Perusahaan: Bloomberg

  • Shein dan Temu Terpukul! Ekspor E-commerce Tiongkok ke AS Ambruk 65% Gegara Tarif Trump

    Shein dan Temu Terpukul! Ekspor E-commerce Tiongkok ke AS Ambruk 65% Gegara Tarif Trump

    Jakarta: Gelombang baru perang dagang AS-Tiongkok kembali memanas. Dalam tiga bulan pertama tahun ini, ekspor e-commerce Tiongkok ke Amerika Serikat tercatat anjlok hingga 65 persen secara volume. Penurunan tajam ini menghantam toko-toko online raksasa seperti Shein dan Temu, yang selama ini dikenal sebagai rajanya barang murah dari Tiongkok.
     
    Sementara itu, data menunjukkan pengiriman ke Uni Eropa justru naik 28 persen. Artinya, pelaku e-commerce Tiongkok mulai memindahkan fokus pemasaran dan pengiriman ke benua biru, guna menghindari jerat tarif tinggi dari Negeri Paman Sam.
    Tarif AS picu lonjakan harga, konsumen menjerit
    Melansir The Guardian, Rabu, 7 Mei 2025, mulai Mei 2025, pemerintah AS resmi menghapus pembebasan tarif untuk impor parsel senilai hingga USD800. Kebijakan ini berdampak besar bagi e-commerce yang bergantung pada sistem pengiriman langsung dari Tiongkok, seperti Temu dan Shein.
     
    Tak tanggung-tanggung, tarif baru mencapai 145 persen, membuat harga barang di Temu melonjak gila-gilaan. Analisis Bloomberg mencatat, dalam dua minggu terakhir saja, harga rata-rata produk di dua kategori populer yakni mainan dan kesehatan naik lebih dari 40 persen.

    Contohnya, gaun musim panas dari Temu naik dari USD18,47 menjadi USD44,68 setelah ditambahkan tarif impor USD26,21. Lalu, Baju renang anak-anak naik dari USD12,44 menjadi USD31,12. Kemudian, Penyedot debu genggam melonjak dari USD16,93 ke USD40,11 setelah kena tarif.
     
    Banyak konsumen mulai mengeluh, karena barang murah dari Tiongkok kini tak lagi semurah itu. Dan sebagian besar beban biaya ini langsung ditanggung oleh pembeli.
     

    Shein bersiasat, pertimbangkan pindah produksi
    Tak tinggal diam, Shein tengah mempertimbangkan restrukturisasi besar-besaran untuk menghindari tarif AS. Menurut laporan Financial Times, salah satu opsi yang digodok adalah memindahkan sebagian produksi ke negara non-Tiongkok agar tak terkena tarif.
     
    Namun, strategi ini bisa memicu efek domino, termasuk potensi penundaan rencana IPO Shein di Bursa Saham London.
    Tiongkok kirim peringatan ke Trump: Kami tak akan tunduk
    Di tengah ketegangan yang meningkat, Tiongkok melancarkan pernyataan keras. Dalam pesan video resmi, pemerintah Tiongkok memperingatkan bahwa mereka tidak akan menyerah pada tekanan tarif dari AS.
     
    “Tunduk pada penindas sama saja dengan meminum racun untuk menghilangkan rasa haus,” tegas pernyataan yang disampaikan dalam bahasa Inggris.
     
    Langkah tarif ini sejatinya dirancang untuk mendorong kebangkitan industri manufaktur AS. Namun, kenyataannya, bisnis ritel dan konsumenlah yang langsung menanggung dampaknya.
     

    Ritel AS kena getahnya, Walmart dan Amazon ketar-ketir
    Dampak tarif tinggi juga menggelisahkan pelaku bisnis AS. Laporan South China Morning Post menyebut, Walmart sampai menyarankan para pemasok Tiongkok untuk menanggung beban tarif demi menjaga harga jual tetap kompetitif.
     
    Sementara itu, raksasa e-commerce Amazon dikabarkan sempat mempertimbangkan langkah mencantumkan biaya tarif di setiap produk. Namun, rencana ini segera dimentahkan karena dikhawatirkan memperlihatkan secara gamblang dampak perang dagang kepada konsumen.
     
    Situasi makin memanas setelah juru bicara Gedung Putih menyebut rencana Amazon itu “bermusuhan dan politis”. Tak lama kemudian, Trump menelepon langsung CEO Amazon, Jeff Bezos, dan berkata:
     
    “Jeff Bezos sangat baik. Dia sangat hebat. Dia menyelesaikan masalah dengan sangat cepat. Orang yang baik.”
    Fokus beralih ke Eropa, pasar AS dianggap terlalu mahal
    Dengan kondisi tarif yang mencekik dan ongkos logistik yang melonjak, platform e-commerce Tiongkok kini makin gencar menggarap pasar Eropa. Strategi ini diyakini sebagai langkah bertahan hidup sekaligus ekspansi bisnis baru.
     
