Perusahaan: Boeing

  • Harga Jual Jet Boeing dan Airbus Melonjak 30 Persen Imbas Tarif Impor Trump   – Halaman all

    Harga Jual Jet Boeing dan Airbus Melonjak 30 Persen Imbas Tarif Impor Trump   – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM , WASHINGTON – Kebijakan tarif impor yang ditetapkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memakan korban baru, membuat harga pesawat produksi Boeing dan Airbus semakin mahal.

    Sebelum tarif impor diberlakukan dan perang harga mencuat, sumber Straits Times mengungkap bahwa harga pesawat jet komersial telah naik sebanyak 30 persen sejak 2018.

    Namun pasca tarif impor yang diberlakukan Trump, kebijakan ini berdampak luas terhadap berbagai sektor. Salah satu akibat yang paling mencolok adalah meningkatnya harga bahan baku dan komponen meningkat secara drastis, yang kemudian berdampak langsung pada biaya produksi pesawat.

    “Dibandingkan dengan tahun 2018, harga jet komersial telah naik sekitar 30 persen,” kata seorang pakar penerbangan yang tidak mau disebutkan namanya.

    Kenaikan harga pesawat juga dikonfirmasi Raksasa kedirgantaraan Amerika dan Eropa, mereka mengungkap telah bergulat dengan biaya yang lebih tinggi untuk bahan utama seperti titanium, komponen dan energi, serta tekanan biaya tenaga kerja secara keseluruhan.

    Direktur Pelaksana Konsultan AeroDynamic Advisory Richard Aboulafia menyebut harga sederet bahan dan peralatan pesawat meroket 40 persen sejak 2021.

    Itu bahkan belum termasuk dampak tarif Trump sebesar 25 persen untuk baja dan aluminium yang digunakan dalam pesawat terbang. Apabila tarif Trump terus diterapkan dalam jangka waktu yang lama maka hal tersebut dapat mendongkrak harga produksi pesawat.

    ”Produk seperti casting, forgings, dan apapun yang terbuat dari titanium bakal melambung,” ujar Aboulafia,

    “Agak ironis. Bahan mentah bukan masalah, tetapi Donald Trump bertekad untuk mewujudkan masalah,” imbuhnya.

    Harga pesawat Boeing 787 Dreamliner, misalnya, yang biasa dipatok sekitar 386 juta dolar AS atau Rp 6,5 triliun (Kurs Rp 16.862 ) dan Boeing 737 MAX dibanderol bernilai 159 juta dolar AS atau Rp 2,6 Triliun, naik dibandingkan 2023 yang masing-masing dihargai 292 juta dolar AS atau Rp 4,9 triliun serta 121,6 juta dolar AS atau Rp 2 triliun.

    Begitu pula dengan harga pesawat Airbus A321neo yang dipatok sekitar 148 juta dolar AS sekitar Rp 2,4 triliun. Ini naik dibandingkan harga 2018 yang masih di level 129,5 juta dolar AS atau Rp 2,1 triliun.

    Boeing maupun Airbus belum memberikan komentar apapun terkait isu kenaikan harga pesawat dan jet. Diketahui Boeing belum memperbarui harga pesawat yang ia tawarkan sejak 2023.

    Sementara katalog Airbus tidak menyentuh sejak 2018, perusahaan berdalih penggunaan katalog harga dihentikan “sejak lama” karena harga tersebut “tidak terpaku erat dengan harga akhir, yang didasarkan pada setiap kontrak spesifik dalam hal konfigurasi dan detail pesawat”, kata perusahaan itu .

    “Harga katalog benar-benar fiksi,” kata Tn. Aboulafia.

    “Anda mendapat diskon 50 persen jika datang dengan pakaian yang bagus.” menambahkan.

    Kendati harga pesawat Boeing dan Airbus telah mengalami kinerja yang drastis tetapi Boeing dan Airbus diketahui memiliki backlog atau tumpukan pesanan yang bisa bertahan hingga 10 tahun meskipun tak ada pesanan baru.

    Hal ini terjadi karena pertumbuhan kelas menengah di Asia, Afrika, dan Timur Tengah membuat permintaan perjalanan udara terus meningkat.

    Alhasil maskapai seperti Emirates, Qatar Airways, Indigo, Lion Air, hingga AirAsia terus melakukan ekspansi. Sehingga semakin banyak permintaan, semakin panjang antrian produksi.

