Perusahaan: Bloomberg

  • Imbas Tarif Trump, Belanja dari China Kena Pajak Lebih Mahal dari Harga Barang

    Imbas Tarif Trump, Belanja dari China Kena Pajak Lebih Mahal dari Harga Barang

    Bisnis.com, JAKARTA – Platform e-commerce ritel diskon asal China, Temu, tampaknya meneruskan hampir semua tarif impor baru Donald Trump kepada konsumen Amerika Serikat (AS) dengan menaikkan biaya beberapa produk lebih dari dua kali lipat.

    Melansir Bloomberg pada Senin (28/4/2025), setelah sebelumnya dibebaskan dari pungutan apapun berdasarkan aturan ‘de minimis’, paket dengan harga hingga US$800 kini dikenakan pajak ad-valorem — sebesar 120% dari nilai produk — atau biaya per item pos minimal US$100 mulai 2 Mei. 

    Temu milik PDD Holdings Inc. mengharuskan pelanggan membayar pungutan tersebut di atas biaya awal barang.

    Penelitian terhadap 14 item yang dikirim dari China pada daftar produk terlaris Temu menunjukkan pajak melebihi nilai produk. Misalnya, kabel ekstensi seharga US$19,49 dikenakan biaya impor sebesar US$27,56 pada Senin, atau 1,41 kali lipat dari harga produk. 

    Namun, tidak ada biaya tambahan impor untuk barang-barang yang sudah tersedia di gudang-gudang AS, sehingga harga barang-barang tersebut tetap stabil.

    Di antara 80 barang teratas dalam daftar terlaris yang direkomendasikan Temu, 66 barang ditandai akan dikirim dari gudang-gudang lokal, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. 

    Temu dan pesaingnya Shein Group Ltd. sebelumnya mengatakan mereka akan mulai menyesuaikan harga seminggu sebelum pencabutan pengecualian tarif de minimis pada tanggal 2 Mei.

    Biaya yang lebih tinggi menggambarkan dampak tarif Presiden Trump, dan berisiko mengubah cara orang Amerika berbelanja dan mengganggu pengiriman dari perusahaan seperti Temu dan Shein. 

    Peningkatan tersebut merupakan bagian dari strategi Trump yang lebih luas untuk memaksa China mencari kesepakatan perdagangan yang akan mempersempit defisit perdagangan Washington dengan Beijing. Adapun, Temu tidak segera menanggapi permintaan komentar.

    Temu telah meminta pabrik-pabrik China untuk mengirimkan barang-barang mereka dalam jumlah besar ke gudang-gudang Amerika pada bulan Februari dalam kerangka kerja “setengah-penahanan” di mana mereka hanya mengelola pasar daring.

    Namun, karena persediaan di AS menipis seiring waktu, harga pada akhirnya dapat naik ketika pabrik-pabrik mengisi kembali stok jika tarif impor China tetap tinggi pada 145%.

    Raksasa mode cepat Shein juga menaikkan harga produk-produknya di AS, dengan kenaikan lebih dari 300% untuk barang-barang tertentu.

  • Pabrik iPhone Pindah ke Negara Tetangga, China Mulai Ditinggalkan

    Pabrik iPhone Pindah ke Negara Tetangga, China Mulai Ditinggalkan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Apple dikabarkan bersiap memindahkan pabrik iPhone untuk pasar Amerika Serikat dari China ke India. Langkah tersebut adalah upaya Apple untuk menghindari lonjakan harga akibat tarif tinggi yang dijatuhkan oleh Presiden AS Donald Trump untuk produk impor asal China.

    Financial Times melaporkan informasi dari sumber dalam yang menyebut Apple berencana memindahkan semua fasilitas produksi iPhone dari China ke India pada tahun depan, dikutip dari Reuters, Jumat (25/4/2025).

    Produksi yang dipindahkan dari China ke negara tetangganya, India, ditujukan untuk iPhone yang akan dijual ke pasar AS. Rencana ini mencuat usai Presiden AS Donald Trump memberlakukan tarif resiprokal 145% untuk barang-barang impor dari China.

    Sebelumnya, Apple merespons perang tarif dengan menerbangkan 600 ton iPhone dari fasilitas produksinya di China dan India ke AS.

    Trump kemudian berubah pikiran dengan menangguhkan tarif resiprokal dari negara-negara selain China. Negara-negara lain “hanya” diberikan tarif tambahan 10%. Keputusan final terkait nasib tarif resiprokal AS ke negara-negara lain masih dalam tahap perundingan selama 90 hari.

