Perusahaan: CATL

  • Indonesia Bakal Punya Megaproyek Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik – Page 3

    Indonesia Bakal Punya Megaproyek Ekosistem Baterai Kendaraan Listrik – Page 3

    Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Bahlil Lahadalia, mengabarkan akan adanya peresmian ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) terintegrasi di Kabupaten Halmahera Timur, Maluku Utara, pada pekan ketiga Juni 2025.

    “Bahwa Juni itu peresmian, groundbreaking ya, memulai pabrik dibangun. Untuk ekosistem yang terintegrasi di satu tempat, mungkin minggu ketiga Juni di Maluku Utara, Kabupaten Halmahera Timur,” ujar Bahlil saat ditemui di Jakarta International Convention Center, Jakarta, Selasa (3/6/2025).

    Namun, Bahlil belum menginformasikan secara detail terkait proyek bersangkutan. “Sudahlah, nanti ada waktunya. Kalian lebih tahu dari Menteri kalian ini,” ungkapnya.

    Belum lama ini, Bahlil sempat kasih bocoran terkait masuknya Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) ke proyek ekosistem baterai kendaraan listrik. Danantara disebut akan terlibat dalam proyek tersebut bersama dengan konsorsium perusahaan asal China, Contemporary Amperex Co Limited (CATL) hingga Huayou.

    Dia menjelaskan, salah satu proyek dalam ekosistem ini melibatkan konsorsium yang dipegang CATL, di sektor hulu dengan 51 persen sahamnya digenggam PT Aneka Tambang Tbk (Antam). CATL menanamkan investasi hingga USD 6 miliar.

    “Nah, untuk di (perusahaan patungan/joint venture) JV 2, JV 3, JV 4 yang meliputi nikel, prekursor, smelter, katoda, baterai sel, itu BUMN itu sahamnya itu kurang lebih sekitar 30 persen,” ucapnya pada Mei 2025 silam.

     

  • Kata Bahlil Banyak LSM Serang Proyek Hilirisasi Nikel-Timah RI

    Kata Bahlil Banyak LSM Serang Proyek Hilirisasi Nikel-Timah RI

    Jakarta

    Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menuding Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) asing menyerang Indonesia. Salah satunya menargetkan program hilirisasi.

    Bahlil menyebutkan program hilirisasi Indonesia membutuhkan investasi besar mencapai US$ 618 miliar hingga 2040. Adapun saat ini terdapat 18 proyek hilirisasi di Indonesia, di antaranya hilirisasi nikel, bauksit, perkebunan, dan perikanan.

    “Ini yang sedang ditakuti oleh beberapa negara lain. Makanya sekarang banyak LSM yang serang-serang Indonesia menyangkut hilirisasi, serang menyangkut nikel, serang menyangkut bauksit, serang menyangkut timah, karena mereka tau ini,” kata Bahlil dalam acara The 2nd Human Capital Summit 2025 di Jakarta, Selasa (3/6/2025).

    Bahlil menegaskan hilirisasi terus dilakukan meskipun banyak pihak yang tidak menyukai. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan menciptakan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia.

    “Perintah bapak Presiden prabowo kepada kami, dan saya sebagai Menteri ESDM sejengkal pun saya tidak akan mundur dari tekanan asing untuk melanjutkan apa yang menjadi hilirisasi. Nggak ada. Negara ini sudah merdeka dan kemerdekaan itu kita rebut bukan pemberian,” katanya.

    “Dan tidak ada alasan negara lain mengatur negara kita, karena kita juga tidak pernah mengatur negara lain. Dan hilirisasi adalah sesuatu final untuk tetap kit jalan sekalian banyak tantangan,” tambahnya.

    Untuk diketahui, pemerintah memangkas jumlah proyek hilirisasi dari 21 menjadi 18. Bahlil mengatakan pemangkasan jumlah proses tidak mengurangi nilai investasi. Menurut Bahlil nilai investasi yang akan digelontorkan untuk 18 proyek hilirisasi tersebut masih sama dengan 21 proyek yang mencapai US$ 45 miliar atau sekitar Rp 730,2 triliun (kurs Rp 16.230/US$).

    “Total investasinya kurang lebih sekitar hampir US$ 45 miliar yang akan langsung kita jalankan,” terangnya.

    Bahlil menyebutkan beberapa proyek hilirisasi tersebut antara lain hilirisasi nikel, bauksit, refenery storage, perikanan, pertanian, perkebunan, sektor kehutanan serta proyek gasifikasi batu bara atau dymethil ether (DME) .