    Selain permintaan yang membludak, backlog terjadi karena adanya gangguan rantai pasok global sejak pandemi COVID-19, mengakibatkan pengiriman pesanan pesawat jadi terlambat.

    Boeing misalnya mengalami masalah kualitas dan sertifikasi pada 737 MAX dan 787, memperlambat pengiriman. Hal inilah yang membuat backlog semakin menumpuk karena pengiriman tertunda.

  • Pesawat Boeing yang Dikembalikan China ke AS Bertambah

    Pesawat Boeing yang Dikembalikan China ke AS Bertambah

    Jakarta

    Pesawat jet pabrikan Boeing dikembalikan ke Amerika Serikat (AS) oleh maskapai China sebagai penggunanya. Hal ini terjadi sebagai imbas perang dagang antara China dan AS.

    Dilansir dari Reuters, Senin (21/4/2025), data pelacakan penerbangan menunjukkan ada satu pesawat 737 MAX 8 mendarat di wilayah AS Guam pada hari Senin, setelah meninggalkan pusat penyelesaian Boeing Zhoushan di dekat Shanghai, China. Pesawat itu terbang dari Seattle ke Zhoushan kurang dari sebulan yang lalu.

    Guam adalah salah satu persinggahan yang dilakukan penerbangan tersebut dalam perjalanan sejauh 5.000 mil melintasi Pasifik antara pusat produksi Boeing AS di Seattle dan pusat penyelesaian Zhoushan yang menjadi tempat pesawat diangkut oleh Boeing untuk pekerjaan akhir di China.

    Sebelumnya, pada hari Minggu, sebuah 737 MAX yang dicat dengan corak untuk Xiamen Airlines China melakukan perjalanan pulang dari Zhoushan dan mendarat di Boeing Field Seattle. Tidak jelas pihak mana yang membuat keputusan untuk mengembalikan kedua pesawat itu ke AS.

    Namun, Boeing dapat menemukan pembeli pengganti di Malaysia Airlines, yang mengatakan bahwa pihaknya sedang berbicara dengan produsen tersebut tentang pengadaan jet yang mungkin tersedia jika maskapai penerbangan China berhenti menggunakan pesawatnya.

    Perang tarif dan perubahan haluan atas pengiriman terjadi saat Boeing tengah memulihkan diri dari pembekuan impor jet 737 MAX selama hampir lima tahun dan serangkaian ketegangan perdagangan sebelumnya.

    Kebingungan atas perubahan tarif dapat membuat banyak pengiriman pesawat menjadi tidak menentu, dengan beberapa CEO maskapai mengatakan mereka akan menunda pengiriman pesawat daripada membayar bea.

    (acd/acd)

  • Video: China Kirim Balik Boeing ke AS – Konglo RI Alihkan Aset ke LN

    Video: China Kirim Balik Boeing ke AS – Konglo RI Alihkan Aset ke LN

    Jakarta, CNBC Indonesia – Sebuah Jet Boeing 737 Max yang digunakan oleh maskapai Xiamen Airlines milik China telah dikirim kembali ke Amerika Serikat. Hal ini terjadi di tengah perang dagang yang terjadi antara kedua negara adidaya tersebut. Selain itu kaum elit Indonesia mengalihkan ke aset luar negeri. Selain ketidakpastian pasar keuangan akibat perang dagang persoalan ekonomi dan politik dalam negeri ditengarai memicu kekhawatiran mereka.

    Simak informasi selengkapnya dalam program Profit CNBC Indonesia (Senin, 21/04/2025) berikut ini.

  • Boeing Tawari Prabowo Jet Tempur Canggih F-15EX, Iming-Imingi TKDN 85% – Page 3

    Boeing Tawari Prabowo Jet Tempur Canggih F-15EX, Iming-Imingi TKDN 85% – Page 3

    F-15EX merupakan jet tempur generasi 4.5 yang dikembangkan dari varian F-15E Strike Eagle. Pesawat ini memiliki sistem avionik mutakhir, kemampuan membawa senjata lebih banyak, serta dilengkapi radar AESA (Active Electronically Scanned Array) AN/APG-82. Kecepatan maksimalnya bisa mencapai Mach 2.5 dan daya jangkau tempur mencapai lebih dari 2.400 km.