    Namun, bagi konsumen Amerika, situasi ini berarti satu hal yaitu barang murah dari Tiongkok tak lagi murah.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Nilai Tukar Rupiah Hari ini 7 Mei 2025: Dollar AS Terus Menekan ke Level Rp 16.640 – Halaman all

    Nilai Tukar Rupiah Hari ini 7 Mei 2025: Dollar AS Terus Menekan ke Level Rp 16.640 – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut adalah informasi terkait nilai tukar rupiah terhadap beberapa valuta asing dunia pada perdagangan Rabu (7/5/2025), hari ini.

    Pada 7 Mei 2025, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS ditutup melemah di level Rp16.536 per dolar AS.

    Meskipun sempat dibuka di posisi Rp16.461 per dolar AS atau turun 0,07 persen, Rupiah akhirnya turun 0,53 persen dari penutupan sebelumnya.

    Pelemahan ini dipicu oleh penguatan indeks dolar AS sebesar 0,18 persen dari permintaan dolar yang meningkat sebagai aset safe-haven menjelang keputusan kebijakan moneter The Fed.

    Data Bloomberg mencatat volatilitas lebih tinggi, dengan rupiah menyentuh Rp16.492,5 per dolar AS pada pagi hari, sementara kurs jual di pasar domestik bahkan mencapai Rp16.554,36 per dolar AS.

    Meski proyeksi awal menyebut potensi penguatan rupiah, realisasi hari ini memperlihatkan tekanan berlanjut akibat defisit neraca transaksi berjalan dan ketergantungan pada impor yang masih tinggi.

    Dibandingkan bulan lalu, rupiah relatif stabil.

    Pada 15 April 2025, misalnya, Rupiah sempat menyentuh Rp16.786,5 per dolar AS, tetapi tren pelemahan terus terjadi seiring ketidakpastian global.

    Analisis menunjukkan rupiah berpotensi fluktuatif dalam jangka pendek, tergantung respons Bank Indonesia melalui intervensi pasar atau kebijakan moneter, serta perkembangan data ekonomi domestik seperti inflasi dan pertumbuhan PDB.

    Dengan sentimen pasar yang sensitif terhadap kebijakan The Fed dan gejolak geopolitik seperti yang terjadi antara India dan Pakistan saat ini, volatilitas rupiah diperkirakan akan tetap tinggi hingga beberapa minggu mendatang.

    NILAI TUKAR RUPIAH – Pegawai Bank menunjukkan uang Dolar Amerika Serikat (AS) di kantor cabang Bank Muamalat Melawai, Jakarta Selatan, Kamis (27/7/2023). Kurs nilai tukar Dolar terus menurun dari puncak sebelumnya pada seminggu terakhir yang menyentuh angka di 16.853,30 IDR per USD pada 28 April 2025. (Tribunnews/JEPRIMA)

    Daftar Kurs Rupiah (IDR) terhadap Valas Dunia Pada 7 Mei 2025

    Berikut adalah daftar kurs Rupiah terhadap beberapa valuta asing utama pada 7 Mei 2025, berdasarkan data yang tersedia dari BNI pada pukul 16:05 WIB (GMT+07:00).

    MATA UANG
     BID RATE (IDR)
    ASK RATE (IDR)

    USD
    16.440
    16.640

    SGD
    12.595
    13.015

    AUD
    10.559
    10.919

    EUR
    18.508
    19.048

    GBP
    21.831
    22.371

    CAD
    11.790
    12.210

    CHF
    19.785
    20.325

    HKD
    2.043
    2.223

    JPY
    113,18
    117,98

    SAR
    4.203
    4.623

    MYR
    3.684
    4.104

    THB
    499
    511

    NZD
    9.766
    10.126

    CNY
    2.212
    2.362

    AED
    4.383
    4.623

    KRW
    8,20
    15,40

     

    (Tribunnews.com/Bobby)

  • China Pangkas Bunga Acuan di Tengah Gempuran Tarif AS

    China Pangkas Bunga Acuan di Tengah Gempuran Tarif AS

    Bisnis.com, JAKARTA – Bank Sentral China (The People’s Bank of China/PBOC) memangkas suku bunga acuan dan menurunkan rasio giro wajib minimum seiring dengan kebijakan pemerintah untuk mengamankan ekonomi di perang dagang jilid dua dengan AS.

    Dilansir Bloomberg, Rabu (7/5/2025), Gubernur Pan Gosheng menyampaikan PBOC memangkas bunga seven-day reverse repurchase rate dari 1,5% menjadi 1,4%. Bank Sentral juga memangkas rasio giro wajib minimum sebanyak 0.5 percentage point.