    “Ditambah lagi ada satu, kita sedang mengembangkan ekosistem baterai mobil milik Indonesia,” katanya.

    Bahlil menambahkan proyek hilirisasi untuk ekosistem baterai mobil akan segera dilakukan ground breaking pada bulan Juni 2025. Proyek ini adalah pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik, yang dikerjakan oleh CATL (Contemporary Amperex Technology Co. Limited) bekerja sama dengan BUMN.

    “Juni itu kita akan ground breaking untuk ekosistem baterai mobil CATL yeng kerja sama dengan BUMN, setelah itu akan masuk tahap berikutnya lagi,” terang Bahlil.

    (hns/hns)

  • Bus Listrik PO Sumber Alam Layani Rute Bekasi-Yogyakarta, Ngecasnya di Mana?

    Bus Listrik PO Sumber Alam Layani Rute Bekasi-Yogyakarta, Ngecasnya di Mana?

    Jakarta

    PO Sumber Alam resmi menyediakan layanan bus listrik untuk rute Bekasi-Yogyakarta. Bus listrik ini punya jarak tempuh mencapai 404 km. Sementara jarak yang harus ditempuh dari Bekasi ke Yogyakarta sekitar 550 km. Artinya, bus ini harus dicas ulang di tengah perjalanan. Di manakah lokasi pengecasan bus listrik ini?

    Sebagai info, PO Sumber Alam mengoperasikan bus listrik sejak 26 Mei 2025 dari arah Yogyakarta dan tanggal 27 Mei dari arah Bekasi. Bus itu disediakan oleh PT Kalista, menggunakan produk buatan China, Higer Coach 12M tipe Big Bus.

    Dijelaskan owner PO Sumber Alam, Anthony Steven Hambali, bus ini akan dicas ulang satu kali selama satu perjalanan. “Kalau dari arah timur (Yogyakarta), ngecasnya di Ajibarang (Banyumas). Kalau dari arah barat, ngecasnya di RM Taman Selera, Cikamurang (Indramayu),” ungkap Anthony melalui pesan singkat kepada detikOto.

    Bus listrik PO Sumber Alam Foto: Dok. PO Sumber Alam

    Menurut Anthony, proses pengecasan bus listrik ini dilakukan sembari penumpang beristirahat makan malam. “Waktunya berkisar 45 menit sampai 1 jam,” tambahnya lagi.

    Bagi yang berminat, siapkan uang Rp 170 ribu untuk naik bus ramah lingkungan ini. Tiket bus ini bisa didapat di Aplikasi Sumber Alam Ekspres, website sumberalam.co.id, agen resmi & OTA.

    Sedikit mengulas detail bus ini, dari sisi eksterior mengombinasikan warna putih, hitam, biru, dan hijau. Di bagian kaca depan terdapat tulisan 100% electric vehicle, serta pada bagian bodi samping juga terdapat gambar colokan kabel yang menandakan bahwa ini kendaraan listrik.

    Logo Kalista juga tersemat di area bodi samping. Bagi yang belum tahu, Kalista adalah perusahaan fleets-as-a-service (FaaS) yang merupakan salah satu anak perusahaan Indika Energy Group. Kalista menyediakan solusi end-to-end dengan ekosistem EV yang komprehensif buat mempermudah transisi bisnis menuju EV.

    Adapun unit bus listrik yang digunakan PO Sumber Alam merupakan buatan Higer. Mengenai dimensi, bus ini mempunyai panjang 11.965 mm, lebar 2.500 mm, kemudian tingginya 3.490 mm. Bus ini bisa menempuh jarak hingga 404 km, kecepatan tertinggi 90 km/jam, dan kapasitas kabinnya bisa mengangkut 41 penumpang.

    Bus ini memiliki Gross Vehicle Weight (GVW) 16.000 kg, Curb Weight (CW) 12.900 kg. Secara performa, bus yang menggunakan sasis monokok ini memiliki tenaga puncak 245 kW dan torsi badak 3.239 mm.

    Sementara baterainya menggunakan besutan CATL kapasitas 303 kWh dengan tipe pengecasan menggunakan colokan CCS2. Soal layanan purnajual, bus ini punya garansi baterai 8 tahun, garansi motor listrik 5 tahun, dan garansi bodi 1 tahun.

    (lua/din)

  • Bus Listrik PO Sumber Alam Layani Rute Bekasi-Yogyakarta, Ngecasnya di Mana?

