Perusahaan: Bloomberg

  • Simpan ‘Harta Karun’ Baru, Negara Ini Mendadak Ramai Diserbu

    Simpan ‘Harta Karun’ Baru, Negara Ini Mendadak Ramai Diserbu

    Jakarta, CNBC Indonesia – Negara seperti Denmark, Finlandia, hingga Islandia tengah jadi buruan untuk menyimpan ‘harta karun’ baru, yakni industri pusat data (data center). Kawasan Nordik mendapatkan lonjakan investasi data center karena memiliki keunggulan dibandingkan wilayah lain.

    Laman Ainvest menuliskan beberapa faktor kunci yang mendorong pertumbuhan industri data center di Nordik. Misalnya harga listrik yang rendah di Eropa, terdapat diskon sekitar 60% ke pusat lain bahkan mencapai 80% untuk beberapa daerah.

    Kawasan Eropa Utara juga memiliki lahan luas untuk dibangun proyek pusat data berskala besar. Cocok untuk raksasa teknologi dengan hyperscaler seperti Alphabet, Microsoft hingga Meta.

    Terakhir cuaca dingin. Kawasan di belahan Bumi bagian utara menawarkan suhu lebih dingin, jadi akan mengurangi kebutuhan akan sistem pendingin eksentif.

    Pertumbuhan permintaan ini bakal berdampak pada perusahaan listrik setempat seperti Vattenfall AB, Statkraf AS, Fortum Oyj dan Orsted A/S.

    Nampaknya permintaan ini tak akan surut hingga beberapa tahun kemudian. Laporan Bloomberg Intelligence mencatat permintaannya akan meningkat empat kali lipat pada 2031 mendatang.

    Ainvest juga melaporkan permintaan daya data center bakal melonjak hingga 14%-19% per tahunnya selama tujuh tahun ke depan. Angka tersebut bakal lebih cepat daripada yang didapatkan rata-rata negara lain di seluruh Uni Eropa.

    Fenomena tersebut juga bakal menggeser harga, yang kemungkinan akan mendekati rata-rata Eropa. Dengan begitu akan meningkatkan pendapatan para produsen.

    Namun tetap bakal jadi daya tarik, khususnya bagi perusahaan teknologi yang berfokus pada keberlanjutan.

    Meski begitu, berita baik ini juga datang dengan berbagai tantangan. Misalnya soal prosedur perizinan yang lambat dan hambatan koneksi jaringan.

    Pemerintah setempat nampaknya berupaya memperbaiki masalah, dengan mencoba menyederhanakan proses tersebut.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Prabowo Tiba-Tiba Bertemu Miliarder Michael Bloomberg, Ada Apa?

    Prabowo Tiba-Tiba Bertemu Miliarder Michael Bloomberg, Ada Apa?

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden RI Prabowo Subianto bertemu dengan taipan media ekonomi AS, Michael Bloomberg, Senin (22/9/2025). Pertemuan ini diunggah langsung di akun Instagram resmi Michael Bloomberg.

    Dalam caption unggahannya, Bloomberg mengatakan bahwa mereka berdiskusi terkait beberapa hal tentang perekonomian Indonesia. Di hadapannya, Prabowo menyebut akan terus mengembangkan sumber daya yang dimiliki Indonesia untuk kemakmurannya.

    “Presiden Indonesia @prabowo berkomitmen untuk memperluas peluang ekonomi bagi rakyatnya, termasuk melalui investasi energi bersih dan perlindungan sumber daya laut yang mendukung begitu banyak mata pencaharian,” tulisnya.

    Kunjungan ini sendiri dilakukanPrabowo di sela-sela lawatannya ke New York untuk menghadiri Sidang Majelis Umum PBB.  Dalam pidatonya, Presiden Prabowo menegaskan komitmen Indonesia untuk berperan aktif dalam menciptakan perdamaian global, khususnya dalam isu-isu krusial yang tengah dihadapi dunia.

    Fokus utama pidato Prabowo adalah tragedi kemanusiaan yang tak henti di Gaza. Dengan nada tegas, ia mengutuk semua tindakan kekerasan yang menimpa warga sipil tak berdosa. Prabowo menyampaikan keprihatinan mendalam atas ribuan nyawa yang telah melayang, termasuk perempuan dan anak-anak, serta ancaman kelaparan yang membayangi. 

