Perusahaan: Bloomberg

  • Ragam Bocoran Hasil Pertemuan AS-China untuk Turunkan Tensi Perang Dagang

    Ragam Bocoran Hasil Pertemuan AS-China untuk Turunkan Tensi Perang Dagang

    Bisnis.com, JAKARTA – Negosiasi dagang antara Amerika Serikat dan China berlanjut ke hari kedua pada Selasa (10/6/2025), saat kedua kekuatan ekonomi dunia mencoba meredakan ketegangan terkait ekspor teknologi dan pengiriman mineral tanah jarang.

    Hari pertama pertemuan berlangsung lebih dari enam jam di Lancaster House, salah satu bangunan bersejarah di dekat Istana Buckingham, London, dan ditutup sekitar pukul 20.00 waktu setempat. Seorang pejabat AS mengatakan pertemuan lanjutan akan digelar pukul 10 pagi keesokan harinya.

    Presiden AS Donald Trump memberikan perkembangan positif hari pertama perundingan tersebut, namun mengakui bahwa prosesnya jauh dari mudah.

    “Kami berjalan baik dengan China. Tapi China itu tidak mudah. Saya hanya menerima laporan yang baik,” jelas Trump seperti dikutip Bloomberg, Selasa (10/6/2025).

    Delegasi Amerika Serikat dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, didampingi Menteri Perdagangan Howard Lutnick dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer. Hadirnya Lutnick, mantan CEO Cantor Fitzgerald, menegaskan betapa pentingnya isu pengendalian ekspor dalam agenda pembicaraan.

    Bessent menyebut pertemuan itu “positif”, sementara Lutnick menyebutnya “berbuah hasil.”

    Delegasi China dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri He Lifeng, yang memilih bungkam usai pertemuan. Ia didampingi oleh Menteri Perdagangan Wang Wentao dan Wakilnya, Li Chenggang, yang juga menjabat sebagai perwakilan dagang.

    Namun, ketika ditanya apakah ekspor akan benar-benar dilonggarkan, Trump menjawab diplomatis: “Kita lihat saja nanti.”

    Ia kembali menuding China telah menjarah Amerika Serikat selama bertahun-tahun,” meski menambahkan, “Kami ingin membuka akses ke China.”

    Penasihat Ekonomi Gedung Putih Kevin Hassett menyatakan kepada CNBC International bahwa setelah pertemuan di London, pihak AS berharap pembatasan ekspor akan dilonggarkan dan China mulai menggelontorkan pasokan tanah jarang secara besar-besaran.

    Meski demikian, Hassett menegaskan bahwa pelonggaran itu tidak mencakup chip semikonduktor tercanggih Nvidia yang digunakan untuk kecerdasan buatan.

    “Produk Nvidia kelas atas seperti H2O tidak masuk dalam wacana ini,” tegasnya.

    Putaran pembicaraan ini merupakan yang pertama sejak pertemuan delegasi di Jenewa sebulan lalu. Kala itu, kedua pihak sepakat menangguhkan tarif selama 90 hari untuk memberi ruang negosiasi atas ketimpangan dagang yang disebut pemerintahan Trump sebagai akibat praktik tidak adil dari China.

    Namun, kesepakatan gencatan itu belum mampu menghidupkan kembali perdagangan. Ekspor China ke AS turun tajam pada Mei—penurunan terbesar sejak awal pandemi—sementara impor dari AS merosot hampir 20%.

    Percakapan telepon pekan lalu antara Trump dan Presiden Xi tampaknya menjadi pemicu utama dimulainya kembali negosiasi.

    Ketegangan dagang terus memanas sepanjang tahun ini setelah Trump menaikkan bea masuk atas produk China dan dibalas oleh Beijing, memperbesar tekanan terhadap dunia usaha di kedua negara.

    Ekspektasi Inflasi AS Membaik

    Sementara itu, Ekspektasi konsumen Amerika Serikat terhadap tekanan inflasi menunjukkan perbaikan di semua cakrawala waktu pada Mei 2025, seiring meredanya pesimisme rumah tangga terhadap kondisi pasar tenaga kerja.

    Survei bulanan Federal Reserve Bank of New York yang dikutip Bloomberg pada Selasa (10/6/2025) mencatat bahwa ekspektasi median inflasi dalam satu, tiga, dan lima tahun ke depan semuanya mengalami penurunan.

    Proyeksi untuk tahun mendatang turun tajam menjadi 3,2% dari sebelumnya 3,6% di April. Untuk jangka tiga tahun, ekspektasi turun ke 3% dari 3,2%, sementara untuk lima tahun ke depan sedikit melemah ke 2,6%.