    Spesifikasi Bus Listrik PO Sumber Alam yang Layani Trayek Bekasi-Yogyakarta

    Jakarta

    PO Sumber Alam bersama Kalista resmi membuka layanan bus listrik untuk rute Bekasi-Yogyakarta (PP). Bus yang digunakan adalah buatan perusahaan asal China, Higer. Seperti apa spesifikasi bus nol emisi ini?

    Diketahui Perusahaan Otobus asal Purworejo ini telah mengoperasikan bus listrik sejak tanggal 26 Mei 2025 dari arah Yogyakarta dan tanggal 27 Mei dari arah Bekasi. Bus tersebut bisa menjadi opsi buat masyarakat yang ingin merasakan sensasi berkendara dengan bus listrik.

    Bus listrik PO Sumber Alam Foto: Dok. PO Sumber Alam

    Sedikit mengulas sisi eksterior, bus ini mengombinasikan warna putih, hitam, biru, dan hijau. Di bagian kaca depan terdapat tulisan 100% electric vehicle, lalu pada bagian bodi samping juga terdapat gambar colokan kabel yang menandakan bahwa ini kendaraan listrik.

    Logo Kalista juga tersemat di area bodi samping. Bagi yang belum tahu, Kalista adalah perusahaan fleets-as-a-service (FaaS) yang merupakan salah satu anak perusahaan Indika Energy Group. Kalista menyediakan solusi end-to-end dengan ekosistem EV yang komprehensif buat mempermudah transisi bisnis menuju EV.

    Bus listrik PO Sumber Alam Foto: Dok. PO Sumber Alam

    Adapun unit bus listrik yang digunakan PO Sumber Alam merupakan Higer Coach 12M tipe Big Bus. Mengenai dimensi, bus ini memiliki panjang 11.965 mm, lebar 2.500 mm, kemudian tingginya 3.490 mm. Bus ini bisa menempuh jarak hingga 404 km, kecepatan tertinggi 90 km/jam, dan kapasitas kabinnya bisa mengangkut 41 penumpang.

    Bus ini memiliki Gross Vehicle Weight (GVW) 16.000 kg, Curb Weight (CW) 12.900 kg. Secara performa, bus yang menggunakan sasis monokok ini memiliki tenaga maksimal 245 kW dan torsi badak 3.239 mm. Sementara baterainya menggunakan besutan CATL kapasitas 303 kWh dengan tipe pengecasan menggunakan colokan CCS2.

    Soal layanan purnajual, bus ini memiliki garansi baterai 8 tahun, garansi motor listrik 5 tahun, dan garansi bodi 1 tahun.

    (lua/rgr)

  • Menteri ESDM umumkan 18 proyek hilirisasi senilai hampir 45 M Dolar AS

    Menteri ESDM umumkan 18 proyek hilirisasi senilai hampir 45 M Dolar AS

    Juni kami akan groundbreaking untuk ekosistem baterai CATL yang bekerja sama dengan BUMN. Setelah itu, kami akan masuk pada tahap berikutnya lagi

    Jakarta (ANTARA) – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengumumkan 18 proyek hilirisasi senilai hampir 45 Miliar dolar AS, dan proyek itu bakal dimulai pada Juni 2025.

    Bahlil menyebut proyek hilirisasi itu mencakup hilirisasi nikel, bauksit, refinery, storage, gasifikasi (DME) batu bara, kemudian hilirisasi sektor perikanan, pertanian, kehutanan, dan pengembangan ekosistem baterai mobil milik Indonesia.

    “Juni kami akan groundbreaking untuk ekosistem baterai CATL yang bekerja sama dengan BUMN. Setelah itu, kami akan masuk pada tahap berikutnya lagi,” kata Bahlil menjawab pertanyaan wartawan saat jumpa pers setelah rapat terbatas Presiden Prabowo Subianto bersama sejumlah menteri di Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat.

    Terkait pembiayaan, Bahlil menyebut dapat dipastikan sumber dananya dari Danantara.

    “Kalau itu katakanlah proyeknya mayoritasnya di Indonesia, besarnya (porsi pembiayaan) adalah besar Danantara, maka mayoritasnya pasti Danantara,” kata Bahlil.

    Akan tetapi, manakala Danantara minoritas, maka pembiayaan dari Danantara pun juga akan minoritas.

    “Tetapi, saya yakinkan bahwa arahan Presiden Prabowo, ini proyek Merah Putih. Artinya, kami usahakan semaksimalnya agar semuanya mayoritasnya ada di negara,” sambung Bahlil.

