Perusahaan: Daily Mail

  • Ilmuwan Teliti Tes Sederhana yang Bisa Prediksi Sisa Umur Manusia, Berani Coba?

    Ilmuwan Teliti Tes Sederhana yang Bisa Prediksi Sisa Umur Manusia, Berani Coba?

    Jakarta

    Peneliti di Brasil menemukan tes sederhana yang bisa dilakukan seseorang untuk memprediksi panjang umur seseorang. Peneliti mengamati 4.282 orang dewasa berusia 46-75 tahun, dengan dua pertiganya adalah seorang pria.

    Setelah masa tindak lanjut, 15,5 persen peserta meninggal karena penyebab alami. Dari jumlah tersebut, 35 persen meninggal akibat penyakit kardiovaskular, 28 persen kanker, dan 11 persen penyakit pernapasan, seperti pneumonia dalam rentang waktu 12 tahun.

    Pada awal penelitian, peserta diminta untuk duduk dari posisi berdiri, lalu duduk lagi.

    Peserta memiliki 5 poin setiap memulai tes. Mereka akan kehilangan satu poin untuk setiap bantuan seperti menggunakan lutut, berpegangan pada kursi, atau memegang tangan orang lain.

    Peserta juga kehilangan setengah poin setiap kali kehilangan keseimbangan atau terlihat tidak stabil. Peneliti kemudian menggabungkan skor duduk dan berdiri tiap peserta untuk mendapat hasil akhir, maksimal 10 poin.

    “Yang membuat tes ini istimewa adalah karena tes ini mengamati semua hal sekaligus, itulah sebabnya kami pikir tes ini dapat menjadi prediktor kuat,” kata pemimpin studi Claudio Gil Araujo, dikutip dari Daily Mail,

    Orang yang dapat skor antara 0-4 poin memiliki kemungkinan enam kali lebih besar meninggal akibat kardiovaskular dibanding mereka yang punya skor sempurna. Separuh dari mereka yang mendapat skor nol dalam tes berdiri dari lantai, meninggal selama masa tindak lanjut, dibandingkan hanya 4 persen dari mereka yang dapat skor sempurna.

    Peserta yang mendapat skor 4,5-7,5 poin memiliki risiko dua sampai tiga kali lebih besar untuk meninggal dalam dekade berikutnya akibat penyakit jantung atau penyebab alami lainnya.

    Setiap penurunan satu poin dalam skor dikaitkan dengan peningkatan risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular 31 persen, serta peningkatan kemungkinan meninggal dalam satu dekade ke depan akibat penyakit alami lainnya sebanyak 31 persen.

    Meski begitu, studi ini masih memiliki keterbatasan. Misalnya semua peserta berasal dari klinik swasta di Brasil, membuat sampel kurang beragam. Selain itu, tidak ada data mengenai status rokok, yang menjadi penyebab utama penyakit jantung dan kanker paru.

    Untuk melakukan tes ini, bersihkan area di sekitar, tapi pastikan ada dinding, kursi, atau objek penyangga lain di posisi yang dekat. Berdiri dengan kedua kaki sedikit terpisah, lalu silangkan satu kaki di depan kaki yang lain.

    Turunkan tubuh hingga duduk di lantai, lalu berdiri kembali. Usahakan tanpa menggunakan bantuan apapun.

    Meski ada korelasi antara poin dan angka kematian, penting untuk tetap mengunjungi dokter guna mendapatkan gambaran menyeluruh tentang kondisi kesehatan dan faktor risiko untuk berbagai penyakit.

    (avk/kna)

  • Pria Taiwan Tewas Keracunan Termos Berkarat, Begini Kondisinya Sebelum Meninggal

    Pria Taiwan Tewas Keracunan Termos Berkarat, Begini Kondisinya Sebelum Meninggal

    Jakarta

    Penggunaan botol minum logam atau termos harus lebih diperhatikan. Seorang pria di Taiwan meninggal dunia setelah mengalami keracunan logam berat akibat penggunaan termos terlalu lama.

    Diketahui pria tersebut tidak pernah mengganti termosnya selama 10 tahun, sampai logam di dalam botol minumannya itu berkarat.