    Penurunan ekspektasi harga ini terjadi setelah Presiden Donald Trump menyepakati penurunan tarif impor China, langkah yang meski bersifat sementara, memberikan sinyal positif ke pasar. Peningkatan sentimen konsumen juga tercermin dalam survei lain yang mencerminkan optimisme setelah pengumuman kebijakan tersebut.

    Sejak awal tahun, konsumen mengantisipasi lonjakan harga dan perusahaan mulai melakukan penyesuaian, sebagian untuk menutupi biaya impor yang meningkat. Namun kini, ekspektasi tersebut mulai melandai.

    Laporan menyebut para pejabat The Fed secara aktif memantau persepsi inflasi konsumen untuk menilai dampak jangka panjang kebijakan tarif terhadap tekanan harga.

    Perbaikan ekspektasi terjadi merata di semua kelompok umur, tingkat pendidikan, dan pendapatan. Sementara itu, indikator pasar masih sejalan dengan target inflasi 2% yang ditetapkan The Fed.

    Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya dalam pertemuan tanggal 17–18 Juni mendatang di Washington.

  • Survei The Fed Sebut Penundaan Tarif AS-China Bikin Ekspektasi Inflasi Membaik

    Survei The Fed Sebut Penundaan Tarif AS-China Bikin Ekspektasi Inflasi Membaik

    Bisnis.com, JAKARTA – Ekspektasi konsumen Amerika Serikat terhadap tekanan inflasi menunjukkan perbaikan di semua cakrawala waktu pada Mei 2025, seiring meredanya pesimisme rumah tangga terhadap kondisi pasar tenaga kerja.

    Survei bulanan Federal Reserve Bank of New York yang dikutip Bloomberg pada Selasa (10/6/2025) mencatat bahwa ekspektasi median inflasi dalam satu, tiga, dan lima tahun ke depan semuanya mengalami penurunan.

    Proyeksi untuk tahun mendatang turun tajam menjadi 3,2% dari sebelumnya 3,6% di April. Untuk jangka tiga tahun, ekspektasi turun ke 3% dari 3,2%, sementara untuk lima tahun ke depan sedikit melemah ke 2,6%.

    Penurunan ekspektasi harga ini terjadi setelah Presiden Donald Trump menyepakati penurunan tarif impor China, langkah yang meski bersifat sementara, memberikan sinyal positif ke pasar. Peningkatan sentimen konsumen juga tercermin dalam survei lain yang mencerminkan optimisme setelah pengumuman kebijakan tersebut.

    Sejak awal tahun, konsumen mengantisipasi lonjakan harga dan perusahaan mulai melakukan penyesuaian, sebagian untuk menutupi biaya impor yang meningkat. Namun kini, ekspektasi tersebut mulai melandai.

    Laporan menyebut para pejabat The Fed secara aktif memantau persepsi inflasi konsumen untuk menilai dampak jangka panjang kebijakan tarif terhadap tekanan harga.

    Perbaikan ekspektasi terjadi merata di semua kelompok umur, tingkat pendidikan, dan pendapatan. Sementara itu, indikator pasar masih sejalan dengan target inflasi 2% yang ditetapkan The Fed.

    Bank sentral AS secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya dalam pertemuan tanggal 17–18 Juni mendatang di Washington.

    Perbaikan di Pasar Tenaga Kerja

    Kebijakan perdagangan dan imigrasi terbaru dari pemerintahan Trump juga diperkirakan akan memengaruhi dinamika pasar kerja. Beberapa pejabat The Fed memperkirakan tingkat pengangguran berpotensi naik tahun ini.

    Namun, di sisi lain, pandangan publik terhadap prospek pekerjaan menunjukkan perbaikan pada Mei. Kemungkinan kehilangan pekerjaan dalam setahun ke depan turun 0,5 poin persentase. Sementara itu, jumlah responden yang mengaku siap berhenti bekerja secara sukarela meningkat.

    Harapan akan kenaikan tingkat pengangguran dalam 12 bulan ke depan juga menurun, meski masih berada di atas rata-rata tahunan. Persepsi rumah tangga terhadap kondisi keuangan mereka membaik; jumlah yang memperkirakan kondisi keuangan mereka memburuk dalam setahun mengalami penurunan.

    Di sisi kredit, sebagian kecil responden melaporkan kesulitan akses pembiayaan. Namun, probabilitas gagal bayar pembayaran minimum dalam tiga bulan ke depan tercatat turun ke titik terendah sejak Januari.

    Optimisme terhadap pasar saham juga tumbuh, dengan rata-rata responden memperkirakan indeks saham AS akan lebih tinggi dalam setahun ke depan.

