Perusahaan: Boeing

  • Pesawat Jeju Air Jatuh saat Mendarat, Mungkinkah Gegara Tabrak Burung?

    Pesawat Jeju Air Jatuh saat Mendarat, Mungkinkah Gegara Tabrak Burung?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sejumlah pakar menyampaikan penilaian mereka soal kecelakaan tragis yang menimpa Jeju Air di Bandara Internasional Muan Korea Selatan pada Minggu (29/12).

    Kecelakaan pesawat penerbangan dari Thailand itu menyebabkan 179 dari 181 penumpang dan awak pesawat tewas. Hanya dua yang dilaporkan selamat yakni dua awak kabin dan kini masih dirawat di rumah sakit.

    Sejauh ini, publik masih terus bertanya penyebab pesawat Boeing 737-800 itu jatuh tergelincir tanpa roda saat mendarat hingga meledak usai menabrak tembok pembatas landasan pacu.

    Sampai saat ini, sejumlah analis penerbangan hingga pihak berwenang masih menduga Jeju Air jatuh karena tabrakan dengan burung atau bird strike hingga menyebabkan mesin gagal berfungsi.

    Namun, apakah bird strike menjadi satu-satunya penyebab pesawat bisa jatuh secara fatal? Adakah faktor lainnya?

    Pakar lain yang juga merupakan Direktur Pusat Pendidikan Penerbangan Universitas Hanseo, Kim Kyu Wang, mengidentifikasi tabrakan burung sebagai penyebab paling mungkin dari kegagalan fungsi roda pendaratan.

    Kim menilai tabrakan burung kemungkinan mempengaruhi kinerja mesin dan sistem hidrolik.

    “Jika burung terbang ke mesin, mesin bisa rusak dan mempengaruhi sistem hidrolik yang terhubung,” ujar dia, dikutip kantor berita Yonhap, Senin (30/12).

    Sistem hidrolik berfungsi menaikkan dan menurunkan roda pendaratan selama lepas landas dan mendarat.

    “Bagian itu mungkin telah rusak,” ungkap Kim.

    Namun, beberapa pihak tak sepakat tabrakan burung itu menggagalkan operasi mesin hingga menyebabkan hasil yang mengerikan.

    Mereka mencatat meski satu mesin rusak akibat tabrakan burung, mesin kedua bisa menggerakkan roda pendaratan, yang menunjukkan kemungkinan ada masalah sistemik tambahan.

    Profesor penerbangan dari Universitas INHA, Choi Kee Young, meyakini roda pendaratan yang tak bisa dioperasikan merupakan penyebab langsung kecelakaan.

    “Jika Anda melihat videonya, roda pendaratan tak memanjang dan pesawat jatuh dengan kehilangan kecepatan,” kata dia.

    Pesawat, lanjut dia, punya beberapa rem. Jika roda pendaratan tak berfungsi, mesin penggerak terbalik mengangkat sayap, yang berfungsi sebagai rem udara.

    “Namun, rem tersebut tampaknya tak berfungsi dalam kasus ini,” ungkap Choi.

    Lebih lanjut,Choi mengatakan saat mendarat dengan posisi perut, pesawat harus memperlambat laju dengan menciptakan lebih banyak hambatan pada sayap.

    “Tetapi hal ini tak terlihat dalam video. Dugaan saya, kedua mesinnya rusak,” imbuh dia.

    Choi lalu mengatakan jika kedua mesin rusak, seluruh pesawat akan jatuh dan perintah pilot tak tersampaikan.

    Pakar lain menganjurkan penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahui penyebab kecelakaan pesawat termasuk potensi cacat bawaan.

    “Sulit menyimpulkan tabrakan dengan burung menjadi penyebabnya. Kita juga perlu memeriksa apakah pesawat itu memiliki cacat bawaan,” kata Direktur Pusat Pendidikan Penerbangan Universitas Dirgantara Korea, Kim In Gyu.

    (isa/rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • 6 Pemilik Maskapai Penerbangan di Indonesia, Siapa Saja?

    6 Pemilik Maskapai Penerbangan di Indonesia, Siapa Saja?

    Pesawat adalah sarana transportasi udara yang sering digunakan untuk mobilisasi, baik dalam lingkup lokal maupun internasional. Di Indonesia, industri penerbangan dikuasai oleh enam grup maskapai.

    Grup maskapai di Indonesia terdiri dari Lion Air Group, BUMN, hingga yang terbaru BBN Airlines dari Irlandia. Enam maskapai ini dimiliki oleh sejumlah konglomerat dengan kekayaan miliaran hingga triliunan rupiah. Selain itu, pemerintah Indonesia juga memiliki beberapa pesawat, termasuk Garuda Indonesia dan Citilink.

    1. Lion Air Group

    Lion Air Group adalah salah satu maskapai penerbangan terbesar di Indonesia yang didirikan oleh dua bersaudara, yaitu Rusdi Kirana dan Kusnan Kirana pada 1999. Mereka menciptakan Lion Air Group sebagai maskapai penerbangan dengan tarif murah.

    Saat ini, Lion Air Group mengelola beberapa maskapai seperti Lion Air, Batik Air, Wings Air, Super Air Jet, Malindo Air, dan Thai Lion Air. Maskapai ini melayani berbagai penerbangan domestik dan internasional, misalnya Kuala Lumpur, Penang, Singapura, dan Seoul.

    Selain itu, Lion Air Group juga memiliki bisnis pengiriman barang bernama Lion Parcel yang didirikan pada Februari 2013. Bahkan, Lion Air Group juga mengelola bisnis Lion Hotel & Plaza di Manado.

    Berkat berbagai usaha ini, Rusdi dan Kusnan Kirana pernah tercatat sebagai salah satu daftar orang terkaya di Indonesia pada 2019 dengan total kekayaan mencapai 835 juta dolar AS atau sekitar Rp12,6 triliun.