    Menurut media lokal, pria yang tidak disebutkan namanya itu sudah mengalami masalah kesehatan setahun sebelum diagnosis. Ia didiagnosis keracunan logam berat, timbel.

    Hasil tes juga menunjukkan kadar hemoglobinnya turun di bawah standar dan ginjalnya juga rusak.

    Meski termos sudah menunjukkan tanda karat, pria tersebut tetap menggunakannya. Biasanya ia isi termos tersebut dengan berbagai jenis minuman seperti kopi dan minuman bersoda. Pria tersebut hanya membilas botol dengan air jika ingin menggunakannya kembali.

    Pria itu akhirnya meninggal dunia karena komplikasi pneumonia, satu tahun setelah diagnosis keracunan.

    “Termos tersebut mungkin telah digunakan dalam jangka waktu yang sangat lama, dan khususnya, racun yang dihasilkan saat digunakan untuk minuman berkarbonasi seperti kola mungkin telah masuk dalam tubuh,” kata dokter dikutip dari Daily Mail, Sabtu (21/6/2025).

    Meski tidak secara pasti mengetahui sejak kapan termos tersebut memaparkan timbel, pertolongan yang dibutuhkan pasien itu sudah terlambat. Logam berat seperti timbel bereaksi secara kimia dengan minuman yang panas dan bersifat asam, untuk melepaskan racun.

    Keracunan logam berat dapat memicu kerusakan hati, ginjal, sistem saraf, hingga sistem kekebalan tubuh.

    Dokter kini mengimbau untuk memastikan botol termos yang digunakan terbuat dari bahan food-grade. Pastikan membersihkan termos secara teratur setelah penggunaan.

    Termos juga tidak disarankan untuk menyimpan minuman bersoda atau bersifat asam, seperti jus buah. Ganti botol termos setidaknya 1-2 tahun setelah pemakaian rutin. Keracunan logam berat yang menumpuk dalam tubuh dapat mengganggu fungsi vital organ tubuh.

    (avk/kna)

  • 2.000 Orang Tewas Tenggelam Gara-gara Salah Hitung Posisi Bulan

    2.000 Orang Tewas Tenggelam Gara-gara Salah Hitung Posisi Bulan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Tenggelamnya kapal raksasa Titanic menyimpan luka mendalam. Insiden tragis tersebut menewaskan ribuan orang yang menumpanginya.

    Penyebabnya ternyata karena salah perhitungan posisi bulan. Hal ini tampak sepele, namun ternyata berdampak besar.

    Para insinyur perusahaan kapal, Harland and Wolff, boleh berbangga diri ketika kapal rakitannya resmi selesai pada 31 Maret 1912. Dengan panjang 269 meter, lebar 28,19 meter, dan dilengkapi teknologi termutakhir, kapal ini diciptakan sebagai benda bergerak buatan manusia yang paling besar, megah, dan paling canggih di dunia kala itu.

    Keganasan ombak samudra pun disebut tak akan jadi masalah besar. Para penumpang dijanjikan kenyamanan dan keamanan mutlak. Kapal ini begitu sempurna sampai muncul pernyataan legendaris, “Tuhan pun tak akan bisa menenggelamkan kapal ini.” Saking hebatnya.

    Sembilan hari setelah perakitan selesai, kapal megah itu akhirnya memulai pelayaran perdananya dari Southampton, Inggris, menuju New York, Amerika Serikat. Kelak, kapal itu diberi nama RMS Titanic. Ribuan penumpang yang mayoritas kaum elit dan orang-orang terkaya Eropa menaruh harapan dan harta di dalamnya. Sebab mereka percaya kapal itu bakal aman.

    Maka, mereka tak hanya membawa diri, tetapi juga emas, berlian, hingga mobil mewah ke dalam kapal. Total, seluruh harta benda yang diangkut sangat fantastis. Daily Mail menaksir seluruhnya mencapai US$250 juta pada masa sekarang atau sekitar Rp4 triliun.