    F-15EX juga dirancang dengan arsitektur terbuka, sehingga memudahkan integrasi berbagai teknologi baru, termasuk rudal dan sistem peperangan elektronik.

    Tawaran Boeing ini disebut sebagai saingan langsung dari jet tempur Rafale asal Prancis, yang sebelumnya sudah resmi dibeli Indonesia sebanyak 42 unit secara bertahap mulai 2022. Dari 42 unit tersebut, 18 unit telah diteken dalam kontrak awal senilai USD 8,1 miliar (sekitar Rp125 triliun).

    Potensi Transfer Teknologi dan Dampak Ekonomi

    Jika TKDN 85% benar-benar terwujud, maka Indonesia bisa mendapatkan keuntungan besar dari sisi transfer teknologi dan penguatan industri lokal. Dalam catatan Lembaga Kajian Pertahanan dan Penerbangan (LKPP), rata-rata TKDN alutsista asing yang diimpor Indonesia masih berkisar 10-20 persen, sehingga angka 85% merupakan lonjakan besar yang belum pernah tercapai sebelumnya.

    “Boeing menawarkan model offset dan kerja sama industri yang agresif. Ini bisa jadi batu loncatan menuju kemandirian industri pertahanan nasional,” ujar analis militer Connie Rahakundini Bakrie.

    Tak hanya itu, keterlibatan sektor lokal bisa mendorong peningkatan kapasitas teknis dan SDM, termasuk di sektor maintenance, repair, and overhaul (MRO) yang selama ini masih minim pemain dalam negeri.

     

  • Perang Dagang AS Makan Korban Baru: Pesawat Boeing

    Perang Dagang AS Makan Korban Baru: Pesawat Boeing

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perseteruan perang tarif dagang antara dua negara besar, Amerika Serikat (AS) dan China terus berlanjut. Imbas adanya perang dagang tersebut China memulangkan pesawat Boeing ke AS.

    Pesawat jet Boeing tersebut sebelumnya digunakan oleh sebuah maskapai penerbangan China namun pesawat tersebut telah kembali mendarat ke negara asalnya karena menjadi korban dari tarif bilateral balas-membalas yang diluncurkan oleh Presiden Donald Trump dalam serangan perdagangan globalnya.

    Mengutip Reuters, berdasarkan keterangan saksi mata, pesawat 737 MAX, yang ditujukan untuk maskapai Xiamen Airlines China, mendarat di Boeing Field Seattle pada pukul 18.11 waktu setempat. Pesawat tersebut dicat dengan corak Xiamen.

    Seperti diketahui, Trump bulan ini telah menaikkan tarif dasar impor China menjadi 145%. Sebagai pembalasan, China telah memberlakukan tarif 125% pada barang-barang AS.

    Foto: Pesawat Boeing 737. (Dok. Boeing)
    Pesawat Boeing 737. (Dok. Boeing)

    Sebuah maskapai penerbangan China yang menerima pengiriman jet Boeing dapat lumpuh karena tarif tersebut, mengingat bahwa 737 MAX baru memiliki nilai pasar sekitar US$ 55 juta.

    Belum diketahui dengan jelas pihak mana yang membuat keputusan agar pesawat kembali ke AS. Pihak Boeing pun tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Kembalinya pesawat 737 MAX ke negara produsennya menjadi tanda terbaru terganggunya pengiriman pesawat akibat status bebas bea industri kedirgantaraan yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

    Perang tarif dan pembatalan pengiriman ini terjadi ketika Boeing telah pulih dari pembekuan impor jet 737 MAX selama hampir lima tahun dan ketegangan perdagangan sebelumnya.

    Kebingungan atas perubahan tarif dapat membuat banyak pengiriman pesawat terjebak dalam ketidakpastian. Sejumlah CEO maskapai penerbangan mengatakan bahwa mereka akan menunda pengiriman pesawat daripada membayar bea masuk.

    (rob/wur)

  • Korban Perang Tarif, Pesawat Boeing Kembali ke AS dari China

    Korban Perang Tarif, Pesawat Boeing Kembali ke AS dari China

    Jakarta

    Sebuah pesawat Boeing 737 MAX yang sebelumnya akan digunakan maskapai China kembali ke pusat produksi pesawat tersebut di Amerika Serikat (AS). Kembalinya pesawat tersebut karena menjadi korban perang tarif buntut kebijakan Presiden AS Donald Trump.

