Perusahaan: Bloomberg

  • Konsensus Ekonom Proyeksi Inflasi Maret 2025 Melonjak

    Konsensus Ekonom Proyeksi Inflasi Maret 2025 Melonjak

    Bisnis.com, JAKARTA — Konsensus ekonom memproyeksikan inflasi akan meningkat tajam pada Maret 2025, jelang pengumuman Indeks Harga Konsumen alias IHK oleh Badan Pusat Statistik pada hari ini, Selasa (8/4/2025).

    Berdasarkan konsensus ekonom yang dihimpun Bloomberg, median atau nilai tengah dari 20 ekonom sebesar 1,18% secara tahunan atau year on year (YoY). Angka tersebut mengalami lonjakan usai terjadi deflasi pada Februari 2025 sebesar 0,09% YoY.

    Estimasi tertinggi terpantau berada pada angka 2,3% YoY yang dikeluarkan oleh ekonom JP Morgan Chase Bank Sin Beng Ong. Sementara estimasi terendah di angka -0,02% oleh ekonom KB Valbury Sekuritas Fikri C. Permana.

    Sementara itu, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede memperkirakan tingkat inflasi mencapai 1,37% YoY pada Maret 2025. Dia memprediksi inflasi inti meningkat dari 2,48% YoY menjadi 2,51% YoY pada Maret 2025.

    “Didorong oleh permintaan musiman selama Ramadan dan Idulfitri, serta kenaikan harga emas,” ujar Josua kepada Bisnis, dikutip Selasa (8/4/2025).

    Secara bulanan atau month to month (MtM), dia meyakini tingkat inflasi bulanan sebesar 1,89%. Pada bulan sebelumnya, terjadi deflasi -0,48% MtM.

    Menurutnya, pendorong utama inflasi adalah berakhirnya diskon tarif listrik untuk pelanggan prabayar, yang diperkirakan berkontribusi sebesar 1,47 poin persentase (ppt) terhadap inflasi umum. 

    Selain itu, harga bahan bakar non-subsidi mengalami kenaikan pada Maret 2025, sehingga berkontribusi terhadap inflasi harga yang diatur pemerintah. Sebaliknya, tarif transportasi udara, yang biasanya meningkat selama Idulfitri, diperkirakan akan menurun karena adanya diskon dari pemerintah sekitar 13%—14%.

    Lebih lanjut, diskon terkait transportasi lainnya termasuk diskon untuk jalan tol dan transportasi darat seperti bus juga membantu menahan inflasi harga yang diatur pemerintah. 

    Pun, permintaan musiman selama Ramadan dan Idulfitri mendorong kenaikan harga pangan. Hanya saja, Josua melihat kenaikan harga akan tetap terkendali usai pasokan makanan diperkirakan akan membaik pada kuartal I/2025.

    “Namun demikian, kami mengantisipasi indeks harga bergejolak untuk kembali ke wilayah inflasi di Maret 2025,” jelasnya.

    Secara kumulatif atau year-to-date, Josua memperkirakan bahwa indeks harga konsumen dari Januari hingga Maret 25 akan mencerminkan tingkat inflasi yang rendah sekitar 0,65%.

    Pada sisa tahun, sambungnya, tingkat inflasi kemungkinan besar akan dipengaruhi oleh efek basis yang rendah pada 2024. Josua mengantisipasi tekanan inflasi dari berlanjutnya pemulihan permintaan konsumen, yang dapat mendorong inflasi sisi permintaan yang moderat. 

    Selain itu, depresiasi rupiah diperkirakan akan berkontribusi terhadap imported inflation atau inflasi impor sehingga menambah tekanan harga secara keseluruhan.

    Sejalan dengan itu, inflasi dari sisi penawaran telah melampaui inflasi dari sisi permintaan, yang mengindikasikan adanya potensi risiko inflationary pass-through.

    “Kami memperkirakan tingkat inflasi akan meningkat menjadi sekitar 2,33% pada akhir tahun 2025, naik dari 1,57% pada akhir tahun 2024,” ungkap Josua.

