Perusahaan: CATL

  • Mobil Listrik Kedua Xiaomi Kepergok Diuji Coba Tanpa Penutup Stiker

    Mobil Listrik Kedua Xiaomi Kepergok Diuji Coba Tanpa Penutup Stiker

    Jakarta

    Mobil listrik kedua Xiaomi kepergok sedang diuji coba di suatu jalan raya di China. Menariknya, kendaraan yang konon akan menyandang nama ‘Xiaomi YU7’ tersebut tak ditutup stiker kamuflase, alias dibiarkan terbuka!

    Disitat dari Carnewschina, Sabtu (20/12), Xiaomi YU7 sebelumnya pernah tertangkap kamera sedang diuji jalan di China. Namun, ketika itu, bodinya masih ditutup stiker kamuflase untuk menyamarkan identitas. Kini, pabrikan membiarkannya ‘telanjang’ di jalan raya.

    Dilihat dari gambar yang beredar, Xiaomi YU7 hanya direkatkan stiker bertuliskan ‘test car’ dengan angka berukuran besar. Kemudian di bagian atasnya terdapat nama kendaraan.

    Xiaomi YU7. Foto: Doc. Carnewschina

    YU7 sekurangnya masih mengadopsi desain SU7, terutama di bagian depan. Pabrikan membekalinya dengan wajah sporty melalui penggunaan lampu kekinian dan gril minimalis. Selain itu ada aksen cembung sisi kap mesin yang mengingatkan kita dengan mobil-mobil Eropa.

    Bagian belakangnya juga kurang lebih sama dengan SU7. Kendaraan tersebut hanya berbeda di bagian pelek roda, dimensi dan tarikan garis secara keseluruhan.

    Sebagai catatan, produsen telah melaporkan hasil homologasi Xiaomi YU7 ke Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT) China. Dokumen tersebut berisi permohonan izin Xiaomi untuk menjual kendaraan baru.

    Mobil listrik Xiaomi YU7. Foto: Doc. MIIT China.

    Di China, setiap mobil harus disetujui regulator setempat sebelum dipasarkan, dan MIIT menerbitkan daftar kendaraan yang menjalani proses homologasi bulanan.

    Laporan yang sama mengungkap, mobil tersebut menggunakan motor listrik ganda 220 kw di depan dan 288 kw di belakang. Sehingga, secara total mampu menghasilkan tenaga 508 kw atau 681 dk! Baterainya NMC dari CATL dengan spesifikasi yang belum terungkap.

    Xiaomi YU7 akan bermain di kelas lebih tinggi dari Xiaomi SU7. Kendaraan tersebut kabarnya akan dibanderol berkisar 300-400 ribu yuan atau sekira Rp 650-870 jutaan. Nominal itu cukup murah untuk SUV listrik sekelasnya.

    (sfn/dry)

  • Dorong Investasi Mobil Listrik, Menteri Rosan Temui Perusahaan Tiongkok

    Dorong Investasi Mobil Listrik, Menteri Rosan Temui Perusahaan Tiongkok

    Bisnis.com, JAKARTA –  Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani menemui sejumlah perusahaan raksasa Tiongkok yang bergerak di ekosistem electric vehicle (EV) yaitu Build Your Dreams (BYD), CNGR New Material, dan Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL). Ketiganya ditemui di masing-masing fasilitas produksinya di Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada 16-17 Desember 2024.

    Kunjungan Menteri Rosan ke perusahaan-perusahaan ini dilaksanakan dalam rangka mengawal investasinya yang telah berjalan di Indonesia, mengetahui hal-hal yang dapat didukung Pemerintah Indonesia untuk percepatan realisasi investasi serta memfasilitasi rencana investasi jangka panjang perusahaan. “Sebagaimana pesan dari Bapak Presiden Prabowo justru untuk selalu mengutamakan investor yang sudah berinvestasi di Indonesia, itu yang kita jaga,” ujar Menteri Rosan.

    Pertemuan dengan BYD Auto

    Kunjungan hari pertama di Tiongkok, Menteri Rosan melakukan pertemuan dengan pimpinan perusahaan otomotif terkemuka, BYD Auto, membahas upaya percepatan untuk pembangunan pabrik mobil listrik BYD di Subang, Jawa Barat. Menteri Rosan mengapresiasi investasi BYD yang mulai direalisasikan di Indonesia.

    “Kami meyakini tentunya selain berdampak pada pemberian nilai tambah dan penciptaan lapangan kerja, namun investasi ini juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi karbon pada tahun 2060, atau mungkin diharapkan lebih cepat. Terlebih lagi saat ini perusahaan tidak hanya melihat pasar Indonesia yang cukup besar tetapi juga untuk pasar ekspor,” ucap Menteri Rosan.

    Rencananya BYD Indonesia akan menambah kapasitas produksi dari yang awalnya 150.000 unit per tahun, serta terbuka untuk pengembangan fasilitas baterai dan kendaraan jenis Plug In Hybrid Electric Vehicle (PHEV) premium di awal tahun depan. Penambahan kapasitas produksi ini rencananya akan menambah total tenaga kerja dari sebelumnya 8.700 orang menjadi 18.814 orang. Pembangunan pabrik ini ditargetkan akan memulai produksi komersialnya pada awal 2026.

    “Pembangunan pabrik BYD di Indonesia nantinya merupakan salah satu yang tercepat, karena sebelumnya untuk membuat pabrik mobil listrik di China dan di Thailand membutuhkan waktu 10-16 bulan. Namun jika didukung pemerintah, kami yakin bisa menyelesaikan pembangunan pabrik dan memulai produksi komersial pada awal 2026,” ungkap Liu Xueliang, General Manager BYD Asia-Pacific.