    Dilansir Reuters, Minggu (20/4/2025), pesawat Boeing 737 MAX awalnya dimaksudkan untuk maskapai China, Xiamen Airlines China. Boeing 737 MAX tersebut mendarat di Boeing Field Seattle pada pukul 6:11 malam (0111 GMT), menurut seorang saksi mata Reuters. Pesawat itu dicat dengan corak Xiamen.

    Pesawat itu sebelumnya melakukan pemberhentian pengisian bahan bakar di Guam dan Hawaii dalam perjalanan pulang sejauh 5.000 mil (8.000 km). Pesawat tersebut adalah salah satu dari beberapa jet 737 MAX yang menunggu di pusat penyelesaian Boeing di Zhoushan untuk pekerjaan akhir dan pengiriman ke maskapai China.

    Diketahui, Trump bulan ini menaikkan tarif dasar untuk impor China menjadi 145%. Sebagai balasan, China telah mengenakan tarif sebesar 125% atas barang-barang AS. Maskapai penerbangan Tiongkok yang menerima pengiriman jet Boeing dapat dirugikan oleh tarif tersebut, mengingat 737 MAX baru memiliki nilai pasar sekitar $55 juta, menurut IBA, sebuah konsultan penerbangan.

    Tidak jelas pihak mana yang membuat keputusan untuk mengembalikan pesawat tersebut ke AS. Boeing tidak segera menanggapi permintaan komentar. Xiamen tidak menanggapi permintaan komentar.

    Kembalinya 737 MAX, model terlaris Boeing, merupakan tanda terbaru dari gangguan terhadap pengiriman pesawat baru akibat kegagalan status bebas bea industri kedirgantaraan yang telah berlangsung selama puluhan tahun.

    Perang tarif dan perubahan arah pengiriman yang tampak terjadi saat Boeing telah pulih dari pembekuan impor jet 737 MAX selama hampir lima tahun dan serangkaian ketegangan perdagangan sebelumnya.

    (yld/idn)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Rencana Indonesia Borong Jet Tempur F-15EX: Terancam Batal atau Justru Jadi Alat Negosiasi ke Trump? – Halaman all

    Rencana Indonesia Borong Jet Tempur F-15EX: Terancam Batal atau Justru Jadi Alat Negosiasi ke Trump? – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia berpotensi mengakuisisi jet tempur F-15EX buatan Boeing, Amerika Serikat.

    Bahkan, produsen dirgantara raksasa itu menawarkan kesepakatan menarik, dengan menjanjikan bahwa jika Indonesia memutuskan untuk membeli jet tempur F-15EX, perusahaan akan memproduksi 85 persen dari pesawat tersebut secara lokal. 

    Komitmen ini dibuat oleh Presiden Boeing Asia Tenggara, Penny Burtt, selama briefing media pada 15 April.

    “Jika Indonesia memilih [untuk membeli] F-15EX, Boeing akan memenuhi komitmen 85% konten lokal dan offset, sejalan dengan prioritas pertahanan dan industri nasional,” kata Burtt kepada wartawan, baru-baru ini

    Boeing ingin bisnis lokal terlibat dalam rantai pasokan, pelatihan, pemeliharaan, perbaikan, dan operasi jet tempur. Mengacu pada ketentuan perdagangan, Burtt mengatakan, “Kami belum mendengar permintaan spesifik dari Indonesia.”

    Komitmen ini tampaknya menjadi bagian dari upaya Boeing untuk menarik lebih banyak pelanggan untuk pesawat tempur terbaru dalam seri F-15. 

    Boeing merasakan kemenangan bulan lalu ketika Presiden AS memberikan kontrak untuk pengembangan jet tempur F-47 generasi berikutnya.

    Komitmen ini muncul sekitar dua tahun setelah Indonesia menandatangani nota kesepahaman dengan Boeing untuk membeli hingga 24 jet tempur F-15EX selama kunjungan Prabowo Subianto (ketika itu menjabat Menteri Pertahanan) ke Amerika Serikat. 