    Presiden Prabowo menggelar rapat terbatas bersama sejumlah menterinya, yaitu Menteri ESDM Bahlil Lahadalia, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono, Menteri BUMN Erick Thohir, Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Kepala Pelaksana Bidang Operasional (COO) Danantara Dony Oskaria, Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi, dan Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya untuk membahas hilirisasi. Rapat itu berlangsung selama kurang lebih 2 jam dan berakhir sebelum pukul 17.00 WIB.

    Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni, saat ditemui selepas rapat, menyebu Presiden Prabowo menyetujui proyek-proyek hilirisasi yang dipaparkan oleh Menteri ESDM.

    “Pak Bahlil dan tim menyampaikan ke Bapak Presiden, rapat intensif kami untuk hilirisasi, tetapi Bapak Presiden setuju semua, karena ini akan meningkatkan devisa, kita mengurangi impor, dan tentu membuka lapangan kerja,” kata Raja Juli menjawab pertanyaan wartawan.

    Dia melanjutkan Khusus Kementerian Kehutanan proyek hilirisasi itu terkait salah satunya dengan agroforestri.

    Pewarta: Genta Tenri Mawangi
    Editor: Edy M Yakub
    Copyright © ANTARA 2025

  • Danantara Bakal Masuk Proyek Baterai Kendaraan Listrik Bareng CATL

    Danantara Bakal Masuk Proyek Baterai Kendaraan Listrik Bareng CATL

    Jakarta

    Menteri ESDM Bahlil Lahadalia mengungkapkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) bakal terlibat membiayai proyek ekosistem baterai kendaraan listrik bersama perusahaan China, CATL.

    Namun, Bahlil belum mengetahui berapa investasi yang akan dikeluarkan Danantara untuk proyek tersebut.

    “Nanti mereka (Danantara) akan masuk. Setelah masuk, berapa biayanya, tanya nanti ke Danantara,” kata Bahlil saat ditemui di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Jumat (23/5/2025).

    Bahlil menyebutkan, porsi saham pemerintah lewat BUMN di proyek tersebut 51%, dan investasi Danantara nanti dikemas dalam bentuk Join Venture bersama CATL.

    “BUMN itu sahamnya itu kurang lebih sekitar 30%. Nah, karena sudah diambil alih, BUMN sekarang sudah berubah semuanya, asetnya di bawah Danantara, otomatis masuk di situ. Ya, kalau dia mau investasi, equity-nya dia harus chip in,” terang Bahlil.

    Sementara terkait proyek ekosistem baterai kendaraan listrik, investasi CATL mencapai US$ 6 miliar atau Rp 97,8 triliun (kurs Rp 16.300).

    Proyek tersebut mencakup dari tambang nikel, smelter nikel berteknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL), pabrik prekursor, katoda, sel baterai, hingga fasilitas daur ulang (recycling) baterai.

    “Karena ini ekosistem baterai pertama di dunia, dari hulu hilir, dari tambang, HPAL, nikel, prekursor, katoda, baterai sel, sampai dengan recyclingnya. Ini belum pernah ada di dunia lho. Ini baru pertama kali. CATL itu investasinya US$ 6 miliar total,” katanya.

    Bahlil menambahkan proyek baterai kendaraan listrik awalnya melibatkan LG, namun pemerintah membatalkan investasi LG karena realisasinya terlalu lama.

    “Memang kita terminasi. Kenapa kita terminasi? Karena dari komitmen yang sudah disepakati dalam MOU maupun FS-nya itu belum dilaksanakan. Tetapi dari total proyeknya 9,8 miliar itu, US$ 1,2 miliar sudah realisasi, sudah diresmikan di Karawang. 10 giga pertama,” katanya.

    “Nah, karena dia tidak lanjutkan, maka yang menggantikan posisinya adalah Huayou. Kemarin sudah putus di ratas. Dan di Januari itu saya mengeluarkan surat untuk terminasi terhadap LG,” tambahnya.

    Tonton juga “Prabowo Panggil Bos Danantara, Tekankan Transparansi-Akuntabilitas” di sini:

    (hns/hns)

  • CATL Siapkan Investasi Jumbo, Cari Pinjaman 1 Miliar Dolar Demi Bangun Pabrik Baterai di RI – Halaman all

    CATL Siapkan Investasi Jumbo, Cari Pinjaman 1 Miliar Dolar Demi Bangun Pabrik Baterai di RI – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Produsen baterai kendaraan listrik kondang asal China, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) berencana melebarkan ekspansi dengan membangun pabrik di Indonesia.

    Untuk merealisasikan rencana itu, kini CATL tengah mencari pinjaman sekitar 1 miliar dolar AS atau setara Rp16,4 triliun demi mendanai investasi di Indonesia.

