Perusahaan: Boeing

  • Pilot Sempat Bilang Mayday, Hal yang Diketahui Sejauh Ini dari Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Korsel – Halaman all

    Pilot Sempat Bilang Mayday, Hal yang Diketahui Sejauh Ini dari Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Korsel – Halaman all

    177 Tewas, Apa yang Diketahui Sejauh Ini dari Kecelakaan Pesawat Jeju Air, Ke Mana Roda Pendaratan?
     
    TRIBUNNEWS.COM – Ratusan orang tewas pada Minggu (29/12/2024) ketika sebuah pesawat penumpang mendarat darurat di sebuah bandara di wilayah barat daya Korea Selatan.

    Saat akan mendarat, pesawat meluncur menuruni landasan dengan perutnya sebelum terbakar.

    Setidaknya 177 orang telah dipastikan tewas sejauh ini, menurut pemadam kebakaran setempat.

    Dua orang, keduanya awak pesawat, berhasil diselamatkan dalam keadaan hidup dari lokasi kecelakaan, yang berarti hanya dua dari 181 orang di dalam pesawat yang belum diketahui keberadaannya.

    Ini adalah bencana penerbangan paling mematikan yang melanda Korea Selatan sejak tahun 1997, ketika Boeing 747 Korean Airlines jatuh di hutan Guam, yang mengakibatkan hilangnya 228 nyawa.

    Peristiwa Kecelakaan Jeju Air

    Penerbangan Jeju Air 7C 2216 dari Bangkok membawa 175 penumpang dan enam awak ketika bencana melanda bandara di daerah Muan, di ujung barat daya negara itu, tepat setelah pukul 9 pagi waktu setempat pada Minggu.

    Rekaman kecelakaan hari Minggu yang disiarkan oleh sejumlah media berita Korea Selatan menunjukkan pesawat meluncur di landasan dengan perutnya dalam kecepatan tinggi, menghantam tanggul tanah, dan meletus menjadi bola api.

    “Baik roda pendaratan belakang maupun depan tidak terlihat dalam rekaman – yang disiarkan oleh jaringan termasuk YTN, JTBC dan MBC – karena asap mengepul dari bagian belakang pesawat yang meluncur,” kata laporan CNN.

    Petugas pemadam kebakaran kemudian terlihat menggunakan meriam air untuk memadamkan puing-puing pesawat yang terbakar, yang terdaftar sebagai Boeing 737-800 di situs pelacakan penerbangan FlightAware.

    Beberapa bagian pesawat juga terlihat berserakan di landasan pacu.

    Menurut Dinas Pemadam Kebakaran Jeolla Selatan, korban kecelakaan itu terdiri dari 82 laki-laki, 83 perempuan, dan 12 orang yang jenis kelaminnya tidak diketahui.

    Menurut tim penyelamat, kedua korban selamat adalah anggota kru, satu laki-laki dan satu perempuan.

    Menurut Kementerian Pertanahan Korea Selatan, dua warga negara Thailand termasuk di antara penumpang pesawat. Semua penumpang lainnya adalah warga negara Korea Selatan.

    Kecelakaan pesawat Jeju Air 7C2216 di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, Minggu (29/12/2024). (Tangkap Layar YouTube MBCNEWS)

    Apa yang Menyebabkan Kecelakaan itu?

    Para ahli, dilansir CNN, menyatakan bahwa bagian kolong pesawat – khususnya roda yang digunakan untuk lepas landas dan mendarat – tampaknya belum sepenuhnya terbuka sebelum mendarat.

    Namun, apa yang menyebabkan kegagalan roda pendaratan tidak terbuka masih belum jelas.

    Analis penerbangan mengatakan diperlukan lebih banyak bukti sebelum otoritas Korea Selatan dapat secara pasti menentukan apa yang mungkin menyebabkan kecelakaan hari Minggu, termasuk spekulasi dari pejabat setempat tentang kemungkinan tabrakan burung sebelum pendaratan darurat.

    Komentar tersebut muncul setelah Lee Jeong-hyun, kepala Dinas Pemadam Kebakaran Muan, memberi penjelasan kepada media kalau penyebabnya “diperkirakan akibat serangan burung atau cuaca buruk.”

    Rekaman kecelakaan menunjukkan langit cerah pada saat itu.

    David Soucie, mantan inspektur keselamatan Badan Penerbangan Federal, mengatakan bahwa “spekulasi adalah musuh terburuk seorang penyelidik.”

    “Faktanya, itulah sebabnya mengapa informasi sangat terlindungi saat terjadi investigasi kecelakaan pesawat, informasi tersebut terlindungi. Mereka tidak seharusnya membuat spekulasi apa pun tentang hal semacam ini,” kata Soucie kepada Paula Newton dari CNN.

    Konsultan industri penerbangan Scott Hamilton menyuarakan kekhawatiran Soucie dan mendesak otoritas Korea Selatan untuk “berhenti membuat pernyataan deklaratif” pada tahap ini.

