Perusahaan: Bloomberg

  • Bank Sentral G7 Pasang Ancang-Ancang Hadapi Tarif Trump

    Bank Sentral G7 Pasang Ancang-Ancang Hadapi Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Kebijakan tarif Presiden Amerika Serikat Donald Trump memicu kekacauan di pasar global. Bank sentral negara-negara maju yang tergabung dalam kelompok G7 pun bersiap merilis kebijakan moneter pertama mereka sebagai respons, meskipun kemungkinan akan menghasilkan pendekatan yang berbeda-beda.

    Mengutip Bloomberg, Bank Sentral Kanada diperkirakan akan mempertahankan suku bunga pada Rabu (waktu setempat) guna mengantisipasi potensi inflasi akibat perang tarif yang tengah berlangsung dengan AS.

    Sementara itu, Bank Sentral Eropa (ECB) dijadwalkan mengumumkan keputusannya pada keesokan harinya, dengan ekspektasi penurunan suku bunga.

    Keputusan suku bunga dari Federal Reserve (The Fed) baru akan diumumkan pada 7 Mei mendatang. Untuk saat ini, perhatian pasar tertuju pada langkah ECB dan Bank of Canada (BoC) dalam menenangkan investor sambil menilai dampak ekonomi dari kebijakan proteksionis Trump.

    Presiden ECB, Christine Lagarde, menyatakan pada Jumat lalu (11/4/2025) bahwa pihaknya terus memantau situasi dan siap mengambil langkah jika diperlukan, mengingat stabilitas harga dan keuangan saling berkaitan.

    Ini menjadi kali kedua dalam lebih dari dua tahun terakhir ECB dihadapkan pada dilema suku bunga akibat ketidakpastian dari AS sebelum The Fed mengambil tindakan. Saat krisis Silicon Valley Bank pada 2023 yang mengguncang pasar global, ECB tetap menaikkan suku bunga sebesar 0,5 poin seperti yang telah dijanjikan.

    Namun kali ini, arah kebijakan ECB tampak lebih jelas. Tarif impor dari AS diperkirakan akan memperlambat pertumbuhan ekonomi Eropa. Karena Uni Eropa belum mengambil langkah balasan yang dapat memicu inflasi, ECB diprediksi akan menurunkan suku bunga sebesar 0,25 poin.

    Di sisi lain, Kanada menghadapi pertimbangan yang lebih kompleks. Meski tarif Trump mulai menekan investasi bisnis dan belanja konsumen, ekspektasi inflasi justru meningkat. Data indeks harga konsumen yang akan dirilis Selasa diperkirakan menjadi penentu utama keputusan suku bunga BoC.

    “Keputusan suku bunga ECB pada 17 April tampaknya menjadi lebih mudah. Selain dampak langsung dari tarif AS terhadap ekonomi kawasan euro, Dewan Pemerintahan juga harus mempertimbangkan pengaruh penguatan mata uang euro,” jelas ekonom Bloomberg, yakni David Powell dan Simona della Chiaie.

    Menanti Sikap The Fed

    Di tengah naiknya imbal hasil obligasi pemerintah AS, melemahnya dolar, dan turunnya harga saham akibat kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump, investor menanti sinyal dari para pejabat Federal Reserve (The Fed) terkait kemungkinan penurunan suku bunga.

    Ketua The Fed, Jerome Powell, dijadwalkan menyampaikan pandangan mengenai kondisi ekonomi pada Rabu (16/4) waktu setempat dalam acara Economic Club of Chicago. Para Presiden The Fed wilayah juga nantinya akan memberikan pernyataan mereka. 

    Di sisi data makroekonomi, laporan penjualan ritel Maret 2025 diperkirakan menunjukan lonjakan. Konsumen disebut-sebut mempercepat pembelian mobil dan suku cadang menjelang diberlakukannya tarif impor baru. Survei Bloomberg memperkirakan penjualan naik 1,4% secara bulanan, yakni tertinggi sejak awal 2023. 

    Data industri mencatat penjualan mobil mencapai tingkat tahunan 17,77 juta unit, tertinggi dalam empat tahun terakhir. Kenaikan ini terjadi menjelang penerapan tarif impor mobil dan suku cadang hingga 25% yang mulai berlaku pada 3 April.

    Jika tidak memasukkan mobil, bensin, bahan bangunan, dan layanan makanan, penjualan ritel juga diperkirakan tetap tumbuh, meskipun belanja konsumen di kuartal ini cenderung lesu.

    Selain itu, data produksi industri  diprediksi turun 0,2%, terutama karena suhu udara yang lebih hangat mengurangi konsumsi listrik, serta melambatnya aktivitas manufaktur.

    Data sektor perumahan diperkirakan menunjukkan penurunan jumlah rumah baru yang dibangun. Para pengembang tampaknya memilih fokus pada pengurangan stok rumah yang ada.