    Rencananya pabrik baterai rakitan kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) CATL akan di bangun di Karawang, Jawa Barat.

    Hal itu terungkap usai sumber yang tidak ingin diungkapkan identitasnya menyebutkan bahwa CATL tengah mencari pendanaan untuk mendanai investasi di pangsa Indonesia.

    “CATL, pembuat baterai terkemuka dunia, sedang mencari pinjaman sekitar 1 miliar dolar untuk mendukung investasinya di Indonesia,” ujar sumber yang tidak ingin diungkapkan identitasnya mengutip Tech In Asia.

    “Pinjaman tersebut mungkin memiliki jangka waktu lima hingga tujuh tahun,” imbuhnya.

    Untuk merealisasikan rencana ekspansi, CATL kabarnya akan menjalin kesepakatan kerja sama dengan Indonesia Battery Corporation (IBC), yang belakangan disebut dengan Proyek Dragon.

    Investasi raksasa baterai China pada Proyek Dragon dilakukan lewat Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co Ltd (CBL), usaha patungan bersama dengan Brunp dan Lygend.

    Dua perusahaan yang disebut terakhir punya keahlian pada pembuatan bahan baku baterai setrum. 

    CATL belum memberikan komentar publik mengenai inisiatif ini.

    Namun sejauh ini diskusi dengan calon pemodal masih berlangsung, dan ketentuan pinjaman dapat berubah.

    Perjalanan Ekspansi CATL di RI

    CATL masuk ke Indonesia melalui anak usahanya, Ningbo Contemporary Brunp Legend Co. Ltd. (CBL), yang menjalin kemitraan strategis dengan PT Industri Baterai Indonesia (IBC) pada 16 Oktober 2024.

    Kolaborasi ini kemudian melahirkan proyek bernama Dragon yang fokus pada pengembangan industri baterai EV terintegrasi.

    Pada kesepakatan awal, CATL mengumumkan nilai investasi untuk proyek Dragon sebesar 1,18 miliar dolar AS dengan kapasitas produksi mencapai 15 gigawatt hour (GWh) per tahun.

    Namun, nilai tersebut kemudian dikoreksi menyusul persetujuan Outward Direct Investment (ODI) dari pemerintah China.

    Terpisah, Indonesia dipilih menjadi target utama karena memiliki cadangan nikel terbesar di dunia, salah satu bahan baku utama dalam produksi baterai kendaraan listrik (EV).

    Selain itu Indonesia berada di posisi geografis strategis di Asia Tenggara, sehingga memungkinkan CATL untuk mengakses pasar lebih luas.

    Melalui ekspansi ini, CATL memperkuat rantai pasok globalnya dari hulu ke hilir, termasuk pengolahan bahan mentah hingga perakitan baterai.

    Selain itu, distribusi produk baterai ke negara-negara seperti India, Vietnam, Thailand akan jauh lebih efisien.

    Jika berhasil, ekspansi ini akan membawa investasi besar, transfer teknologi, dan lapangan kerja baru di sektor industri hijau.

    Ini juga memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain kunci dalam ekosistem kendaraan listrik dunia.

    CATL Dominasi Industri Baterai

    Sejak tahun 2017, CATL telah menempati posisi nomor satu dunia dalam penjualan baterai EV dan mempertahankan dominasinya hingga kini.

    Data dari tahun 2023 menunjukkan pangsa pasar global CATL mencapai sekitar 36–37 persen,  mencapai  sepertiga dari seluruh baterai EV di dunia.

    Sementara data terbaru dari SNE Research asal Korea Selatan, mengungkap bahwa CATL tercatat sebagai produsen baterai EV terbesar di dunia dengan pangsa pasar global sebesar 38,2 persen per Januari–Februari 2025.

    Jauh mengungguli pesaing seperti LG Energy Solution (Korea Selatan), BYD (Tiongkok), dan Panasonic (Jepang).

    CATL terus memperkuat posisinya lewat investasi besar dalam riset dan pengembangan (R&D)., lebih lanjut CATL juga mengarahkan strategi ke arah energi bersih dan berkelanjutan,

    Untuk mempertahankan dominasinya, CATL aktif membangun pabrik di berbagai negara.

    Per 30 September 2024, CATL telah memiliki 13 lokasi produksi baterai secara global, termasuk pabrik di Thuringia, Jerman, yang telah memulai produksi massal, dan proyek pembangunan pabrik di Hungaria yang masih berjalan.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • China Sapu Bersih Proyek Hilirisasi Prabowo

    China Sapu Bersih Proyek Hilirisasi Prabowo

    Bisnis.com, JAKARTA – Sejumlah investor asal China tengah menjajaki peluang investasi di proyek hilirisasi nikel hingga batu bara di Tanah Air.