    2. Avia Solutions Group

    BlueBird Nordic atau BBN Airlines adalah maskapai penerbangan baru di Indonesia yang mulai beroperasi pada 27 September 2024. BBN Airlines merupakan anak perusahaan dari Avia Solutions Group yang berbasis di Dublin, Irlandia.

    Avia Solutions Group didirikan oleh Gediminas Ziemelis dan dipimpin oleh Jonas Janukenas sebagai CEO. Perusahaan ini menyediakan layanan pesawat, kru, pemeliharaan, dan asuransi penerbangan, dengan total 199 armada di seluruh dunia.

    Selain itu, Avia Solutions Group juga menawarkan layanan perawatan dan perbaikan pesawat serta pelatihan untuk pilot dan awak pesawat.

    Pendiri Avia Solutions, Gediminas Ziemelis adalah seorang konglomerat yang telah berpengalaman puluhan tahun di dunia bisnis. Ia telah mendirikan lebih dari seratus startup, memimpin beberapa perusahaan, dan memiliki saham mayoritas di sebuah klub basket.

    Pada Desember 2022, Ziemelis tercatat sebagai orang terkaya di Lithuania dengan kekayaan mencapai 1,68 miliar euro atau sekitar Rp28 triliun.

    3. BUMN

    Pemerintah Indonesia melalui Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memiliki maskapai penerbangan, yaitu Garuda Indonesia dan anak perusahaannya, Citilink yang didirikan pada 2009.

    Saat ini, Garuda Indonesia Group mengoperasikan 169 pesawat yang melayani 76 rute domestik dan internasional. Selain itu, Garuda Indonesia juga terhubung dengan 19 maskapai lain dalam aliansi SkyTeam yang memungkinkan mereka melayani penumpang ke 177 negara.

    4. Sriwijaya Air Group

    Sriwijaya Air Group adalah maskapai penerbangan yang didirikan di Indonesia oleh beberapa pengusaha, yaitu Chandra Lie, Hendry Lie, Johannes Bunjamin, dan Andy Halim pada 10 November 2003.

    Saat ini, CEO PT Sriwijaya Air adalah Ardhana Sitompul. Ia dibantu oleh beberapa direktur, termasuk Cecep Cahyana, Didi Iswandy, dan Dwi Iswantoro.

    Pada awalnya, Sriwijaya Air hanya melayani penerbangan dengan pesawat Boeing 737-200 pada rute dari Jakarta ke Pangkal Pinang, Palembang, Jambi, dan Pontianak. Saat ini, Sriwijaya Air Group telah memiliki 48 pesawat Boeing dan melayani total 53 rute penerbangan.

    5. PT ASI Pudjiastuti Aviation

    Susi Air adalah maskapai penerbangan di Indonesia yang dimiliki oleh mantan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. Maskapai ini beroperasi di bawah PT ASI Pudjiastuti Aviation yang didirikan pada 2004.

    Pesawat Susi Air pertama kali terbang pada Desember 2004, melayani penerbangan charter untuk program bantuan di wilayah Medan. Pada 2006, Susi Air mulai menawarkan penerbangan komersial yang juga berpusat di Medan.

    Saat ini, Susi Air mengoperasikan 49 armada pesawat ke berbagai daerah di Indonesia. Mulai dari Medan, Banda Aceh, Padang, Jakarta, Palangkaraya, Samarinda, Kupang, Manokwari, Biak, Timika, Jayapura, Wamena, hingga Merauke.

    6. TransNusa

    TransNusa (PT TransNusa Aviation Mandiri) adalah maskapai penerbangan di Indonesia yang saat ini sahamnya dimiliki oleh China Aircraft Leasing Group Holdings Limited.

    Awalnya, TransNusa merupakan maskapai lokal yang didirikan pada 2005. Pada 2020, TransNusa sempat menghentikan operasinya akibat pandemi COVID-19. Kemudian, maskapai ini dijual dan mendapatkan suntikan dana dari pemegang saham serta manajemen baru pada 2022.

    Sejak saat itu, TransNusa melakukan rebranding menjadi Maskapai Layanan Premium (Premium Service Carrier) dan makin memperluas rute penerbangannya, termasuk rute internasional seperti Jakarta-Kuala Lumpur dan Jakarta-Guangzhou.

    Demikian daftar pemilik maskapai penerbangan di Indonesia yang sebagian besar berasal dari perusahaan swasta dan salah satunya milik pemerintah.

  • Sejumlah Program Televisi Korea Batal Tayang setelah Kecelakaan Jeju Air

    Sejumlah Program Televisi Korea Batal Tayang setelah Kecelakaan Jeju Air

    Jakarta, Beritasatu.com – Sejumlah acara di Korea Selatan batal ditayangkan setelah terjadinya kecelakaan pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan yang menyebabkan korban jiwa.

    Kecelakaan pesawat yang memilukan tersebut meninggalkan kesedihan yang mendalam. Pada Minggu (29/12/2024), pihak penyiar mengumumkan bahwa siaran acara penghargaan MBC Entertainment Awards 2024 dan beberapa acara lainnya harus dibatalkan.

    Acara MBC Entertainment Awards 2024 yang mulanya dijadwalkan menampilkan momen karpet merah, terpaksa dibatalkan setelah kecelakaan tersebut. Tak hanya itu, program lainnya, seperti The King of Mask Singer juga tidak akan tayang pada hari yang sama. 

    Dilansir dari Soompi Senin (30/12/2024) MBC mengumumkan bahwa episode terbaru acara tersebut yang semula dijadwalkan tayang pukul 18.00 sore waktu setempat akan digantikan dengan siaran khusus mengenai kecelakaan pesawat Jeju Air.

    Lebih lanjut, sejumlah acara lain turut mengumumkan pembatalan siarannya, termasuk Boss in the Mirror, 2 Days & 1 Night, The Ddanddara, dan Gag Concert. Program JTBC Newsroom, yang seharusnya menampilkan aktor Hyun Bin serta Chef & My Fridge dengan bintang tamu Song Joong-ki, juga terpaksa dibatalkan. SBS pun mengonfirmasi bahwa Running Man pun tidak akan ditayangkan.