    Pengumuman tersebut muncul beberapa jam setelah China mengungkapkan akan mengadakan pembicaraan dagang pertamanya akhir pekan ini dengan pejabat AS sejak Donald Trump memberlakukan tarif 145%. Gubernur PBOC berbicara bersama Ketua Komisi Regulasi Sekuritas China Wu Qing dan kepala Administrasi Regulasi Keuangan Nasional Li Yunze.

    Pemotongan bunga acuan akan mulai berlaku pada hari Kamis, dengan pengurangan rasio giro wajib minimum berlaku seminggu kemudian, kata PBOC dalam pernyataan terpisah.

    Adapun, keputusan tersebut bertujuan agar bunga kredit makin rendah. Pemangkasan rasio giro wajib minimum akan melepaskan sekitar 1 triliun yuan (setara US$139 miliar) ke dalam likuiditas jangka Panjang.

    Pan menegaskan kembali bahwa para pejabat Bank Sentral akan menerapkan kebijakan moneter yang cukup longgar demi menghasilkan likuiditas yang cukup dan memastikan pendanaan dengan biaya pembiayaan yang relatif rendah. “Pemotongan giro wajib minimum dapat meningkatkan stabilitas kewajiban bank,” katanya.

    PBOC terakhir kali menurunkan suku bunga kebijakan dan rasio giro wajib minimum pada bulan September 2024setelah Pan meluncurkan serangkaian langkah agresif untuk menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi China.

    “Ini bukan sekadar pelonggaran , tetapi juga langkah Beijing untuk meletakkan dasar bagi ketahanan, reformasi, dan pembalasan jika diperlukan,” kata Charu Chanana, kepala strategi investasi untuk Saxo Markets di Singapura.

    Selain itu, dia menilai keputusan tersebut bukan sekadar dorongan bagi likuiditas dan kredit. Fokus regulator pada teknologi, konsumsi, dan perawatan lansia menandakan dorongan yang lebih luas untuk mendukung pendorong struktural ekonomi.

  • Pengumuman Suku Bunga The Fed Mei 2025, Powell Melawan Hegemoni Trump?

    Pengumuman Suku Bunga The Fed Mei 2025, Powell Melawan Hegemoni Trump?

    Bisnis.com, JAKARTA – Bank sentral Amerika Serikat (AS) Federal Reserve diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada Rabu (7/5/2025).

    Langkah ini berpotensi mengecewakan Gedung Putih dan pihak-pihak yang mendesak kejelasan arah kebijakan moneter AS, termasuk Presiden Donald Trump.

    Melansir Bloomberg, para pejabat The Fed dalam berbagai pernyataan publik menekankan bahwa meskipun ketidakpastian ekonomi meningkat, posisi kebijakan moneter saat ini masih memadai untuk menyeimbangkan tujuan, yakni menjaga stabilitas harga dan mendukung pasar kerja.

    Keputusan suku bunga akan diumumkan pukul 14.00 waktu setempat dan dilanjutkan dengan konferensi pers Ketua The Fed Jerome Powell setengah jam kemudian.

    Para investor akan mencermati apakah Powell akan kembali menyampaikan bahwa The Fed tidak terburu-buru dalam mengubah suku bunga.

    Saat ini, pasar memperkirakan pemangkasan suku bunga pertama terjadi pada pertemuan 29–30 Juli, diikuti dua hingga tiga penurunan lagi sebelum akhir tahun. Adapun survei Bloomberg menunjukkan konsensus ekonom memperkirakan dua pemangkasan dimulai September.

    Dalam pernyataan setelah pertemuan, The Fed diperkirakan mempertahankan kisaran suku bunga Federal Fund Rate (FFR) 4,25%-4,5%, serta menekankan risiko terhadap dua sisi mandat mereka.

    Namun, frasa yang menyebut pertumbuhan ekonomi “masih solid” kemungkinan dihapus karena data PDB kuartal pertama menunjukkan kontraksi akibat lonjakan impor.

    Secara keseluruhan, impor melonjak 4,4% menjadi US$419,0 miliar, dengan impor barang naik 5,4% menjadi US$346,8 miliar para Maret 2025. Sementara itu, ekspor naik tipis 0,2% menjadi US$278,5 miliar, level tertinggi sepanjang masa.

    Lonjakan impor membuat defisit neraca perdagangan AS melebar 14% ke rekor tertinggi baru sebesar US$140,5 miliar, seiring perusahaan-perusahaan berlomba mengimpor barang sebelum tarif besar diberlakukan Presiden Donald Trump.

