Perusahaan: Boeing

  • Usai Tragedi Jeju Air, Korsel Periksa Semua Pesawat Boeing 737-800

    Usai Tragedi Jeju Air, Korsel Periksa Semua Pesawat Boeing 737-800

    Jakarta

    Pesawat Boeing 737-800 dari maskapai Jeju Air mengalami kecelakaan dan ratusan orang tewas. Pemerintah Korea Selatan kini memeriksa semua pesawat jenis itu dari semua maskapai di negaranya.

    Dilansir AFP, Senin (30/12/2024), pejabat keamanan udara dari Amerika Serikat (AS) dan staf pembuat pesawat dari Boeing sudah tiba di Korsel untuk melakukan investigasi gabungan terhadap tragedi Jeju Air.

    Penjabat Presiden Korsel, Choi Sang-mok, menyatakan akan menjalankan investigasi menyeluruh untuk mengetahui penyebab kecelakaan nahas itu. Korsel juga akan melakukan “inspeksi keselamatan penting untuk seluruh sistem operasi maskapai” untuk mencegah kecelakaan terulang lagi.

    “Untuk pemeriksaan menyeluruh, catatan perawatan sistem utama seperti mesin dan roda pendaratan akan diperiksa secara menyeluruh terhadap 101 pesawat yang dioperasikan oleh 6 maskapai dengan model yang sama dengan pesawat yang mengalami kecelakaan,” kata Choi.

    “Proses ini akan dilakukan secara intensif mulai hari ini dan berlanjut hingga 3 Januari 2025,” imbuhnya.

    Kecelakaan terjadi pada Minggu (29/12) kemarin. Pesawat itu terbang dari Thailand ke Korsel.

    Kecelakaan itu diduga karena ada burung yang menabrak pesawat atau ‘bird strike’. Ada 181 penumpang pesawat bernomor penerbangan 2216 itu. Hanya ada 2 orang yang selamat, sisanya tewas semua.

    Lihat juga video: Trauma dan Kesedihan Warga Korsel atas Tragedi Pesawat Jeju Air

    (dnu/idn)

  • Pengamat Sebut Kecelakaan Jeju Air Tak Mungkin Cuma Akibat Bird Strike

    Pengamat Sebut Kecelakaan Jeju Air Tak Mungkin Cuma Akibat Bird Strike

    Jakarta, CNN Indonesia

    Sejumlah pengamat menyebut kecelakaan pesawat maskapai Korea Selatan Jeju Air tak mungkin cuma disebabkan terjangan kawanan burung (bird strike).

    Para ahli curiga ada kerusakan mekanis pada pesawat sehingga kapal terbang itu tak beroperasi semestinya.

    Dosen senior di desain ruang angkasa di Universitas New South Wales, Sonya Brown, mengatakan terjangan kawanan burung pada dasarnya tak akan mengakibatkan kecelakaan fatal seperti yang dialami Jeju Air.

    Ia berujar jika pesawat terkena bird strike, masih ada mesin lain yang bisa beroperasi apabila salah satunya rusak.

    “Bird strike merupakan insiden yang bisa diatasi. Insiden semacam ini seharusnya tidak mengakibatkan peristiwa yang kita lihat. Sebab dalam situasi apa pun, ketika satu mesin tak berfungsi, masih ada banyak tenaga lain (yang bisa beroperasi normal),” ucapnya, seperti dikutip The Guardian.

    Brown menyebut bird strike adalah hal yang sangat umum sehingga sudah pasti telah diperhitungkan dalam desain pesawat modern.

    Pesawat Boeing 737 maupun pesawat jenis apa pun, kata dia, punya lapisan redundansi, terutama untuk roda pendaratan (landing gear), yang dioperasikan secara hidrolik.

    “Bahkan jika mesin pesawat rusak, pesawat punya redundansi karena masih bisa beroperasi tanpa sistem hidrolik yang pada dasarnya dioperasikan oleh gravitasi, sehingga roda pendaratan masih bisa berfungsi,” ucapnya.

    Brown juga menggarisbawahi soal redundansi ganda untuk sistem kendali penerbangan lainnya seperti flap dan slat. Ini merupakan perangkat yang berfungsi meningkatkan daya angkat dan memperluas area sayap pesawat.

    Menurut Brown, perangkat ini seharusnya bisa diaktifkan ketika insiden bird strike terjadi.