    Pada saat itu, Prabowo Subianto mengatakan, “Kami senang mengumumkan komitmen kami untuk membeli kemampuan tempur F-15EX yang kritikal untuk Indonesia. Jet tempur canggih ini akan melindungi dan mengamankan negara kami dengan kemampuan lanjutannya.”

    Menurut Kementerian Pertahanan, F-15EX yang dibeli Indonesia akan diberi kode nama unik F-15IDN. Perlu dicatat bahwa nota kesepahaman tidak berarti kesepakatan untuk akuisisi telah ditandatangani.

    Indonesia telah lama mencari untuk mengganti armada udaranya yang menua, yang sebagian besar terdiri dari pesawat Sukhoi Su-27 dan Su-30 Rusia, pesawat Hawk 109/209 Inggris, dan F-5 Tiger buatan AS. 

    Pada 2022, Indonesia menandatangani perjanjian dengan Perancis untuk 42 jet tempur Rafale, menandai salah satu perkembangan paling signifikan dalam perjalanan modernisasi Indonesia.

    Indonesia juga sedang mengembangkan jet tempur KF-21 bekerja sama dengan Korea Selatan, meskipun menghadapi kendala keuangan yang telah mendorong diskusi untuk menilai kembali komitmen keuangannya pada proyek ini. 

    Negara ini juga telah terlibat dalam pembicaraan dengan Rusia untuk potensi akuisisi jet tempur Su-35.

    Pada Januari 2025, Duta Besar Rusia untuk Indonesia, Sergei Tolchenov, menyatakan bahwa kesepakatan jet tempur Sukhoi Su-35 dengan Jakarta tetap “ada di atas meja”.

    Terancam Batal?

    Meski sempat di gadang berhasil, penjualan F-15 EX ke Indonesia juga bukan tanpa tantangan.

    Kebijakan Trump menerapkan kenaikan tarif impor dengan alasan “Amerika yang Diutamakan” menjadi ganjalan besar, bagi banyak negara, termasuk Indonesia.

    Kebijakan ini justru akan semakin memaksa Indonesia membatalkan pembelian 24 F-15EX karena adanya turbulensi ekonomi dalam negeri akibat kebijakan tarif AS.

    Padahal, rencana itu sudah dinegosiasikan sejak jauh hari dan sudah ada penandatanganan nota kesepahaman.

    Situasi menjadi agak runyam ketika pada 2 April 2025, Presiden Donald Trump mengumumkan tarif sebesar 32 persen untuk impor Indonesia.

    Tarif tersebut akan menghantam sektor tekstil, elektronik, dan barang-barang lain dari Indonesia.

    Tentunya, kondisi di atas akan memukul perekonomian Indonesia sekaligus mengancam kesepakatan akuisisi 24 F-15EX senilai 13,9 miliar dolas AS (sekitar Rp 233 triliun).

    Kini mulai muncul kekhawatiran bahwa tekanan ekonomi terhadap Indonesia bisa menghambat atau bahkan menggagalkan akusisi F-15eX itu.

    Jadi alat negosisasi Donald Trump?

    Di sisi lain, pembelian lusinan jet tempur mahal diyakini bisa menjadi alat negosiasi kepada pemerintah Amerika Serikat.

    Seperti dilaporkan Bloomberg, Indonesia sedang memutuskan untuk menginvestasikan miliaran dolar dalam perangkat keras pertahanan, seperti jet tempur dan amunisi, yang dibuat di Amerika Serikat.

    Hal itu disebut-sebut sebagai bagian dari negosiasi kebijakan tarif impor Amerika yang baru diberlakukan Donald Trump.

    Mengutip orang-orang yang mengetahui pertemuan tersebut, laporan menyatakan bahwa pada 8 April, Menteri Pertahanan Indonesia, Sjafrie Sjamsoeddin, mengumpulkan pertemuan pribadi pejabat tinggi untuk menyampaikan arahan dari Presiden Prabowo Subianto yang mengarahkan mereka untuk menentukan senjata AS mana yang dapat diimpor atau dipercepat pembeliannya.

    F-15EX untuk Indonesia

    Boeing telah memproyeksikan F-15EX sebagai iterasi paling canggih dari jet tempur F-15. 