    Kecelakaan pada Minggu itu “sangat membingungkan” mengingat unit pesawat dan maskapainya memiliki catatan keselamatan yang kuat dan kondisi penerbangan sangat baik, kata seorang jurnalis penerbangan.

    Boeing 737-800 adalah salah satu pesawat yang paling banyak digunakan di dunia dan masing-masing digunakan untuk sekitar empat atau lima penerbangan per hari, Geoffrey Thomas, editor Airline News, mengatakan kepada Paula Newton dari CNN.

    “Ini adalah pesawat paling andal di dunia, dan sudah beroperasi selama 20 tahun,” katanya.

    “Semua orang tahu cara kerjanya. Dan itu bekerja dengan sangat, sangat baik. Dan perawatan yang dilakukan di [Korea Selatan] adalah yang terbaik di seluruh dunia.”

    “Tidak jelas apakah kolong pesawat ambruk saat mendarat atau apakah kolong pesawat tidak terlipat sama sekali. Ini masalah yang sangat serius dan tentunya akan menjadi fokus para penyelidik,” imbuh Thomas.

    Ia menambahkan “sangat membingungkan” bahwa kecelakaan itu terjadi, mengingat pesawat itu mendarat dalam kondisi kering dan cerah di bandara yang bagus.

    Bagi pihak manufaktur, raksasa penerbangan AS Boeing, insiden ini menambah masa sulit yang mereka hadapi dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dua kecelakaan 737 Max, sebuah tragedi yang membuat perusahaan setuju untuk mengaku bersalah karena menipu Administrasi Penerbangan Federal selama proses sertifikasi pesawat tersebut.

    Namun, para analis menggambarkan Boeing 737-800 — model sebelumnya dan berbeda dari Max — sebagai pesawat pekerja keras yang andal di angkasa dengan rekam jejak keselamatan yang sangat kuat.

    Kepala eksekutif Jeju Air mengatakan pesawat itu tidak menunjukkan “tanda-tanda masalah” sebelum kecelakaan hari Minggu.

    “Saat ini, sulit untuk menentukan penyebab kecelakaan, dan kami harus menunggu pengumuman resmi penyelidikan oleh badan pemerintah terkait,” kata Kim Yi-bae saat jumpa pers di bandara.

    Pesawat Jeju Air Boeing 737-800 dengan kode penerbangan 7C 2216 dari Bangkok, Thailand membawa 175 penumpang dan enam awak ketika mendarat tanpa roda di Bandara Internasional Muan, Minggu (29/12/2024).

    Ke mana Fokus Investigasi Penyebab Kecelakaan?

    Petugas dari Komite Investigasi Insiden Nasional telah tiba untuk menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut.

    Menurut pengarahan dari Kementerian Pertanahan, menara pengawas telah memerintahkan pilot untuk mengubah arah dan mendarat di arah yang berlawanan, untuk menghindari potensi tabrakan dengan burung.

    Pilot pun mengikuti instruksi tersebut.

    Sekitar satu menit kemudian, pilot membuat panggilan mayday ke menara.

    Upaya pendaratan terjadi sekitar dua menit setelah panggilan mayday, menurut kementerian.

    Pihak berwenang melanjutkan penyelidikan mereka.

    Perekam data penerbangan “kotak hitam” telah ditemukan oleh komite investigasi kecelakaan sementara alat perekam suara belum ditemukan, kata pejabat kementerian.

    Perekam data penerbangan atau yang disebut “kotak hitam” menawarkan fakta penting kepada penyelidik keselamatan penerbangan saat menyusun sebuah insiden.

    Lebih dari 700 personel dari polisi, militer, dan penjaga pantai telah dikerahkan untuk upaya tanggapan di tempat, tambah kementerian tersebut.

    Apa Kata Pihak Berwenang?

    Penjabat presiden Korea Selatan mengatakan lokasi jatuhnya pesawat hari Minggu telah dinyatakan sebagai zona bencana khusus dan ia berjanji akan melakukan penyelidikan penuh atas penyebab bencana mematikan itu.

    “Kami akan memusatkan semua sumber daya untuk pemulihan dan dukungan bagi para korban. Semua sumber daya yang diperlukan sedang dimobilisasi, dan zona bencana khusus telah ditetapkan,” kata Choi Sang-mok dalam sebuah pernyataan.

    Choi, yang datang ke lokasi kecelakaan pada hari Minggu, menyampaikan “belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan” dan berjanji akan melakukan segala upaya untuk menangani dampak dari insiden tersebut dan mencegah kecelakaan serupa terjadi di masa mendatang.

    Tragedi ini terjadi hanya dua hari setelah Choi menjabat sebagai pejabat presiden, babak terakhir dalam masa kekacauan politik di Korea Selatan.