    Perbesar

    Menteri Rosan menekankan komitmen pemerintah dalam mendorong percepatan realisasi investasi BYD, salah satunya berkoordinasi dengan kementerian/lembaga terkait untuk percepatan infrastruktur di sekitar kawasan industri, termasuk jalan tol dan akses jalan ke Pelabuhan Patimban di Subang, Jawa Barat. Menteri Rosan juga menyampaikan dukungan pemerintah kepada perusahaan berupa percepatan penerbitan perizinan dan insentif penanaman modal.

    Pabrik BYD di Indonesia ini akan menjadi pabrik otomotif terbesar di ASEAN. Saat ini, luas lahan pabrik BYD adalah 108 Ha dan telah memutuskan pengembangan serta penambahan baru menjadi 126 Ha.

    Secara global, BYD menjadi produsen kendaraan listrik terbesar di dunia dengan penjualan mencapai lebih dari 3 juta unit pada 2023. Sejak diperkenalkan di Indonesia pada awal 2024, BYD Indonesia telah membukukan penjualan lebih dari 13.800 unit dan diklaim telah berkontribusi sebanyak hampir 50% pada penjualan EV di Indonesia setiap bulannya.

    Pertemuan dengan CNGR New Material

    Setelah bertemu BYD, Menteri Rosan melanjutkan kunjungannya ke fasilitas produksi CNGR New Material di Qinzhou, RRT (17/12). Pertemuan dengan CNGR membahas perkembangan investasi CNGR di Indonesia, serta rencana perusahaan untuk membangun Kawasan Industri Tekno Hijau Konasara (KIHTK) di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara yang akan terfokus kepada produksi advance material.

    Di dalam Kawasan Industri di Konawe tersebut, CNGR berencana akan menggabungkan industrinya dari hulu ke hilir. CNGR sendiri telah berinvestasi di beberapa proyek industri smelter untuk pengolahan bijih nikel di Indonesia. Total investasi CNGR di Indonesia sendiri saat ini mencapai Rp42,4 trililun dengan jumlah Tenaga Kerja Indonesia 6.613 orang.

    “Pada prinsipnya kami terbuka untuk investasi dan akan memfasilitasi sebaik mungkin agar investasi bisa berkembang lebih besar,” ungkap Menteri Rosan di sela-sela kunjungannya ke fasilitas produksi CNGR di Qinzhou.

    CNGR juga berencana untuk mengundang investor global produsen advance material agar berinvestasi di dalam kawasan. Nantinya, para perusahaan di dalam kawasan tidak hanya akan mengolah nikel, tetapi juga kobalt, mangan dan mineral lainnya. Nikel sendiri akan diolah menjadi energi advance material dan hidrogen, sedangkan timah akan dikembangkan untuk konduktor solar panel dan artificial intelligence. Di dalam kawasan juga akan dibangun fasilitas penelitian dan pengembangan untuk melakukan perencanaan dan riset mengubah mineral menjadi advance material.

    “Rencana kami, dengan pembangunan kawasan ini, maka rantai pasok untuk advance material akan lebih terpusat sehingga tercipta efisiensi dan kestabilan dalam rantai pasok. Bisa jadi ini merupakan satu-satunya di dunia dan Indonesia merupakan tempat yang paling bagus untuk mengembangkan rantai pasok advance material global,” ujar Deng Weiming, Chairman CNGR Advanced Materials.

    Menteri Rosan juga mengapresiasi upaya perusahaan untuk meningkatkan sumber daya manusia sejalan dengan pengembangan kawasan, dengan menyediakan pelatihan dan juga akses ke pendidikan tinggi bagi para pekerja terkait. Menteri Rosan berharap, rencana investasi CNGR ini bisa mendorong ekosistem hilirisasi sesuai dengan Peta Jalan Hilirisasi Investasi Strategis yang sudah ada. “Kami terbuka untuk kolaborasi dan mensinergikan rencana pengembangan industri hilirisasi ini. Akan kita kembangkan dengan cepat dan sustainable,” pungkas Menteri Rosan.

    Pertemuan dengan BRUNP-CATL

    Perusahaan raksasa selanjutnya yang dikunjungi Menteri Rosan adalah BRUNP, yang merupakan bagian dari group Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL). Mantan Ketua Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia ini mengunjungi fasilitas produksi CATL di Foshan, RRT yaitu pabrik baterai (CATL Ruiqing Factory) dan pabrik katoda (CATL-Brunp Foshan Factory-I), serta kunjungan ke kantor pusat BRUNP di Foshan, RRT.

    Kunjungan ini sekaligus menegaskan komitmen Pemerintah Indonesia dalam mendukung percepatan pembangunan ekosistem baterai electric vehicle (EV) di Indonesia. Saat ini Group CATL melalui konsorsium CBL (CATL, BRUNP dan Lygend) sedang bekerja sama dengan BUMN (ANTAM dan IBC) untuk membangun proyek rantai industri dan ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi yang dimulai dari pertambangan, smelter, industri bahan baterai (prekursor dan katoda) serta sel baterai serta daur ulang baterai yang berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara dan di Karawang, Jawa Barat. Total investasi dari proyek ini diperkirakan akan mencapai USD6 miliar atau setara Rp96 triliun.

