pasti, dan penting diketahui bahwa orang dengan penyakit gusi sering juga memiliki penyakit lain dan kondisi kesehatan buruk yang membuat mereka berisiko terkena penyakit kardiovaskular,” sambungnya.

    2. Disfungsi Ereksi

    Arteri kecil yang menyuplai darah ke penis bisa tersumbat dan menyempit bertahun-tahun sebelum pembuluh besar di sekitar jantung menunjukkan tanda masalah. Akibatnya, pria dengan disfungsi ereksi jauh lebih mungkin mengalami gangguan kardiovaskular serius.

    Sebuah tinjauan besar terhadap puluhan studi, diterbitkan tahun 2020 di British Journal of Urology, menganalisis data dari ratusan ribu pria dan menemukan bahwa mereka yang mengalami disfungsi ereksi jauh lebih mungkin terkena penyakit jantung.

    “Karena arteri di penis lebih kecil daripada di tempat lain, penyumbatan yang menyebabkan disfungsi ereksi bisa menjadi tanda awal aterosklerosis atau penumpukan lemak di arteri, yang juga berkembang di bagian tubuh lain,” sambungnya.

    3. Tidur Ngorok

    Tidur sambil ngorok seringkali dikaitkan dengan kondisi obstructive sleep apnoea (OSA), sebuah gangguan umum ketika dinding tenggorokan mengendur dan menutup dalam beberapa waktu ketika tidur, sehingga memicu henti napas singkat.

    Tidak semua orang mengorok mengalami OSA, tapi keduanya saling terkait.. Sebuah tinjauan tahun 2022 terhadap lebih dari 150 ribu pasien menemukan orang yang tidur ngorok memiliki peluang 28 persen lebih tinggi untuk mengalami penyakit arteri koroner dibanding yang tidak mendengkur.

    “Walau mendengkur itu sendiri tidak secara langsung terkait dengan penyakit jantung, sleep apnoea iya. Ini karena hubungannya dengan obesitas dan kondisi metabolik lain, sehingga harus dianggap sebagai tanda peringatan bila Anda belum mengelola faktor risiko tersebut,” kata Rasha.

    4 Jari-jari Mati Rasa hingga Kesemutan

    Ketika suhu turun, pembuluh darah akan secara alami menyempit. Ini akan meningkatkan tekanan darah dan memaksa jantung bekerja lebih keras untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

    Untuk melindungi organ vital seperti otak, paru, dan ginjal, sirkulasi darah ke bagian tepi akan berkurang. Ini yang membuat tangan dan kaki tampak pucat, kebiruan, mati rasa, atau kesemutan.

    Bagi kebanyakan orang ini respons normal, tapi jika jantung sedang bermasalah atau peredaran darah tidak baik, efeknya bisa lebih parah.

    “Hal ini tidak serta-merta menandakan Anda berisiko penyakit jantung. Namun, bila digabung dengan faktor lain, ini bisa menjadi petunjuk tambahan,” tandas Rasha.

    Halaman 2 dari 3

    (avk/suc)

  • Bos NASA Pede 2035 Bangun Kampung di Bulan

    Bos NASA Pede 2035 Bangun Kampung di Bulan

    Jakarta

    NASA akan menempatkan seluruh ‘desa’ di Bulan pada 2035. Hal ini dengan percaya diri disampaikan pimpinan badan antariksa Amerika Serikat tersebut.

    Administrator NASA Sean Duffy, telah mengungkapkan rencana untuk membangun pos terdepan yang berkelanjutan dan permanen di permukaan Bulan dalam dekade berikutnya. Duffy berbicara di sebuah panel di International Aeronautical Congress (IAC) di Sydney, Australia bersama para kepala badan antariksa internasional lainnya.

    Selama panel tersebut, ia berkata: ‘Kita akan memiliki kehidupan manusia yang berkelanjutan di Bulan. Bukan sekedar pos terdepan, tetapi sebuah perkampungan.”

    Pada awal Februari tahun depan, NASA akan meluncurkan misi Artemis II dan mengirim empat astronaut dalam perjalanan ke Bulan pertama dalam lebih dari 50 tahun. Meskipun Artemis II tidak akan mendarat di permukaan Bulan, tujuan akhir NASA adalah membangun pangkalan jangka panjang di Bulan.