    Presiden negara saat ini, Yoon Suk Yeol, dicabut kekuasaannya oleh parlemen dua minggu lalu menyusul perintah darurat militer yang menjerumuskan negara itu ke dalam kekacauan politik . Saat ini ia diskors sementara pengadilan tinggi memutuskan nasibnya.

    Han Duck-soo, orang yang menggantikan Yoon sebagai penjabat presiden, dimakzulkan oleh parlemen pada hari Jumat , yang berarti Choi – menteri keuangan dan wakil perdana menteri – menggantikannya.

         
    Petugas penyelamat mengambil bagian dalam operasi penyelamatan di lokasi jatuhnya pesawat setelah keluar landasan pacu di Bandara Internasional Muan, di Muan, Korea Selatan, pada 29 Desember 2024. 
    Foto: Kim Hong-Ji/Reuters
    Apa yang dikatakan pembuat pesawat itu?
    Boeing menyampaikan belasungkawa kepada mereka yang kehilangan orang terkasih dalam kecelakaan itu.

    “Kami sedang menghubungi Jeju Air terkait Penerbangan 2216 dan siap membantu mereka,” kata Boeing dalam pernyataan singkat yang diunggah di akun X-nya.

    “Kami menyampaikan belasungkawa sedalam-dalamnya kepada keluarga yang kehilangan orang yang dicintai dan pikiran kami tertuju kepada para penumpang dan awak pesawat,” tambah perusahaan itu.

    Raksasa penerbangan AS ini mengalami masa sulit dalam beberapa tahun terakhir, termasuk dua kecelakaan 737 Max, sebuah tragedi yang membuat perusahaan setuju untuk mengaku bersalah karena menipu Administrasi Penerbangan Federal selama proses sertifikasi pesawat tersebut.

    Namun, para analis menggambarkan Boeing 737-800 sebagai pekerja keras yang andal di angkasa dengan catatan keselamatan yang sangat kuat .

  • Pesawat Boeing KLM Mendarat Darurat, Asap Keluar dari Mesin

    Pesawat Boeing KLM Mendarat Darurat, Asap Keluar dari Mesin

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pesawat Boeing 737 yang dioperasikan maskapai penerbangan Belanda, KLM, melakukan pendaratan darurat di Norwegia selatan pada Jumat malam waktu setempat. Pesawat yang sedang dalam perjalanan dari Oslo ke Amsterdam tersebut terpaksa melakukan pendaratan darurat karena mengalami kerusakan teknis tak lama setelah lepas landas.

    Mengutip laporan NL Times, pesawat mendarat di Bandara Torp Sandefjord pukul 19.14 waktu setempat, menurut polisi Norwegia. Sebanyak 182 orang di dalam pesawat tersebut, termasuk awak kabin, dilaporkan selamat.

    Pesawat berangkat dari Oslo pukul 18.55, tetapi penumpang dan awak kabin melaporkan suara keras tak lama setelah lepas landas. “Ada suara keras,” kata KLM dalam sebuah pernyataan, yang mendorong pilot untuk mengalihkan pesawat ke Torp demi keselamatan.

    Media lokal melaporkan bahwa pilot melihat asap keluar dari mesin kiri, dan setelah mendarat, pesawat tidak dapat dikendalikan lagi. Pesawat tergelincir dari landasan pacu dan berhenti di rerumputan.

    Penumpang asal Belanda, Amber Kraak mengatakan, “Informasi dari kokpit menunjukkan bahwa itu adalah ban meletus, dan sistem hidrolik rusak.” Dia menambahkan bahwa karena kabut di Oslo, pilot memutuskan untuk mengalihkan penerbangan ke bandara alternatif.

    Martin Frank, penumpang lain, yang duduk di dekat bagian depan pesawat, mengatakan bahwa dia mendengar suara keras saat lepas landas. “Rasanya seperti menabrak sesuatu,” katanya. Frank menambahkan bahwa kapten pesawat membantu menjaga kondisi tetap tenang di kabin.

    Setelah pesawat mendarat dengan selamat, para penumpang bertepuk tangan.

    Badan Investigasi Kecelakaan Norwegia telah meluncurkan penyelidikan atas penyebab kerusakan tersebut

    (hsy/hsy)

  • Bertambah, Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Jeju Air Kini 176 Orang

    Bertambah, Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Jeju Air Kini 176 Orang

    Jakarta

    Korban tewas kecelakaan pesawat Boeing 737-800 Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan terus bertambah. Data terbaru, jumlah korban tewas sebanyak 176 orang.

    Dikutip BBC, Minggu (29/12/2024), Pejabat di Korsel menyampaikan sebanyak 176 orang tewas akibat kecelakaan Jeju Air pagi tadi. Sejauh ini korban yang teridentifikasi baru 22 orang.

    Badan Pemadam Kebakaran Nasional terus memperbarui jumlah korban tewas. Pesawat Jeju Air diketahui membawa 181 penumpang, di mana 175 penumpang dan enam awak pesawat.