    “Pemerintah mendorong kemajuan kerja sama investasi ekosistem baterai kendaraan listrik karena ini sejalan dengan program hilirisasi dan peningkatan nilai tambah di dalam negeri serta transformasi hijau,” jelas Menteri Rosan.

    Dengan dimulainya pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi di Indonesia, pemerintah berharap dapat menjadi bagian penting dalam rantai pasok global serta mendorong tumbuhnya industri otomotif kendaraan listrik di dalam negeri dengan kandungan lokal yang lebih tinggi dan harga yang terjangkau. Rencana investasi ini juga didorong untuk dapat memprioritaskan kemitraan dengan pengusaha nasional, terutama yang ada di daerah serta Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang memiliki kapabilitas dan kapasitas dalam setiap rantai pasok.

    “Kementerian Investasi dan Hilirisasi/BKPM saat ini juga terus melakukan fasilitasi dan asistensi terkait percepatan realisasi investasi proyek ini melalui percepatan perizinan berusaha dan juga insentif. Kami juga akan memfasilitasi komunikasi dan berkoordinasi dengan Kementerian BUMN dan para stakeholder terkait agar proyek dapat terealisasi dengan cepat,” terang Rosan.

    Pada kesempatan yang sama, Founder and CEO BRUNP Li Changdong yang mewakili group CATL menyampaikan bahwa pihaknya akan berupaya mendorong proyek pengembangan ekosistem agar lebih cepat terealisasi. “Yang terdekat adalah sel baterai kendaraan listrik yang harus mulai berproduksi di 2026 untuk memenuhi permintaan pasar yang sudah masuk. Kami juga tertarik untuk mengembangkan industri daur ulang baterai yang dapat mengamankan sumber daya mineral yang penting untuk baterai agar tetap terjaga serta dapat diolah dan diproduksi kembali di Indonesia dengan teknologi hijau,” ucap Li.

    CATL merupakan salah satu perusahaan global teknologi energi baru dan inovatif asal Tiongkok yang menduduki peringkat 292 pada Fortune 500 tahun 2023 dengan kepemilikan total aset per Desember 2023 sebesar USD101 miliar atau setara Rp1,6 kuadriliun. Sejak didirikan tahun 2011, perusahaan yang berkantor pusat di Ningde, Fujian tersebut telah menduduki peringkat pertama selama 7 tahun berturut-turut (2017-2023) sebagai penyuplai baterai kendaraan listrik di dunia dengan pangsa pasar global sebesar 37%.

  • BKPM lakukan pertemuan dengan sejumlah perusahaan besar EV China

    BKPM lakukan pertemuan dengan sejumlah perusahaan besar EV China

    Jakarta (ANTARA) – Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melakukan pertemuan dengan sejumlah perusahaan besar kendaraan listrik (electric vehicle/EV) asal China guna mempercepat investasi ekosistem mobil listrik di Indonesia.

    Pertemuan tersebut dilakukan oleh Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM Rosan Roeslani dengan perusahaan Build Your Dreams (BYD), CNGR New Material, dan Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL) saat kunjungan kerjanya ke China pada 16-17 Desember.

    Menteri Rosan dalam pernyataan di Jakarta, Rabu menyatakan kunjungan ke China tersebut dalam rangka mengawal investasi tiga perusahaan EV asal China yang telah berjalan di Indonesia.

    “Sebagaimana pesan dari Bapak Presiden Prabowo justru untuk selalu mengutamakan investor yang sudah berinvestasi di Indonesia, itu yang kita jaga,” ujar Menteri Rosan.

    Dijelaskannya, dalam pertemuan dengan BYD Auto, pihaknya membahas upaya percepatan untuk pembangunan pabrik mobil listrik BYD di Subang, Jawa Barat. Melalui investasi tersebut, pihaknya meyakini akan memberikan nilai tambah perekonomian yang besar, dan menciptakan lapangan kerja.

    Selain itu, investasi BYD juga sejalan dengan kebijakan Pemerintah Indonesia dalam mencapai target pengurangan emisi karbon pada tahun 2060, atau lebih cepat.

    Ia mengatakan, rencananya BYD akan menambah kapasitas produksi dari yang awalnya 150.000 unit per tahun, serta terbuka untuk pengembangan fasilitas baterai dan kendaraan jenis Plug In Hybrid Electric Vehicle (PHEV) premium di awal tahun depan.

    Peningkatan kapasitas produksi ini rencananya akan menambah total tenaga kerja dari sebelumnya 8.700 orang menjadi 18.814 orang. Pembangunan pabrik ini ditargetkan akan memulai produksi komersial pada awal 2026.

    Adapun pabrik BYD di Indonesia ini akan menjadi pabrik otomotif terbesar di ASEAN. Saat ini, luas lahan pabrik BYD adalah 108 hektare dan telah memutuskan pengembangan serta penambahan baru menjadi 126 hektare.

    Sementara, pertemuan dengan CNGR New Material, disampaikan Menteri Rosan pihaknya membahas perkembangan investasi CNGR di Indonesia, serta rencana perusahaan untuk membangun Kawasan Industri Tekno Hijau Konasara (KIHTK) di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara.

    Di dalam kawasan industri di Konawe tersebut, CNGR berencana akan menggabungkan industrinya dari hulu ke hilir. CNGR sendiri telah berinvestasi di beberapa proyek industri smelter untuk pengolahan bijih nikel di Indonesia. Total investasi saat ini mencapai Rp42,4 trililun dengan jumlah tenaga kerja lokal sebanyak 6.613 orang.

    “Pada prinsipnya kami terbuka untuk investasi dan akan memfasilitasi sebaik mungkin agar investasi bisa berkembang lebih besar,” kata Menteri Rosan.

