Perusahaan: Business Insider

  • Meta PHK 600 Karyawan Divisi AI Usai Mark Zuckerberg Bajak Para Petinggi Apple

    Meta PHK 600 Karyawan Divisi AI Usai Mark Zuckerberg Bajak Para Petinggi Apple

    Bisnis.com, JAKARTA — Meta Platforms Inc. berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 600 karyawan di divisi AI Superintelligence Labs pada bulan depan.

    Langkah ini melibatkan tim di Fundamental Artificial Intelligence Research (FAIR), divisi produk AI, dan infrastruktur AI, sebagai bagian dari upaya restrukturisasi untuk meningkatkan efisiensi dan kecepatan pengembangan teknologi kecerdasan buatan.

    PHK ini diumumkan melalui memo internal dari Chief AI Officer Meta, Alexandr Wang, yang baru bergabung pada Juni 2025. Dalam memo tersebut, Wang menjelaskan bahwa pengurangan tim bertujuan untuk mengurangi birokrasi dan meningkatkan tanggung jawab individu.

    “Dengan mengurangi ukuran tim kami, akan ada lebih sedikit diskusi untuk membuat keputusan, dan setiap orang akan memiliki tanggung jawab yang lebih besar serta dampak yang lebih signifikan,” tulis Wang, seperti dilaporkan Reuters, Kamis (23/10/2025).

    Divisi Superintelligence Labs, yang dibentuk untuk mengejar “superintelligence” atau AI yang melebihi kemampuan manusia, telah mengalami pertumbuhan pesat sejak 2022. Namun, sumber internal menyebut divisi ini menjadi “bloated” atau membengkak, dengan tim-tim sering bersaing untuk sumber daya komputasi.

    PHK tidak akan memengaruhi kelompok baru seperti TBD Lab, yang mencakup rekrutan elite dengan paket kompensasi mencapai ratusan juta dolar AS, termasuk pakar dari OpenAI, Google, dan Microsoft.

    Langkah ini datang di tengah persaingan ketat di industri AI, di mana Meta telah menginvestasikan miliaran dolar untuk infrastruktur dan talenta. Baru-baru ini, perusahaan mengumumkan kesepakatan senilai US$27 miliar dengan Blue Owl Capital untuk membangun data center Hyperion di Louisiana, yang diharapkan menjadi pusat AI terbesar.

    Sementara itu, CEO Meta, Mark Zuckerberg, telah menekankan komitmen ini, meskipun perusahaan tetap melakukan PHK untuk menjaga kelincahan.

    Para karyawan yang terdampak akan diberi kesempatan untuk melamar posisi lain di dalam Meta melalui proses perekrutan yang dipercepat. Perusahaan juga menyatakan akan terus merekrut talenta AI berkualitas tinggi.

    “Ini bukan berarti penurunan investasi. Kami tetap antusias dengan model yang sedang kami latih, rencana komputasi ambisius, dan produk yang kami bangun,” tambah Wang dalam memo menurut laporan Business Insider.

    PHK ini menjadi bagian dari tren di industri teknologi, di mana perusahaan seperti Microsoft dan Alphabet juga melakukan pengurangan staf sambil meningkatkan investasi AI. Meta, yang memiliki lebih dari 80.000 karyawan secara global, sebelumnya telah melakukan PHK massal pada 2022 dan 2023 untuk efisiensi operasional.

    Meta Bajak Petinggi Apple

    Keputusan ini diambil saat Meta getol dalam membajak petinggi kompetitor untuk masuk ke tim AI mereka. Belum lama Meta menarik Ke Yang, eksekutif Apple yang memimpin pengembangan pencarian web berbasis AI untuk Siri.

    Diketahui, Apple berencana melakukan pengembangan besar sistem Siri pada 2026. Sejumlah lompatan terbesar dalam sejarah asisten virtual Apple, akan terjadi dengan sejumlah fitur canggih berbasiskan AI generatif yang diklaim lebih kontekstual, personal, dan kompetitif terhadap platform rival seperti ChatGPT atau Google Gemini .

    Namun, di tengah pengembangan tersebut, Apple justru kehilangan para pakar AI-nya, di mana Meta terus agresif merekrut pentolan AI Apple untuk mendominasi teknologi superintelligence.

    Ke Yang baru saja ditunjuk memimpin tim Answers, Knowledge, and Information (AKI) di Apple beberapa minggu lalu, dengan tugas utama meningkatkan kemampuan Siri untuk menarik informasi dari web dan data pribadi pengguna.