    Dalam forum tersebut, Prabowo kembali menegaskan dukungan penuh Indonesia terhadap solusi dua negara sebagai jalan damai satu-satunya untuk mengakhiri konflik antara Palestina dan Israel. Ia menyatakan bahwa solusi ini tidak hanya penting bagi masa depan Palestina, tetapi juga untuk kredibilitas PBB itu sendiri. Indonesia percaya bahwa perdamaian yang berkelanjutan hanya bisa dicapai melalui pengakuan timbal balik.

    (tps/șef)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Apple Naikkan Target iPhone 18 ke 95 Juta Unit, iPhone Fold Jadi Magnet Utama – Page 3

    Apple Naikkan Target iPhone 18 ke 95 Juta Unit, iPhone Fold Jadi Magnet Utama – Page 3

    Apple tampaknya sedang menyiapkan inovasi baru yang digadang-gadang menjadi sejarah bagi lini iPhone, dengan HP lipat pertamanya dikabarkan meluncur pada 2026.

    Kabar ini diungkap oleh jurnalis Bloomberg, Mark Gurman, melalui laporan Power On terbarunya. Ia menyebut, iPhone Fold akan mengusung layar lipat berukuran 8 inci.

    Seperti HP Android layar lipat, iPhone Fold memberikan pengalaman seperti membuka buku ketika konsumen ingin menggunakan ponsel baru tersebut.

    Mengutip Bloomberg, Selasa (26/8/2025), HP iPhone Fold bakal tampil dengan lima kamera. Rinciannya, satu kamera di layar depan, satu di sisi dalam, dan dua di belakang.

    iPhone lipat pertama Apple ini semakin menarik dengan desain bodi tipis, di mana analis Ming-Chi Kuo memperkirakan ketebalan perangkat hanya 9,5mm saat tertutup dan 5mm ketika terbuka.

    Apple juga dikabarkan tidak akan menggunakan Face ID, dan memilih untuk mengembalikan fitur Touch ID terpasang di tombol power.

  • Prabowo gandeng bos Bloomberg perluas investasi energi bersih dan laut

    Prabowo gandeng bos Bloomberg perluas investasi energi bersih dan laut

    Jakarta (ANTARA) – Presiden RI Prabowo Subianto menjalin kemitraan dengan perusahaan media, data, dan layanan keuangan global, Bloomberg, dalam memperluas peluang ekonomi rakyat melalui investasi energi bersih dan perlindungan sumber daya laut.

    Hal itu tersebut disampaikan CEO Bloomberg Michael Rubens Bloomberg, melalui akun media sosialnya, Selasa, seusai berdiskusi langsung dengan Presiden Prabowo di New York, mengenai langkah kerja sama ke depan.

    “Presiden Indonesia @prabowo berkomitmen untuk memperluas peluang ekonomi bagi rakyatnya, termasuk melalui investasi energi bersih,” petikan pernyataan Michael Rubens Bloomberg dilansir di Jakarta.

    Perusahaan yang berbasis di New York, Amerika Serikat, itu juga menyatakan dukungannya terhadap komitmen Presiden Prabowo Subianto dalam investasi energi bersih dan perlindungan sumber daya laut.

    Dalam unggahan tersebut, Bloomberg mengungkapkan kegembiraannya dapat bertukar obrolan secara langsung dengan Kepala Negara, di sela Konferensi Internasional di PBB yang kini bergulir.

    “Saya senang dapat berbincang dengannya hari ini tentang bagaimana Bloomberg dan @bloombergdotorg dapat terus menjadi mitra dalam pekerjaan ke depannya,” tulisnya.

    Bloomberg Technoz, pada Jumat (19/9), menyoroti seputar upaya Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) dalan membangun 65 Kampung Nelayan Merah Putih (KNMP) pada 2025 dengan anggaran tahap I sebesar Rp1,34 triliun.

    KKP juga mengajukan tambahan dana ke Kementerian Keuangan untuk menuntaskan target 100 kampung. KNMP dilengkapi berbagai fasilitas produksi, pelatihan, UMKM, pasar ikan, dermaga, pabrik es, hingga stasiun BBM khusus nelayan.

    Dalam pemberitaan lainnya, Bloomberg juga mengangkat topik seputar peluang energi baru terbarukan berkapasitas di 15 provinsi Indonesia berkapasitas 379,7 MW di 15 provinsi, terpusat di PLTP Ijen, Bondowoso, Jawa Timur.

    Proyek yang diresmikan Presiden Prabowo Subianto pada 26 Juni 2025 itu terdiri atas delapan unit Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) dan 47 Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), sebagai langkah percepatan transisi energi dan kemandirian energi nasional.