    “Mereka menjalankan dua sistem hidrolik independen, dan sangat tidak mungkin bird strike berdampak pada dua sistem hidrolik independen tersebut,” ujarnya.

    “Sepertinya ada banyak hal lain dalam insiden ini,” lanjut dia.

    Profesor di Central Queensland University, Doug Drury, juga memberikan pandangan serupa mengenai kecelakaan ini. Dia meyakini tak mungkin kecelakaan cuma diakibatkan oleh bird strike.

    “Bird strike yang mengenai satu mesin tidak akan menyebabkan kerusakan total pada seluruh mesin. Anda dapat menerbangkan 737 dengan satu mesin,” kata Drury.

    Pesawat Jeju Air kecelakaan saat mendarat di Bandara Internasional Muan pada Minggu (29/12). Dalam video yang beredar, pesawat mendarat tanpa roda pendaratan hingga meledak ketika menabrak beton di dekat pagar bandara.

    Otoritas Korsel menyebut insiden yang menewaskan 179 orang ini terjadi akibat bird strike dan cuaca buruk.

    Mengenai hal ini, para analis menilai tabrakan burung tak mungkin berdampak pada fungsi roda pendaratan.

    Analis penerbangan independen Alvin Lie mengatakan kalau pun sebuah pesawat terkena terjangan burung, dampak paling buruk yaitu mesinnya mati.

    “Jika seekor burung menabrak salah satu mesin, hal paling buruk yang bisa terjadi yakni mesinnya mati. Terjangan burung tak akan menyebabkan roda pendaratan tak berfungsi atau flap (sirip sayap) tak bisa diturunkan. Jadi pasti ada alasan lain,” ucapnya.

    Analis penerbangan lainnya, Paul Charles, juga beranggapan bahwa bird strike tak bisa mengakibatkan kecelakaan parah seperti Jeju Air.

    “Terjangan burung (bisa) menyebabkan kerusakan total pada sistem kelistrikan pesawat, tapi pilot seharusnya bisa melepaskan roda pendaratan dengan cara tertentu,” kata Charles.

    “Para penyelidik harus menemukan apakah ada masalah pada mesin atau ada masalah mekanis lain yang diperburuk oleh bird strike,” lanjutnya, seperti dikutip Channel News Asia (CNA).

    (blq/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Garuda Indonesia pastikan seluruh armada pesawat layak terbang

    Garuda Indonesia pastikan seluruh armada pesawat layak terbang

    Tangerang (ANTARA) – Maskapai penerbangan nasional PT Garuda Indonesia bersama anak perusahaannya yakni Citilink, memastikan seluruh armada pesawat yang saat ini dioperasikannya dalam kondisi aman dan layak terbang menyusul hasil pemeriksaan khusus kelaikudaraan.

    “Kita sudah antisipasi, kalau kita di airlines itu sudah punya grup untuk melakukan evaluasi. Jadi begitu ada berita apapun terkait (keselamatan pesawat) itu kita langsung sharing dengan yang lainnya,” kata Direktur Utama Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Panjaitan di Tangerang, Banten, Senin.

    Dia juga menegaskan bahwa seluruh unit armada pesawat jenis Boeing milik maskapai nasional ini keseluruhannya dalam kondisi aman dan layak terbang untuk melayani para penumpang selama periode Natal dan tahun baru.

    Selain itu, Garuda Indonesia terus berupaya mengedepankan keselamatan (safety) dalam seluruh lini operasionalnya. Hal ini sejalan dengan aspek keselamatan sebagai inti operasional perusahaan yang sudah tertanam dalam budaya kerja jajaran karyawan dan lini operasional.

    “Jadi ini sudah ada kolaborasi antara airlines dan kementerian perhubungan sehingga kita sudah melakukan langkah antisipasi atau meminimalisir dan memberikan peringatan kepada pilot pesawat,” ungkapnya.

    Sementara itu, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo menyampaikan bahwa maskapai Garuda Indonesia dapat dipastikan telah menjamin dan menyiapkan seluruh lini keamanan dari armada pesawatnya itu.

    “Tadi saya melihat Garuda Maintenance Facility (GMF), semua itu hal-hal yang reguler semua diperiksa dan langsung ada proses perbaikan jadi safety jadi nomor satu,” katanya.

    Kendati demikian, sektor keamanan serta kelayakan dari unit-unit pesawat yang digunakan Garuda Indonesia, Citilink hingga Pelita Air keseluruhannya dalam kondisi layak terbang. Sehingga, para pengguna jasa transportasi udara bisa terjamin keselamatan dan kenyamanannya.