    Diketahui, kecelakaan pesawat Jeju Air terjadi pada pagi Minggu (29/12/2024) sekitar pukul 09.07 waktu setempat, setelah pesawat Jeju Air tipe Boeing 737-800 yang baru kembali dari Bangkok, Thailand, gagal mendarat di Bandara Internasional Muan. 

    Pesawat tersebut menabrak pagar dan rusak parah hingga menyebabkan kebakaran. Laporan menyebutkan bahwa kecelakaan disebabkan oleh tabrakan dengan burung yang merusak roda pendaratan pesawat.

    Dari 181 orang yang berada di pesawat Jeju Wir, yang terdiri dari 175 penumpang dan enam awak kabin, hanya dua orang yang selamat, keduanya merupakan pramugari. Semua penumpang dan awak kabin lainnya dipastikan meninggal dunia.

  • Pengakuan Korban Selamat Kecelakaan Pesawat Jeju Air: Ketika Saya Bangun, Saya Sudah Diselamatkan – Halaman all

    Pengakuan Korban Selamat Kecelakaan Pesawat Jeju Air: Ketika Saya Bangun, Saya Sudah Diselamatkan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kecelakaan pesawat Jeju Air 7C2216 terjadi saat mendarat di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, Minggu (29/12/2024) pukul 09.03 waktu setempat.

    Pesawat Jeju Air terbakar setelah tergelincir dari landasan pacu dan menghantam pagar beton ketika roda pendaratan depannya tampaknya tidak dapat digunakan.

    Kementerian Perhubungan Korea Selatan mengatakan, pesawat itu adalah jet Boeing 737-800 berusia 15 tahun yang sedang dalam perjalanan kembali dari Bangkok, Thailand.

    Semua penumpang, kecuali dua dari 181 orang di dalam pesawat tewas, kata badan pemadam kebakaran Korea Selatan.

    Dilansir euronews, empat dari korban tewas adalah awak pesawat, sisanya penumpang.

    Petugas darurat menyelamatkan dua orang, keduanya anggota kru, ke tempat yang aman.

    Petugas kesehatan mengatakan mereka dalam keadaan sadar dan tidak dalam kondisi yang mengancam jiwa.

    Satu dari dua orang yang selamat, Lee (33), mengatakan kepada dokter bahwa dia “sudah diselamatkan” ketika dia terbangun di rumah sakit, demikian laporan Kantor Berita Yonhap.

    Lee bekerja sebagai pramugari di pesawat Jeju Air yang jatuh pada Minggu pagi.

    Layanan darurat awalnya membawa Lee ke rumah sakit di kota terdekat Mokpo, selatan Seoul.

    Namun, Lee kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Wanita Ewha Seoul di ibu kota.

    “Ketika saya bangun, saya sudah diselamatkan,” katanya kepada dokter di rumah sakit, menurut direkturnya Ju Woong, Minggu, seperti diberitakan The Guardian.

    Lee saat ini sedang dalam perawatan intensif setelah dokter mendiagnosisnya dengan beberapa patah tulang dan risiko kelumpuhan.

    “Dia sudah bisa berkomunikasi sepenuhnya,” kata Ju.

    “Belum ada tanda-tanda kehilangan ingatan atau semacamnya,” jelasnya.

    Korea Selatan Umumkan Masa Berkabung Nasional

    Penjabat presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, telah mengumumkan masa berkabung nasional hingga 4 Januari 2025 atas kecelakaan pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan.

    “Kami menyampaikan belasungkawa dan simpati yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan dari mereka yang kehilangan nyawa dalam tragedi yang tak terduga ini,” katanya, Minggu, dikutip dari The Guardian.

    Bendera di kantor-kantor pemerintah akan diturunkan dan pegawai negeri sipil akan mengenakan pita hitam.

    Peristiwa ini merupakan ujian besar pertama bagi Choi, yang mulai menjabat pada hari Jumat setelah parlemen Korea Selatan memilih untuk memakzulkan penjabat presiden sebelumnya, Han Duck-soo.

    Kronologi Kecelakaan Pesawat Jeju Air

    Para pejabat mengatakan, pilot mengirimkan sinyal marabahaya sesaat sebelum pesawat melewati ujung landasan pacu.

    Rekaman yang ditayangkan oleh saluran televisi Korea Selatan menunjukkan pesawat tergelincir — dan tampaknya tanpa roda pendaratan yang terpasang.

    Tentara Korea Selatan mencari penumpang yang hilang di dekat puing-puing pesawat seri Boeing 737-800 Jeju Air setelah pesawat itu jatuh dan terbakar di Bandara Internasional Muan di Provinsi Jeolla Selatan, sekitar 288 kilometer barat daya Seoul pada 29 Desember 2024. (AFP/JUNG YEON-JE)

    Pesawat itu melewati landasan pacu dan menabrak pembatas, memicu ledakan api.

    Rekaman menunjukkan gumpalan asap tebal mengepul dari pesawat, yang dilalap api.

    Diberitakan AP News, Jet Boeing 737-800 berusia 15 tahun itu tiba dari Bangkok ketika kecelakaan terjadi pada pukul 09.03 pagi hari Minggu di Kota Muan.

    Pekerja telah mengambil data penerbangan dan perekam suara kokpit dari kotak hitam pesawat, yang akan diperiksa oleh ahli pemerintah yang menyelidiki penyebab kecelakaan dan kebakaran, kata pejabat senior Kementerian Perhubungan Joo Jong-wan.

    Pesawat yang dioperasikan oleh Jeju Air tersebut membawa 181 penumpang dan awak.

    Dari jumlah tersebut, total 179 orang tewas dalam kecelakaan dan kebakaran yang terjadi; hanya dua awak yang selamat.

    Kim E-bae, presiden Jeju Air, membungkuk dalam-dalam bersama pejabat senior perusahaan lainnya saat ia meminta maaf kepada keluarga yang ditinggalkan.