  • Pak Nadiem, Guru Indonesia Butuh Lebih dari Ajakan Perubahan Kecil

    Pak Nadiem, Guru Indonesia Butuh Lebih dari Ajakan Perubahan Kecil

    JAKARTA – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makariem sempat membagikan dua lembar pidato jelang Hari Guru Nasional dan viral di media sosial. Dalam pidatonya itu, mengutarakan pikiran Nadiem akan sistem pendidikan di Indonesia. 

    Mantan CEO Gojek itu paham, untuk membawa perubahan dalam dunia pendidikan di Indonesia tak mudah. Dirinya pun tak ingin membagikan janji-janji kosong selama menjadi mendikbud.

    Setidaknya harapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengangkatnya menjadi seorang menteri, karena Nadiem adalah orang yang berani mengeluarkan gagasan tidak biasa atau Out of The Box. Hal itulah yang diharapkan akan memunculkan loncatan besar, sekiranya gambaran dalam program jangka pajang dan tidak hanya sekadar arahan kecil semata. 

    “Saya tidak akan membuat janji kosong kepada Anda. Perubahan adalah hal yang sulit dan penuh ketidaknyamanan. Satu hal yang pasti, saya akan berjuang untuk kemerdekaan belajar di Indonesia,” tutur Nadiem dalam lembar pidatonya untuk Hari Guru Nasional, Senin, 25 November.

    #SahabatDikbud, berikut pidato Mendikbud Nadiem Makarim pada upacara bendera peringatan Hari Guru Nasional 2019. Naskah pidato dapat diunduh di laman https://t.co/7Cp0fjWeWK.#HariGuruNasional #HGN2019 #MerdekaBelajar #GuruPenggerak pic.twitter.com/Yu6ZVv1i6l

    — Kemendikbud (@Kemdikbud_RI) 2019. november 23.

    Nadiem meminta para guru mulai melakukan perubahan kecil di dalam kelas. Mulai dari mengajak kelas berdiskusi bukan hanya mendengar, kemudian beri kesempatan pada murid untuk mengajar di kelas, cetuskan proyek bakti sosial yang melibatkan seluruh kelas, temukan suatu bakat dalam diri murid yang kurang percaya diri, dan tawarkan bantuan kepada guru yang sedang mengalami kesulitan.

    Dalam poin-poin tersebut, bisa dikatakan Nadiem ingin agar guru-guru dapat mengubah sistem pembelajaran yang mereka lakukan selama ini. Hanya saja, sepertinya Nadiem lupa kalau guru-guru itu mengikuti aturan dari kurikulum yang dibuat oleh Kemendibud. 

    “Apa pun perubahan kecil itu, jika setiap guru melakukan secara serentak, kapal besar bernama Indonesia pasti akan bergerak. Selamat hari guru,” ucap Nadiem.

    #SahabatDikbud, bagaimana pendapatmu tentang pesan Mendikbud Nadiem Makarim mengenai “Merdeka Belajar” dan “Guru Penggerak”?#HariGuruNasional2019 #MerdekaBelajar #GuruPenggerak pic.twitter.com/eKfIgSjiO8

    — Kemendikbud (@Kemdikbud_RI) 2019. november 25.

    Kendala yang dialami guru Indonesia

    Para guru bisa saja melakukan gebrakan-gebrakan yang diimbau oleh Menteri Nadiem. Hanya saja, Nadiem juga harus melihat betapa luasnya daerah di Indonesia sehingga tidak bisa menyamaratakan satu permasalahan. 

    Salah satu permasalahan yang kerap menjadi pembicaraan adalah kesejahteraan para guru di tiap daerah. Dikutip dari Business Insider, tunjangan dan gaji guru di Indonesia bahkan berada di level yang sama dengan Slovakia dan Lituania. 

    Menurut data Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), rata-rata tunjangan dan gaji guru di Indonesia sekitar USD 2.830 per tahun atau sekitar Rp39 juta dalam kurs rupiah saat ini. Angka itu masih lebih rendah bila dibandingkan dengan gaji guru di Lituania sekalipun, sebesar USD 20.000 per tahun.

    Permasalahan itu diperburuk dengan penempatan guru-guru yang tersebar di sejumlah daerah tertinggal, terdepan dan terpencil atau 3T. Selain dituntut untuk mengajar peserta didik di daerah yang sangat sulit dijangkau, para guru juga mendapatkan gaji kecil dan kurang layak untuk memenuhi kebutuhan mereka. 