    Menurut analis Bloomberg Economics, The Fed kemungkinan akan memperkuat pesan tentang pentingnya stabilitas harga, merespons kekhawatiran beberapa pejabat bahwa ekspektasi inflasi mulai longgar. Hal ini didukung oleh data ketenagakerjaan yang masih kuat.

    Dengan minimnya perubahan dalam pernyataan resmi dan tanpa proyeksi ekonomi baru, perhatian pasar akan tertuju pada penjelasan Powell dalam konferensi pers, terutama mengenai kapan dan dalam kondisi apa pemangkasan suku bunga akan dipertimbangkan.

    Kepala Ekonom KPMG Diane Swonk menyebut pengalaman inflasi tinggi pasca-pandemi dan di era 1970-an masih membekas dalam pendekatan The Fed, dan memengaruhi respons mereka terhadap guncangan pasokan akibat tarif.

    Powell sebelumnya menegaskan bahwa bank sentral harus memastikan kenaikan harga yang bersifat sementara tidak berubah menjadi inflasi struktural. Dengan inflasi inti saat ini di level 2,6%—masih di atas target 2%—ruang untuk pelonggaran tetap terbatas.

    Powell juga hampir pasti akan menghadapi pertanyaan mengenai tekanan politik dari Presiden Trump, termasuk kritik personal dan ancaman pemecatan yang belakangan dibantah sang presiden.

    Tekanan dari Trump

    Jika The Fed kembali menahan suku bunga, bank sentral AS ini diperkirakan semakin menghadapi tekanan dari Trump, yang berulang kali mendesak agar Powell segera memangkas suku bunga.

    Tekanan Trump terhadap The Fed seringkali disertai dengan pernyataan yang mengancam, seperti unggahan media sosial pada akhir April lalu bahwa pemberhentian Powell sebagai ketua The Fed tidak bisa datang cukup cepat dan sindiran yang lebih pribadi, seperti menyebut Powell sebagai “pecundang besar.” 

    Ancaman tersebut membuat pasar keuangan ketakutan karena menganggap independensi The Fed sangat penting untuk mendukung kredibilitasnya sebagai bank sentral paling berpengaruh di dunia dan landasan stabilitas keuangan global.

    Namun, meski Trump tampaknya telah mengesampingkan ancaman tersebut untuk saat ini, kritiknya terhadap kebijakan suku bunga Fed tetap sama tajamnya.

    “Kami pikir ini saat yang tepat untuk menurunkan suku bunga, dan kami ingin melihat ketua kami datang lebih awal atau tepat waktu, bukannya terlambat,” kata Trump.

    Namun ancaman ini kembali ditepis oleh Trump sendiri, yang menyatakan tidak akan mencopot Powell sebelum masa jabatannya berakhir pada Mei 2026.

    Dalam wawancara dengan Meet the Press with Kristen Welker di NBC News yang ditayangkan pada Minggu (4/5/2025) waktu setempat, Trump memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga pada suatu saat.

    “Ya, dia seharusnya menurunkannya. Dan pada suatu saat, ia akan melakukannya. Ia lebih suka tidak melakukannya karena ia bukan penggemar saya. Anda tahu, ia tidak menyukai saya karena saya pikir ia sangat kaku,” katanya dalam wawancara tersebut dikutip dari Reuters, Senin (5/5/2025).

    Adapun, Trump juga menyangkal dengan keras ketika ditanya apakah dia akan mencopot Powell sebelum masa jabatannya sebagai ketua berakhir pada 2026 mendatang.

    “Tidak, tidak, tidak. Itu sangat – mengapa saya harus melakukan itu? Saya akan mengganti orang tersebut dalam waktu yang singkat,” katanya.

  • Ekonomi Melambat, Suku Bunga Acuan BI Rate Perlu Dipangkas?

    Ekonomi Melambat, Suku Bunga Acuan BI Rate Perlu Dipangkas?

    Bisnis.com, JAKARTA — Ekonomi RI yang tumbuh melambat pada awal tahun membutuhkan dorongan, tidak terkecuali dari pelonggaran kebijakan moneter alias suku bunga. Bank Indonesia telah menahan BI Rate sebesar 5,75% dalam tiga bulan terakhir.

    Ekonomi Indonesia diprediksikan masih akan melaju lambat pada sisa tahun ini dan sulit mencapai 5%, apalagi pertumbuhan ekonomi 5,2% sesuai harapan pemerintah. 

    Direktur Eksekutif Segara Institute Piter Abdullah Redjalam menilai ekonomi Indonesia masih dapat dipacu, tetapi dengan syarat adanya kebijakan moneter yang lebih longgar. Menurutnya, pemerintah maupun bank sentral perlu melakukan perubahan kebijakan yang cukup mendasar yang mampu mengembalikan daya beli dan tingkat konsumsi masyarakat. 

