Perusahaan: Boeing

  • Video : Pesawat Boeing 737-800 Mendarat Darurat

    Video : Pesawat Boeing 737-800 Mendarat Darurat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Kasus pendaratan darurat pesawat buatan Boeing kembali terjadi. Kali ini, penerbangan maskapai utair dengan nomor 881 melakukan pendaratan darurat di Moskow.

    Selengkapnya dalam program Property Point CNBC Indonesia, Rabu (08/01/2025).

  • Update Tragedi Jeju Air: Perpanjang Penutupan Bandara-Ada Ancaman Bom

    Update Tragedi Jeju Air: Perpanjang Penutupan Bandara-Ada Ancaman Bom

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah Korea Selatan mengatakan pada Senin (6/1/2025) pihaknya akan memperpanjang penutupan Bandara Internasional Muan selama seminggu hingga 14 Januari 2025. Penutupan dilakukan karena masih berlangsungnya penyelidikan kecelakaan pesawat Jeju Air.

    Melansir Reuters, bandara tersebut seharusnya dibuka kembali pada hari Selasa setelah kecelakaan yang menewaskan 179 penumpang di dalamnya terjadi pada tanggal 29 Desember. Tim investigasi gabungan meningkatkan penyelidikan atas kecelakaan udara paling mematikan di Korea Selatan. Dua dari investigator Korea pada Senin akan berangkat ke Amerika Serikat (AS) dengan perekam data penerbangan untuk dianalisis oleh Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS.

    Perekam data penerbangan, bersama dengan perekam suara kokpit, adalah dua kotak hitam yang berisi informasi penting tentang kecelakaan tersebut. Pada Sabtu, investigator mengumpulkan transkrip lengkap dari perekam suara kokpit yang ditemukan dari reruntuhan Jeju Air yang menggunakan pesawat Boeing 737-800. Tidak jelas apakah mereka akan mengungkapkan transkrip tersebut.

    Sementara itu, polisi Korsel pada Senin juga mengatakan pihaknya akan melakukan investigasi gabungan internasional atas surel warga Jepang yang mengaku bertanggung jawab atas kecelakaan fatal Jeju Air tersebut.

    Foto: REUTERS/Kim Soo-hyeon
    Military personnel work at the site where an aircraft of Jeju Air went off the runway and crashed at Muan International Airport, in Muan, South Korea, December 30, 2024. REUTERS/Kim Soo-hyeon REFILE – CORRECTING ACTION FROM “WALK” TO “WORK”.

    Polisi memulai investigasi seminggu yang lalu setelah seorang pejabat Kementerian Kehakiman menerima surel yang dikirim oleh seseorang yang mengaku sebagai pengacara Jepang. Surel tersebut juga berisi ancaman untuk meledakkan bom berdaya tinggi di beberapa daerah pusat kota Korea Selatan.

    “Kami berencana untuk meminta kerja sama dari polisi Jepang melalui Interpol dan mengupayakan kerja sama peradilan pidana internasional melalui jalur diplomatik,” kata seorang pejabat di Badan Kepolisian Nasional Korea (KNPA).

    Polisi menduga ancaman surel terbaru mungkin dilakukan oleh pelaku yang sama yang telah mengirim surel dan faks serupa ke sejumlah organisasi domestik besar sejak Agustus 2003.

    Sementara itu, KNPA mengatakan bahwa pihaknya sedang menyelidiki 126 komentar jahat daring tentang korban kecelakaan Jeju Air dan keluarga mereka yang ditinggalkan hingga Minggu pukul 5 sore waktu setempat.

    (tfa/wur)

  • Penutupan Bandara Muan Diperpanjang Seminggu, Investigasi Kecelakaan Jeju Air Berlanjut – Halaman all

    Penutupan Bandara Muan Diperpanjang Seminggu, Investigasi Kecelakaan Jeju Air Berlanjut – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Penutupan Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, akan diperpanjang selama satu minggu.

    Bandara Internasional Muan dijadwalkan dibuka kembali pada Selasa (7/1/2025).

    Namun, pada Senin (6/1/2025), pemerintah Korea Selatan mengatakan akan memperpanjang penutupan Bandara Internasional Muan hingga 14 Januari 2025, dikutip dari Indian Express.

    Hal ini lantaran tim investigasi akan melanjutkan penyelidikan terkait kecelakaan pesawat Jeju Air yang menewaskan 179 penumpang pada Minggu (29/12/2024), lalu.

    Penutupan Bandara Internasional Muan yang berkepanjangan akibat kecelakaan pesawat Jeju Air telah menimbulkan dampak signifikan bagi maskapai penerbangan yang beroperasi di sana, dikutip dari Chosun Biz.

    Dua maskapai utama, Jeju Air dan Jin Air, terpaksa dihentikan sementara semua jadwal penerbangan mereka dari bandara tersebut.

    Kedua maskapai belum bisa membuka jadwal reservasi penerbangan ke berbagai rute internasional maupun domestik yang biasa mereka layani.

    Jin Air, yang melayani rute penerbangan dari Muan ke Jepang dan Taiwan, terpaksa menunda seluruh operasinya. 