    Di sisi lain, pemerintahan Trump memutuskan untuk membebaskan tarif bagi sejumlah barang elektronik populer seperti smartphone, laptop, hard drive hingga prosesor komputer. Barang-barang ini umumnya tidak diproduksi di AS, sehingga kabar ini disambut baik oleh konsumen yang sempat khawatir harga iPhone dan perangkat lain bakal melonjak.

  • Orang Kaya RI Pindahkan Kekayaannya ke Luar Negeri, Ekonom Ungkap Sosoknya – Halaman all

    Orang Kaya RI Pindahkan Kekayaannya ke Luar Negeri, Ekonom Ungkap Sosoknya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Beberapa orang kaya Indonesia diam-diam memindahkan ratusan juta dolar AS ke luar negeri.

    Hal ini diungkap dalam laporan Bloomberg yang dirilis pada 11 April 2025, di mana orang kaya tersebut menggunakan berbagai instrumen, mulai dari properti, emas, hingga mata uang kripto seperti USDT, untuk menyelundupkan kekayaan tanpa meninggalkan jejak. 

    Data Bloomberg menyebutkan, arus keluar dana dari Indonesia meningkat signifikan sejak Oktober 2024, terutama setelah rupiah terjun bebas pada Maret 2025. 

    Seorang bankir swasta mengungkap, kliennya yang memiliki kekayaan bersih USD 100–400 juta bahkan mengalihkan 10 persen portofolio mereka ke aset kripto. 

    Sementara itu, firma penasihat keuangan melaporkan pemindahan dana ke Dubai dan Abu Dhabi mencapai USD 50 juta pada Februari 2025—naik lima kali lipat dibandingkan kuartal sebelumnya. 

    Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat mengatakan, meski laporan Bloomberg tidak menyebutkan siapa mereka, namun dapat diprediksi bahwa orang kaya Indonesia adalah konglomerat komoditas yang sekaligus bermain di sektor finansial, yang mana mereka sudah akrab dengan lobi global.

    “Para pengusaha yang dimaksud dalam laporan Bloomberg bisa jadi adalah segelintir elite bisnis Indonesia yang menguasai sektor ekspor komoditas primer—seperti kelapa sawit, batu bara, nikel, atau karet—dan memiliki jaringan keuangan internasional,” papar Achmad dikutip Senin (14/4/2025).

    Ia menyebut, mereka adalah pemilik perusahaan-perusahaan raksasa yang menggurita di sektor perdagangan, perkebunan, pertambangan, serta perbankan atau investasi. 

    “Kelompok ini akrab dengan transaksi lintas negara, memiliki akses ke pasar modal global, dan terbiasa membuka rekening di bank luar negeri atau menggunakan instrumen keuangan kompleks seperti derivatif, hedge fund, atau mata uang kripto,” paparnya.

    Menurutna, identitas mereka sebenarnya mudah dilacak karena lingkaran pengusaha yang bermain di dua sektor sekaligus (komoditas dan finansial) sangat terbatas. 

    Misalnya, konglomerat pemilik tambang batu bara atau nikel yang juga menguasai perusahaan pembiayaan di Singapura, atau eksportir sawit dengan anak usaha di sektor perbankan offshore. 

    Transaksi ekspor-impor mereka tercatat di Bea Cukai, sementara aliran dananya terekam di bank sentral atau lembaga keuangan internasional. 

    “Keterlibatan mereka dalam skema pemindahan dana ke luar negeri seringkali terlihat dari pola transaksi yang tidak wajar, seperti pembayaran ekspor yang “ditahan” di rekening luar negeri atau penggunaan perusahaan cangkang di negara tax haven,” tuturnya.

    Tak Bisa Dibenarkan

    Achmad menyebut, alasan yang dikemukakan para pelaku, seperti kekhawatiran terhadap disiplin fiskal pemerintahan Presiden Prabowo Subianto, ketidakstabilan politik, atau keinginan melindungi aset, tidak bisa dibenarkan. 

    Sebab, tindakannya memperburuk kondisi yang mereka takuti. Ketika rupiah melemah, pelarian modal dalam skala besar seperti ini ibarat menusuk jantung perekonomian sendiri. 

    “Setiap dolar yang dipindahkan ke luar negeri mengurangi cadangan devisa, melemahkan nilai tukar Rupiah, dan memicu inflasi yang memberatkan 270 juta rakyat Indonesia.
    Mereka mungkin berdalih bahwa ini adalah hak properti pribadi,” kata Achmad.

    Saatnya Menyelamatkan Indonesia dari Jerat Oligarki

    Achmad menyampaikan, pemerintah harus bergerak cepat mengatasi pelarian dana orang kaya ke luar negeri, karena setiap detik penundaan berarti kerugian miliaran rupiah bagi perekonomian. 

    “Jika perlu, cabut izin usaha para pengkhianat ekonomi, bekukan aset mereka, dan publikasikan nama-namanya sebagai bentuk naming and shaming,” tuturnya.

    Lebih lanjut Ia mengatakan, bangsa ini tidak akan maju jika para pemilik modalnya justru menjadi parasit yang menggerogoti tubuh sendiri. 

