Perusahaan: Boeing

  • Setelah 50 Pesawat Batal Dibeli China, Boeing Melobi Donald Trump, Tarif Trump Merugikan Boeing – Halaman all

    Setelah 50 Pesawat Batal Dibeli China, Boeing Melobi Donald Trump, Tarif Trump Merugikan Boeing – Halaman all

    Setelah 50 pesawat Batal Dibeli China, Boeing Lobi Trump Terkait Tarif Trump yang Tidak Menguntungkan 

    TRIBUNNEWS.COM- Produsen pesawat mengatakan pihaknya melobi Donald Trump terkait keputusan ‘yang tidak menguntungkan’ untuk mengenakan tarif.

    Boeing akan mencoba mengalihkan sebanyak 50 pesawat yang dipesan oleh maskapai penerbangan China ke pelanggan di tempat lain setelah tarif tinggi yang dipicu oleh perang dagang Donald Trump.

    Produsen AS itu mengatakan yakin bisa menemukan pembeli lain untuk pesawat tersebut, tetapi mengatakan pihaknya melobi Trump secara pribadi untuk menyelesaikan “situasi yang tidak menguntungkan”.

    Dua jet Boeing telah kembali ke AS dari China , dan satu lagi sedang dalam perjalanan, setelah penerapan tarif tinggi sebesar 125 persen pada impor Amerika. 

    China memberlakukan pungutan tersebut sebagai balasan atas tarif 145% yang ditetapkan Gedung Putih yang mengancam akan memperlambat ekonomi dunia secara signifikan.

    Kelly Ortberg, kepala eksekutif Boeing, mengatakan ia berharap “seiring waktu tarif ini dapat diselesaikan”, dalam panggilan telepon dengan investor pada hari Rabu. Ia berbicara setelah perusahaan mengumumkan bahwa kerugian pada kuartal pertama tahun 2025 telah menyempit menjadi $31 juta (£23,4 juta), dibandingkan dengan $355 juta tahun sebelumnya.

    Ia menambahkan bahwa Boeing dan Airbus, pesaing utamanya, akan lebih menyukai “lingkungan non-tarif”, sangat berbeda dengan Trump, yang percaya – bertentangan dengan konsensus ekonom yang sangat besar – bahwa tarif akan mengembalikan manufaktur AS ke dominasi global .

    Ortberg mengatakan “banyak pelanggan kami di Tiongkok telah menyatakan bahwa mereka tidak menerima pengiriman”. Namun, Boeing telah menerima permintaan dari maskapai penerbangan di luar Tiongkok untuk beberapa pesawat tersebut. Perusahaan tersebut berupaya untuk “memasarkan kembali” pesawat tersebut dan, jika perlu, mengecat ulang pesawat dengan warna maskapai penerbangan yang berbeda.

    Produksi telah dimulai pada 41 pesawat yang awalnya ditujukan ke China, dengan sembilan lainnya direncanakan akan dikirim tahun ini.

    “Ini situasi yang tidak menguntungkan, tetapi kami memiliki banyak pelanggan yang menginginkan pengiriman dalam waktu dekat,” kata Ortberg. Pabrikan tersebut telah memesan 5.600 pesawat karena maskapai penerbangan di seluruh dunia memperkirakan pertumbuhan yang kuat.

    Permintaan pesawat secara keseluruhan sejauh ini belum terpengaruh oleh tarif, kata Ortberg. Hal itu memungkinkan perusahaan untuk melanjutkan rencana untuk meningkatkan produksi 737 Max terlarisnya menjadi 38 unit setiap bulan, meskipun ada tarif. Harga saham Boeing naik 5,7% pada hari Rabu.

    Boeing, eksportir barang terbesar AS, merupakan target utama pembalasan Tiongkok terhadap perang dagang Trump. Meskipun reputasinya terpukul keras selama beberapa skandal keselamatan , Boeing tetap memiliki koneksi politik yang kuat di Washington. Ortberg mengatakan perusahaan tersebut telah terlibat dengan pejabat dan politisi “hingga Potus sendiri”, merujuk pada presiden AS.

    Namun, tersingkir dari salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat di dunia akan menjadi pukulan, terutama jika Airbus , yang membangun pesawat di Prancis, China, dan AS, mampu terus menjual.

    “Kami tidak akan melanjutkan pembuatan pesawat terbang untuk pelanggan yang tidak mau menerimanya,” kata Ortberg, seraya menambahkan: “Jika kami melihat pasar tutup, itu akan menjadi tantangan besar bagi kami.”

    Trump telah mengenakan tarif sebesar 10% pada sebagian besar negara di luar China, tetapi Boeing mampu mengurangi biaya ekspor tersebut. Namun, pembalasan China tidak dapat dihindari oleh produsen tersebut.

     

    China ke Trump: Jika Ingin Perundingan maka Batalkan Tarif 

    China telah mendesak AS untuk membatalkan tarif besar-besarannya terhadap barang-barang China yang masuk ke negara itu sebagai tanda bahwa Presiden Donald Trump serius ingin menyelesaikan perang dagang antara kedua negara.

    Seorang pejabat Tiongkok mengatakan tidak ada pembicaraan dagang dengan AS, meskipun ada pernyataan sebaliknya dari pemerintahan Trump.