    Ia mengatakan, CNGR juga berencana untuk mengundang investor global produsen advance material agar berinvestasi di dalam kawasan. Nantinya, para perusahaan di dalam kawasan tidak hanya akan mengolah nikel, tetapi juga kobalt, mangan dan mineral lainnya.

    Lebih lanjut, Menteri Rosan menyatakan dalam pertemuan dengan CATL, pihaknya menegaskan komitmen pemerintah Indonesia dalam mempercepat pembangunan ekosistem baterai kendaraan listrik.

    Saat ini Group CATL melalui konsorsium CBL (CATL, BRUNP dan Lygend) sedang bekerja sama dengan BUMN ANTAM dan IBC untuk membangun proyek rantai industri dan ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi yang dimulai dari pertambangan, smelter, industri bahan baterai (prekursor dan katoda), sel baterai, serta daur ulang baterai yang berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara dan di Karawang, Jawa Barat.

    Total investasi dari proyek ini diperkirakan akan mencapai 6 miliar dolar AS atau setara Rp96 triliun.

    “Pemerintah mendorong kemajuan kerja sama investasi ekosistem baterai kendaraan listrik karena ini sejalan dengan program hilirisasi dan peningkatan nilai tambah di dalam negeri serta transformasi hijau,” kata Menteri Rosan.

    Pewarta: Ahmad Muzdaffar Fauzan
    Editor: Biqwanto Situmorang
    Copyright © ANTARA 2024

  • Rosan Ungkap Rencana Investasi 3 Perusahaan Raksasa China di RI: BYD-CATL

    Rosan Ungkap Rencana Investasi 3 Perusahaan Raksasa China di RI: BYD-CATL

    Jakarta

    Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Perkasa Roeslani menemui tiga perusahaan raksasa China sektor ekosistem kendaraan listrik (electric vehicle/EV). Pertemuan dilakukan pada 16-17 Desember 2024 dalam kunjungan kerjanya ke China.

    Ketiga perusahaan itu adalah Build Your Dreams (BYD), CNGR New Material, dan Contemporary Amperex Technology Co., Limited (CATL). Menurut Rosan, pertemuan dilaksanakan dalam rangka mengawal investasinya yang telah berjalan di Indonesia.

    Serta mengetahui hal-hal yang dapat didukung Pemerintah Indonesia untuk percepatan realisasi investasi serta memfasilitasi rencana investasi jangka panjang perusahaan.

    “Sebagaimana pesan dari Bapak Presiden Prabowo justru untuk selalu mengutamakan investor yang sudah berinvestasi di Indonesia, itu yang kita jaga,” ujar Rosan dalam keterangan tertulis, Rabu (18/12/2024).

    Pertemuan dengan BYD Auto

    Rosan menemui pimpinan BYD Auto, membahas upaya percepatan untuk pembangunan pabrik mobil listrik BYD di Subang, Jawa Barat. Rencananya BYD Indonesia akan menambah kapasitas produksi dari yang awalnya 150.000 unit per tahun.

    BYD juga menyatakan terbuka untuk pengembangan fasilitas baterai dan kendaraan jenis Plug In Hybrid Electric Vehicle (PHEV) premium di awal tahun depan. Penambahan kapasitas produksi akan menambah total tenaga kerja dari sebelumnya 8.700 orang menjadi 18.814 orang.

    “Pembangunan pabrik BYD di Indonesia nantinya merupakan salah satu yang tercepat, karena sebelumnya untuk membuat pabrik mobil listrik di China dan di Thailand membutuhkan waktu 10-16 bulan. Namun jika didukung pemerintah, kami yakin bisa menyelesaikan pembangunan pabrik dan memulai produksi komersial pada awal 2026,” ungkap Liu Xueliang, General Manager BYD Asia-Pacific.

    Pabrik BYD di Indonesia ini akan menjadi pabrik otomotif terbesar di ASEAN. Saat ini, luas lahan pabrik BYD adalah 108 Ha dan telah memutuskan pengembangan serta penambahan baru menjadi 126 Ha.

    Secara global, BYD menjadi produsen kendaraan listrik terbesar di dunia dengan penjualan mencapai lebih dari 3 juta unit pada 2023. Sejak diperkenalkan di Indonesia pada awal 2024, BYD Indonesia telah membukukan penjualan lebih dari 13.800 unit dan diklaim telah berkontribusi sebanyak hampir 50% pada penjualan EV di Indonesia setiap bulannya.

    Pertemuan dengan CNGR New Material

    Setelah bertemu BYD, Rosan melanjutkan kunjungannya ke fasilitas produksi CNGR New Material di Qinzhou, RRT (17/12). Pertemuan dengan CNGR membahas perkembangan investasi CNGR di Indonesia.

    Rosan menyebut CNGR New Material berencana membangun Kawasan Industri Tekno Hijau Konasara (KIHTK) di Konawe Utara, Sulawesi Tenggara yang akan terfokus kepada produksi advance material. CNGR berencana akan menggabungkan industrinya dari hulu ke hilir.

    CNGR sendiri telah berinvestasi di beberapa proyek industri smelter untuk pengolahan bijih nikel di Indonesia. Total investasi CNGR di Indonesia sendiri saat ini mencapai Rp 42,4 triliun dengan jumlah Tenaga Kerja Indonesia 6.613 orang.

    CNGR juga berencana untuk mengundang investor global produsen advance material agar berinvestasi di dalam kawasan. Nantinya, para perusahaan di dalam kawasan tidak hanya akan mengolah nikel, tetapi juga kobalt, mangan dan mineral lainnya.

