Perusahaan: Daily Mail

  • Bill Gates Cuma Akan Wariskan 1% Harta ke Anak-anaknya

    Bill Gates Cuma Akan Wariskan 1% Harta ke Anak-anaknya

    Jakarta

    Bill Gates mengaku hanya akan akan mewariskan sedikit uang kepada ketiga anaknya, yaitu 1% saja dari total kekayaannya. Namun sedikit bagi sang pendiri Microsoft itu masih begitu besar bagi rakyat jelata.

    Dengan kekayaan sekitar USD 150 miliar menurut Bloomberg, berarti jatah total untuk ketiga anaknya atau 1% adalah USD 1,5 miliar. Itu berarti, setiap anak pria berusia 69 tahun itu akan memperoleh sekitar USD 500 juta atau sekitar Rp 847,8 miliar.

    Soal warisan pada anaknya ini ia utarakan dalam podcast Raj Shamani. Dari pernikahan dengan mantan istrinya Melinda, Gates dikaruniai 3 anak yaitu Jennifer, 28 tahun, Rory yang berusia 25 tahun dan Phoebe 22 tahun.

    “Anak-anak saya mendapatkan pendidikan dan pengasuhan yang hebat, tetapi kurang dari satu persen dari total kekayaan karena saya memutuskan itu bukan bantuan untuk mereka,” kata Gates yang dikutip detikINET dari Daily Mail, Rabu (9/4/2025).

    “Ini bukan dinasti, saya tidak meminta mereka untuk menjalankan Microsoft. Saya ingin memberi mereka kesempatan untuk memiliki penghasilan dan kesuksesan mereka sendiri,” imbuhnya.

    Bill Gates pernah memberitahu Daily Mail tahun 2011 bahwa ia akan mewariskan sekitar USD 10 juta kepada anak-anaknya. Saat itu, kekayaannya sekitar USD 56 miliar. “Itu akan menjadi bagian sangat kecil dari kekayaan saya. Itu berarti mereka harus menjadi diri mereka sendiri,” kata dia saat itu.

    Saat ini, Gates adalah orang terkaya keenam dunia. Namun, ia berencana menyumbangkan sebagian besar kekayaan untuk tujuan amal. “Anda tak ingin anak-anak Anda bingung tentang dukungan dan cinta Anda kepada mereka,” kata Gates dalam podcast tersebut.

    “Jadi, saya pikir menjelaskan filosofi sejak awal adalah bahwa Anda akan memperlakukan mereka semua setara dan memberi mereka kesempatan luar biasa, tapi tujuan tertinggi untuk sumber daya ini adalah untuk kembali kepada yang paling membutuhkan melalui yayasan,” paparnya.

    Putri bungsu Gates baru-baru ini membuka diri tentang bagaimana statusnya sebagai ‘bayi nepo istimewa’ menimbulkan perasaan insecure intens selama masa kuliahnya.

    Phoebe yang mempelajari Biologi Manusia di Universitas Stanford dan lulus tahun lalu itu, membahas kesuksesan luar biasa ayahnya dan tekanan yang ditimbulkannya pada podcast barunya, The Burnouts. “Saya memiliki begitu banyak rasa insecure dan keinginan besar untuk membuktikan diri di Stanford,” katanya.

    (fyk/fay)

  • Ada Ilmuwan Klaim Alam Semesta Ialah Proyeksi Holografik Raksasa

    Ada Ilmuwan Klaim Alam Semesta Ialah Proyeksi Holografik Raksasa

    Jakarta

    Ada ilmuwan mengklaim bahwa segala sesuatu di alam semesta adalah proyeksi holografik raksasa. Pernyataan ini terdengar seperti sesuatu yang ditampilkan dalam film fiksi ilmiah The Matrix.

    Tetapi ada ilmuwan di luar sana yang sepenuh hati percaya bahwa luar angkasa bukan sekadar kotak 3D raksasa yang penuh dengan benda. Sebaliknya, kita disebutnya mungkin hidup di dunia tempat segala sesuatunya diproyeksikan, yang dikenal sebagai ‘teori alam semesta holografik’.

    Teori Alam Semesta Holografik

    Teori alam semesta holografik menyatakan bahwa seluruh alam semesta kita adalah hologram raksasa. Ini berarti bahwa realitas yang kita alami mungkin merupakan proyeksi 3D dari informasi yang tersimpan pada permukaan 2D. Teori tersebut mengatakan hal serupa mungkin terjadi di alam semesta kita.

    Pada tahun 70-an, paradoks informasi lubang hitam lahir setelah Stephen Hawking berteori bahwa lubang hitam memancarkan radiasi yang tidak membawa ‘informasi apa pun’, yang akhirnya menyebabkannya menghilang.