    Sementara itu, Jeju Air menghadapi tantangan lebih besar karena mengoperasikan lebih banyak rute, termasuk ke Jeju, Jepang, Taiwan, Tiongkok, Thailand, dan Malaysia. 

    Sementara, beberapa pengamat mengatakan dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk membuka kembali bandara setelah pemeliharaan fasilitas bandara, termasuk riset lokal yang rusak akibat kecelakaan, dikutip dari Maeil Busines Newspaper.

    Investigasi Masih Berlangsung

    Tim investigasi gabungan terus mempercepat upaya mengungkap penyebab kecelakaan pesawat Jeju Air, yang tercatat sebagai insiden udara paling mematikan di Korea Selatan. 

    Pada Senin, dua penyelidik dari Korea Selatan akan berangkat ke Amerika Serikat membawa perekam data penerbangan (FDR) untuk dianalisis lebih lanjut oleh Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB).

    Perekam data penerbangan (FDR) dan perekam suara kokpit (CVR) adalah dua komponen kotak hitam yang memuat informasi penting terkait kondisi pesawat sebelum kecelakaan.

    Sabtu lalu, tim investigasi berhasil mengumpulkan transkrip lengkap dari perekam suara kokpit yang ditemukan di pendingin pesawat Boeing 737-800. 

    Namun, belum jelas apakah hasil transkrip tersebut akan dipublikasikan.

    Analisis Mesin Pesawat Dilakukan Bersama Perwakilan GE

    Selain kotak hitam, penyelidik juga telah mengambil dua mesin pesawat selama akhir pekan sebagai bagian dari penyelidikan menyeluruh. 

    Proses ini dilakukan dengan melibatkan perwakilan dari General Electric (GE), perusahaan pembuat mesin pesawat tersebut. 

    Investigasi terhadap mesin bertujuan untuk mengidentifikasi kemungkinan adanya kegagalan teknis yang berkontribusi terhadap kecelakaan fatal tersebut.

    Kronologi Kecelakaan Pesawat Jeju Air 

    Pesawat Boeing 737-800 milik Jeju Air, dengan rute Seoul-Muan mengalami kecelakaan, 29 Desember 2024.

    Pesawat ini dipenuhi wisatawan dalam paket wisata Natal.

    Saat pesawat take off hingga pukul 08.57 pagi waktu setempat tampak baik-baik saja.

    Namun beberapa saat kemudian pengawas lalu lintas udara di bandara internasional Muan, melihat sesuatu yang mengkhawatirkan.

    Mengetahui ada hal yang tidak beres dalam penerbangan tersebut, pengawas mengirimkan peringatan tabrakan burung melalui radio ke kokpit. 

    Beberapa detik kemudian, pilot mengumumkan “mayday, mayday, mayday”.

    Seorang pria yang sedag memancing di pantai terdekat mengatakan ia menyaksikan insiden tersebut.

    Ia mengatakan terdapat sekelompok burung yang menabrak mesin sisi kanan pesawat.

    Kemudian terdengar suara ledakan keras dari pesawat dan percikan api.

    Tepat pada pukul 09.03 pagi, pesawat tersebut tergelincir karena roda pendaratan yang tak berfungsi di sepanjang landasan pasu.

    Hingga akhirnya pesawat menabrak struktur bantuan navigasi yang terbuat dari beton dan dinding pembatas.

    Tabrakan itu menimbulkan ledakan dan puing-puing berserakan.

    Sayangnya, 179 orang dari total 181 jiwa, dinyatakan meninggal dunia.

    Insiden ini menjadikan kecelakaan udara paling mematikan dalam sejarah penerbangan sipil Korea Selatan.

    (Tribunnews.com/Farrah)

    Artikel Lain Terkait Pesawat Jeju Air Jatuh di Korsel

  • Jenazah 42 Korban Tragedi Jeju Air Diserahkan kepada Keluarga – Halaman all

    Jenazah 42 Korban Tragedi Jeju Air Diserahkan kepada Keluarga – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Sebanyak 42 jenazah korban kecelakaan Jeju Air di Bandara Internasional Muan di Jeolla Selatan telah diserahkan kepada keluarga mereka hingga Jumat 3(/1/2025) pagi.

    Lima korban lainnya akan dimakamkan pada hari Jumat setelah upacara pemakaman mereka di hari yang sama.

    Pada Kamis (2/1/2025), pemakaman untuk empat korban lainnya telah selesai, Korea JoongAng Daily melaporkan.

    Pada Minggu (29/12/2025), sebuah pesawat Boeing 737-800 maskapai Jeju Air tergelincir dari landasan pacu saat mendarat dan bertabrakan dengan localizer.

    Kecelakaan itu mengakibatkan 179 kematian dan dua awak kabin terluka.

    Polisi, militer, dan petugas pemadam kebakaran terus melakukan upaya pencarian di lokasi kecelakaan untuk menemukan barang-barang milik korban dan bagian tubuh yang hilang.

    Mereka berharap dapat mengembalikan jenazah yang utuh kepada keluarga korban.

    Polisi juga telah menyelesaikan operasi pencarian dan penyitaan selama 26 jam di bandara, yang dimulai pada Kamis (2/1/2025) pukul 09.00 pagi.