    Pewarta: Andi Firdaus
    Editor: Didik Kusbiantoro
    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Prabowo Temui Bos Bloomberg, Bahas Investasi Energi Bersih

    Prabowo Temui Bos Bloomberg, Bahas Investasi Energi Bersih

    Jakarta

    Presiden Prabowo Subianto dan Chief Executive Officer Badan Pengelola Investasi (CEO) Daya Anagata Nusantara (Danantara) Rosan Roeslani, menemui miliarder sekaligus pendiri Bloomberg LP, Michael Bloomberg hari ini, Selasa (23/9/2025). Pertemuan ini dilakukan di sela-sela lawatan Prabowo di New York, Amerika Serikat.

    Dikutip dari unggahan resmi Instagram Rosan Roeslani, @rosanroeslani, menyebut pertemuan ini membahas tentang peluang investasi Bloomberg LP di Indonesia. Rosan menyebut, ruang kolaborasi ini terbuka untuk memperkuat ekosistem investasi.

    “Kami mendampingi Bapak Presiden Prabowo bertemu dengan pendiri Bloomberg LP, Mr. Mike Bloomberg hari ini membahas peluang kolaborasi strategis untuk memperkuat ekosistem investasi tanah air, seperti energi bersih dan perlindungan sumber daya laut,” tulis Rosan dalam unggahannya, Selasa (23/9/2025).

    Rosan menyebut, Prabowo juga mengajak Bloomberg untuk berkunjung ke Indonesia. Kunjungan ini juga dilakukan untuk memperkuat hubungan kemitraan Bloomberg dan Indonesia.

    “Bapak Presiden juga mengundang Mr. Bloomberg berkunjungan ke Indonesia,” jelasnya.

    Untuk diketahui, hari ini Prabowo tengah melakukan lawatannya ke AS untuk menghadiri forum Konferensi Tingkat Tinggi Perserikatan Bangsa-Bangsa (KTT PBB) tentang Solusi Dua Negara untuk Palestina dan Israel, Senin (22/9) kemarin. Acara tersebut digelar untuk mendorong penyelesaian atas masalah Palestina dan Israel.

    Tonton juga video “Orang Terkaya di Dunia versi Bloomberg: Bos LVMH, Bernard Arnault” di sini:

    (rrd/rrd)

  • Jokowi Diangkat jadi Penasihat Bloomberg New Economy – Page 3

    Jokowi Diangkat jadi Penasihat Bloomberg New Economy – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Presiden Indonesia ketujuh Joko Widodo (Jokowi) masuk dalam daftar penasihat Bloomberg New Economy. Jokowi masuk bersama 21 anggota dewan penasihat lainnya.

    Bloomberg New Economy merupakan sebuah inisiatif global yang lahir pada 2018, hadir untuk menjembatani dialog di tengah perubahan peta ekonomi dunia. Forum ini dibangun atas kesadaran bahwa kekuatan ekonomi global tak lagi terpusat di Barat, melainkan bergeser ke Timur dan dari Utara ke Selatan.

    Pergeseran tersebut dipicu faktor demografi, globalisasi, dan digitalisasi. Negara-negara berkembang kini memegang peran penting dalam pertumbuhan, dengan kesenjangan pembangunan yang kian menyempit berkat akses pendidikan, teknologi, perdagangan, dan investasi.

    Bloomberg New Economy merespons dinamika tersebut dengan menggelar forum lintas negara yang mempertemukan pemerintah, perusahaan, investor, inovator, hingga aktivis. Sejak berdiri, komunitas ini telah berkembang menjadi lebih dari 1.500 tokoh dunia.

    Acara Bloomberg New Economy telah digelar di berbagai kota global seperti Singapura, Beijing, Marrakesh, hingga Sao Paulo.

    “Misi kami adalah menghadapi tantangan terbesar bagi kemakmuran global dan mendorong dialog menuju solusi,” demikian tertulis dalam pernyataan resmi Bloomberg New Economy.

     

  • Apakah Pengakuan dari Banyak Negara Berpengaruh Bagi Palestina?

    Apakah Pengakuan dari Banyak Negara Berpengaruh Bagi Palestina?

    Jakarta

    Prancis menjadi negara terkini yang secara resmi mengakui negara Palestina.

    Presiden Prancis, Emmanuel Macron, mengatakan, “Waktunya untuk perdamaian telah tiba” dan “tidak ada yang membenarkan perang yang sedang berlangsung di Gaza”.