  • Arah Suku Bunga The Fed di Tengah Kebijakan Tarif Trump dan Bayang-Bayang Resesi Global

    Arah Suku Bunga The Fed di Tengah Kebijakan Tarif Trump dan Bayang-Bayang Resesi Global

    Bisnis.com, JAKARTA – Ekspektasi pasar terhadap penurunan suku bunga acuan Federal Reserve (The Fed) pada 2025 melonjak seiring dengan kebijakan tarif agresif yang diluncurkan pemerintahan Presiden AS Donald Trump yang menimbulkan kecemasan akan bayang-bayang resesi global.

    Kepanikan pasar tercermin dari lonjakan posisi pada skenario pemangkasan darurat. Mengutip laporan Bloomberg, Selasa (8/4/2025), kontrak swap suku bunga overnight kini mencerminkan ekspektasi penurunan sebesar 125 basis poin sepanjang tahun, setara dengan lima kali pelonggaran masing-masing 25 basis poin.

    Padahal, hingga pekan lalu, pelaku pasar hanya memperkirakan tiga kali pemangkasan. Kini, probabilitas bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin sudah mendekati 40%, bahkan sebelum rapat resmi kebijakan yang dijadwalkan pada 7 Mei 2025.

    Penyesuaian ekspektasi yang mendadak mencerminkan kepanikan kolektif pasar. Trump, yang tak menunjukkan sinyal akan melunak, tetap kukuh dengan kebijakan tarif perdagangannya. Trump mengatakan kepada wartawan pada Minggu malam untuk melupakan pasar sejenak.

    Sebagai respons spontan, investor melepaskan aset berisiko dan berbondong-bondong berlari ke obligasi, memicu penurunan tajam pada imbal hasil obligasi. Yield obligasi Treasury AS tenor dua tahun, yang merupakan indikator paling sensitif terhadap perubahan suku bunga, merosot 22 basis poin ke level 3,43% pada Senin, mencatat total penurunan sekitar 50 basis poin sejak pengumuman tarif pada Rabu lalu.

    Analis senior Pepperstone Michael Brown mengatakan tidak ada kabar baik dalam sentimen kali ini. Pasar semakin buruk, perubahan kebijakan baik dari Gedung Putih atau The Fed, adalah yang diinginkan pasar.

    ”Tapi keduanya tampaknya belum akan bergerak, dan itu artinya lebih banyak gejolak ekonomi,” tutur Brown seperti dikutip Bloomberg.

    Gejolak serupa juga mengguncang Eropa. Obligasi Jerman melonjak, menyebabkan yield dua tahunnya merosot 20 basis poin dan hanya sedikit di atas 1,60%—terendah sejak Oktober 2022. Di sisi lain, mata uang safe haven seperti yen Jepang dan franc Swiss menguat tajam terhadap dolar.

    Bayang-Bayang Resesi

    JPMorgan Chase & Co. kini secara terbuka memproyeksikan bahwa perekonomian Amerika akan tergelincir ke dalam resesi tahun ini. Kepala ekonom Michael Feroli memperkirakan The Fed akan memulai pemangkasan pada bulan Juni, dan melanjutkannya di setiap pertemuan hingga awal tahun depan.

    Sentimen serupa datang dari Goldman Sachs Group Inc. yang pekan lalu memperbarui proyeksinya: tiga kali pemotongan suku bunga kini menjadi skenario dasar, tak hanya untuk The Fed, tetapi juga bagi Bank Sentral Eropa.

    Di tengah turbulensi ini, berbagai pemerintahan di seluruh dunia berebut kursi negosiasi dengan pejabat AS, berusaha meringankan beban tarif atas ekspor mereka. Namun pasar tetap gamang—tak ada jaminan bahwa kompromi akan tercapai dalam waktu dekat.

    Pergeseran ini pun menyeret harapan pemangkasan suku bunga di Eropa. Untuk ECB dan Bank of England, swap pasar kini memproyeksikan setidaknya tiga kali pemangkasan, masing-masing sebesar 25 basis poin. Peluang pemotongan keempat pada akhir tahun diperkirakan sekitar 50%.