    Namun, ini berarti para ilmuwan tidak tahu ke mana perginya semua informasi tentang benda yang jatuh ke lubang hitam. Dalam fisika, informasi tidak seharusnya dihancurkan.

    Saat itulah fisikawan Gerard’t Hooft dan Leonard Susskind berteori bahwa informasi tersebut tidak benar-benar hilang, tetapi tersimpan di permukaan lubang hitam di cakrawala peristiwanya, bukan di dalamnya.

    Setelah pengungkapan potensial ini, dikemukakan bahwa mungkin semua informasi di alam semesta tersimpan pada permukaan 2D di suatu tempat, dan apa yang kita lihat dan alami dalam 3D adalah semacam proyeksi, seperti hologram.

    Profesor Marika Taylor, seorang fisikawan teoretis dari Birmingham University, mengatakan bahwa alam semesta seharusnya dianggap sebagai bola berongga.

    Galaksi-galaksi terdapat di dalam bola, tetapi struktur permukaannya memiliki dua dimensi.

    “Sangat sulit untuk memvisualisasikan hal ini. Namun, juga cukup sulit untuk memvisualisasikan apa yang terjadi di dalam sebuah atom,” kata peneliti tersebut dikutip dari Daily Mail, Rabu (9/4/2025).

    “Kita pelajari pada awal abad kedua puluh bahwa atom mengikuti aturan kuantum, yang juga sangat berbeda dari realitas kita sehari-hari. Holografi membawa kita ke dunia yang lebih ekstrem, di mana bukan hanya gaya yang ada di alam bersifat kuantum, tetapi jumlah dimensinya pun berbeda dari realitas yang kita rasakan,” jelasnya.

    Meski ini hanya teori, para penggemar The Matrix diharapkan tidak girang dulu. Profesor Taylor mengingatkan, “Film Matrix sangat menggugah pikiran tetapi mungkin tidak sepenuhnya menangkap semua ide dalam holografi.”

    (rns/fay)

  • Kisah Pria Kena Alzheimer di Usia 40-an, Ini Gejala Awal yang Dialami

    Kisah Pria Kena Alzheimer di Usia 40-an, Ini Gejala Awal yang Dialami

    Jakarta

    Penyakit alzheimer adalah kondisi yang kerap menyerang orang berusia 65 tahun ke atas. Namun, seorang pria di Australia terjangkit penyakit ini saat masih berusia 40-an.

    Pria bernama Fraser itu mengungkapkan gejala penyakitnya pertama kali muncul saat dia berusia 39 tahun. Ketika itu, Fraser menonton seluruh film tanpa menyadari kalau dia pernah menonton film tersebut sebelumnya.

    “Pasangan saya berkata ‘kita menontonnya sekitar sebulan yang lalu’,” ujar Fraser dikutip dari Daily Mail UK, Minggu (6/4/2025).

    Pokoknya, saya menonton keseluruhan film, dan bagian akhir filmnya tetap saja mengejutkan. Saya sama sekali tidak ingat pernah menontonnya, dan saya juga tidak menonton banyak film pada saat itu. Jadi, itu agak mengkhawatirkan,” sambungnya.

    Awalnya, Fraser tidak terlalu memikirkan hal tersebut. Namun, beberapa bulan sebelum diagnosisnya pada Mei lalu, Fraser mulai mengalami beberapa masalah dengan kognisinya.

    Dia harus berjuang keras untuk ‘berpikir secara mendalam’. Dia juga pernah berkeliling mencari putrinya yang disangka hilang. Padahal, putrinya sebelumnya sudah meminta izin untuk pergi ke bioskop.

    “Saya ingat putri saya telah mengatakan kepada saya berkali-kali sepanjang hari bahwa dia akan pergi ke bioskop malam itu dan sudah agak larut malam bersama seorang teman. Malam pun tiba dan saya mulai panik, berpikir, di mana putri saya,” katanya.

    Setelah insiden tersebut, Fraser segera mencari pertolongan medis. Dia pun akhirnya didiagnosis mengidap penyakit alzheimer di usia 41 tahun.

    Penelitian menunjukkan hanya sekitar 5-10 persen kasus Alzheimer yang terdiagnosis pada pasien berusia di bawah 65 tahun. Waktu rata-rata untuk diagnosis adalah 4,4 tahun pada orang yang lebih muda, dibandingkan dengan 2,2 tahun untuk orang yang berusia di atas 65 tahun.

    Alzheimer’s Society menyebutkan dalam kasus yang sangat langka, seseorang bisa terjangkit penyakit ini di usia 30 dan 40-an, dan ini hampir selalu disebabkan oleh gen yang cacat.

    Sejak diagnosisnya, Fraser telah memerhatikan gejala-gejala lainnya.