    Perang dagang antara dua ekonomi terbesar dunia telah meningkat, dengan China mengirim kembali pesawat Boeing yang dipesannya dari AS sebagai pembalasan terbarunya atas tarif.

    Namun Trump tampaknya melunakkan pendiriannya terhadap Tiongkok, dengan mengatakan bahwa pajak yang selama ini dikenakannya terhadap impor Tiongkok akan “turun secara substansial, tetapi tidak akan menjadi nol”.

    Perang dagang antara Tiongkok dan AS sedang berlangsung gencar, dengan Trump mengenakan pajak impor hingga 145% pada barang-barang Tiongkok yang masuk ke AS, dan Tiongkok membalas dengan pajak 125% pada produk-produk Amerika.

    Dalam salah satu pernyataan terkuat Tiongkok mengenai perang tarif, juru bicara Kementerian Perdagangan He Yadong mengatakan AS harus menghapus semua “tindakan tarif sepihak” terhadap Tiongkok “jika benar-benar ingin” menyelesaikan masalah tersebut.

    “Orang yang mengikat lonceng harus melepaskannya,” tambahnya.

    Secara terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri Guo Jiakun mengatakan Tiongkok dan AS “tidak melakukan konsultasi atau negosiasi mengenai tarif, apalagi mencapai kesepakatan”.

    Ia menambahkan bahwa laporan yang menyatakan hal sebaliknya adalah “salah”.

    Trump sebelumnya mengatakan negosiasi antara kedua negara “aktif” – tetapi hal ini juga dibantah oleh Menteri Keuangan AS Scott Bessent, yang mengatakan pada hari Rabu bahwa negosiasi tersebut belum dimulai.

    Bessent menambahkan bahwa ada peluang untuk “kesepakatan besar” antara AS dan Tiongkok dalam perdagangan.

    Sebelumnya ia mengatakan bahwa ia memperkirakan akan terjadi de-eskalasi perang dagang yang “tidak berkelanjutan”, dan mengatakan bahwa situasi saat ini “bukanlah lelucon”.

    Trump mengatakan pada hari Selasa bahwa dia akan bersikap “sangat baik” dalam negosiasi dengan Beijing dengan harapan dapat mengamankan kesepakatan perdagangan.

    Namun menyusul komentar terbaru China, ia mengatakan di platform media sosial Truth Social miliknya, “Boeing seharusnya menghukum China karena tidak mengambil pesawat dengan hasil akhir yang indah yang telah dijanjikan untuk dibeli oleh China”.

    “Ini hanyalah contoh kecil dari apa yang telah dilakukan Tiongkok terhadap AS, selama bertahun-tahun,” imbuhnya, sebelum mengulangi tuduhan bahwa opioid sintetis fentanil “terus mengalir ke negara kita dari Tiongkok, melalui Meksiko dan Kanada, yang menewaskan ratusan ribu rakyat kita”.

    Bos produsen pesawat Boeing mengungkapkan China telah mengirim kembali pesawat yang dipesannya dari AS sebagai bagian dari pembalasan terhadap tarif.

    Kelly Ortberg mengatakan minggu ini bahwa dua pesawat telah dikembalikan dan satu lagi akan menyusul karena ketegangan perdagangan antara kedua negara.

    China mengadakan pertemuan meja bundar pada hari Rabu untuk mengatasi kekhawatiran lebih dari 80 perusahaan asing mengenai dampak tarif AS terhadap investasi dan operasi mereka di China, kata kementerian perdagangan.

    “Diharapkan perusahaan asing akan mengubah krisis menjadi peluang,” kata Wakil Menteri Perdagangan Ling Ji.

     

     

    SUMBER: THE GUARDIAN, BBC

  • AirAsia (CMPP) Belum Minat Akuisisi Pesawat Boeing ‘Buangan’ China

    AirAsia (CMPP) Belum Minat Akuisisi Pesawat Boeing ‘Buangan’ China

    Bisnis.com, JAKARTA — Maskapai penerbangan PT AirAsia Indonesia Tbk. (CMPP) menyatakan belum memiliki rencana untuk mengakuisisi pesawat Boeing ‘buangan’ maskapai-maskapai China. 

    Head of Government Relations and Communications Indonesia AirAsia Eddy Krismeidi Soemawilaga mengatakan, CMPP tetap konsisten dengan strategi armada yang selama ini mengandalkan pesawat buatan Airbus. Dia mengatakan, pihaknya terus memantau dinamika industri penerbangan global, termasuk potensi masuknya pesawat baru ke pasar.

    “CMPP saat ini tetap konsisten dengan strategi armada yang menggunakan pesawat Airbus. Kami terus memantau secara proaktif berbagai dinamika dan peluang di industri penerbangan, termasuk potensi ketersediaan pesawat baru di pasar global,” kata Eddy kepada Bisnis, Kamis (24/4/2025). 

    Namun, hingga saat ini, CMPP menyebut belum ada rencana untuk mengoperasikan pesawat di luar jenis armada yang telah digunakan selama ini. Keputusan tersebut disebut sejalan dengan strategi pertumbuhan jangka panjang perusahaan.

    Maskapai juga menegaskan bahwa proses penambahan armada akan dilakukan dengan sangat hati-hati dan mempertimbangkan berbagai faktor penting. Hal ini mencakup proyeksi pertumbuhan permintaan, kesiapan infrastruktur dan operasional, serta kondisi keuangan perusahaan.