    Ia mengatakan merasa “bertanggung jawab penuh” atas insiden tersebut.

    Boeing juga menyampaikan belasungkawa dan mengatakan dalam sebuah pernyataan di X bahwa pihaknya siap mendukung perusahaan dalam menangani kecelakaan tersebut.

    Pemerintah Korea Selatan kemudian menyatakan Muan sebagai zona bencana khusus.

    Butuh waktu berbulan-bulan untuk menentukan penyebabnya.

    Namun, ada beberapa kemungkinan petunjuk.

    Lee Jeong-hyeon, kepala stasiun pemadam kebakaran Muan, mengatakan para pekerja tengah menyelidiki berbagai kemungkinan penyebab kecelakaan, termasuk apakah pesawat itu ditabrak burung.

    Pejabat Kementerian Perhubungan mengatakan menara pengawas bandara mengeluarkan peringatan tabrakan burung kepada pesawat sesaat sebelum pesawat itu hendak mendarat dan memberikan izin kepada pilotnya untuk mendarat di area yang berbeda.

    Pesawat itu hancur dengan bagian ekornya menjadi satu-satunya bagian yang dapat dikenali di antara reruntuhan, kata kepala pemadam kebakaran dalam jumpa pers yang disiarkan televisi.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Pesawat Jeju Air Jatuh di Korsel

  • Boeing Respons Kecelakaan 737-800 Jeju Air Korsel Tewaskan 179 Orang

    Boeing Respons Kecelakaan 737-800 Jeju Air Korsel Tewaskan 179 Orang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Raksasa pembuat pesawat Amerika Serikat (AS), Boeing, akhirnya memberi respons soal kecelakaan maskapai penerbangan Jeju Air di Bandara Internasional Muan di barat daya Korea Selatan (Korsel). Peristiwa yang melibatkan jet produksinya Boeing 737-800 itu terjadi Minggu pagi dan menewaskan 179 dari total 181 orang di dalam pesawat.

    Dalam sebuah pernyataan yang dimuat laman Newsweek, Boeing mengatakan pihaknya telah menghubungi Jeju Air. Boeing, tambahnya, siap mendukung maskapai tersebut.

    “Kami menyampaikan belasungkawa yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang kehilangan orang yang dicintai, dan pikiran kami tetap bersama para penumpang dan awak,” bunyi pernyataan itu, dikutip Senin (30/12/2024).

    Perlu diketahui, pesawat Boeing telah terlibat dalam serangkaian insiden kontrol kualitas yang menjadi berita utama di seluruh dunia. Salah satunya ledakan sumbat pintu di udara pada penerbangan Alaska Airlines pada Januari 2024.

    Lebih dari 100 pelapor telah membuat tuduhan tentang praktik keselamatan produsen pesawat yang berbasis di Virginia tersebut. Hal itu mengakibatkan penyelidikan dan tindakan hukum yang sedang berlangsung.

    Dalam pengarahan yang disiarkan televisi, CEO Jeju Air Kim E-bae mengatakan penyebab kecelakaan itu masih belum diketahui dan tidak ada tanda-tanda awal kerusakan. Ia mengatakan maskapai akan bekerja sama dengan penyelidik.

    Di Korsel sendiri pesawat tersebut berakhir tragis setelah diperingatkan akan tabrakan burung beberapa saat sebelum kecelakaan. Ini mengiyaratkan kemungkinan penyebabnya.

    Komite Investigasi Kecelakaan Udara dan Kereta Api sendiri telah menemukan perekam data penerbangan dari kotak hitam pesawat. Namun masih mencari perekam suara kokpit.

    (sef/sef)

  • Sosok 2 Pramugari Jeju Air yang Selamat dari Kecelakaan, 179 Tewas dari 181 Penumpang – Halaman all

    Sosok 2 Pramugari Jeju Air yang Selamat dari Kecelakaan, 179 Tewas dari 181 Penumpang – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, SEOUL – Sebuah pesawat komersial milik maskapai Jeju Air mengalami kecelakaan fatal di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada Minggu (29/12/2024).

    Penyebab kecelakaan masih diinvestigasi.

    Akibat kecelakaan pesawat Jeju Air tersebut, sebanyak 179 penumpangnya dinyatakan meninggal dunia.

    Dikutip dari Yonhapnews, Senin (30/12/2024), pesawat itu mengangkut 181 penumpang.

    Sehingga hanya 2 penumpangnya yang selamat.

    Korban tewas termuda adalah seorang anak laki-laki berusia tiga tahun.

    Lima dari 179 penumpang yang tewas berusia di bawah 10 tahun.

    Dua diantara penumpang yang meninggal adalah warga Thailand.

    Sosok 2 Penumpang yang Selamat

    Salah satu dari dua orang yang selamat dari kecelakaan pesawat Jeju Air mengatakan kepada dokter bahwa dia telah diselamatkan saat bangun.

    Korban selamat berusia 33 tahun yang bermarga Lee adalah seorang pramugari di pesawat Jeju Air.

    Ia awalnya dibawa ke rumah sakit di kota terdekat Mokpo, 311 kilometer selatan Seoul Ibu Kota Korea Selatan.

    Tetapi kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Wanita Ewha Seoul di ibu kota.

    “Ketika saya bangun, saya sudah diselamatkan,” katanya kepada para dokter di rumah sakit, menurut direkturnya Ju Woong, yang berbicara dalam jumpa pers.

    Ju tidak menanyakan rincian kecelakaan tersebut karena dia yakin itu tidak akan membantu pemulihan pasien.

    “Dia sudah bisa berkomunikasi sepenuhnya,” kata Ju dikutip dari Yonhap News. 

    “Belum ada tanda-tanda kehilangan ingatan atau semacamnya,” dia menambahkan.

    Korban selamat saat ini dirawat di unit perawatan intensif setelah didiagnosis menderita beberapa patah tulang.

    Ju mengatakan dia berada dalam perawatan khusus karena kemungkinan efek sampingnya, termasuk kelumpuhan total.