    “Saya mengacaukan banyak hal dalam penjadwalan sehari-hari. Jika seseorang mengatur sesuatu dan kemudian rencananya berubah, saya hampir selalu mengingat rencana pertama sehingga saya mengacaukannya,” terangnya.

    Selama enam bulan terakhir, Fraser telah ‘lupa’ cara melakukan hal-hal yang telah dia latih berkali-kali, seperti mematikan keran dan berkendara.

    (ath/kna)

  • Kisah Para Pasien Rhabdomyolysis, Otot hingga Ginjal Rusak Usai Olahraga Berlebihan

    Kisah Para Pasien Rhabdomyolysis, Otot hingga Ginjal Rusak Usai Olahraga Berlebihan

    Jakarta

    Seorang wanita di Amerika Serikat, Savanna Stebbins, menceritakan pengalamannya masuk rumah sakit setelah mengikuti kelas bersepeda indoor. Setelah latihan terlalu intens, ia mengklaim didiagnosis rhabdomyolysis.

    Rhabdomyolysis merupakan kondisi kerusakan otot rangka yang dapat berujung pada kematian jaringan. Kondisi ini dapat memicu komplikasi serius, salah satunya kerusakan ginjal.

    “Saya benar-benar mengikuti kelas cyclebar selama 15 menit dan sekarang saya terkena penyakit kematian otot, sekarang saya di rumah sakit,” cerita Savanna melalui media sosialnya dikutip dari Daily Mail, Sabtu (5/4/2025).

    “Hati-hati saat bersepeda, ternyata penyakit ini selangka yang dikira,” sambungnya.

    Ketika serat otot rusak, senyawa beracun mulai memasuki sistem sirkulasi darah dan mencapai ginjal. Gejalanya meliputi otot lemah, kaku, nyeri, dan perubahan warna urine.

    Gagal ginjal akibat rhabdomyolysis terjadi ketika mioglobin yang dilepaskan selama proses kerusakan otot mengalir ke ginjal melalui aliran darah. Mioglobin lalu berubah menjadi senyawa yang memicu gagal ginjal.

    Orang yang suka berlari jarak jauh atau sering latihan interval dengan intensitas tinggi memiliki risiko lebih besar untuk mengalami kondisi ini.

    Sebelumnya, seorang pemuda 20 tahun di Russia juga mengalami hal serupa setelah melakukan 2.000 kali squat untuk memenangkan sebuah tantangan. Dalam laporan dokter, pemuda tersebut mengalami nyeri hebat dan pembengkakan kaki usai melakukan tantangan tersebut.

    Karena gejalanya memburuk, ia dilarikan ke Vladivostok Clinical Hospital dan didiagnosis mengalami rhabdomyolysis. Ia juga didiagnosis mengalami gagal ginjal dengan sisa fungsi ginjal 50 persen.

    Dokter yang merawat pasien itu mengingatkan gejala yang mungkin muncul dari kondisi tersebut seperti urine berubah menjadi cokelat tua. Pemuda itu dilaporkan sedang menjalani rehabilitasi untuk satu tahun ke depan.

    “Kekuatan tidak hanya terletak pada pencapaian fisik tetapi juga pada kemampuan untuk merawat tubuh Anda,” kata pihak rumah sakit.

    Perlu diingat olahraga tetap penting untuk kesehatan tubuh. Terpenting adalah masyarakat bisa mengatur intensitas olahraga dengan baik agar tidak berlebihan.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk mencegah rhabdomyolysis setelah berolahraga:

    Memulai program latihan secara perlahan.Dengarkan tubuh, bila terasa lelah atau pegal, lakukan istirahat.Jaga hidrasi tubuh selama berolahraga.Beristirahat di tempat teduh jika berolahraga di cuaca panas.

    (avk/up)

  • Hari Mengerikan Tiba Amputasi 4 Jari Tangan Kanan 3 Perampok di Iran, Aktivis HAM: Terkutuk – Halaman all

    Hari Mengerikan Tiba Amputasi 4 Jari Tangan Kanan 3 Perampok di Iran, Aktivis HAM: Terkutuk – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pihak berwenang Iran bersiap untuk memotong jari dari tangan tiga pria yang terbukti bersalah melakukan perampokan sebagai bagian dari hukuman.

    Hadi Rostami, Mehdi Sharfian dan Mehdi Shahivand, yang ditahan di penjara Pusat Urumieh, provinsi Azerbaijan Barat , sedang menunggu untuk menjalani hukuman ‘kejam dan tidak dapat diubah’ berupa amputasi jari paling cepat pada 11 April, kata organisasi hak asasi manusia Amnesty International hari ini dikutip dari Daily Mail.

    Ketiga pria tersebut ditangkap pada bulan Agustus 2017 dan dihukum karena perampokan pada tahun 2019 setelah persidangan, di mana pengadilan menjatuhkan hukuman pemotongan empat jari di tangan kanan mereka sepenuhnya.