    Namun, keyakinan itu runtuh empat hari kemudian. Di tengah malam berbintang dan lautan tenang, Titanic menabrak gunung es. Lambung kapal robek sepanjang 90 meter. Air laut segera mengalir deras ke dalam lambung kapal. Bencana tak terhindarkan.

    Tepat hari ini 113 tahun lalu, pada 15 April 1912, Titanic tenggelam di Samudra Atlantik. Sebanyak 2.208 penumpang terpaksa mengakhiri perjalanan bukan di AS, tetapi di lautan antah berantah.

    Dari keseluruhan penumpang, hanya 707 jiwa yang berhasil selamat. Selebihnya, dinyatakan tewas. Ada yang tenggelam bersama kapal di kedalaman 4 kilometer. Ada juga yang membeku perlahan di permukaan laut super dingin.

    Mengungkap Misteri Tenggelamnya Titanic

    Dari sini, cerita legendaris Titanic dimulai. Selama seabad lebih, Titanic terus dibicarakan banyak orang, salah satunya soal barang-barang yang ikut tenggelam. Mengutip BBC Internasional, banyak pihak tergoda menjelajahi bangkai kapal.

    Mereka mencari barang-barang milik penumpang atau benda-benda artefak dari kapal. Mulai dari, jam saku, lukisan, berlian, parfum, tas, hingga guci-guci asal China. Semuanya memang benda mati, tetapi menjadi saksi bisu dari salah satu kejadian paling memilukan di seluruh dunia. Tentu, akan sangat menguntungkan jika dijual.

    Untungnya, sebagian dari benda-benda Titanic tersebut sudah diselamatkan. Sebagai satu-satunya pihak yang berhak mengambil, perusahaan Titanic menyimpan benda-benda tersebut di museum. Alias tidak dijual.

    “Kami ingin memastikan bahwa kami melestarikan kenangan tersebut, karena tidak semua orang bisa pergi ke Titanic, dan kami ingin dapat menyampaikannya kepada publik,” ungkap Direktur Koleksi RMS Titanic, Tomasina Ray.

    Selain perkara harta karun, pembicaraan Titanic sekarang ini juga soal penyebab tenggelam. Di balik cerita legendaris soal “Tuhan tak akan bisa menenggelamkan kapal”, para ahli berupaya mencari jawaban logis atas tragedi kelam itu. Salah satunya terkait keberadaan gunung es yang sebenarnya tidak diprediksi para awak kapal.

    Masih Menyimpan Misteri

    Sejarawan Tim Maltin dalam Titanic: A Very Deceiving Night (2012) mengungkap, salah satu faktor kecelakaan Titanic adalah air pasang lautan. Kala itu, bulan sedang berada di posisi terdekatnya dengan bumi. Air laut pun mengalami kenaikan dan membuat gunung es yang berada di utara terapung hingga ke jalur pelayaran Titanic.

    Sebagai catatan, jalur pelayaran Titanic merupakan jalur lazim yang dilewati kapal dan memang seharusnya tak ada gunung es. Atas alasan ini, awak Titanic tak memasukkan gunung es sebagai ancaman. Maka, ketika gunung es tiba-tiba muncul, bencana pun tak bisa dihindari.

    Tim Maltin pun menyebut, sudah seharusnya tak ada orang yang disalahkan atas tragedi Titanic sebab bukan murni kesalahan manusia.

    Meski begitu, pendapat tersebut hanya menambah daftar panjang teori penyebab tenggelamnya Titanic. Sampai sekarang, penyebab tenggelamnya kapal masih terus diuji oleh para ahli.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Peneliti Pecahkan Misteri Jadwal Kiamat, Ternyata Waktunya Maju

    Peneliti Pecahkan Misteri Jadwal Kiamat, Ternyata Waktunya Maju

    Jakarta, CNBC Indonesia – Alam semesta diperkirakan akan berakhir jauh lebih cepat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Hal tersebut ditemukan oleh tim ilmuwan dari Radboud University, Belanda.

    Dalam studi terbarunya, mereka bahkan menentukan waktu pasti berakhirnya alam semesta, yakni satu quinvigintillion tahun, atau angka 1 diikuti 78 nol.

