Perusahaan: Boeing

  • Satelit Nusantara Lima Disebut Bisa Jangkau Wilayah Tak Tersentuh Serat Optik dan Seluler

    Satelit Nusantara Lima Disebut Bisa Jangkau Wilayah Tak Tersentuh Serat Optik dan Seluler

    Bisnis.com, JAKARTA — Peluncuran Satelit Nusantara Lima (SNL) dinilai dapat menjadi jawaban atas keterbatasan konektivitas di Indonesia, khususnya di wilayah yang belum terjangkau jaringan serat optik maupun seluler.

    Satelit yang dioperasikan oleh PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) itu dijadwalkan meluncur pada 8 September 2025 waktu Florida, Amerika Serikat (AS). Dengan selisih waktu 12 jam, berarti peluncuran akan berlangsung pada 9 September 2025 waktu Indonesia.

    Pengamat telekomunikasi Heru Sutadi mengatakan hadirnya SNL akan mendukung kebutuhan Indonesia yang masih kurang kapasitas satelitnya. 

    “Dan bisa dipakai memenuhi konektivitas hingga ke pelosok nusantara yang belum atau tidak bisa dijangkau dengan teknologi telekomunikasi lainnya seperti serat optik atau seluler” kata Heru kepada Bisnis, Kamis (4/9/2025).

    Heru menyoroti, cakupan SNL yang tidak hanya terbatas di Indonesia. Sebagai satelit dengan jangkauan regional, layanan ini juga berpotensi dimanfaatkan di sejumlah negara tetangga di Asia Tenggara.

    “Saya pikir bagus ini bisa memberikan layanan tidak hanya di Indonesia karena memang coverage nya kan bisa ke beberapa negara tetangga juga,” imbuhnya.

    Melansir laman Sat News, SNL ditargetkan mulai beroperasi komersial dari orbit geostasioner atau sekitar 35.400 km dari permukaan bumi pada 2026. CEO sekaligus Direktur Utama PSN Adi Rahman Adiwoso mengatakan Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang mengadopsi teknologi komunikasi satelit, dan SNL akan melanjutkan warisan tersebut. 

    “Satelit ini akan memberdayakan komunitas, sekolah, dan bisnis yang belum pernah memiliki akses andal. Dengan kapasitas lebih dari 160 Gbps, SNL akan memperkuat kemampuan kami dalam memenuhi kebutuhan kapasitas nasional,” kata Adi dikutip dari laman Sat News pada Rabu (13/8/2025).

    Adi menambahkan kemitraan dengan Boeing dan mitra teknologi global memastikan tak ada yang tertinggal seiring pertumbuhan Indonesia.  SNL yang baru saja diserahkan Boeing kepada PSN dirancang untuk menyediakan konektivitas berkapasitas tinggi dan andal bagi lebih dari 17.000 pulau di Indonesia serta wilayah Asia Tenggara.  

    Menggunakan platform 702MP andalan Boeing, satelit ini mampu memberikan kapasitas lebih dari 160 Gbps untuk mendukung akses internet broadband dan layanan komunikasi penting di berbagai wilayah, mulai dari kota besar hingga desa terpencil, bahkan area terdampak bencana. 

    Dengan teknologi pemrosesan muatan canggih, SNL dapat mengarahkan kapasitas internet dan komunikasi secara dinamis ke lokasi yang membutuhkan.  Untuk menunjang kinerjanya, satelit ini dilengkapi sayap surya buatan anak perusahaan Boeing, Spectrolab, yang mampu menghasilkan daya hingga 15 kW sehingga dapat beroperasi penuh selama misi 15 tahun. 

    Spectrolab juga tengah meningkatkan kapasitas produksinya guna memenuhi tingginya permintaan sel surya kelas antariksa. Satelit ini akan melayani tiga negara utama yakni Indonesia, Malaysia, dan Filipina.  Menurut Adi, permintaan dari Malaysia dan Filipina sudah masuk, sementara kebutuhan di Indonesia sendiri masih sangat besar.  

    “Malaysia sama Filipina sudah ada yang minta. Indonesia kita juga masih kekurangan ya. Jadi kita jalankan aja terus,” tambahnya.  