    Para pria tersebut dilaporkan ditolak aksesnya kepada pengacara dan pengadilan mengandalkan ‘pengakuan’ paksa, yang mengakibatkan ketiganya dipukuli, ditendang, dan dicambuk.

    Tangan Rostami patah dan para interogator mengancam akan memperkosa Shahivand untuk mendapatkan pengakuan dari mereka, yang kemudian mereka tarik kembali. 

    Sejak menerima hukuman yang mengerikan itu, ketiganya telah melakukan mogok makan beberapa kali di penjara sebagai protes atas kondisi tidak manusiawi yang mereka alami, serta atas hukuman yang mereka terima.

    Pada bulan Februari 2021, Rostami disiksa lebih lanjut setelah pihak berwenang Iran menjatuhkan hukuman cambuk sebanyak 60 kali karena “mengganggu perintah penjara” setelah ia melakukan mogok makan. Ia juga telah beberapa kali mencoba bunuh diri, kata Amnesty. 

    Menyusul ancaman terbaru Iran untuk memotong jari kedua pria itu, Rostami menulis surat dari penjara untuk memohon bantuan dari masyarakat internasional. 

    ‘Saya menyerukan kepada organisasi hak asasi manusia, Perserikatan Bangsa-Bangsa, dan masyarakat internasional untuk mengambil tindakan segera guna mencegah penerapan hukuman yang tidak manusiawi ini’, tulisnya. 

    Pada bulan November 2024, ketiganya juga menulis surat yang menggambarkan penderitaan mental mereka dan ‘mimpi buruk yang terus-menerus’ karena menunggu mutilasi mereka.

    ‘Kami tidak dapat tidur atau makan, dengan cemas menunggu penegakan hukuman kami sendiri… Mimpi buruk ini harus berakhir agar kami dapat menemukan jalan kembali ke kehidupan’, tulis mereka. 

    Penolakan

    Hukuman brutal berupa amputasi jari diizinkan berdasarkan hukum pidana Republik Islam tetapi secara luas dikutuk sebagai tindakan yang menjijikkan dan ilegal oleh para aktivis hak asasi manusia. 

    Wakil Direktur Amnesty untuk Timur Tengah dan Afrika Utara, Sarah Hashash, mengatakan dalam sebuah pernyataan hari ini: ‘Amputasi merupakan penyiksaan, yang merupakan kejahatan menurut hukum internasional dan merupakan serangan yang mencolok dan menjijikkan terhadap martabat manusia. 

    ‘Kami menyerukan kepada pihak berwenang Iran untuk segera menghentikan semua rencana untuk melaksanakan hukuman yang kejam dan tidak manusiawi ini dan menghapuskan semua bentuk hukuman fisik dalam hukum dan praktik.’

    Ia juga menggambarkan ‘mimpi buruk saat terjaga’ yang dialami para lelaki tersebut selama hampir satu dekade, karena harus hidup dengan siksaan mental sehingga pihak berwenang dapat sewaktu-waktu memutilasi tubuh mereka. 

    ‘Amputasi yang direncanakan, berdasarkan ‘pengakuan’ yang diperoleh melalui penyiksaan dan setelah persidangan yang sangat tidak adil, adalah pengingat yang mengerikan tentang kesiapan otoritas Iran untuk menimbulkan penderitaan yang tidak dapat diubah dan bahwa sistem peradilan Iran adalah roda penggerak penting dalam mesin penyiksaan’, tambahnya. 

    Hashash juga memperingatkan bahwa otoritas Iran ‘dapat menghadapi tuntutan pidana berdasarkan hukum internasional’.

    Amputasi jari diizinkan di Republik Islam berdasarkan hukum Syariah. 

    Bila hukuman semacam itu dilaksanakan, maka empat jari tangan kanan dipotong sehingga yang tertinggal hanya telapak tangan dan ibu jari. 

    Menurut Pusat Abdorrahman Boroumand yang berpusat di AS, otoritas Iran telah mengamputasi jari sedikitnya 131 pria sejak Januari 2000.

    Pada bulan Oktober, otoritas Iran mengamputasi jari dari tangan dua pria yang dihukum karena pencurian. 

    Kedua bersaudara asal Kurdi masing-masing memiliki empat jari di tangan kanan yang diamputasi dengan mesin guillotine di penjara di kota Urmia di barat laut Iran, menurut laporan.

    Mereka kemudian dipindahkan ke rumah sakit untuk perawatan medis, tambah laporan itu.

    Kantor Berita Aktivis Hak Asasi Manusia (HRANA) yang berbasis di AS mengatakan Shahab dan Mehrdad Teimouri awalnya ditangkap pada tahun 2019 atas tuduhan pencurian dan dijatuhi hukuman penjara dan amputasi jari.