  • Pengamat Kritisi Peluang Danantara Masuk ke Merger GoTo-Grab

    Pengamat Kritisi Peluang Danantara Masuk ke Merger GoTo-Grab

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat menyoroti kabar keterlibatan BPI Danantara Indonesia dalam rencana merger antara dua raksasa teknologi, PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk. (GOTO) dan Grab Holdings Ltd. (Grab). 

    Direktur Ekonomi Digital Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, menyampaikan kekhawatirannya terhadap potensi kerusakan struktur persaingan usaha di industri transportasi daring jika Danantara Indonesia masuk sebagai pemegang saham dalam entitas merger GoTo-Grab.

    “Saya khawatir masuknya Danantara dalam perundingan GoTo-Grab akan lebih merusak persaingan di industri transportasi online,” kata Huda saat dihubungi Bisnis pada Senin (9/6/2025). 

    Huda mengatakan rencana merger GoTo-Grab saja sudah mengkhawatirkan persaingan usaha, apalagi jika Danantara masuk sebagai operator. Menurutnya, keberadaan Danantara sebagai bagian dari entitas hasil merger bisa memicu konflik kepentingan karena posisinya sebagai perpanjangan tangan negara. 

    Huda menilai bahwa hal tersebut berpotensi menciptakan distorsi regulasi dan mengikis prinsip persaingan usaha yang sehat.

    “Sebagai regulator dan sebagian minoritas ‘operator’ tentu akan mengikis persaingan usaha,” katanya.

    Huda juga menyoroti dampak psikologis terhadap pelaku usaha lain, terutama pemain baru atau lokal, yang akan merasa enggan untuk masuk atau bersaing di pasar. Dia bahkan mempertanyakan motif di balik manuver tersebut. 

    Huda menilai langkah itu bisa jadi upaya untuk menghindari jeratan hukum dari Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU).

    “Apakah ini langkah untuk keluar dari potensi jeratan KPPU? Saya rasa masalahnya bukan asing atau lokal, mereka sama-sama swasta. Jika merger mengundang sempritan dari KPPU, ya keduanya harus mematuhi aturan. Bukan menggandeng Danantara untuk mereduksi isu asing dan lokal,” kata Huda.

    Lebih lanjut, dia juga meragukan dampak positif dari kehadiran Danantara dalam merger tersebut. Huda mengingatkan bahwa keterlibatan negara dalam industri digital yang belum terbukti menimbulkan kerugian sosial atau fiskal justru bisa menjadi bumerang. Ia menyebut keterlibatan ini akan merugikan berbagai pihak, mulai dari pelaku usaha lokal, UMKM, hingga konsumen.

    Dalam jangka panjang, lanjut Huda, posisi dominan hasil merger akan menyulitkan konsumen dan driver untuk mencari alternatif layanan. Menurut dia, kontrol harga akan sepenuhnya di tangan platform. 

    Hal tersebut pun menurutnya merugikan konsumen dan driver dalam jangka menengah dan panjang. 

    “Ada potensi untuk terjadinya predatory pricing dan menimbulkan potensi terjadi monopoli,” tutupnya.

    Di sisi lain, Managing Director Investment Danantara Indonesia, Stefanus Ade Hadiwidjaja mengatakan belum ada pembicaraan resmi terkait hal tersebut.

    “Saat ini belum ada pembicaraan terkait hal tersebut,” kata Stefanus Ade saat dikonfirmasi pada Senin (9/6/2025). 

    Pada prinsipnya, lanjut dia, Danantara Indonesia selalu terbuka terhadap peluang investasi yang sejalan dengan mandat untuk memperkuat sektor strategis dan meningkatkan nilai tambah bagi perekonomian nasional. 

    Stefanus Ade menambahkan setiap keputusan investasi dilakukan secara selektif, melalui kajian yang menyeluruh, dengan menerapkan prinsip manajemen risiko yang baik. 

    “Serta mempertimbangkan potensi imbal hasil yang berkelanjutan bagi negara,” kata Stefanus.

    Sebelumnya, Reuters melaporkan bahwa Danantara sedang dalam pembicaraan awal dengan GoTo untuk membeli saham minoritas di perusahaan hasil merger dengan Grab.

    Di sisi lain, mengutip Bloomberg, pembicaraan Grab dan GoTo sudah memiliki kemajuan dalam kesepakatan struktur penggabungan. Namun, kecepatan pembicaraan melambat karena kekhawatiran akan tuntutan regulasi yang mungkin muncul. 

    Bulan lalu, Grab dikabarkan menargetkan kesepakatan bisa tercapai pada kuartal kedua dan dapat menilai GoTo sekitar US$7 miliar.

    Sebelumnya, Grab tengah berupaya mencapai kesepakatan untuk mengambil alih GOTO pada kuartal II/2025. Hal ini dikatakan oleh dua sumber yang mengetahui hal tersebut. 