    Namun di tengah gelombang tekanan, Ketua The Fed Jerome Powell masih menahan pedal gas. Dalam pidatonya baru-baru ini, ia menyampaikan kehati-hatian tinggi karena inflasi yang masih mengintai. Menurut Powell, lonjakan harga akibat tarif membuat langkah buru-buru justru berisiko.

    Analis senior Brown Brothers Harriman Elias Haddad mengatakan pasar sebaiknya tidak berharap The Fed turun tangan dengan pemangkasan darurat.

    “Ini adalah badai yang diciptakan oleh kebijakan. Tidak ada alasan bagi The Fed untuk menyelamatkan pasar dari gejolak yang mereka ciptakan sendiri,” tambahnya.

  • Smartphone Berubah Total, Banyak yang Belum Tahu 6 Tren HP Jenis Baru

    Smartphone Berubah Total, Banyak yang Belum Tahu 6 Tren HP Jenis Baru

    Jakarta, CNBC Indonesia – Smartphone terus berkembang seiring berjalannya waktu. Dari bentuk hingga teknologi yang berada di dalamnya.

    Meski bentuknya hampir sama, namun beberapa merek mulai berkreasi dengan penempatan kamera belakang. Begitu juga dengan penggunaan fitur Artificial Intelligence (AI) yang kian masif digunakan pada banyak ponsel.

    Android Police menuliskan ada beberapa prediksi desain ponsel di masa depan. Berikut 6 prediksi tersebut, dikutip Senin (24/3/2025):

    1. Ponsel Lipat Tiga dan Layar Gulung

    Seperti kita ketahui, beberapa vendor memang telah merilis ponsel lipat dengan desain seperti buku atau kerang. Namun nampaknya desain HP lipat akan segera berkembang lagi.

    Huawei lewat model Mate XT telah menghadirkan desain ponsel lipat tiga baru-baru ini. Android Police juga menyebutkan kemungkinan ponsel dengan layar digulung akan segera dirilis.

    Layar gulung ini memungkinkan pengguna bisa memperpanjang atau memperpendek layar sesuai kebutuhan. Laporan Android Police mengatakan dua desain ini memiliki tantangan seperti harga dan daya tahan ponsel.

    2. Ponsel Tipis

    Ponsel berukuran tipis bakal jadi salah satu desain yang mungkin akan kita temui di masa depan. Salah satunya adalah kabar Apple yang akan merilisnya melalui iPhone 17 Air.

    Laporan Mark Gurman dari Bloomberg menyebutkan ponsel tersebut bakal jadi peralihan ponsel ke lebih ramping tanpa port pengisian daya.

    Sementara Android Police menuliskan Tecno jadi perusahaan yang juga mencoba desain ponsel tertipis. Saat gelaran MWC 2025, perusahaan menunjukkan ponselnya yang hanya 5,75 mm namun tetap menyematkan baterai besar 5.200 mAh.

    3. Tombol Fisik Tambahan

    Sebenarnya ini bukan hal baru, karena Sony Xperia dan seri iPhone 15 telah memperkenalkan tombol fisiknya masing-masing. Namun Android Police meyakini akan ada lebih banyak di masa depan.

    Alasannya karena Apple telah menyematkannya pada iPhone, kemungkinan ponsel dari Android akan melakukan hal serupa.

    4. Tempat Kamera yang Lebih Tipis

    Kamera biasanya membutuhkan ruang yang cukup untuk menempatkan sensor besar dan lensa sekunder. Namun pemandangan itu nampaknya akan digantikan dengan kamera yang lebih tipis.

    Salah satunya dilakukan Samsung lewat edisi khusus X Fold dengan kamera 200 MP yang hanya setebal 10 mm. Perusahaan juga lebih unggul karena jadi pengembang teknologi “all lens on prims” yang memungkinkan zoom periksop dengan modul yang lebih tipis.

    5. Bisa diperbaiki sendiri

    Servis HP juga akan berubah di masa depan. Salah satu pemicunya aturan Uni Eropa untuk membuat para produsen HP menggunakan baterai yang bisa diganti.

    6. Proyek Modular

    Beberapa waktu lalu, Proyek Ara diciptakan untuk pengembangan prosesor, memori dan hardware untuk bisa ditingkatkan dan diperbaiki. Namun proyek tersebut tidak berkembang dan tak pernah diluncurkan.

