Perusahaan: Boeing

  • Pemerintah Korsel Perintahkan Periksa Semua Sistem Pesawat

    Pemerintah Korsel Perintahkan Periksa Semua Sistem Pesawat

    Anda sedang membaca rangkuman sejumlah berita utama yang terjadi dalam 24 jam terakhir.

    Dunia Hari Ini, edisi Selasa, 31 Desember, kami awali dari Korea Selatan.

    Perintah pemeriksaan keselamatan pesawat

    Pejabat sementara Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, memerintahkan pemeriksaan sistem operasi seluruh maskapai penerbangan, setelah kecelakaan Jeju Air yang menewaskan 175 penumpang.

    “Kementerian Perhubungan diminta untuk melakukan pemeriksaan keselamatan darurat terhadap seluruh sistem operasi pesawat guna mencegah terulangnya kecelakaan pesawat,” katanya.

    Peringatan: video di bawah ini bisa menyebabkan anda tidak nyaman

    Sebagai langkah awal, mereka berencana untuk memeriksa 101 pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan oleh semua maskapai penerbangan Korea Selatan mulai hari Senin, dengan fokus pada catatan perawatan komponen utama.

    Sementara itu, para penyelidik masih terus berupaya untuk mengidentifikasi korban dan mencari tahu apa yang menyebabkan bencana udara paling mematikan di Korea Selatan tersebut.

    Kebakaran hotel di Thailand

    Tiga warga negara asing tewas dan setidaknya tujuh orang cedera dalam kebakaran yang terjadi di sebuah hotel dekat kawasan ‘backpacker’ populer di Bangkok, menurut pihak berwenang setempat.

    Kebakaran terjadi di lantai lima Hotel Ember di daerah Khao San, kata Departemen Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Bangkok.

    Api akhirnya dapat dipadamkan, tapi penyebab kebakaran sedang diselidiki.

    Disebutkan seorang perempuan meninggal di tempat kejadian dan dua pria lainnya dinyatakan meninggal di rumah sakit.

    Kecelakaan bus tewaskan puluhan orang

    Sebuah bus dengan penumpang penuh jatuh ke sungai menewaskan 71 orang, menurut pihak berwenang di Sidama, Etiopia.

    Kecelakaan terjadi di distrik Bona, kata biro komunikasi regional dalam sebuah pernyataan.

    Wosenyeleh Simion, juru bicara pemerintah daerah Sidama, mengatakan bus itu menabrak jembatan dan jatuh ke sungai, sambil mengatakan jalan tersebut memiliki banyak tikungan.

    Beberapa penumpang baru kembali dari acara pernikahan, sementara itu polisi lalu lintas di wilayah tersebut mengatakan bus tersebut kelebihan muatan, yang kemungkinan menyebabkan kecelakaan itu.

    Pertukaran tawanan perang

    Rusia dan Ukraina sudah melakukan penukaran ratusan tawanan perang dalam kesepakatan yang ditengahi Uni Emirat Arab.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan 189 tawanan asal Ukraina, termasuk personel militer, penjaga perbatasan, dan garda nasional, bersama dengan dua warga sipil, sudah dibebaskan.

    Sementara itu, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan 150 tentara Rusia dibebaskan dari tahanan sebagai bagian dari pertukaran di mana masing-masing pihak membebaskan 150 orang.

    Tapi tidak jelas mengapa ada jumlah berbeda antara yang dikatakan pihak Ukraina dan Rusia.

  • Korsel Selidiki Pembatas Beton yang Ditabrak Pesawat Jeju Air

    Korsel Selidiki Pembatas Beton yang Ditabrak Pesawat Jeju Air

    Seoul

    Otoritas Korea Selatan (Korsel) sedang menyelidiki peran pembatas beton di ujung landasan Bandara Internasional Muan yang ditabrak pesawat Boeing 737-800 yang dioperasikan maskapai Jeju Air dalam insiden pada Minggu (29/12), yang menewaskan sedikitnya 179 orang.

    Para penyelidik Korsel bersama tim penyelidik dari pemerintah Amerika Serikat (AS) dan perwakilan Boeing, sebagai produsen pesawat, sedang melakukan penyelidikan di lokasi kecelakaan. Dua bagian kotak hitam pesawat yang telah ditemukan juga mulai diperiksa.

    Pesawat yang membawa 181 penumpang dan awak dari Thailand menuju ke Korsel itu memberikan panggilan darurat di udara dan melakukan pendaratan tanpa roda atau dengan lambung pesawat di Bandara Internasional Muan sebelum menabrak pembatas beton di ujung landasan dan kemudian terbakar.

    Sedikitnya 179 orang tewas, dengan hanya dua orang yang merupakan awak pesawat berhasil dievakuasi dalam keadaan hidup dari puing pesawat.

    Para pejabat setempat, seperti dilansir AFP, Selasa (31/12/2024), awalnya menyebut kemungkinan bird strike sebagai penyebabnya. Namun para pakar juga menyoroti soal pembatas beton di dekat landasan, dengan video dramatis menunjukkan pesawat meledak dan terbakar saat menabrak pembatas beton tersebut.

    Ketika ditanya apakah bandara diperbolehkan menggunakan beton sebagai pembatas, Direktur Jenderal Kebijakan Bandara pada Kementerian Transportasi, Kim Hong Rak, mengatakan pemerintah akan “meninjau peraturan terkait dan penerapannya”.

    “Apakah struktur ini memperburuk kerusakan adalah… sesuatu yang direncanakan untuk diselidiki secara menyeluruh oleh Komite Investigasi Kecelakaan,” ujar Wakil Menteri Penerbangan Sipil Korsel, Joo Jong Wan, dalam pernyataan kepada wartawan.