    Sementara itu, beberapa laporan lain bahkan menyatakan Grab tengah berupaya mengumpulkan dana tunai sebesar US$2 miliar untuk mendanai akuisisi GoTo.  

    Kendati begitu, pihak GOTO untuk kesekian kalinya telah membantah isu penggabungan dua entitas tersebut. Manajemen GOTO menyampaikan belum ada kesepakatan atau keputusan apa pun yang diterima perseroan.  

    Corporate Secretary GOTO RA Koesoemohadiani mengatakan pihaknya mengetahui adanya spekulasi di beberapa media dan rumor yang bergulir kembali mengenai adanya rencana transaksi antara GOTO dengan Grab.  “Perseroan hendak memberikan klarifikasi bahwa dari waktu ke waktu Grup menerima penawaran-penawaran dari berbagai pihak,” kata dia, Kamis (8/5/2025).

  • Ubah Nama hingga Fitur AI

    Ubah Nama hingga Fitur AI

    Bisnis.com, JAKARTA— Apple dikabarkan akan memperkenalkan sistem operasi terbarunya, iOS 19 dalam gelaran Apple Worldwide Developers Conference (WWDC) 2025 pada hari Senin, (9/6/2025). 

    Beberapa rumor menarik pun beredar, mulai dari perubahan nama sistem operasi, tampilan baru yang terinspirasi dari Vision Pro, hingga fitur-fitur canggih berbasis kecerdasan buatan (AI).

    Menurut laporan dari Bloomberg, Apple dikabarkan akan mengubah cara penamaan sistem operasinya. Jika sebelumnya memakai nomor versi (seperti iOS 19), kini sistem operasi akan dinamai berdasarkan tahun rilis, misalnya menjadi iOS 26 untuk tahun 2026. 

    Perubahan ini juga akan berlaku untuk sistem lain seperti iPadOS 26, macOS 26, watchOS 26, tvOS 26, dan visionOS 26 — mirip seperti penamaan model mobil.

    Lebih jauh, iOS 19 disebut-sebut akan menjadi pembaruan desain paling besar sejak iOS 7. Desain baru ini dinamakan Liquid Glass, yang mengadopsi tampilan dari perangkat Vision Pro milik Apple. 

    Elemen visual seperti panel transparan dan ikon aplikasi berbentuk lingkaran kemungkinan besar akan hadir. Desain baru ini akan diterapkan secara menyeluruh di seluruh ekosistem Apple, termasuk CarPlay, untuk menciptakan pengalaman visual yang lebih seragam.

    Beberapa aplikasi juga akan mendapat pembaruan besar, seperti Phone App yang menghadirkan tampilan baru yang menggabungkan kontak favorit, riwayat panggilan, dan pesan suara dalam satu halaman. Serta camera app dan safari yang kabarnya akan mendapat pembaruan tampilan seperti bilah alamat transparan di Safari.

    Apple juga dikabarkan sedang menyiapkan aplikasi khusus untuk game, yang akan menggabungkan Apple Arcade dan konten game dari App Store. 

    Aplikasi ini akan menjadi pusat bagi pengguna untuk melihat pencapaian, papan peringkat, dan rekomendasi game. Rumor ini muncul setelah Apple dikabarkan mengakuisisi studio game pertamanya, RAC7.

    Apple kemungkinan menghadirkan fitur AI baru berupa asisten kesehatan pribadi. Chatbot ini akan memberikan saran gaya hidup dan tips kesehatan berdasarkan data yang dikumpulkan dari aplikasi Health. Aplikasi Health juga disebut akan mendapat fitur pencatatan makanan, seperti konsumsi karbohidrat dan kafein.

    iOS 19 juga mungkin akan membawa fitur manajemen baterai berbasis AI, yang dapat menganalisis pola penggunaan perangkat dan menyesuaikan performa untuk menghemat daya. Ada juga bocoran soal ikon baru di layar kunci yang menunjukkan estimasi waktu penuh saat mengisi daya.

    Fitur reverse wireless charging juga tengah diuji coba di iPhone 17 Pro, yang memungkinkan pengguna mengisi daya AirPods atau Apple Watch langsung dari iPhone mereka.

    Aplikasi Messages akan mendapat dukungan Apple Intelligence untuk menerjemahkan pesan secara otomatis saat pesan masuk. Selain itu, akan ada fitur polling di grup chat yang disarankan oleh AI, dan pengguna juga bisa menambahkan gambar latar belakang di pesan, mirip seperti di WhatsApp atau Instagram.

    Apple kemungkinan juga akan menghadirkan aplikasi Preview (yang sebelumnya hanya ada di macOS) ke perangkat iPhone dan iPad. Aplikasi ini memungkinkan pengguna mengedit dan memberi catatan pada file PDF, dan tersedia secara bawaan.