    Prancis dan Arab Saudi menjadi tuan rumah pertemuan puncak satu hari di Majelis Umum PBB yang berfokus pada rencana solusi dua negara untuk konflik tersebut. Negara-negara G7, Jerman, Italia, dan AS, tidak hadir.

    Macron mengonfirmasi bahwa Belgia, Luksemburg, Malta, Andorra, dan San Marino juga akan mengakui negara Palestina, setelah UK, Kanada, Australia, dan Portugal mengumumkan pengakuan tersebut pada Minggu (21/09).

    Macron mengatakan kepada konferensi tersebut bahwa waktunya telah tiba untuk menghentikan perang dan membebaskan sisa sandera Israel yang ditawan oleh Hamas.

    Ia memperingatkan tentang “bahaya perang tanpa akhir” seraya menegaskan “kebenaran harus selalu menang atas kekuatan”.

    Menurutnya, komunitas internasional telah gagal membangun perdamaian yang adil dan abadi di Timur Tengah sehingga “kita harus melakukan segala daya upaya untuk menjaga kemungkinan solusi dua negara” yang akan mempertemukan “Israel dan Palestina dalam damai dan aman”.

    Ia mengatakan Prancis hanya akan membuka kedutaan untuk negara Palestina ketika semua sandera yang ditahan Hamas dibebaskan dan gencatan senjata telah disepakati.

    Menjelang pengumuman Macron, bendera Palestina dan Israel dipajang di Menara Eiffel pada Minggu (21/09) malam.

    Sejumlah balai kota di Prancis juga mengibarkan bendera Palestina pada Senin (22/09), meski pemerintah Prancis mengimbau kepada para wali kota untuk menjaga netralitas.

    AFP via Getty ImagesBendera Palestina dipajang di bagian depan Balai Kota Paris, Prancis, Senin (22/09).

    Pengakuan negara Palestina oleh Prancis, Kerajaan Bersatu (UK), Kanada, dan Australia, merupakan momen penting.

    “Palestina tidak pernah sekuat ini di seluruh dunia dibanding sekarang,” kata Xavier Abu Eid, mantan pejabat Palestina.

    “Dunia kini bergerak untuk Palestina.”

    Diplomat Palestina, Huzam Zomlot, pada awal bulan ini menyatakan pengakuan tersebut menjadi momen krusial.

    “Apa yang akan dilihat di New York, mungkin adalah upaya terakhir untuk mengimplementasikan solusi dua-negara. Jangan sampai itu gagal” kata Zomlot memperingatkan.

    “Itu berarti Israel hidup berdampingan dengan negara Palestina yang layak. Saat ini, keduanya tidak terwujud,” ujar Zomlot yang merupakan Kepala Misi Palestina untuk UK.

    Persoalannya kini: Apakah pengakuan simbolis dari banyak negara ini berpengaruh? Kemudian, siapa kelak pemimpinnya ketika negara ini kembali berdiri?

    Akankah cukup pengakuan simbolis?

    Saat ini, Palestina menghadapi berbagai krisis, salah satunya terkait kepemimpinan. Mahmoud Abbas kini berusia hampir 90 tahun.

    Sementara Marwan Baghouti yang diprediksi berpotensi menjadi pemimpin, kini tengah dipenjara.

    Hamas yang “dihancurkan” dan wilayah Tepi Barat yang mulai “terpecah” juga menambah genting krisis kepemimpinan di Palestina.

    Akan tetapi, pengakuan internasional yang berdatangan tetap berarti.

    “Itu bisa sangat berharga. Meski tergantung juga mengapa negara-negara ini melakukannya dan apa sebenarnya niat mereka,” kata pengacara Palestina, Diana Buttu.

    Seorang pejabat pemerintah UK, yang tidak ingin disebutkan namanya, berkata pengakuan simbolis saja tidak cukup.

    “Pertanyaannya adalah apakah kita bisa mendapatkan kemajuan menuju sesuatu yang bermakna sehingga Majelis Umum PBB tidak hanya menjadi pesta pengakuan,” ujarnya.

    Deklarasi New York yang diumumkan akhir Juli 2025 berisi penegasan terhadap solusi dua negara dengan sejumlah syarat seperti:

    Pengakuan kenegaraan Palestina dengan dukungan bagi Otoritas Palestina (PA)Membuka akses bantuan kemanusiaan, rekonstruksi dan pemulihan di Gaza dan Tepi BaratPenyatuan Gaza dan Tepi BaratNormalisasi hubungan Israel dengan negara-negara Arab.