    Hal ini terjadi di tengah meningkatnya kekhawatiran atas lonjakan jumlah eksekusi di Iran dalam beberapa bulan terakhir. 

    Termasuk di dalamnya adalah hukuman gantung terhadap warga negara Jerman asal Iran, Jamshid Sharmahd, pada bulan Oktober. 

    Keluarganya mengatakan dia diculik oleh pasukan Iran saat berada di Uni Emirat Arab pada tahun 2020.

    Menurut LSM lain yang berbasis di Norwegia, Iran Human Rights, Iran telah mengeksekusi 633 orang tahun ini saja.

    Para aktivis menuduh pihak berwenang menggunakan hukuman mati sebagai cara menanamkan rasa takut di seluruh masyarakat.

  • Penjelasan Ilmiah di Balik Mati Suri, Inikah Pemicu Munculnya ‘Penampakan Gaib’?

    Penjelasan Ilmiah di Balik Mati Suri, Inikah Pemicu Munculnya ‘Penampakan Gaib’?

    Jakarta

    Mati suri atau fenomena near-death experience (NDE) telah lama menjadi perhatian peneliti. Tak sedikit orang yang mengalami NDE melaporkan pengalaman ‘gaib’ seperti melihat cahaya putih hingga merasa terbang keluar dari tubuh.

    Dalam studi terbaru, peneliti mengungkapkan teori psikologi evolusioner neurofisiologis untuk memahami kejadian ini. Teori ini menyebut NDE terjadi ketika kadar oksigen di otak menurun, sementara konsentrasi karbondioksida meroket dan menyebabkan asidosis cerebral.

    Dikutip dari IFL Science, ini kemudian memicu reaksi berantai yang mengarah pada peningkatan rangsangan saraf di daerah otak utama, termasuk persimpangan temporoparietal dan lobus oksipital. Ini disertai dengan pelepasan neurotransmitter endogen secara besar-besaran.

    Akibatnya terjadi peningkatan sinyal serotonin yang mungkin bertanggung jawab atas munculnya halusinasi visual. Sementara, lonjakan kadar endorfin memicu perasaan damai yang mendalam dan lonjakan dopamin memicu perasaan hiper-realitas terkait halusinasi tersebut.

    “NDE mungkin merupakan bagian dari kaskade pertahanan yang dipicu oleh respons neurofisiologis terhadap ancaman saat respons perilaku lawan atau lari tidak lagi memungkinkan,” kata tim peneliti.

    Salah satu orang yang mengalami kejadian ini adalah Tessa Romero (50) di Spanyol. Pada suatu waktu, ia mengalami serangan jantung mendadak dan jantungnya tidak berdetak selama 24 menit. Selama itu, tim medis berusaha menyelamatkan nyawa Tessa.

    “Saya mendengar mereka berbicara soal infark miokard akut dan serangan jantung mendadak. Tetapi tidak ada konsensus. Kita tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi,” kata Tessa dikutip dari Daily Mail.

    Ketika itu, Tessa mengaku merasakan kedamaian yang luar biasa. Ia tidak merasakan sakit fisik dan emosional, bahkan dirinya mengaku terbang keluar dari tubuhnya.

    Menurutnya, pengalaman itu sangatlah aneh, tapi di satu sisi juga sangat terasa nyata.

    “Aku bisa melihat orang datang dan pergi di klinik, dan aku bisa melihat kedua putri kecilku di ruang tunggu. Aku melihat tubuh orang terbaring di sana. Itu membingungkan karena aku tidak sadar bahwa aku telah mati,” ceritanya.

    Tessa mengaku awalnya tidak percaya dengan fenomena semacam ini. Tapi semenjak kejadian tersebut, pikirannya berubah.

    (avk/naf)

  • Pengakuan Wanita Mati Suri dalam 24 Menit Setelah Kena Serangan Jantung

    Pengakuan Wanita Mati Suri dalam 24 Menit Setelah Kena Serangan Jantung

    Jakarta

    Seorang wanita di Spanyol, Tessa Romero (50) menceritakan pengalamannya ketika dinyatakan meninggal selama 24 menit. Ketika mengantar anaknya ke sekolah, Tessa mengalami serangan jantung mendadak.

    Ambulans baru datang setelah 24 menit. Tim medis mengatakan pada Tessa jantungnya berhenti berdetak pada selama itu. Dokter saat itu bahkan tidak sepenuhnya yakin apa yang terjadi pada Tessa.

    “Saya mendengar mereka berbicara soal infark miokard akut dan serangan jantung mendadak. Tetapi tidak ada konsensus. Kita tidak akan pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi,” kata Tessa dikutip dari Daily Mail, Kamis (3/4/2025).