    Apple sudah mulai melakukan diversifikasi rantai pasok produksi iPhone ke luar China dalam beberapa tahun terakhir. Kendati demikian, hingga kini fasilitas produksi iPhone di China masih mendominasi dengan kemitraan bersama Foxconn.

    Di India, Foxconn masih menjadi mitra Apple lewat kolaborasi dengan Tata Electronics.

    Porsi iPhone yang diproduksi di India masih terbilang sedikit, yakni sekitar 20% dari total rantai pasokan global pada Q1 2025, menurut laporan Bloomberg. Namun, pertumbuhannya mencapai 60% setiap tahun.

    Estimasi Evercore ISI pada Maret 2025, China berkontribusi sebanyak 80% dari kapasitas produksi Apple. Lebih terperinci, 90% iPhone dirakit di China. Kemudian 55% produk Mac dan 80% iPad diproduksi di China.

    Estimasi Bloomberg Intelligence, perlu waktu hingga 8 tahun untuk memindahkan 10% produksi Apple ke luar China.

    Selain India dan China, Apple juga memiliki fasilitas produksi di Vietnam, Malaysia, dan Thailand. Sebanyak 20% iPad dan 90% wearable Apple diproduksi di Vietnam, menurut laporan Evercore ISI pada Maret 2025. Malaysia dan Thailand hanya mengambil porsi kecil dalam rantai pasokan Apple untuk Mac. Beberapa negara lain yang memproduksi komponen-komponen produk Apple seperti chip dan panel layar adalah Korea Selatan, Jepang, Taiwan, dan Amerika Serikat (AS).

    (dem/dem)

  • CEO Intel Umumkan PHK Karyawan, Ubah Fokus ke Chip AI? – Page 3

    CEO Intel Umumkan PHK Karyawan, Ubah Fokus ke Chip AI? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Pembesut chipset asal Amerika Serikat, Intel, membuat pengumuman penting. Melalui CEO Intel yang baru, Lip-Bu Tan, Intel mengonfirmasi akan adanya PHK karyawan alias Pemutusan Hubungan Kerja.

    Berdasarkan laporan dari Bloomberg, Intel bersiap untuk memberhentikan setidaknya 20 persen dari tenaga kerjanya saat ini.

    Mengutip Fast Company, Minggu (27/4/2025), Intel disebut memiliki 108.900 karyawan pada akhir 2024. Dengan rencana PHK karyawan sebesar 20 persen, itu setara dengan 22.000 karyawan yang akan diberhentikan.

    Jika angka tersebut akurat, ini akan lebih besar ketimbang gelombang PHK massal terakhir Intel pada Agustus 2024. Saat itu jabatan CEO masih dipegang oleh Pat Gelsinger. Ia saat itu memberhentikan sekitar 15.000 karyawan Intel.

    Kini, CEO Intel yang baru, Lip-Bu Tan, mengonfirmasi bahwa PHK karyawan terbaru ini melalui email ke karyawan, sejak 24 April kemarin. Selanjutnya, informasi ini juga dipublikasikan Intel di situs webnya.

    Melalui email tersebut, Tan mengemukakan keinginannya agar Intel kembali jadi perusahaan yang berfokus pada rekayasa. Dengan begitu, Intel bisa bersaing lebih baik di pasar chip dan mulai berinovasi lagi.

    Namun, fokus perusahaan ke bidang rekayasa membuat Intel perlu menemukan cara untuk memangkas biaya dan pengeluaran. Tan mengungkap, sebagian dari pengurangan biaya tersebut berasal dari PHK karyawan.

  • Kabar Pahit dari Raksasa Teknologi Intel: Bakal Ada PHK Besar-Besaran!

    Kabar Pahit dari Raksasa Teknologi Intel: Bakal Ada PHK Besar-Besaran!

    Jakarta, CNBC Indonesia – CEO baru Intel, Lip-Bu Tan, mengumumkan langkah tegas untuk membangkitkan perusahaan melalui restrukturisasi besar-besaran yang mencakup pengurangan jumlah karyawan.

    Dalam surat internal kepada karyawan, Tan menegaskan pentingnya reorganisasi untuk meningkatkan efisiensi di tengah tantangan industri dan ketatnya persaingan.

    Tan tidak merinci jumlah pasti PHK, namun Bloomberg melaporkan bahwa Intel disebut-sebut akan memangkas hingga 20% dari total 108.900 karyawan yang tercatat pada akhir 2024. Artinya ada sekitar 21.780 karyawan yang dirumahkan. Pemangkasan ini akan dimulai pada Q2 2025 dan dipercepat dalam beberapa bulan ke depan.