  • Jeju Air Diklaim Jarang Rawat Pesawat, Periksa Armada Cuma 28 Menit

    Jeju Air Diklaim Jarang Rawat Pesawat, Periksa Armada Cuma 28 Menit

    Jakarta, CNN Indonesia

    Maskapai Jeju Air disebut jarang melakukan maintenance atau perawatan menyeluruh terhadap pesawat-pesawatnya karena hanya menghabiskan waktu 28 menit ketika sedang melakukan pemeriksaan.

    The Korea Times melaporkan pemeliharaan dalam kurun waktu 28 menit merupakan waktu minimum sebuah maskapai melakukan pengecekan terhadap pesawat. Batas waktu ini ditetapkan oleh pemerintah Korea Selatan.

    Kendati begitu, maskapai-maskapai besar tidak ada yang memeriksa pesawat dengan waktu sekitar setengah jam. Menurut sejumlah mekanik, 28 menit tak cukup untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap armada pesawat.

    “Waktu perawatan 28 menit hampir tidak cukup untuk memeriksa lampu peringatan kokpit dan memeriksa secara visual bagian luar untuk mengetahui adanya kerusakan. Kurun waktu ini pada dasarnya hanyalah penelusuran, bukan inspeksi mendetail,” kata seorang mantan mekanik dengan pengalaman lebih dari 10 tahun memeriksa Boeing 737 di maskapai bertarif rendah (LCC), dilansir dari the Korea Times.

    Jeju Air termasuk di antara maskapai bertarif rendah yang beroperasi di Korea Selatan. Maskapai-maskapai LCC seperti ini sering kali memangkas waktu perawatan pesawat demi meraup keuntungan dengan terus mengoperasikan armada.

    Sehari sebelum kecelakaan, pesawat Jeju Air tercatat melakukan penerbangan yang menghubungkan empat kota internasional tanpa jeda yang signifikan.

    Pesawat itu terbang dari Muan ke Kota Kinabalu Malaysia, Nagasaki Jepang, Taipei Taiwan, dan Bangkok Thailand.

    Padahal, menurut standar industri, pesawat butuh waktu untuk perawatan, pembersihan, dan pengisian bahan bakar di antara penerbangan.

    Kendati begitu, pada 27 November, penerbangan Jeju Air tercatat menghabiskan 62 menit di Bandara Internasional Muan sebelum berangkat ke Kinabalu sehingga alokasi waktu untuk pemeriksaan cuma sekitar 28-30 menit.

    Para kritikus pun khawatir bahwa Jeju Air dan LCC lainnya lebih memprioritaskan operasional daripada keamanan pesawat.

    Pernah dipakai Ryanair

    Pesawat Jeju Air yang terlibat kecelakaan pada Minggu (29/12) ternyata juga pernah digunakan oleh Ryanair, maskapai bertarif rendah Eropa yang dikenal memiliki jadwal penerbangan agresif.

    Ryanair selama ini dikenal melakukan perawatan armada dengan sangat minimal. Hal ini pun membuat para kritikus curiga bahwa Boeing 737 yang diakuisisi Jeju Air punya pengalaman buruk selama dioperasikan Ryanair.

    “Ryanair terkenal dengan penerbangan yang padat dan mungkin telah menggunakan pesawat ini secara berlebihan selama pelayanannya. Pesawat tersebut mungkin sudah mencapai batas kemampuannya sebelum Jeju Air mengakuisisinya,” kata orang dalam industri tersebut.

    Tragedi pada Minggu yang menewaskan 179 orang telah memicu kembali perdebatan mengenai apakah waktu pemeliharaan yang ditetapkan pemerintah cukup untuk memastikan keselamatan.

    Para kritikus berpendapat standar 28 menit belum mampu untuk mengidentifikasi masalah potensial pada pesawat.

    Seorang mantan kepala pemeliharaan di sebuah maskapai besar mengatakan pemeriksaan selama 28 menit bak cuma mengoleskan perban. Batas waktu itu “belum bisa memperhitungkan potensi gangguan yang tersembunyi.”

    (blq/bac)

  • Jenazah Korban Tragedi Jeju Air Mulai Diserahkan ke Keluarga

    Jenazah Korban Tragedi Jeju Air Mulai Diserahkan ke Keluarga

    Seoul

    Otoritas Korea Selatan (Korsel) mulai menyerahkan jenazah para korban kecelakaan maut Jeju Air kepada pihak keluarga pada Selasa (31/12). Penyerahan jenazah korban dilakukan saat para penyelidik berupaya keras mencari tahu penyebab pesawat jenis Boeing 737-800 itu mendarat tanpa roda dan terbakar.

    Para penyelidik Korsel bersama dengan tim penyelidik dari pemerintah Amerika Serikat (AS) dan perwakilan Boeing sebagai produsen pesawat sedang melakukan penyelidikan di lokasi kecelakaan di Bandara Internasional Muan. Dua bagian kotak hitam pesawat yang telah ditemukan juga mulai diperiksa.

    Pesawat yang membawa 181 penumpang dan awak dari Thailand menuju Korsel itu menyampaikan panggilan darurat di udara dan melakukan pendaratan tanpa roda atau dengan lambung pesawat di Bandara Internasional Muan sebelum menabrak pembatas beton dekat landasan dan terbakar.

    Sedikitnya 179 orang tewas, dengan hanya dua orang yang merupakan awak pesawat berhasil dievakuasi dalam keadaan hidup dari puing pesawat. Sebanyak 177 korban tewas di antaranya merupakan warga negara Korsel, sedangkan dua korban tewas lainnya merupakan warga negara Thailand. Dua awak pesawat yang berhasil selamat juga warga negara Korsel.

    Korsel sedang menjalani masa berkabung selama tujuh hari, dengan bendera dikibarkan setengah tiang untuk menghormati para korban tewas.

    Proses identifikasi jenazah korban sempat mengalami penundaan yang memicu kemarahan pihak keluarga. Dalam pernyataan terbaru, seperti dilansir AFP dan kantor berita Yonhap, Selasa (31/12/2024), Menteri Transportasi Korsel Park Sang Woo mengatakan bahwa pemerintah mulai menyerahkan jenazah korban kepada pihak keluarga, meskipun proses identifikasi untuk korban tewas lainnya masih berlanjut.