    Sebuah lembar fakta yang dirilis pada 15 April menyatakan bahwa pesawat ini dapat menyerang beberapa target secara bersamaan dan melakukan berbagai misi per sorti, termasuk keunggulan udara, interupsi, dan dukungan udara dekat, berkat kapasitas muatan yang diperluas menjadi 23 stasiun senjata total.

    Selain itu, muatan tersebut menyediakan alternatif untuk mengintegrasikan senjata baru dan memenuhi kebutuhan serangan jarak jauh. 

    Masih menurut keterangan yang dibagikan, F-15EX dapat beroperasi dengan biaya sekitar setengah dari biaya lainnya sambil membawa lima kali lipat berat amunisi udara-ke-darat dibandingkan dengan pesawat tempur lainnya, banyak lagi rudal udara-ke-udara, dua kali lipat amunisi meriam, dua kali lipat waktu penerbangan, dan 1,5 kali lipat kecepatan.

    Meskipun tidak memiliki karakteristik siluman seperti pesawat tempur generasi kelima AS seperti F-22 Raptor dan F-35, F-15EX memiliki kemampuan tempur yang luar biasa, terutama kapasitas muatannya yang tak tertandingi, yang telah memberinya julukan “Truk Bom”.

    Seperti yang dilaporkan sebelumnya oleh EurAsian Times, F-15EX Eagle II dirancang untuk membawa sekitar 30.000 pon amunisi. 

    Rudal udara-ke-udara AIM-9 Sidewinders dan AIM-120 AMRAAM yang dapat menyerang ancaman di luar jangkauan visual adalah di antara 12 rudal udara-ke-udara yang dapat dibawa oleh F-15EX untuk misi keunggulan udara.

    Untuk misi serangan darat, F-15EX dapat dimuati dengan sekitar 24 amunisi udara-ke-darat, termasuk senjata stand-off, rudal jelajah, dan bom pintar. 

    F-15EX adalah pesawat tempur yang lincah dengan jangkauan operasional sekitar 3.200 kilometer dan kecepatan maksimum Mach 2,5, atau 2.800 mph.

    Selain itu, F-15EX memiliki kemampuan perang elektronik canggih yang menjaga kargo sambil mempertahankan detektabilitas rendah. 

    Rasio pembunuhan jet tempur F-15 dikagumi oleh beberapa pesawat tempur keunggulan udara di seluruh dunia.

    Catatan layanan F-15 yang luar biasa, dengan kurang dari dua pesawat yang hancur per 100.000 jam terbang, adalah bukti keandalan dan efektivitasnya. 

    Tidak ada F-15 yang pernah hilang dalam pertempuran udara, sementara memiliki lebih dari 100 kemenangan atas namanya.

  • Pesawat Boeing Dipulangkan ke AS dari China di Tengah Ketegangan Tarif Impor  – Halaman all

    Pesawat Boeing Dipulangkan ke AS dari China di Tengah Ketegangan Tarif Impor  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pesawat jet milik Boeing yang seharusnya dikirimkan ke maskapai China harus dipulangkan ke Amerika Serikat akibat ketegangan perang tarif impor antara kedua negara.

    Pengembalian satu dari beberapa jet yang menunggu pengerjaan akhir dan penyerahan ke maskapai China dilakukan di pusat penyelesaian Zhoushan, China, dilansir dari Reuters.

    Sebelum Presiden AS Donald Trump mengumumkan tarif impor yang memicu perang dagang memanas pada 2 April lalu, tiga pesawat 737 MAX baru telah terbang dari fasilitas Boeing di Seattle ke Zhoushan.

    Satu pesawat lainnya tiba minggu lalu di Zhoushan, tempat Boeing memasang interior dan mengecat corak sebelum menyerahkannya kepada pelanggan, menurut data Flightradar24.

    Akan tetapi, pada hari Jumat, satu pesawat dari gelombang pertama jet lepas landas lagi tanpa pengiriman dan terbang dari Zhoushan ke wilayah AS di Guam yang merupakan persinggahan yang dibuat oleh penerbangan tersebut saat melintasi Pasifik. Yang diartikan bahwa pesawat itu sedang dalam perjalanan kembali ke Seattle.

    Perjalanan sejauh 5.000 mil kembali ke pabrik utama Boeing dilakukan saat bisnis pembuat pesawat itu di Tiongkok sedang diawasi ketat terkait sengketa tarif.