    “Kita perlu menghadapi tantangan secara langsung dan mengambil tindakan cepat untuk kembali ke jalur yang benar,” tulis Tan dalam suratnya, dikutip dari Venture Beat, Minggu (27/4/2025). Ia juga menegaskan bahwa langkah ini penting untuk menempatkan Intel di jalur pertumbuhan jangka panjang.

    Surat Tan kepada karyawan ini bertepatan dengan rilis keuangan Q1 2025, yang dinilai cukup memuaskan. Namun ia langsung memberi peringatan bahwa saat ini mereka sedang menghadapi lingkungan ekonomi makro yang makin tidak stabil dan tidak pasti.

    Dalam strategi barunya, Tan menetapkan target pengeluaran operasional non-GAAP sebesar US$17 miliar pada 2025, turun dari target sebelumnya US$17,5 miliar. Pada 2026, target ini dipatok lebih rendah lagi menjadi US$16 miliar.

    Selain PHK, Intel juga akan merampingkan struktur organisasinya, menghapus birokrasi yang dinilai memperlambat inovasi, dan memfokuskan investasi pada talenta rekayasa dan peta jalan teknologi.

    Tan secara terbuka mengkritik budaya kerja Intel yang dianggap lamban dan kompleks. Ia berjanji melakukan perubahan budaya perusahaan, mempercepat pengambilan keputusan, serta memberdayakan tim kecil untuk bergerak lebih gesit dalam mengembangkan inovasi, khususnya di bidang AI.

    Di sisi lain, Intel juga menjual 51% saham divisi logika terprogram Altera kepada Silver Lake Partners, yang akan menghasilkan dana segar sekitar US$9 miliar untuk memperkuat neraca keuangan perusahaan.

    Sebagai insinyur chip yang sudah lama berkecimpung di dunia ini, Tan berkomitmen untuk mengembalikan fokus Intel pada kekuatan intinya yakni inovasi dan rekayasa.

    “Kami harus kembali ke akar dan memberdayakan para insinyur kami. Itulah mengapa saya meningkatkan fungsi teknik inti kami ke ET. Dan banyak perubahan yang akan kami lakukan dirancang untuk membuat para insinyur lebih produktif dengan menghilangkan alur kerja yang memberatkan dan proses yang memperlambat laju inovasi,” ujar Tan.

    (pgr/pgr)

  • CEO Baru Intel Sampaikan Kabar Pahit

    CEO Baru Intel Sampaikan Kabar Pahit

    Jakarta

    Lip Bu Tan, CEO baru Intel, mengirimkan pesan pahit dan blak-blakan ke karyawan dengan mengatakan perusahaan harus melakukan reorganisasi agar lebih efisien. Ia mengatakan akan ada pengurangan karyawan, tapi tak mengumumkan jumlah pasti PHK.

    Bloomberg melaporkan Intel bersiap memberhentikan 20% pegawai, yang akhir tahun 2024 berjumlah sekitar 108.900 orang. Pemangkasan 20% akan mengakibatkan hilangnya sekitar 21.780 pekerjaan.

    Surat Tan kepada karyawan bertepatan dengan rilis keuangan Q1 2025. yang dinilai cukup memuaskan. Namun dikutip detikiNET dari Venture Beat, dia langsung memberi peringatan. “Kita sedang menghadapi lingkungan ekonomi makro yang makin tidak stabil dan tidak pasti,” tulisnya.

    “Tak ada cara menghindari fakta bahwa perubahan kritis ini akan mengurangi jumlah tenaga kerja kita. Seperti yang saya katakan kala bergabung, kita perlu membuat beberapa keputusan sangat sulit untuk menempatkan perusahaan kita pada pijakan kokoh untuk masa depan,” lanjutnya.

    Tan mewarisi situasi sulit karena Intel kalah di pasar AI dan grafis dari Nvidia dan di pasar prosesor x86 dari AMD. Dia pun mengkritik budaya Intel. “Kita dianggap terlalu lambat, terlalu rumit, dan terlalu kaku dengan cara kita dan perlu berubah,” tulisnya.

    Tan ingin mendorong kesederhanaan, kecepatan, dan kolaborasi lebih besar di seluruh perusahaan. Dia menegaskan Intel perlu kembali ke akar dan memberdayakan para engineer agar lebih produktif dengan menghilangkan proses yang memperlambat inovasi.