    Para penyelidik sedang berupaya mengamankan catatan tentang operasi penerbangan dan rekaman pengawasan yang menunjukkan jalur pesawat sebelum kecelakaan.

    Pihak berwenang dilaporkan sedang meninjau komunikasi antara pengendali lalu lintas udara dan pilot.

    Mereka juga memeriksa kesesuaian localizer dan struktur pendukungnya yang berbasis beton, serta catatan perawatan pesawat yang dimaksud.

    Operasi pencarian dan penyitaan di Kantor Penerbangan Regional Busan cabang Muan dan kantor Jeju Air Seoul telah selesai masing-masing pada pukul 14.00 dan 19.00 waktu setempat pada Kamis (2/1/2025).

    Sementara itu, polisi telah memperoleh surat perintah penggeledahan dan penyitaan atas tuduhan kelalaian pekerjaan yang mengakibatkan kematian dan cedera, belum ada individu yang didakwa atas tuduhan tersebut.

    Jeju Air Terancam Penangguhan 150 Hari

    Jeju Air menghadapi konsekuensi serius, termasuk penghentian operasi, sembari menunggu hasil investigasi atas tragedi di Bandara Internasional Muan.

    Kecelakaan tersebut melibatkan tabrakan pesawat dengan struktur eksternal, yang mengakibatkan 179 korban jiwa.

    Jika ditemukan kesalahan operasional atau kelalaian, maskapai ini berisiko dikenai sanksi berat, Chosun Daily melaporkan.

    Para ahli mengatakan bahwa Jeju Air mungkin akan bertanggung jawab secara hukum jika kecelakaan tersebut disebabkan oleh kelalaian atau kesalahan operasional.

    Kecuali jika faktor luar yang tak terhindarkan, seperti tabrakan dengan burung, menjadi penyebab kecelakaan.

    Dalam hal ini, maskapai dapat menghindari tanggung jawab hukum.

    Kecelakaan yang disebabkan oleh kesalahan pilot tersebut menjadi preseden bagi pertanggungjawaban maskapai terkait kelalaian dalam pengawasan.

    Kasus ini mirip dengan kecelakaan tahun 2013 yang melibatkan Asiana Airlines, yang terpaksa menghadapi penangguhan setelah insiden di Bandara Internasional San Francisco.

    Pada Juli 2013, Penerbangan 214 milik Asiana Airlines jatuh saat mendarat di San Francisco.

    Boeing 777-28E/ER yang terlibat menabrak tanggul dekat landasan pacu, mengakibatkan tiga orang meninggal dan 187 lainnya cedera, termasuk 49 orang yang mengalami luka serius.

    Penyelidikan mengungkapkan bahwa pilot gagal melakukan go-around (putar balik) meskipun pesawat dalam kondisi pendekatan yang tidak stabil.

    Kecepatan turunnya yang terlalu cepat menyebabkan pesawat jatuh di bawah jalur pendaratan yang aman.

    Penyelidikan lebih lanjut menemukan bahwa awak pesawat terdiri dari seorang pilot yang sedang menjalani pelatihan dan seorang instruktur yang mengawasi untuk pertama kalinya.

    Pada November 2014, Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan (MOLIT) menetapkan bahwa Asiana Airlines melanggar kewajibannya dalam menugaskan dan mengawasi pilotnya.

    Sebagai hukuman, maskapai tersebut dilarang mengoperasikan rute Incheon-San Francisco selama 45 hari, dikurangi dari maksimum 90 hari karena upaya awak pesawat untuk meminimalkan korban.

    Meskipun Asiana Airlines menentang keputusan tersebut, Mahkamah Agung Korea Selatan menguatkan penangguhan pada tahun 2019.

    Keputusan ini memperkuat standar akuntabilitas maskapai terkait pengawasan.

    Pihak dalam industri penerbangan memperkirakan Jeju Air dapat menghadapi sanksi serupa.

    Jika kelalaian atau kesalahan operasional ditemukan dalam kecelakaan Muan, maskapai ini berisiko dijatuhi sanksi berdasarkan Undang-Undang Keselamatan Penerbangan.

    Undang-undang tersebut memberi wewenang pada MOLIT untuk mencabut lisensi operator atau menjatuhkan penangguhan hingga enam bulan jika kelalaian berat atau pengawasan personel gagal dijalankan.

    Mengingat skala tragedi Muan, Jeju Air dapat menghadapi hukuman penangguhan hingga 150 hari untuk rute Thailand–Muan jika terbukti bersalah.

    Hukuman ini akan menjadi sanksi tertinggi kedua menurut undang-undang tersebut, dengan hukuman maksimum untuk kecelakaan yang melibatkan 200 kematian atau lebih.

    Jeju Air Pangkas 1.900 Penerbangan

    Jeju Air akan memangkas 1.900 penerbangan pada periode Januari-Maret menyusul kecelakaan fatal yang terjadi.

    Keputusan ini diambil setelah kritik terhadap maskapai yang mencatat jam operasional tinggi serta staf perawatan yang rendah.