    “Dan kami pastikan seperti Pesawat Garuda, Citilink dan Pelita sudah layak terbang dan official center terus menjaga kelayakan dari pesawat kita,” kata dia.

    Pewarta: Azmi Syamsul Ma’arif
    Editor: Faisal Yunianto
    Copyright © ANTARA 2024

  • CEO Jeju Air Membungkuk Minta Maaf usai Kecelakaan Tewaskan 179 Orang

    CEO Jeju Air Membungkuk Minta Maaf usai Kecelakaan Tewaskan 179 Orang

    Jakarta, CNN Indonesia

    CEO maskapai Korea Selatan Jeju Air Kim E Bae membungkuk meminta maaf atas kecelakaan pesawat pada Minggu (29/12) yang menewaskan 179 orang.

    Dalam konferensi pers pada Minggu, Kim menyampaikan duka mendalam atas tewasnya seluruh penumpang dan empat awak kabin dalam kecelakaan di Bandara Internasional Muan tersebut.

    “Kami menyampaikan belasungkawa dan permintaan maaf yang paling dalam kepada para korban dan keluarga korban,” kata Kim, seperti dikutip Yonhap.

    Kim berujar saat ini penyebab kecelakaan pesawat Boeing 737-800 tersebut belum bisa ditentukan. Ia meminta agar masyarakat menunggu hasil investigasi yang dilakukan pemerintah.

    “Apa pun penyebabnya, saya bertanggung jawab penuh sebagai CEO,” ucapnya.

    Pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 kecelakaan saat mendarat di Bandara Internasional Muan, Korsel, pada Minggu. Insiden itu menewaskan 179 orang yang terdiri dari 175 penumpang dan empat awak kabin.

    Hanya dua orang pramugari dilaporkan selamat dari kecelakaan maut itu.

    Pesawat ini membawa 181 orang dari ibu kota Thailand, Bangkok. Sebuah video menampilkan detik-detik ketika pesawat mendarat tanpa roda pendaratan hingga kemudian meledak hebat setelah menabrak beton di dekat pagar bandara.

    Sejumlah pengamat dan laporan aviasi sejauh ini menduga kecelakaan itu akibat pesawat bertabrakan dengan kawanan burung (bird strike) dan cuaca buruk.

    Pemadam kebakaran Korea Selatan menyebut dua hal itu memantik kerusakan mesin. Namun, penjelasan rinci terkait penyebab akan diumumkan setelah investigasi gabungan selesai.

    (blq/bac)

    [Gambas:Video CNN]

  • Menara Pengawas Peringatkan Bird Strike Sebelum Jeju Air Kecelakaan

    Menara Pengawas Peringatkan Bird Strike Sebelum Jeju Air Kecelakaan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Menara pengawas sempat mengeluarkan peringatan soal ancaman serangan kawanan burung (bird strike) beberapa menit sebelum pesawat maskapai Korea Selatan Jeju Air kecelakaan pada Minggu (29/12).

    Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan melaporkan peringatan itu dirilis pada pukul 08.57 pagi waktu setempat.

    “Ketika pesawat berupaya mendarat di landasan pacu nomor 1, menara pengawas mengeluarkan peringatan bird strike dan pilot mendeklarasikan mayday tak lama setelahnya,” demikian pernyataan kementerian, seperti dikutip Yonhap, Minggu (29/12).

    Kementerian menyebut pilot sempat mengirim panggilan darurat atau mayday dua menit setelah peringatan bird strike dikeluarkan.

    Menara pengawas lantas memberikan izin kepada pilot untuk mendarat ke arah yang berlawanan di landasan pacu.

    Pilot Jeju Air kemudian mendaratkan pesawat pada pukul 09.00. Namun, upaya pendaratan itu tak berjalan mulus karena roda depan pendaratan (landing gear) tak terbuka.

    Pesawat akhirnya melewati landasan pacu dan menabrak beton di dekat pagar bandara hingga meledak hebat.

    Pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 kecelakaan saat mendarat di Bandara Internasional Muan, Korsel, pada Minggu. Insiden itu menewaskan 179 orang yang terdiri dari 175 penumpang dan empat awak kabin.

    Hanya dua pramugari yang dilaporkan selamat dari kecelakaan maut itu.