    Tan menekankan para pesaing dalam keadaan ramping, cepat, dan tangkas. “Saya terkejut mengetahui beberapa tahun terakhir, KPI terpenting bagi banyak manajer di Intel adalah ukuran tim. Ke depannya, ini takkan terjadi lagi. Saya sangat percaya filosofi pemimpin terbaik dapat menyelesaikan pekerjaan terbanyak dengan jumlah orang paling sedikit,” paparnya.

    Ia mengatakan perusahaan akan memberdayakan tim lebih kecil untuk bergerak lebih cepat dan membuat keputusan lebih baik. Ia juga menginstruksikan para pemimpin menghilangkan rapat yang tidak perlu dan mengurangi jumlah peserta rapat secara signifikan.

    Pegawai juga akan diwajibkan bekerja di kantor empat hari seminggu, alih-alih tiga hari seminggu seperti yang diwajibkan saat ini

    “Intel dulunya dipandang luas sebagai perusahaan paling inovatif di dunia. Tidak ada alasan kita tidak bisa kembali ke sana, selama kita mendorong perubahan yang diperlukan,” tulis Tan.

    (fyk/fay)

  • Tim Robotik Apple Pindah dari Divisi AI, Tanda Tim Cook Tak Lagi Percaya pada Giannandrea?

    Tim Robotik Apple Pindah dari Divisi AI, Tanda Tim Cook Tak Lagi Percaya pada Giannandrea?

    JAKARTA – Apple kembali melakukan perombakan internal besar-besaran. Setelah penundaan memalukan terhadap peluncuran fitur Apple Intelligence yang kontekstual, kini muncul kabar bahwa tim robotik Apple dipindahkan dari divisi AI/ML yang dipimpin John Giannandrea ke divisi perangkat keras (hardware) yang dipimpin oleh John Ternus.

    Laporan dari Bloomberg mengungkap bahwa CEO Apple, Tim Cook, tampaknya mulai mengubah arah strategis perusahaan terkait pengembangan kecerdasan buatan. Perubahan ini terjadi tak lama setelah tim Siri dipindahkan ke bawah kepemimpinan Mike Rockwell, bos Vision Pro, dalam upaya menghidupkan kembali asisten digital tersebut.

    Meskipun posisi John Giannandrea sebagai SVP (Senior Vice President) AI dan ML tidak berubah secara resmi, perpindahan ini menandai adanya pergeseran kepercayaan dan prioritas. Kini, tim Giannandrea akan fokus membangun model AI dasar yang menjadi fondasi untuk teknologi masa depan seperti robot dan Siri, namun dengan peran yang lebih terpisah dari tim lainnya.

    Beberapa sumber menyebutkan bahwa langkah ini bisa menjadi awal dari pembubaran total divisi AI dan ML. Ada spekulasi bahwa Tim Cook bisa saja memindahkan Giannandrea ke posisi baru, atau bahkan mendorongnya keluar dari perusahaan.

    Langkah ini disebut sebagai upaya untuk memastikan bahwa tim AI tidak bekerja terlalu luas, dan bahwa pengembangan hardware seperti robotika dapat difokuskan secara optimal di bawah kepemimpinan Ternus.

    Apple Rethink: AI Bukan Lagi Produk, Tapi Fondasi

    Perubahan ini juga mencerminkan filosofi baru Apple terhadap AI — bukan sebagai produk terpisah, tetapi sebagai infrastruktur inti. Seperti perbandingan antara aplikasi dan sistem operasi, AI diposisikan sebagai dasar yang mendukung berbagai layanan Apple, bukan sebagai entitas mandiri.

    Misalnya, lengan robotik yang dikembangkan Apple memang menggunakan AI untuk interaksi dan pengolahan data, tetapi perangkat keras itu sendiri bukanlah AI. Hal yang sama berlaku untuk Siri yang memanfaatkan AI untuk menjawab pertanyaan, tetapi belum menjadi sistem AI murni seperti LLM (large language model).

    Apakah pendekatan ini membutuhkan tim khusus untuk membangun model AI dasar, atau tiap divisi bisa membangun model mereka sendiri, masih menjadi pertanyaan besar. Waktu akan menjawab ke mana arah strategi Apple ini dan apakah Giannandrea akan tetap bertahan.

  • Iran dan AS Buka Peluang Kesepakatan soal Nuklir

    Iran dan AS Buka Peluang Kesepakatan soal Nuklir

    Bisnis.com, JAKARTA—Iran dan Amerika Serikat (AS) membuka peluang kesepakatan soal nuklir dalam diskusi terbaru oleh kedua negara tersebut.