    Fitur Genmoji juga mendapat penyempurnaan kecil, di mana pengguna akan bisa menggabungkan emoji yang sudah ada menjadi kombinasi baru, contohnya bola basket yang masuk ke tempat sampah.

    Meski Apple sempat memamerkan kemampuan baru Siri yang lebih pintar dan kontekstual pada 2024, fitur-fitur canggih tersebut tampaknya masih ditunda perilisannya. 

    Jadi, kemungkinan fokus utama pembaruan kali ini adalah desain dan fitur berbasis AI lainnya.

  • Daya Beli Tak Kunjung Pulih, China Deflasi Empat Bulan Beruntun

    Daya Beli Tak Kunjung Pulih, China Deflasi Empat Bulan Beruntun

    Bisnis.com, JAKARTA – Tekanan deflasi di China berlanjut untuk bulan keempat berturut-turut, mencerminkan rapuhnya konsumsi domestik di tengah eskalasi perang harga yang kian agresif. Peningkatan belanja selama dua kali masa libur nasional Mei pun tak cukup untuk mengimbangi lemahnya permintaan.

    Data Biro Statistik Nasional China yang dikutip Bloomberg, Senin (9/6/2025), mencatat indeks harga konsumen (CPI) turun 0,1% secara tahunan (year on year/YoY) pada Mei, sejalan dengan penurunan di bulan sebelumnya dan sedikit lebih baik dari proyeksi penurunan 0,2% oleh konsensus ekonom Bloomberg.

    Deflasi harga produsen pun memperpanjang rekor negatifnya hingga bulan ke-32. Indeks harga produsen (PPI) terkontraksi 3,3% dibandingkan tahun sebelumnya — penurunan terdalam sejak hampir dua tahun terakhir.

    Kepala ahli statistik NBS Dong Lijuan menjelaskan bahwa penurunan tajam PPI dipengaruhi oleh basis harga tinggi pada tahun lalu serta turunnya harga minyak dan bahan kimia global. Di dalam negeri, kelebihan stok batu bara dan bahan baku turut memperdalam tekanan harga.

    Situasi ini semakin pelik karena kombinasi depresiasi harga properti dan kompetisi harga antarpelaku usaha yang makin tajam telah menggerus kepercayaan konsumen dan dunia usaha.

    Salah satu contoh terbaru, produsen mobil BYD Co. memangkas harga hingga 34% untuk hampir selusin model kendaraan listrik dan hibrida plug-in — menghidupkan kekhawatiran akan gelombang diskon baru yang dapat merusak margin produsen otomotif.

    Meski momentum belanja sempat membaik selama liburan awal dan akhir Mei, utamanya pada sektor jasa dan pariwisata, hal itu hanya memberi jeda sementara terhadap tekanan struktural yang lebih dalam.

    Risiko eksternal pun ikut membayangi, terutama dari ketegangan dagang dengan Amerika Serikat. Walau komunikasi antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping pekan lalu membuka ruang dialog, ketidakpastian tetap tinggi. Delegasi dagang kedua negara dijadwalkan bertemu di London pada Senin waktu setempat.

    Namun, dampak jangka pendek dari tarif AS terhadap lapangan kerja dan pendapatan berpotensi menghambat pemulihan daya beli masyarakat, memaksa pelaku usaha untuk terus menurunkan harga.

    Ekonom Morgan Stanley yang dipimpin Robin Xing memperingatkan bahwa tren deflasi justru akan memburuk dan memperkirakan pertumbuhan ekonomi China bakal melambat tajam pada paruh kedua 2025, seiring melambatnya ekspor dan belanja konsumen.

    Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan inflasi konsumen China hanya akan rata-rata nol persen tahun ini — level terendah dari hampir 200 negara yang mereka pantau, sekaligus menjadi angka inflasi terlemah China sejak krisis keuangan global 2009.

    Survei manajer pembelian juga menunjukkan pelemahan harga output, baik di sektor manufaktur maupun jasa. Pada Mei, tingkat diskon di sektor jasa tercatat yang paling dalam dalam delapan bulan terakhir, menurut laporan Caixin dan S&P Global.

    Survei Bloomberg terbaru terhadap 67 ekonom mengindikasikan tekanan deflasi akan semakin dalam. Inflasi konsumen diproyeksikan hanya tumbuh 0,3% pada 2025 — prediksi terendah sejak survei dilakukan pada 2023. Sementara itu, PPI diperkirakan anjlok 2%, memburuk dari estimasi sebelumnya sebesar 1,8%.