    Tessa mengenang detik-detik ‘kematian’ yang dialami. Ia mengaku saat itu merasakan kedamaian yang luar biasa. Ia tidak merasakan sakit fisik dan bahkan emosional untuk pertama kalinya setelah sekian lama.

    Pengalaman itu membuatnya sangat lega, seolah beban berat telah terangkat dari tubuhnya. Tessa bahkan mengaku melayang di atas langit-langit ruangan tempatnya dirawat.

    “Aku bisa melihat orang datang dan pergi di klinik, dan aku bisa melihat kedua putri kecilku di ruang tunggu. Aku melihat tubuh orang terbaring di sana. Itu membingungkan karena aku tidak sadar bahwa aku telah mati,” ceritanya.

    Tessa mengaku awalnya tidak percaya dengan fenomena semacam ini. Tapi semenjak kejadian tersebut, pikirannya berubah.

    Ia yakin apa yang dialaminya bukan mimpi karena terasa begitu nyata, tapi sangat aneh.

    “Seolah-olah waktu tidak lagi bekerja dengan cara yang sama. Segala sesuatunya terasa lebih lambat, lebih padat, lebih sarat makna,” sambungnya.

    Pengalaman mati suri sudah sejak lama mengundang perhatian peneliti. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa otak masih berfungsi normal dalam waktu yang sangat singkat setelah jantung berhenti.

    Selain itu, otak juga masih bisa mengalami ledakan aktivitas sporadis, bahkan setelah satu jam tanpa oksigen, selama resusitasi.

    Ini menunjukkan otak mungkin masih beraktivitas beberapa saat setelah dinyatakan meninggal. Pengalaman mati suri melihat hal-hal ‘gaib’ masih terus menjadi perdebatan di antara para ahli dan terus dieksplorasi.

    Beberapa orang berteori bahwa ketika otak mengalami perubahan ini, pada dasarnya ‘rem’ sistem terlepas dan ini membuka persepsi otak terhadap pengalaman yang sangat jelas dan nyata dari memori yang tersimpan dari kehidupan yang pernah dijalani.

    (avk/naf)

  • Pria 23 Tahun Lari di Treadmill 24 Jam Nonstop, Ini yang Terjadi Pada Tubuhnya

    Pria 23 Tahun Lari di Treadmill 24 Jam Nonstop, Ini yang Terjadi Pada Tubuhnya

    Jakarta

    Seorang pria berusia 23 tahun mencoba sebuah tantangan yang tidak biasa, yakni berlari di atas treadmill selama 24 jam tanpa henti.

    Pria bernama Joe Pritchard dari Worcester, Inggris, itu berlari sejauh 167 km di atas treadmill sebagai upaya mengumpulkan uang untuk badan amal penyakit neuron motorik. Jarak ini setara dengan berlari sejauh antara London dan Calais di Prancis dalam satu hari.

    Pritchard menyelesaikan tantangan di treadmill yang dipasang di sebuah pub lokal. Melalui aksi itu, ia berhasil mengumpulkan uang sekitar 71 juta rupiah.

    Selama melakukan tantangan itu, ia hanya menghentikan penghitung waktu saat akan pergi ke toilet. Tetapi, efek dari aksi itu ternyata sangat berdampak pada kesehatannya.

    Dikutip dari Daily Mail, Pritchard terlihat lemas dan pucat pasi. Ia digotong ke dalam mobil setelah tantangan 24 jam itu berakhir.

    Ia sempat kehilangan kesadaran. Setelah pulih, Pritchard mulai menceritakan apa saja yang ia rasakan selama melakukan tantangan.

    Awalnya ia masih merasa baik-baik saja, meski ada sedikit rasa sakit di paha bagian dalamnya.

    “Saya tidak bisa meletakkan beban apapun pada kaki saya, dan hampir tidak bisa menggerakkannya,” tuturnya.

    Tidak lama setelah itu, kondisi yang lebih serius mulai terjadi. Penglihatan Pritchard mulai kabur dan akhirnya pingsan.

    Saat berada di rumah, Pritchard diistirahatkan selama satu jam dan mencoba bangun lagi. Tapi, ia pingsan untuk kedua kalinya.

    “Ayah dan saudara laki-laki saya menggendong saya. Saat itu, saya langsung merasa sangat pusing dan sedikit mual,” kata Pritchard.

    Selama masa pemulihan, Pritchard sering kali pingsan atau penglihatannya terasa kabur. Setelah menghabiskan empat hari untuk istirahat total, ia masih mengalami cedera lutut tapi tidak terlalu lama.

    Dalam sebuah cuplikan video yang merekam lari treadmill selama 24 jam itu, Pritchard terlihat mimisan pada jam ke-11. Pada jam ke-16, ia mulai pucat.

    Berkat aksi nekatnya, Pritchard berhasil mengumpulkan uang dan menyumbangkannya untuk penggalangan dana. Meski begitu, banyak yang menyoroti risiko saat terlalu memaksakan diri berolahraga seperti yang dilakukan Pritchard.