    Dari sumber lain menyatakan awal minggu ini Boeing menghadapi larangan impor dari Tiongkok, bagian dari meningkatnya konfrontasi atas tarif global “timbal balik” Presiden Trump.

    Sejauh ini, baik Boeing maupun pemerintah China hingga media di Beijing belum memberikan tanggapan terhadap hal yang terjadi.

    Sumber-sumber industri penerbangan dan kedirgantaraan mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya instruksi resmi yang melarang pembelian pesawat Boeing.

    Meski begitu, sumber-sumber industri dan analis secara umum sepakat bahwa pengenaan tarif atas barang-barang AS oleh Beijing sebagai tanggapan atas tindakan Trump akan secara efektif memblokir impor pesawat tanpa larangan resmi apa pun.

    Seorang senior di industri ini mengatakan Boeing dan para pemasoknya diperkirakan tidak akan mengirimkan pesawat ke China untuk sementara waktu.

    Satu narasumber lainnya menyebut pesawat itu diharapkan akan dikirimkan ke Xiamen, yang tidak membalas permintaan komentar.

    Publikasi penerbangan The Air Current, yang pertama kali melaporkan keputusan untuk menarik beberapa pesawat yang belum terkirim dari Zhoushan, menyampaikan satu maskapai penerbangan China yang tidak disebutkan namanya secara terpisah telah menarik diri dari komitmen untuk menyewa pesawat Boeing.

    Sumber industri mengatakan penerbangan kembali itu dilakukan meskipun ada beberapa diskusi mengenai meninggalkan pesawat jet yang belum terkirim di penyimpanan berikat, yang berarti jet-jet itu tidak akan diimpor atau dikenai tarif secara resmi.

  • Pemerintah Vietnam Siap Akuisisi Raksasa Telko FPT Telecom demi Keamanan Siber

    Pemerintah Vietnam Siap Akuisisi Raksasa Telko FPT Telecom demi Keamanan Siber

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Keamanan Publik Vietnam bakal mengambil kepemilikan mayoritas saham di FPT Telecom, salah satu penyedia layanan internet terbesar di negara itu, sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan keamanan siber nasional.

    Reuters melaporkan, bersumber dari sebuah dokumen yang diterima mereka, kementerian yang mengawasi kepolisian ini makin terlibat dalam sektor internet dan telekomunikasi Vietnam. Mereka mengambil alih kendali operator telekomunikasi terbesar ketiga di negara itu, MobiFone, tahun lalu dan juga memelopori pengetatan peraturan perlindungan data yang menimbulkan kekhawatiran di kalangan perusahaan teknologi asing.

    Dokumen tersebut mengungkap, State Capital Investment Corporation (SCIC) Vietnam, sebuah perusahaan induk untuk aset-aset yang dikendalikan oleh negara, akan mengalihkan kepemilikannya di FPT Telecom kepada kementerian.

    SCIC memiliki 50,17% saham FPT Telecom, sementara FPT Corp, perusahaan teknologi swasta terbesar di Vietnam, memiliki 45,66% saham tetapi mempertahankan kendali atas unit tersebut, menurut laporan keuangan FPT Telecom tahun lalu.

    Reuters tidak dapat memastikan apakah pengalihan tersebut akan menyebabkan kementerian mengambil kendali efektif atas FPT Telecom.

    Kementerian Keamanan Publik tidak menjawab permintaan untuk berkomentar hingga Jumat (18/4/2025),. FPT Corp mengatakan saat ini tidak memiliki informasi untuk dibagikan mengenai masalah ini. Kementerian Keuangan, tempat rencana tersebut diajukan, juga tidak menjawab permintaan untuk berkomentar.

    Adapun Vietnam menjadi magnet baru bagi perusahaan teknologi asing. Pada September 2024, SpaceX milik Elon Musk mengusulkan untuk menginvestasikan senilai US$1,5 miliar atau sekitar Rp22,7 triliun (asumsi kurs Rp15.183 per dolar AS) di Vietnam. Investasi jumbo itu terkait dengan layanan satelit Starlink dalam waktu dekat.

    Hal itu terungkap dalam pertemuan antara Wakil Presiden Senior untuk Bisnis Global Tim Hughes dan Sekretaris Jenderal Partai Komunis To Lam.