    Salah satunya dialami oleh Maria Marseli yang mengajar di salah satu sekolah di Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Maria yang sudah mengajar selama 7 tahun di SDN Kepeketik, Sikka, NTT, hanya menerima gaji sebesar Rp75 ribu per bulan. Meski begitu, Maria tetap meneruskan niatnya untuk mencerdaskan anak bangsa di daerah tempat tinggalnya. 

    “Saya mengabdi dengan tulus di sini. Satu hal yang paling penting adalah masa depan anak-anak. Kalau tidak ada yang mengajar di sini, masa depan anak-anak pasti suram. Anak-anak adalah generasi penerus bangsa ini,” kata Maria, dilansir dari laman Kompas. 

    Penyebaran guru yang tidak merata juga seharusnya menjadi perhatian untuk Kemendikbud. Menurut data Kemendikbud persebaran guru terbanyak berada di Jawa Timur yaitu sebesar 190.878 guru.

    Hal ini Berbanding terbalik dengan daerah Papua Barat yang hanya memiliki 8.517 guru. Padahal, Kemendikbud juga menyatakan jumlah guru di Indonesia terbilang banyak yaitu sekitar 2 juta.

    Seperti yang dilaporkan katan Guru Indonesia (IGI), guru harus mengerjakan hal lain di luar sekolah. Misalnya membuat laporan pembelajaran ke pengawas sekolah, sertifikasi, dan kenaikan pangkat untuk mendapatkan gaji yang layak. 

    Belum lagi, penyertifikasian guru yang harus menyiapkan berbagai berkas-berkas untuk bisa mengikuti proses seleksi. Proses pengajaran jadi dilakukan ala kadarnya, karena guru memiliki hal lain yang ia harus kerjakan. 

    Mendikbud Nadiem sendiri pun mengakui beban guru di Indonesia bertambah akibat sistem adminstrasi. Imbauan Nadiem untuk mengajak guru-guru berubah harusnya dibarengi dengan gebrakan apa yang ia akan lakukan untuk mendukung perubahan  tersebut. Seperti pidato yang ia sampaikan, perubahan itu sulit, oleh karena kesulitannya itu seharusnya kementerian dan guru-guru bisa bersinergi untuk menggerakkan perubahan tersebut. 

  • Komen Tak Terduga Bos Besar Google Saat Ditendang ChatGPT

    Komen Tak Terduga Bos Besar Google Saat Ditendang ChatGPT

    Jakarta, CNBC Indonesia – Industri teknologi berubah total sejak kemunculan ChatGPT, layanan chatbot AI besutan OpenAI yang meluncur pada November 2022. Sejak saat itu, para raksasa teknologi berlomba-lomba meluncurkan layanan AI dengan inovasi lebih jauh dari sekadar chatbot berbasis teks.

    Google yang dulunya merupakan ‘raja’ mesin pencari, kini harus berhadapan dengan banyak pesaing baru yang mematrikan AI dalam layanannya. Google juga tak tinggal diam dengan merilis aplikasi AI Gemini yang sudah tersedia di seluruh ekosistem produknya.

    Sebelum kemunculan ChatGPT, Google sejatinya sudah mengembangkan produk AI selama bertahun-tahun. Namun, ChatGPT membuat raksasa teknologi harus bertarung lebih cepat dan intens.

    Baru-baru ini, CEO Alphabet yang merupakan induk Google, Sundar Pichai, mengungkap reaksinya di era-era awal perilisan ChatGPT. Ia menceritakan pengalamannya dalam gelaran teknologi tahunan ‘Dreamforce’ dari Salesforce.

    CEO Salesforce Marc Benioff menanyakan Pichai tentang posisi Google yang saat itu menjadi ‘pemimpin absolut AI’ ketika harus berhadapan dengan peluncuran ChatGPT dari perusahaan kecil (kala itu) asal San Francisco.

    Pichai mengatakan Google sebenarnya saat itu sudah membuat perkembangan signifikan untuk produk-produk AI, termasuk membuat versi chatbot internal.

    “Tapi Anda benar, kredit untuk OpenAI yang meluncurkannya pertama kali,” kata Pichai, dikutip dari Business Insider, Jumat (17/10/2025).

    Ketika OpenAI meluncurkan ChatGPT, perusahaan itu dibekingi oleh Microsoft yang merupakan pesaing Google. Kemuncurlan ChatGPT dinilai sebagai tantangan besar bagi dominasi Google di sektor AI.

    The New York Times kala itu melaporkan bahwa manajemen Google mengeluarkan ‘kode merah’, dan Pichai menginstruksikan beberapa tim untuk fokus ke upaya pengembangan AI.