    “Penambahan armada akan tetap disesuaikan dengan proyeksi pertumbuhan permintaan, kesiapan infrastruktur dan operasional, serta kondisi keuangan perusahaan, dengan mengedepankan prinsip kehati-hatian dan kepatuhan terhadap seluruh regulasi yang berlaku,” jelas Eddy. 

    Meski demikian, pihak maskapai menyambut baik sinyal positif dari regulator maupun berbagai pihak yang mendorong pertumbuhan industri penerbangan nasional.

    Pada pemberitaan Bisnis sebelumnya, Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi membuka kemungkinan bagi maskapai Indonesia untuk membeli pesawat Boeing yang sebelumnya dikembalikan oleh maskapai-maskapai asal China. Pemerintah menyerahkan sepenuhnya keputusan tersebut kepada masing-masing operator penerbangan.

    Menhub Dudy mengatakan bahwa selama maskapai penerbangan menilai opsi pembelian tersebut menguntungkan dan sesuai dengan kebutuhan operasional mereka, maka langkah tersebut bisa diambil. Terlebih, kebutuhan akan penambahan armada pesawat di Indonesia masih cukup tinggi.

    “Ya kita serahkan ke airlines. Kalau airlines memandang bahwa dengan kondisi mereka bisa mendatangkan pesawat atau bisa memanfaatkan situasi, mungkin bagus karena kita kan memang masih membutuhkan pesawat yang lebih banyak,” kata Dudy di Jakarta, Rabu (23/4/2025).

  • Garuda Indonesia Angkut 90.933 Penumpang Haji 2025 dengan 13 Pesawat

    Garuda Indonesia Angkut 90.933 Penumpang Haji 2025 dengan 13 Pesawat

    Bisnis.com, JAKARTA — Maskapai penerbangan pelat merah PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) diproyeksikan akan membawa 90.933 penumpang dalam penerbangan Haji 2025. 

    Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani mengatakan GIAA akan membawa 90.933 penumpang yang terdiri dari 90.203 calon jemaah haji dan 730 petugas haji.

    Rencananya, calon jemaah haji akan terbagi ke dalam 246 kelompok terbang (kloter) dan diberangkatkan dari 7 (tujuh) embarkasi, yaitu Banda Aceh, Medan, Jakarta, Solo, Balikpapan, Makassar, dan Lombok.

    “Secara bertahap fase keberangkatan akan berlangsung mulai tanggal 2-16 Mei 2025 untuk penerbangan menuju Madinah, dan 17 – 31 Mei 2025 untuk penerbangan menuju Jeddah,” kata Wamildan dalam keterangan resmi, Kamis (24/4/2025). 

    Lebih lanjut, Wamildan menjelaskan fase pemulangan jemaah akan dimulai tanggal 11-25 Juni 2025 dengan keberangkatan dari Jeddah/Madinah menuju kota Embarkasi, dan 26 Juni-10 Juli 2025 dari Madinah menuju kota Embarkasi. 

    Garuda Indonesia juga akan mengoperasikan sebanyak 13 armada wide-body selama musim haji berlangsung yang terdiri dari Boeing B777-300ER, Airbus A330-900 neo, dan Airbus A330-300. 

    Adapun dari total pesawat yang dioperasikan tersebut, 5 di antaranya merupakan pesawat sewa. Kemudian untuk mengantisipasi potensi irregularity pada operasional penerbangan, Garuda Indonesia juga menyediakan 1 pesawat cadangan jenis Airbus A330-300.

    Wamildan mengaku pihaknya mengoptimalkan kesiapan layanan operasi penerbangan haji yang akan dimulai pada 2 Mei mendatang. Kesiapan tersebut termasuk layanan, operasional hingga tata kelola safety.

    Dia mengatakan GIAA menerapkan sejumlah prosedur perawatan secara menyeluruh dan berlapis di seluruh armada yang akan melayani penerbangan haji melalui program Aircraft Health Program yang telah berlangsung sejak awal April lalu, termasuk pemenuhan General Authority of Civil Aviation (GACA) Certification sebagai syarat utama untuk mendaftarkan pesawat penerbangan haji ke Otoritas Kerajaan Arab Saudi. 

    Sementara itu, anak usaha GMF AeroAsia turut berpartisipasi aktif dalam memastikan kesiapan aspek teknis lainnya, diantaranya melalui optimalisasi Material/Spare Readiness, yakni penempatan tools dan spare part di stasiun embarkasi sebagai mitigasi kebutuhan penggantian part pesawat dan Manpower Readiness dengan penempatan 142 Engineer yang tersebar di tujuh embarkasi hingga Jeddah, Madinah, dan Hyderabad.

    Dengan lebih dari 25 ribu calon jemaah haji dengan usia di atas 65 tahun atau sebesar 28,4% dari total jemaah yang akan dilayani di tahun ini, Garuda Indonesia juga memfokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan penunjang pelayanan lanjut usia, baik selama di darat menuju dan turun dari pesawat, serta pada saat perjalanan udara berlangsung.

    Lebih lanjut, layanan penunjang tersebut juga mencakup kebutuhan bagi jemaah penyandang disabilitas.