    Sementara itu, korban selamat lainnya juga  seorang pramugari berusia 25 tahun bermarga Koo.

    Dia kini dirawat di Asan Medical Center di Seoul timur.

    Kondisinya dilaporkan stabil meski ia mengalami cedera pada pergelangan kaki dan kepala.

    Staf medis menolak menjawab pertanyaan wartawan tentang kondisinya.

    Dua dugaan penyebab pesawat jatuh, bukan karena burung

    Dikutip dari The Korea Times, pesawat Jeju Air jenis Boeing 737-800 terbang dari Bangkok, Thailand pada Minggu pukul 01.30 dini hari waktu setempat.

    Pesawat dijadwalkan mendarat di Bandara Internasional Muan di Muan, Provinsi Jeolla Selatan, Korea Selatan, Minggu (29/12/2024) pukul 08.30 waktu setempat.

    Namun sebelum kecelakaan terjadi, pesawat sempat berusaha untuk mendarat, tetapi tidak berhasil.

    Pesawat kemudian berputar-putar di sekitar bandara dan mencoba mendarat kembali dengan badan pesawat keluar dari landasan pacu.

    Berbagai penafsiran telah muncul terkait penyebab jatuhnya pesawat.

    Meski penyelidikan awal menunjukkan kegagalan rangka pesawat menyusul “tabrakan burung” sebagai penyebab utama.

    Penyebab pastinya masih belum diumumkan  tetapi beberapa analis sudah mengajukan berbagai kemungkinan penyebab.

    Termasuk gangguan teknis dengan menyatakan bahwa mesin dan rem di kedua sisi pesawat pasti gagal berfungsi sehingga terjadi kecelakaan seperti itu.

    Namun  tabrakan burung saja tidak mungkin menyebabkan kegagalan serentak di semua komponen penting.

    Para ahli penerbangan sebagian besar sepakat bahwa roda pendaratan yang tidak dapat dioperasikan merupakan penyebab langsung kecelakaan.

    “Jika Anda melihat videonya, roda pendaratan tidak memanjang, dan pesawat jatuh dengan kehilangan kecepatan yang sangat sedikit,” kata profesor Choi Kee-young dari Universitas Inha.

    “Pesawat memiliki beberapa rem dan jika roda pendaratan tidak berfungsi, mesin penggerak terbalik mengangkat sayap, yang berfungsi sebagai rem udara. Namun, rem tersebut tampaknya tidak berfungsi dalam kasus ini.”

    Para ahli mengidentifikasi tabrakan burung sebagai penyebab paling mungkin dari kegagalan fungsi roda pendaratan, karena kemungkinan telah memengaruhi mesin dan sistem hidrolik.

    “Jika burung terbang ke mesin, itu dapat merusak mesin dan memengaruhi sistem hidrolik yang terhubung dengannya,” kata Kim Kyu-wang, direktur Pusat Pendidikan Penerbangan Universitas Hanseo.

    “Sistem hidrolik menaikkan dan menurunkan roda pendaratan selama lepas landas dan mendarat, dan bagian itu mungkin telah rusak.”

    Namun beberapa pihak berpendapat bahwa kegagalan satu mesin akibat tabrakan burung tidak mungkin mengakibatkan hasil yang mengerikan seperti itu.

    Mereka mencatat bahwa meskipun satu mesin rusak akibat tabrakan burung, mesin kedua dapat menggerakkan roda pendaratan, yang menunjukkan kemungkinan adanya masalah sistemik tambahan.

    “Saat mendarat dengan posisi perut, pesawat harus memperlambat lajunya dengan menciptakan lebih banyak hambatan pada sayap, tetapi hal ini tidak terlihat dalam video,” kata profesor Choi.

    “Dugaan saya, kedua mesinnya rusak,” katanya.

     “Jika kedua mesin rusak, seluruh pesawat akan jatuh dan perintah pilot tidak dapat disampaikan.”

    Para ahli meminta dilakukannya penyelidikan menyeluruh untuk menentukan apakah kecelakaan itu disebabkan oleh serangan burung, cacat badan pesawat, atau buruknya perawatan.

    “Kami perlu menganalisis penyebabnya tetapi sangat tidak biasa jika ketiga roda pendaratan gagal digunakan,” kata Kim In-gyu, direktur Pusat Pendidikan Penerbangan Universitas Dirgantara Korea.

    “Sulit untuk menyimpulkan bahwa tabrakan dengan burung saja yang menjadi penyebabnya. Kita juga perlu memeriksa apakah pesawat itu memiliki cacat bawaan.”

    Penjelasan Pejabat Korea

    Pejabat Korea Selatan sedang menyelidiki kecelakaan Pesawat Jeju Air 7C2216, termasuk dampak dari potensi tabrakan burung dan cuaca. 179 dari 181 orang di dalamnya tewas.

    Wakil Menteri Transportasi Joo Jong-wan mengatakan panjang landasan pacu 2.800 meter bukan merupakan faktor penyebabnya, dan dinding di ujung landasan dibangun sesuai standar industri.

    Jeju Air menolak berkomentar tentang penyebabnya selama konferensi pers, dengan mengatakan bahwa penyelidikan sedang dilakukan.

     

     

  • 179 Penumpang Tewas, Kecelakaan Jeju Air Tercatat Paling Mengerikan di Korea Selatan

    179 Penumpang Tewas, Kecelakaan Jeju Air Tercatat Paling Mengerikan di Korea Selatan

    JAKARTA – Salah satu pejabat badan pemadam kebakaran Korea Selatan (Korsel) menyampaikan bila meledaknya pesawat Jeju Air pada Minggu pagi, 29 Desember 2024 mengakibatkan 179 orang meninggal dunia. Saat peristiwa itu terjadi, Jeju Air sedang mengangkut 181 orang.

    Peristiwa itu adalah kecelakaan penerbangan paling mematikan yang pernah terjadi di Korsel dan merupakan kecelakaan ketiga dengan jumlah korban tewas terbanyak yang melibatkan maskapai Korsel.