    Lam, yang mengunjungi AS untuk menghadiri Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mengatakan bahwa pemerintah Vietnam sedang meninjau proposal tersebut, menurut pernyataan di situs web Majelis Nasional negara itu. Sayangnya, tidak ada rincian lebih lanjut yang diberikan.

    Pemerintah Vietnam mengatakan tahun lalu SpaceX tertarik untuk menyediakan layanan satelit orbit bumi rendah (low earth orbit/LEO) kepada Vietnam. Namun awal tahun ini, Reuters melaporkan bahwa rencana-rencana itu ditunda.

    Menurut pernyataan Vietnam, Lam mengatakan kepada Starlink milik Elon Musk, anak perusahaan SpaceX yang menggunakan ribuan satelit untuk menyediakan akses web, negara itu akan berkoordinasi dengan mitra domestik untuk menyelesaikan prosedur investasi.

    Lam, yang bertemu dengan Presiden AS Joe Biden, juga mengadakan pertemuan dengan perusahaan besar, termasuk Boeing dan Meta Platforms.

    Menurut pernyataan pemerintah, Wakil Presiden Google untuk urusan pemerintah dan kebijakan publik, Karan Bhatia, mengatakan kepada Lam bahwa perusahaan Silicon Valley mengharapkan untuk bekerja sama dengan Vietnam untuk mengembangkan teknologi kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), komputasi awan (cloud), dan meningkatkan keamanan siber kolaborasi.

    Mengutip Vietnam News, selama pertemuan, Lam berharap kelompok tersebut akan membantu Vietnam menanggapi bencana alam secara tepat waktu dan efektif. Pemerintah Vietnam memandang transformasi digital sebagai kekuatan pendorong penting di era baru.

  • Pesawat Boeing untuk Maskapai China Dikirim Balik ke AS Efek Perang Dagang

    Pesawat Boeing untuk Maskapai China Dikirim Balik ke AS Efek Perang Dagang

    Bisnis.com, JAKARTA – Produsen pesawat Boeing Co. telah memulai pengiriman sejumlah 737 Max kembali ke Amerika Serikat (AS) usai ditolak oleh maskapai China seiring dengan peningkatan tensi perang dagang kedua negara.

    Dilansir Bloomberg pada Sabtu (19/4/2025), pesawat yang berada di pusat Boeing di China, Zhoushan, dan ditujukan untuk Xiamen Air, terbang kembali menuju Guam melintasi Samudra Pasifik pada tahap pertama. Pesawat tersebut diterbangkan dari markas Boeing di Seattle ke Zhoushan via Hawaii dan Guam pada bulan lalu.

    Setidaknya ada dua pesawat Boeing lain di Zhoushan yang menunggu pengiriman kembali ke AS, menurut data dari pelacak Aviation Flights Group.

    Perselisihan yang berlangsung cepat antara dua negara ekonomi terbesar di dunia tersebut telah menjebak Boeing di tengah-tengah.

    Bloomberg News melaporkan minggu ini bahwa Pemerintah China telah menginstruksikan maskapai penerbangan untuk berhenti menerima pengiriman jet produksi Boeing.

    Reuters pertama kali melaporkan tentang pesawat Boeing yang dikembalikan dari China. Namun, pihak Boeing menolak berkomentar terkait laporan tersebut. Xiamen Air juga tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump mengancam untuk menerapkan tarif 245% untuk produk-produk dari China.

    Melansir Bloomberg, Rabu (16/4/2025), seorang pejabat Gedung Putih mengatakan bahwa tarif dasar atas impor China ke AS tetap di angka 145%.

    Adapun angka 245% itu mencakup bea masuk yang sudah lebih dulu dikenakan pada produk tertentu dari China, seperti kendaraan listrik yang sebelumnya telah dikenai tarif 100% sebelum masa jabatan kedua Trump dimulai. Jika tarif lama tersebut ditambahkan ke tarif dasar 145%, tarif keseluruhan menjadi 245%.

    Pernyataan ini menyusul lembar fakta Gedung Putih sehari sebelumnya yang menyebut bahwa China kini menghadapi tarif hingga 245%.

    Adapun Kementerian Perdagangan China mencatat bahwa tarif kumulatif atas ekspor tertentu telah mencapai 245% dan menegaskan kembali akan bertarung sampai akhir jika AS terus merugikan kepentingannya.