    Dikutip dari Bloomberg, Sabtu (26/4/2025) pukul 23.42 WIB, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan bahwa terdapat negosiasi yang lebih serius tentang peluang kerja sama program nuklir. Pernyataan itu dia ungkapkan kepada saluran televisi pemerintah setelah babak ketiga diskusi dilakukan di Muscat, Oman.

    “Kami secara bertahap memasuki diskusi yang lebih detail dan teknis,” katanya.

    Diskusi berlangsung selama 5 jam, menandai pertemuan paling lama antara pihak Iran dan AS sejak Oman memediasi pertemuan pada awal bulan ini. Delegasi pun menyetujui perbincangan keempat pada pekan depan, ujar Araghchi, tnpa menyebutkan tempatnya.

    Araghchi yang memimpin tim negosiasi Iran, bermitra dengan pihak AS Steve Witkoff, menyebut bahwa dia puas dengan laju dan progress diskusinya. Namun, dia mengakui tetap berhati-hati dengan perbedaan utama.

    “Terkadang, keinginan saja tak cukup dan perbedaan bisa begitu serius sehingga kesepakatan tak bisa tercapai,” katanya.

    Menteri Luar Negeri Oman Badr Albusaidi yang memfasilitasi perbincangan menyebut melalui kanal X, bahwa kedua negara telah mengidentifikasi aspirasi bersama untuk mencapai kesepakatan berdasarkan rasa saling menghormati dan komitmen bersama.

    “Prinsip utama, objektif, dan kekhawatiran teknis akan disinggung,” katanya.

    Sebelumnya, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Esmaeil Baghaei mengatakan perbincangan berada di suasana serius. Hal itu terlihat dengan ahli ekonomi, perbankan, dan nuklir terlibat dalam diskusi tersebut yang fokus pada membangun kepercayaan terhadap program nuklir Iran, menjaga hak Iran untuk menggunakan energi nuklir dengan prinsip perdamaian, dan mengamankan bantuan dari sanksi.

    Perbincangan terbaru ini hadir di tengah optimisme terkait kemungkinan kesepakatan baru. Dalam wawancara terbaru yang dilansir Majalah Time, Presiden AS Donald Trump menyebut Israel bisa menetapkan keputusannya untuk mengarahkan serangan ke fasilitas nuklir Iran kendati bisa juga kesepakatan dibuat tanpa serangan.

    Sebelumnya, Trump berjanji tak akan membuka peluang Iran mengembangkan senjata nuklir dan mencari kesempatan melakukan negosiasi untuk menggantikan kesepakatan pada 2015. Di sisi lain, Iran masih mempertahankan sikapnya untuk mengembangkan nuklir dengan perdamaian sebagai tujuannya sambil menjaga kemampuannya memperkaya uranium.

  • Gerak Cepat Uni Eropa Rampungkan IEU-CEPA

    Gerak Cepat Uni Eropa Rampungkan IEU-CEPA

    Bisnis.com, JAKARTA – Uni Eropa (UE) bergegas menyelesaikan negosiasi perjanjian dagang Indonesia—European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA) yang telah berjalan lebih dari 9 tahun.

    Sejumlah negara anggota Uni Eropa telah mendorong percepatan penyelesaian perjanjian dagang tersebut. Teranyar, Duta Besar Belanda untuk Indonesia, Marc Gerritsen menyebut target Indonesia untuk menyelesaikan IEU-CEPA pada semester I/2025 mungkin tercapai selama ada kemauan politik.

    “Ini akan sangat membantu Indonesia untuk memenuhi ambisinya di bidang ekonomi. Saya pikir itu (penyelesaian IEU-CEPA) sangat mungkin untuk dilakukan tahun ini,” kata Gerritsen dalam Media Visit di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta pada Kamis (24/4/2025).

    Adapun, dia mengatakan, saat ini sekitar 85% atau lebih dari isi perjanjian kemitraan itu sudah disetujui, sehingga pembahasan yang tersisa hanya tinggal sekitar 15%. Gerritsen menambahkan, ketua negosiator dari Uni Eropa akan datang ke Jakarta pada pekan depan untuk memulai putaran perundingan baru IEU-CEPA.