    Adi menambahkan sejalan dengan hadirnya satelit baru, bisnis PSN diproyeksinya akan makin moncer. Tahun ini dia memperkirakan pendapatan bisnis perusahaan tumbuh dua digit.  Pertumbuhan akan makin tinggi pada 2026 setelah SNL resmi komersialisasi.   

    “Insya Allah tumbuh dua digit tahun ini,” kata Adi. 

  • Satelit Nusantara Lima Bakal Meluncur 9 September 2025 di Florida

    Satelit Nusantara Lima Bakal Meluncur 9 September 2025 di Florida

    Bisnis.com, JAKARTA — PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) mengungkap Satelit Nusantara Lima (SNL) direncanakan meluncur pada 8 September waktu Florida, Amerika Serikat (AS). Dengan perbedaan waktu 12 jam, artinya SNL meluncur pada 9 September 2025 waktu Indonesia. 

    Kabar tersebut dikonfirmasi oleh Project Director Satelit Nusantara Lima, Satrio Adiwicaksono. 

    “Peluncuran direncanakan tanggal 8 September waktu Florida/9 September WIB [waktu Indonesia],” kata Satrio kepada Bisnis pada Kamis (4/9/2025). 

    Satrio tak menyebutkan secara pasti pukul berapa SNL diluncurkan dari Florida Space Coast, AS. Dia hanya memastikan persiapan peluncuran saat ini sudah matang. 

    “Berjalan dengan baik dan sesuai rencana,” imbuhnya. 

    Melansir laman Sat News, SNL ditargetkan mulai beroperasi komersial dari orbit geostasioner atau sekitar 35.400 km dari permukaan bumi pada 2026. 

    CEO sekaligus Direktur Utama PT Pasifik Satelit Nusantara (PSN) Adi Rahman Adiwoso mengatakan Indonesia menjadi salah satu negara pertama yang mengadopsi teknologi komunikasi satelit, dan SNL akan melanjutkan warisan tersebut. 

    “Satelit ini akan memberdayakan komunitas, sekolah, dan bisnis yang belum pernah memiliki akses andal. Dengan kapasitas lebih dari 160 Gbps, SNL akan memperkuat kemampuan kami dalam memenuhi kebutuhan kapasitas nasional,” kata Adi dikutip dari laman Sat News pada Rabu (13/8/2025).

    Adi menambahkan kemitraan dengan Boeing dan mitra teknologi global memastikan tak ada yang tertinggal seiring pertumbuhan Indonesia.  SNL yang baru saja diserahkan Boeing kepada PSN dirancang untuk menyediakan konektivitas berkapasitas tinggi dan andal bagi lebih dari 17.000 pulau di Indonesia serta wilayah Asia Tenggara.  

    Menggunakan platform 702MP andalan Boeing, satelit ini mampu memberikan kapasitas lebih dari 160 Gbps untuk mendukung akses internet broadband dan layanan komunikasi penting di berbagai wilayah, mulai dari kota besar hingga desa terpencil, bahkan area terdampak bencana. 

    Dengan teknologi pemrosesan muatan canggih, SNL dapat mengarahkan kapasitas internet dan komunikasi secara dinamis ke lokasi yang membutuhkan.  Untuk menunjang kinerjanya, satelit ini dilengkapi sayap surya buatan anak perusahaan Boeing, Spectrolab, yang mampu menghasilkan daya hingga 15 kW sehingga dapat beroperasi penuh selama misi 15 tahun. 

    Spectrolab juga tengah meningkatkan kapasitas produksinya guna memenuhi tingginya permintaan sel surya kelas antariksa. Satelit ini akan melayani tiga negara utama yakni Indonesia, Malaysia, dan Filipina.  Menurut Adi, permintaan dari Malaysia dan Filipina sudah masuk, sementara kebutuhan di Indonesia sendiri masih sangat besar.  

    “Malaysia sama Filipina sudah ada yang minta. Indonesia kita juga masih kekurangan ya. Jadi kita jalankan aja terus,” tambahnya.  

    Adi menambahkan sejalan dengan hadirnya satelit baru, bisnis PSN diproyeksinya akan makin moncer. Tahun ini dia memperkirakan pendapatan bisnis perusahaan tumbuh dua digit.  Pertumbuhan akan makin tinggi pada 2026 setelah SNL resmi komersialisasi.   

    “Insyaallah tumbuh dua digit tahun ini,” kata Adi. 