    Jika mereka tidak mau berdiri di barisan terdepan membela “Indonesia, maka pemerintah wajib memaksa mereka untuk tunduk pada kepentingan nasional. Ekonomi Indonesia bukan milik segelintir orang kaya, melainkan hak seluruh rakyat yang berjuang setiap hari untuk hidup layak,” paparnya.

  • Apple Bikin Perangkat Baru Pengganti iPhone, Cek Jadwal Rilisnya

    Apple Bikin Perangkat Baru Pengganti iPhone, Cek Jadwal Rilisnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Apple menyiapkan perangkat baru pengganti iPhone. Proyek kacamata pintar ‘Apple Glass’ dikatakan masih terus dikembangkan.

    Dalam newsletter Bloomberg, analis kawakan Mark Guman mengatakan teknologi realitas tertambah (Augmented Reality/AR) masih menjadi prioritas bagi CEO Apple Tim Cook untuk diproduksi di masa depan.

    Sebelumnya, Apple Vision Pro menjadi salah satu inovasi headset Apple yang menjadi sorotan publik. Meski penjualannya tidak sesuai ekspektasi, tetapi Apple belum menyerah dalam mengembangkan perangkat AR/VR yang menggabungkan kemampuan iPhone.

    Ke depan, Apple berambisi menghadirkan perangkat serupa Vision Pro, tetapi dalam versi lebih ringan dan compact berbentuk kacamata yang disebut Apple Glass.

    Gurman mengatakan Cook ingin produk Apple Glass tercipta dalam satu dekade ke depan, dikutip dari AppleInsider, Senin (14/4/2025).

    Menurut Gurman dalam newsletter-nya mengutip sumber dalam, Cook melakukan berbagai upaya sebisanya untuk mewujudkan kacamata pintar Apple.

    “Tim Cook tak peduli hal lain. Ia benar-benar menghabiskan waktunya untuk membentuk mengembangkan produk ini,” kata sumber dalam yang ditulis Gurman.

    Para engineer Apple memiliki prioritas utama untuk menandingi Meta dalam hal perangkat VR/AR. Meta saat ini sudah memimpin inisiatif headset, tetapi untuk kacamata pintar memang masih sangat menantang dan terbuka untuk kompetisi.

    Meta memang sudah meluncurkan kacamata pintar dengan menggandeng RayBan. Penggunaannya terbatas untuk mengambil gambar dan memanfaatkan teknologi AI.

    Namun, kacamata pintar RayBan yang dikembangkan Meta bukan seperti yang dibayangkan Cook untuk Apple Glass. Cook ingin Apple Glass benar-benar menyerupai fungsi Vision Pro, namun jauh lebih praktis secara desain.

    Untuk menciptakan Apple Glass seperti impian Cook memang bukan hal mudah. Secara singkat, Apple ingin ada kemampuan untuk menampilkan tampilan layar tertambah seperti Vision Pro, tetapi tidak bulky. Selain itu, perangkat itu juga harus memiliki kapabilitas audio dan pemrosesan yang mumpuni.

    Untuk mewujudkannya, perlu dilakukan rancangan desain yang super hati-hati dan efisien. Jika nantinya tercapai, Apple bisa kembali memimpin dalam inovasi perangkat wearable. Tentu saja, jika Apple tak keduluan dengan Meta. Kita tunggu saja!

    (fab/fab)

  • Trump Hapus Tarif Barang Elektronik China, Tiongkok: Itu Langkah Kecil AS Perbaiki Kesalahannya – Halaman all

    Trump Hapus Tarif Barang Elektronik China, Tiongkok: Itu Langkah Kecil AS Perbaiki Kesalahannya – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kementerian Perdagangan China mengatakan Beijing sedang menilai dampak keputusan pemerintah Amerika Serikat (AS) untuk memberikan pengecualian tarif pada perangkat elektronik, yang sebagian besar berasal dari China.

    Kementerian tersebut menggambarkan keputusan tersebut sebagai langkah kecil AS untuk mengoreksi kesalahan mereka di tengah perang dagang.

    Pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah memutuskan untuk memberikan pengecualian tarif pada telepon pintar, komputer, dan impor elektronik lainnya, yang sebagian besar berasal dari China.

    Hal ini memberikan peluang besar bagi perusahaan teknologi seperti Apple, yang mengandalkan produk impor.

    “Keputusan pemerintah AS merupakan langkah kecil AS untuk memperbaiki praktik salahnya dalam menerapkan tarif imbalan secara sepihak,” kata Kementerian Perdagangan China dalam sebuah pernyataan pada Minggu (13/4/2025).

    “Hanya orang yang memasang lonceng di leher harimau yang dapat melepaskannya,” lanjutnya, seperti diberitakan Al Jazeera.

    Melalui pernyataannya, China mendesak AS untuk mengambil langkah besar dalam mengoreksi apa yang disebutnya sebagai kesalahannya dan menghapus tarif dagang sepenuhnya.