    Direktur Divisi Administrasi Manajemen Jeju Air, Song Kyung-hoon mengatakan dalam konferensi pers pada Jumat (3/1/2025) kalau Jeju Air akan mengurangi penerbangan yang sering dilalui, termasuk penerbangan domestik.

    “Untuk penerbangan internasional, pengurangan akan difokuskan pada rute Jepang dan Asia Tenggara,” katanya, dikutip dari Korea JongAng Daily.

    “Sudah saatnya untuk tidak memikirkan pendapatan kami tetapi mempertimbangkan keamanan rute,” tambahnya.

    Sebelumnya, maskapai ini mengumumkan rencana untuk mengurangi penerbangan “sebesar 10 hingga 15 persen” hingga Maret setelah kecelakaan fatal di Kabupaten Muan, Jeolla Selatan, yang terjadi pada 31 Desember.

    Selain itu, Jeju Air mengungkapkan bahwa sejumlah pembayaran di muka sebesar 260 miliar won ($177 juta) yang diterima telah terancam setelah pelanggan membatalkan reservasi.

    “Beberapa bagian dari 260 miliar won telah dibatalkan,” kata Song.

    “Namun, kami telah mendapatkan reservasi baru [dan] kami telah mengamankan 140 miliar won dalam bentuk tunai.”

    Jeju Air juga telah mencapai kesepakatan dengan keluarga korban terkait dukungan keuangan pemakaman.

    Akan tetapi masih dalam proses negosiasi dengan perusahaan asuransi mengenai pembayaran klaim asuransi.

    lihat foto
    Personel forensik polisi dan pejabat Biro Investigasi Nasional bekerja di lokasi kejadian pesawat Boeing 737-800 Jeju Air jatuh dan terbakar di Bandara Internasional Muan di Muan, sekitar 288 kilometer barat daya Seoul pada 31 Desember 2024. – Boeing 737 -800 membawa 181 orang dari Thailand ke Korea Selatan ketika pesawat tersebut jatuh pada saat kedatangan pada tanggal 29 Desember, menewaskan semua orang di dalamnya — kecuali dua pramugari yang ditarik dari kecelakaan tersebut. puing-puing bencana penerbangan terburuk di tanah Korea Selatan. (Photo by YONHAP / AFP)

    Kronologi Kecelakaan Jeju Air

    Kecelakaan Jeju Air terjadi pukul 09.00 pagi waktu setempat.

    Mengutip The Korea Herald, maskapai berbiaya rendah itu awalnya diperingatkan oleh petugas menara kontrol tentang potensi serangan burung.

    Insiden ini terjadi saat pesawat berusaha melakukan pendaratan awal setelah pukul 09.00 waktu setempat.

    Pilot sempat mengeluarkan peringatan “mayday” sebelum mencoba mendarat kembali.

    Setelah itu, komando lalu lintas udara memberikan izin bagi pesawat untuk mendarat dari arah yang berlawanan.

    Video dramatis menunjukkan pesawat mencoba “pendaratan miring” tanpa roda pendaratan yang diaktifkan.

    Rekaman video menunjukkan pesawat meluncur di sepanjang landasan pacu dengan asap mengepul.

    Kecepatan yang tidak terkendali membuat pesawat keluar dari landasan.

    Pesawat akhirnya menabrak dinding di ujung landasan dan terbakar.

    “Mendengar ledakan keras diikuti oleh serangkaian ledakan,” kata saksi yang dikutip Yonhap.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Jeju Air Pangkas 1.900 Penerbangan Domestik dan Internasional Buntut Kecelakaan Maut – Halaman all

    Jeju Air Pangkas 1.900 Penerbangan Domestik dan Internasional Buntut Kecelakaan Maut – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Maskapai penerbangan Korea Selatan (Korsel) Jeju Air memangkas sekitar 1.900 penerbangan domestik dan internasional hingga Maret 2025.

    Adapun rute-rute utama Jeju Air yang dipangkas termasuk ke Tokyo, Osaka, dan Fukuoka di Jepang, serta ke Da Nang, Vietnam.

    Keputusan itu diambil menyusul insiden kecelakaan yang menewaskan 179 orang di Muan pada 29 Desember lalu.

    “Jeju Air akan mengurangi penerbangan yang sering kami terbangi, termasuk penerbangan domestik, dan untuk penerbangan internasional, pengurangan akan dipusatkan di sekitar rute Jepang dan Asia Tenggara,” kata direktur divisi administrasi manajemen Jeju Air, Song Kyung-hoon, mengutip dari Korea joongAng Daily.

    “Sudah saatnya untuk tidak memikirkan pendapatan kami tetapi mempertimbangkan keamanan rute,” imbuh Kyung-hoon, dalam konferensi pers yang diadakan di Seoul bagian barat.

    Sebelum pemangkasan dilakukan, maskapai tersebut awalnya telah membatalkan 67.000 pemesanan tiket hanya dalam 2 hari.

    Yakni sejak kecelakaan pada 29 Desember lepas pukul 09.00 hingga 30 Desember pukul 13.00 waktu setempat.

    Imbas pembatalan reservasi penerbangan, Jeju Air merugi sebesar 260 miliar won atau 177 juta dollar AS.