    “Dari 179 korban (tewas), empat jenazah telah menuntaskan prosedur serah terima kepada keluarga yang ditinggalkan untuk pemakaman,” tutur Park saat berbicara kepada wartawan di Bandara Internasional Muan pada Selasa (31/12) waktu setempat.

  • Kecelakaan Jeju Air: Boeing 737-800 Ternyata jadi Pesawat Terpopuler di Dunia – Page 3

    Kecelakaan Jeju Air: Boeing 737-800 Ternyata jadi Pesawat Terpopuler di Dunia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Korea Selatan tengah berduka. Hal ini setelah pesawat Jeju Air kecelakaan di Bandara Muan, Korea Selatan pada Minggu, 29 Desember 2024.

    Tercatatm hanya dua dari 181 orang di dalam pesawat yang selamat setelah kematian 179 orang dikonfirmasi, menurut pemadam kebakaran setempat. Dua awak pesawat Jeju Air berhasil diselamatkan dari lokasi kecelakaan.

    Ini adalah bencana penerbangan paling mematikan yang melanda Korea Selatan sejak 1997, ketika sebuah Boeing 747 milik Korean Airlines jatuh di hutan Guam yang menewaskan 228 orang.

    Dikutio dari CNBC, Selasa (31/12/2024), penyelidik kecelakaan mencoba mencari tahu apa yang menyebabkan pesawat Jeju Air mendarat darurat tanpa roda pendaratan di Bandara Internasional Muan di barat daya Korea Selatan, menewaskan semua kecuali dua dari 181 orang di dalamnya saat pesawat terbakar dalam bencana udara terburuk di negara itu dalam beberapa dekade.

    Penjabat presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, memerintahkan pemeriksaan darurat terhadap pesawat Boeing milik negara tersebut737-800, jenis pesawat yang digunakan pada Penerbangan Jeju Air 7C2216 yang fatal.

     Boeing 737-800 adalah salah satu pesawat yang paling umum digunakan di dunia, dan memiliki catatan keselamatan yang kuat. Pesawat ini dibuat sebelum Boeing 737 Max, jenis pesawat yang terlibat dalam dua kecelakaan fatal pada tahun 2018 dan 2019 yang menewaskan seluruh 346 orang di dalam pesawat tersebut. 737 Max dilarang terbang selama hampir dua tahun , dan sistem kontrol penerbangan, yang kemudian dimodifikasi, terlibat dalam kedua kecelakaan tersebut.

    Menurut firma data penerbangan Cirium, ada sekitar 4.400 Boeing 737-800 lama yang dioperasikan di seluruh dunia. Itu berarti model tersebut mencakup sekitar 17% dari armada jet penumpang komersial yang beroperasi di dunia.

    Usia rata-rata armada 737-800 di dunia adalah 13 tahun, menurut Cirium, dan seri pesawat terakhir dikirim sekitar lima tahun lalu.

    Jeju Air menerima pesawat yang terlibat dalam kecelakaan akhir pekan ini pada tahun 2017. Sebelumnya, pesawat tersebut dioperasikan oleh maskapai penerbangan murah Eropa Ryanair, menurut Flightradar24. Pesawat yang terlibat dalam kecelakaan tersebut berusia sekitar 15 tahun.

     

  • Buntut Kecelakaan Jeju Air, AS dan Boeing Kirim Tim Penyelidik

    Buntut Kecelakaan Jeju Air, AS dan Boeing Kirim Tim Penyelidik

    Seoul

    Kecelakaan pesawat maskapai Jeju Air, yang menewaskan sedikitnya 179 orang, di Korea Selatan (Korsel) melibatkan pesawat Boeing jenis 737-800. Tim penyelidik dari pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Boeing sebagai produsen pesawat itu ikut terlibat dalam penyelidikan penyebab kecelakaan tersebut.

    Otoritas Korsel, seperti dilansir kantor berita Yonhap, Selasa (31/12/2024), menyebut tim penyelidik AS dan para pejabat Boeing telah tiba di lokasi kecelakaan di Bandara Internasional Muan.

    Menurut Kementerian Transportasi Korsel, tim yang tiba dari AS itu terdiri atas satu anggota Otoritas Penerbangan Federal AS (FAA), kemudian tiga pakar dari Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB), dan empat perwakilan dari Boeing.

    Mereka akan bergabung dengan para pejabat dari Badan Investigasi Kecelakaan Penerbangan dan Kereta Api Korsel (ARAIB) dalam melakukan penyelidikan di lokasi kecelakaan Jeju Air.

    Tim AS itu tiba di Korsel sejak Senin (30/12) waktu setempat melalui Bandara Internasional Incheon dan melakukan perjalanan langsung ke Muan, yang berjarak sekitar 290 kilometer sebelah barat daya Seoul, untuk mempersiapkan penyelidikan.

    “Para penyelidik Korea Selatan dan AS membahas soal prosedur jadwal dan area-area spesifik yang menjadi fokus penyelidikan,” tutur kepala kebijakan penerbangan pada Kementerian Transportasi Korsel, Joo Jong Wan, saat berbicara dalam konferensi pers.

    Berdasarkan konvensi Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO), negara yang menjadi lokasi kecelakaan bertanggung jawab untuk memulai penyelidikan.

  • Korsel Selidiki Penyebab Kecelakaan Jeju Air, Lakukan Inspeksi Keselamatan

    Korsel Selidiki Penyebab Kecelakaan Jeju Air, Lakukan Inspeksi Keselamatan

    Seoul

    Pejabat Presiden Korea Selatan, Choi Sang-mok, memerintahkan inspeksi keselamatan darurat terhadap seluruh sistem operasi maskapai penerbangan. Perintah ini dikeluarkan seiring upaya penyidik untuk mengidentifikasi korban dan mencari penyebab bencana udara paling mematikan dalam sejarah Korea Selatan.