    Pangkalan itu kemungkinan bertenaga nuklir, mampu menampung astronaut secara permanen, dan dibangun dari bahan-bahan yang ditemukan di permukaan Bulan.

    Tahun ini, tema konferensi IAC adalah ‘Sustainable Space: Resilient Earth’ (Ruang Angkasa Berkelanjutan: Bumi yang Tangguh), yang menurut Duffy berarti bagaimana NASA dapat mempertahankan kehidupan di ruang angkasa.

    Sementara para pimpinan badan antariksa Eropa, Kanada, dan Jepang membicarakan bagaimana satelit mereka membantu penelitian iklim, NASA berfokus secara eksklusif pada eksplorasi antariksa.

    Selain mengungkap rencananya untuk eksplorasi Bulan, Duffy juga membuat klaim berani tentang ambisi AS untuk Mars. Ketika ditanya seperti apa keberhasilan NASA dalam satu dekade, Duffy mengatakan bahwa badan tersebut membuat kemajuan pesat dalam misi untuk mencapai Mars. Ia juga meramalkan bahwa AS akan menjadi yang terdepan dalam hal menempatkan manusia di Mars.

    Namun, tujuan NASA yang lebih mendesak adalah untuk menempatkan manusia kembali di Bulan untuk pertama kalinya sejak misi Apollo berakhir pada 1972. Selama misi Artemis II Februari mendatang, para astronaut akan menguji roket Sistem Peluncuran Luar Angkasa dan pesawat ruang angkasa Orion yang pada akhirnya akan membawa manusia ke Bulan.

    Seperti dikutip dari Daily Mail, s2elama 10 hari, kru akan menempuh jarak 9.200 km melewati Bulan, menguji sistem di pesawat dan mengumpulkan data tentang reaksi tubuh mereka, sebelum kembali ke Bumi.

    Namun ujian besar bagi NASA akan terjadi pada pertengahan tahun 2027 dengan peluncuran Artemis III, yang berencana mendaratkan dua astronaut di lokasi dekat kutub selatan Bulan.

    Tidak seperti misi Apollo yang menghabiskan waktu hingga 22 jam di permukaan Bulan, Artemis III mengharuskan astronaut untuk tinggal di Bulan selama sekitar tujuh hari. Data yang mereka kumpulkan tentang geologi dan kondisi di sekitar Kutub Selatan semuanya akan digunakan untuk mempersiapkan tujuan akhir membangun pangkalan permanen di Bulan, meskipun rincian teknisnya masih belum jelas.

    Pada Agustus lalu, Duffy meluncurkan arahan yang menyerukan AS untuk menjadi negara pertama yang menempatkan reaktor nuklir di Bulan. Setelah itu, NASA kini telah mengeluarkan Request For Information (RFI), meminta perusahaan untuk mendaftarkan minat mereka dalam membangun reaktor.

    Dijuluki Fission Surface Power System, NASA mengatakan reaktor ini perlu berbobot kurang dari 15 ton dan mampu menghasilkan daya 100kWe. Itu adalah energi yang cukup untuk memberi daya pada pangkalan Bulan selama 14 hari malam lunar, mengingat panel surya tidak akan efektif.

    Reaktor apa pun yang terbukti berguna di Bulan juga akan berharga untuk misi eksplorasi Mars di masa mendatang, dengan jarak yang ekstrem mengharuskan manusia untuk tinggal di permukaan untuk waktu yang lama.

    NASA juga telah mulai meneliti bahan-bahan yang dapat digunakan untuk membuat struktur pangkalan. Dalam percobaan baru-baru ini, para astronaut di ISS mempraktikkan teknik pencampuran semen untuk melihat seberapa baik hasilnya dalam kondisi di luar gravitasi Bumi.

    Dalam sebuah pernyataan, pejabat NASA mengatakan salah satu pilihan untuk membangun pangkalan Bulan adalah menggunakan lingkungan gravitasi mikro untuk mencampur tanah Bulan dengan material lain untuk membuat semen dan membangun struktur layak huni di Bulan.