    Salah satu proyek hilirisasi yang diminati investor China adalah hilirisasi batu bara menjadi dimethyl ether (DME). Proyek yang produknya diproyeksikan sebagai subtitusi liquefied petroleum gas (LPG) ini mandek usai ditinggal oleh investor asal Amerika Serikat, Air Products & Chemical Inc (APCI). Kini, pemerintahan Presiden Prabowo Subianto kembali mendorong pengembangan proyek ini.

    Untuk diketahui, Air Product semula berkomitmen mengembangkan dua proyek strategis nasional hilirisasi batu bara, salah satunya proyek gasifikasi batu bara menjadi DME di Muara Enim, Sumatra Selatan dengan membentuk joint venture bersama PT Bukit Asam Tbk. (PTBA) dan PT Pertamina (Persero).

    Baru-baru ini, Direktur Utama PTBA Arsal Ismail mengungkapkan bahwa Perseroan telah mendekati sejumlah perusahaan China untuk mencari mitra pengganti Air Product dalam proyek DME.

    Calon mitra yang telah dijajaki, yaitu CNCEC, CCESCC, Huayi, Wanhua, Baotailong, Shuangyashan, dan ECEC. Dari sejumlah perusahaan itu, hanya ECEC yang berminat sebagai mitra investor.

    “Dari seluruh calon mitra tersebut baru ECEC gitu ya, yang menyatakan minat menjadi mitra investor meskipun belum dari dalam skema investasi penuh atau full investment,” kata Arsal dalam RDP Komisi XII, Senin (5/5/2025).

    Merujuk pada paparan PTBA dalam rapat tersebut, ECEC telah menyampaikan preliminary proposal coal to DME pada November 2024.

    Di samping penjajakan yang masih berlanjut, PTBA masih terus mempersiapkan proyek DME ini secara paralel. Hingga saat ini, PTBA telah berhasil melakukan pembebasan lahan seluas 198 hektare atau sekitar 97% dari total kebutuhan lahan sebesar 203 hektare.

    “Itu merupakan komitmen dari kesiapan kami dalam menjalankan proyek ini. Nah, kami juga terus menjalin tentunya koordinasi intensif dengan berbagai pemangku kepentingan seperti Satgas Hilirisasi, Kementerian Sekretariat Negara, Kementerian Perindustrian, dan lembaga terkait lainnya untuk memproyek arahan dan dukungan kebijakan yang kami butuhkan,” tutur Arsal.

    Dominasi China di Proyek Hilirisasi Nikel

    Selain DME, investor asal China juga akan menggarap proyek hilirisasi nikel menjadi baterai kendaraan listrik (EV). Terbaru, pemerintah telah menunjuk Zhejiang Huayou Cobalt Co menjadi mitra strategis dalam megaproyek rantai pasok baterai. Huayaou akan menggantikan konsorsium asal Korea Selatan yang dipimpin LG Energy Solution yang semula akan berinvestasi senilai US$8,6 miliar atau Rp145 triliun di Proyek Titan. 

    Terpilihnya Huayou semakin menancapkan dominasi China dalam proyek hilirisasi nikel di Tanah Air. Hal ini mengingat mayoritas smelter nikel dalam negeri saat ini dimiliki oleh raksasa-raksasa logam China, seperti Tsingshan Group dan Jiangsu Delong Nickel Industry Co.

    Tak hanya itu, raksasa baterai China, Contemporary Amperex Technology Co Ltd. (CATL), juga telah berkomitmen menanamkan investasi dalam megaproyek rantai pasok baterai bernama Proyek Dragon. Melalui anak usahanya CBL International Development Pte Ltd, CATL membentuk joint venture dengan konsorsium BUMN Indonesia Battery Corporation (IBC) untuk membangun pabrik sel baterai dengan kapasitas produksi sebesar 15 gigawatt hour (GWh) per tahun. Nilai investasinya mencapai US$1,18 miliar atau sekitar Rp19,13 triliun.

    Terkait Huayou, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan P Roeslani mengungkap pemerintah mempercayakan Huayou untuk menggantikan LG karena pemerintah melihat minat Huayou yang tinggi. Pemerintah juga menilai kemampuan Huayou yang telah mumpuni lantaran sudah lama berinvestasi di Indonesia dalam bidang yang sama. 