    Dalam perbincangan dengan Benioff, Pichai membandingkan momen tersebut dengan momen-momen lain yang telah ia saksikan di sektor internet konsumen. Misalnya ketika Google mengembangkan pencarian video, kemudian YouTube muncul. Google kemudian mencaplok YouTube pada 2026.

    Contoh lainnya ketika Facebook melihat popularitas konten foto di feed, kemudian Instagram muncul. Akhirnya, Facebook mengakuisisi Instagram.

    “Kami tahu di dunia yang berbeda, kami mungkin akan meluncurkan chatbot kami beberapa bulan di depan,” kata Pichai.

    “Kami saat itu belum mencapai tingkat di mana kami bisa merilisnya. Masih banyak masalah yang kami hadapi kala itu,” ia menambahkan.

    Pichai menekankan bahwa Google sudah menggelontorkan investasi besar-besaran di sektor AI sebelum ChatGPT rilis. Misalnya dari tim riset untuk memproduksi chip sendiri dalam infrastruktur penopangnya.

    Ia mengklaim Google kala itu sudah berada di posisi yang baik dalam pengembangan AI, ketika ChatGPT meluncur. Ia juga memberikan komen tak terduga terkait perasaannya saat diselip oleh OpenAI. Bukannya geram, Pichai mengaku antusias.

    “Buat saya, ketika ChatGPT meluncur, sebenarnya kontras dari apa yang orang-orang luar rasakan. Saya justru antusias karena saya tahu jendelanya sudah bergeser,” ia menuturkan.

    Beberapa saat setelah ChatGPT rilis, Pichai mengatakan Google tak segera merilis chatbot saingannya karena sang raksasa mesin pencari memiliki risiko reputasi yang lebih besar ketimbang OpenAI.

    Pada Maret 2024, Google akhirnya merilis chatbot AI miliknya. Tadinya dinamai ‘Bard’, lalu belakangan berubah menjadi Gemini. Saat ini, Gemini juga menyediakan fitur penciptaan visual Nano Banana yang populer. Gemini juga sudah tersedia di semua lini produk Google.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Saya Tak Punya Harapan Lagi

    Saya Tak Punya Harapan Lagi

    Jakarta

    Mencari kerja di umur yang sudah tua memang cukup sulit. Keluhan ini diungkapkan langsung oleh Scott Thomas, pria berumur 66 tahun yang tinggal di dekat Tampa, Florida, Amerika Serikat (AS).

    Di awal kariernya, Scott bekerja di bagian layanan pelanggan bagi berbagai perusahaan, termasuk Citigroup. Dia sempat memilih pensiun dini dan membuka pusat kebugaran.

    Kini Scott mengaku kewalahan saat ingin kembali berkarier sebagai pegawai di usianya yang sudah tua. Dia bercerita telah menghabiskan waktu 4 sampai 6 jam setiap hari untuk melamar kerja. Mencari kerja, bagaikan pencarian harta karun baginya.

    “Ini seperti perburuan harta karun yang aneh bagi saya. Setiap kali saya mencoba berhenti melakukannya, saya berpikir. Nah, sekarang saya tidak punya harapan lagi,” ujar Scott dikutip dari Business Insider, Jumat (10/10/2025).

    Dia mengaku sampai saat ini dirinya menerima sekitar 75 hingga 100 email sehari yang berisi lowongan pekerjaan. Setiap pagi, dia memeriksa kotak masuk surelnya,

    “Setelah semuanya sudah bersih, saya telah melamar sekitar 100 pekerjaan. Itu setiap hari. Saat ini saya tidak menonton TV. Saya tidak menonton film,” ungkap Scott.

    Scott memang sempat membuka pusat kebugaran, tapi bisnisnya bangkrut sejak sebelum pandemi. Kini dia memiliki layanan kebersihan paruh waktu, dia melakukan pekerjaan itu hanya dua atau tiga kali seminggu.

    Menurutnya, dia tidak bisa pensiun saat ini. Memang dia memilih untuk pensiun dini beberapa tahun silam, namun karena usahanya bangkrut dia perlu pekerjaan untuk bisa menghidupi diri.

    “Saya akan kembali bekerja selama 15 tahun ke depan. Saya tidak masalah dengan itu. Saya agak bosan dan ingin memanfaatkan keahlian yang telah saya bangun,” ujar Scott

    Jika pusat kebugarannya tetap beroperasi dan tidak bangkrut, Scott menilai mungkin dirinya akan fokus mengembangkan bisnis. Namun, karena bangkrut terpaksa dia harus mencari cara lain untuk kembali menjadi pegawai.