    Nikel akan diolah menjadi energi advance material dan hidrogen, sedangkan timah akan dikembangkan untuk konduktor solar panel dan artificial intelligence. Di dalam kawasan juga akan dibangun fasilitas penelitian dan pengembangan untuk melakukan perencanaan dan riset mengubah mineral menjadi advance material.

    “Rencana kami, dengan pembangunan kawasan ini, maka rantai pasok untuk advance material akan lebih terpusat sehingga tercipta efisiensi dan kestabilan dalam rantai pasok. Bisa jadi ini merupakan satu-satunya di dunia dan Indonesia merupakan tempat yang paling bagus untuk mengembangkan rantai pasok advance material global,” ujar Deng Weiming, Chairman CNGR Advanced Materials.

    Pertemuan dengan BRUNP-CATL

    Perusahaan raksasa selanjutnya yang dikunjungi Rosan adalah BRUNP yang merupakan bagian dari group CATL. Rosan mengunjungi fasilitas produksi CATL di Foshan, China, yaitu pabrik baterai (CATL Ruiqing Factory) dan pabrik katoda (CATL-Brunp Foshan Factory-I), serta kunjungan ke kantor pusat BRUNP di Foshan, RRT.

    Kunjungan ini sekaligus menegaskan komitmen Pemerintah Indonesia dalam mendukung percepatan pembangunan ekosistem baterai electric vehicle (EV) di Indonesia.

    Saat ini Group CATL melalui konsorsium CBL (CATL, BRUNP dan Lygend) sedang bekerja sama dengan BUMN (ANTAM dan IBC) untuk membangun proyek rantai industri dan ekosistem baterai kendaraan listrik terintegrasi.

    Investasi dimulai dari pertambangan, smelter, industri bahan baterai (prekursor dan katoda) serta sel baterai serta daur ulang baterai yang berlokasi di Halmahera Timur, Maluku Utara dan di Karawang, Jawa Barat. Total investasi dari proyek ini diperkirakan akan mencapai US$ 6 miliar atau setara Rp 96 triliun.

    Pada kesempatan yang sama, Founder and CEO BRUNP Li Changdong yang mewakili group CATL menyampaikan bahwa pihaknya akan berupaya mendorong proyek pengembangan ekosistem agar lebih cepat terealisasi.

    “Yang terdekat adalah sel baterai kendaraan listrik yang harus mulai berproduksi di 2026 untuk memenuhi permintaan pasar yang sudah masuk. Kami juga tertarik untuk mengembangkan industri daur ulang baterai yang dapat mengamankan sumber daya mineral yang penting untuk baterai agar tetap terjaga serta dapat diolah dan diproduksi kembali di Indonesia dengan teknologi hijau,” ucap Li.

    (ily/ara)

  • Aksi Hilirisasi Batu Bara PTBA Bisa Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik

    Aksi Hilirisasi Batu Bara PTBA Bisa Dukung Ekosistem Kendaraan Listrik

    Jakarta, CNBC Indonesia – PT Bukit Asam Tbk (PTBA) berkomitmen untuk menjalankan mandat hilirisasi batu bara dari pemerintah. Aksi hilirisasi batu bara perusahaan bahkan akan mendukung ekosistem baterai kendaraan listrik (EV) di Indonesia.

    Pasalnya, PTBA akan mengembangkan teknologi konversi batu bara menjadi Artificial Graphite dan Anode Sheet, yang merupakan bahan baku komponen baterai kendaraan listrik.

    Direktur Utama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) Arsal Ismail menjelaskan bahwa pihaknya akan tetap terus mendukung salah satu program pemerintah terkait swasembada energi. Terutama program hilirisasi batu bara.

    “Alhamdulillah nantinya mewujudkan ekosistem EV baterai PTBA salah satu yang berikan kontribusi anoda untuk bantu pemerintah kurangi impor kurangi devisa kita,” kata dia dalam Awarding Night CNBC Indonesia Awards 2024, dikutip Jumat (13/12/2024).

    Sebelumnya, Direktur Portofolio dan Pengembangan Usaha MIND ID Dilo Seno Widagdo mengatakan bahwa saat ini PTBA sudah memiliki prototipe dan sedang mempersiapkan pilot scale production untuk anoda baterai dari batu bara ini.

    “Hari ini kita sudah buatin prototipenya, sekarang kita buatin scale pilot, kita udah join sama CATL untuk material katoda, untuk anodanya kita pakai punyanya BRIN itu jadi baterai 18650,” ujar Dilo di Jakarta, Selasa (15/10/2024).

    Meski demikian, Dilo mengakui bahwa saat ini masih ada beberapa tantangan kualitas terkait conductivity dan density material anoda yang belum memenuhi standar internasional. Oleh karena itu, pembangunan fasilitas pilot scale ditujukan untuk meningkatkan kualitas tersebut.

    “Gue masih belum puas sama hasilnya bos, jadi conductivity-nya, density-nya, masih belum sesuai sama kelas internasional, ini memang harus ditingkatkan lagi makanya kita bangun yang pilot scale-nya ini untuk bisa sekalian kita tingkatkan lagi kualitasnya,” ujarnya.

    (wia)

  • Segini Bocoran Harga Mobil Listrik Kedua Xiaomi

    Segini Bocoran Harga Mobil Listrik Kedua Xiaomi

    Jakarta

    Mobil listrik kedua Xiaomi akan meluncur pertengahan tahun depan. Kendaraan tersebut berjenis SUV dan menyandang nama ‘Xiaomi YU7’. Lantas, berapa bocoran harganya?