    Olahraga yang dilakukan secara ekstrem dapat mengakibatkan cedera fisik, karena keausan yang berulang dalam waktu singkat. Hal itu yang akan merusak otot dan persendian.

    (sao/kna)

  • Insiden di Bandara Reagan: Pesawat Delta Nyaris Tabrakan dengan Jet T-38 – Halaman all

    Insiden di Bandara Reagan: Pesawat Delta Nyaris Tabrakan dengan Jet T-38 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah insiden serius terjadi pada hari Jumat, 28 Maret 2025, ketika sebuah pesawat penumpang Delta nyaris bertabrakan dengan jet tempur Angkatan Udara AS di dekat Bandara Nasional Reagan.

    Kejadian ini menambah daftar panjang insiden penerbangan di wilayah tersebut dan menarik perhatian publik serta pihak berwenang.

    Apa yang Terjadi dalam Insiden Ini?

    Pesawat Delta yang mengangkut 137 orang tersebut sedang dalam perjalanan menuju Minneapolis-St.

    Paul, Minnesota, ketika tiba-tiba alarm berbunyi di kokpit.

    Alarm ini memperingatkan pilot tentang keberadaan pesawat lain yang mendekat dalam jarak berbahaya.

    Laporan dari Daily Mail mengungkapkan bahwa jet tempur T-38 Talon milik Angkatan Udara AS melintas dengan kecepatan lebih dari 350 mil per jam, hanya beberapa ratus kaki di bawah pesawat Delta.

    Menurut Administrasi Penerbangan Federal (FAA), empat jet T-38 sedang dalam perjalanan menuju Pemakaman Nasional Arlington untuk melakukan terbang lintas saat insiden ini terjadi.

    Pengendali lalu lintas udara segera memberikan instruksi kepada kedua pesawat untuk menghindari tabrakan, sebuah tindakan cepat yang mungkin menyelamatkan banyak nyawa.

    Apa Kata Para Pilot dan Pihak Berwenang?

    Dalam komunikasi yang direkam, seorang pilot Delta bertanya, “Apakah ada pesawat sekitar 500 kaki di bawah kami?” Pertanyaan ini kemudian dikonfirmasi oleh pengendali lalu lintas udara.

    FAA telah mengumumkan bahwa mereka akan melakukan penyelidikan menyeluruh terhadap insiden ini, yang menunjukkan bahwa mereka menganggap situasi ini sangat serius.

    Pesawat Delta juga menerima peringatan bahwa ada pesawat lain di dekatnya, seperti yang dinyatakan dalam pernyataan resmi dari FAA.

    Delta Airlines menegaskan bahwa keselamatan penumpang adalah prioritas utama mereka, dan mereka berkomitmen untuk bekerja sama dengan regulator dan pemangku kepentingan dalam peninjauan insiden ini.

    Mengapa Insiden Ini Menjadi Sorotan?

    Senator AS dari Minnesota, Amy Klobuchar, turut mengecam insiden ini melalui media sosialnya.

    Ia menyatakan, “Sangat berbahaya. Syukurlah semua orang selamat. Saya akan menanyakan Departemen Pertahanan mengapa pesawat militer bisa terbang begitu dekat dengan penerbangan penumpang.” Pernyataan ini menggambarkan kekhawatiran yang meluas mengenai keselamatan penerbangan.

    Insiden ini terjadi setelah serangkaian kecelakaan udara yang mengkhawatirkan.

    Sebelumnya, pada bulan Januari, terjadi tabrakan antara helikopter Black Hawk dan penerbangan American Airlines di dekat Bandara Reagan yang mengakibatkan 67 orang tewas, menjadikannya bencana penerbangan paling mematikan di AS sejak tahun 2001.

    Apakah Kualitas Layanan Pengendalian Lalu Lintas Udara Memadai?

    Dalam laporan FAA, terungkap bahwa terdapat lebih dari 15.000 kejadian hampir tabrakan antara pesawat dan helikopter dalam rentang waktu dari Oktober 2021 hingga Desember 2024.

    Data dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) juga menunjukkan 85 kasus di mana dua pesawat terbang dalam jarak kurang dari 1500 kaki secara horizontal dan kurang dari 200 kaki secara vertikal.

    Bandara Reagan National telah lama menghadapi kekurangan staf pengendali lalu lintas udara.

    Laporan FAA menunjukkan bahwa hingga September 2023, hanya terdapat 19 pengendali yang bersertifikat penuh, jauh di bawah target yang seharusnya adalah 30 orang.

    Walaupun jumlah staf saat ini telah meningkat menjadi 24 dari 28 posisi yang tersedia, insiden di menara kontrol baru-baru ini menunjukkan adanya ketegangan di antara para petugas.