    “Saya tidak punya modal lagi, jadi saya benar-benar tidak bisa memulai bisnis lain. Satu-satunya cara untuk kembali ke gaya hidup yang biasa saya jalani adalah dengan mendapatkan pekerjaan senior yang cukup signifikan,” cerita Scott.

    Menurutnya, diskriminasi usia telah menjadi masalah utama dirinya kesulitan mendapatkan pekerjaan. Banyak perusahaan yang bertanya-tanya berapa lama dia akan bisa bekerja dengan umur setua itu.

    “Seorang pria tiba-tiba berkata saat interview kerja, ‘Menurutmu berapa lama kamu akan bekerja?’ Saya menjawab, ‘Yah, setidaknya 10 tahun.’ Dia berkata, ‘Benarkah?’ Jadi, saya tahu saya dalam masalah,” cerita Scott.

    “Saya tidak tahu apakah saya terlihat seperti berusia 90 tahun atau 40 tahun, tetapi saya pikir saya terlihat seperti usia saya, atau mungkin sedikit lebih muda. Mereka akan menghitung usia saya berdasarkan garis waktu di resume saya,” lanjutnya.

    (hal/fdl)

  • 3 Cara Terbaik Menggunakan ChatGPT Diungkap Penciptanya

    3 Cara Terbaik Menggunakan ChatGPT Diungkap Penciptanya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Anda perlu mengetahui cara-cara menggunakan chatbot ChatGPT agar penggunaannya bisa menghasilkan yang diinginkan dan mempermudah pekerjaan kita.

    Para petinggi OpenAI, pembuat ChatGPT membagikan fitur-fitur yang paling dia sukai. Termasuk yang bisa membantu pekerjaan seseorang sehari-hari.

    Salah satunya adalah fitur suara. Kepala Produk ChatGPT OpenAI, Nick Turley mengatakan fitur dapat membantunya berpikir lebih baik.

    Menurutnya, dia merasa berharga memaksa dirinya untuk bisa mengartikulasikan pikiran dengan lantang. Turley ingin fitur itu sudah bisa ditingkatkan tahun depan.

    “Dengan sedikit keberuntungan, dan saya pikir ini berhasil hampir setiap hari, saya akan memiliki daftar tugas yang direstrukturisasi pada saat saya benar-benar sampai di sana,” katanya, dilansir Business Insider.

    Fitur lain adalah penelitian mendalam. Khususnya, untuk mengenal seseorang sebelum berhubungan dengan lebih intens.

    Kepala Petugas Penelitian OpenAI Mark Chen mengatakan fitur itu membantunya memilih topik pembicaraan sebelum berbicara dengan orang yang baru dikenalnya.

    “Saya pikir modelnya dapat melakukan pekerjaan yang sangat baik dalam mengontekstualisasikan siapa saya, siapa yang akan saya temui, dan hal-hal apa yang mungkin kami anggap menarik,” jelasnya.

    Terakhir adalah fitur memilih menu makanan di sebuah restoran. Diakui mantan komunikator sains OpenAI Andrew Mayne, fitur itu sangat membantunya saat diet dan harus makan di luar.

    Cara menggunakannya juga cukup mudah. Hanya tinggal mengambil foto dan masukkan perintah yang diinginkan, ChatGPT akan segera memberikan masukkan bagi pengguna.

    “Saya mengambil foto menu dan saya seperti, ‘Bantu saya merencanakan makanan atau apa pun, saya mencoba untuk tetap melakukan diet,” kata Mayne.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Bos Xiaomi Preteli Tesla buat Bongkar Rahasia

    Bos Xiaomi Preteli Tesla buat Bongkar Rahasia

    Jakarta

    Bos Xiaomi Lei Jun terang-terangan sengaja membeli Tesla cuma buat dipreteli. Perusahaannya membeli tiga model Y untuk mencari tahu rahasia bagaimana membuat mobil listrik.

    Dua model perdana mereka, sedan Xiaomi SU7 dan SUV Xiaomi YU7, langsung mendapat respons positif di pasar.

    Dalam sebuah acara di Beijing, CEO Xiaomi Lei Jun secara terbuka mengungkapkan strategi perusahaannya: membeli mobil Tesla untuk dipelajari.

    “Awal tahun ini, kami membeli tiga Model Y, membongkarnya satu per satu, dan mempelajari setiap komponennya,” kata Lei di hadapan audiens, dikutip Business Insider.

    Langkah ini bukan hal baru di industri otomotif. Banyak pabrikan membeli mobil rival untuk dibongkar, mulai dari material, perangkat lunak, hingga teknik produksi.