    Sejumlah perlengkapan layanan penunjang di penerbangan yang akan disediakan di antaranya 30 wheelchair di setiap embarkasi, 2 ambulift di embarkasi Jakarta dan Solo, bus jemaah yang dilengkapi dengan toilet, priority boarding & disembark, special baggage handling, buggy car di Bandara Internasional King Abdulaziz, serta untuk memaksimalkan kenyamanan lebih tersedia juga selimut, first aid kit, emergency equipment hingga asistensi para awak kabin untuk membantu mobilisasi jemaah selama di penerbangan.

    Adapun, pada sajian menu makanan di penerbangan, Garuda Indonesia turut menyiapkan hot meals sebanyak dua kali dan snack sebanyak satu kali sesuai dengan standar penyajian inflight meals bagi penumpang jamaah haji.

  • Garuda Indonesia pastikan kesiapan armada dan layanan haji 2025

    Garuda Indonesia pastikan kesiapan armada dan layanan haji 2025

    Merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bahwa pengoperasian penerbangan haji di tahun ini menandai momentum Garuda Indonesia yang telah dipercaya selama tujuh dekade mengantarkan para jemaah haji Indonesia menuju Tanah Suci

    Tangerang (ANTARA) – Maskapai penerbangan nasional PT Garuda Indonesia memastikan kesiapan armada dan layanan penerbangan haji yang akan dimulai pada Jumat, 2 Mei 2025.

    Dalam rangka memastikan fase keberangkatan hingga fase kepulangan haji, dapat dipastikan berlangsung dengan lancar dan aman, upaya kesiapan dilakukan di sejumlah aspek mulai dari layanan, operasional, hingga penguatan tata kelola safety.

    Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani di Tangerang, Kamis, menyampaikan, sebanyak 28,4 persen dari total jumlah jemaah haji yang diangkut oleh Garuda Indonesia masuk ke dalam kategori lansia atau dengan usia di atas 65 tahun. Oleh karena itu, kesiapan operasional penerbangan haji turut difokuskan pada pemenuhan layanan penunjang bagi lansia.

    “Merupakan sebuah kebanggaan tersendiri bahwa pengoperasian penerbangan haji di tahun ini menandai momentum Garuda Indonesia yang telah dipercaya selama tujuh dekade mengantarkan para jemaah haji Indonesia menuju Tanah Suci,” katanya.

    Ia mengatakan, untuk memastikan pesawat beroperasi dalam kondisi sehat dan layak terbang, Garuda Indonesia menerapkan sejumlah prosedur perawatan secara menyeluruh dan berlapis di seluruh armada yang akan melayani penerbangan haji melalui program Aircraft Health Program yang telah berlangsung sejak awal April lalu, termasuk pemenuhan General Authority of Civil Aviation (GACA) Certification sebagai syarat utama untuk mendaftarkan pesawat penerbangan haji ke Otoritas Kerajaan Arab Saudi.

    GMF AeroAsia turut berpartisipasi aktif dalam memastikan kesiapan aspek teknis lainnya, di antaranya melalui optimalisasi Material/Spare Readiness yakni penempatan tools dan spare part di stasiun embarkasi sebagai mitigasi kebutuhan penggantian part pesawat; dan Manpower Readiness dengan penempatan 142 Engineer yang tersebar di 7 (tujuh) embarkasi hingga Jeddah, Madinah, dan Hyderabad.

    Dengan lebih dari 25 ribu calon jemaah haji dengan usia di atas 65 tahun (atau sebesar 28,4 persen dari total jemaah) yang akan dilayani di tahun ini, Garuda Indonesia juga memfokuskan pada upaya pemenuhan kebutuhan penunjang pelayanan lanjut usia, baik selama di darat menuju dan turun dari pesawat.

    “Program haji ramah lansia dan disabilitas ini diharapkan dapat menghadirkan layanan penerbangan yang inklusif bagi jemaah lanjut usia maupun penyandang disabilitas, sehingga diharapkan kenyamanan perjalanan dapat dirasakan oleh seluruh jemaah dan persiapan ibadah haji pun semakin maksimal,” ujarnya.

    Sejumlah perlengkapan layanan penunjang di penerbangan yang akan disediakan di antaranya 30 wheelchair di setiap embarkasi, 2 ambulift di embarkasi Jakarta dan Solo, bus jemaah yang dilengkapi dengan toilet, priority boarding & disembark, special baggage handling, buggy car di Bandara Internasional King Abdulaziz, serta untuk memaksimalkan kenyamanan lebih tersedia juga selimut, first aid kit, emergency equipment hingga asistensi para awak kabin untuk membantu mobilisasi jemaah selama di penerbangan.

    “Adapun pada sajian menu makanan di penerbangan, Garuda Indonesia turut menyiapkan hot meals sebanyak 2 (dua) kali dan snack sebanyak 1 (satu) kali sesuai dengan standar penyajian inflight meals bagi penumpang jamaah haji,” ucapnya.

    Pada musim haji tahun ini, Garuda Indonesia diproyeksikan akan membawa 90.933 penumpang yang terdiri dari 90.203 calon jemaah haji dan 730 petugas haji yang terbagi ke dalam 246 kelompok terbang (kloter) dan diberangkatkan dari 7 (tujuh) embarkasi yaitu Banda Aceh, Medan, Jakarta, Solo, Balikpapan, Makassar, dan Lombok.