    Rosan mengungkapkan bahwa saat ini investasi yang telah ditanamkan Huayou di RI sebesar US$8,8 miliar atau setara Rp147 triliun.

    “Huayou saja investasi di Indonesia per hari ini itu sudah mencapai US$8,8 miliar, sudah menanamkan investasi loh, sudah selesai. Mereka menyampaikan potensi untuk investasi dari Grup Huayou ini ke depannya menurut perhitungan mereka bisa akan mencapai US$20 miliar tambahan,” kata Rosan kepada wartawan, Selasa (29/4/2025).

    Rosan menyebut, pihak Huayou meminta waktu untuk mematangkan rencana proyek baru tersebut. Rencana investasi proyek ini dijadwalkan akan dibeberkan secara terperinci pada pekan ketiga Mei 2025.

    Dalam hal ini, tak hanya sebagai pengganti LG Energy Solution di proyek rantai pasok baterai Indonesia, Huayou juga berencana untuk mengembangkan kawasan industri di Pomala, Sulawesi Tenggara.

    “Mereka sudah pelajari dan ingin mereka investasikan di Indonesia, termasuk adalah pengembangan klaster industrial park seperti yang di Morowali dan di Weda Bay. Yang di Weda Bay mereka adalah pemegang saham minoritas, nah mereka sekarang ingin mengembangkan juga sendiri,” jelasnya.

    Oleh karena itu, tak heran jika Huayou berencana untuk meningkatkan investasi jumbo di Indonesia. Menurut Rosan, untuk membangun industrial park seperti Morowali atau Weda Bay membutuhkan ongkos yang besar.

    “Tidak hanya dari Huayou, saya pun sudah bertemu lagi dari perusahaan lain yang ingin membangun yang sama dan nanti mereka akan bisa masuk investasi dari negara-negara lain juga,” pungkasnya.

    Meski menggandeng Huayou, pemerintah juga menegaskan tetap terbuka terhadap investasi dari negara lain untuk proyek hilirisasi dalam negeri. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia mengungkapkan bahwa akan ada investor baru yang akan menjadi mitra Huayou dalam proyek baterai. 

    Menurutnya, calon investor itu merupakan salah satu dari tujuh perusahaan besar di dunia. 

    “Nanti kita umumkan ya. Ini salah satu perusahaan yang masuk tujuh besar di dunia. Enggak mungkin dong kami memasukkan partner yang belum comply dan belum teruji. Semuanya sudah teruji,” ucap Bahlil di Kantor Kementerian ESDM, Senin (28/4/2025) sore.

    Namun, Bahlil belum bisa memerinci mitra baru tersebut berasal dari negara mana. Namun, dia menekankan bahwa pemerintah tak terpaku pada negara asal.

    “Kita sekarang tidak menghitung mau China, mau Arab, mau Eropa, mau Korea, yang mau ke Indonesia aku enggak membedakan,” katanya. (Afiffah Rahmah Nurdifa)

  • CATL Dikabarkan Cari Pinjaman Rp16,4 Triliun untuk Ekspansi Pabrik di RI

    CATL Dikabarkan Cari Pinjaman Rp16,4 Triliun untuk Ekspansi Pabrik di RI

    Bisnis.com, JAKARTA – Produsen baterai kendaraan listrik Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) asal China sedang mencari pinjaman sekitar US$1 miliar atau setara Rp16,4 triliun untuk mendanai investasi di Indonesia.

    Dilansir Bloomberg pada Selasa (6/5/2025), informasi tersebut berasal dari sumber yang tidak ingin diungkapkan identitasnya. Sumber menyebutkan pendanaan tersebut bisa dalam jangka waktu 5 hingga 7 tahun.

    “Dana itu akan membiayai usaha patungan perusahaan, yang berencana membangun fasilitas produksi sel baterai di Karawang, Jawa Barat,” ungkap sumber.

    Pembicaraan dengan calon pemodal saat ini juga disebutkan sedang berlangsung dan rincian pinjaman dapat berubah. Saat dihubungi Bloomberg, CATL tidak menanggapi permintaan komentar.

    Adapun, upaya CATL untuk meningkatkan fasilitas produksi baterainya di Indonesia dilakukan saat raksasa baterai kendaraan listrik China itu mulai mengukur minat investor untuk penjualan saham senilai US$5 miliar yang berpotensi menjadi pencatatan terbesar di Hong Kong dalam beberapa tahun.

    Perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka memperkirakan akan melihat sedikit dampak dari tarif yang dikenakan pemerintahan Trump terhadap China karena eksposur perusahaan di AS cukup kecil.