    Kecelakaan tragis pesawat Jeju Air yang mengalami pendaratan darurat di Bandara Internasional Muan, Minggu (29/12), telah menewaskan 179 orang. Pesawat tergelincir keluar dari ujung landasan pacu dan meledak setelah menghantam dinding. Dua awak pesawat berhasil diselamatkan dalam kondisi hidup.

    “Prioritas utama saat ini adalah mengidentifikasi para korban, memberikan dukungan kepada keluarga mereka, dan merawat dua korban selamat,” ujar Choi dalam rapat manajemen bencana di Seoul.

    Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

    Ia juga menekankan pentingnya transparansi dalam investigasi. “Kami meminta para pejabat untuk secara transparan mengungkapkan proses investigasi kecelakaan dan segera menginformasikan hasilnya kepada keluarga korban,” katanya.

    Choi juga menginstruksikan Kementerian Transportasi untuk melakukan inspeksi keselamatan menyeluruh terhadap sistem operasional maskapai penerbangan guna mencegah terulangnya insiden serupa.

    Bencana penerbangan terburuk di Korea Selatan

    Pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 membawa 175 penumpang dan enam kru. Pesawat berangkat dari Bangkok, Thailand, dan mencoba mendarat di Bandara Internasional Muan sekitar pukul 09.00 waktu setempat.

    Rekaman video dari media lokal menunjukkan pesawat Boeing 737-800 tergelincir tanpa roda pendaratan yang terlihat. Pesawat kemudian menabrak peralatan navigasi dan dinding bandara sehingga menyebabkan ledakan besar.

    “Hanya bagian ekor yang tersisa, sementara bagian lain dari pesawat sulit dikenali,” ujar Kepala Pemadam Kebakaran Muan, Lee Jung-hyun, dalam konferensi pers.

    Ia juga mengonfirmasi bahwa dua awak pesawat, seorang pria dan seorang perempuan berhasil diselamatkan dari bagian ekor yang terbakar. Mereka kini dirawat di rumah sakit dengan luka sedang hingga parah.

    Faktor penyebab kecelakaan masih diselidiki

    Para penyelidik sedang mempertimbangkan beberapa faktor penyebab kecelakaan, termasuk kemungkinan serangan burung dan kondisi cuaca. Menurut laporan kantor berita Yonhap, serangan burung mungkin telah menyebabkan roda pendaratan pesawat tidak berfungsi.

    Gregory Alegi, seorang ahli penerbangan, mengungkapkan bahwa kecelakaan ini menimbulkan banyak pertanyaan. “Mengapa pesawat melaju begitu cepat? Mengapa sayap tidak terbuka? Mengapa roda pendaratan tidak turun?” tanyanya.

    Sesuai aturan penerbangan internasional, Korea Selatan memimpin investigasi dengan melibatkan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional (NTSB) Amerika Serikat, tempat pesawat tersebut dirancang dan diproduksi.

    Boeing dan Administrasi Penerbangan Federal AS juga turut serta dalam penyelidikan.

    Sementara itu, Bandara Internasional Muan tetap ditutup hingga Rabu (01/01). Namun, bandara lain, termasuk Bandara Internasional Incheon, beroperasi seperti biasa.

    fr/pkp (Reuters, AFP)

    (nvc/nvc)

  • Mengenal Pesawat Boeing 737-800 Jeju Air, Jet Populer Maskapai Dunia

    Mengenal Pesawat Boeing 737-800 Jeju Air, Jet Populer Maskapai Dunia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pesawat Boeing 737-800, yang digunakai maskapai Jeju Air, mengalami kecelakaan setelah mendarat darurat tanpa roda pendaratan pada hari Minggu lalu. Pesawat itu kemudian terbakar dan menewaskan 179 dari 181 penumpang di dalamnya.

    Penjabat Presiden Korea Selatan (Korsel), Choi Sang Mok, memerintahkan pemeriksaan darurat terhadap Boeing 737-800 negara itu. Ini jenis pesawat yang digunakan pada Penerbangan Jeju Air 7C2216 yang menyebabkan bencana penerbangan terburuk di Korsel dalam beberapa dekade.

    Boeing 737-800 sendiri merupakan salah satu pesawat yang paling umum digunakan di dunia. Sebelumnya jenis jet ini memiliki catatan keselamatan yang kuat. Pesawat ini mendahului Boeing 737 Max, jenis lain yang terlibat dalam dua kecelakaan fatal pada tahun 2018 dan 2019 yang menewaskan 346 orang, yang sempat dilarang terbang selama hampir dua tahun.

    Menurut firma data penerbangan Cirium, ada sekitar 4.400 Boeing 737-800 lama yang dioperasikan di seluruh dunia. Itu berarti model tersebut mencakup sekitar 17% dari armada jet penumpang komersial yang beroperasi di dunia.

    Menurut Cirium, usia rata-rata armada 737-800 di dunia adalah 13 tahun. Seri pesawat terakhir dikirimkan sekitar lima tahun lalu.

    Jeju Air sendiri menerima pesawat yang terlibat dalam kecelakaan akhir pekan ini pada tahun 2017. Sebelumnya, pesawat tersebut dioperasikan oleh maskapai penerbangan murah Eropa Ryanair, menurut Flightradar24. Pesawat yang terlibat dalam kecelakaan itu berusia sekitar 15 tahun.

    Para ahli kedirgantaraan mengatakan bahwa kecil kemungkinan penyelidik akan menemukan masalah desain pada pesawat nahas tersebut. Investigasi menyeluruh bisa memakan waktu lebih dari setahun.

    “Gagasan bahwa mereka akan menemukan cacat desain pada titik ini hampir tidak masuk akal,” kata Direktur Pelaksana AeroDynamic Advisory, sebuah firma konsultan kedirgantaraan, Richard Aboulafia, seperti dikutip CNBC International, Selasa (31/12/2024).