    Pukul 9 malam waktu setempat, pihak berwenang mengonfirmasi 179 kematian akibat kecelakaan tersebut dan mengatakan dua awak pesawat berhasil diselamatkan.

    Kedua orang tersebut dibawa ke rumah sakit yang berbeda di Seoul, setelah mendapatkan perawatan di rumah sakit dekat bandara.

    “Setelah pesawat menabrak dinding, penumpang terlempar keluar dari pesawat. Peluang untuk selamat sangat rendah,” kata pejabat pemadam kebakaran, mengutip ANTARA, Minggu, 29 Desember.

    “Pesawat hampir sepenuhnya hancur dan sulit untuk mengidentifikasi korban yang tewas,” kata pejabat tersebut.

    Sebanyak 181 orang berada di dalam pesawat Boeing 737-800 yang lepas landas dari Bangkok, Thailand pada pukul 01.30 pagi. Pesawat tersebut dijadwalkan tiba di Muan sekitar pukul 08.30 pagi. Para penumpang semuanya warga Korea, kecuali dua warga negara Thailand.

    Dari mereka yang berada di dalam pesawat, 82 orang adalah pria dan 93 orang adalah wanita dengan rentang usia mulai dari tiga tahun hingga 78 tahun. Banyak dari mereka yang berusia 40-an, 50-an, dan 60-an.

    Sebuah ruang mayat sementara telah didirikan di dalam Bandara Muan untuk meletakkan jenazah korban.

    Pihak berwenang percaya bahwa kegagalan roda pendaratan, kemungkinan besar disebabkan oleh tabrakan dengan burung yang mungkin menjadi penyebab kecelakaan tersebut. Mereka telah memulai penyelidikan di lokasi untuk menentukan penyebab pasti.

    Mereka telah mengambil alat perekam data penerbangan dan perekam suara kokpit dari reruntuhan, meskipun mungkin memakan waktu berbulan-bulan untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan tersebut.

    Kementerian Pertahanan mengatakan dalam pengarahan bahwa menara pengawas bandara telah memperingatkan mengenai tabrakan dengan burung pada pukul 08.54 pagi. Pilot mengumumkan mayday atau keadaan darurat pada pukul 08.59 pagi dan mendaratkan pesawat pada pukul 09.03 pagi tanpa roda pendaratan yang dikeluarkan.

  • 5 Fakta Kecelakaan Jeju Air di Korsel, Ada Ratusan Korban Jiwa

    5 Fakta Kecelakaan Jeju Air di Korsel, Ada Ratusan Korban Jiwa

    Jakarta

    Pesawat Jeju Air mengalami kecelakaan di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan (Korsel). Sebanyak 179 orang meninggal akibat kecelakaan ini.

    Insiden kecelakaan pesawat Boeing 737-800 Jeju Air terjadi pada Minggu (29/12/2024) pagi waktu setempat. Penyebab kecelakaan diduga karena ada kontak dengan burung.

    Kecelakaan tersebut mengakibatkan badan pesawat mengalami kerusakan secara signifikan, yang mengakibatkan kebakaran. Petugas pemadam kebakaran (damkar) berhasil memadamkan api serta melakukan evakuasi.

    Pihak berwenang memadamkan api dalam 43 menit. Sekitar 80 petugas damkar dikirim ke lokasi kecelakaan.

    Berikut ini sederet fakta yang diketahui sejauh ini terkait kejadian tersebut:

    Mendarat Tanpa Roda-Meledak

    Dilansir kantor berita Yonhap dan AFP, kecelakaan terjadi pada pukul 9.07 pagi. Pesawat Jeju Air keluar landasan pacu saat mendarat tanpa roda, kemudian menabrak dengan dinding pagar di Bandara Muan hingga akhirnya meledak.

    “Kecelakaan itu diyakini disebabkan oleh ‘kontak dengan burung, yang mengakibatkan roda pendaratan tidak berfungsi dengan baik’ saat pesawat berusaha mendarat di bandara di barat daya negara itu,” bunyi laporan tersebut.

    Ada Peringatan Bird Strike

    Menurut jumpa pers Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi yang mengawasi keselamatan penerbangan, menara pengawas Bandara Muan mengeluarkan peringatan bird strike atau gangguan serangan burung pada pukul 08.57 pagi waktu setempat.

    “Saat mencoba mendarat di landasan pacu No 1, menara kontrol mengeluarkan peringatan serangan burung dan pilot mengumumkan mayday tak lama setelahnya,” kata kementerian tersebut.

    Para pejabat mengatakan menara kontrol memberikan izin untuk mendarat di arah yang berlawanan di landasan pacu, setelah itu pilot mencoba mendarat hingga melewati landasan pacu dan menabrak dinding.

    Tak Ada Penumpang WNI

    Total ada 181 orang di dalam pesawat Jeju air yang kembali dari Bangkok. Di antara jumlah tersebut, ada 6 awak pesawat dan 175 orang penumpang yang sebagian besar penumpangnya adalah warga negara (WN) Korsel dan dua WN Thailand.

    Kementerian Luar Negeri RI memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi penumpang dalam pesawat Jeju Air.

    “Saat ini KBRI Seoul sedang berkoordinasi dengan otoritas setempat. Berdasarkan informasi informal yang didapat, tidak terdapat penumpang WNI dalam pesawat tersebut,” kata Direktur Pelindungan WNI Kemenlu RI Judha Nugraha kepada wartawan, Minggu (29/12/2024).

    179 Orang Meninggal

    Petugas tanggap darurat Korea Selatan (Korsel) melaporkan jumlah korban tewas kecelakaan pesawat Jeju Air. Sebanyak 179 orang dilaporkan tewas dalam peristiwa tersebut.

    Dilansir kantor berita AFP, Minggu (29/12/2024), dua orang berhasil diselamatkan dalam kecelakaan pesawat Jeju Air hari Minggu di Korea Selatan, kata badan pemadam kebakaran negara itu saat mengumumkan jumlah korban akhir dari bencana tersebut.