    Secara bertahap fase keberangkatan akan berlangsung mulai tanggal 2 – 16 Mei 2025 untuk penerbangan menuju Madinah, dan 17 – 31 Mei 2025 untuk penerbangan menuju Jeddah. Selanjutnya, fase pemulangan jemaah akan dimulai tanggal 11 – 25 Juni 2025 dengan keberangkatan dari Jeddah/Madinah menuju kota Embarkasi, dan 26 Juni – 10 Juli 2025 dari Madinah menuju kota Embarkasi.

    Garuda Indonesia akan mengoperasikan 13 pesawat wide-body selama musim haji berlangsung yang terdiri dari Boeing B777-300ER, Airbus A330-900neo, dan Airbus A330-300.

    Adapun dari total pesawat yang dioperasikan tersebut, 5 di antaranya merupakan pesawat sewa. Kemudian untuk mengantisipasi potensi irregularity pada operasional penerbangan, Garuda Indonesia juga menyediakan 1 pesawat cadangan jenis Airbus A330-300.

    “Kami meyakini bahwa setiap masukan yang diberikan merupakan bentuk dukungan, harapan, serta kepercayaan masyarakat terhadap konsistensi dan dedikasi Garuda Indonesia dalam menghadirkan layanan penerbangan haji yang aman, nyaman, dan sesuai dengan kebutuhan jamaah,” kata dia.

    Pewarta: Azmi Syamsul Ma’arif
    Editor: Ahmad Buchori
    Copyright © ANTARA 2025

  • Bos Boeing Pede Banyak Pelanggan Cari Pesawat Meski Dikembalikan China

    Bos Boeing Pede Banyak Pelanggan Cari Pesawat Meski Dikembalikan China

    Jakarta

    Pemerintah China telah berhenti menerima pesawat dari produsen asal Amerika Serikat (AS), Boeing. Meski demikian, CEO Boeing Kelly Ortberg percaya diri bahwa masih banyak pelanggan yang mencari pesawat Max buatannya.

    Hal ini disampaikannya menyusul beberapa buah pesawat 737 Max yang dikembalikan ke fasilitas perusahaan di Seattle alih-alih dikirim ke pelanggan China mereka. Ortberg pun memastikan, tindakan China tidak akan mempengaruhi kondisi perusahaan.

    “Ada banyak pelanggan di luar sana yang mencari pesawat Max. Kami tidak akan menunggu terlalu lama. Saya tidak akan membiarkan ini menggagalkan pemulihan perusahaan kami,” kata Ortberg, dikutip dari CNBC, Kamis (24/4/2025).

    Ortberg mengatakan beberapa pesawat 737 Max yang telah sampai di China akan dikembalikan lagi ke AS. Sejumlah pesawat yang belum dikirim ke China juga batal diterbangkan.

    Presiden AS Donald Trump awal bulan ini mengeluarkan tarif impor balasan kepada sejumlah negara, termasuk China. Kebijakan itu ditunda 90 hari untuk negara lainnya, tetapi Trump bersikap lain ke China.

    Pemerintah China tidak tinggal diam. Negara tersebut mengeluarkan balasan tarif dan memutuskan berbagai langkah salah satunya menyetop pembelian dan penyewaan pesawat dari produsen pesawat AS, Boeing.

    Saat saling serang berlangsung, Trump melunak. Ia terbuka kepada China untuk bernegosiasi atas kebijakan tarifnya. Adapun tarif yang dikenakan Trump kepada China sebelumnya 145%-245%. Trump membuka opsi dapat turun, namun tidak sampai 0%.

    “Tidak akan setinggi itu. … Tidak, tidak akan mendekati setinggi itu. Tarif akan turun secara substansial. Namun, tidak akan nol,” kata Trump.

    (acd/acd)

  • Boeing Lagi Banyak Masalah, Kini ‘Digebuk’ China

    Boeing Lagi Banyak Masalah, Kini ‘Digebuk’ China

    Jakarta

    Produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS) Boeing tengah mengalami banyak tekanan dalam 6 tahun terakhir. Namun, langkah Presiden Amerika Serikat (AS) mengumumkan tarif resiprokal hingga memicu perang tarif dengan China menjadi pukulan baru bagi perusahaan.

    Dikutip dari CNN Business, Kamis (24/4/2025), harga jet buatan eksportir terbesar AS itu bisa naik hingga jutaan dolar jika negara lain mengenakan tarif balasan. Sedangkan tarif AS yang sudah berlaku bisa membuat biaya pembuatan pesawatnya melonjak karena ketergantungan Boeing pada pemasok luar negeri.

    Kondisi ini diperparah dengan kegagalan kontrol keselamatan dan kualitas Boeing yang telah menyebabkan kecelakaan fatal dan penghentian operasional jetnya dalam setahun terakhir. Ditambah lagi dengan aksi mogok kerja yang menghentikan sebagian besar produksinya selama dua bulan akhir tahun lalu dan anjloknya permintaan pesawat selama pandemi COVID-19.

    “Perang tarif adalah hal terakhir yang dibutuhkan Boeing saat ini,” ujar analis kedirgantaraan di Bank of America, Ron Epstein.