    Senada, Menteri Luar Negeri (Menlu) Denmark, Lars Løkke Rasmussen menyatakan dukungannya untuk penyelesaian IEU-CEPA

    Rasmussen menuturkan, sebagai salah satu negara anggota Uni Eropa, Denmark mendukung hubungan yang lebih erat antara blok tersebut dengan Indonesia. Oleh karena itu, Denmark sangat mendukung adanya perjanjian perdagangan bebas antara UE dan Indonesia.

    Seiring dengan hal tersebut, Rasmussen menuturkan penyelesaian negosiasi perjanjian tersebut akan menjadi salah satu fokus utama Denmark saat memegang kepresidenan Uni Eropa pada semester II/2025 mendatang. 

    “Saya jamin, ini akan jadi salah satu prioritas utama kami dalam presidensi UE Denmark mendatang,” kata Menlu Rasmussen di Gedung Pancasila, Jakarta, dikutip Rabu (23/4/2025). 

    Tantangan Penyelesaian

    Gerritsen menuturkan, salah satu isu penting yang masih harus diselesaikan pada I-EU CEPA adalah berkaitan dengan hambatan non tarif (non-tariff barrier). Hal tersebut mencakup proses birokrasi dan kerangka hukum terkait yang memberikan kemudahan bagi negara-negara Uni Eropa untuk menanamkan modalnya.

    “Setelah hambatan non-tarif ini dihapus dan Uni Eropa telah mengkonfirmasi kesediaannya untuk menurunkan tarif tertentu, maka I-EU CEPA dapat diselesaikan,” katanya.

    Sementara itu, Ketua Komite Perdagangan Internasional Komisi Eropa atau European Parliament’s Committee on International Trade (INTA), Bernd Lange, dalam kunjungannya ke Indonesia pekan lalu mengakui masih ada beberapa topik yang belum terselesaikan terkait kesepakatan I-EU CEPA. 

    Dia menuturkan, pihak Indonesia saat ini masih memiliki pertanyaan terkait pemberlakuan standar pada sektor otomotif. Lange memaparkan, Uni Eropa menggunakan regulasi teknis dan keamanan kendaraan yang mengacu pada United Nations Economic Commission for Europe (UNECE).

    Adapun, poin lain yang masih terus dibahas pada perundingan ini adalah berkaitan dengan situasi ekspor dan perizinannya. Lange menuturkan, Uni Eropa juga masih membahas poin-poin terkait transparansi seperti pengadaan publik (public procurement). 

    Lange berharap, kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan yang memuaskan pada paruh pertama 2025 mendatang. Dia mengatakan, setelah kesepakatan tercapai, perjanjian tersebut kemudian akan diratifikasi terlebih dahulu oleh Parlemen Eropa. 

    Dia juga berharap kesepakatan itu dapat diterapkan sesegera mungkin. Meski demikian, Lange tidak memperinci secara detail terkait target pemberlakuan I-EU CEPA. 

    Lange menambahkan, kesepakatan dengan Indonesia merupakan hal penting bagi Uni Eropa yang ingin membangun hubungan berdasarkan manfaat bagi kedua pihak.

    “Mengacu pada kesepakatan dagang yang telah kami sepakati, anda melihat bahwa manfaatnya benar-benar dirasakan oleh kedua belah pihak, mulai dari lapangan kerja tambahan, pertumbuhan tambahan, dan kemungkinan tambahan untuk pembangunan ekonomi. Karena itu, saya cukup optimistis bahwa kita dapat segera menyelesaikan perjanjian ini,” pungkasnya.

    Melansir Bloomberg, dalam beberapa bulan terakhir, UE telah memajukan pembicaraan perdagangan dengan sejumlah negara ditengah ancaman tarif Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Tercatat, Uni Eropa tengah membahas perjanjian perdagangan dengan Uni Emirat Arab (UEA), Malaysia, Indonesia, Thailand, dan India. 

    Ancaman tarif tersebut juga telah meningkatkan percakapan antara UE dan Inggris mengenai kesepakatan untuk mengatur ulang hubungan pasca-Brexit. 

    Perjanjian perdagangan bebas mencakup sekitar 45% dari perdagangan Uni Eropa dengan negara-negara luar dan kesepakatan yang masih menunggu adopsi atau ratifikasi sejak tahun lalu akan menambah lebih dari 185 miliar euro nilai perdagangan ke dalam penghitungan blok tersebut.

    Data dari Uni Eropa menyebut, blok tersebut telah memiliki jaringan perjanjian perdagangan terbesar di dunia, yang mencakup sekitar 75 mitra dan lebih dari 2 triliun euro dalam perdagangan.