    Trump Bebaskan Tarif Impor Elektronik China, usai Naikkan Tarif Impor 145 Persen

    Dalam pemberitahuan kepada perusahaan pelayaran, Bea Cukai dan Perlindungan Perbatasan AS (CBP) menerbitkan daftar kode bea cukai yang akan dibebaskan dari bea masuk, dan pengecualian ini akan berlaku surut sejak tanggal 5 April.

    Artinya barang-barang yang masuk sejak 5 April sudah dianggap mendapat pengecualian bea masuk, meskipun pengumuman atau aturannya baru keluar pada Jumat (11/4/2025) malam.

    CBP memasukkan sekitar 20 produk dalam daftar, termasuk semua komputer, laptop, disk drive, dan perangkat pemrosesan data otomatis, termasuk perangkat semikonduktor, peralatan, chip memori, dan layar panel datar.

    Pemberitahuan itu tidak menyertakan penjelasan mengenai langkah pemerintahan Trump.

    Namun, keringanan tersebut disambut baik oleh perusahaan teknologi besar AS, termasuk Apple, Dell, dan banyak importir lainnya.

    Langkah Trump juga membebaskan barang elektronik ini dari tarif dasar 10 persen atas barang-barang dari sebagian besar negara kecuali China, sehingga mengurangi biaya impor semikonduktor dari Taiwan dan iPhone yang diproduksi Apple di India.

    Sebelumnya, sebuah memo dari CBP menyatakan pengecualian ini terutama menargetkan produk elektronik yang diimpor dari China, meskipun pemerintahan Trump sebelumnya telah mengenakan tarif sebesar 145 persen pada impor China.

    Sementara itu, Trump mengatakan akan menjelaskan alasannya mengecualikan barang-barang tersebut pada hari Senin (14/4/2025).

    “Saya akan memberikan jawaban itu pada hari Senin. Kami akan menjelaskannya secara spesifik pada hari Senin … kami menerima banyak uang, sebagai sebuah negara, kami menerima banyak uang,” kata Trump pada Sabtu (12/4/2025) ketika ditanya tentang alasannya untuk mengecualikan barang-barang tersebut yang diimpor dari China.

    Langkah ini menunjukkan upaya yang jelas dari pemerintah AS untuk mengurangi dampak negatif tarif pada pasar elektronik konsumen, terutama mengingat sulitnya merelokasi jalur produksi barang-barang ini ke Amerika Serikat, sebuah proses yang menurut Bloomberg dapat memakan waktu beberapa tahun.

    (Tribunnews.com/Yunita Rahmayanti)

  • Menteri Energi AS Pede Harga Minyak Lebih Rendah pada Masa Pemerintahan Trump

    Menteri Energi AS Pede Harga Minyak Lebih Rendah pada Masa Pemerintahan Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Energi Amerika Serikat (AS), Chris Wright, optimistis harga minyak pada masa pemerintahan Presiden Donald Trump akan lebih rendah dibandingkan dengan pemerintahan sebelumnya.

    “Di bawah kepemimpinan Presiden Trump dalam empat tahun ke depan, kita hampir pasti akan melihat harga energi rata-rata yang lebih rendah daripada yang kita lihat dalam empat tahun terakhir pemerintahan sebelumnya,” kata Wright dalam sebuah pengarahan dengan wartawan di Riyadh dikutip dari Bloomberg, Senin (14/4/2025).

    Meski demikian, Wright menolak berkomentar mengenai target harga tertentu.

    AS di bawah Biden sering berselisih dengan Arab Saudi mengenai kebijakan energi setelah AS merasa permohonannya untuk meningkatkan produksi dan menurunkan harga untuk mengatasi inflasi diabaikan. Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah rata-rata sekitar US$83 per barel antara 2017 dan 2021.

    “Saya tidak dapat berkomentar mengenai harga minyak saat ini atau ke mana arahnya, tetapi jika Anda mengurangi hambatan investasi, mengurangi hambatan untuk membangun infrastruktur, Anda dapat menurunkan biaya pasokan energi,” kata Wright.

    Harga minyak telah menurun baru-baru ini setelah Arab Saudi dan negara-negara penghasil minyak lainnya berjanji untuk meningkatkan produksi dan Trump mengguncang pasar dengan tarif yang luas. 

    Minyak mentah turun menjadi kurang dari US$65 per barel, level terendah sejak pandemi virus corona dan jauh di bawah level di mana Arab Saudi menyeimbangkan anggarannya. Itu dapat mengancam kemampuan kerajaan untuk terus mendanai rencana transformasi ekonominya yang besar, menurut Goldman Sachs.

    Namun, Wright menyebut, AS dan Arab Saudi saling berhadapan di pasar energi.

    “Presiden Trump — dan saya pikir Arab Saudi — ingin melihat peningkatan permintaan energi di seluruh dunia dan kami ingin melihat peningkatan pasokan,” ujarnya.