    Kemungkinan teknologi ini akan muncul lagi dengan adopsi Qi2. Teknologi tersebut dibangun untuk pengisian daya, selain itu juga bisa menyelaraskan pengisian wireless agar bisa lebih efisiensi.

    Bisa jadi akan ada lebih banyak perangkat yang terhubung. Jadi proyek tersebut bisa berkembang lagi lebih luas.

    (dem/dem)

  • APJII Jelaskan Dampak Tarif Trump pada Infrastruktur Internet Indonesia

    APJII Jelaskan Dampak Tarif Trump pada Infrastruktur Internet Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA — Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) melihat infrastruktur internet di Indonesia sudah banyak didukung oleh produk dari China. Karena itu, kebijakan tarif timbal balik atau reciprocal tariff yang dikeluarkan oleh Presiden AS Donald Trump belum bisa dipastikan akan berpengaruh terhadap industri internet dalam negeri.

    Sekjen APJII Zulfadly Syam mengatakan kebijakan yang dikeluarkan oleh Trump ini bisa tidak berdampak ke sektor internet Indonesia jika masih ada negara lain yang menyuplai infrastruktur internet serupa.

    “Dan apabila substitusinya masih ada, seperti dari produk China atau produk Eropa, maka internet Indonesia tidak bergantung pada produk dari AS,” kata Zulfadly kepada Bisnis, Senin (7/4/2025).

    Zulfadly menuturkan, bagi internet Indonesia, selama ada substitusi produk, seharusnya perkembangan internet nasional masih bisa terus melaju.

    Namun, terdapat persoalan lain apabila produk dari negara lain, misalnya China, menggunakan chipset dari AS. Maka ada kemungkinan tarif yang diberlakukan juga akan sampai ke Indonesia secara tidak langsung.

    “Karena produk China akan jadi lebih mahal daripada sebelumnya,” ujarnya.

    Dengan demikian, akan terjadi efek domino karena pemberlakuan tarif berlaku tidak hanya untuk Indonesia, tetapi juga negara lain. “Jadi efek domino bisa muncul karena pemberlakuan tarif Trump menyasar kebanyakan negara,” ucap Zulfadly.

    Diberitakan sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif impor pada mitra dagang AS di seluruh dunia. Kebijakan itu menjadi serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil.

    Trump mengatakan dirinya akan menerapkan tarif minimum 10% pada semua eksportir ke AS dan mengenakan bea masuk tambahan pada sekitar 60 negara dengan ketidakseimbangan perdagangan atau defisit neraca perdagangan terbesar dengan AS.

    “Selama bertahun-tahun, warga negara Amerika yang bekerja keras dipaksa untuk duduk di pinggir lapangan ketika negara-negara lain menjadi kaya dan berkuasa, sebagian besar dengan mengorbankan kita. Namun kini giliran kita untuk makmur,” kata Trump dalam sebuah acara di Rose Garden, Gedung Putih, pada Rabu (2/4/2025) waktu setempat, dilansir dari Bloomberg.

    Seperti diketahui, Kanada dan Meksiko sudah menghadapi tarif 25% yang terkait dengan perdagangan narkoba dan migrasi ilegal. Tarif tersebut akan tetap berlaku dan dua mitra dagang terbesar AS tersebut tidak akan terkena rezim tarif baru selama tarif terpisah masih berlaku.

    Pengecualian untuk barang-barang yang tercakup dalam perjanjian perdagangan Amerika Utara yang ditengahi oleh Trump pada masa jabatan pertamanya akan tetap ada.

    China akan dikenakan tarif sebesar 34%, Uni Eropa sebesar 20%, dan Vietnam sebesar 46%, menurut dokumen Gedung Putih.

    Negara-negara lain yang akan dikenakan tarif impor lebih besar meliputi Jepang (24%), Korea Selatan (25%), India (26%), Kamboja (49%), dan Taiwan (32%).