    Sebenarnya insiden yang tidak biasa ini telah menimbulkan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Seperti mengapa roda pendaratan tidak dikerahkan dan mengapa- dengan kerusakan hidrolik- pilot Boeing 737-800 tidak menurunkan roda pendaratan secara manual.

    Namun satu teori saat ini yang melibatkan kemungkinan tabrakan burung, bisa masuk akal. Hal itu menonaktifkan setidaknya satu atau kedua mesin.

    “Jika itu terjadi pada ketinggian tempat mereka berada, mereka mungkin tidak punya waktu untuk melakukan daftar periksa darurat,” kata  seorang pensiunan penyelidik keselamatan udara di Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) dan Administrasi Penerbangan Federal, Jeff Guzzetti.

    Lagipula, lanjutnya, jika pesawat tidak menabrak tumpukan tanah dan dinding di ujung landasan, kecelakaan itu sebenarnya bisa lebih bisa diselamatkan. Area itu menampung lokalisasi yang membantu mengarahkan pesawat.

    (sef/sef)

  • Tersisa Ekor, Potret Terkini Pesawat Jeju Air Kecelakaan di Korsel

    Tersisa Ekor, Potret Terkini Pesawat Jeju Air Kecelakaan di Korsel

    Semua 178 penumpang dan awak tewas ketika pesawat Jeju Air 089590.KS Boeing 737-800 itu mendarat dengan posisi terbalik dan tergelincir dari ujung landasan pacu di Bandara Internasional Muan, meletus dan terbakar saat menghantam dinding pembatas bandara. Hanya dua orang yang selamat, awak pesawat, yang duduk di ekor jet. (REUTERS/Kim Hong-Ji)

  • Kecelakaan Jeju Air, Pakar Pertanyakan Dinding Beton Dekat Landasan

    Kecelakaan Jeju Air, Pakar Pertanyakan Dinding Beton Dekat Landasan

    Seoul

    Para pakar penerbangan mengajukan pertanyaan tentang dinding beton “yang tidak biasa” di dekat landasan pacu dan perannya dalam kecelakaan pesawat Korea Selatan yang menewaskan 179 orang.

    Rekaman video memperlihatkan pesawat Jeju Air keluar dari landasan pacu sebelum bertabrakan dengan dinding tersebut dan terbakar di Bandara Internasional Muan.

    Pihak berwenang yang menyelidiki penyebab kecelakaan pesawat terburuk di Korea Selatan tengah mempertimbangkan pentingnya lokasi dinding beton sekitar 250 meter dari ujung landasan pacu.

    Pakar keselamatan udara David Learmount mengatakan bahwa, jika “penghalang” itu tidak ada di sana, pesawat “akan mendarat dengan sebagian besar mungkin semua orang di dalamnya masih hidup”.

    BBC

    Pilot melaporkan bahwa pesawat itu menabrak seekor burung dan kemudian membatalkan pendaratan awal dan meminta izin untuk mendarat dari arah yang berlawanan.

    Learmount mengatakan pendaratan itu “sama bagusnya dengan pendaratan tanpa penutup/roda gigi: sayap sejajar, hidung tidak terlalu tinggi untuk menghindari patahnya ekor” dan pesawat tidak mengalami kerusakan parah saat meluncur di sepanjang landasan pacu.

    BBC

    “Alasan mengapa begitu banyak orang meninggal bukanlah pendaratan itu sendiri, tetapi fakta bahwa pesawat itu bertabrakan dengan penghalang yang tepat di luar ujung landasan pacu,” katanya.

    Christian Beckert, pilot Lufthansa yang bermarkas di Munich, menyebut struktur beton itu “tidak biasa”, dalam wawancaranya dengan kantor berita Reuters: “Biasanya, di bandara dengan landasan pacu di ujungnya, Anda tidak memiliki dinding.”

    Struktur beton itu menampung sistem navigasi yang membantu pendaratan pesawat yang dikenal sebagai localiser menurut Kantor Berita Yonhap Korea Selatan.

    BBC

    Dengan tinggi 4 meter, struktur itu ditutupi dengan tanah dan ditinggikan untuk menjaga localiser tetap sejajar dengan landasan pacu agar memastikannya berfungsi dengan baik, Yonhap melaporkan.

    Kementerian transportasi Korea Selatan mengatakan bahwa bandara lain di negara itu dan beberapa di luar negeri memasang peralatan dengan struktur beton.

    Namun, para pejabat akan memeriksa apakah peralatan itu seharusnya dibuat dengan bahan yang lebih ringan yang akan lebih mudah hancur saat terjadi benturan.

    Chris Kingswood, pilot dengan pengalaman 48 tahun yang telah menerbangkan jenis pesawat yang sama dalam kecelakaan itu, mengatakan kepada BBC News: “Rintangan dalam jarak dan jarak tertentu dari landasan pacu harus mudah hancur, yang berarti bahwa jika sebuah pesawat menabraknya, rintangan itu akan rusak.

    “Sepertinya tidak biasa bahwa struktur dinding itu sangat kaku. Pesawat itu, dari apa yang saya pahami, melaju sangat cepat, mendarat jauh di landasan pacu, jadi pasti telah melewati ujung landasan pacu… Jadi bagaimana Anda menyimpulkan semua ini? Tentu ini akan menjadi bahan penyelidikan.

    “Pesawat terbang bukanlah struktur yang kua tpesawat terbang, menurut desainnya, ringan agar efisien dalam penerbangan. Pesawat terbang tidak benar-benar dirancang untuk melaju dengan kecepatan tinggi di bagian perutnya sehingga segala jenis struktur dapat menyebabkan badan pesawat hancur dan kemudian menimbulkan bencana.

    “Bahan bakar disimpan di sayap sehingga begitu sayap patah, maka potensi kebakaran menjadi signifikan.

    “Jadi bukan hal yang pasti bahwa jika dinding itu tidak ada, hasilnya akan sangat berbeda.”