    CEO Boeing Kelly Ortberg mengatakan kepada para investor pada hari Rabu kemarin, mereka yakin bahwa pemerintahan Trump akan membantu meredakan kekhawatiran mereka terhadap tarif. Diskusi Boeing dengan pemerintah telah menunjukkan Trump memahami pentingnya industri kedirgantaraan bagi ekonomi AS dan peran yang dimainkan Boeing sebagai eksportir utama AS.

    Pesawat Dikembalikan China

    Tanda masalah pertama muncul ketika dua pesawat di fasilitas Boeing di China dikembalikan ke fasilitas perusahaan di Seattle alih-alih dikirim ke pelanggan China mereka. Pelanggan China menghadapi tarif 125% atas semua impor AS, yang merupakan balasan atas tarif AS sebesar 145% atas sebagian besar impor China.

    Ortberg telah mengkonfirmasi pengembalian dua pesawat dari China dalam komentarnya kepada investor pada hari Rabu. Ia juga mengatakan, pesawat ketiga akan dikembalikan imbas tarif tersebut.

    Masalah pengembalian jet dari China dikhawatirkan hanya merupakan awal masalah perdagangan Boeing. China sendiri adalah pasar jet komersial terbesar dengan pertumbuhan tercepat. Richard Aboulafia, direktur pelaksana di AeroDynamic Advisory memperkirakan, maskapai penerbangan China diproyeksikan membeli 8.830 pesawat baru selama 20 tahun ke depan, yang mewakili 10% hingga 15% dari permintaan global.

    Namun, ketegangan perdagangan antara Amerika dan China telah menyebabkan Boeing kehilangan pangsa pasar di China terhadap pesaingnya dari Eropa, Airbus. Tercatat pelanggan China memesan 122 pesawat Boeing pada tahun 2017 dan 2018.

    Enam tahun sejak saat itu, jumlah tersebut merosot menjadi hanya 28 pesawat, sebagian besar untuk pesawat kargo atau dari perusahaan leasing China, yang dapat membelinya atas nama maskapai penerbangan di luar China. Boeing belum melaporkan satu pun pesanan untuk jet penumpang dari maskapai penerbangan China sejak 2019.

    Bahan Baku Pesawat Impor

    Menjual dan mengirim pesawat hanyalah sebagian dari masalah bagi Boeing. Produksi pesawat juga bisa menjadi masalah, karena bergantung pada suku cadang buatan luar negeri untuk sekitar 80% isi pesawatnya.

    Sayap pada 787 Dreamliner yakni pesawat Boeing yang paling berharga dan mahal, berasal dari Jepang. Sumbat pintu yang terlepas di udara dari 737 Max pada Januari 2024 berasal dari pemasok di Malaysia.

    Itu berarti suku cadang asing dan tarif yang harus dibayar meningkatkan biaya produksi pesawat yang sudah bernilai US$ 50 juta sampai US$ 100 juta. Boeing belum melaporkan laba setahun penuh sejak 2018 dan mengalami kerugian operasional gabungan sebesar US$ 51 miliar sejak saat itu.

    (acd/acd)

  • Perang Dagang Menggila, Pesawat Boeing Dilarang Masuk China

    Perang Dagang Menggila, Pesawat Boeing Dilarang Masuk China

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pesawat Boeing yang diproduksi untuk Xiamen Airlines asal China mendadak dilarang dan harus kembali ke fasilitas produksi di Amerika Serikat (AS). Hal ini mengindikasikan Boeing menjadi raksasa AS selanjutnya yang terdampak perang dagang akibat kebijakan tarif pemerintahan Donald Trump.

    Menurut rekam jejak penerbangan online, Boeing 737 Max berangkat dari Zhoushan, China, dan mendarat di Seattle, AS, pada Minggu (20/4) malam waktu setempat.

    Reuters pertama kali melaporkan fenomena ini. Reuters menyebut 737 Max merupakan salah satu di antara beberapa pesawat Boeing di Zhoushan yang menunggu finalisasi produksi sebelum dikirim ke maskapai China.

    Namun, belum selesai diproduksi tahap akhir, Boeing 737 Max terpaksa harus ‘pulang kampung’ ke AS, menurut laporan tersebut, dikutip dari Business Insider, Rabu (23/4/2025).

    Sebagai informasi, Puget Sound Business Journal melaporkan bahwa Xiamen Airlines telah memangkas penerbangan menuju Seatlle pada 2019.

    Sejatinya, belum jelas kenapa Boeing 737 Max diterbangkan kembali ke AS. Belum ada informasi lebih lanjut apakah pesawat-pesawat lainnya yang diproduksi untuk maskapai China akan diterbangkan kembali ke AS atau tidak.

    Data lain dari AirNav Radar menunjukkan pesawat Boeing 737 Max lainnya dari Zhoushan terbang menuju Guam pada Senin (21/4) pagi waktu setempat. Guam biasanya menjadi titik transit untuk pesawat-pesawat yang bertolak ke AS.

    Boeing dan Xiamen Airlines tidak langsung merespons permintaan komentar dari Business Insider.

    Pekan lalu, Bloomberg melaporkan informasi dari sumber anonim yang menyebut China memerintahkan maskapai di negaranya untuk berhenti mengambil pengiriman pesawat-pesawat Boeing dan komponen pesawat asal AS. Hal ini menyusul perang dagang yang kian memanas antara AS dan China.