    Dua orang awak pesawat diselamatkan dari reruntuhan dan dibawa ke rumah sakit. Dikutip Yonhap, pihak berwenang mengatakan tiga orang lainnya belum ditemukan. Operasi pencarian akan terus berlanjut untuk menemukan tiga korban lagi.

    Pihk Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan yang mengawasi keselamatan penerbangan, menara pengawas Bandara sempat mengeluarkan peringatan bird strike pada pukul 08.57 pagi waktu setempat.

    Dikutip Yonhap, pilot pesawat kemudian mengumumkan mayday pukul 8.58 pagi dan berusaha mendarat pada pukul 9 pagi. Namun tiga menit kemudian pesawat tergelincir pada pukul 9.03 pagi saat mendarat tanpa roda pendaratan.

    “Saat mencoba mendarat di landasan pacu No 1, menara kontrol mengeluarkan peringatan serangan burung dan pilot mengumumkan mayday tak lama setelahnya,” kata kementerian tersebut.

    Lihat juga video: Kecelakaan Jeju Air di Korsel: 80 Orang Tewas, 2 Luka, dan 99 Hilang

    (idn/knv)

  • Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Jeju Air Bertambah Jadi 151 Orang

    Korban Tewas Kecelakaan Pesawat Jeju Air Bertambah Jadi 151 Orang

    Jakarta

    Jumlah korban tewas dalam kecelakaan pesawat Jeju Air yang membawa 181 orang di Bandara International Muan, Korsel bertambah. Badan Pemadam Kebakaran Korsel melaporkan saat ini korban tewas berjumlah 151 orang.

    “Sejauh ini dua orang diselamatkan, 151 dipastikan meninggal,” kata Badan Pemadam Kebakaran Nasional dalam sebuah pernyataan, dikutip AFP, Minggu (29/12/2024).

    Saat ini operasi pencarian dan penyelamatan masih berlangsung. Keluarga dan kerabat korban berkumpul di Bandara Muan.

    Adapun kecelakaan itu terjadi pukul 9 pagi waktu setempat. Pesawat Boeing 737-800 itu membawa 175 penumpang dan enam orang awak. Pesawat tersebut berangkat dari Bangkok pada pukul 01.30 pagi dan dijadwalkan tiba di Muan sekitar pukul 08.30 pagi.

    Pesawat tersebut tergelincir di tanah tanpa roda pendaratan yang terpasang. Pesawat kemudian menabrak tembok beton sebelum meledak dan terbakar.

    “Setelah pesawat menabrak dinding, penumpang terlempar keluar dari pesawat. Peluang untuk selamat sangat rendah,” kata seorang pejabat badan pemadam kebakaran, dikutip Yonhap.

    “Pesawat itu hampir hancur total, dan sulit untuk mengidentifikasi korban tewas. Kami sedang dalam proses evakuasi jenazah, yang akan memakan waktu,” sambungnya.

    (idn/knv)

  • 7 Fakta Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Bandara Muan: Korban Tewas Capai 120 Orang

    7 Fakta Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Bandara Muan: Korban Tewas Capai 120 Orang

     7 Fakta Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Bandara Muan: Korban Tewas Capai 120 Orang

    TRIBUNJATENG.COM – Inilah 7 fakta kecelakaan pesawat Jeju Air di bandara Muan, Korea Selatan.

    Kecelakaan fatal yang melibatkan pesawat Jeju Air penerbangan 7C2216 dari Bangkok pada Minggu pagi (29/12/2024) telah menjadi salah satu tragedi penerbangan terburuk di Korea Selatan.

    Berikut adalah tujuh fakta insiden ini:

    1. Pesawat Mengalami Masalah pada Roda Pendarat

    Pesawat Boeing 737-800 mengalami masalah pada roda pendarat saat mendekati landasan pacu Bandara Internasional Muan.

    Pilot mencoba melakukan “go-around,” atau manuver untuk mengelilingi landasan dan mencoba mendarat ulang.

    Akan tetapi pendaratan darurat dengan “belly landing” tetap berakhir dengan bencana.

    2. Tabrak Tembok Perimeter dan Terbakar Hebat

    Saat gagal memperlambat kecepatan di ujung landasan, pesawat menabrak struktur beton perimeter bandara.

    Tabrakan tersebut menyebabkan badan pesawat terbelah dan sebagian besar fuselagenya terbakar hebat.

    3. 120 Korban Jiwa Ditemukan, 59 Orang Masih Hilang

    Otoritas kebakaran telah menemukan 120 jenazah di lokasi kecelakaan.

    Korban yang telah diidentifikasi mencakup 54 pria, 57 wanita, dan sembilan jenazah yang belum dapat dipastikan identitasnya.

    Sebanyak 59 orang masih hilang, namun pihak berwenang menyatakan bahwa peluang untuk menemukan mereka dalam keadaan hidup hampir tidak ada.