    Kingswood mengatakan bahwa dia akan “terkejut apabila lapangan terbang itu tidak memenuhi semua persyaratan sesuai dengan standar industri”.

    “Saya menduga jika kita berkeliling di lapangan terbang di banyak bandara internasional utama… kita akan menemukan banyak rintangan yang juga dapat dituduh menimbulkan bahaya,” tambahnya.

    Analis penerbangan Sally Gethin mempertanyakan apakah pilot tahu bahwa penghalang itu ada di sana, terutama mengingat pesawat itu mendekat dari arah yang berlawanan dari pendekatan pendaratan yang biasa.

    Dia mengatakan kepada BBC News: “Kita perlu tahu, apakah (pilot) menyadari ada batas dinding yang keras di ujungnya?

    “Jika mereka diarahkan oleh menara kontrol untuk membalikkan penggunaan landasan pacu untuk kedua kalinya, itu harus diungkap dalam penyelidikan black box.”

    “Saya pikir ada begitu banyak pertanyaan.”

    ‘Hati saya sangat pilu, saya tidak percaya apa yang terjadi’

    Perjalanan liburan ke Thailand seharusnya menyenangkan bagi keponakan Maeng Gi-Su dan dua putra keponakannya, yang tengah merayakan lulus ujian universitas.

    Namun perjalanan itu berakhir tragis.

    Ketiganya tewas saat pesawat Jeju Air yang mereka tumpangi mengalami kecelakaan saat melakukan pendaratan di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, Minggu (29/12).

    Kecelakaan ini menewaskan 179 orang dari 181 orang di dalamnya.

    “Saya tidak percaya,” kata Maeng, 78 tahun, kepada BBC.

    “Hati saya amat pilu.”

    Keluarga itu sedang dalam perjalanan dari Bangkok ke Bandara Internasional Muan.

    Pesawat yang ditumpangi mereka tergelincir dari landasan pacu setelah mendarat dan menabrak dinding tidak lama setelah pukul 09:00 waktu setempat pada hari Minggu.

    Semua penumpang Boeing 737-800 tewas, dan menjadikannya kecelakaan pesawat paling mematikan di Korea Selatan.

    Empat awak pesawat termasuk di antara korban tewas, sementara dua orang berhasil diselamatkan dari reruntuhan pesawat dalam keadaan hidup.

    Menurut kantor berita Yonhap, 179 penumpang dalam penerbangan 7C2216 berusia antara tiga hingga 78 tahun, meskipun sebagian besar berusia 40-an, 50-an, dan 60-an.

    Dua orang warga negara Thailand termasuk di antara korban tewas dan sisanya diyakini warga Korea Selatan.

    Lima orang yang meninggal adalah anak-anak di bawah usia 10 tahun, dengan penumpang termuda adalah seorang anak laki-laki berusia tiga tahun.

    Seorang pria berusia enam puluhan mengatakan lima anggota keluarganya yang mencakup tiga generasi berada di pesawat itu.

    Termasuk di antaranya saudara iparnya, putrinya, suaminya, dan anak-anak mereka yang masih kecil, menurut kantor berita Yonhap.

    Banyak penumpang yang merayakan liburan Natal di Thailand dan sedang dalam perjalanan pulang.

    Sepupu salah seorang korban, Jongluk Doungmanee, mengatakan kepada BBC ThaiLand bahwa dia “terkejut” ketika mendengar berita itu.

    “Saya merinding. Saya tidak percaya,” kata Pornphichaya Chalermsin.

    Jongluk telah tinggal di Korea Selatan selama lima tahun terakhir dan bekerja di sebuah industri pertanian.

    Dia biasanya bepergian ke Thailand dua kali setahun selama liburan untuk mengunjungi ayahnya yang sakit dan dua anaknya berusia 7 dan 15 tahun dari pernikahan sebelumnya.

    Dia telah menghabiskan lebih dari dua minggu kali ini bersama suaminya, yang telah kembali ke Korea Selatan pada awal Desember.

    Ayahnya, yang menderita penyakit jantung, “remuk-redam” ketika mengetahui tentang kematiannya, kata Pornphichaya.

    “Ini tidak tertahankan baginya. Dia adalah putri bungsunya”, ujarnya, seraya menambahkan bahwa ketiga anaknya bekerja di luar negeri.

    Sosok ayah lainnya yang berusia 71 tahun, Jeon Je-young, mengatakan kepada Kantor berita Reuters bahwa putrinya Mi-Sook, yang diidentifikasi melalui sidik jarinya, sedang dalam perjalanan pulang setelah bepergian dengan teman-temannya ke Bangkok untuk liburan Natal.

    “Putri saya, yang baru berusia pertengahan 40-an, berakhir seperti ini,” katanya, seraya menambahkan bahwa ia terakhir kali melihatnya pada 21 Desember, ketika ia membawa makanan dan kalender tahun depan ke rumahnya – yang menjadi momen terakhir mereka bersama.

    Mi-Sook meninggalkan seorang suami dan seorang putri remaja.

    “Ini tidak dapat dipercaya”, kata Jeon.

    Seorang perempuan mengatakan saudara perempuannya, yang telah mengalami masa sulit, memutuskan untuk mengunjungi Thailand karena kehidupannya mulai membaik.

    “Dia mengalami begitu banyak kesulitan dan pergi bepergian karena situasinya baru saja mulai membaik,” katanya kepada kantor berita Yonhap.

    Dua pramugari yang selamat dari kecelakaan itu ditemukan di bagian ekor pesawat, bagian yang paling utuh dari reruntuhan.

    Salah satunya adalah seorang pria berusia 33 tahun, dengan nama keluarga Lee, yang dilarikan ke rumah sakit di Mokpo, sekitar 25km di selatan bandara.

    Dia kemudian dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Wanita Ewha Seoul di ibu kota, kantor berita Yonhap melaporkan.