  • Perang Tinggal Sejengkal! NATO Buru Kapal Selam Rusia Dekat Armada AS

    Perang Tinggal Sejengkal! NATO Buru Kapal Selam Rusia Dekat Armada AS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pesawat-pesawat NATO telah menghabiskan hampir seminggu untuk mencari kapal selam Rusia yang dapat mendekati gugus tugas kapal induk AS yang beroperasi di lepas pantai Norwegia. Hal ini diketahui menurut data pelacakan penerbangan dan kapal yang ditinjau oleh Newsweek, Kamis (28/8/2025).

    Dalam pengamatan itu, nampak kehadiran pesawat patroli maritim P-8A Poseidon, atau “pemburu kapal selam” di Laut Norwegia. Operasi ini telah dipimpin oleh Amerika Serikat sejak Minggu dan didukung oleh Inggris dan Norwegia, yang juga mengoperasikan platform perang anti-kapal selam buatan Boeing.

    Operasi harian tersebut tampaknya terkait dengan keberadaan kapal induk USS Gerald R. Ford, kapal induk terbesar di dunia, yang terlibat dalam operasi bersama unit-unit Inggris dan Norwegia di perairan barat Norwegia.

    “Kami bekerja sama untuk memastikan kawasan Euro-Atlantik yang aman dan stabil,” kata gugus tugas kapal induk AS tersebut dalam sebuah unggahan di Facebook, tanpa menyebutkan operasi penyisiran anti-kapal selam untuk kapal-kapal tertentu.

    Penyisiran tersebut, yang terdeteksi pada siaran pesawat dan kapal yang direkam oleh MarineTraffic, Flightradar24, dan platform serupa, bisa jadi merupakan tindakan pencegahan, tetapi mungkin mengindikasikan kemungkinan kemunculan kapal selam Rusia. Surat kabar Express Inggris melaporkan bahwa setidaknya selusin pesawat tempur spesialis NATO telah mencari kapal selam Rusia yang diduga berlayar di dekat kapal induk Angkatan Laut AS sejak Minggu.

    Surat kabar tersebut menyatakan bahwa Kementerian Pertahanan Inggris telah mengonfirmasi bahwa serangan mendadak Angkatan Udara Kerajaan bukanlah latihan. Selain itu, media The Barents Observer Norwegia mengatakan 3 kapal bertenaga nuklir kelas Yasen dari Armada Utara Rusia telah meninggalkan pangkalan mereka pada awal pekan ini.

    “Citra satelit yang dipelajari oleh Barents Observer menunjukkan bahwa per 25 Agustus, ketiga kapal selam serbaguna kelas Yasen dan Yasen-M milik Armada Utara Rusia berada di laut,” tulis surat kabar tersebut.

    “Severodvinsk (K-573), Kazan (K-561), dan Arkhangelsk (K-564) semuanya berpangkalan di Nerpicha. Pangkalan tersebut terletak di fjord Litsa, sekitar 60 kilometer (37 mil) dari perbatasan Rusia dengan Norwegia, dan tidak ada kapal selam yang terlihat di dermaga,” tulis surat kabar tersebut.

    Tutupan awan setelah 25 Agustus membuat studi citra satelit di wilayah tersebut menjadi mustahil. Tidak ada negara NATO di sekitar Laut Utara yang berkomentar mengenai dugaan perburuan kapal selam Rusia.

    Serangan patroli laut di sekitar perbatasan maritim NATO merupakan kegiatan sehari-hari, tetapi penerbangan Angkatan Laut AS dan Angkatan Udara Inggris baru-baru ini ke wilayah lingkar Utara telah mengalami peningkatan intensitas-lebih dari dua lusin penerbangan sejak akhir pekan.

    Dinamika ini terjadi saat NATO masih dalam ketegangan yang tinggi dengan Rusia. Ini disebabkan manuver Moskow menyerang Ukraina, yang notabenenya diserang saat ingin bergabung dalam aliansi militer Barat itu.

    (tps/luc)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Boeing Kantongi 579 Pesanan Armada Baru 777X, Indonesia Absen Order

    Boeing Kantongi 579 Pesanan Armada Baru 777X, Indonesia Absen Order

    Bisnis.com, JAKARTA — Boeing segera merilis armada baru untuk memenuhi kebutuhan penerbangan jarak jauh dengan tipe 777X yang akan mengudara pada 2026.  