    AS dan Arab Saudi juga sedang mengerjakan perjanjian awal untuk bekerja sama dalam produksi tenaga nuklir sipil dan berharap untuk membuat kemajuan pada tahun ini, kata Wright. Kedua negara berada di ‘jalur’ menuju kesepakatan yang akan melibatkan non-proliferasi dan pengendalian teknologi nuklir, katanya.

    Arab Saudi perlu menandatangani Perjanjian 123 atau 123 agreement, yang mencakup berbagai bidang termasuk masalah proliferasi nuklir dan transfer teknologi, kata Wright. AS juga memandang penting untuk Arab Saudi tidak berusaha bermitra dengan China dalam pengembangan program nuklirnya. 

    “Pandangan itu dianut kedua negara dan fakta bahwa hal itu mungkin diragukan mungkin menunjukkan hubungan yang tidak produktif antara Amerika Serikat dan Arab Saudi selama beberapa tahun terakhir,” katanya. 

    Arab Saudi sebelumnya telah mencari tawaran dari pengembang asing termasuk perusahaan Rusia dan China, bersama dengan perusahaan Prancis dan Korea Selatan, untuk membangun reaktor tenaga nuklir.

    Di bawah pemerintahan Biden, kerja sama AS dalam program tenaga nuklir Arab Saudi telah dibicarakan sebagai bagian dari kesepakatan yang lebih luas yang juga akan membuat kedua negara menandatangani pakta pertahanan dan memperdalam hubungan perdagangan. Itu juga akan melibatkan Arab Saudi yang setuju untuk menormalisasi hubungan dengan Israel. 

    Namun, rencana tersebut tak terealisasi setelah serangan 7 Oktober di Israel oleh Hamas dan tanggapan militer Israel.

    Wright berada di Riyadh sebagai bagian dari tur ke beberapa negara Timur Tengah dan yang mencakup pertemuan dengan Menteri Energi Saudi Pangeran Abdulaziz Bin Salman.

  • Banyak Sentimen, Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Menguat Tipis

    Banyak Sentimen, Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Menguat Tipis

    Jakarta, Beritasatu.com – Nilai tukar rupiah dibuka menguat pada awal perdagangan, Senin (14/4/2025) di pasar spot exchange. Mata uang Garuda di Bloomberg hingga pukul 09.16 WIB tercatat naik sebesar 12,5 poin atau 0,07% ke level Rp 16.783 per dolar Amerika Serikat (AS), dibandingkan dengan posisi penutupan sebelumnya di Rp 16.796 per dolar AS.

    Penguatan tipis ini mencerminkan adanya dorongan positif dari sentimen global maupun domestik, meskipun tekanan dari faktor eksternal seperti ekspektasi kebijakan suku bunga The Fed dan ketegangan geopolitik masih membayangi pergerakan rupiah.

    Pelaku pasar cenderung wait and see menjelang rilis data ekonomi penting dari AS dan China pekan ini, termasuk data inflasi dan neraca perdagangan.

    Di sisi lain, Bank Indonesia terus menunjukkan komitmennya dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui intervensi pasar dan kebijakan moneter yang akomodatif.

    Meski penguatan nilai tukar rupiah pagi ini tergolong terbatas, pergerakan ini menunjukkan respons pasar yang relatif stabil dalam menghadapi dinamika global. 

  • Singapura Longgarkan Kebijakan Moneter dan Pangkas Outlook untuk Respons Tarif Trump

    Singapura Longgarkan Kebijakan Moneter dan Pangkas Outlook untuk Respons Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Singapura melonggarkan kebijakan moneternya dan memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi pada 2025. Hal tersebut seiring dengan potensi perlambatan pertumbuhan dan kebijakan tarif AS yang mengaburkan prospek aktivitas global.

    Melansir Bloomberg pada Senin (14/4/2025), The Monetary Authority of Singapore (MAS), yang menggunakan nilai tukar sebagai alat kebijakan utamanya daripada suku bunga, mengatakan dalam pernyataan resminya bahwa tingkat apresiasi akan sedikit berkurang.

    “Tidak akan ada perubahan pada lebar pita dan tingkat di mana ia berpusat. MAS akan memantau dengan cermat perkembangan ekonomi global dan domestik, dan tetap waspada terhadap risiko inflasi dan pertumbuhan,” katanya.

    Ke-14 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg mengantisipasi MAS akan mengurangi kemiringan pita mata uang. Bank sentral melonggarkan pengaturannya untuk pertama kalinya sejak 2020 pada bulan Januari setelah jeda panjang yang dimulai pada tahun 2023.

    Singapura juga menurunkan perkiraan pertumbuhannya pada 2025 menjadi 0-2% dari sebelumnya 1-3%. Data yang dirilis pada Senin menunjukkan ekonomi Singapura itu tumbuh 3,8% secara year on year (yoy) pada kuartal I/2025, dibandingkan dengan ekspektasi kenaikan 4,5%.