    “Ketika saya bangun, saya sudah diselamatkan,” katanya kepada dokter di rumah sakit, menurut direkturnya Ju Woong, yang berbicara selama jumpa pers.

    Korban selamat, yang menderita patah tulang, menerima perawatan khusus karena risiko efek sampingnya, termasuk kelumpuhan total, kata Ju.

    Korban selamat lainnya, seorang pramugari berusia 25 tahun dengan nama keluarga Koo, sedang dirawat di Asan Medical Center di Seoul timur, demikian laporan Yonhap.

    Dia mengalami cedera kepala dan pergelangan kaki, tetapi dilaporkan dalam kondisi stabil.

    ‘Saya melihat asap tebal dan gelap lalu ada ledakan’

    Belum diketahui secara pasti apa yang menyebabkan kecelakaan itu, tetapi sejumlah saksi mata mengatakan pesawat tersebut terlihat bermasalah sebelum kecelakaan.

    Pemilik restoran Im Young-Hak mengatakan awalnya dia mengira itu adalah kecelakaan kapal tanker.

    “Saya keluar dan melihat asap tebal dan gelap. Setelah itu, saya mendengar ledakan keras, bukan dari kecelakaan itu sendiri. Kemudian ada lebih banyak ledakan – setidaknya tujuh kali,” katanya kepada Reuters.

    “Kami merasa sedih ketika kecelakaan terjadi di belahan dunia lain, tetapi ini terjadi di sini. Ini bikin trauma.”

    Yoo Jae-yong, 41, yang tinggal di dekat bandara, mengatakan kepada media lokal bahwa ia melihat percikan api di sayap kanan sesaat sebelum kecelakaan.

    Kim Yong-cheol, 70, mengatakan pesawat tersebut awalnya gagal mendarat dan berputar balik untuk mencoba mendarat kembali.

    Dia mengaku melihat “asap hitam membumbung tinggi” setelah mendengar “ledakan keras”, seperti dilaporkan kantor berita Yonhap.

    Seorang petugas pemadam kebakaran yang dikirim ke lokasi kejadian mengatakan kepada Reuters bahwa ia belum pernah melihat peristiwa kecelakaan “sebesar ini”.

    Wartawan BBC di lapangan mengatakan suara tangisan anggota keluarga bergema di bandar udara pada Minggu malam, sementara yang lain marah karena butuh waktu lama untuk mengidentifikasi jenazah.

    Ratusan orang masih berada di Bandara Internasional Muan menunggu orang-orang terkasih mereka diidentifikasi.

    Beberapa orang telah memberikan sampel air liur DNA kepada petugas untuk membantu mengidentifikasi jenazah korban, dan pemerintah telah menawarkan layanan pemakaman dan perumahan sementara bagi keluarga yang ditinggalkan.

    Masa berkabung nasional juga telah ditetapkan selama tujuh hari ke depan.

    Namun bagi semua orang terkasih dari mereka yang meninggal, masih banyak pertanyaan yang belum terjawab – terutama penyebab kecelakaan itu, dan apakah itu dapat dihindari.

    “Air di dekat bandara tidak dalam,” kata Jeon kepada Reuters.

    “(Ada) lapangan yang lebih lunak daripada landasan semen ini. Mengapa pilot tidak bisa mendarat di sana saja?”

    Bagaimana kecelakaan terjadi?

    Pesawat Jeju Air yang membawa 181 penumpang dan awak pesawat mengalami kecelakaan saat melakukan pendaratan di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada Minggu (29/12).

    Seluruh penumpang yang berjumlah 175 orang dan empat awak pesawat dilaporkan meninggal dunia.

    Dua pramugari berhasil diselamatkan dan kini sedang menjalani perawatan di rumah sakit. Sejauh ini, pihak berwenang telah mengidentifikasi 22 korban jiwa, menurut kantor berita Yonhap.

    Para saksi yang berbicara kepada Yonhap mengatakan mereka melihat percikan api dan mendengar ledakan sebelum kecelakaan.

    Menurut media setempat, seorang penumpang dalam penerbangan itu sempat mengirim pesan teks kepada kerabatnya dengan mengatakan bahwa seekor burung “tersangkut di sayap” dan pesawat itu tidak dapat mendarat.

    Kerabat tersebut mengatakan dia tak lagi bisa menghubungi kerabatnya yang ada dalam penerbangan itu.

    Hingga kini belum diketahui pasti penyebab kecelakaan pesawat tersebut, namun diperkirakan kawanan burung yang terbang menyebabkan roda pendaratan tidak berfungsi, lapor Yonhap.

    Jika jumlah korban jiwa terus bertambah, insiden kecelakaan pesawat Jeju Air ini menjadi kecelakaan pesawat paling mematikan di Korea Selatan.

    Tergelincir keluar dari landasan pacu

    Insiden terjadi ketika pesawat Jeju Airyang membawa 175 penumpang dan enam awak pesawat mendarat di Bandara Internasional Muan setelah melakukan penerbangan dari Bangkok, Thailand.

    Muan berjarak sekitar 288 km di selatan ibu kota, Seoul.

    Pesawat tersebut disebut keluar dari landasan pacu dan menabrak dinding Bandara Internasional Muan yang terletak di bagian barat daya Korea Selatan, menurut kantor berita Yonhap.

    Rekaman video yang beredar di media sosial menunjukkan pesawat tersebut tergelincir keluar dari landasan pacu dan menabrak dinding sebelum sejumlah bagian pesawat terbakar.

    Rekaman video lainnya menunjukkan kepulan asap tebal membumbung ke langit.

    Dalam foto yang disediakan oleh Badan Pemadam Kebakaran Nasional Korea Selatan, pesawat Jeju Air 7C2216 terbakar setelah tergelincir dari landasan pacu di Bandara Internasional Muan pada tanggal 29 Desember 2024 di Muan-gun, Korea Selatan (Getty Images)

    Percikan api dan ledakan keras

    Yoo Jae-yong, 41, yang menginap di dekat bandara, berkata kepada kantor berita Yonhap bahwa ia melihat percikan api di sayap kanan pesaat sesaat sebelum kecelakaan.