    Comercial Marketing Managing Director Boeing for Asia Pacific (APAC) Dave Schulte menyampaikan bahwa 777X meerupakan ikon baru penerbangan bagi Boeing dengan desain sayap yang telah memaksimalkan efisiensi aerodinamis melalu ujung sayap yang dapat dilipat di bagian bawah sayap. 

    Varian 777X, yang sudah mengantongi lebih dari 550 pesanan dari berbagai maskapai di seluruh dunia, mampu mengangkut hingga 426 penumpang dalam sekali penerbangan jarak jauh.

    “Pesawat ini sangat populer di berbagai belahan dunia dengan sekitar 579 pesanan dan komitmen hingga saat ini, jadi saya sangat antusias melihat pesawat ini mulai beroperasi pada tahun depan,” ungkapnya dalam Commercial Market Outlook (CMO) 2025 di kantor Boeing Indonesia, Rabu (27/8/2025).

    Dengan demikian, pesawat jenis ini juga memungkinkan efisiensi aerodinamis sayap untuk memaksimalkan efisiensi ekonomi dan mengurangi konsumsi bahan bakar.

    Adapun untuk memenuhi kebutuhan penerbangan jarak jauh, pesawat berbadan lebar (twin-aisle) seperti 787 Dreamliner dan 777X diproyeksikan akan mengisi porsi sekitar satu dari lima pengiriman pesawat baru di Asia Tenggara dalam 20 tahun ke depan.

    Boeing 787 Dreamliner merupakan pesawat berbadan lebar paling populer dalam sejarah penerbangan, dengan lebih dari 2.100 pesawat dipesan. 

    Keunggulannya dalam efisiensi operasional dan kenyamanan kelas dunia membuat maskapai mampu membuka rute-rute baru yang menguntungkan, sekaligus menciptakan koneksi langsung antar kota yang dulu belum pernah terlayani. Dengan kemampuan terbang nonstop, 787 dapat menghubungkan Indonesia dengan pasar lintas benua utama.

    Sementara varian 777-9 merupakan pesawat berbadan lebar bermesin ganda terbesar dalam sejarah penerbangan, yang dirancang untuk memberikan efisiensi lebih baik bagi operator sekaligus menghadirkan fitur kenyamanan bagi penumpang.

    Dalam paparan Dave, tidak tampak maskapai Indonesia yang masuk dalam urutan pemesan varian 777X dari Boeing tersebut. 

    Maskapai yang termasuk dalam daftar pemesan, yakni Air India, ANA, British Airways, Cargolux, Cathay Pacific, China Airlines, Emirates, Ethiopian, Etihad Airways, Korena Air, Lufthansa, Qatar Airways, Silkway west airlines, dan Singapore Airlines. 

    Adapun maskapai Indonesia sendiri dominan menggunakan Boeing 737. Boeing mencatat sekitar 90% pesawat yang mengudara di langit Indonesia merupakan Boeing 737. Sebut saja Garuda Indonesia, Batik Air, dan Lion Air. 

    Sementara Dave enggan menyampaikan terkait rencana pembelian 50 unit pesawat Boeing 777 oleh Garuda Indonesia sebagai kompensasi tarif Trump 19%. 

    Sebelumnya, Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Rosal P. Roeslani mengungkapkan bahwa kesepakatan pembelian 50 pesawat Boeing oleh Garuda Indonesia sudah dilakukan dan baru terkirim satu unit. Sementara 49 sisanya dikirim paling cepat mulai 2031.  

    Rosan menjelaskan bahwa kesepakatan itu sudah terjadi sejak sebelum pandemi Covid-19, artinya perlu waktu enam hingga tujuh tahun lagi bagi PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. (GIAA) untuk mendapatkan armada baru. Untuk itu, Rosan mendorong pihak Garuda untuk memaksimalkan penggunaan pesawat yang ada saat ini sambil menunggu pengiriman dari AS.  

    “Pengiriman untuk Boeing yang [pesawat] baru paling cepat tahun 2031—2032. Oleh sebab itu, kami menyampaikan kepada manajemen adalah pertama optimalisasi dari pesawat yang ada,” ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (29/7/2025). 