    “Dari 179 korban tewas, 65 orang telah diidentifikasi,” kata badan pemadam kebakaran tentang kecelakaan di Bandara Internasional Muan, yang dua anggota krunya selamat.

    Kotak Hitam Pesawat Ditemukan

    Kedua kotak hitam atau black boxes milik Jeju Air 2216 yang kecelakaan ditemukan. Kotak hitam itu adalah perekam data penerbangan dan suara kokpit.

    Dilansir dari AFP pejabat kementerian transportasi Korea Selatan (Korsel) mengatakan kotak hitam dalam Boeing 737-800 itu telah ditemukan. Peristiwa kecelakaan itu, menewaskan 179 orang, dan dua orang selamat.

    “Mengenai kotak hitam, baik perekam suara kokpit maupun perekam data penerbangan kini telah ditemukan,” kata wakil menteri transportasi Joo Jong-wan dalam sebuah pengarahan.

    Presiden sementara Korea Selatan (Korsel) Choi Sang Mok kemudian mengumumkan masa berkabung nasional usai insiden kecelakaan maut ini. Masa berkabung nasional itu dilakukan selama tujuh hari.

    Choi menyampaikan belasungkawa dan simpati yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan. Masa berkabung terhitung mulai hari ini.

    “Kami menyampaikan belasungkawa dan simpati yang sedalam-dalamnya kepada keluarga yang ditinggalkan dari mereka yang kehilangan nyawa dalam tragedi yang tak terduga ini,” kata Choi.

    Choi juga telah menetapkan Muan sebagai zona bencana khusus. Dia berjanji akan memberikan bantuan untuk keluarga yang ditinggalkan dan memberikan perawatan bagi korban selamat.

    (wia/idn)

  • Fakta Mengejutkan Jeju Air dan Boeing 737-800 yang Kecelakaan hingga Menewaskan 179 Penumpang

    Fakta Mengejutkan Jeju Air dan Boeing 737-800 yang Kecelakaan hingga Menewaskan 179 Penumpang

    Bisnis.com, JAKARTA – Ada fakta mengejutkan tentang Jeju Air dan Boeing 737-800 yang mengalami kecelakaan hingga menewaskan 179 penumpang di Korea.

    Dilansir dari Sky News, Jeju Air adalah maskapai penerbangan berbiaya rendah terbesar di Korea Selatan, yang sudah berhasil mengangkut lebih dari 12,3 juta penumpang tahun lalu.

    Dibentuk pada tahun 2005, perusahaan ini dinamai berdasarkan Pulau Jeju (yang terletak di sebelah selatan Semenanjung Korea). Ini merupakan rumah bagi kantor pusat maskapai tersebut.

    Perusahaan ini memiliki lebih dari 3.000 karyawan dan lebih dari 40 pesawat, sebagian besar adalah Boeing 737-800, model yang banyak digunakan di seluruh dunia.

    Korea Selatan sangat dihormati dalam hal keselamatan, dan mendapat peringkat Kategori 1 dalam Program Penilaian Keselamatan Penerbangan Internasional milik Administrasi Penerbangan Federal (FAA) Amerika Serikat.

    Jeju Air menerima nilai keselamatan “A” – “sangat baik” dalam tinjauan tahunan terbaru maskapai penerbangan domestik yang dilakukan oleh Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan, menurut New York Times.

    Sejarah Boeing 737-800

    Pesawat ini diluncurkan pada tahun 1994 oleh perusahaan AS Boeing untuk menggantikan model 737 yang lebih tua, dan bersaing dengan Airbus A320. Pesawat ini digunakan dalam penerbangan komersial untuk pertama kalinya sejak tahun 1997.

    Hampir 5.000 unit telah terjual di seluruh dunia sejak peluncuran 737-800, dengan Ryanair, United Airlines, dan American Airlines di antara operator pesawat terbesar.

    Sering digambarkan sebagai “pesawat tangguh” karena penggunaannya yang luas, 737-800 memiliki catatan keselamatan yang cukup baik.

    Meskipun Boeing 737-800 pernah terlibat dalam kecelakaan fatal sebelumnya, namun sebagian besar disebabkan oleh kondisi cuaca buruk, kesalahan manusia, atau faktor lainnya.

    Kecelakaan fatal terakhir yang melibatkan 737-800 adalah Penerbangan 5735 China Eastern Airlines pada Maret 2022. Saat itu, sebuah pesawat jatuh di Wuzhou, Cina, setelah turun tajam di tengah penerbangan.

    Kecelakaan itu masih dalam penyelidikan oleh otoritas penerbangan sipil China, meskipun beberapa laporan menunjukkan pesawat itu sengaja dijatuhkan.

    Kecelakaan fatal sebelumnya terjadi pada Maret 2016, ketika pesawat Flydubai yang mendarat di Rostov-on-Don, Rusia, jatuh pada pendekatan terakhir dalam cuaca buruk, menewaskan seluruh 62 orang di dalamnya.

    Lebih dari 150 orang juga tewas dalam penerbangan Air India Express pada bulan Mei 2010, ketika sebuah 737-800 melintasi landasan pacu di bandara Mangalore.

  • 4 Kecelakaan Pesawat Terjadi dalam Sehari, Dunia Penerbangan Berduka

    4 Kecelakaan Pesawat Terjadi dalam Sehari, Dunia Penerbangan Berduka

    Jakarta, CNN Indonesia

    Industri penerbangan dikejutkan oleh empat kecelakaan pesawat yang terjadi di belahan dunia hanya dalam waktu 24 jam pada Minggu (29/12). Ratusan orang tewas. Ini menimbulkan kekhawatiran tentang keselamatan penerbangan.

    Berikut CNNIndonesia.com telah merangkumnya:

    1. Kecelakaan di Korea Selatan

    Kecelakaan paling tragis terjadi di Korea Selatan, ketika pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 dan kode HL8088, mengalami kecelakaan saat mendarat di Bandara Internasional Muan.