    Kendati angka terdengar sangat besar, namun jauh lebih singkat dari prediksi sebelumnya yang menyebut alam semesta akan mati dalam 10 pangkat 1.100 tahun (angka 1 diikuti 1.100 nol).

    Penemuan ini berakar dari teori Hawking radiation, sebuah fenomena yang pertama kali diajukan oleh fisikawan Stephen Hawking pada 1975. Teori ini menyatakan bahwa partikel dan radiasi bisa “melarikan diri” dari lubang hitam, menyebabkan lubang hitam perlahan-lahan menguap seiring waktu.

    Menariknya, para peneliti menemukan bahwa proses serupa juga terjadi pada benda langit lain seperti neutron star dan white dwarf, yang sebelumnya tidak diperkirakan bisa mengalami evaporasi.

    “Selama ini, fenomena ini dianggap sebagai fenomena yang hanya terjadi pada lubang hitam, tapi para peneliti menunjukkan kalau benda-benda seperti bintang neutron [neutron star] dan bintang katai putih [white dwarf] juga bisa menguap seperti halnya lubang hitam,” ujar Prof. Heino Falcke, ketua tim peneliti sekaligus profesor radio astronomi di Radboud University, dikutip dari Daily Mail, Minggu (15/6/2025).

    Neutron star dan white dwarf merupakan tahap akhir dari kehidupan sebuah bintang. Ketika bintang-bintang ini kehilangan stabilitas, mereka secara bertahap akan menguap dan akhirnya lenyap.

    Karena objek-objek ini adalah bintang terakhir yang akan bertahan di alam semesta, menghitung waktu kematian mereka berarti juga menghitung batas maksimum usia semesta.

    Falcke dan timnya mengembangkan perhitungan berdasarkan studi mereka sebelumnya pada 2023, yang menunjukkan bahwa semua objek dengan medan gravitasi cukup kuat bisa menguap, bukan hanya black hole. Tingkat penguapan ini ternyata hanya tergantung pada kepadatan objek tersebut.

    Meski angka satu quinvigintillion tahun masih sangat jauh bagi manusia, hasil ini merevisi tajam estimasi sebelumnya dan memberi pemahaman baru atas teori Hawking yang selama ini kontroversial.

    “Kami ingin memahami teori ini lebih dalam. Dengan meneliti kasus ekstrem seperti ini, kami mungkin suatu saat bisa mengungkap misteri Hawking radiation,” kata Walter van Suijlekom, profesor matematika dan rekan penulis studi.

    Studi ini telah diterima untuk publikasi di Journal of Cosmology and Astroparticle Physics, dan sementara tersedia di server pra-publikasi arXiv.

     

    (luc/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bercinta Bisa Jadi Terapi Usir Depresi, Baiknya Berapa Kali Seminggu?

    Bercinta Bisa Jadi Terapi Usir Depresi, Baiknya Berapa Kali Seminggu?

    Jakarta

    Seks merupakan aktivitas yang menyenangkan bagi setiap pasangan suami istri. Kebahagiaan yang timbul akibat bercinta, bahkan bisa membantu seseorang terhindar dari depresi.

    Dikutip dari Daily Mail, para ilmuwan menemukan angka ‘ajaib’ terkait berapa kali dalam seminggu untuk bercinta demi kehidupan yang lebih bahagia. Ternyata seminggu sekali saja sudah cukup

    Para peneliti di Shantou University Medical College menemukan bahwa mereka yang berhubungan seks setidaknya sekali seminggu memiliki kemungkinan depresi yang jauh lebih rendah, dibandingkan dengan mereka yang melakukannya kurang dari sekali sebulan.

    Penelitian yang melibatkan 14.741 orang dewasa di Amerika Serikat (AS) ini mengungkapkan bercinta setidaknya sekali seminggu dapat mengurangi risiko munculnya gejala gangguan suasana hati hingga 24 persen.

    Efeknya mungkin terletak pada pelepasan hormon kebahagiaan seperti endorfin dan dopamin yang terjadi saat berhubungan seks. Selama hubungan intim, hormon ini meningkat hingga 200 persen.