  • Ikuti Apple, Xiaomi Lewati HyperOS 3 dan Langsung ke HyperOS 26? – Page 3

    Ikuti Apple, Xiaomi Lewati HyperOS 3 dan Langsung ke HyperOS 26? – Page 3

    Sementara itu, Apple berencana untuk mengganti penamaan seluruh sistem operasinya. Mengutip The Verge, Jumat (30/5/2025), alih-alih hanya meningkatkan angka di belakang sistem operasi, Apple akan menandai sistem operasinya berdasarkan tahun.

    Meskipun demikian, nomor-nomor tersebut akan sejalan dengan tahun di mana update OS diluncurkan.

    Kalau hal itu benar, update iOS selanjutnya bukan lagi iOS 19 melainkan iOS 26. Sementara menurut Bloomberg, perubahan nama sistem operasi lainnya termasuk di antaranya iPadOS 26, MacOS 26, WatchOS 26, tvOS 26, dan VisionOS 26.

    Apple berencana untuk mengumumkannya secara resmi di konferensi pengembang tahunannya, Worldwide Developers Conference alias WWDC yang akan digelar mulai 9 Juni 2025.

     

  • Bank Sentral Eropa Lihat Peluang Penguatan Peran Euro di Pasar Global

    Bank Sentral Eropa Lihat Peluang Penguatan Peran Euro di Pasar Global

    Bisnis.com, JAKARTA – Anggota Dewan Eksekutif Bank Sentral Eropa (European Central Bank/ECB) Isabel Schnabel melihat momen strategis untuk memperkuat peran global euro saat investor beralih ke Eropa.

    Melansir Bloomberg pada Senin (9/6/2025), dalam Konferensi Ekonomi Dubrovnik ke-31, Schnabel menekankan bahwa meningkatnya minat investor terhadap aset Eropa mencerminkan “efek kepercayaan positif” yang bisa menjadi titik tolak penguatan euro sebagai mata uang global.

    Dalam paparannya, Schnabel mengungkapkan bahwa pelaku pasar kini lebih condong melakukan diversifikasi ke kawasan Eropa—sebuah sinyal positif yang tak boleh disia-siakan. Ekspektasi akan peningkatan belanja publik, terutama untuk sektor pertahanan dan infrastruktur, menjadi katalis utama pergeseran ini.

    “Dalam konteks Jerman yang memiliki ruang fiskal cukup besar, investor justru mengapresiasi keputusan untuk menghentikan kebijakan penghematan,” ujarnya.

    Schnabel menegaskan, masuknya arus modal ke Eropa berdampak langsung pada pelonggaran kondisi keuangan dan pengurangan fragmentasi kawasan—dua hal yang krusial untuk integrasi ekonomi yang lebih solid.

    Ia juga menggarisbawahi urgensi membentuk pasar obligasi Eropa yang dalam dan likuid untuk memperkuat posisi euro. Bahkan, opsi penerbitan utang bersama untuk mendanai kepentingan publik Eropa kembali dilontarkan sebagai solusi jangka panjang.

    Nada serupa disampaikan Gubernur Bank Sentral Spanyol Jose Luis Escriva yang menyebut dominasi dolar AS sebagai mata uang cadangan global kini memasuki titik jenuh. Dengan kekuatan ekonomi dan volume perdagangan yang bahkan melampaui AS, Eropa dinilai punya peluang riil untuk menjadikan euro sebagai mata uang acuan global.

    “Dengan menjaga stabilitas makro dan institusional, euro memiliki semua syarat untuk menyaingi dolar AS,” kata Escriva.

    Presiden Bundesbank Jerman, Joachim Nagel, turut mendorong penguatan euro, meski menekankan pentingnya menjaga kestabilan dolar. “Kami ingin menjadikan Eropa lebih menarik bagi investor asing, tetapi juga berkepentingan agar dolar tetap stabil,” ujarnya.

    Pernyataan para pejabat ECB ini menegaskan strategi kawasan untuk memanfaatkan ketidakpastian global, termasuk manuver proteksionis Presiden Donald Trump, sebagai peluang untuk memperluas pengaruh euro.

    Dolar AS memang mengalami tekanan sepanjang 2025, merosot terhadap seluruh mata uang utama dalam indeks Bloomberg. Presiden ECB Christine Lagarde menyebut dinamika ini sebagai peluang besar bagi euro untuk merebut sebagian hak istimewa yang selama ini hanya dinikmati dolar.

    “Politisi Eropa harus melihat ini sebagai momen euro global yang tidak boleh disia-siakan,” tegas Lagarde.

  • Negosiasi Dagang AS-China Berlanjut di London Pekan Ini

    Negosiasi Dagang AS-China Berlanjut di London Pekan Ini

    Bisnis.com, JAKARTA – Negosiator dagang utama dari Amerika Serikat dan China dijadwalkan memulai babak baru perundingan di London pada Senin (9/6/2025), memunculkan harapan akan meredanya ketegangan antara dua raksasa ekonomi dunia.