  • Boeing Rayu Maskapai RI Tambah Pesawat, Pelita Air Tak Tertarik

    Boeing Rayu Maskapai RI Tambah Pesawat, Pelita Air Tak Tertarik

    Bisnis.com, JAKARTA — Maskapai penerbangan lokal belum tertarik untuk menyewa pesawat Boeing. Salah satu pertimbangannya adalah perihal efisiensi operasional.

    Direktur Utama Pelita Air Dendy Kurniawan mengungkapkan pihaknya masih akan fokus pada operasional armada Airbus dan belum melirik Boeing untuk menggantikan pesawat-pesawatnya.  

    Sampai saat ini pun, pihaknya juga belum ada pembicaraan maupun rencana untuk pembelian Boeing. 

    “Kami fokus untuk Airbus dulu dan belum melihat merk lain, supaya lebih efisien & simple dalam beroperasi,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (27/8/2025). 

     Untuk diketahui, saat ini PT Pelita Air Service (PAS) mengoperasionalkan armada Airbus A320 untuk mengangkut penumpang domestik, maupun penerbangan internasional perdananya ke Singapura, beberapa waktu lalu. 

     Berbeda dengan Garuda Indonesia yang memang sejak sebelum Covid-19 sudah teken kontrak pembelian 50 pesawat Boeing 777. Dalam hal ini, Dave enggan berkomentar soal kabar pembelian tersebut. 

    Sebelumnya, Comercial Marketing Managing Director Boeing for Asia Pacific (APAC) Dave Schulte memprediksikan Indonesia masih membutuhkan 600 unit pesawat agar angka departing seats per capita dapat setara dengan rata-rata negara di Asia Tenggara serta mendukung pertumbuhan ekonomi. 

    Dave menyampaikan bahwa saat ini rata-rata ada sekitar 0,4 kursi per kapita yang berangkat dari Indonesia.  

    Membandingkan dengan Malaysia dengan angka 1,83, sementara rata-rata di Asia Tenggara adalah sekitar 0,65 kursi per kapita. Sedangkan Thailand, Vietnam, dan Singapura memiliki angka yang sangat tinggi, masing-masing sebesar 1,18, 0,65, dan 6,97. Pasalnya, angka tersebut tidak sejalan dengan jumlah penduduk Indonesia yang hampir 300 juta penduduk—jauh lebih besar dari Singapura maupun Malaysia. 

    “Jika kita ingin meningkatkan jumlah kursi per kapita di Indonesia hingga rata-rata Asia Tenggara, itu berarti bahwa melakukannya secara instan akan membutuhkan sekitar 600 pesawat baru untuk masuk ke Indonesia dalam waktu dekat,” ungkapnya dalam Commercial Market Outlook (CMO) 2025 di kantor Boeing Indonesia, Rabu (27/8/2025). 

    Mengingat, Indonesia memang memiliki armada dengan jumlah terbesar, tetapi juga tertua karena rata-rata umur pesawat 14,4 tahun dan hanya 5% dari total pesawat yang merupakan generasi baru. 

    Sementara armada-armada baru dari Boeing seperti 737 Max maupun 777X dengan keandalan tinggi serta efisiensi operasional yang mendukung dapat menurunkan tarif pesawat yang cukup tinggi di Indonesia. Alhasil, lalu lintas penumpang di Indonesia pun juga dapat tumbuh. 

    “Semoga pesawat generasi baru dapat membantu meningkatkan efisiensi maskapai penerbangan, yang pada gilirannya akan membantu posisi penumpang dalam hal tarif penerbangan,” lanjutnya. 

  • RI diperkirakan butuh 600 pesawat baru untuk manfaatkan potensi pasar

    RI diperkirakan butuh 600 pesawat baru untuk manfaatkan potensi pasar

    Indonesia memiliki demografi usia muda yang tinggi, berarti keinginan dan hasrat bepergian mungkin lebih tinggi daripada yang menua

    Jakarta (ANTARA) – Indonesia diperkirakan membutuhkan investasi sekitar 600 pesawat baru dalam jangka pendek untuk memanfaatkan potensi pertumbuhan yang masif di sektor penerbangan.

    Proyeksi itu muncul dalam laporan Commercial Market Outlook (CMO) 2025 yang dirilis Boeing berdasarkan analisis terhadap berbagai faktor, termasuk kondisi demografi, pertumbuhan ekonomi dan kondisi armada pesawat Indonesia saat ini.