    Pesawat ini membawa 181 orang dari ibu kota Thailand, Bangkok. Sebuah video menampilkan detik-detik ketika pesawat mendarat tanpa roda pendaratan hingga kemudian meledak hebat setelah menabrak beton di dekat pagar bandara.

    Sejumlah pengamat dan laporan aviasi sejauh ini menduga kecelakaan itu akibat pesawat bertabrakan dengan kawanan burung dan cuaca buruk.

    Pemadam kebakaran Korea Selatan menyebut dua hal itu memantik kerusakan mesin. Namun, penjelasan rinci terkait penyebab akan diumumkan setelah investigasi gabungan selesai.

    Publik sempat menduga ukuran landasan pacu di Muan yang relatif pendek sebagai penyebab kecelakaan. Mengenai hal ini, kementerian menegaskan ukuran landasan pacu tidak ada hubungannya dengan kecelakaan pesawat.

    Bandara Internasional Muan memiliki landasan pacu sepanjang 2.800 meter, namun karena konstruksi yang sedang berlangsung ukurannya kini sekitar 2.500 meter.

    “Pesawat Boeing 737-800 yang kecelakaan hari ini dapat mendarat di landasan pacu yang panjangnya 1.500 meter sampai 1.600 meter. Sulit untuk mengaitkan kecelakaan itu dengan panjang landasan pacu karena pesawat-pesawat lain telah mendarat tanpa masalah,” demikian pernyataan Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan.

    (blq/bac)

  • Tembok di Ujung Runway Lokasi Jeju Air Meledak Dipersoalkan

    Tembok di Ujung Runway Lokasi Jeju Air Meledak Dipersoalkan

    Seoul

    Rangkaian peristiwa kecelakaan Jeju Air yang menewaskan banyak orang diketahui diawali pendaratan dengan perut pesawat, meluncur di aspal runway, menabrak tembok, dan ledakan mematikan. Kok ada tembok segala di dekat landasan pacu?

    Kondisi di Bandara International Muan, Korea Selatan, itulah yang menjadi sorotan pakar penerbangan, sebagaimana dilansir AFP, Senin (30/12/2024).

    Profesor Ilmu Aeronautika dari Universitas Silla yang juga mantan pilot, Kim Kwang-il, mengatakan cukup jengkel melihat kondisi lokasi kecelakaan itu. Dia mengulas video yang merekam tempat meledaknya pesawat tersebut. Awalnya, Silla melihat pendaratan darurat pesawat itu sudah dilakukan dengan cara yang terlatih, namun pada akhirnya malah membentur dinding.

    “Normalnya, di ujung runway, tidak ada rintangan pejal seperti itu-ini melawan standar keselamatan penerbangan internasional,” kata Kim.

    “Bangunan itu menyebabkan pesawat mengalami benturan dan terbakar,” kata Kim.

    Tragedi Jeju Air (South Korea’s Muan Fire Station via AP)

    “Di luar bandara, biasanya cuma pagar yang lunak dan tidak akan menimbulkan kerusakan berarti. Pesawat bisa menggelincir dan kemudian berhenti secara natural. Bangunan yang tidak penting itu amat sangat disesalkan,” kata Kim.

    Peristiwa kecelakaan Boeing 737-800 itu terjadi pada Minggu (29/12) kemarin. Ada dugaan, pesawat tersebut terkena gangguan dari burung alias ‘bird strike’. Diduga pula, tiga roda pendaratan gagal berfungsi.

    (dnu/dhn)

  • Plt Presiden Korsel Beri Penghormatan ke Korban Pesawat Jeju

    Plt Presiden Korsel Beri Penghormatan ke Korban Pesawat Jeju

    Jakarta, CNN Indonesia

    Penjabat (Pj) Presiden Korea Selatan Choi Sang-mok memberi penghormatan untuk para korban kecelakaan pesawat Jeju Air.

    Choi dalam sebuah pertemuan darurat mengumumkan masa berkabung nasional hingga 4 Januari atas kecelakaan tersebut.

    Kecelakaan pesawat paling mematikan di Korsel ini menewaskan 175 penumpang dan empat dari enam kru pesawat.

    Jeju Air Boeing 737-800 mendarat darurat pada Minggu (29/12) dan tergelincir di landasan Bandara Internasional Muan.