    Melansir Bloomberg, delegasi AS dipimpin oleh Menteri Keuangan Scott Bessent, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, dan Perwakilan Dagang Jamieson Greer. Mereka akan bertemu dengan delegasi China yang dikomandoi Wakil Perdana Menteri He Lifeng.

    Sebelumnya, kedua pihak saling tuding melanggar kesepakatan yang dicapai pada pertemuan Mei di Jenewa—upaya awal meredam eskalasi perang dagang. Sejak kembalinya Presiden Donald Trump ke Gedung Putih, hubungan bilateral kembali memburuk, memperburuk ketidakpastian yang dihadapi pelaku bisnis dan investor global.

    Sabtu lalu, China mengumumkan telah menyetujui sebagian aplikasi ekspor tanah jarang, meski tidak mengungkap tujuan ekspor atau sektor yang terlibat. Langkah ini menyusul klaim Trump bahwa Presiden Xi Jinping telah menyetujui dilanjutkannya aliran mineral penting tersebut.

    “Kami ingin tanah jarang, magnet yang penting untuk ponsel dan segala sesuatu lainnya mengalir seperti yang terjadi sebelum awal April dan kami tidak ingin ada detail teknis yang memperlambatnya dan itu jelas bagi mereka,” ujar kepala Dewan Ekonomi Nasional Kevin Hassett dikutip dari Bloomberg.

    Ketegangan kedua negara memuncak tahun ini setelah perang tarif saling balas mendorong bea masuk menembus 100%. Meskipun kesepakatan di Jenewa dimaksudkan sebagai titik balik, perundingan pasca-pertemuan justru kembali buntu akibat saling tuding.

    Washington mengeluhkan penurunan pasokan magnet tanah jarang yang krusial untuk kendaraan listrik dan pertahanan nasional, sementara Beijing gusar atas pembatasan chip AI milik Huawei, larangan akses terhadap teknologi mutakhir, serta pengawasan ketat terhadap mahasiswa China di AS.

    Tarif AS terhadap barang China dijadwalkan berakhir Agustus, kecuali diperpanjang. Jika pembicaraan gagal, Trump berencana mengembalikan tarif ke tingkat semula yang diumumkan April lalu—lebih tinggi dari tarif dasar 10% saat ini.

    Meski Trump menyampaikan optimisme di media sosial, menyebut pembicaraan akan berlangsung “sangat baik”, sentimen pasar masih ditandai kehati-hatian. Sejak menjabat kembali, Trump baru menandatangani satu kesepakatan dagang besar, yakni dengan Inggris.

    Pertemuan di Jenewa menjadi cermin rumitnya penyusunan kesepakatan dagang antara dua kekuatan besar tersebut.

    Kepala Program Ekonomi Internasional di Atlantic Council Josh Lipsky mengatakan terlalu banyak celah interpretasi yang dibiarkan terbuka, dan keduanya kini menanggung akibatnya.

    “Terjadi kebingungan, bahkan kesalahan tafsir yang disengaja dari kedua pihak, tergantung dari mana Anda melihatnya,” ungkap Lipsky.

    Usai pembicaraan telepon antara kedua pemimpin, China menyatakan bahwa Trump telah menyambut mahasiswa China untuk belajar di AS. Trump pun menegaskan bahwa merupakan suatu kehormatan untuk menerima mereka.

    Xi tampaknya kini bertaruh pada upaya rekonsiliasi yang diharapkan akan membuahkan hasil konkret dalam waktu dekat—seperti pemangkasan tarif, pelonggaran kontrol ekspor, dan suasana diplomatik yang lebih bersahabat.

    “AS dan China hanya ingin kembali ke tempat mereka berada di Swiss dengan beberapa perjanjian lagi di atas kertas untuk benar-benar memahami apa yang akan dilisensikan, apa yang diizinkan, apa yang tidak,” kata Lipsky.

  • Milan Kovac, Kepala Program Robot Humanoid Optimus Mengundurkan Diri, Simak Alasannya!

    Milan Kovac, Kepala Program Robot Humanoid Optimus Mengundurkan Diri, Simak Alasannya!

    JAKARTA — Milan Kovac, kepala program robot humanoid Tesla, Optimus, resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari perusahaan. Pernyataan tersebut disampaikan Kovac melalui unggahan di platform media sosial X pada Jumat waktu setempat, 6 Juni.

    Kovac menjabat sebagai direktur Optimus dan Autopilot Engineering sejak tahun 2022, dan pada September tahun 2024 ia dipromosikan menjadi wakil presiden. Dalam unggahannya, Kovac menjelaskan bahwa keputusannya untuk mundur murni disebabkan oleh alasan pribadi, yakni keinginannya untuk lebih dekat dengan keluarga yang tinggal di luar negeri.