    Pihak Jeju Air menjelaskan pengurangan jumlah penerbangan tersebut juga dilakukan pihak maskapai untuk membenahi manajemen operasional seluruh penerbangan.

    Polisi Korsel Geledah Kantor Jeju Air

    Terpisah, pada tanggal 2 Januari kemarin kepolisian Korea Selatan menggeledah kantor maskapai penerbangan Jeju Air usai insiden kecelakaan tragis yang menimpa pesawat Jeju Air 7C2216 jenis Boeing 737-800.

    Dilansir dari The Guardian, penggeledahan dilakukan sebagai bagian dari investigasi atas kecelakaan hari Minggu yang menewaskan 179 orang.

    Adapun penggeledahan ini dilakukan pihak berwenang setempat untuk mencari dan menyita dokumen yang terkait dengan pengoperasian dan pemeliharaan pesawat Boeing 737-800.

    “Sehubungan dengan kecelakaan pesawat operasi pencarian dan penyitaan sedang dilakukan mulai pukul 09.00 pagi pada tanggal 2 Januari di tiga lokasi,” demikian pernyataan polisi Korea Selatan.

    “Polisi berencana untuk segera dan tegas menentukan penyebab dan tanggung jawab atas kecelakaan ini sesuai dengan hukum dan prinsip,” lanjut mereka.

    Merespon penggrebekan itu, Song Kyeong-hoon, Direktur Jeju Air mengatakan maskapai siap bekerja sama dengan polisi untuk mengungkap tragedi itu.

    Tak hanya kantor Jeju Air, penggeledahan juga dilakukan di Bandara Internasional Muan.

    Pejabat presiden Korea Selatan , Choi Sang-mok, menyatakan tindakan harus segera diambil jika penyelidikan mengungkap ada masalah dengan model pesawat tersebut.

    “Karena ada kekhawatiran publik yang besar tentang model pesawat yang sama yang terlibat dalam kecelakaan tersebut, Kementerian Perhubungan dan lembaga terkait harus melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap operasi pemeliharaan, pendidikan, dan pelatihan,” kata Choi.

    Korsel Gelar Inspeksi Massal

    Lebih lanjut, untuk mengantisipasi terjadinya kecelakaan serupa Pemerintah Korea Selatan  berencana untuk menginspeksi semua pesawat jenis Boeing 737-800 yang dioperasikan di negeri tersebut.

    Seorang pejabat Kementerian Transportasi Korsel menyatakan pemerintah bakal melakukan pemeriksaan menyeluruh untuk mengetahui apakah seluruh maskapai penerbangan telah mengikuti aturan dengan benar.

    Mengutip dari NPR, inspeksi tersebut rencananya akan mencakup pemeriksaan terhadap tingkat pemanfaatan pesawat.

    Kemudian ada pemeriksaan penerbangan, hingga penelusuran terhadap catatan pemeliharaan pesawat.

    Sejauh ini jenis Boeing 737-800 yang dioperasikan secara luas oleh maskapai bertarif rendah (LCC) di Korea Selatan seperti Jeju Air yakni sebanyak 39 pesawat.

    Sementara itu maskapai LCC lain yang mengoperasikan Boeing 737-800 ada T’way Air dengan 27 pesawat, Jin Air dengan 19 pesawat.

    Sementara Eastar Jet dengan 10 pesawat, dan Air Incheon dengan dua pesawat.

    (Tribunnews.com / Namira Yunia)

  • Penerbangan Ajaib Berangkat 2025 Tiba 2024, Ini Penjelasan Ilmiahnya

    Penerbangan Ajaib Berangkat 2025 Tiba 2024, Ini Penjelasan Ilmiahnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perjalanan lintas waktu atau kerap diistilahkan ‘time travel’ sudah dirasakan penumpang Cathay Pacific dengan nomor penerbangan 880 beberapa saat lalu. Para penumpang bisa merayakan momen Tahun Baru 2025 sebanyak 2 kali.

    Dikutip dari Travel Radar, Sabtu (5/1/2025), penumpang pesawat Boeing 777-300ER tersebut lepas landas dari Bandara Internasional Hong Kong tepat setelah tengah malam pada tanggal 1 Januari 2025, waktu setempat.

    Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 12 jam dan melintasi beberapa zona waktu, pesawat mendarat di Bandara Internasional Los Angeles (LAX).

    Dengan perbedaan waktu 16 jam antara Hong Kong dan Los Angelers, penerbangan mendarat di LAX pada pukul 20.30 waktu setempat tanggal 31 Desember 2024. Mereka tiba sekitar 20 menit lebih cepat dari jadwal.

    Perjalanan ke masa lalu ini dimungkinkan oleh Garis Tanggal Internasional (IDL), yaitu garis imajiner yang membentang dari Kutub Utara ke Kutub Selatan melalui Samudra Pasifik.

    IDL mewakili batas antara satu hari kalender dan hari berikutnya. Oleh karena itu, ketika melintasi IDL dari barat ke timur, para pelancong secara efektif mendapatkan waktu satu hari, menciptakan ilusi seperti kembali ke masa lalu.

    Fenomena ini memungkinkan penumpang yang beruntung di penerbangan 880 bisa mengamati kedatangan tahun 2025 sebanyak 2 kali.