  • Meta Gelar PHK Massal, Sasar Karyawan Reality Labs Gegara Bisnis Rugi Menggunung – Halaman all

    Meta Gelar PHK Massal, Sasar Karyawan Reality Labs Gegara Bisnis Rugi Menggunung – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Perusahaan teknologi kondang asal Amerika Serikat, Meta bersiap menggelar pemutusan hubungan kerja (PHK) massal dengan menargetkan karyawan di divisi Reality Labs.

    PHK ini diungkap langsung oleh Juru Bicara Meta Tracy Clayton, Jumat (25/4/2025).

    Dalam laporan tertulisnya disebutkan bahwa dalam waktu dekat perusahaan akan melakukan PHK massal, namun tak dirinci berapa jumlah karyawan yang akan terdampak pemecatan ini.

    Sementara dikutip dari Bloomberg, Meta Platforms Inc. diketahui melakukan PHK terhadap 100 orang di divisi Reality Labs.

    Adapun PHK yang dilakukan perusahaan yang berbasis di Menlo Park, California tersebut bakal menargetkan unit Oculus Studios, yakni divisi yang bertugas mengembangkan permainan dan konten VR dan AR untuk headset Quest VR Meta.

    “Beberapa tim di Oculus Studios tengah mengalami perubahan dalam struktur dan peran yang telah memengaruhi ukuran tim,” kata juru bicara Meta.

    PHK massal ini dilakukan sebagai bagian dari restrukturisasi internal untuk meningkatkan efisiensi dan fokus pada pengalaman mixed reality yang lebih baik di masa

    Kendati begitu pihak Meta menyesalkan harus melakukan pengurangan terhadap divisi tersebut.

    Meta menilai banyak karyawan yang kompeten dan berperan penting pada keberlangsungan divisi tersebut.

    “Kami sangat sedih untuk menyampaikan bahwa perubahan ini telah mengakibatkan hilangnya beberapa anggota tim kami yang sangat berbakat,” tulis keterangan Meta dalam sebuah pernyataan yang diunggah ke grup Facebook resmi Supernatural.

    “Kontribusi mereka telah berperan penting dalam membentuk perjalanan kami dan perjalanan Anda, dan ketidakhadiran mereka akan sangat terasa,” imbuh keterangan itu.

    Bisnis Reality Labs Meta Boncos

    Sebelum PHK digelar tepat setelah divisi Reality Labs Meta terus mencatat kerugian operasional.

    Terbaru, total kerugian divisi Reality Labs Meta yang menggunung hingga tembus mencapai 4,97 miliar dolar AS, sebuah angka yang sangat signifikan.

    Sementara penjualan hanya mencatatkan laba 1,1 miliar dolar AS selama kuartal keempat.

    Meta mengungkap kerugian terjadi karena disebabkan oleh sejumlah faktor, seperti biaya riset dan pengembangan yang tinggi.

    Selain itu perusahaan juga mengalami hambatan dan keterbatasan dalam pendapatan yang diperoleh dari penjualan Headset serta aplikasi VR.

    Meskipun Meta telah menggelontorkan miliaran dolar untuk mengembangkan teknologi AR (augmented reality) dan VR (virtual reality).

    Namun pada kenyataannya pendapatan yang dihasilkan oleh perangkat keras seperti headset Meta Quest dan aplikasi VR belum mampu menutup pengeluaran besar yang dikeluarkan untuk pengembangan produk dan teknologi.

    Serangkaian tekanan ini yang kemudian mendorong Meta untuk mengurangi biaya operasional yang merupakan bagian dari strategi jangka panjang yang lebih besar.

    Bahkan sebelum PHK digelar, CEO Meta Mark Zuckerberg  sempat merilis memo di forum internal Workplace terkait rencana pemangkasan karyawan.

    Zuckerberg memberitahu karyawan bahwa tahun 2025 akan “menjadi tahun yang intens.

    “Perusahaan menetapkan bahwa mereka memotong sekitar 5 persen dari karyawan dengan kinerja terendah,”katanya.

    Bukan Kali Pertama

    PHK seperti bukan kali pertama yang dilakukan Meta, sejak 2022 silam perusahaan teknologi ini telah berulang kali memangkas jumlah karyawannya.

    Di bulan November 2022, Meta dilaporkan memecat 11.000 karyawan dengan alasan proyeksi pertumbuhan yang terlalu optimis pasca pandemi COVID-19.