    4. Hanya Dua Orang yang Selamat

    Hanya dua orang, yakni satu penumpang dan satu awak kabin, yang berhasil diselamatkan dari bagian ekor pesawat.

    Keduanya saat ini menjalani perawatan dengan luka sedang hingga parah di rumah sakit setempat.

    5. Mayoritas Penumpang Adalah Wisatawan Natal

    Pesawat ini membawa 175 penumpang, termasuk 173 warga negara Korea Selatan dan dua warga negara Thailand, serta enam awak kabin.

    Banyak di antaranya adalah keluarga yang baru kembali dari liburan paket Natal di Thailand.

    6. Lokasi Kecelakaan Dibagi Menjadi Tiga Zona Pencarian

    Tim penyelamat telah membagi lokasi kecelakaan menjadi tiga zona untuk mempercepat pencarian korban yang hilang.

    Namun, kerusakan parah pada badan pesawat dan kebakaran besar menghambat proses penyelamatan.

    7. Respon Cepat Pemerintah dan Jeju Air

    Plt Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, langsung memimpin respons darurat dengan memobilisasi semua sumber daya yang tersedia.

    Jeju Air juga telah mengaktifkan protokol darurat perusahaan, menyediakan bantuan untuk keluarga korban, dan menyampaikan permintaan maaf yang mendalam.

    Itulah 7 fakta kecelakaan pesawat Jeju Air. Investigasi penyebab kecelakaan terus berlanjut, dengan dugaan awal mengarah pada bird strike sebagai penyebab utama kerusakan roda pendarat pesawat. (*)

  • Hanya 2 Orang Selamat, Ini Video Detik-detik Pesawat Jeju Air Tabrak Tembok Pembatas Lalu Terbakar

    Hanya 2 Orang Selamat, Ini Video Detik-detik Pesawat Jeju Air Tabrak Tembok Pembatas Lalu Terbakar

    Hanya 2 Orang Selamat, Ini Video Detik-detik Pesawat Jeju Air Tabrak Tembok Pembatas Lalu Terbakar

    TRIBUNJATENG.COM – Sebuah kecelakaan tragis terjadi pada Minggu (29/12/2024) ketika pesawat Jeju Air penerbangan 7C2216 dari Bangkok gagal mendarat dengan sempurna di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan.

    Pesawat jenis Boeing 737-800 yang membawa 175 penumpang dan enam awak tersebut menabrak tembok perimeter bandara dan terbakar hebat.

    Berdasarkan data pukul 13.36 WIB, pemadam kebarakan telah menemukan 120 jenazah di TKP.

    Korban yang telah diidentifikasi mencakup 54 pria, 57 wanita, dan sembilan jenazah yang belum dapat dipastikan identitasnya.

    Sebanyak 59 orang masih hilang, namun pihak berwenang menyatakan bahwa peluang untuk menemukan mereka dalam keadaan hidup nyaris tak ada.

    Kecelakaan terjadi sekitar pukul 09.03 waktu setempat ketika pesawat mengalami masalah pada roda pendarat.

    Menurut laporan Yonhap, dilansir Tribunjateng.com dari Guardian.com, pilot mencoba mendarat dengan kondisi roda pendarat tidak dapat berfungsi dengan baik.

    Pesawat sempat melakukan manuver “go-around” untuk mencoba mendarat ulang, namun upaya ini berakhir tragis.

    Saat mendekati ujung landasan pacu, pesawat kehilangan kecepatan yang cukup untuk berhenti dan menghantam struktur beton.

    Badan pesawat terbelah menjadi beberapa bagian, dengan ekor pesawat terbakar hebat.

    “Kami mendengar suara dentuman keras diikuti dengan kobaran api besar,” ujar seorang saksi mata seperti yang dilaporkan Newsis.

    Menurut otoritas pemadam kebakaran, kebakaran awal berhasil dipadamkan pada pukul 09.46, sekitar 43 menit setelah laporan pertama diterima.

    Hingga pukul 11.40, sebanyak 62 korban tewas telah diidentifikasi.

    Selain itu, dua orang berhasil selamat, yakni satu penumpang dan satu awak pesawat.

    Keduanya segera dilarikan ke rumah sakit terdekat untuk mendapatkan perawatan.

    Tim penyelamat terus melakukan pencarian di antara puing-puing pesawat, meskipun sebagian besar badan pesawat telah hancur tak berbentuk kecuali bagian ekor.

      

      

    Beberapa korban dilaporkan terlempar keluar dari pesawat akibat benturan keras.

    “Jumlah korban tewas kemungkinan masih bertambah, mengingat banyak jasad yang masih berada di dalam badan pesawat,” ujar pemadam kebakaran setempat.

    Plt Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, memimpin langsung penanganan bencana ini.

    Ia tiba di Bandara Muan pada pukul 12.55 untuk memantau situasi.