    Pesawat tersebut terbakar setelah gagal melakukan pendaratan, menewaskan 179 orang di dalamnya. Dua orang berhasil selamat dan sedang menjalani perawatan intensif di rumah sakit.

    Kecelakaan pesawat Jeju Air dikonfirmasi setelah layanan darurat menerima panggilan di Bandara Internasional Muan yang berlokasi di Provinsi Jeolla Selatan. Ini terjadi sekitar pukul 09.00 waktu setempat.

    Pesawat mengalami kecelakaan saat akan mendarat usai terbang dari Bangkok, Thailand. Sebuah video menampilkan pesawat Jeju Air itu mengepulkan gumpalan asap dari mesin, sebelum seluruh badan pesawat dengan cepat dilalap api.

    Berdasarkan sejumlah sumber, mesin pesawat mengalami kerusakan akibat menabrak kawanan burung. Di lain sisi, pesawat juga tidak mengeluarkan roda pendaratan saat akan mendarat sehingga kehilangan kendali di landasan pacu.

    2. Pendaratan darurat di Kanada

    Sementara itu di Kanada, tak berselang lama dari peristiwa Jeju Air, penerbangan Air Canada 2259 yang berangkat dari Bandara Internasional St. John’s mengalami masalah pendaratan pada Sabtu (28/12) pukul 21:30 AST (01:30 GMT, Minggu) yang menyebabkan pesawat tergelincir dan mesin terbakar.

    Dalam sebuah video terekam suasana kabin pesawat di mana penumpang panik melihat kobaran api di sayap pesawat yang bergesekan dengan landasan pacu.

    Pesawat tersebut membawa 73 orang penumpang beserta awak. Seluruh penumpang berhasil dievakuasi tanpa korban jiwa, meski beberapa di antaranya mengalami luka ringan.

    Penumpang bernama Nikki Valentine mengatakan salah satu ban pesawat tidak berfungsi dengan baik saat mendarat.

    “Pesawat mulai miring sekitar 20 derajat ke kiri, dan saat itu terjadi, kami mendengar suara keras yang hampir terdengar seperti suara benturan ketika sayap pesawat mulai tergelincir di sepanjang landasan, bersama dengan, saya kira, mesinnya,” katanya kepada CBC News yang dikutip AnadoluAgency.

    Setelah mendarat, penumpang di dalam pesawat dievakuasi dan dibawa ke hanggar untuk diperiksa oleh paramedis.

    Sebagai tindakan pencegahan, penerbangan di Bandara Halifax sempat hentikan sementara setelah insiden tersebut. Namun, satu landasan telah dibuka kembali pada dini hari Minggu.

    3. Pesawat tergelincir di Norwegia

    Kecelakaan ketiga terjadi di Norwegia, di mana pesawat KLM Boeing 737-800 penerbangan KL1204 tergelincir dari landasan pacu saat melakukan pendaratan darurat di Bandara Oslo Sandefjord Torp. Pesawat tersebut mengalami masalah pada sistem hidrolik. Beruntung, 176 penumpang dan enam awak pesawat selamat tanpa cedera serius.

    Pesawat KLM Royal Dutch Airlines dengan nomor penerbangan KL1204 itu terbang dari Oslo, Norwegia menuju Amsterdam, Belanda. Namun tak lama usai lepas landas, pesawat itu mengalami masalah sehingga harus mendarat darurat.

    “Pesawat Boeing 737-800 dengan nomor penerbangan KL1204 tergelincir ke sisi kanan landasan 18 setelah mendarat di Bandara Oslo Torp Sandefjord. Penerbangan ini dialihkan ke sana tidak lama setelah lepas landas dari Bandara Oslo (OSL),” bunyi pernyataan Royal Dutch Airlines yang diunggah di X.

    4. Pesawat ringan jatuh di UEA

    Sebuah pesawat ringan jatuh di lepas pantai Ras AlKhaimah,Uni Emirat Arab, Minggu (29/12). Kecelakaan tersebut mengakibatkan dua orang tewas.

    Menurut Otoritas Penerbangan Sipil Umum (GCAA), pesawat yang dioperasikan oleh Jazirah Aviation Club jatuh ke laut dan menewaskan pilot serta kopilot.

    “Pesawat ringan yang dioperasikan oleh Jazirah Aviation Club jatuh ke laut, mengakibatkan tewasnya kedua penumpang, yaitu pilot dan kopilot,” ungkap otoritas penerbangan tersebut dikutip AFP, Senin (30/12). 

    Kecelakaan terjadi tidak lama setelah pesawat lepas landas, dekat dengan Hotel Cove Rotana yang terletak di sepanjang pantai Ras AlKhaimah.

    Laporan awal menunjukkan bahwa pesawat glider tersebut kehilangan kontak radio dan berusaha melakukan pendaratan darurat. Namun, meskipun upaya resusitasi dilakukan, kedua penumpang tidak dapat diselamatkan.

    GCAA menyebut penyelidikan telah dimulai untuk mencari tahu penyebab kecelakaan tersebut. Diketahui, kedua korban berasal dari India dan Pakistan.

    Investigasi dan tindakan lanjutan

    Keempat insiden ini sedang diselidiki oleh otoritas penerbangan setempat dan internasional untuk mengetahui penyebab pasti kecelakaan. Otoritas penerbangan global menyerukan pemeriksaan keselamatan ketat di seluruh maskapai penerbangan guna mencegah terulangnya tragedi serupa.

    Kekhawatiran keselamatan penerbangan

    Rentetan kecelakaan ini menyoroti pentingnya pengawasan ketat terhadap pemeliharaan pesawat dan pelatihan awak penerbangan. Meskipun perjalanan udara dikenal sebagai salah satu moda transportasi paling aman, peristiwa ini menunjukkan bahwa perbaikan sistem keselamatan terus diperlukan.

    Masyarakat dunia kini menanti hasil investigasi dan langkah-langkah perbaikan yang akan diambil untuk memastikan keselamatan penerbangan di masa depan.

    (tim/isn)

    [Gambas:Video CNN]