    “Terlepas dari orientasi seksualnya, aktivitas seksual memberikan manfaat seperti peningkatan kesejahteraan dan kualitas hidup, yang berdampak signifikan terhadap kesehatan mental,” ujar Profesor Mutong, salah satu penulis pada penelitian tersebut.

    Menurut para peneliti, hubungan seks yang dilakukan minimal 103 kali per tahun atau mungkin dua kali seminggu diketahui bisa memberikan manfaat optimal dalam mencapai kebahagiaan, serta mencegah depresi.

    (dpy/kna)

  • Pengakuan Pasien Terpapar COVID-19 Varian ‘Nimbus’, Ini Gejala yang Dirasakan

    Pengakuan Pasien Terpapar COVID-19 Varian ‘Nimbus’, Ini Gejala yang Dirasakan

    Jakarta

    Varian COVID-19 baru NB.1.8.1 kini tengah menyebar di sejumlah negara, termasuk Thailand dan Singapura. Varian ini disebut sebagai ‘Nimbus’ atau dalam ilmu cuaca merujuk pada salah satu awan berwarna abu-abu gelap dan tebal yang menyebabkan hujan. Nama resminya adalah varian COVID-19 NB.1.8.1.

    Seorang ahli epidemiologi di China, Dr Zhong Nanshan, mengungkapkan varian ‘Nimbus’ ini memiliki gejala yang khas yakni sakit tenggorokan. Banyak pasien yang melaporkan gejala sakit tenggorokan seperti ‘tersayat pisau cukur atau pecahan kaca’.

    Banyak warga China yang memposting di media sosial, salah satunya Weibo, mereka tertular COVID-19 dan menunjukkan gejala yang menyakitkan. Hal itu bahkan membuat mereka merasa seperti kehabisan tenaga.

    Varian NB.1.8.1 telah menyebabkan lonjakan kasus COVID-19 di sejumlah negara, termasuk China. Berdasarkan data dari Maret-Mei, pasien yang dirawat di UGD yang dites positif COVID-19 naik dari 7,5 menjadi 16,2 persen.

    Analisis Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menunjukkan varian ‘Nimbus’ lebih menular. Namun, masih belum ada bukti bahwa varian tersebut dapat menyebabkan penyakit yang lebih parah atau kematian.

    Pengakuan Pasien soal Gejala Akibat Varian ‘Nimbus’

    Selain sakit tenggorokan, pasien yang terinfeksi varian ‘Nimbus’ juga melaporkan gejala yang mirip dengan varian sebelumnya, seperti batuk, demam, nyeri otot, dan hidung tersumbat. Dr Nanshan juga mengatakan gelombang COVID-19 saat ini tidak jauh berbeda dari yang sebelumnya.

    “Namun kali ini, laporan klinis menunjukkan bahwa gejala radang tenggorokan akibat silet lebih jelas, dan batuknya lebih banyak,” bebernya yang dikutip dari Daily Mail.

    Melalui unggahan media sosial Weibo, warga China juga mengungkapkan gejala yang muncul akibat varian ‘Nimbus’.

    “Saat makan siang beberapa hari yang lalu, seorang kolega batuk sangat parah hingga saya pikir dia tersedak makanan,” tulis seorang warga di Weibo.

    “Dia mengatakan itu adalah efek yang masih ada dari gelombang COVID ini. Ketika saya bertanya tentang gejala utamanya, dia mengatakan radang tenggorokan yang seperti tersayat silet,” sambungnya.

    Warga lainnya juga mengungkapkan keluhan yang hampir sama, yakni sakit tenggorokan.

    “Saya pernah terserang radang tenggorokan seperti tersayat silet, dan merasa sangat lelah,” katanya.

    Seorang warga juga menyebutkan gejala yang sama. Radang tenggorokan menjadi tanda atau gejala yang pertama kali terasa.

    “Radang tenggorokan akibat silet pasca COVID sangat parah. Bengkak, nyeri, dan saya hampir tidak bisa bicara. Adakah pengobatan yang cepat?” tulisnya.