    “Tidak hanya sekedar menurunkan suku bunga, tetapi operasi moneter yang juga lebih ekspansif untuk mendorong bank-bank menyalurkan kredit,” ujarnya, dikutip pada Selasa (6/5/2025). 

    Adapun, Kepala Ekonom PT Bank Permata Tbk. (BNLI) Josua Pardede melihat kekhawatiran yang meningkat tentang pertumbuhan yang melambat dapat membuka ruang untuk pelonggaran moneter. Meski demikian, lagi-lagi tetap menanti kondisi global. 

    “Jika ketidakpastian global berkurang dan ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed menguat, Bank Indonesia dapat menurunkan suku bunga BI hingga 50 basis poin sepanjang sisa tahun ini,” ujarnya, Selasa (6/5/2025). 

    Sementara The Fed pun belum memberikan sinyal pemangkasan. Para pejabat The Fed cenderung mempertahankan suku bunga—meski Trump mendorong pemangkasan—dalam pertemuan Rabu dan Kamis (6—7 Mei 2025). 

    Senada, Peneliti Pusat Makroekonomi dan Keuangan Institute of Development on Economics and Finance (Indef) Abdul Manap Pulungan belum melihat Bank Indonesia akan memangkas suku bunga acuan pada bulan ini, sekalipun rupiah sudah menunjukkan penguatan. 

    Saat ini, kebijakan pro pertumbuhan dari BI terus dilakukan melalui insentif kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM) ketimbang pemangkasan suku bunga. 

    “Mungkin BI baru akan mengoreksi itu [memangkas BI Rate] ketika The Fed memberikan sinyal penurunan suku bunga,” ujarnya dalam Diskusi Publik: Ekonomi Melambat, Pertanda Gawat?, Selasa (6/5/2025). 

    Abdul Manap menyampaikan sekali pun suku bunga sudah dipangkas, pertumbuhan ekonomi hanya dapat terpacu jika suku bunga bunga kredit segera turun.

    Sayangnya, kebijakan pemangkasan pada Januari lalu tak kunjung memberikan efek penurunan suku bunga kredit sehingga ekonomi tertahan dan sulit naik lebih tinggi.

    Arah Pemangkasan BI Rate 

    Melansir dari Bloomberg, Selasa (6/5/2025), Bank Indonesia diperkirakan akan melanjutkan pelonggaran moneter setelah mempertahankan suku bunganya tidak berubah selama tiga pertemuan berturut-turut, untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di tengah-tengah kenaikan tarif dan ketidakpastian kebijakan perdagangan.

    Para ekonom memperkirakan penurunan seperempat poin pada suku bunga acuan Bank Indonesia menjadi 5,5% di akhir kuartal kedua, menurut survei Bloomberg terbaru. Mereka melihat penurunan lebih lanjut sebesar 25 basis poin di kuartal ketiga, yang akan membawa suku bunga acuan menjadi 5,25% di akhir tahun.

    Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia Ramdan Denny Prakoso menyebutkan saat ini arah kebijakan BI Rate masih belum berubah, yakni tetap fokus menstabilkan rupiah. 

    Arah terbaru nantinya akan didiskusikan dalam Rapat Dewan Gubernur BI pada 20—21 Mei 2025 mendatang. 

    Sebelumnya Gubernur BI Perry Warjiyo menekankan pihaknya terus mencermati ruang penurunan suku bunga. 

    Perry meyakini inflasi yang rendah selama kuartal I/2025, termasuk inflasi inti sebesar 2,5% (year on year/YoY), akan semakin membuka ruang bagi penurunan BI Rate lebih lanjut.

    “Dalam jangka pendek prioritas kami adalah stabilitas rupiah, tetapi setelah stabilitas terjaga, ruang penurunan suku bunga itu semakin terbuka dan itulah waktu-waktu untuk menentukan kebijakan suku bunga lebih lanjut,” ujarnya dalam konferensi pers bulan lalu. 

  • CATL Dikabarkan Cari Pinjaman Rp16,4 Triliun untuk Ekspansi Pabrik di RI

    CATL Dikabarkan Cari Pinjaman Rp16,4 Triliun untuk Ekspansi Pabrik di RI

    Bisnis.com, JAKARTA – Produsen baterai kendaraan listrik Contemporary Amperex Technology Co. Ltd. (CATL) asal China sedang mencari pinjaman sekitar US$1 miliar atau setara Rp16,4 triliun untuk mendanai investasi di Indonesia.

    Dilansir Bloomberg pada Selasa (6/5/2025), informasi tersebut berasal dari sumber yang tidak ingin diungkapkan identitasnya. Sumber menyebutkan pendanaan tersebut bisa dalam jangka waktu 5 hingga 7 tahun.