    Managing Director of Boeing Commercial Marketing, Northeast Asia, Southeast Asia and Oceania, David Schulte di Jakarta, Rabu, mengatakan Indonesia memiliki keunggulan demografi.

    Populasi usia muda Indonesia yang besar, dari 30 juta pada 2024 dan diperkirakan menjadi 35 juta pada 2044, menjadi motor penggerak utama.

    “Indonesia memiliki demografi usia muda yang tinggi, yang berarti keinginan dan hasrat untuk bepergian mungkin sedikit lebih tinggi daripada demografi yang menua,” kata Schulte.

    Selain itu, pertumbuhan ekonomi yang solid turut menjadi katalis. Kelas menengah Indonesia diproyeksikan tumbuh sekitar 3 persen per tahun, sementara kelas menengah ke atas diproyeksikan tumbuh lebih cepat lagi, yaitu 8 persen per tahun.

    Selain itu, sektor pariwisata berperan penting sebagai motor penggerak. Laporan tersebut menyebut hingga akhir tahun 2024, pariwisata berkontribusi sekitar 5 persen terhadap total produk domestik bruto (PDB) dan diproyeksikan akan terus meningkat.

    Dengan 12 juta tenaga kerja dan perkiraan pengeluaran wisatawan internasional mencapai Rp291 triliun pada 2024, potensi besar ini membutuhkan dukungan infrastruktur penerbangan yang memadai.

    Schulte menyebut kondisi armada pesawat Indonesia juga menjadi alasan Indonesia perlu menambah pesawat baru.

    Data menunjukkan bahwa meski jumlah pesawat bertambah dari 398 pada 2014 menjadi 480 pada 2024, pengiriman pesawat baru ke Indonesia sangat rendah dalam beberapa tahun terakhir.

    Schulte menjelaskan bahwa sebelum pandemi, Indonesia rata-rata menerima 30 hingga 40 pesawat baru per tahun. Namun, angka ini anjlok drastis pasca-pandemi, dengan hanya empat unit pada 2020 dan satu unit pada 2023.

    Menurut Schulte, kondisi ini mengakibatkan tingginya penggunaan pesawat dan tingkat okupansi (load factor).

    Perbandingan dengan negara-negara lain di Asia Tenggara menunjukkan bahwa armada pesawat Indonesia adalah yang tertua di kawasan, dengan usia rata-rata hampir 15 tahun.

    Angka ini jauh di atas usia rata-rata armada di Malaysia (10,9 tahun), Thailand (11 tahun), Vietnam (8 tahun), dan Singapura (8,3 tahun).

    “Jika Indonesia ingin menyamai rata-rata jumlah kursi penerbangan per kapita di Asia Tenggara, yang saat ini berada di angka 0,65 (berbanding 0,4 di Indonesia), maka dibutuhkan tambahan sekitar 600 pesawat baru,” katanya.

    Pewarta: Shofi Ayudiana
    Editor: Agus Salim
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Trump Effect, Pengusaha Minta Indonesia Hadapi dengan Cara Ini – Page 3

    Trump Effect, Pengusaha Minta Indonesia Hadapi dengan Cara Ini – Page 3

    Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kembali melontarkan ancaman terkait hubungan dagang dengan China. Trump memperingatkan bakal mengenakan tarif lebih tinggi hingga 200 persen jika Negeri Tirai Bambu menahan ekspor logam tanah jarang ke AS.

    “Mereka harus memberikan kami logam tanah jarang. Jika tidak, kami akan kenakan tarif 200% atau semacamnya,” kata Trump kepada wartawan usai bertemu Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung di Gedung Putih, dikutip dari CNBC, Selasa(26/8/2025).

    Trump juga menyinggung soal suku cadang pesawat yang menjadi daya ungkit utama bagi Washington dalam menghadapi dominasi China atas komoditas strategis tersebut.

    “Sebanyak 200 pesawat mereka tidak bisa terbang karena kami sengaja menahan pasokan suku cadang Boeing, lantaran mereka tidak memberikan tanah jarang kepada kami,” tegasnya.

    Saat ini, Pesawat Boeing tengah berupaya menuntaskan kesepakatan penjualan hingga 500 unit pesawat ke China. Kedua pihak masih menyelesaikan detail kontrak, mulai dari tipe jet, model, hingga jadwal pengiriman.