    Setelah laporan tersebut mencuat, Trump menuliskan di Truth Social bahwa China mengingkari kesepakatan besar dengan Boeing.

    “Mereka [China] mengatakan tidak akan mengambil alih pesawat yang sebelumnya sudah sepenuhnya dikomitmenkan,” tulis Trump.

    Xiamen Airlines adalah cabang dari China Southern Airlines yang merupakan maskapai milik pemerintah.

    Pada 11 April 2025, China Southern Airlines menghentikan penjualan 10 pesawat Boeing 787-8 Dreamliner bekasnya, berdasarkan pengajuan ke Shanghai United Assets and Equity Exchange. China Southern berencana untuk mengganti Dreamliner-nya dengan pesawat yang lebih besar dan baru, tetapi membatalkan keputusan tersebut.

    Bersamaan dengan itu, negara-negara lain juga mulai bereaksi. CEO Malaysia Aviation Group yang merupakan induk Malaysia Airlines mengatakan pihaknya sedang berdiskusi dengan Boeing untuk mengambil alih slot pengiriman pesawat ke China.

    Pakar juga mengatakan Air India yang memiliki pesanan tertunda untuk 737 Max bisa menjadi pihak yang mengambil alih pemesanan dari China, menurut laporan Nikkei Asia.

    Perang dagang AS dan China dengan cepat mengalami eskalasi sejak Trump kembali ke Gedung Putih. China telah melarang impor film-film Hollywood dan menaikkan tarif untuk barang-barang tertentu dari AS.

    AS juga membatasi penjualan chip H20 Nvidia ke China. Analis mengatakan kebijakan terbaru Trump bisa diartikan sebagai pelarangan total ekspor chip ke China.

    Sejauh ini, China telah mematok tarif 125% ke AS sebagai balasan tarif AS sebesar 145% ke China. Trump bahkan mengancam akan menaikkan tarif ke China hingga 245% untuk barang-barang tertentu.

    China merupakan salah satu pasar paling penting bagi Boeing. Raksasa produsen pesawat tersebut pelan-pelan telah memulihkan bisnisnya dari kerugian besar sepanjang tahun lalu.

    Hambatan perang dagang akan membuat posisi Boeing kian terpuruk untuk memenangkan pangsa pasar melawan Airbus asal Eropa.

    Pada laporan tahunan 2024 yang dirilis Februari 2025, Boeing menyebut China merupakan pasar signifikan yang kemungkinan akan terdampak dengan hubungan dagang dan isu geopolitik.

    Boeing masuk dalam daftar ‘Top 100’ perusahaan AS paling bernilai yang memperkerjakan 172.000 karyawan pada Desember 2024. Sahamnya sepanjang tahun ini sudah anjlok 8,5%.

    (fab/fab)

  • Trump Melunak! Beri Sinyal Turunkan Tarif Secara Drastis ke China

    Trump Melunak! Beri Sinyal Turunkan Tarif Secara Drastis ke China

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memberi sinyal adanya penurunan tarif secara drastis yang dikenakan (AS) terhadap seluruh produk impor asal China. Meski begitu, Trump menegaskan penurunan tarif tersebut tidak aja menjadi nol%.

    Trump menyadari penerapan tarif impor sebesar 145% terhadap China sangat besar. Oleh karenanya ia mengatakan nantinya tarif impor terhadap China tidak akan sebesar 145%.

    “145% itu sangat tinggi dan tidak akan setinggi itu. Tidak akan mendekati angka itu. Itu akan turun secara signifikan. Tapi tidak akan nol,” kata Trump dikutip dari CNN, Rabu (23/4/2025).

    Pernyataan Trump tersebut tersebut muncul setelah Menteri Keuangan AS Scott Bessent yang sebelumnya mengatakan bahwa tarif tinggi antara AS dan China secara efektif telah menghentikan perdagangan antar kedua negara.

    Dalam konferensi investasi privat yang diselenggarakan oleh JP Morgan Chase, Bessent menyebutkan bahwa perang dagang dengan China tidak berkelanjutan dan kemungkinan akan mereda dalam waktu dekat.

    Bessent mengatakan penurunan tarif terhadap China bukanlah untuk memutuskan hubungan yang keras atau pemisahan total antara Amerika Serikat dan China. Melainkan untuk menyeimbangkan kembali perdagangan.

    Adapun sejauh ini, China bersikap tegas dan menolak mundur. Sebagai balasan, Beijing menaikkan tarif atas barang AS hingga 125%, memasukkan lebih banyak perusahaan AS dalam daftar ekspor terbatas dan daftar entitas tidak dapat dipercaya, serta membatasi ekspor mineral penting yang digunakan dalam berbagai produk dari iPhone hingga sistem rudal.

    China juga menyasar industri strategis AS, dengan membatasi jumlah film Hollywood yang ditayangkan di dalam negeri dan mengembalikan dua pesawat Boeing ke AS.

    (rrd/rrd)

  • Boeing Kena Batunya! Tiongkok Balikin Pesawat Gara-Gara Perang Dagang Trump

    Boeing Kena Batunya! Tiongkok Balikin Pesawat Gara-Gara Perang Dagang Trump

    Jakarta: Perang dagang antara Amerika Serikat dan Tiongkok kembali memakan korban. Kali ini, bukan barang elektronik atau produk pertanian, tapi sebuah pesawat jet Boeing 737 MAX yang dikembalikan oleh maskapai asal Tiongkok.