    “Lingkungan eksternal masih tidak pasti. Ada risiko penurunan prospek ekonomi Singapura yang berasal dari episode volatilitas pasar keuangan dan penurunan permintaan akhir yang lebih tajam dari yang diharapkan di luar negeri,” jelas MAS.

    MAS memungkinkan mata uang bergerak dalam suatu pita, menyesuaikan kemiringan, pusat atau lebar sesuai kebutuhan untuk mengubah laju apresiasi atau depresiasi. Bank sentral tidak mengungkapkan rincian keranjang, pita, maupun laju apresiasi atau depresiasi — hanya apakah mereka telah berubah.

    Singapura, yang mengimpor sebagian besar barang kebutuhan pokok, telah mengalami penurunan inflasi inti dalam beberapa bulan terakhir. Laju inflasi inti berada di angka 0,6% pada Februari dari tahun sebelumnya, laju paling lambat sejak Juni 2021, dan menandai bulan kelima berturut-turut inflasi tersebut melambat. Rilis berikutnya akan dirilis pada tanggal 23 April.

    Inflasi inti MAS sekarang diperkirakan mencapai rata-rata 0,5–1,5% pada 2025, turun dari 1–2% pada bulan Januari, yang mencerminkan pembacaan inflasi yang lebih rendah dari yang diharapkan sepanjang tahun ini, kata bank sentral dalam pernyataannya.

    Keputusan MAS muncul setelah Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif tinggi pada puluhan negara, yang mengancam akan mengganggu perdagangan global dan memicu risiko pembalasan. Kemudian, tak lama setelah tarif tersebut mulai berlaku, Trump memberlakukan jeda 90 hari pada sejumlah tarif yang lebih tinggi, sambil menaikkan bea masuk pada China.

    Singapura, yang dikenai tarif 10%, mendapat keringanan yang relatif ringan dibandingkan dengan China, tetapi sebagai ekonomi yang bergantung pada ekspor, keberhasilan negara-kota itu bergantung pada kesehatan mitra dagangnya. Perdana Menteri Lawrence Wong telah memperingatkan bahwa pertumbuhan tahun ini akan “terdampak signifikan” dan negara-kota itu bisa terjerumus ke dalam resesi.

    MAS menyebut, prospek perdagangan global dan pertumbuhan PDB meredup pada awal April. 

    Mengingat ketergantungan perdagangan Singapura yang tinggi dan integrasi yang mendalam dengan rantai pasokan global, MAS menyebut perlambatan perdagangan global dan regional serta ketidakpastian kebijakan yang meningkat akan membebani sektor-sektor yang berhadapan dengan eksternal.

    “Hal ini dapat meluas ke sektor-sektor yang berorientasi domestik,” jelas MAS.

  • Asing Rem Investasi di Indonesia, Ragu Arah Kebijakan Prabowo

    Asing Rem Investasi di Indonesia, Ragu Arah Kebijakan Prabowo

    Bisnis.com, JAKARTA – Visi ekonomi pemerintahan Presiden Prabowo Subianto tengah diuji dengan investor asing yang belum yakin dengan narasi kebangkitan ekonomi yang dibawanya.

    Setelah perubahan kebijakan besar-besaran mengguncang pasar keuangan nasional, para pengelola investasi global memilih bersikap wait and see.

    Hal ini terungkap dari laporan Bloomberg usai wawancara dengan 12 perusahaan manajemen aset. Para pelaku pasar mengakui ada potensi, tapi belum cukup alasan untuk kembali menaruh dana dalam jumlah besar.

    Di saat banyak negara tengah disibukkan oleh lonjakan tarif impor sepihak Presiden AS Donald Trump yang mengacaukan rantai pasok global, Prabowo menghadapi tekanan ganda, yakni menjaga keseimbangan fiskal sembari melanjutkan proyek-proyek strategis berbiaya besar.

    Masuknya modal asing menjadi krusial bagi perekonomian Tanah Air. Tapi arah kebijakan yang dianggap tidak konsisten membuat kepercayaan pasar goyah. Sepanjang kuartal pertama tahun ini, investor asing mencatat net sell sebesar US$1,8 miliar, terbesar dalam sejarah awal tahun sejak krisis 1998.

    Pasar saham Indonesia pun tertinggal dibanding negara-negara berkembang lainnya. Sentimen negatif kian menguat setelah Prabowo mulai menggoyang aturan baku, dari realokasi dana APBN untuk program prioritas, wacana revisi mandat Bank Indonesia, hingga peluncuran Danantara yang langsung berada di bawah kendalinya. Program makan siang gratis bahkan mendekatkan defisit anggaran ke batas 3% dari PDB.

    Carol Lye dari Brandywine Global di Singapura mengatakan kondisi pasar di Indonesia saat ini sangat rentan, sehingga sedikit sentimen negatif bisa memicu aksi jual lanjutan.

    ”Jika isu tata kelola atau pergantian pejabat kunci berlanjut, aksi jual bisa terjadi lagi,” jelasnya seperti dikutip Bloomberg, Senin (14/4/2025).