    Menariknya, Lei Jun menunjukkan sikap yang berbeda dibanding banyak CEO otomotif lain. Ia tak berusaha menjelekkan Tesla. Dalam presentasinya, ia justru memuji Model Y sebagai mobil yang sangat luar biasa.

    “Jika tidak memilih YU7, Anda bisa mempertimbangkan Model Y,” kata dia.

    Popularitas Xiaomi di pasar mobil listrik terlihat jelas sejak peluncuran YU7. Dalam 18 jam pertama, lebih dari 240.000 pesanan masuk, membuat perusahaan kewalahan memenuhi permintaan. Beberapa konsumen bahkan diberi tahu bahwa mereka mungkin harus menunggu lebih dari setahun untuk bisa menerima unit.

    Menghadapi kondisi ini, Lei Jun kembali membuat pernyataan mengejutkan. Dia menyarankan calon pembeli untuk tidak hanya terpaku pada YU7. Di antara rekomendasinya adalah Xpeng G7, Li Auto i8, hingga Tesla Model Y.

    (riar/rgr)

  • Bos Raksasa Software: Bersiaplah Digantikan AI

    Bos Raksasa Software: Bersiaplah Digantikan AI

    Jakarta

    Bos di perusahaan software terbesar di Eropa, SAP, mengirimkan pesan bahwa pekerjaan Anda dapat dan akan diselesaikan dengan AI. Dengan kata lain, AI memang mengancam pekerjaan manusia.

    “Dengan menggunakan AI, ada lebih banyak otomatisasi, sederhananya. Ada tugas-tugas tertentu yang diotomatisasi dan untuk volume output yang sama, kita mampu mempekerjakan lebih sedikit orang,” cetus Dominik Asam, Chief Finance Officer SAP.

    “Saya akan bersikap brutal. Bagi SAP dan perusahaan software yang lainnya, AI adalah katalisator yang hebat,” imbuhnya seperti dikutip detikINET dari Business Insider.

    Asam adalah salah satu dari banyak eksekutif bisnis yang berterus terang tentang niat mereka untuk menggantikan tenaga kerja manusia dengan tool atau agen AI. Dari sudut pandang mereka, karyawan yang dibayar terlalu mahal misalnya, bisa digantikan oleh agen AI yang selalu dapat diandalkan.

    Asam mengakui perusahaannya menggunakan AI untuk mengotomatiskan tugas-tugas ribuan orang dalam operasi back office. Dan para insinyur perangkat lunaknya juga menggunakan tool AI, mengikuti jejak raksasa seperti Google dan Microsoft yang para CEO-nya mengklaim bahwa lebih dari seperempat kode mereka ditulis oleh model bahasa yang besar.

    Asam begitu optimis dengan AI sehingga dia tidak mengerti mengapa ada orang yang tidak optimis. Dia juga mengaku rutin menggunakan chatbot AI untuk membantunya dalam pekerjaan.

    “Saya sedang mempersiapkan presentasi dan saya ingin memiliki beberapa data dan saya hanya meminta tool tersebut dengan berkata, berikan saya data itu,” kata Asam. Dia juga meminta AI untuk memberitahu hal-hal sepele bisnis, seperti siapa sepuluh perusahaan paling berharga di dunia.

    “Sembilan di antaranya adalah perusahaan teknologi dan Broadcom baru-baru ini menyingkirkan Berkshire Hathaway,” kata Asam, mengingat jawaban yang diberikan oleh layanan Perplexity AI kepadanya.

    (fyk/rns)

  • Elon Musk Tiba-tiba Pecat 500 Karyawan, Ketahuan Bohong Lagi

    Elon Musk Tiba-tiba Pecat 500 Karyawan, Ketahuan Bohong Lagi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perusahaan kecerdasan buatan milik Elon Musk, xAI, mendadak melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 500 pegawai dari tim anotasi data yang mengembangkan chatbot Grok.

    Menurut laporan Business Insider, dikutip dari Reuters, PHK diumumkan melalui email pada Jumat (12/9) malam. Dalam pesannya, perusahaan menyebutkan rencana memangkas tim tutor AI generalis. 

    Saat diminta keterangan oleh Reuters, perusahaan malah menegaskan akan memperbesar tim tutor AI spesialis hingga 10 kali lipat, sebagaimana disampaikan lewat unggahan di platform X. Hal ini membuat bingung, sebab tak konsisten antara aksi dan perkataan.

    Tim anotasi data sendiri merupakan yang terbesar di xAI, dengan tugas mengajarkan Grok memahami dunia melalui pengolahan dan kategorisasi data mentah.