  • Tarif Timbal Balik Trump di AS Berpotensi Hambat Perkembangan 5G di Indonesia

    Tarif Timbal Balik Trump di AS Berpotensi Hambat Perkembangan 5G di Indonesia

    Bisnis.com, JAKARTA — Direktur Eksekutif ICT sekaligus pengamat ekonomi digital Heru Sutadi mengatakan kebijakan tarif timbal balik atau reciprocal tariff berpotensi memengaruhi perkembangan 5G di Indonesia.

    Heru menilai kebijakan ini akan berdampak pada sektor telekomunikasi dan digital Indonesia. “Memang dampaknya tidak langsung terasa, tetapi dalam 3 hingga 6 bulan ke depan, pasti akan ada dampak yang dirasakan,” kata Heru kepada Bisnis, Senin (7/4/2025).

    Dia menjelaskan kebijakan tarif ini berpotensi menyebabkan nilai tukar mata uang membengkak, yang pada gilirannya akan meningkatkan harga peralatan dan sarana penunjang untuk implementasi 5G di Indonesia. Hal ini diperkirakan akan menghambat pengembangan jaringan 5G.

    Selain itu, dengan biaya peralatan yang lebih mahal dan ongkos regulasi spektrum frekuensi yang tinggi, operator telekomunikasi akan lebih berhati-hati dalam menghitung permintaan masyarakat terhadap layanan 5G.

    “Jika PHK meningkat dan daya beli masyarakat turun, maka akan semakin sulit bagi operator untuk membangun jaringan 5G secara masif,” ujar Heru.

    Laporan terbaru dari Global System for Mobile Communications Association (GSMA) memperkirakan bahwa penetrasi 5G di Indonesia pada 2024 hanya akan mencapai sekitar 3%.

    Namun, penetrasi tersebut diharapkan dapat meningkat menjadi 32% pada 2030, dengan dukungan kebijakan yang tepat dan ekosistem yang semakin matang.

    Diberitakan sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif impor pada mitra dagang AS di seluruh dunia. Kebijakan itu menjadi serangan terbesarnya terhadap sistem ekonomi global yang telah lama dianggapnya tidak adil.

    Trump mengatakan dirinya akan menerapkan tarif minimum 10% pada semua eksportir ke AS dan mengenakan bea masuk tambahan pada sekitar 60 negara dengan ketidakseimbangan perdagangan atau defisit neraca perdagangan terbesar dengan AS.

    “Selama bertahun-tahun, warga negara Amerika yang bekerja keras dipaksa untuk duduk di pinggir lapangan ketika negara-negara lain menjadi kaya dan berkuasa, sebagian besar dengan mengorbankan kita. Namun kini giliran kita untuk makmur,” kata Trump dalam sebuah acara di Rose Garden, Gedung Putih, pada Rabu (2/4/2025) waktu setempat, dilansir dari Bloomberg.

    Seperti diketahui, Kanada dan Meksiko sudah menghadapi tarif 25% yang terkait dengan perdagangan narkoba dan migrasi ilegal. Tarif tersebut akan tetap berlaku, dan dua mitra dagang terbesar AS tersebut tidak akan terkena rezim tarif baru selama tarif terpisah masih berlaku.

    Pengecualian untuk barang-barang yang tercakup dalam perjanjian perdagangan Amerika Utara yang ditengahi oleh Trump pada masa jabatan pertamanya akan tetap ada.

    China akan dikenakan tarif sebesar 34%, sementara Uni Eropa akan dikenakan pungutan 20%, dan Vietnam akan dikenakan tarif 46%, menurut dokumen Gedung Putih.

    Negara-negara lain yang akan dikenakan tarif impor Trump yang lebih besar termasuk Jepang sebesar 24%, Korea Selatan sebesar 25%, India sebesar 26%, Kamboja sebesar 49%, dan Taiwan sebesar 32%.

  • Morgan Stanley Downgrade Sektor Perbankan AS saat Risiko Resesi Meningkat

    Morgan Stanley Downgrade Sektor Perbankan AS saat Risiko Resesi Meningkat

    Bisnis.com, JAKARTA – Analis Morgan Stanley memangkas pandangan terhadap bank besar dan menengah Amerika Serikat (AS) di tengah prediksi tarif Presiden Donald Trump meningkatkan risiko resesi dan semakin melemahkan aktivitas pasar modal.