    Meskipun Cathay Pacific dengan nomor penerbangan 880 mendapat banyak sorotan, ini bukan satu-satunya penerbangan yang mengalami perubahan waktu.

    Penerbangan trans-Pasifik lainnya yang menuju ke timur secara teratur melintasi IDL, memungkinkan penumpang melakukan ‘time travel’ dengan cara yang sama.

    Hawaiian Airlines, Air New Zealand, dan Fiji Airways adalah beberapa maskapai penerbangan lain yang mengoperasikan penerbangan tersebut, yang secara efektif melakukan perjalanan kembali ke masa lalu ke tahun 2024. Sementara itu, penerbangan menuju wilayah barat akan melewatkan perayaan Tahun Baru sepenuhnya.

    (fab/fab)

  • Lion Air Ditunjuk Jadi Maskapai Penerbangan Haji 2025

    Lion Air Ditunjuk Jadi Maskapai Penerbangan Haji 2025

    Jakarta: Pemerintah Indonesia secara resmi telah menunjuk Lion Air Group sebagai salah satu maskapai penerbangan yang dipercaya untuk melayani ibadah haji pada tahun 2025.

    Penunjukkan ini merupakan sebuah kehormatan sekaligus tanggung jawab besar bagi Lion Air Group, mengingat haji merupakan salah satu ibadah terpenting bagi umat Islam.

    Direktur Operasional Lion Air Group, Captain Daniel Putut, mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan. 

    “Kami ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan kepada pemerintah memberikan kepercayaan kepada kami di 2025 ini untuk ikut menjadi melayani jemaah haji Indonesia untuk musim haji 2025,” kata Daniel Putut dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VIII DPR RI.
    Penunjukan Lion Air Group sebagai maskapai penerbangan haji 2025 tidak lepas dari pengalaman dan reputasi baik yang telah dibangun selama bertahun-tahun. Sejalan dengan hal tersebut, Lion Air Group telah melakukan sejumlah persiapan untuk masing-masing embarkasi dan debarkasi.

    Baca juga: Vietjet Gandeng Honeywell untuk Penerbangan yang Ramah Lingkungan

    Secara terperinci, sebanyak 10 pesawat disiapkan untuk mengangkut jemaah haji Indonesia, 116 pilot, serta 131 pramugara dan pramugari. Selain itu, pihaknya juga menyiapkan 64 engineer di mana semuanya memiliki kualifikasi secara safety, security maupun service. Pesawat yang disiapkan merupakan milik Lion Air Group.

    “Kami siapkan 10 pesawat dan paling tua usia pesawatnya adalah 2014, jadi baru 10 tahun, yang lain bahkan ada yang usia 2 tahun,” lanjutnya.

    Selain 10 pesawat utama, ?Lion Air Group telah menyiapkan tiga pesawat cadangan untuk mendukung keberangkatan jemaah haji ke Tanah Suci. Dengan kesiapan tersebut, Daniel optimis bahwa berbagai permasalahan terkait haji yang sering muncul dapat dihindari, mengingat pihaknya berkomitmen untuk menyelenggarakan ibadah haji 2025 dengan lancar.

    “Kami memiliki fasilitas perawatan pesawat sendiri, dan saat ini pesawat-pesawat yang disiapkan untuk ibadah haji 2025 sedang menjalani persiapan di MRO Batam,” tambahnya.

    Daniel juga mengungkapkan bahwa Lion Air Group telah melayani penerbangan jemaah umrah sejak 2009 dengan dua pesawat berbadan lebar tipe Boeing 747-400.

    Pada 2011, Flynas, maskapai Arab Saudi juga menyewa pesawat Lion Air Group untuk penerbangan jemaah haji dari Afrika, Eropa, dan Asia Tengah ke Arab Saudi.

    “Hampir 13 tahun kami sudah berpengalaman dalam melayani penerbangan jemaah umrah,” ungkapnya.

    Jakarta: Pemerintah Indonesia secara resmi telah menunjuk Lion Air Group sebagai salah satu maskapai penerbangan yang dipercaya untuk melayani ibadah haji pada tahun 2025.

    Penunjukkan ini merupakan sebuah kehormatan sekaligus tanggung jawab besar bagi Lion Air Group, mengingat haji merupakan salah satu ibadah terpenting bagi umat Islam.
     
    Direktur Operasional Lion Air Group, Captain Daniel Putut, mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan. 
     
    “Kami ucapkan puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan kepada pemerintah memberikan kepercayaan kepada kami di 2025 ini untuk ikut menjadi melayani jemaah haji Indonesia untuk musim haji 2025,” kata Daniel Putut dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VIII DPR RI.

    Penunjukan Lion Air Group sebagai maskapai penerbangan haji 2025 tidak lepas dari pengalaman dan reputasi baik yang telah dibangun selama bertahun-tahun. Sejalan dengan hal tersebut, Lion Air Group telah melakukan sejumlah persiapan untuk masing-masing embarkasi dan debarkasi.