    Kontrak ini bisa menjadi bagian penting dalam paket kesepakatan dagang AS-China.

  • Pertemuan Trump-Lee Bukukan Investasi Jumbo, dari Boeing hingga Hyundai

    Pertemuan Trump-Lee Bukukan Investasi Jumbo, dari Boeing hingga Hyundai

    Bisnis.com, JAKARTA – Pertemuan tatap muka pertama antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung menghasilkan sejumlah kesepakatan bisnis jumbo, termasuk kontrak Boeing dan GE Aerospace senilai US$50 miliar.

    Melansir Bloomberg pada Selasa (26/8/2025), kesepakatan tersebut menegaskan kelanjutan pakta dagang menit terakhir yang dicapai pada akhir Juli lalu, yang menetapkan tarif 15% atas impor AS dari Korea Selatan. Kesepakatan ini memungkinkan Seoul terhindar dari tarif 25% yang sempat diancam Trump.

    Meski Presiden Lee melakukan berbagai upaya lobi, dan Trump sebelumnya menuding Korea Selatan memberlakukan tarif lebih tidak adil dibandingkan China, ketentuan tarif 15% tersebut tetap berlaku.

    Industri penerbangan menjadi pemenang utama dari pertemuan kedua pemimpin. Korean Air Lines Co. sepakat memesan lebih dari 100 pesawat Boeing senilai US$36,2 miliar serta meneken kontrak senilai US$13,7 miliar dengan GE Aerospace untuk pasokan mesin dan layanan perawatan. 

    Selain itu, sektor pelayaran, energi, dan transportasi AS juga akan terdongkrak lewat janji investasi tambahan dari pihak Korea Selatan.

    Berikut rangkuman komitmen utama pascaperundingan Trump–Lee:

    Penerbangan

    Korean Air meneken perjanjian pembelian terbesar sepanjang sejarah maskapai tersebut, meliputi 50 unit Boeing 737 Max 10, 25 unit 787 Dreamliner, 20 unit 777-9, dan 8 unit kargo 777X.

    Dengan kesepakatan terbaru ini, total pesanan Boeing oleh Korean Air tahun ini menembus 150 pesawat, lebih dari dua kali lipat armada eksisting buatan pabrikan AS tersebut.

    Energi

    Korea Gas Corp. sepakat membeli tambahan gas alam cair (LNG) asal AS hingga 3,3 juta ton per tahun mulai 2028 selama 10 tahun dari perusahaan seperti Trafigura.

    Selain itu, Centrus Energy Corp. menandatangani nota kesepahaman dengan Korea Hydro & Nuclear Power Co. dan Posco International untuk menjajaki investasi dalam ekspansi pabrik pengayaan uranium Centrus di Ohio.

    Otomotif & Robotik

    Hyundai Motor Group berencana meningkatkan investasinya di AS menjadi US$26 miliar hingga 2028, naik US$5 miliar dari rencana sebelumnya. Investasi mencakup pembangunan pabrik baja baru di Louisiana, ekspansi produksi mobil, serta fasilitas robotik berkapasitas 30.000 unit per tahun. Rencana ini diproyeksikan menciptakan 25.000 lapangan kerja baru.

    Kapal Laut

    Samsung Heavy Industries Co. meneken kemitraan strategis dengan Vigor Marine Group asal AS untuk layanan perawatan dan perbaikan kapal Angkatan Laut AS.

    Perusahaan juga berencana memperluas kerja sama ke kapal komersial dan khusus, serta mengeksplorasi proyek pembangunan kapal bersama dengan galangan kapal AS. 

    Komitmen ini sejalan dengan investasi Korsel senilai US$150 miliar pada Juli lalu untuk mendukung kebangkitan industri perkapalan AS sekaligus memperkuat posisinya sebagai alternatif strategis bagi China.

  • 5 Jet Supersonik Calon Penerus Concorde, Lebih Cepat dari Suara

    5 Jet Supersonik Calon Penerus Concorde, Lebih Cepat dari Suara

    Jakarta

    Concorde pernah menjadi ikon penerbangan komersial supersonik, namun harus pensiun pada 2003 karena biaya operasional tinggi, kebisingan dentuman sonik, dan isu keselamatan. Meski begitu, mimpi terbang lebih cepat dari suara ternyata belum mati.