    Imbas aksi jual investor asing terasa di pasar. IHSG anjlok, imbal hasil obligasi melonjak, dan rupiah menyentuh level terlemah sejak krisis 1998. Sentimen yang sebelumnya positif kini berubah hati-hati.

    Fund manager Aubrey Capital Management Ltd Rob Brewis mengatakan penurunan ini tidak dipicu oleh satu sentimen besar, namun lebih kepada banyak sentimen negatif kecil yang mengikis pertumbuhan dan kepercayaan investor.

    “Ini adalah arah yang tidak dihargai oleh para investor,” ungkap Brewis. Aubrey Capital bahkan melepas seluruh eksposur langsungnya ke saham Indonesia sejak Februari.

    Ninety One juga mempertahankan posisi underweight, hanya menyasar saham sektor konsumsi yang didukung kebijakan, sambil menjauhi BUMN karena kekhawatiran tata kelola.

    Meski demikian, koreksi tajam ini menciptakan peluang bagi sebagian investor oportunis. REYL Intesa Sanpaolo memburu saham perbankan karena dividen yang menarik. JPMorgan dan Allianz GI mulai masuk ke obligasi, berharap pelonggaran moneter berlanjut.

    “Meski arah kebijakan Prabowo perlu diawasi ketat, kami yakin ia akan mempertimbangkan opini publik, terutama jika berambisi maju di periode berikutnya,” ujar Ze Yi Ang dari AllianzGI. Perusahaan membeli obligasi tenor menengah akhir Maret namun tetap waspada terhadap kredibilitas fiskal.

    Kekhawatiran lain adalah likuiditas. Dari lebih dari 900 emiten di IHSG, hanya 12 yang mencatat transaksi harian di atas US$10 juta. Angka ini menjadi yang terendah se-Asia Tenggara menurut Bloomberg.

    Dengan bobot Indonesia yang hanya 1,2% dalam indeks MSCI Emerging Markets, beberapa manajer investasi mulai mempertanyakan urgensi berinvestasi di pasar domestik.

    “Jika keyakinan tak terbentuk, bobot sekecil itu bizsa membuat investor memilih keluar sepenuhnya,” kata Manajer portofolio RBC Blue Bay Veronique Erp.

    Meski memangkas eksposur dalam 18 bulan terakhir, Erp menilai prospek jangka panjang Indonesia masih menjanjikan di tengah gejolak jangka pendek.

    Pemerintah kini tengah merundingkan pembatalan tarif AS yang berpotensi membawa dampak besar bagi perekonomian. Namun lebih dari itu, Prabowo butuh mengembalikan kepercayaan pasar untuk mewujudkan visinya.

    “Arah tata kelola akan jadi penentu masa depan Indonesia,” tegas Yasmin Chowdhury dari Federated Hermes.

     

  • Imbas Perang Dagang, Harta Kekayaan Donatur Trump Merosot

    Imbas Perang Dagang, Harta Kekayaan Donatur Trump Merosot

    Jakarta

    Harta kekayaan sejumlah donatur yang mendukung Presiden Amerika Serikat (AS) Trump dalam masa kampanye kini menurun tajam.

    Penurunan ini disebabkan berbagai kebijakan yang dikeluarkan oleh Trump, salah satunya yakni kebijakan pengenaan tarif resiprokal ke sejumlah negara. Penurunan tersebut terjadi tiga bulan pertama masa kepemimpinan Trump.

    Sejumlah donatur tersebut merupakan bos-bos dari perusahaan teknologi terbesar di AS, seperti CEO Meta Mark Zuckerberg, CEO Apple Tim Cook, CEO Google Sundar Pichai, CEO Tesla Elon Musk, dan pendiri Amazon Jeff Bezos.

    Berdasarkan CNN business dikutip, Kamis (10/4/2025), Elon Musk mengalami kerugian yang cukup besar. Dari data Bloomberg Billionaires Index, harta kekayaan Elon Musk anjlok US$ 143 miliar atau setara Rp 2.408 triliun (asumsi kurs Rp 16.805 per dolar AS) sejak awal tahun 2025.

    Penurunan tersebut sebagian besar disebabkan oleh penurunan tajam saham Tesla sebesar 28% dan kapitalisasi pasarnya turun US$ 376,6 miliar atau Rp 6.343 triliun sejak awal tahun ini pada penutupan pasar pada 9 April.

    Kemudian kekayaan bersih Bos Meta, Zuckerberg juga turun sebesar US$ 26,5 miliar atau Rp 446 triliun sejak awal tahun 2025. Harga saham Meta telah merosot hampir 2,25% tahun ini, menurunkan valuasi perusahaan sebesar $35,8 miliar.

    Lalu, harta kekayaan Bos Amazon Bezos juga mengalami penurunan sebesar US$ 47,2 miliar atau setara Rp 7,9 triliun sejak awal tahun ini. Saham Amazon juga turun 13% year-to-date, sehingga total valuasi perusahaan turun sebesar US$ 316,8 miliar atau Rp 5.336 triliun sejak awal tahun ini.