    (sao/suc)

  • Indonesia Negara Nomor 1 Dunia Kalahkan AS, Ini Kata Peneliti Harvard

    Indonesia Negara Nomor 1 Dunia Kalahkan AS, Ini Kata Peneliti Harvard

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam sebuah studi dari Universitas Harvard, nama Indonesia menjadi posisi teratas bahkan mengalahkan negara besar lainnya Amerika Serikat (AS). Peringkat tersebut terkait negara dengan tingkat berkembang atau flourishing tertinggi di dunia.

    Laporan berjudul Global Flourishing Study melibatkan lebih dari 203 ribu responden dari 22 negara. Ini terkait kesehatan, kebahagiaan, makna hidup, karakter, hubungan sosial, keamanan finansial, dan spiritualitas.

    Mereka disurvei dengan tujuh variabel serta data demografis seperti usia, jenis kelamin, status pernikahan dan pekerjaan, pendidikan, kesehatan, agama, dan riwayat pribadi.

    Indonesia disebut menjadi negara yang paling berkembang dengan nilai skor 8,3. Ada juga negara seperti Israel (7,87), Filipina (7,71), Meksiko (7,64), dan Polandia (7,55).

    Sementara Amerika Serikat (AS) berada di peringkat 12 dalam daftar dan Inggris di ranking ke-20 dari 22 negara.

    Para peneliti menjelaskan temuan tersebut menyoroti pepatah lama soal uang bukanlah segalanya. Kesejahteraan bukan terkait kekayaan atau kesehatan fisik saja.

    “Berkembang itu multidimensi, dan berbagai negara berkembang dengan cara yang berbeda,” tulis tim peneliti dalam studi mereka, dikutip dari Daily Mail.

    Dalam laporan, tim peneliti mencatat banyak negara maju memang unggul dalam keamanan finansial. Sayangnya hal ini tak diikuti dengan aspek yang penting dalam kehidupan.

    “Banyak negara maju memang mencatat skor tinggi dalam hal keamanan finansial, namun justru rendah dalam aspek makna hidup, hubungan sosial, dan karakter pro-sosial,” kata para peneliti.

    Indonesia, meski bukan negara terkaya, unggul dalam aspek hubungan sosial dan karakter pro-sosial. Kedua faktor itu penting menciptakan hubungan dan komunitas yang kuat.

    Jepang sebagai salah satu negara kaya dan masyarakat yang hidup lebih lama, namun dinilai sebagai masyarakat yang tidak berkembang. Nilainya hanya 5,89, dan respondennya paling kecil kemungkinan menjawab ‘ya’ untuk pertanyaan apakah mereka memiliki teman dekat.

    Selain Jepang, negara lain yang bernasib sama adalah Turki (6,32), Inggris (6,79), India (6,87) dan Spanyol (6,9).

    (fab/fab)

  • Wanita Ini Kena Kanker Usus Stadium 2 di Usia 39, Dikira Cuma Kelelahan Biasa

    Wanita Ini Kena Kanker Usus Stadium 2 di Usia 39, Dikira Cuma Kelelahan Biasa

    Jakarta

    Seorang wanita dari Melbourne, Australia, membagikan kisahnya yang terkena kanker usus di usia 39 tahun. Wanita bernama Danni Duncan itu awalnya tak percaya dirinya mengidap kanker lantaran merasa sehat dan bugar.

    Duncan mengungkapkan kanker yang diidapnya mulai menyebar ke organ-organ di sekitarnya, meskipun ia telah menjalani gaya hidup sehat.

    “Saya merasa menjadi orang yang paling sehat dan dapat melakukan banyak hal untuk menjaga kesehatan,” tuturnya yang dikutip dari Daily Mail.

    “Selama empat tahun terakhir saya mengonsumsi 80-90 persen makanan utuh, menggunakan produk-produk yang sehat, tidak banyak minum alkohol, berolahraga setiap hari, dan mengonsumsi makanan berserat,” sambung Duncan.

    Duncan berasal dari keluarga tanpa riwayat kanker, sehingga ia terkejut saat didiagnosis mengidap penyakit tersebut.

    Kondisi ini terungkap setelah ia menjalani kolonoskopi bulan lalu. Dokter kemudian menjelaskan penyebab diagnosis tersebut dan risiko mematikan yang ditimbulkan.