    Jika terbukti layak, pangkalan tersebut dapat dicetak 3D oleh mesin yang dikirim ke Bulan dengan roket, hanya menggunakan tanah dan air Bulan yang ditemukan di lokasi Kutub Selatan.

    Meskipun ada kekhawatiran bahwa Presiden AS Donald Trump akan kehilangan minat dalam misi ke Bulan, di bawah pimpinan Duffy, NASA telah mengambil sikap yang semakin berani terhadap eksplorasi Bulan.

    Dalam pernyataan baru-baru ini, Duffy mengatakan bahwa NASA akan memenangkan perlombaan luar angkasa kedua melawan China melalui program Artemis. “Kami akan kembali ke Bulan, dan kali ini, saat kami menancapkan bendera, kami tinggal di sana,” tutupnya.

    (rns/rns)

  • Hati-hati Pikun Dini! Urine Seperti Ini Bisa Jadi Tanda Awal Demensia

    Hati-hati Pikun Dini! Urine Seperti Ini Bisa Jadi Tanda Awal Demensia

    Jakarta

    Penyakit demensia dapat ditandai dengan perubahan kondisi urine atau air kencing. Demensia merupakan penurunan fungsi otak yang dapat mengganggu kemampuan berpikir, berperilaku, hingga daya ingat atau yang umumnya disebut pikun.

    Penelitian di Swedia menemukan urine berbusa memiliki keterkaitan dengan demensia lebih tinggi hingga 40 persen. Urine berbusa umumnya disebabkan oleh kadar protein albumin yang terlalu tinggi, akibat kerusakan ginjal.

    Peneliti menemukan kaitan urine berbusa dan demensia paling besar ada di jenis demensia vaskular. Ahli mengatakan temuan ini menunjukkan masalah pada bagian organ lain, seperti ginjal, dapat memengaruhi otak dan menjadi faktor risiko demensia.

    “Ginjal dan otak mungkin terlihat seperti organ yang sangat berbeda, tetapi keduanya memiliki karakteristik penting yang sama. Keduanya bergantung pada jaringan pembuluh darah kecil yang rapuh. Ketika pembuluh darah di ginjal rusak, proses yang sama sering terjadi di otak,” ujar Dr Hong Xu, peneliti neurobiologi di Karolinska Institute dikutip dari Daily Mail, Minggu (28/9/2025).

    Melalui studi ini, peneliti melacak kondisi 130 ribu orang dewasa di Stockholm berusia 65 tahun yang tidak memiliki demensia. Selama masa tindak lanjut 4 tahun, 7 persen partisipan mengalami demensia.

    Setelah memperhitungkan fungsi ginjal dan faktor-faktor lain yang dapat memengaruhi hasil, peneliti menemukan orang dengan kadar albumin sedang dalam urine (30-299 mg/g) memiliki risiko 25 persen lebih tinggi terkena demensia. Mereka yang memiliki kadar tinggi (lebih dari 300 mg/g) berisiko 37 persen lebih tinggi dibandingkan orang dengan kadar normal (hingga 30 mg/g).

    Oleh karena itu, ahli dalam penelitian juga menyarankan deteksi dini albuminuria, kondisi terlalu banyak albumin di urine, sebagai salah satu pendeteksian demensia.

    Adapun berikut ini beberapa tanda demensia lain yang mungkin bisa muncul:

    Kesulitan menyelesaikan tugas.Kesulitan fokus pada sebuah tugas.Kesulitan saat berbicara dengan orang lain.Merasakan kesedihan, kecemasan, atau takut yang tidak biasa.Kesulitan fokus pada objek tertentu.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/naf)

  • Ilmuwan Bicara Soal ‘Virgin Birth’, Wanita Bisa Hamil Tanpa Pria Tapi…

    Ilmuwan Bicara Soal ‘Virgin Birth’, Wanita Bisa Hamil Tanpa Pria Tapi…

    Jakarta

    Ilmuwan berbicara soal kemungkinan wanita mengalami ‘virgin births’ tanpa sperma pria. Kondisi ini dikenal dengan partenogenesis, salah satu bentuk reproduksi aseksual alami yang memungkinkan keturunan berkembang dari sel telur betina yang tidak dibuahi.