    Dilansir Bloomberg pada Senin (7/4/2025), analis Morgan Stanley memangkas pandangan terhadap sektor perbankan AS dari atraktif ke in-line, berdasarkan catatan bertanggal 7 April 2025.

    Analis Morgan Stanley juga memangkas pandangan sektor mereka terhadap industri penasihat keuangan dan saham keuangan konsumen.

    “Perkembangan perdagangan menggeser pertimbangan dasar kami ke perlambatan produk domestik bruto yang signifikan, dengan risiko skenario resesi bearish kami meningkat tajam,” tulis analis, termasuk Betsy Graseck, dalam sebuah catatan.

    Para analis menambahkan peningkatan ketidakpastian ekonomi juga kemungkinan akan menunda pemulihan material dalam aktivitas pasar modal.

    Dalam perdagangan prapasar hari Senin, saham-saham bank semuanya turun bersamaan dengan saham berjangka AS. Penurunan tak berlanjut lebih dalam karena Kepala Eksekutif JPMorgan Chase & Co. Jamie Dimon mendesak penyelesaian cepat terhadap kebijakan tarif.

    Saham-saham juga terpukul pada minggu lalu, dengan pasar ekuitas global merugi sekitar US$9,5 triliun. Sementara, saham bank besar AS anjlok hari Jumat, mencatat penurunan dua hari terbesar sejak Maret 2020.

    Saham Goldman Sachs Group dipangkas dari overweight menjadi equal-weight, dengan alasan paparannya terhadap pendapatan investment bankng, dilihat memiliki respons paling cepat dalam sektor keuangan terhadap risiko resesi dan memburuknya kondisi pasar, jauh lebih cepat daripada pertumbuhan pinjaman di bank komersial tradisional.

    Sementara, saham Goldman turun 3,5% sebelum pasar dibuka. Para analis melihat manajemen bank besar memangkas proyeksi pendapatan saat bank mulai melaporkan laba akhir minggu ini.

    JPMorgan, Wells Fargo & Co. dan Morgan Stanley akan memulai laporan pada 11 April 2025. “Dengan volatilitas pasar baru-baru ini, jelas prospek perbankan investasi dan biaya kekayaan perlu diredam,” tulis analis Morgan Stanley.

    Adapun, saham JPMorgan, Citigroup Inc. dan Bank of New York Mellon Corp disebut menjadi yang paling ditunggu laporan keuangannya.

  • Dolar AS Sempat Tembus Rp 17.200!

    Dolar AS Sempat Tembus Rp 17.200!

    Jakarta

    Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah sempat tembus Rp 17.200 pada pembukaan perdagangan awal pekan ini. Kondisi ini terjadi usai Presiden Amerika Serikat (AS) Donald trump mengumumkan kebijakan tarif impor baru.

    Dikutip dari data Bloomberg, Senin (7/4/2025), nilai tukar dolar AS terhadap rupiah pada hari ini sempat menembus Rp 17.217 sekitar pukul 09.15 WIB. Namun, posisi tersebut hanya bertahan singkat dan pada pukul 14.30 bertengger pada level Rp 16.799,5. Angka ini naik 147 poin atau 0,88% dari pembukaannya.

    Selanjutnya, pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia lainnya juga cenderung menguat. Mata uang Paman Sam naik 0,26% terhadap dolar baru Taiwan dan bertambah 1,02% terhadap peso Filipina.

    Selanjutnya, nilai tukar dolar AS terhadap ringgit Malaysia juga menguat 0,69%, kemudian terhadap yuan China naik 0,34%, serta menguat terhadap won Korea Selatan 0,24%. Nilai tukar dolar AS juga menguat terhadap bath Thailand 0,64%, serta 0,67% terhadap rupee India.

    Sementara itu, dolar AS justru melemah terhadap yen Jepang 1,06%, serta terhadap dolar Hong Kong turun 0,07%, dan melemah 0,14% terhadap dolar Singapura.