    “Dana itu akan membiayai usaha patungan perusahaan, yang berencana membangun fasilitas produksi sel baterai di Karawang, Jawa Barat,” ungkap sumber.

    Pembicaraan dengan calon pemodal saat ini juga disebutkan sedang berlangsung dan rincian pinjaman dapat berubah. Saat dihubungi Bloomberg, CATL tidak menanggapi permintaan komentar.

    Adapun, upaya CATL untuk meningkatkan fasilitas produksi baterainya di Indonesia dilakukan saat raksasa baterai kendaraan listrik China itu mulai mengukur minat investor untuk penjualan saham senilai US$5 miliar yang berpotensi menjadi pencatatan terbesar di Hong Kong dalam beberapa tahun.

    Perusahaan tersebut mengatakan bahwa mereka memperkirakan akan melihat sedikit dampak dari tarif yang dikenakan pemerintahan Trump terhadap China karena eksposur perusahaan di AS cukup kecil.

    Pada bulan Oktober, CATL, melalui anak perusahaannya CBL International Development, membentuk JV dengan Indonesia Battery Corp milik pemerintah.

    Usaha patungan tersebut berencana untuk menginvestasikan US$1,2 miliar di negara Asia Tenggara tersebut, meningkatkan produksi baterai perusahaan yang berbasis di Fujian tersebut menjadi 15 gigawatt per tahun.

  • Garuda Indonesia Buka Suara soal Hentikan Operasional 15 Pesawat

    Garuda Indonesia Buka Suara soal Hentikan Operasional 15 Pesawat

    Jakarta

    Garuda Indonesia Group buka suara terkait kabar penghentian sementara atau grounded 15 pesawat lantaran tak kuat biaya perawatan.

    Direktur Teknik Garuda Indonesia Rahmat Hanafi menjelaskan 15 pesawat tersebut terdiri dari 14 pesawat milik Citilink dan 1 pesawat milik Garuda Indonesia. Ia mengatakan 15 pesawat tersebut saat ini tengah menunggu percepatan penjadwalan perawatan rutin berupa proses heavy maintenance, termasuk penggantian suku cadang, untuk kembali siap beroperasi.

    Rahmat mengatakan, proses heavy maintenance perlu dilakukan guna memastikan standar keselamatan dan kelaikan terbang tetap terjaga untuk pesawat yang akan dioperasikan.

    “Keseluruhan proses perawatan armada tersebut direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ini,” katanya dalam keterangan tertulis, dikutip Selasa (6/5/2025).

    Rahmat mengakui, kondisi keterbatasan supply chain atas suku cadang saat ini tengah dihadapi hampir seluruh pelaku industri penerbangan. Akibatnya pelaksanaan heavy maintenance membutuhkan waktu yang lebih panjang.

    “Garuda Indonesia terus mendorong optimalisasi kapasitas produksi di tengah tantangan industri penerbangan global, khususnya dinamika rantai pasok suku cadang pesawat yang kini melanda hampir sebagian besar pelaku industri transportasi udara dunia,” katanya.

    Sebelumnya, berdasarkan laporan Bloomberg, diikutip, Senin (5/5/2025), PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dikabarkan telah menghentikan operasional sementara 15 pesawatnya. Hal ini dilakukan lantaran kesulitan membayar biaya perawatan.

    Berdasarkan sumber Bloomberg, penghentian operasional ini menjadi tanda bahwa rencana kebangkitan maskapai itu mungkin sedang gagal.

    Beberapa pemasok maskapai penerbangan nasional Indonesia juga meminta pembayaran di muka untuk suku cadang dan tenaga kerja karena khawatir dengan situasi keuangan Garuda.

    Adapun sebagian besar pesawat yang dihentikan operasionalnya sebagai besar yakni milik PT Citilink Indonesia.

    Sementara itu, berdasarkan data terbaru perusahaan yang melacak armada maskapai yakni Cirium, maskapai Garuda diketahui memiliki 66 pesawat yang beroperasi dan 14 pesawat yang disimpan.

    Untuk diketahui, Garuda akhir tahun lalu mengangkat CEO baru Wamildan Tsani Panjaitan dan memulai misi untuk memperbaiki neraca keuangannya dan memperluas jaringan internasionalnya. Bahkan Presiden Indonesia Prabowo Subianto dilaporkan telah menyampaikan bahwa ia ingin membuat Garuda, yang telah lama berjuang secara finansial dan memiliki catatan keselamatan yang buruk, lebih menguntungkan dan memperdalam kehadiran internasionalnya.

    Namun, dalam beberapa waktu lalu, maskapai penerbangan di negara Asia Tenggara tersebut dibatasi oleh kebijakan pembatasan harga tiket pesawat domestik pemerintah, yang dirancang untuk mengatur dan mengendalikan biaya tiket kelas ekonomi dan memastikan keterjangkauan bagi penumpang.