    Ada beberapa jenis hewan yang dapat melakukan hal ini. Beberapa di antaranya seperti hiu, buaya, kalajengking, lebah, dan masih banyak lagi.
    Belum jelas apa yang memicu spesies tertentu menjalani proses ini, atau apa persamaan di antara spesies-spesies yang mampu melakukannya. Namun, diketahui parthenogenesis biasanya terjadi ketika betina terisolasi lama dan hampir tidak punya harapan menemukan pasangan.

    Beberapa tahun lalu, peneliti berhasil menerapkan partenogenesis pada mamalia tikus, sesuatu yang ‘mustahil’ sebelumnya. Pada tahun 2022, peneliti di China melaporkan partenogenesis yang berhasil dilakukan dengan bantuan alat rekayasa gen kontroversial CRISPR.

    Hasilnya, seekor tikus lahir melalui metode ini, tumbuh hingga dewasa, dan bahkan mampu bereproduksi. Dengan logika ini, mungkin saja di masa depan metode yang sama dilakukan pada manusia.

    Pakar zoologi Nottingham Trent University, Dr Louise Gentle mengatakan secara teknis partenogenesis pada manusia mungkin saja dilakukan. Namun, ini hanya bisa dilakukan dengan mutasi gen tertentu berkembang biak satu sama lain.

    “Memang ada studi laboratorium yang menghasilkan embrio partenogenetik pada mamalia, tapi itu melalui modifikasi genetik,” jelas Gentle dikutip dari Daily Mail, Rabu (24/9/2025).

    “Walau DNA kita bisa berubah lewat mutasi alami, peluang mutasi yang tepat untuk menyebabkan partenogenesis sangatlah kecil. Untuk bisa terjadi pada manusia, individu dengan mutasi serupa harus bertemu dan bereproduksi. Itu kemungkinan yang amat tipis, tapi secara teori bisa saja,” sambungnya.

    Sel telur telur manusia masih membutuhkan ‘informasi’ tertentu dari sperma agar bisa berkembang menjadi embrio. Informasi ini berupa modifikasi epigenetik, yaitu perubahan pada aktivitas gen tanpa mengubah susunan DNA.

    Alat rekayasa gen seperti CRISPR bisa saja mengubah syarat dasar ini dengan menciptakan mutasi buatan. Namun, untuk melakukannya pada manusia akan menimbulkan masalah etika serius.

    “Secara teori, CRISPR bisa dipakai untuk mengubah gen, tapi pada manusia hal itu ilegal, tidak bermoral, dan tidak etis,” tegas profesor genetika di Universitas São Paulo Brazil, Tiago Campos Pereira sembari menegaskan adanya hambatan biologis untuk hal tersebut.

    Profesor Biologi Universitas Southampton Herman Wijnen menuturkan sejauh ini hanya tikus satu-satunya mamalia yang berhasil menjalani partenogenesis. Ia mengingatkan adanya potensi bahaya jangka panjang dari individu hasil partenogenesis, termasuk risiko penyakit.

    Semua bayi yang lahir melalui partenogenesis pada dasarnya adalah klon genetik identik dari induknya, termasuk hidup spesies.

    “Saya tidak yakin ada peneliti yang serius mencoba pada manusia karena alasan etika yang jelas,” ujar Wijnen.

    Gentle juga menambahkan kurangnya keragaman genetik dapat mengancam kelangsungan hidup spesies. Ini dapat memicu kepunahan sebuah populasi.

    Jadi, meskipun partenogenesis pada manusia tidak sepenuhnya mustahil, sebaiknya tetap dihindari demi kelangsungan umat manusia.

    “Parthenogenesis berisiko bagi kelangsungan hidup spesies, karena jika satu individu rentan terhadap penyakit, maka semua akan rentan, dan populasi bisa punah,” tandas Gentle.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video KuTips: Catat Pertolongan Pertama Jika Anak Keracunan Makanan!”
    [Gambas:Video 20detik]
    (avk/kna)