    “Tidak ada kata-kata yang cukup untuk mengungkapkan duka atas tragedi ini. Pemerintah akan memberikan dukungan penuh kepada keluarga korban,” ujar Choi dalam pernyataannya di lokasi kejadian.

    Choi sebelumnya telah menginstruksikan mobilisasi semua peralatan dan personel yang tersedia untuk operasi penyelamatan.

    Ia juga mengaktifkan Markas Besar Penanggulangan Bencana dan Keselamatan Pusat sebagai tanggapan terhadap insiden ini.

    Berdasarkan informasi awal, dugaan awal penyebab kecelakaan adalah bird strike yang mengganggu fungsi roda pendarat.

    Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan pesawat mencoba mendarat tanpa roda pendarat yang terbuka, meskipun keasliannya masih diverifikasi.

    Jeju Air telah mengubah tampilan situs webnya menjadi latar belakang hitam sebagai tanda duka.

    Dalam pernyataan resminya, maskapai tersebut mengkonfirmasi bahwa pesawat membawa 175 penumpang dan enam awak, termasuk dua warga negara Thailand.

    “Kami telah mengaktifkan protokol darurat perusahaan dan membentuk tim khusus untuk mendukung keluarga korban. Kami sangat menyesal atas kecelakaan ini,” tulis Jeju Air.

    Boeing selaku produsen pesawat juga menyatakan simpati mendalam kepada keluarga korban.

    “Kami siap mendukung Jeju Air dan otoritas terkait dalam penyelidikan ini,” ujar juru bicara Boeing.

    Sebagai informasi, rute penerbangan Muan-Bangkok baru saja diluncurkan tiga minggu yang lalu tepatnya 8 Desember 2024.

    Rute penerbangan ini merupakan bagian dari upaya menghidupkan kembali layanan internasional Bandara Muan setelah 17 tahun.

    Di sisi lain, Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, menyampaikan belasungkawa melalui platform media sosial X.

    Ia juga meminta kementerian luar negeri Thailand untuk menyelidiki situasi dan memastikan keselamatan warganya. (*)

  • Pesawat Jeju Air yang Kecelakaan di Korsel Berusia 15 Tahun

    Pesawat Jeju Air yang Kecelakaan di Korsel Berusia 15 Tahun

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pesawat Boeing 737-8AS dari maskapai Jeju Air yang kecelakaan di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan berusia 15 tahun 4 bulan.

    Dikutip dari situs FlightRadar24, pesawat dengan nomor penerbangan 7C2216 itu teregistrasi dengan kode HL8088. Burung besi ini pertama kali mengudara pada 19 Agustus 2009.

    Kemudian pada September, pesawat pabrikan Amerika Serikat ini memulai penerbangan bersama Ryanair, maskapai asal Irlandia.

    Selanjutnya pada 3 Februari 2017, Boeing 737-8AS itu berpindah tangan ke Jeju Air, maskapai bertiket murah asal Korea Selatan. Pesawat ini efektif melayani penerbangan komersil pada 10 Februari 2017.

    Pesawat Jeju Air mengalami kecelakaan saat mendarat  di Bandara Internasional Muan yang berlokasi di Provinsi Jeolla Selatan pada sekitar pukul 09.00 waktu setempat.

    Penjabat Presiden Korea Selatan Choi Sang-mok juga telah memerintahkan upaya maksimal untuk operasi penyelamatan penumpang pesawat.

    Jumlah korban tewas dalam kecelakaan pesawat Jeju Air di Bandara Muan kini menjadi 85 orang. Angka itu dikonfirmasi Badan Pemadam Kebakaran Korea Selatan dalam laporan terbaru.

    (can/wis)

    [Gambas:Video CNN]

  • Kronologi Kecelakaan Pesawat Jeju Air yang Tewaskan 47 Orang – Page 3

    Kronologi Kecelakaan Pesawat Jeju Air yang Tewaskan 47 Orang – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Pesawat Jeju Air jenis Boeing 737-800 mengalami kecelakaan tragis di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada Minggu pagi (29/12). Insiden Jeju Air ini terjadi sekitar pukul 09.07 waktu setempat dan diduga disebabkan oleh kegagalan saat proses pendaratan.

    Jumlah Korban dan Kondisi Pesawat

    Dikutip dari media lokal Yonhap, Minggu (29/12/2024), berdasarkan laporan sementara, jumlah korban tewas telah mencapai 47 orang. Namun, Markas Besar Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi Jeolla Selatan memperkirakan angka tersebut masih bisa bertambah.

    Pesawat yang membawa 175 penumpang dan enam awak kabin itu dilaporkan mengalami kerusakan parah, dengan sebagian besar badan pesawat terbakar.

    Kronologi Insiden

    Pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 baru saja menyelesaikan penerbangan dari Bangkok, Thailand, menuju Bandara Internasional Muan, dengan waktu tempuh sekitar 4 jam 30 menit.