    Lihat juga video: Horor Jika Dolar Tak Terkendali

    (shc/ara)

  • Miliarder AS Bill Ackman Kecam Kebijakan Tarif Trump

    Miliarder AS Bill Ackman Kecam Kebijakan Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Miliarder Bill Ackman dan Stanley Druckenmiller mengecam keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk meluncurkan tarif impor global yang ekspansif, yang telah menjerumuskan pasar ke dalam kekacauan. 

    Melansir Bloomberg pada Senin (7/4/2025), dalam unggahannya di X, Ackman menyebut rezim perdagangan baru tersebut sebagai sebuah “kesalahan”.

    “Saya sangat yakin bahwa penerapan tarif pada tanggal 9 April terhadap seluruh dunia — jauh melebihi apa yang dikenakan kepada kita — adalah sebuah kesalahan,” tulis Ackman dalam sebuah posting di X. 

    Bagi Ackman, komentar tersebut menandai perbedaan pendapat paling tajam yang pernah ada oleh salah satu pendukung utama Presiden di Wall Street. 

    Ackman, pendiri perusahaan investasi Pershing Square, mengumumkan dukungannya terhadap Trump setelah percobaan pembunuhan pada bulan Juli selama masa kampanye. 

    Ackman melanjutkan, jeda selama 90 hari diperlukan untuk memberi Trump waktu untuk menyelesaikan posisi perdagangan global kita yang secara historis tidak adil secara hati-hati dan strategis.

    Baik Ackman maupun Pershing Square tidak memiliki leverage margin atau instrumen lain yang akan menciptakan masalah likuiditas jika pasar anjlok. 

    “Kami tidak menggunakan margin. Tidak pernah. Tidak akan pernah,” tambahnya.

    Pershing Square hanya memiliki satu investasi — opsi beli Nike 3 tahun — yang secara langsung terpengaruh oleh tarif, posisi yang mewakili 1,5% dari portofolio perusahaan, katanya. 

    Ackman mengatakan perusahaan tidak akan menjadi “penjual di pasar yang menurun,” bahkan saat mengalami kerugian mark-to-market jika pasar anjlok.

    “Kami akan menjadi pembeli bisnis hebat dengan harga diskon besar yang akan menguntungkan kami dan investor kami dalam jangka panjang,” menurut unggahan tersebut.

    Ackman mengatakan upaya Trump untuk mencapai kesepakatan saat pasar sedang ambruk tidak membantu posisi negosiasinya. 

    “Siapa pun yang merekomendasikan ide itu kepada presiden kita harus segera dipecat,” tambahnya. 

    Pasar bersiap menghadapi minggu yang sulit lagi, dengan saham berjangka AS anjlok pada hari Minggu. Dalam dua hari setelah pengumuman tarif Trump pada tanggal 2 April, lebih dari $5 triliun hilang dari nilai semua saham AS.

    Sementara itu, Druckenmiller, mantan anak didik George Soros dan pegiat defisit yang sudah lama, juga menulis posting langka yang menguraikan kritik yang ia buat terhadap kebijakan tersebut dari sebuah wawancara pada bulan Januari.

    “Saya tidak mendukung tarif yang melebihi 10% yang sudah saya jelaskan dengan sangat jelas dalam wawancara yang Anda kutip,” tulis Druckenmiller pada hari Minggu, menanggapi wawancara sebelumnya dengan CNBC.

    Kritik yang meluas muncul karena Trump tidak memberikan indikasi bahwa dia siap untuk mencabut kembali perombakan perdagangan yang akan dimulai pada tanggal 9 April yang telah menghantam pasar. 

    Komentar pasangan ini melengkapi tulisan publik sebelumnya dari pendiri dana lindung nilai terbesar di dunia, Bridgewater Associates Ray Dalio, yang mengatakan “konsekuensi pertama dari hal ini adalah stagnasi inflasi yang signifikan di AS.”

  • Perang Dagang: China Gunakan Mineral Langka untuk Pukul AS

    Perang Dagang: China Gunakan Mineral Langka untuk Pukul AS

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah China menggunakan sejumlah mineral langka atau logam tanah jarang sebagai senjata dalam menghadapi perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).

    Dilansir Bloomberg, Senin (7/4/2025) Negara Tirai Bambu itu mengambil langkah untuk membatasi ekspor beberapa komoditas mineral langka dan mengancam rantai pasok global sejumlah material yang digunakan pada industri teknologi secara luas, dari kendaraan listrik hingga persenjataan.