    Disitat dari Reuters dan Carnewschina, Selasa (10/12), sejumlah informasi mengenai mobil listrik kedua Xiaomi bocor setelah raksasa teknologi tersebut melaporkan hasil homologasi ke Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT). Dokumen tersebut berisi permohonan izin Xiaomi untuk menjual kendaraan baru.

    Di China, setiap mobil harus disetujui regulator setempat sebelum dipasarkan, dan MIIT menerbitkan daftar kendaraan yang menjalani proses homologasi bulanan. Produsen sebenarnya tak senang dengan administrasi tersebut. Sebab, wujud dan spesifikasi produk terungkap sebelum peluncuran.

    Mobil listrik Xiaomi YU7. Foto: Doc. MIIT China.

    Xiaomi YU7 akan bermain di kelas lebih tinggi dari Xiaomi SU7. Kendaraan tersebut kabarnya akan dibanderol berkisar 300-400 ribu yuan atau sekira Rp 650-870 jutaan. Nominal itu cukup murah untuk SUV listrik sekelasnya.

    Meski sedikit lebih mahal, Xiaomi YU7 akan berhadapan langsung dengan Tesla Model Y yang sama-sama bermain di segmen mid-SUV listrik.

    Spesifikasi Xiaomi YU7

    Secara tampilan, Xiaomi YU7 masih membawa sejumlah detail milik Xiaomi SU7, terutama di bagian depan. Pabrikan membekalinya dengan wajah sporty melalui penggunaan lampu utama modern dan gril minimalis. Selain itu ada aksen cembung sisi kap mesin yang mengingatkan kita dengan mobil-mobil buatan Eropa.

    Bagian belakangnya juga kurang lebih masih sama dengan SU7. Kendaraan tersebut hanya berbeda di bagian pelek roda, dimensi dan tarikan garis secara keseluruhan.

    Xiaomi YU7 punya dimensi panjang 4.999 mm, lebar 1.996 mm, dan tinggi 1.600 mm. Sementara jarak sumbu rodanya 3.000 mm dan berat kosongnya 2.405 kg.

    Laporan yang sama mengungkap, pabrikan membekali kendaraan tersebut dengan motor listrik ganda 220 kw di depan dan 288 kw di belakang. Sehingga, secara total mampu menghasilkan tenaga 508 kw atau 681 dk! Baterainya NMC dari CATL dengan spesifikasi yang belum terungkap.

    (sfn/dry)

  • Ini Perbedaan Neta V dengan Neta V-II, Mana yang Lebih Unggul?

    Ini Perbedaan Neta V dengan Neta V-II, Mana yang Lebih Unggul?

    Jakarta

    PT Neta Auto Indonesia telah meluncurkan Neta V-II pada Mei lalu. Mobil listrik ini merupakan penerus dari Neta V yang telah dirilis sebelumnya.

    Sebagai penerus, tentunya Neta V-II membawa sejumlah perubahan dari generasi sebelumnya. Namun yang menarik, harga Neta V-II malah justru lebih murah dari Neta V. Kok bisa?

    Lantas, apa yang membedakan antara Neta V dengan Neta V-II? Simak pembahasannya dalam artikel ini.

    Perbedaan Neta V dengan Neta V-II

    Dalam ajang Periklindo Electric Vehicle Show atau PEVS 2024, Neta V-II resmi meluncur di Tanah Air. Apa perbedaan dari Neta V yang merupakan generasi sebelumnya?

    1. Kapasitas Baterai

    Meski berstatus sebagai penerus, tetapi Neta V-II punya kapasitas baterai yang lebih kecil daripada Neta V.

    Jadi, Neta V-II mengusung baterai lithium ferro-phosphate (LFP) berkapasitas 36,1 kWh. Sementara itu, Neta V juga memakai baterai LFP yang kapasitasnya sebesar 40,1 kWh.

    Meski baterai di mobil listrik terbarunya mengalami downgrade 4,6 kWh, tapi pabrikan Asal China itu mengklaim jika jarak tempuhnya sama-sama tembus 401 km.

    Jordy Angkawidjaja selaku Product Planning Manager PT Neta Auto Indonesia menjelaskan, secara kapasitas baterai Neta V-II memang lebih kecil dari Neta V pertama. Namun, Neta V-II menggunakan baterai buatan Gotion yang setelannya sedikit berbeda.

    “Jadi memang kalau baterai kan nggak mungkin sama ya, tergantung dari supplier. Sekarang kita kan kerja sama sama Gotion, tapi kenapa kita bisa klaim di 401 km? Karena HQ udah tes dan memang dapat di angka itu,” kata Jordy dalam catatan detikOto.

    “Kalau Neta V yang pertama kita (pakai baterai) dari banyak supplier sih. Jadi kalau di China pabrikan baterai kan banyak ya, pertama-tama kita pakai CATL, kemudian juga yang lain, jadi banyak sih,” tambahnya.

    2. Desain Interior dan Eksterior

    Melihat dari desain eksteriornya, Neta V-II sudah mengusung pencahayaan full LED dan gril baru yang lebih dominan. Selain itu, terdapat tambahan aksen hitam di sekitar bumper depan.

    “Mobil ini sekarang juga sudah pakai wiper di belakang sama pelek baru yang lebih sporty. Lampu belakangnya juga beda dari (generasi) yang pertama,” jelas Jordy.