  • Pilot Jeju Air Kirim Sinyal Mayday Bird Strike Sebelum Kecelakaan

    Pilot Jeju Air Kirim Sinyal Mayday Bird Strike Sebelum Kecelakaan

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pilot pesawat Jeju Air sempat mengirim sinyal darurat atau mayday karena bird strike (menabrak burung) beberapa menit sebelum kecelakaan pesawat terjadi pada Minggu (29/12).

    Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan melaporkan pilot Jeju Air mengeluarkan panggilan darurat itu pada pukul 08.59 pagi waktu setempat.

    Mayday dirilis selang dua menit setelah menara kontrol bandara mengeluarkan peringatan mengenai birdstrike kepada pesawat pada pukul 08.57 pagi.

    “Saat pesawat berusaha mendarat di landasan pacu nomor 1, menara kontrol mengeluarkan peringatan mengenai birdstrike dan pilot mendeklarasikan mayday tak lama setelahnya,” demikian pernyataan Kementerian, seperti dikutip Yonhap.

    Kementerian menyebut menara pengawas memberikan izin kepada pilot untuk mendarat ke arah yang berlawanan di landasan pacu.

    Pilot Jeju Air lantas mendaratkan pesawat pada pukul 09.00. Namun, upaya pendaratan itu tak berjalan mulus karena roda pendaratan tak terbuka.

    Pesawat akhirnya melewati landasan pacu dan menabrak beton di dekat pagar bandara hingga meledak hebat. Total 179 orang meninggal dunia imbas insiden ini.

    Publik sempat mempersoalkan ukuran landasan pacu di Muan yang relatif pendek. Mengenai hal ini, kementerian menegaskan ukuran landasan pacu tidak menjadi penyebab kecelakaan pesawat.

    Bandara Internasional Muan memiliki landasan pacu sepanjang 2.800 meter, namun karena konstruksi yang sedang berlangsung ukurannya kini sekitar 2.500 meter.

    “Pesawat Boeing 737-800 yang kecelakaan hari ini dapat mendarat di landasan pacu yang panjangnya 1.500 meter sampai 1.600 meter. Sulit untuk mengaitkan kecelakaan itu dengan panjang landasan pacu karena pesawat-pesawat lain telah mendarat tanpa masalah,” demikian pernyataan Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan.

    Pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 kecelakaan saat mendarat di Bandara Internasional Muan, Korsel, pada Minggu. Insiden itu menewaskan 179 orang yang terdiri dari 175 penumpang dan empat awak kabin.

    Hanya dua orang pramugari dilaporkan selamat dari kecelakaan maut itu.

    Pesawat ini membawa 181 orang dari ibu kota Thailand, Bangkok. Sebuah video menampilkan detik-detik ketika pesawat mendarat tanpa roda pendaratan hingga kemudian meledak hebat setelah menabrak beton di dekat pagar bandara.

    Sejumlah pengamat dan laporan aviasi sejauh ini menduga kecelakaan itu akibat pesawat bertabrakan dengan kawanan burung (birdstrike) dan cuaca buruk.

    Pemadam kebakaran Korea Selatan menyebut dua hal itu memantik kerusakan mesin. Namun, penjelasan rinci terkait penyebab akan diumumkan setelah investigasi gabungan selesai.

    (bac/bac)

  • Lagi! Pesawat Jeju Air Mengalami Masalah di Roda Pendaratan

    Lagi! Pesawat Jeju Air Mengalami Masalah di Roda Pendaratan

    Seoul

    Tragedi penerbangan baru saja menimpa Jeju Air di Seoul Korea Selatan, Minggu (29/12) kemarin. Hari ini, pesawat Jeju Air yang lain juga mengalami masalah. Roda pendaratannya eror.

    Dilansir Reuters, Senin (30/12/2024), pesawat ini berangkat dari Bandara Gimpo di Seoul dan menuju Jeju.

    Namun pesawat ini mengalami masalah roda pendaratan (landing gear issue) yang belum teridentifikasi sesaat setelah lepas landas. Pesawat itu harus balik lagi ke Bandara Gimpo di Seoul.

    Beruntung, pesawat itu dapat mendarat di Gimpo dengan selamat. Informasi ini dikutip Reuters dari kantor berita Yonhap.

    Pesawat yang mengalami masalah itu bernomor 7C101, berangkat dari Gimpo pukul 06.36 pagi waktu setempat. Yonhap menyebut masalah yang dialami pesawat hari ini sama dengan masalah yang dialami pesawat yang meledak pada Minggu (29/12) kemarin.