    Saat mendarat, pesawat mengalami kegagalan pada roda pendaratan depan, yang mengakibatkan pendaratan keras.

    Pesawat kemudian tergelincir hingga ke ujung landasan pacu dan menabrak dinding pembatas. Laporan awal menyebutkan bahwa tabrakan dengan burung saat mendekati landasan pacu menjadi penyebab utama kerusakan roda pendaratan.

    Bandara Muan Tutup Sementara

    Sebagai respons atas insiden ini, operasional Bandara Internasional Muan dihentikan sementara. Pihak berwenang sedang melakukan penyelidikan mendalam untuk menentukan penyebab pasti kecelakaan.

     

  • Kronologi Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Korsel yang Tewaskan 47 Orang

    Kronologi Kecelakaan Pesawat Jeju Air di Korsel yang Tewaskan 47 Orang

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pesawat Jeju Air jenis Boeing 737-800 mengalami kecelakaan di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, Minggu pagi (29/12). Pemicu kecelakaan diduga karena pesawat gagal saat pendaratan.

    Sementara ini, korban tewas dilaporkan mencapai 47 orang. Markas Besar Dinas Pemadam Kebakaran Provinsi Jeolla Selatan memperkirakan jumlah korban jiwa akan lebih banyak.

    Kecelakaan terjadi sekitar pukul 9.07 pagi waktu setempat, setelah pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 kembali dari Bangkok, Thailand.

    Pesawat yang membawa 175 penumpang dan enam pramugari itu dilaporkan gagal mendarat. Laporan awal menunjukkan Boeing 737-800 mendarat dengan roda pendaratan depan terangkat, berarti terjadi pendaratan yang sangat buruk.

    Kemudian pesawat jet Boeing itu tergelincir mencapai ujung landasan tanpa bisa ke mana-mana selain menabrak dinding yang berada di landasan pacu.

    Laporan terkini menyebutkan kecelakaan disebabkan karena pesawat menabrak burung sehingga memicu kerusakan roda pendaratan.

    Berdasarkan data penerbangan radarbox, pesawat Jeju Air melakukan penerbangan dari Bangkok ke Bandara Internasional Muan sekitar 4 jam 30 menit.

    Media lokal Yonhap melaporkan rincian spesifik mengenai korban tewas dan korban selamat masih belum tersedia hingga saat ini karena pesawat hampir hancur akibat kebakaran.

    Jeju Air merupakan maskapai penerbangan murah Korea Selatan yang mengoperasikan beberapa penerbangan antara Korea Selatan dan Asia Tenggara menggunakan armada Boeing 737-800.

    Atas insiden tersebut, Bandara Internasional Muan yang berlokasi di Provinsi Jeolla Selatan telah menghentikan operasinya, sementara pihak berwenang menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut.

    (can/pta)

  • Sejarah Tragedi Jatuhnya Pesawat Malaysia Airlines MH17

    Sejarah Tragedi Jatuhnya Pesawat Malaysia Airlines MH17

    JAKARTA – Upaya terbang di atas wilayah konflik adalah keputusan berbahaya. Maskapai andalan Negeri Jiran, Malaysia Airlines pernah merasakannya. Mereka tak terpikirkan terbang di atas wilayah Ukraina timur membawa masalah besar.

    Pihak maskapai merasa aman saja karena banyak maskapai lainnya melakukan hal yang sama. Semuanya menyesali keputusan terbang di atas Ukraina timur kala pesawat Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh. Tiada yang selamat – penumpang hingga awak pesawat.

    Konflik Rusia dan negara pecahan Uni Soviet bak tak pernah habis. Bayangan konfliknya bak satu tumbuh seribu. Ambil contoh konflik antara Rusia dan Ukraina. Kedua negara mulanya adem ayem saja. Apalagi, Presiden Ukraina Viktor F. Yanukovych dikenal pro Moskow.

    Masalah muncul kala rakyat Ukraina tak menghendaki negara yang dicintainya terlalu dekat dengan Rusia. Mereka lebih milih pro ke barat. Deru protes muncul dari mana-mana. Puncaknya, Yanukovych pun dilengserkan dari jabatan pada Juni 2014.

    Potret pesawat MH17 milik Malaysia Airlines yang hancur lebur karena ditembak jatuh kelompok separatis pro Rusia. (ANTARA)

    Narasi itu membuat Ukraina menentukan arah baru. Pemerintahan baru yang dipimpin oleh Petro Poroshenko merasa penting politik internasional Ukraina lebih condong ke Negeri Barat ketimbang Rusia.

    Masalah muncul. Rusia tak ingin Ukraina lepas begitu saja dengan segera menandatanngani perjanjian dagang dan keanggotaan bersama Uni Eropa. Kondisi itu membuat Rusia berang. Rusia mendukung penuh kelompok separatis mencaplok dua wilayah Ukraina timur: Donbas.