    Sebagai bagian dari tindakan balasan terhadap apa yang disebut tarif timbal balik Presiden Donald Trump atas barang-barang impor China, Beijing mengatakan pada hari Jumat bahwa mereka akan memperketat kontrol atas ekspor tujuh jenis mineral langka.

    Sebagai informasi, China sejauh ini merupakan pemasok mineral terbesar di dunia, yang terdiri dari 17 unsur dalam tabel periodik.

    Langkah itu mendorong sejumlah saham, yang terkait dengan mineral, melonjak pada perdagangan hari ini. Saham China Rare Earth Holdings Ltd. naik sekitar 10% di Bursa Hong Kong. Sementara, China Northen Rare Earth Group naik 9,2%, dan Lynas Rare Earths Ltd. menguat 5,1%.

    Berdasarkan Survei Geologi AS, China menyumbang hamper 70% dari produksi tanah jarang dunia. Keunggulan ini telah lama dipandang sebagai senjata geopolitik yang potensial, mengingat ketergantungan Amerika pada pasokan China.

    Pemerintah China telah memberlakukan pembatasan serupa pada mineral penting lainnya, seperti galium, germanium, grafit, dan antimon, selama dua tahun terakhir di tengah meningkatnya ketegangan perdagangan.

    Pembatasan ekspor terbaru bukanlah larangan menyeluruh, tetapi menegaskan setiap pengiriman ke luar negeri akan tunduk pada pengawasan yang lebih ketat atas siapa yang membeli, dan mengapa. Logam lain telah mengalami penurunan volume ekspor hingga nol setelah kontrol diberlakukan, dengan eksportir membutuhkan waktu untuk mendapatkan sertifikasi.

    “Kontrol baru tersebut dapat semakin memperketat pasokan global,” kata analis dari Citic Securities Ltd. dalam sebuah catatan.

    Kebijakan tersebut dinilai sebagai upaya menjaga kepentingan keamanan nasional China dan memperkuat nilai strategis investasi dalam rantai industri tanah jarang.

  • Menuju Rp18.000? Rupiah Tertekan Hebat, Ancaman Krisis Semakin Nyata

    Menuju Rp18.000? Rupiah Tertekan Hebat, Ancaman Krisis Semakin Nyata

    FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Indonesia saat ini berada dalam ancaman ekonomi global. Salah satu datang dari perang dagang yang makin panas.

    Hal itu menyusul pengumuman tarif balasan Tiongkok pada Amerika Serikat (AS) sebesar 34%, makin menenggelamkan pasar keuangan global dalam kepanikan.

    Ini tentunya menjadi pemantik dana global keluar secara masif dari aset-aset berisiko, juga dari pasar negara berkembang.

    Dampak besarnya tentunya terlihat dari Rupiah yang angkanya cukup mengkhawatirkan.

    Mengacu data realtime Bloomberg pada pukul 20:48 WIB, kontrak rupiah NonDeliverable Forward (NDF) yang diperdagangkan di pasar luar negeri, ambles menjebol Rp17.006/US$.

    Tekanan makin besar dan pada 21:07 WIB, rupiah NDF menembus Rp17.012/US$, mencerminkan penurunan 1,63% dibanding posisi sebelumnya. Pergerakan rupiah di pasar offshore acapkali menentukan tren gerak rupiah di pasar spot.

    Salah satu netizen di media sosial X dengan akun @BosPurba menyoroti tajam terkait hal ini.

    Menurutnya batas terbaik untuk Rupiah berada diangka 18 ribu, karena itu angka saat ini terbilang mengkhawatirkan.

    “Menurut senior gw, batas psikologisnya di 18 ribu,” tulis akun tersebut.

    Dan jika hal ini terjadi, maka hal besar bisa terjadi di Indonesia. Salah satunya adalah goncangan ekonomi yang berdampak ke politik.

    “klo itu terjadi ya harus siap-siap dengan goncangan ekonomi sekaligus politik!,” tuturnya.

    (Erfyansyah/fajar)