    Hal itu membuat mereka lebih sulit untuk menaikkan tarif guna meningkatkan pendapatan. Nilai tukar rupiah yang lemah juga tidak membantu, mengingat banyak biaya operasional dalam dolar AS.

    “Akibatnya, Garuda bukan satu-satunya maskapai dengan lebih banyak pesawat yang tidak beroperasi karena kesulitan pembayaran perawatan,” kata sumber Bloomberg.

    (kil/kil)

  • OpenAI Setuju Akuisisi Windsurf Senilai Rp49,4 Triliun

    OpenAI Setuju Akuisisi Windsurf Senilai Rp49,4 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA — OpenAI menyetujui akuisisi Windsurf, platform pengkodean berbasis kecerdasan buatan, dengan nilai sekitar US$3 miliar atau Rp49,4 triliun (asumsi kurs Rp16.484).

    Melansir dari Reuters, Selasa (6/5/2025) berdasarkan laporan Bloomberg yang berasal dari sumber anonim yang mengetahui negosiasi tersebut kesepakatan ini belum sepenuhnya ditutup.

    Windsurf, yang sebelumnya dikenal sebagai Codeium, belakangan ini tengah mengadakan pembicaraan dengan para investor besar seperti General Catalyst dan Kleiner Perkins untuk menggalang dana dengan valuasi yang sama, yakni US$3 miliar. 

    Valuasi perusahaan ini melonjak signifikan sejak Agustus lalu, ketika putaran pendanaan senilai US$150 juta menempatkan nilai Windsurf pada US$1,25 miliar.

    Jika rampung, hal ini akan menjadi yang terbesar dalam sejarah OpenAI dalam mengakuisisi sebuah perusahaan.

    Langkah ini juga mempertegas komitmen perusahaan dalam memperkuat kapabilitas pengkodean ChatGPT, yang telah mengalami peningkatan bertahap seiring peluncuran versi model terbaru mereka.

    OpenAI dan Windsurf belum memberikan komentar resmi terkait laporan ini. 

    OpenAI Dapat Suntikan Dana

    OpenAI, perusahaan di balik ChatGPT, telah mengumpulkan dana senilai US$6,6 miliar dari investor, yang dapat memberi nilai perusahaan sebesar US$157 miliar dan memperkuat posisinya sebagai salah satu perusahaan swasta paling berharga di dunia.

    Mengutip Reuters pada Kamis (3/10/2024), pendanaan tersebut telah menarik investor modal ventura untuk kembali menggelontorkan dananya ke OpenAI, termasuk Thrive Capital dan Khosla Ventures, serta Microsoft selaku pendukung terbesar OpenAI dan partisipasi baru dari NVIDIA.

    Penutupan dana tersebut bertepatan dengan upaya restrukturisasi dan perubahan eksekutif yang sedang dilakukan perusahaan, termasuk kepergian mendadak Chief Technology Officer lamanya, Mira Murati, minggu lalu.

    Altimeter Capital, Fidelity, SoftBank, dan perusahaan investasi yang didukung negara Abu Dhabi, MGX, juga berpartisipasi dalam putaran pendanaan kali ini.

  • Garuda Indonesia Hentikan 15 Pesawat Imbas Kondisi Keuangan  – Halaman all

    Garuda Indonesia Hentikan 15 Pesawat Imbas Kondisi Keuangan  – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – PT Garuda Indonesia telah menghentikan setidaknya 15 jet karena kesulitan membayar biaya perawatan.

    Mengutip Bloomberg pada Senin (5/5/2025), sebagian besar pesawat yang dihentikan dioperasikan oleh unit berbiaya rendah yakni PT Citilink.

    Bahkan, beberapa pemasok maskapai penerbangan nasional Indonesia meminta pembayaran di muka untuk suku cadang dan tenaga kerja karena kekhawatiran atas situasi keuangan Garuda.

    Sumber Tribunnews mengatakan, mesin dari pesawat-pesawat tersebut sudah harus mendapatkan perawatan lantaran waktu mesinnya sudah habis. Di satu sisi, kondisi keuangan Garuda Indonesia turut berpengaruh terhadap keputusan itu.

    “Selain itu juga kondisi keuangannya masih belum memungkinkan untuk backup semua biayanya,” jelas sumber Tribunnews, Senin.

    Di sisi lain, Direktur Teknik Garuda Indonesia Rahmat Hanafi mengatakan, Garuda Indonesia Group terus mendorong optimalisasi kapasitas produksi di tengah tantangan industri penerbangan global, khususnya dinamika rantai pasok suku cadang pesawat yang kini melanda hampir sebagian besar pelaku industri transportasi udara dunia.