    Ketegangan antar Rusia dan Ukraina bertumbuh. Konflik panas terjadi. Dunia penerbangan terkena imbasnya. Wilayah udara konflik Rusia-Ukraina bak terlarang dilewati. Namun, banyak maskapai yang masih melewatinya dan aman-aman saja.

    Petaka muncul kala pesawat Malaysia Airlines nomor penerbangan MH17 rute Amsterdam-Kuala Lumpur ingin lepas landas dari Bandara Schiphol, Amsterdam, Belanda pada 17 Juli 2014. Pesawat Boeing 777-200 itu mengangkut 298 orang – 283 penumpang dan 15 kru.

    Pesawat MH17 lepas landas pada 10:31. Rencananya akan sampai Kuala Lumpur pada pukul 22:10. Nahas, pesawat itu melewati rute konflik Ukraina timur. Hasilnya, pesawat itu ditembak jatuh oleh milisi dengan rudal buatan Rusia pada pukul 13:20.

    “Pesawat MH17 ditembak jatuh di atas Ukraina timur di wilayah yang dikuasai oleh pasukan separatis pro Rusia, menewaskan 298 orang tak berdosa, termasuk 80 anak-anak. Tim investigasi gabungan pada tahun 2018 menemukan bahwa pesawat itu ditembak jatuh oleh rudal buatan Rusia yang ditembakkan dari wilayah itu.”

    “Peluncur rudal yang digunakan untuk menembak jatuh MH17 berasal dari Brigade Antipesawat ke-53 Federasi Rusia, yang ditempatkan di Kursk, Rusia. Pikiran kami tetap bersama mereka yang tewas, dan kami bergabung dengan teman, keluarga, dan orang-orang terkasih mereka untuk menghormati kenangan mereka,” ujar Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Antony J. Blinken dalam siaran persnya terkait 10 Tahun tragedi MH17 dikutip laman US Departement of State, 17 Juli 2024.

    Dunia Berduka

    Nasib buruk memang tiada yang tahu. Begitu pula 298 orang yang jadi korban Tragedi MH17. Penerbangan meraka awalnya lancar-lancar saja. Namun, penerbangan MH17 hilang kontak di atas langit Donetsk, Ukraina timur.

    Keluarga korban yang senantiasa menanti kedatangan korban dari beragam wilayah – Belanda, Malaysia, Singapura, Indonesia, Inggris dan lainnya—berharap bisa berjumpa di Kuala Lumpur. Namun, hilangnya sinyal membawa kepanikan.

    Belakangan diketahui bahwa pesawat itu diketahui ditembak di udara dan jatuh. Bencana itu membuat pesawat hancur lebur. Kondisi itu membawa kedukaan yang amat dalam bagi keluarga korban. Dunia pun ramai-ramai mengucapkan rasa belasungkawanya.

    Pihak separatis yang didukung Rusia pun tak membantah mereka menembak pesawat milik musuh: Ukraina. Namun, pesawat yang tertembak justru bak salah sasaran karena menyasar pesawat komersil. Kondisi itu membuat pihak maskapai dan keluarga korban mencari dan mengecam mereka yang bertanggung jawab.

    Kasus itu kemudian diangkat di Pengadilan Negeri Belanda. Prosesnya panjang. Apalagi, mereka yang diidentifikasi sebagai tersangka statusnya in absentia (tak hadir). Pengadilan Belanda pun jalan terus hingga akhirnya memutuskan bahwa tiga orang dari kelompok separatis pro Rusia bersalah dan dihukum seumur hidup pada November 2022.

    Reruntuhan Malaysia Airlines MH17 yang ditembak jatuh di Ukraina timur pada 17 Juli 2014 setelah direkonstruksi dan dipajang di pangkalan militer Gilze-Rijen, Belanda. (AP/Peter Dejong)

    Mereka adalah warga negara Rusia Igor Girkin dan Sergey Dubinskiy serta warga negara Ukraina, Leonid Kharchenko. Ketiganya pejuang kemerdekaan Republik Rakyat Donetsk itu dalam kondisi buron. Putusan itu tak memuaskan keluarga korban.

    “Pengadilan menjatuhkan hukuman penjara seumur hidup kepada warga negara Rusia Igor Girkin dan Sergey Dubinskiy serta warga negara Ukraina, Leonid Kharchenko, setelah menyatakan mereka bersalah menjatuhkan pesawat dan membunuh semua orang di dalamnya.”

    “Mereka diperintahkan untuk membayar lebih dari 16 juta euro sebagai kompensasi kepada para korban. Ketiga pria itu masih buron dan masih belum jelas apakah mereka akan menjalani hukuman mereka. Warga negara Rusia ketiga, Oleg Pulatov, dibebaskan dari tuduhan karena kurangnya bukti tentang perannya dalam penembakan rudal tersebut,” ujar Jennifer Rankin dalam tulisannya di laman The Guardian berjudul Three Men Found Guilty of Murdering 298 People in Shooting Down of MH17 (2022).