    Secara terperinci, sebanyak 10 pesawat disiapkan untuk mengangkut jemaah haji Indonesia, 116 pilot, serta 131 pramugara dan pramugari. Selain itu, pihaknya juga menyiapkan 64 engineer di mana semuanya memiliki kualifikasi secara safety, security maupun service. Pesawat yang disiapkan merupakan milik Lion Air Group.
    “Kami siapkan 10 pesawat dan paling tua usia pesawatnya adalah 2014, jadi baru 10 tahun, yang lain bahkan ada yang usia 2 tahun,” lanjutnya.
     
    Selain 10 pesawat utama, ?Lion Air Group telah menyiapkan tiga pesawat cadangan untuk mendukung keberangkatan jemaah haji ke Tanah Suci. Dengan kesiapan tersebut, Daniel optimis bahwa berbagai permasalahan terkait haji yang sering muncul dapat dihindari, mengingat pihaknya berkomitmen untuk menyelenggarakan ibadah haji 2025 dengan lancar.
     
    “Kami memiliki fasilitas perawatan pesawat sendiri, dan saat ini pesawat-pesawat yang disiapkan untuk ibadah haji 2025 sedang menjalani persiapan di MRO Batam,” tambahnya.

    Daniel juga mengungkapkan bahwa Lion Air Group telah melayani penerbangan jemaah umrah sejak 2009 dengan dua pesawat berbadan lebar tipe Boeing 747-400.
     
    Pada 2011, Flynas, maskapai Arab Saudi juga menyewa pesawat Lion Air Group untuk penerbangan jemaah haji dari Afrika, Eropa, dan Asia Tengah ke Arab Saudi.
     
    “Hampir 13 tahun kami sudah berpengalaman dalam melayani penerbangan jemaah umrah,” ungkapnya.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (WAN)

  • Transkrip Rekaman Kokpit Jeju Air 2216 Nyaris Tuntas

    Transkrip Rekaman Kokpit Jeju Air 2216 Nyaris Tuntas

    Jakarta, CNN Indonesia

    Para penyidik Korea Selatan mengatakan pada Sabtu (4/1) bahwa mereka hampir menyelesaikan transkrip rekaman suara kokpit pesawat Jeju Air 2216 yang kecelakaan dan menewaskan 179 orang.

    Rekaman itu bisa menyimpan petunjuk soal saat-saat terakhir penerbangan yang membawa 181 penumpang dan awak dari Thailand ke Korea Selatan, ketika pesawat itu mendarat darurat sebelum menghantam penghalang beton di ujung landasan.

    Para penyidik Korea Selatan dan AS, termasuk dari produsen pesawat Boeing, telah menyisir lokasi kecelakaan di Muan barat daya untuk mencari tahu penyebabnya.

    “Transkrip perekam suara kokpit (CVR) diharapkan selesai hari ini, dan perekam data penerbangan (FDR) sedang dalam proses dipersiapkan untuk diangkut ke Amerika Serikat untuk dianalisis,” kata kementerian pertahanan Korea Selatan, seperti dikutip dari AFP.

    Para investigator juga menemukan mesin pesawat dari lokasi kecelakaan minggu ini.

    Penyebab pasti kecelakaan Boeing 737-800 masih belum diketahui, tetapi para penyelidik telah mengungkapkan kemungkinan tabrakan dengan burung, roda pendaratan yang rusak, dan pembatas landasan pacu.

    Pihak berwenang minggu ini melakukan operasi pencarian dan penyitaan di bandara Muan tempat pesawat jatuh, kantor penerbangan regional di kota barat daya, dan kantor Jeju Air di ibu kota Seoul, kata polisi.

    Pimpinan eksekutif Jeju Air Kim E-bae telah dilarang meninggalkan negara itu selama penyelidikan masih berlangsung.

    Pilot sempat memperingatkan tabrakan dengan burung sebelum membatalkan pendaratan pertama, dan kemudian jatuh pada upaya kedua ketika roda pendaratan tidak muncul.

    Video dramatis menunjukkan pesawat bertabrakan dengan pembatas beton di ujung landasan pacu sebelum terbakar.

    Pihak berwenang telah mulai mengangkat puing-puing jet, dan mengembalikan beberapa jenazah korban yang teridentifikasi dan barang-barang pribadi yang ditemukan dari lokasi kecelakaan kepada keluarga yang berduka.

    Pesawat itu sebagian besar membawa wisatawan Korea Selatan yang kembali dari perjalanan akhir tahun ke Bangkok, kecuali dua penumpang asal Thailand.

    Gambar dari media lokal menunjukkan pihak berwenang menyerahkan barang-barang termasuk telepon pintar, serta mangga kering dan kelapa yang bersumber dari Thailand.

    (AFP/vws)

    [Gambas:Video CNN]

  • Dirut Garuda Wamildan Tsani Tertarik Pesawat China, Begini Spesifikasi C919 yang Diincar

    Dirut Garuda Wamildan Tsani Tertarik Pesawat China, Begini Spesifikasi C919 yang Diincar

    Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) Wamildan Tsani mengungkap pihaknya tengah menjalin komunikasi dengan produsen pesawat China Commercial Aircraft Corporation of China, Ltd. (Comac) terkait peluang penggunaan pesawat jet C919. 