    Apa Selanjutnya Setelah Insiden Ini?

    Hingga saat ini, FAA masih menyelidiki insiden ini, dan CBS News telah menghubungi Angkatan Udara untuk mendapatkan pernyataan resmi terkait keterlibatan jet tempur dalam kejadian tersebut.

    Keterlibatan jet tempur dalam penerbangan komersial menciptakan pertanyaan serius mengenai prosedur keselamatan dan koordinasi antara militer dan penerbangan sipil.

    Insiden ini bukan hanya mengkhawatirkan, tetapi juga merupakan pengingat akan pentingnya keselamatan dalam penerbangan dan perlunya pengawasan yang lebih ketat untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Insiden di Bandara Reagan: Pesawat Delta Nyaris Tabrakan dengan Jet T-38 – Halaman all

    Pesawat Delta Nyaris Bertabrakan dengan Jet Tempur di Bandara Reagan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebuah pesawat penumpang Delta nyaris bertabrakan dengan jet Angkatan Udara AS di dekat Bandara Nasional Reagan, Jumat (28/3/2025).

    Kejadian ini menambah daftar panjang insiden penerbangan di wilayah tersebut dalam beberapa bulan terakhir.

    Pesawat Delta dengan 137 orang di dalamnya sedang dalam penerbangan menuju Minneapolis-St Paul, Minnesota.

    Tiba-tiba alarm berbunyi di kokpit, memperingatkan keberadaan pesawat lain dalam jarak berbahaya.

    Menurut laporan Daily Mail, jet tempur T-38 Talon milik Angkatan Udara AS melintas dengan kecepatan lebih dari 350 mil per jam hanya beberapa ratus kaki di bawah pesawat Delta.

    Administrasi Penerbangan Federal (FAA) menyatakan bahwa empat jet T-38 sedang menuju Pemakaman Nasional Arlington untuk melakukan terbang lintas ketika insiden itu terjadi.

    Pengendali lalu lintas udara segera mengeluarkan instruksi perbaikan kepada kedua pesawat untuk menghindari tabrakan.

    Dalam komunikasi yang terdengar di LiveATC.net, seorang pilot Delta bertanya, “Apakah ada pesawat sekitar 500 kaki di bawah kami?” yang kemudian dikonfirmasi oleh pengendali lalu lintas udara.

    FAA telah mengumumkan penyelidikan terhadap insiden ini.

    “Pesawat Delta menerima peringatan di dalam pesawat bahwa ada pesawat lain di dekatnya,” kata mereka dalam pernyataan resmi.

    Delta Airlines menegaskan bahwa keselamatan penumpang adalah prioritas utama mereka.

    “Kami akan bekerja sama dengan regulator dan pemangku kepentingan penerbangan dalam peninjauan insiden ini,” kata juru bicara maskapai tersebut.

    Senator AS dari Minnesota, Amy Klobuchar, mengecam insiden ini melalui media sosial.

    “Sangat berbahaya, syukurlah semua orang selamat. Saya akan menanyakan Departemen Pertahanan mengapa pesawat militer bisa terbang begitu dekat dengan penerbangan penumpang,” tulisnya.

    Insiden ini terjadi setelah serangkaian kecelakaan udara yang mengkhawatirkan.

    Pada Januari lalu, tabrakan antara helikopter Black Hawk dan penerbangan American Airlines di dekat Reagan National menewaskan 67 orang, menjadikannya bencana penerbangan AS paling mematikan sejak 2001.

    Selain itu, FAA melaporkan adanya lebih dari 15.000 kejadian hampir tabrakan antara pesawat dan helikopter antara Oktober 2021 hingga Desember 2024.

    Laporan dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) juga mengungkapkan 85 kasus di mana dua pesawat terbang dalam jarak kurang dari 1.500 kaki secara horizontal dan kurang dari 200 kaki secara vertikal.

    Bandara Reagan National telah lama menghadapi kekurangan staf pengendali lalu lintas udara.

    Menurut laporan FAA, hingga September 2023 hanya ada 19 pengendali bersertifikat penuh, jauh di bawah target 30 orang.

    CNN melaporkan bahwa saat ini jumlah staf meningkat menjadi 24 dari 28 posisi yang tersedia.

    Kejadian di menara kontrol baru-baru ini mengindikasikan adanya ketegangan di antara para petugas.

    DailyMail.com mengungkap bahwa dua pengendali lalu lintas udara bahkan sempat terlibat perkelahian di dalam menara kontrol.

    Hingga kini, FAA masih menyelidiki insiden terbaru ini.

    CBS News melaporkan bahwa pihaknya juga telah menghubungi Angkatan Udara untuk mendapatkan pernyataan resmi terkait keterlibatan jet tempur dalam insiden ini.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)