    Dia juga membenarkan bahwa saat ini terdapat 1 armada Garuda Indonesia dan 14 armada Citilink yang tengah menunggu percepatan penjadwalan perawatan rutin berupa proses heavy maintenance, termasuk penggantian suku cadang, untuk kembali siap beroperasi. 

    Keseluruhan proses perawatan armada tersebut direncanakan akan dilaksanakan pada tahun ini. 

    “Tidak dapat dipungkiri kondisi keterbatasan supply chain atas suku cadang saat ini tengah dihadapi hampir seluruh pelaku industri penerbangan, sehingga menyebabkan pelaksanaan heavy maintenance membutuhkan waktu yang lebih panjang,” ujar Rahmat dalam keterangannya, Senin.

    “Dapat kami sampaikan pula bahwa proses heavy maintenance sendiri diperlukan guna memastikan standar keselamatan dan kelaikan terbang tetap terjaga untuk pesawat yang akan dioperasikan,” imbuh dia.

  • Avtur dan Perawatan Pesawat jadi Momok Garuda Indonesia (GIAA) dan AirAsia (CMPP)

    Avtur dan Perawatan Pesawat jadi Momok Garuda Indonesia (GIAA) dan AirAsia (CMPP)

    Bisnis.com, JAKARTA — Biaya bahan bakar dan perawatan pesawat masih mendominasi beban operasional dua maskapai penerbangan PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) dan PT AirAsia Indonesia Tbk. (CMPP). Laporan keuangan keduanya menunjukkan peningkatan pada setiap segmen beban sepanjang 2024. 

    Garuda misalnya, beban perawatan pesawat disebut membuat maskapai nasional ini menghentikan sementara operasional 15 pesawat termasuk milik PT Citilink Indonesia. Sumber Bloomberg mengatakan GIAA kesulitan membayar biaya perawatan pesawat serta beberapa pemasok suku cadang yang meminta pembayaran uang muka karena khawatir akan kinerja keuangan GIAA. 

    Menurut data terbaru dari Cirium, lembaga pelacak armada maskapai, Garuda memiliki 66 pesawat yang beroperasi dan 14 pesawat dalam status penyimpanan.

    Biaya perawatan disebut cukup besar karena mayoritas armada Garuda digunakan untuk penerbangan jarak pendek, yang secara teknis menghasilkan biaya perawatan per jam terbang atau per siklus penerbangan lebih tinggi. Hal ini disebabkan oleh tingkat keausan yang lebih besar. 

    Jadwal perawatan pesawat umumnya didasarkan pada jumlah siklus lepas landas dan pendaratan, bukan pada durasi operasional.

    Jika melirik laporan keuangan GIAA sepanjang 2024, segmen pemeliharaan dan avtur memang menjadi penyumbang beban usaha terbesar. GIAA membukukan beban usaha yang membengkak 18,31% menjadi US$3,10 miliar dari sebelumnya sebesar US$2,62 miliar. Beban terbesar disumbang oleh beban operasional penerbangan termasuk avtur sebesar US$1,66 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan 2023 sebesar US$2,37 miliar. 

    Kemudian beban usaha terbesar juga merupakan beban pemeliharaan dan perbaikan yaitu US$536,95 juta, naik dari 2023 yang sebesar US$3,86 juta. 

    Pendapatan GIAA juga tercatat naik menjadi sebesar US$3,41 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang tercatat sebesar US$2,93 miliar. 

    Alhasil, Garuda Indonesia (GIAA) justru berbalik rugi sepanjang 2024 sebesar US$72,70 juta atau sekitar Rp1,17 triliun (kurs Rp16.154). Padahal pada 2023, GIAA berhasil membukukan laba sebesar US$250,64 juta.

    Senada, AirAsia Indonesia (CMPP) juga mengalami pembengkakan beban usaha hingga 17,53% menjadi sekitar Rp8,73 triliun sepanjang 2024 dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp7,43 triliun. 

    Beban usaha terbesar disumbang oleh bahan bakar yang mencapai Rp3,44 triliun, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya yang tercatat sebesar Rp3,19 triliun. Segmen perbaikan dan pemeliharaan pesawat menempati urutan kedua sebagai penyumbang beban terbesar yaitu sekitar Rp1,65 triliun. 

    Beban usaha yang meningkat tersebut juga diikuti pertumbuhan pendapatan usaha sepanjang 2024. CMPP mencatat sekitar Rp7,94 triliun sebagai pendapatan, lebih tinggi 19,90% dibandingkan 2023 yang tercatat sebesar Rp6,62 triliun. 

    Meski diimbangi dengan kenaikan pendapatan, CMPP nyatanya membukukan pembengkakan rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk sebesar 41,25% menjadi Rp1,52 triliun dari sebelumnya sebesar Rp1,08 triliun.