    Pada bagian interior mobil, Neta juga melakukan sejumlah perubahan mulai dari desain kursi, penambahan warna anyar untuk dashboard, hadirnya wireless charging untuk smartphone, hingga tombol-tombol di area pintu yang bisa ditarik dan ditekan.

    3. Fitur Keamanan

    Salah satu keunggulan dari Neta V-II adalah fitur keselamatannya yang mumpuni. Sebab, mobil listrik ini sudah dilengkapi fitur ADAS yang meliputi Forward Collision Warning (FCW), Automatic Emergency Braking (AEB), Front Vehicle Start Alert (FSA), Full-speed Adaptive Cruise Control (ACC), Traffic Jam Assist (TJA), Integrated Cruise Assist (ICA), Lane Departure Warning (LDW), Lane Keeping Assist (LKA), dan High Beam Assist (HBA).

    Meski Neta V tidak dilengkapi ADAS, tapi fitur keselamatannya juga tak kalah mumpuni, mulai dari Electronic Parking Brake (EPB), Auto Vehicle Hold (AVH), Anti-lock Braking System (ABS), Hill-start Assist Control System (HAC), Hill Descent Control System (HDC), Tire Pressure Monitor System (TPMS), hingga Cruise Control System. Untungnya, fitur-fitur tersebut juga tersemat pada Neta V-II.

    Adapun sejumlah fitur lainnya yang terdapat pada Neta V dan Neta V-II, yakni:

    Electronic Brakeforce Distribution (EBD)Electronic Stability Control System (ESC)Speed Sensing Auto Door LockFollow Me Home LightHEPT 3.0 Battery Temperature Management SystemHEPT 3.0 Battery Temperature Management SystemSeatbelt ReminderISOFIX3-point Rear SeatbeltDual Front AirbagsRear Parking RadarRear View CameraImmobilizer SystemEmergency Tire Repair Kit.

    4. Tenaga dan Pengisian Daya Baterai

    Meski kapasitas baterai sedikit lebih besar, tapi tenaga yang dihasilkan dari Neta V dan Neta V-II juga sama. Kedua mobil listrik tersebut menggunakan motor listrik dengan tenaga 70 kw dan torsi mencapai 150 Nm.

    Baik Neta V dan Neta V-II juga menyematkan DC Fast Charging yang memungkinkan pengisian daya baterai dari 30 persen hingga 80 persen dalam waktu 30 menit. Lalu, untuk mengecas dari 0 persen ke 100 persen menggunakan sistem AC membutuhkan waktu 8 jam.

    5. Harga

    Soal harga, Neta V-II dibanderol lebih murah daripada generasi sebelumnya. Mengutip laman resmi Neta, berikut rincian harganya:

    Neta V: Rp 317 jutaNeta V-II: Rp 299 juta

    Jordy mengatakan, faktor yang membuat harga Neta V-II bisa lebih murah karena sudah dirakit secara lokal di Bekasi, Jawa Barat. Sementara itu, Neta V masih didatangkan utuh atau CBU dari Cina.

    “Ya harganya lebih murah karena ini kan sudah dirakit lokal di Indonesia. Sekarang kita lagi mengejar target TKDN 40 persen, kita masih dalam tahap penjajakan sama supplier Indonesia,” papar Jordy.

    Itu dia perbedaan antara Neta V dengan Neta V-II. Punya harga yang lebih murah dan fitur keselamatan melimpah, Neta V-II dinilai lebih menjanjikan dan menjadi pilihan terbaik.

    (ilf/fds)

  • MIND ID laporkan sejumlah progres proyek strategis tahun 2024 ke DPR

    MIND ID laporkan sejumlah progres proyek strategis tahun 2024 ke DPR

    dengan selesainya smelter tembaga dan precious metal refinery yang ada di Manyar, Gresik, insyaAllah ke depan Indonesia akan punya produksi emas sendiri

    Jakarta (ANTARA) – Direktur Utama (Dirut) Mining Industry Indonesia (MIND ID) Hendi Prio Santoso melaporkan sejumlah progres proyek strategis MIND ID tahun 2024.

    Pertama, PT Freeport Indonesia yang telah menyelesaikan smelter tembaga dan pembuatan precious metal refinery (PMR) di Gresik, Jawa Timur.

    “Dulu, waktu PTFI (PT Freeport Indonesia) itu melakukan ekspor konsentrat, kita Indonesia belum bisa memanen mineral-mineral ikutannya. Alhamdulillah, dengan selesainya smelter tembaga dan precious metal refinery yang ada di Manyar, Gresik, insyaAllah ke depan Indonesia akan punya produksi emas sendiri, kisarannya 50-70 ton (per tahun),” ujar Hendi prio Santoso dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi XII DPR RI di Jakarta, Rabu.

    Dalam paparannya, disampaikan pula bahwa proyek smelter tembaga dan PMR di Gresik yang sempat terbakar pada Senin (14/10) telah memasuki tahap pemulihan commissioning (uji coba komponen pabrik atau bangunan) dan ramp-up (peningkatan signifikan dalam tingkat output dari produk atau layanan perusahaan).

    Capaian progres proyek strategis lainnya berasal dari PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) yang disebut sudah tak lagi mengimpor bahan baku untuk pabrik aluminium karena telah bersinergi dengan PT Aneka Tambang (Antam) terkait bauksit.