    Over the past 9+ years, I’ve had the immense privilege to work with some of the most brilliant minds in AI & engineering. I’ve built friendships that will last a lifetime.

    This week, I’ve had to make the most difficult decision of my life and will be moving out of my position.… pic.twitter.com/ENwYRDQkMO

    — Milan Kovac (@_milankovac_) June 6, 2025

    “Saya sudah terlalu lama jauh dari rumah, dan perlu meluangkan lebih banyak waktu bersama keluarga di luar negeri. Saya ingin menegaskan bahwa ini satu-satunya alasan saya mundur,” tulis Kovac.

    Menurut laporan dari Bloomberg News, Kovac akan segera meninggalkan posisinya. Tugasnya akan diambil alih oleh Ashok Elluswamy, pemimpin tim autopilot Tesla saat ini. Hingga berita ini diturunkan, pihak Tesla maupun Elluswamy belum memberikan komentar resmi atas kabar tersebut.

    Kabar ini datang di tengah fokus besar Tesla terhadap pengembangan robot humanoid Optimus dan layanan robotaksi, dua proyek ambisius yang menurut CEO Tesla, Elon Musk, sangat menentukan masa depan perusahaan. Musk bahkan menyatakan bahwa “satu-satunya hal yang penting dalam jangka panjang adalah otonomi dan Optimus.”

    Tesla sebelumnya menyatakan bahwa mereka menargetkan memproduksi ribuan unit Optimus tahun ini. Namun, proyek tersebut sempat terkendala oleh pembatasan ekspor magnet tanah jarang dari China, yang berdampak langsung pada produksi robot tersebut.

    Mundurnya Kovac menandai pergeseran penting dalam struktur kepemimpinan tim teknologi canggih Tesla, dan menarik perhatian banyak pihak terkait arah pengembangan robot humanoid perusahaan ke depan.

  • Milan Kovac, Kepala Program Robot Humanoid Optimus Mengundurkan Diri, Simak Alasannya!

    Milan Kovac, Kepala Program Robot Humanoid Optimus Mengundurkan Diri, Simak Alasannya!

    JAKARTA — Milan Kovac, kepala program robot humanoid Tesla, Optimus, resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari perusahaan. Pernyataan tersebut disampaikan Kovac melalui unggahan di platform media sosial X pada Jumat waktu setempat, 6 Juni.

    Kovac menjabat sebagai direktur Optimus dan Autopilot Engineering sejak tahun 2022, dan pada September tahun 2024 ia dipromosikan menjadi wakil presiden. Dalam unggahannya, Kovac menjelaskan bahwa keputusannya untuk mundur murni disebabkan oleh alasan pribadi, yakni keinginannya untuk lebih dekat dengan keluarga yang tinggal di luar negeri.

    Over the past 9+ years, I’ve had the immense privilege to work with some of the most brilliant minds in AI & engineering. I’ve built friendships that will last a lifetime.

    This week, I’ve had to make the most difficult decision of my life and will be moving out of my position.… pic.twitter.com/ENwYRDQkMO

    — Milan Kovac (@_milankovac_) June 6, 2025

    “Saya sudah terlalu lama jauh dari rumah, dan perlu meluangkan lebih banyak waktu bersama keluarga di luar negeri. Saya ingin menegaskan bahwa ini satu-satunya alasan saya mundur,” tulis Kovac.

    Menurut laporan dari Bloomberg News, Kovac akan segera meninggalkan posisinya. Tugasnya akan diambil alih oleh Ashok Elluswamy, pemimpin tim autopilot Tesla saat ini. Hingga berita ini diturunkan, pihak Tesla maupun Elluswamy belum memberikan komentar resmi atas kabar tersebut.

    Kabar ini datang di tengah fokus besar Tesla terhadap pengembangan robot humanoid Optimus dan layanan robotaksi, dua proyek ambisius yang menurut CEO Tesla, Elon Musk, sangat menentukan masa depan perusahaan. Musk bahkan menyatakan bahwa “satu-satunya hal yang penting dalam jangka panjang adalah otonomi dan Optimus.”

    Tesla sebelumnya menyatakan bahwa mereka menargetkan memproduksi ribuan unit Optimus tahun ini. Namun, proyek tersebut sempat terkendala oleh pembatasan ekspor magnet tanah jarang dari China, yang berdampak langsung pada produksi robot tersebut.

    Mundurnya Kovac menandai pergeseran penting dalam struktur kepemimpinan tim teknologi canggih Tesla, dan menarik perhatian banyak pihak terkait arah pengembangan robot humanoid perusahaan ke depan.