    Kim Yong-cheol, 70, memberi tahu kantor berita tersebut bahwa pesawat Boeing 737-800 itu awalnya gagal mendarat dan berputar balik untuk mencoba lagi melakukan pendaratan.

    Kim mengatakan ia melihat “asap hitam mengepul ke langit” setelah mendengar “ledakan keras”.

    Asap hitam tampak dari pesawat Jeju Air 7C2216 saat melintasi landasan pacu di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada 29 Desember 2024 (Reuters)

    “Saya melihat pesawat itu turun dan mengira akan mendarat ketika saya melihat kilatan cahaya,” saksi lain bernama Cho menambahkan.

    “Kemudian terjadi ledakan keras diikuti oleh asap di udara, dan kemudian saya mendengar serangkaian ledakan,” lanjut Cho.

    Sebelumnya, seorang pejabat transportasi Korea Selatan memberikan rincian tentang apa yang terjadi pada pesawat saat mendekati bandara.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Pesawat itu telah berusaha mendarat tetapi kemudian pengontrol lalu lintas udara memberikan peringatan adanya kawanan burung yang terbang dari arah berlawanan pesawat tersebut, memaksa pesawat untuk menunda pendaratan.

    Sekitar dua menit kemudian, pilot menyebut Mayday kata yang digunakan sebagai sinyal darurat dan komando lalu lintas udara memberikan izin bagi pesawat untuk mendarat dari arah yang berlawanan.

    Petugas pemadam kebakaran mengevakuasi korban tewas di lokasi kecelakaan, Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, pada 29 Desember 2024 (Getty Images)

    Pilot itu kemudian melakukan pendaratan.

    Rekaman video menunjukkan pesawat mendarat tanpa roda pendaratan dan meluncur di landasan sebelum menabrak dinding, menyebabkan ledakan api.

    Perekam data penerbangan di pesawat telah ditemukan, menurut pejabat dari Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan (Molit).

    Dalam konferensi pers, pejabat Molit mengatakan perekam suara pesawat tersebut belum ditemukan.

    Petugas di lokasi kecelakaan pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan Korea Selatan, pada 29 Desember 2024 (Reuters)

    Penumpang di pesawat tersebut terdiri dari 173 warga Korea Selatan dan dua warga Thailand, lapor Yonhap.

    Otoritas Thailand mengonfirmasi ada dua perempuan Thailand dalam penerbangan tersebut, masing-masing berusia 22 dan 45 tahun.

    Sebelumnya, Perdana Menteri Thailand Paetongtarn Shinawatra menulis dalam sebuah unggahan di X: “Saya ingin menyampaikan belasungkawa kepada keluarga mereka yang meninggal dan terluka.”

    Presiden sementara tetapkan zona bencana khusus

    Penjabat sementara Presiden Korsel, Choi Sang-mok, telah mendeklarasikan zona bencana khusus di Muan.

    “Kami menghadapi situasi yang serius ketika banyak korban jiwa meninggal setelah sebuah pesawat tergelincir dari landasan pacu di bandara Muan pagi ini,” kata Choi, menurut pernyataan kantor kepresidenan.

    “Saya menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan menyampaikan rasa hormat yang tulus kepada keluarga yang ditinggalkan.”

    Dia menambahkan bahwa pemerintah “akan melakukan segala upaya” agar korban yang terluka segera pulih.

    Kecelakaan pesawat paling mematikan di Korsel

    Industri penerbangan Korea Selatan dianggap memiliki rekam jejak yang solid dalam hal keselamatan.

    Namun, jika jumlah korban jiwa terus bertambah, insiden kecelakaan pesawat Jeju Air ini akan menjadi kecelakaan pesawat paling mematikan di Korea Selatan.

    Insiden ini kemungkinan juga menjadi satu-satunya kecelakaan fatal yang dialami Jeju Air dalam hampir 20 tahun sejarahnya.

    Jeju Air adalah maskapai penerbangan berbiaya rendah paling populer di Korea, yang terbang ke puluhan tujuan di dalam negeri dan di seluruh Asia.

    Petugas pemadam kebakaran dan petugas penyelamat bekerja di dekat lokasi jatuhnya pesawat Boeing 737-800 Jeju Air yang terbakar di Bandara Internasional Muan (Getty Images)

    Pimpinan eksekutif perusahaan mengatakan pada konferensi pers sebelumnya bahwa maskapai tersebut tidak memiliki riwayat kecelakaan. Ia meminta maaf kepada keluarga korban.

    Sebelumnya, kecelakaan pesawat terburuk di Korea Selatan adalah kecelakaan Air China yang menabrak bukit di dekat kota Busan pada 2002.

    Sebanyak 129 meninggal dunia dan 37 luka dalam insiden tersebut

    Petugas pemadam kebakaran dan petugas penyelamat bekerja di dekat lokasi jatuhnya pesawat Boeing 737-800 Jeju Air yang terbakar di Bandara Internasional Muan (Reuters)

    Sementara itu, terakhir kali maskapai penerbangan Korea Selatan mengalami kecelakaan fatal adalah 11 tahun yang lalu.

    Pada 2013, tiga orang tewas ketika pesawat Asiana Airlines jatuh saat mendarat di Bandara Internasional San Francisco.

    Pada 1997, Sebuah pesawat jumbo jet Korean Air jatuh di Pulau Pasifik Guam, menewaskan 228 orang dari 254 orang di dalamnya.

    Pada September 1983, sebuah pesawat Korean Airlines ditembak jatuh oleh jet Soviet, setelah memasuki wilayah udara Soviet di atas pulau Sakhalin. Seluruh 269 orang di dalamnya tewas.

    Artikel ini akan terus diperbarui

    (nvc/nvc)