    Untuk pesawat Jeju Air 7C101 yang mengalami masalah hari ini, ada 161 orng penumpang di dalamnya. Setelah mendarat kembali di Gimpo, para penumpang kemudian dipindahkan ke unit alternatif dari jenis Boeing B737-800 yang sama, berangkat pukul 8.30 pagi waktu setempat. Namun, 21 penumpang memilih tidak jadi berangkat karena khawatir akan aspek keselamatan.

    Kepala kantor pendukung manajemen Jeju Air, Song Kyung-hoon, menjelaskan kapten dari pesawt tersebut sempat mengontak pusat kendali di darat setelah mendeteksi sinyal masalah di roda pesawat.

    Sebagai perbandingan, pesawat Jeju Air yang mengalami kecelakaan Minggu (29/12) kemarin juga mengalami masalah pada roda pendaratan. Diduga, tiga roda pendaratan gagal berfungsi. Akhirnya, pesawat nahas itu mendarat dengan perutnya dan meledak usai menabrak dinding. Sebanyak 179 orang tewas dan hanya 2 orang yang selamat.

    (dnu/dhn)

  • Badan Pesawat Jeju Air Hancur Total Sulitkan Identifikasi Penumpang Tewas – Halaman all

    Badan Pesawat Jeju Air Hancur Total Sulitkan Identifikasi Penumpang Tewas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, MUAN — Kecelakaan pesawat tragis Jeju Air jenis Boeing 737 800 di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, hari Minggu pagi kemarin menjadi bencana penerbangan domestik terburuk di Korea Selatan.

    Kecelakaan ini merenggut 179 nyawa penumpang dan pilot pesawat.  

    Pesawat dengan nomor penerbangan 7C 2216 tersebut jatuh dalam penerbangan dari Bangkok menuju Muan membawa total 181 penumpang dan awak pesawat.

    Jeju Air menerbangi rute Bangkok-Muan empat kali seminggu.

    Badan pesawat Jeju Air hancur total dalam kecelakaan itu dan membuat identifikasi korban tewas oleh tim penyelamat menjadi sangat sulit.

    Tim penyelamat melanjutkan upaya mereka untuk menemukan sisa-sisa penumpang yang hilang, sementara kamar mayat sementara telah didirikan untuk menampung jenazah yang ditemukan.

    Kementerian Perhubungan mengatakan landasan pacu di Bandara Internasional Muan akan ditutup hingga 1 Januari 2025.

    Penerbangan dari dan ke luar negeri di Bandara Internasional Muan sempat ditutup karena Covid-19.

    Jeju Air kembali menerbangi rute internasional melalui bandara ini kurang dari sebulan lalu.

    Menurut Kementerian Perhubungan Korea Selatan, pesawat keluar landasan saat mendarat lalu meledak dan terbakar hebat karena gangguan roda pendaratan.

    Insiden ini terjadi lima menit setelah pilot memberi isyarat mayday ke menara pengawas bandara. Pesawat mendarat darurat dan menabrak pagar pembatas dan terbakar.

    Petugas Bertengkar Hebat dengan Keluarga Penumpang

    Pertengkaran antara pihak berwenang dan keluarga yang ditinggalkan terjadi ketika orang yang berduka berusaha mengidentifikasi secara pribadi jenazah tersebut.

    Polisi menyatakan bahwa nama-nama tersebut hanya akan terungkap setelah mengkonfirmasi identitas melalui analisis sidik jari, yang menyebabkan perselisihan di Bandara Internasional Muan.

    Pemimpin Partai Demokrat Korea, Lee Jae-myung, berlutut menghibur keluarga penumpang pesawat Jeju Air jenis Boeing 737 800 yang jatuh di Bandara Internasional Muan di Jeonnam, Minggu sore, 29 Desember 2024. Chosun/Yonhap

    Bandara dipenuhi oleh keluarga-keluarga yang berduka, diliputi oleh kehilangan orang-orang yang mereka cintai, saat mereka menunggu dalam kesedihan yang mendalam.

    “Saya hanya melihat insiden besar seperti bencana Feri Sewol dan Itaewon di berita, tapi sekarang seseorang yang dekat dengan saya mengalami hal seperti ini, ini adalah situasi yang sangat berat.”

    “Saya rasa saya tidak dapat sepenuhnya memahami kesedihan yang dialami. keluarga,” kata seorang perempuan yang menemani temannya, anggota keluarga salah satu korban.