    CEO Google, Sundar Pichai bergabung dengan parade para CEO yang mengunjungi Mar-a-Lago beberapa minggu setelah pemilu. Google mendonasikan $1 juta untuk dana pengukuhan Trump dan menyiarkan acara tersebut secara langsung di YouTube.

    Harga saham Google kini telah anjlok 16,2%, dan valuasinya turun US$ 386,7 miliar atau setara Rp 6.513 triliun sejak awal tahun ini.

    Kemudian Tim Cook dari Apple, secara pribadi turut menyumbangkan US$ 1 juta atau setera Rp 16,8 miliar kepada komite pelantikan Trump. Ia juga bertemu dengan Trump di Mar-a-Lago setelah pemilu untuk membahas tarif dan peraturan teknologi Eropa.

    Apple juga memberikan kemenangan politik kepada Trump awal tahun ini ketika Apple mengumumkan investasi senilai US$ 500 miliar atau Rp 5.422 triliun di fasilitas AS selama empat tahun ke depan.

    Namun demikian, kebijakan tarif Trump bakal berdampak besar produk Apple yang diproduksi di pasar luar negeri seperti Tiongkok, Vietnam, dan India. Harga saham Apple alami penurunan 18,5% dari awal tahun ini, dan menurunkan nilai pasarnya sebesar US$ 684 miliar atau Rp 11.521 triliun.

    (kil/kil)

  • Google PHK Lagi! Ratusan Pegawai di 3 Divisi Ini Jadi Korban

    Google PHK Lagi! Ratusan Pegawai di 3 Divisi Ini Jadi Korban

    Bisnis.com, JAKARTA – Google kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) dengan memangkas ratusan posisi karyawan di divisi platform dan perangkat. Penyebab utamanya karena raksasa teknologi itu ingin beralih mengembangkan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI).

    Langkah efisiensi ini menyasar divisi yang membawahi sistem operasi platform Android, perangkat ponsel Pixel, serta Chrome, termasuk sejumlah aplikasi lain yang dikelola perusahaan.

    Mengacu laporan The Information, pemangkasan ini terjadi setelah Google menawarkan program pengunduran diri sukarela kepada karyawan di unit terkait pada Januari 2025.

    “Sejak menggabungkan tim platform dan perangkat tahun lalu, kami telah berfokus untuk menjadi lebih gesit dan beroperasi lebih efektif. Ini termasuk melakukan beberapa pengurangan pekerjaan selain program keluar sukarela yang kami tawarkan pada Januari,” ujar juru bicara Google kepada The Information, dikutip Minggu (13/4/2025).

    Perampingan struktur organisasi ini mencerminkan fenomena badai PHK yang tengah terjadi di kalangan perusahaan raksasa teknologi atau Big Tech, di mana fokus bisnis dan investasi kini mulai beralih ke pengembangan kecerdasan buatan (AI) dan pembangunan pusat data.

    Misalnya, Meta Platforms Inc., induk perusahaan Facebook, pada Januari lalu juga memangkas sekitar 5% dari karyawan yang dianggap memiliki kinerja kurang baik. Di sisi lain, Meta tetap agresif merekrut insinyur yang bergerak di bidang machine learning.

    Tak hanya itu, Microsoft Corp juga melakukan langkah serupa dengan memangkas 650 posisi di unit Xbox pada September 2024. Selanjutnya, Amazon.com Inc turut mengurangi jumlah tenaga kerja di sejumlah unit, termasuk di divisi komunikasi.

    Bahkan Apple Inc juga dilaporkan telah memangkas sekitar 100 posisi dari unit layanan digitalnya tahun lalu.

    Sebelumnya, Bloomberg juga melaporkan bahwa Google telah melakukan PHK di divisi cloud pada Februari lalu. Meski demikian, pemangkasan tersebut dikabarkan hanya berdampak pada sebagian kecil tim di perusahaan.

    Sebagai catatan, pada Januari 2023, Alphabet pernah mengumumkan pemangkasan besar dengan mengurangi 12.000 posisi atau sekitar 6% dari total tenaga kerja global mereka.

    Gelombang efisiensi ini mencerminkan upaya perusahaan teknologi besar dalam menyesuaikan skala operasional sambil mengalihkan fokus dan sumber daya ke teknologi masa depan, khususnya pengembangan AI.

    Berdasarkan catatan Bisnis, fenomena tech winter atau musim dingin teknologi ini setidaknya terekam sejak 2022. Kehadiran AI berpotensi mengikis lapangan pekerjaan sektor teknologi hingga memicu terjadinya PHK besar-besaran di sektor teknologi. 

    Situs pelacak PHK, layoffs.fyi mencatat lebih dari 264.000 pekerja di PHK pada 2023 atau naik dari 2022 sebanyak 165.000 pekerja. Sementara itu, sepanjang 2024 tercatat sekitar 132.900 karyawan di 410 perusahaan kehilangan pekerjaan.