    Pada bulan Oktober, CATL, melalui anak perusahaannya CBL International Development, membentuk JV dengan Indonesia Battery Corp milik pemerintah.

    Usaha patungan tersebut berencana untuk menginvestasikan US$1,2 miliar di negara Asia Tenggara tersebut, meningkatkan produksi baterai perusahaan yang berbasis di Fujian tersebut menjadi 15 gigawatt per tahun.

  • Baru Diperkenalkan, SUV Listrik Mazda EZ-60 Sudah Dipesan Lebih dari 10 Ribu Unit

    Baru Diperkenalkan, SUV Listrik Mazda EZ-60 Sudah Dipesan Lebih dari 10 Ribu Unit

    Jakarta

    Mazda baru saja memperkenalkan SUV listrik terbarunya, EZ-60, pada ajang Shanghai Auto Show 2025. Meski sekadar diperkenalkan, respons konsumen sangat baik. Dalam waktu hanya 48 jam setelah debutnya di pameran tersebut, mobil ini sudah mengantongi lebih dari 10 ribu unit pemesanan.

    Mengutip Carnewschina, Mazda EZ-60 mendapatkan pra pemesanan hingga 10.060 unit. Namun perlu catat, pra pemesanan atau pre order ini dibebankan dengan uang tanda jadi yang kecil, yakni sekitar 10 yuan atau Rp 22 ribu. Mazda sekadar ingin melihat respons pasar sebelum mobil ini diluncurkan resmi bulan Agustus nanti.

    Sekadar informasi, Mazda EZ-60 dibangun di atas platform EPA milik Changan, yang juga digunakan oleh Deepal S07. SUV listrik ukuran menengah ini, ditawarkan dalam dua versi elektrifikasi.

    SUV listrik Mazda EZ-60 Foto: Dok. Mazda

    Varian pertama hadir sebagai model extended range dengan kombinasi mesin bensin 1,5 liter (72 kW) yang hanya berfungsi sebagai generator. Model ini menggunakan motor listrik 190 kW dan baterai LFP (litium-besi-fosfat) 31,73 kWh. Hasilnya, EZ-60 mampu melaju hingga 160 km hanya dengan tenaga listrik.

    Sementara itu, varian full electric-nya masih belum diungkap detailnya, tapi jangkauannya diklaim akan kompetitif.

    Masuk ke dalam kabin, EZ-60 mengusung pendekatan futuristis. Mazda membekalinya dengan layar ultra lebar 5K ukuran 26,45 inci yang menyatukan panel instrumen, sistem infotainment, hingga kontrol AC. Tombol fisik diminimalisasi, diganti dengan sistem sentuh dan perintah suara. Penumpang belakang juga dimanjakan dengan layar sentuh tersendiri untuk mengatur kenyamanan. Bagi yang suka audio berkualitas, tersedia sistem Dolby Atmos 7.1.4 channel dengan 23 speaker sebagai opsi.

    Soal kepraktisan, EZ-60 menawarkan ruang bagasi utama 350 liter yang bisa diekspansi hingga 2.036 liter dengan melipat kursi belakang. Untuk varian full electric, ada juga frunk (bagasi depan) dengan kapasitas tambahan 126 liter. Mazda juga menyematkan berbagai ruang penyimpanan kecil di seluruh kabin.

    SUV listrik Mazda EZ-60 Foto: Dok. Mazda

    Dari segi dimensi, EZ-60 punya panjang 4.850 mm, lebar 1.935 mm, tinggi 1.620 mm, dan wheelbase 2.902 mm. Tampilannya modern dan agresif, dengan lampu LED tipis, grille depan tertutup khas mobil listrik, dan desain buritan yang tajam dengan lampu belakang model palang lebar.

    Keamanan jadi fokus utama. SUV ini dibekali sembilan airbag sebagai standar serta sistem ADAS Level 2. Mazda memasang lima kamera HD, lima radar dan dua belas sensor ultrasonik untuk menunjang sistem bantuan berkendara. Selain itu, sistem keamanan baterai hasil kolaborasi dengan CATL dan CALB menawarkan delapan lapis perlindungan dan sudah memenuhi standar keselamatan China untuk 2026.

    Dengan respons awal yang begitu tinggi, Mazda EZ-60 tampaknya siap jadi pemain kuat di segmen SUV listrik menengah, terutama di pasar domestik China yang kini makin kompetitif.

    SUV listrik Mazda EZ-60 Foto: Dok. Mazda

    (lua/mhg)