    Kemudian pada Maret 2023, Meta kembali memangkas 10.000 karyawan sebagai bagian dari inisiatif “Tahun Efisiensi” CEO Mark Zuckerberg.​

    PHK dilanjutkan pada Oktober 2024, dengan jumlah karyawan yang diberhentikan yakni sekitar dua lusin.

    Memasuki awal tahun 2025, Meta kembali memangkas 3.600 staff berperforma rendah sebagai bagian dari upaya meningkatkan standar manajemen kinerja.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Tegas Tolak Negosiasi, China Racik Strategi Lawan Tarif Trump

    Tegas Tolak Negosiasi, China Racik Strategi Lawan Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA — China berjanji untuk mempersiapkan rencana darurat untuk menangkal guncangan eksternal yang meningkat di tengah perang dagang melawan Amerika Serikat. 

    Berdasarkan laporan Kantor Berita Xinhua yang dikutip dari Bloomberg pada Jumat (25/4/2025), Politbiro pembuat keputusan yang dipimpin oleh Presiden Xi Jinping juga berjanji untuk menyiapkan alat moneter baru dan instrumen pembiayaan kebijakan guna meningkatkan teknologi, konsumsi, dan perdagangan. 

    “Kita harus terus meningkatkan perangkat kebijakan untuk menstabilkan lapangan kerja dan ekonomi, serta meluncurkan langkah-langkah yang telah direncanakan sebelumnya,” kata para pemimpin puncak, menurut pernyataan itu. 

    Mereka juga berjanji untuk berusaha sekuat tenaga untuk mengonsolidasikan dasar-dasar pembangunan ekonomi dan stabilitas sosial. Para pembuat kebijakan menegaskan kembali China harus menyediakan lebih banyak uang tunai untuk bank bila diperlukan, dan dengan hati-hati memilih waktu untuk penurunan suku bunga.

    Kontrak berjangka obligasi pemerintah 30 tahun melonjak paling tinggi sejak 9 April setelah komentar Politbiro tentang pemotongan suku bunga dan rasio persyaratan cadangan yang tepat waktu. Imbal hasil untuk obligasi 10 tahun tetap sedikit berubah dan yuan lepas pantai datar. Indeks acuan saham dalam negeri Tiongkok CSI 300 menghapus kenaikan sebanyak 0,5%.

    “Harapan stimulus masih hidup karena berjanji untuk menambahkan kebijakan tambahan baru dan meningkatkan penyesuaian kontrasiklus yang luar biasa. Tetapi para pemimpin jelas mengadopsi pendekatan tunggu dan lihat,” kata ahli strategi senior di Australia & New Zealand Banking Group, Zhaopeng Xing.

    Beijing biasanya memberikan dukungan hanya sebagaimana diperlukan untuk melindungi tujuan pertumbuhan tahunan negara. Dengan ekspansi kuartal pertama yang berada di atas target sekitar 5%, mereka mungkin merasa memiliki ruang untuk menunggu.

    Laporan itu muncul satu hari setelah Beijing menolak klaim dari AS bahwa ada pembicaraan untuk mencapai kesepakatan perdagangan. Kementerian Perdagangan China juga kembali menuntut Washington minggu ini untuk mencabut semua tarif sepihak.

    Langkah China menunjukkan bahwa mereka tidak terburu-buru untuk memulai negosiasi meskipun Trump menyarankan bahwa ia dapat menurunkan pungutan secara substansial dalam sebuah kesepakatan. 

    Beberapa janji dari pembacaan Politbiro sebelumnya telah digulirkan oleh pejabat senior, seperti dewan sains-teknologi di pasar obligasi dan penyediaan kembali fasilitas untuk perawatan lansia, serta meningkatkan konsumsi layanan. 

    Pertemuan tersebut tampaknya memberikan urgensi yang lebih besar terhadap tugas-tugas tersebut setelah Trump menaikkan pungutan pada sebagian besar barang China hingga setinggi 145%. 

    Politbiro yang beranggotakan 24 orang tersebut biasanya menggunakan pertemuan bulan April untuk membahas masalah ekonomi. 

    Meskipun pembacaan tersebut jarang mengungkapkan target numerik, pernyataan yang samar-samar dapat memberikan petunjuk penting tentang perubahan kebijakan. Pertemuan bulan ini diawasi dengan ketat untuk melihat tanda-tanda Beijing meluncurkan stimulus. 

    “Kita harus memperkuat pemikiran mendasar dan mempersiapkan sepenuhnya rencana kontinjensi untuk melaksanakan tugas ekonomi dengan baik,” kata para pemimpin puncak dalam pernyataan tertulis rapat.