    Karyawan yang terdampak dijanjikan tetap digaji hingga akhir kontrak atau 30 November 2025. Namun, akses ke sistem perusahaan langsung diputus pada hari pengumuman PHK.

    Selain itu, Kepala Keuangan xAI, Mike Liberatore, diketahui sudah hengkang pada akhir Juli setelah hanya beberapa bulan menjabat, menurut laporan Wall Street Journal.

    Musk mendirikan xAI pada 2023 untuk menantang dominasi raksasa teknologi dalam pengembangan AI, dengan menuding para pemimpin industri terlalu banyak melakukan sensor dan menerapkan standar keamanan yang longgar.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • xAI Milik Elon Musk PHK 500 Karyawan, Tim Anotasi Data Disingkirkan

    xAI Milik Elon Musk PHK 500 Karyawan, Tim Anotasi Data Disingkirkan

    Bisnis.com, JAKARTA— Startup kecerdasan buatan (Artificial intelligence/AI) milik Elon Musk, xAI, dikabarkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 500 anggota tim anotasi data pada 12 September kemarin. 

    Tim anotasi data adalah kelompok profesional yang mengemban tugas krusial, memberi label dan mengkategorikan data secara akurat sehingga lebih mudah dianalisis dan dapat menghasilkan hasil yang andal 

    Melansir TechCrunch, Senin (15/9/2025), informasi ini berasal dari pesan internal yang dilaporkan Business Insider.

    Dalam surat tersebut, manajemen xAI menjelaskan bahwa langkah ini merupakan bagian dari perubahan strategi, yaitu mempercepat ekspansi dan memprioritaskan perekrutan AI tutor spesialis, sambil mengurangi peran tutor AI generalis.

    “Seiring pergeseran fokus ini, sebagian besar posisi tutor AI generalis tidak lagi dibutuhkan, dan dengan demikian hubungan kerja Anda dengan xAI berakhir,” tulis perusahaan dalam pesan internalnya.

    Business Insider melaporkan, sekitar sepertiga dari 1.500 anggota tim data annotation xAI terdampak oleh PHK ini. Tim tersebut sebelumnya berperan penting dalam memberi label dan menyiapkan data untuk melatih chatbot Grok milik xAI.

    Saat dimintai konfirmasi, pihak xAI merujuk pada pernyataan resmi di platform X media sosial milik Musk yang diakuisisi awal tahun ini yang menyebut perusahaan akan segera memperbesar tim AI tutor spesialis hingga 10 kali lipat.

    “Kami tengah membuka lowongan di berbagai bidang seperti STEM, keuangan, medis, keamanan, dan lainnya,” tulis pernyataan tersebut.

    PHK ini terjadi di tengah kabar suntikan modal jumbo dari SpaceX bagi xAI. Pada Juli 2025, SpaceX, perusahaan dirgantara milik Elon Musk, dikabarkan bakal menginvestasikan US$2 miliar atau Rp32,44 triliun ke xAI.

    Reuters pada Minggu (13/7/2025) melaporkan menurut sumber WJS, SpaceX bakal menggelontorkan investasi besar ke xAI. Langkah ini diambil tak lama setelah xAI menyelesaikan merger dengan X (sebelumnya Twitter). 

    SpaceX dan xAI tidak segera menanggapi permintaan komentar Reuters.

    Salah satu hasil nyata dari integrasi ini adalah penggunaan chatbot Grok, produk andalan xAI, yang kini telah digunakan untuk mendukung layanan pelanggan Starlink.

    Grok juga tengah dipersiapkan untuk integrasi lebih lanjut ke dalam robot Optimus milik Tesla serta fitur asisten suara di kendaraan Tesla. 

    Elon Musk menargetkan terciptanya ekosistem AI yang terintegrasi lintas bisnis dari otomotif, media sosial, hingga ruang angkasa. Dengan mengembangkan dan mengintegrasikan AI secara internal, Musk berharap dapat menekan biaya lisensi model eksternal dan meningkatkan keunggulan kompetitif di industri padat modal seperti otomotif dan aerospace menurut laporan AInvest. 

    Dalam perkembangan lain, SpaceX juga terus mencari pendanaan baru dengan valuasi US$400 miliar atau sekitar Rp6,5 triliun (Kurs: Rp16.000).