    “Ia (dokter) mengatakan bahan kimia dalam makanan, karsinogen melaui daging merah, daging yang dibakar, dipanggang, bacon, ham, merupakan faktor lingkungan yang kita hadapi pada tahun 90-an. Dan kita tidak mengetahui efek jangka panjangnya hingga sekarang,” jelas Duncan.

    Selain itu, paparan produk pembersih yang digunakan Duncan saat masih kecil juga diduga bisa menjadi salah satu penyebabnya.

    Setelah didiagnosis, ia mendesak para orang tua = untuk ‘berhenti memberi anak-anak makanan ultra-olahan’. Menurutnya, makanan yang terlalu banyak diproses akan berdampak buruk pada anak-anak di kemudian hari.

    “Anda mungkin berpikir mereka baik-baik saja. Ya, mereka baik-baik saja sekarang, tetapi apa yang sebenarnya apa yang dilakukan Anda saat ini dapat menjadi hal yang buruk untuk anak-anak,” katanya.

    Gejala Kanker Usus Besar yang Dikeluhkan

    Duncan mengaku hanya mengalami sedikit gejala kanker usus besar. Ia merasa ada yang tidak beres pada tubuhnya dan terus-menerus kelelahan.

    Hasil tes menunjukkan kondisinya disebabkan oleh perdarahan internal akibat tumor di usus. Ia pun menjalani operasi pengangkatan kanker, yang sekaligus mengharuskan pengangkatan sebagian usus dan seluruh usus buntunya.

    Tes lanjutan menunjukkan, jaringan kanker yang diangkat telah memasuki stadium 2, artinya sel kanker mulai menyebar ke luar lapisan usus dan hampir mengenai organ-organ di sekitarnya.

    Meski belum menyebar ke kelenjar getah bening, ‘jalur umum’ penyebaran kanker ke seluruh tubuh, dokter menemukan tanda-tanda pertumbuhan sel kanker di area tersebut. Duncan pun diminta menjalani konsultasi lebih lanjut.

    (sao/suc)

  • Minum Ini Tiap Pagi, Kanker Usus Bisa Dicegah? Ini Kata Ahli

    Minum Ini Tiap Pagi, Kanker Usus Bisa Dicegah? Ini Kata Ahli

    Jakarta

    Memulai pagi dengan minuman yang tepat bukan hanya soal selera, tapi juga berdampak besar untuk kesehatan jangka panjang. Beberapa minuman yang dikonsumsi saat pagi, seperti kopi dan susu, rupanya memiliki potensi untuk membantu mencegah kanker usus.

    Kandungan nutrisi yang ada di dalam kedua minuman tersebut mendukung kesehatan saluran pencernaan. Memang bagaimana mekanismenya?

    Manfaat Susu untuk Pencegahan Kanker Usus

    Sebuah penelitian di Amerika Serikat yang melibatkan 542 ribu wanita menemukan asupan tambahan 300 mg kalsium per hari, yang setara satu gelas susu, dikaitkan dengan penurunan risiko kanker usus sebesar 17 persen.

    Peneliti utama Dr Keren Papier menyebut penelitian ini menjadi studi tunggal paling komprehensif yang pernah dilakukan mengenai hubungan antara pola makan dan peran protektif kalsium pada penyakit tersebut.

    Peneliti mengatakan peran protektif kalsium kemungkinan besar berasal dari kemampuannya untuk mengikat asam empedu dan asam lemak bebas di usus besar. Ini yang mengurangi efek potensi pemicu kanker pada usus.

    Manajer informasi kesehatan senior di Cancer Research UK, Sophia Lowes mengatakan menjaga pola makan sehat adalah salah satu faktor penting pencegahan kanker usus. Selain itu, pencegahan lain yang harus dilakukan adalah menjaga berat badan ideal dan berhenti merokok.

    Sebaliknya dalam penelitian yang sama, konsumsi 20 gram alkohol tambahan per hari disebut meningkatkan risiko kanker usus sebesar 15 persen.