    “Saya belum bisa jawab [penggunaan pesawat China oleh Garuda Indonesia], tapi komunikasi sudah mulai, tetapi kalau sampai betul-betul pesawatnya kita operasikan kan itu masih cukup panjang,” kata Wamildan di Kementerian BUMN, Kamis (2/1/2024). 

    Lalu produk China yang seperti apa yang dimiliki Comac sehingga garuda membuka komunikasi? Mengutip laman resmi Comac pesawat jet C919 dirancang oleh Commercial Aircraft Corporation of China, Ltd. (Comac) dengan tata letak kapasitas 158 hingga 192 kursi dan jangkauan 4.075 hingga 5.555 kilometer. Spesifikasi ini diklaim memenuhi standar kelaikan udara internasional dan memiliki hak kekayaan intelektual independen.  

    Diluncurkan pertama kali pada 2 November 2015, C919 berhasil menjalani uji terbang perdana pada 5 Mei 2017. Sertifikat Tipe dari Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok (CAAC) diperoleh pada 29 September 2022, dan pesawat pertama dikirimkan pada 9 Desember 2022. Operasi komersial pesawat ini dimulai pada 28 Mei 2023.  

    Hingga 19 Desember 2024, COMAC telah mengirimkan 14 unit pesawat C919 kepada tiga maskapai besar, yakni China Eastern Airlines (CEA), Air China, dan China Southern Airlines. Sebagai pelanggan peluncuran pertama, CEA telah mengoperasikan sembilan unit C919 di delapan rute domestik, melayani lebih dari 850.000 penumpang dengan total 6.240 penerbangan komersial.  

    Kemudian Air China menggunakan C919 pada empat rute utama dari Beijing ke Shanghai, Hangzhou, Chengdu, dan Wuhan. Sementara itu, China Southern Airlines mengoperasikan pesawat ini pada rute dari Guangzhou ke Shanghai, Chengdu, Hangzhou, dan Haikou. Secara keseluruhan, pesawat C919 telah melayani 15 rute di 10 kota. 

    Comac disebut memiliki peluang besar sebagai pemasok pesawat mengingat GIAA sedang mencari 70 pesawat baru. Keterlambatan pengiriman pesawat, terutama karena masalah rantai pasokan dan mogok kerja di Boeing, meningkatkan peluang Comac untuk memperoleh pesanan dari maskapai.

  • Dirut Garuda Wamildan Tsani Tertarik Pesawat China, Begini Spesifikasi C919 yang Diincar

    Dirut Garuda Wamildan Tertarik Pesawat China, Begini Spesifikasi C919 yang Diincar

    Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Utama PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) Wamildan Tsani mengungkap pihaknya tengah menjalin komunikasi dengan produsen pesawat China Commercial Aircraft Corporation of China, Ltd. (Comac) terkait peluang penggunaan pesawat jet C919. 

    “Saya belum bisa jawab [penggunaan pesawat China oleh Garuda Indonesia], tapi komunikasi sudah mulai, tetapi kalau sampai betul-betul pesawatnya kita operasikan kan itu masih cukup panjang,” kata Wamildan di Kementerian BUMN, Kamis (2/1/2024). 

    Lalu produk China yang seperti apa yang dimiliki Comac sehingga garuda membuka komunikasi? Mengutip laman resmi Comac pesawat jet C919 dirancang oleh Commercial Aircraft Corporation of China, Ltd. (Comac) dengan tata letak kapasitas 158 hingga 192 kursi dan jangkauan 4.075 hingga 5.555 kilometer. Spesifikasi ini diklaim memenuhi standar kelaikan udara internasional dan memiliki hak kekayaan intelektual independen.  

    Diluncurkan pertama kali pada 2 November 2015, C919 berhasil menjalani uji terbang perdana pada 5 Mei 2017. Sertifikat Tipe dari Administrasi Penerbangan Sipil Tiongkok (CAAC) diperoleh pada 29 September 2022, dan pesawat pertama dikirimkan pada 9 Desember 2022. Operasi komersial pesawat ini dimulai pada 28 Mei 2023.  

    Hingga 19 Desember 2024, COMAC telah mengirimkan 14 unit pesawat C919 kepada tiga maskapai besar, yakni China Eastern Airlines (CEA), Air China, dan China Southern Airlines. Sebagai pelanggan peluncuran pertama, CEA telah mengoperasikan sembilan unit C919 di delapan rute domestik, melayani lebih dari 850.000 penumpang dengan total 6.240 penerbangan komersial.  

    Kemudian Air China menggunakan C919 pada empat rute utama dari Beijing ke Shanghai, Hangzhou, Chengdu, dan Wuhan. Sementara itu, China Southern Airlines mengoperasikan pesawat ini pada rute dari Guangzhou ke Shanghai, Chengdu, Hangzhou, dan Haikou. Secara keseluruhan, pesawat C919 telah melayani 15 rute di 10 kota. 

    Comac disebut memiliki peluang besar sebagai pemasok pesawat mengingat GIAA sedang mencari 70 pesawat baru. Keterlambatan pengiriman pesawat, terutama karena masalah rantai pasokan dan mogok kerja di Boeing, meningkatkan peluang Comac untuk memperoleh pesanan dari maskapai.