    Sejumlah perusahaan hingga badan antariksa kini tengah mengembangkan jet supersonik generasi baru yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan senyap. Pesawat-pesawat ini digadang sebagai calon penerus Concorde yang legendaris.

    Berikut 5 di antaranya dilansir dari laman Skycop:

    1. NASA X-59 QueSST

    NASA melalui proyek X-59 Quiet SuperSonic Technology (QueSST) berambisi menghadirkan supersonik yang senyap. Pesawat ini dirancang menghasilkan dentuman sonik yang lebih lembut dibanding Concorde, sehingga memungkinkan penerbangan di atas daratan tanpa gangguan kebisingan.

    NASA X-59 QueSST Foto: Skycop

    X-59 akan menjadi dasar riset untuk membuka jalan bagi jet penumpang supersonik di masa depan.

    2. Lockheed Martin Supersonic QSTA

    Didukung pendanaan NASA sebesar USD 247,5 juta, Lockheed Martin mengembangkan Quiet Supersonic Transport Aircraft (QSTA). Pesawat berkapasitas 40 penumpang ini dirancang dengan hidung tajam dan sayap delta untuk meminimalisir dentuman sonik.

    Lockheed Martin Supersonic QSTA Foto: Skycop

    Uniknya, sistem kamera dipakai untuk visibilitas depan, menggantikan desain hidung terkulai seperti Concorde.

    3. Spike S-512

    Perusahaan Spike Aerospace tengah mengembangkan S-512, jet supersonik bisnis dengan kapasitas 18 penumpang. Berbeda dari pesawat komersial lain, S-512 tidak punya jendela.

    Spike S-512 Foto: Skycop

    Sebagai gantinya, layar besar di kabin menampilkan pemandangan luar secara real time.

    Dengan target kecepatan Mach 1.6, Spike ingin menawarkan penerbangan bisnis super cepat yang nyaman.

    4. Boom Overture

    XB-1 Baby Boom Foto: Skycop

    Boom Overture sering disebut sebagai “penerus spiritual Concorde”. Jet ini menargetkan kecepatan Mach 2.2 dengan efisiensi bahan bakar lebih baik.

    Prototipe uji coba bernama XB-1BabyBoom sudah diperkenalkan, dan sejumlah maskapai sepertiVirginAtlantic sertaJapanAirlines menunjukkan minat untuk membawanya ke layanan komersial.

    Pesawat ini menjanjikanNew York ke London hanya 3 jam, jauh lebih cepat dibandingkan pesawat komersial biasa yang memakan waktu sekitar 7 jam.

    5. Aerion AS2

    Aerion Supersonic, bekerja sama dengan Boeing, mengembangkan jet bisnis eksklusif AS2. Pesawat ini dirancang untuk melaju Mach 1.4 di atas laut, namun tetap terbang subsonik di daratan agar tidak menimbulkan dentuman sonik.

    Aerion AS2 Foto: Skycop

    Dengan kapasitas hanya 11 penumpang, AS2 menyasar kalangan eksekutif dan pelancong bisnis kelas atas.

    Dari riset NASA hingga jet bisnis mewah seperti Aerion AS2, geliat penerbangan supersonik terus bangkit. Dengan inovasi pada teknologi peredam kebisingan dan efisiensi energi, era penerbangan komersial lebih cepat dari suara bisa saja kembali terwujud dalam waktu dekat.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Kemkomdigi Panggil TikTok dan Meta soal Konten Ricuh Palsu Demo DPR”
    [Gambas:Video 20detik]
    (afr/afr)

  • Video Reaksi Bos Boeing soal Pesawatnya Dikembalikan China Imbas Tarif Trump

    Video Reaksi Bos Boeing soal Pesawatnya Dikembalikan China Imbas Tarif Trump

    CEO Boeing Kelly Ortberg mengonfirmasi bahwa sejumlah pesawatnya yang dikirim ke China, dikembalikan lagi ke Amerika Serikat. Bos Boeing ini mengatakan China sudah menyetop penerimaan pesawat setelah terjadinya perang tarif dengan Amerika Serikat gara-gara kebijakan baru dari Donald Trump. Lalu, bagaimana nasib pesawat pesanan China yang dikembalikan? Ini kata Kelly Ortberg…