    “Dulunya, kalau kita ekspor itu hanya di bawah 20 dolar (Amerika Serikat/AS), sekarang dengan sinergi yang terjadi dari bahan yang nilainya di bawah 20 dolar (AS) ini, kita sudah bisa menjual di ujung dengan harga 2.400 dolar AS begitu menjadi aluminium. Jadinya, sudah terintegrasi dari bauksit menjadi alumina, dari alumina menjadi aluminium,” ungkap Hendi.

    Proyek strategis ketiga ialah proyek Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Tanjung Enim, Sumatera Selatan (Sumsel) yang telah beroperasi dengan kapasitas 2 x 390 MW (megawatt).

    “Bukit Asam mempunyai potensi batu bara yang sangat besar, juga ingin melakukan kontribusi di bidang kelistrikan hingga sudah membangun PLTU Mulut Tambang (di Tanjung Enim). Mungkin salah satu yang terbesar senilai 2×390 MW di Tanjung Enim. Alhamdulillah juga, (Bukit Asam) sudah berhasil menjalin kerjasama dengan pabrik EV (Electric Vehicle) battery terbesar di dunia, yang namanya CATL (Contemporary Amperex Technology Co. Limited). CATL ini merupakan supplier dari baterainya Tesla, baterainya EV-nya Mercedes, dan EV-nya BMW,” kata dia.

    Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2024

  • Negara Ini Teken Kontrak US$ 1 M dengan China, Garap ‘Emas Putih’

    Negara Ini Teken Kontrak US$ 1 M dengan China, Garap ‘Emas Putih’

    Jakarta, CNBC Indonesia – Bolivia menandatangani kesepakatan senilai US$1 miliar (sekitar Rp 15 triliun) dengan perusahaan China, CBC China, Selasa waktu setempat. Rencananya, negeri itu dan anak perusahaan produsen baterai litium terbesar di dunia CATL akan membangun dua pabrik produksi litium karbonat di barat daya negara tersebut.

    Perusahaan milik negara, Bolivia Lithium Deposits (YLB) mengatakan pabrik-pabrik tersebut akan berlokasi di dataran garam Uyuni yang luas. Satu pabrik akan memiliki kapasitas produksi tahunan 10.000 ton litium karbonat dan sementara yang lainnya 25.000.

    Bolivia sendiri telah mengklaim memiliki deposit litium terbesar di dunia. Litium, yang dijuluki “emas putih,” merupakan komponen utama dalam produksi baterai untuk kendaraan listrik dan ponsel.

    Presiden Luis Arce mengatakan bahwa hal itu membuka jalan bagi Bolivia untuk menjadi “pemain yang sangat penting dalam menentukan harga litium internasional”. Kesepakatan tersebut mengikuti kesepakatan sebelumnya yang dicapai tahun lalu antara Uranium One Group Rusia dan YLB untuk membangun fasilitas ekstraksi litium senilai US$970 juta, juga di Uyuni.

    Namun, kedua kesepakatan tersebut belum disetujui oleh parlemen Bolivia. Arce mengumumkan bahwa negosiasi sedang berlangsung dengan Citic Guoan Group China untuk kontrak ketiga.

    “Kami berharap dapat menutup kesepakatan itu sesegera mungkin,” katanya.

    (sef/sef)

  • Elon Musk Debat dengan Pria Ini: Sampai Kehabisan Kata-kata

    Elon Musk Debat dengan Pria Ini: Sampai Kehabisan Kata-kata

    Jakarta

    Robin Zeng, pendiri perusahaan pembuat baterai mobil elektrik terbesar di dunia, “menyerang” Elon Musk. Menurutnya, Musk tak tahu cara membuat baterai yang benar.

    Zeng adalah chairman Contemporary Amperex Technology (CATL), dan ia menyebut baterai dengan teknologi sel silinder 4680 yang digadang Musk akan gagal tak tak mungkin bisa sukses. Ia pun mengaku pernah berdebat dengan Musk di China pada April lalu.

    “Kami berdebat keras, dan saya menunjukkan padanya. Dia hanya diam. Dia tidak tahu cara membuat baterai,” kata Zeng, seperti dikutip detikINET dari Reuters, Senin (18/11/2024).

    Sel baterai tabless 4680 saat ini dipakai di sejumlah mobil Tesla, termasuk Cybertruck. Musk menggadang 4680 ini punya kapasitas daya lima kali lebih besar, dan Tesla mengaku sudah memproduksi 100 juta sel baterai ini.

    Laporan lain menyebutkan Musk memberi tenggat waktu untuk tim yang mengerjakan baterai ini hingga akhir tahun 2024 untuk menyelesaikan masalah biaya dan masalah lainnya.

    Di sisi lain, baterai CATL dipakai di banyak mobil elektrik, dari mulai Tesla yang diproduksi di China sampai mobil bikinan Ford di Amerika Utara seperti Mustang Mac-E dan F-150 Lightning.

    Spesialisasi CATL adalah baterai lithium iron phosphate (LFP), yang pada dasarnya punya kepadatan energi lebih rendah dibanding sel silinder, sehingga menawarkan jarak tempuh yang lebih pendek, dibanding Tesla lain.

    Meski menyerang Musk karena tak paham soal baterai, Zeng mengakui kalau Musk punya pemahaman yang bagus dengan chip, software, hardware, dan berbagai hal mekanis lain.

    Namun Musk, menurut Zeng, sering kali terlalu mengumbar janji. Terutama soal teknologi “Full Self Driving.”

    “Mungkin sebenarnya butuh lima tahun. Namun ia bilang dua tahun. Saya jelas langsung bertanya kenapa dia melakukan itu. Ia menyebut ingin mendorong orang-orangnya,” jelas Zeng.

    (asj/afr)