  • 64 Tahun, Bangun Jam 3 Pagi demi Cari Kerja, Ratusan Lamaran Ditolak

    64 Tahun, Bangun Jam 3 Pagi demi Cari Kerja, Ratusan Lamaran Ditolak

    Jakarta

    Bangun jam 3 pagi untuk cari kerja bukan hal mudah bagi siapa pun, apalagi untuk Matthew English, seorang akuntan berusia 64 tahun dari Alabama. Sejak Oktober 2024, setelah puluhan tahun berkarier di bidang akuntansi, Matthew sudah mengirim ratusan lamaran kerja, ikut banyak wawancara, dan menjajal berbagai strategi, tapi masih belum dapat kerja.

    Pikirannya tak pernah tenang setiap malam. Matthew sering bangun jam 3 pagi untuk mulai mencari kerja. Dia memikirkan pekerjaan mana yang harus dilamar, strategi baru yang bisa dicoba, atau sekadar email ucapan terima kasih yang harus dikirim setelah wawancara. Baginya, rutinitas ini sudah menjadi bagian hidup sehari-hari.

    Karena masih belum mendapat pekerjaan, tabungan Matthew pun harus terkuras untuk biaya hidup. Masalah finansial ini cukup menambah beban mental bagi Matthew. Ia harus hidup irit.

    “Tahun lalu saya tidak mampu membeli hadiah Natal untuk keluarga seperti biasanya, dan saya terpaksa memangkas sumbangan amal yang selama ini sangat penting bagi saya,” ujarnya dikutip dari Business Insider, Sabtu (6/9/2025).

    Matthew bercerita, awalnya hanya melamar posisi yang sesuai dengan pengalamannya di bidang akuntansi. Namun seiring waktu, ia melamar membuka banyak peluang lamaran, mulai dari freelance, hingga pekerjaan yang tak butuh keahlian khusus.

    Dalam satu kesempatan, ia bahkan melamar menjadi maskot sapi di sebuah restoran. Semua itu ia lakukan demi tetap bisa bertahan dan mencari celah untuk mendapatkan pekerjaan. Menurut Matthew, faktor usia menjadi hambatan terbesar ia mencari kerja.

    “Orang bisa saja menyukai CV saya, tapi ketika melihat saya beruban, botak, atau berkerut, itu pasti memberi kesan. Sulit dibuktikan, tapi saya yakin itu nyata,” katanya.

    Matthew English Foto: Dok. Business Insider

    Meski begitu, ia tidak menyerah. Matthew mencoba berbagai strategi: membuat jadwal lamaran yang konsisten, menyesuaikan CV dengan posisi yang dilamar, menghadiri job fair, aktif di LinkedIn, menggunakan berbagai situs lowongan kerja, dan memanfaatkan jaringan profesional serta pribadi.

    Menurutnya, jaringan adalah senjata paling ampuh. Beberapa wawancara yang ia dapatkan berasal dari bantuan teman atau kenalan yang memastikan CV-nya dilihat manajer HR.

    Bahkan ketika orang-orang dalam jaringannya bekerja di perusahaan yang sedang tidak membuka lowongan, mereka sering mengenalkannya kepada orang lain yang sedang mencari kandidat. Ia bahkan mencoba menjadi relawan di organisasi nirlaba dengan harapan bisa bertemu orang yang dapat membantu di masa depan.

    Matthew juga menggunakan ChatGPT untuk menelusuri lowongan, mencari tahu perusahaan lokal yang membutuhkan akuntan, atau mencari pekerjaan yang sesuai dengan latar belakang pendidikan. Semua itu dilakukan dengan harapan sedikit meningkatkan peluangnya mendapat kerja.

    Salah satu hal paling membuat frustrasi bagi Matthew adalah menunggu kabar dari perusahaan sampai berbulan-bulan. Ia perah ikut wawancara tatap muka beberapa kali, mengirim email ucapan terima kasih, namun baru dua bulan kemudian pihak perusahaan meminta maaf karena posisi yang dilamar sudah terisi. Ia merasa tidak dihargai.

    Baru-baru ini, ia mendapatkan pekerjaan kontrak tiga hari seminggu sebagai akuntan dengan gaji US$ 28 per jam. Meski begitu, ia masih membutuhkan pekerjaan penuh waktu. Beban keuangan yang menumpuk membuatnya yakin bahwa pensiun hanyalah mimpi yang sulit dicapai. Matthew menyebut pengalaman ini sebagai bukti bahwa sistem perekrutan saat ini rusak.

    Ia merasa bukan satu-satunya yang mengalami kesulitan ini, pekerja muda dan senior sama-sama menghadapi tantangan yang berat. Menurutnya, sistem ini perlu diperbaiki agar proses mencari kerja tidak menjadi siksaan bagi para pencari kerja yang serius dan berdedikasi.

    (fdl/fdl)