    Boeing 737 MAX dikirim balik ke AS
    Melansir The Guardian, Selasa, 22 April 2025, Jet Boeing 737 MAX yang semestinya dikirimkan ke Xiamen Airlines, Tiongkok, justru kembali mendarat di Seattle, Amerika Serikat, pada Minggu (waktu setempat). Pesawat ini sempat transit untuk isi bahan bakar di Guam dan Hawaii dalam perjalanan pulangnya sejauh 8.000 km.
     
    Pesawat ini merupakan salah satu dari beberapa unit 737 MAX yang menunggu penyelesaian akhir di fasilitas Boeing di Zhoushan sebelum pengiriman resmi. Namun karena efek domino tarif perdagangan, pesawat ini batal diterima dan dipulangkan.
     

    Gara-gara tarif fantastis
    Peristiwa ini terjadi setelah Presiden AS, Donald Trump, menaikkan tarif impor barang dari Tiongkok hingga 145 persen. Sebagai balasan, Tiongkok memberlakukan tarif 125 persen untuk produk-produk Amerika, termasuk pesawat.
     
    Tarif setinggi itu membuat nilai pasar pesawat baru seperti 737 MAX yang berkisar USD55 juta menjadi tidak masuk akal secara ekonomi bagi maskapai. Pemerintah Tiongkok bahkan dikabarkan meminta maskapai lokal untuk menghentikan sementara pembelian suku cadang dan peralatan pesawat dari perusahaan AS, termasuk Boeing.
    130 pesanan Boeing dari Tiongkok bisa gagal
    Menurut data dari Airways Mag, dalam buku pesanan Boeing terdapat 130 pesawat yang dijadwalkan untuk dikirim ke perusahaan-perusahaan Tiongkok hingga akhir Maret. Namun, dengan eskalasi perang dagang yang terjadi, pengiriman ini berada di ujung tanduk.

    Belum diketahui apakah keputusan untuk mengembalikan pesawat dibuat oleh Xiamen Airlines atau atas desakan otoritas Tiongkok. Baik pihak Boeing maupun Xiamen Airlines belum memberikan komentar.

    CEO Boeing: Jangan tutup pasar!
    Menariknya, hanya beberapa jam sebelum pengumuman tarif “hari kebebasan” oleh Trump, CEO Boeing Kelly Ortberg sempat menyuarakan kekhawatiran di hadapan Senat AS.
     
    “Kami menjual sekitar 80 persen pesawat kami ke luar negeri dan ingin menghindari situasi di mana pasar-pasar tertentu menjadi tertutup bagi kami,” kata Ortberg.
     
    Ortberg juga mengungkapkan bahwa Boeing memiliki sekitar setengah triliun dolar pesanan yang masih tertunda, dan kebijakan semacam ini bisa mengganggu seluruh proses pengiriman.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Boeing Lagi Banyak Masalah, Kini ‘Digebuk’ China

    China Pulangkan Lagi Pesawat Boeing ke AS

    Jakarta

    Tensi perang dagang yang memanas antara China dan Amerika Serikat (AS) membuat pesawat jet pabrikan Boeing dipulangkan lagi ke Negeri Paman Sam oleh maskapai China sebagai penggunanya.

    Dilansir dari Reuters, Senin (21/4/2025), data pelacakan penerbangan menunjukkan ada satu pesawat 737 MAX 8 mendarat di wilayah AS Guam pada hari Senin, setelah meninggalkan pusat penyelesaian Boeing Zhoushan di dekat Shanghai, China. Pesawat itu terbang dari Seattle ke Zhoushan kurang dari sebulan yang lalu.

    Guam adalah salah satu persinggahan yang dilakukan penerbangan tersebut dalam perjalanan sejauh 5.000 mil melintasi Pasifik antara pusat produksi Boeing AS di Seattle dan pusat penyelesaian Zhoushan yang menjadi tempat pesawat diangkut oleh Boeing untuk pekerjaan akhir di China.

    Ini menjadi pesawat kedua yang dikembalikan China ke AS. Sebelumnya, pada hari Minggu, sebuah 737 MAX yang dicat dengan corak untuk Xiamen Airlines China juga dilaporkan melakukan perjalanan pulang dari Zhoushan dan mendarat di Boeing Field Seattle.

    Meski pesawatnya dikembalikan, kini Boeing menyatakan telah menemukan pembeli pengganti dari Malaysia Airlines. Pabrikan pesawat itu sedang berbicara dengan produsen tersebut tentang pengadaan jet yang mungkin tersedia jika maskapai penerbangan China berhenti menggunakan pesawatnya.

    Perang tarif dan perubahan haluan atas pengiriman terjadi saat Boeing tengah memulihkan diri dari pembekuan impor jet 737 MAX selama hampir lima tahun dan serangkaian ketegangan perdagangan sebelumnya.

    Kebingungan atas perubahan tarif dapat membuat banyak pengiriman pesawat menjadi tidak menentu, dengan beberapa CEO maskapai mengatakan mereka akan menunda pengiriman pesawat daripada membayar bea.

    (hal/acd)