    “Susu juga bisa menjadi bagian dari pola makan yang membantu mengurangi risiko kanker usus. Kami menantikan penelitian lebih lanjut, untuk memastikan sedikit orang yang terdampak penyakit berbahaya ini,” kata Lowes dikutip dari Daily Mail.

    Manfaat Kopi untuk Pencegahan Kanker Usus

    Kopi juga salah satu minuman populer yang biasanya dikonsumsi pagi hari. Selain memberikan energi tambahan, rupanya minum kopi tiap hari juga memiliki potensi besar perlindungan dari kanker usus.

    Dari analisis yang dilakukan World Cancer Research Fund International, ditemukan tiga jenis polifenol, senyawa alami yang berfungsi sebagai antioksidan, dari kopi yang dikaitkan dengan penurunan risiko kanker usus. Ketiganya adalah 3,4-dihydroxyphenyl propionic acid, asam ferulat, dan asam kafeat.

    Menggunakan data besar dari studi prospektif Japan Public Health Center-based prospective study (JPHC), ketiga polifenol tersebut dikaitkan dengan penurunan risiko kanker usus besar pada populasi Jepang yang diteliti. Hasil ini menunjukkan polifenol dari kopi mungkin berperan dalam mencegah kanker usus besar.

    Penelitian lain yang dilakukan sebelumnya menemukan perempuan yang minum 3 cangkir kopi setiap hari memiliki risiko kanker usus besar invasif yang lebih rendah.

    (avk/up)

  • Gigi dan Bella Hadid Ungkap Punya Adik Perempuan Tiri Baru

    Gigi dan Bella Hadid Ungkap Punya Adik Perempuan Tiri Baru

    Jakarta, Beritasatu.com – Gigi dan Bella Hadid baru saja mengumumkan kepada publik, mereka  memiliki saudara perempuan tiri bernama Aydan Nix. Fakta baru ini diungkap kakak beradik supermodel tersebut dalam pernyataan kepada Daily Mail baru-baru ini.

    Aydan merupakan putri dari ayah kandung Gigi dan Bella, Mohamed Hadid, dengan Terri Hatfield Dull. Menurut keterangan Gigi dan Bella, adik tiri mereka lahir dari hubungan singkat antara sang ayah dengan Terri setelah Mohamed dan Yolanda Hadid, ibu kandung Gigi dan Bella bercerai pada tahun 2001.

    Dalam pernyataannya, Gigi dan Bella mengungkapkan Aydan lahir dan selama ini dibesarkan di Florida, Amerika Serikat. Ia dibesarkan oleh seorang pria yang selama ini dikenalnya sebagai ayah, sampai pada akhirnya pria tersebut meninggal secara tiba-tiba saat Aydan berusia 19 tahun.

    Setelah kematian ayahnya, Aydan melakukan tes deoxyribo nucleic acid (DNA) karena rasa penasaran. Kemudian ia mengetahui dirinya memiliki hubungan biologis dengan Gigi dan Bella Hadid. Kakak beradik supermodel tersebut mengaku pertama kali terhubung dengan Aydan pada akhir tahun 2023.

    “Kami pertama kali terhubung dengannya pada akhir tahun 2023, dan sejak saat itu, kami menyambut Aydan dengan tangan terbuka,” ujar Gigi dan Bella dalam pernyataan  tersebut, dikutip dari People, Rabu (4/6/2025).

    Sejak saat itu, Aydan sering menghabiskan waktu bersama seluruh anggota keluarga Hadid, termasuk ayah kandungnya, Mohamed Hadid.

    “Kami sangat senang dan mengapresiasi kehadiran anggota keluarga baru kami yang tak terduga dan cantik ini,” lanjut Gigi dan Bella.

    Sejauh ini, sosok Aydan belum diperkenalkan secara resmi kepada publik. Gigi dan Bella menegaskan bahwa mereka menghormati privasi Aydan sebagai nonselebriti.

    “Kami sepenuhnya menghormati privasi Aydan, kami dengan hormat meminta agar orang lain juga melakukan hal yang sama serta menghormati keinginannya dan haknya untuk melanjutkan hidup sebagai wanita muda biasa di New York,” tutup Gigi dan Bella Hadid.