    Deklarasi ini disebut mengikat para penandatangan, termasuk UK, untuk mengambil “langkah-langkah konkret, terikat waktu, dan tidak dapat dibatalkan untuk penyelesaian damai masalah Palestina.”

    AFP via Getty ImagesMarwan Barghouti muncul sebagai pemimpin populer selama pemberontakan Palestina kedua.

    Persoalannya, syarat yang harus segera dipenuhi pascapengakuan ini kemungkinan berhadapan dengan hambatan yang sangat besar, kata pejabat di London.

    Apalagi hingga saat ini, AS memiliki hak veto di PBB terkait pengakuan negara Palestina dan pernah berulangkali menggunakannya.

    Pada Agustus, AS juga mengambil langkah tidak biasa dengan mencabut atau menolak visa bagi puluhan pejabat Palestina, yang kemungkinan melanggar aturan PBB sendiri.

    Abbas, bahkan, hanya bisa memberikan pernyataan melalui video pada sidang umum PBB.

    Selain itu, Trump tampaknya masih terpaku pada versi “Rencana Riviera” yang memuat tujuan AS mengambil “posisi kepemilikan jangka panjang” atas Gaza.

    Namun, jika pengakuan simbolis ini berdampak, bagaimana kelanjutannya?

    Apa saja syarat negara dan bagaimana realitanya?

    Konvensi Montevideo 1933 menetapkan empat kriteria untuk sebuah negara. Berikut kriterianya:

    Populasi permanen: Palestina bisa memenuhi kriteria ini, meskipun perang di Gaza membuat kondisi penduduknya sangat berisiko.Kapasitas untuk menjalin hubungan internasional: Dr. Zomlot adalah bukti dari kemampuan ini.Wilayah yang ditentukan: Inilah poin yang belum terpenuhi. Tanpa kesepakatan perbatasan yang pasti dan tanpa proses perdamaian yang nyata, sulit untuk mengetahui dengan jelas wilayah Palestina.Pemerintahan yang berfungsi: Ini merupakan tantangan besar bagi Palestina.

    Mengenai wilayah, ada tiga bagian area yang didambakan warga Palestina sebagai suatu negara, yaitu: Yerusalem Timur, Tepi Barat, dan Jalur Gaza.

    Sayangnya, ketiga wilayah ini diduduki oleh Israel sejak Perang Enam Hari 1967.

    BBC

    Sekilas melihat peta, terlihat awal masalahnya. Tepi Barat dan Jalur Gaza telah terpisah secara geografis oleh Israel selama tiga perempat abad atau tepatnya sejak kemerdekaan Israel pada tahun 1948.

    Memasuki 1967 dengan serangan yang dilancarkan Israel, perluasan permukiman telah menggerogoti Tepi Barat hingga memecahnya menjadi entitas politik dan ekonomi.

    Baca juga:

    Situasi ini terus berlanjut. Kehadiran militer Israel dan permukiman Yahudi membuat Otoritas Palestina (PA), yang dibentuk setelah Kesepakatan Damai Oslo pada 1990-an, hanya menguasai sekitar 40% wilayah.

    Sementara itu, Yerusalem Timur, yang dianggap Palestina sebagai ibu kota mereka, kini dikelilingi permukiman Yahudi yang secara bertahap memutus kota tersebut dari Tepi Barat.

    Nasib Gaza, tentu saja, jauh lebih buruk. Setelah hampir dua tahun perang yang dipicu oleh serangan Hamas pada Oktober 2023, sebagian besar wilayahnya telah hancur.

    Selain wilayah yang sudah tercerai berai dan porak poranda, Palestina harus berhadapan dengan persoalan kepemimpinan.

    ‘Kami butuh kepemimpinan baru’

    Untuk menjawab problem kepemimpinan baru ini, perlu dirunut lagi sejarah yang melingkupi Palestina.

    Pada 1994, kesepakatan antara Israel dan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) mengarah pada pembentukan Otoritas Nasional Palestina (PA).

    Otoritas ini memiliki kendali sipil parsial atas warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat.

    Namun, sejak konflik berdarah pada 2007 antara Hamas dan faksi utama PLO, Fatah, warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat diperintah oleh dua pemerintahan yang bersaing.

    Hamas di Gaza dan Otoritas Palestina di Tepi Barat, yang diakui secara internasional, dengan presidennya Mahmoud Abbas.

    Bloomberg via Getty ImagesAbbas hampir menginjak usia ke-90

    Perpecahan politik ini terus berlangsung selama 18 tahun, ditambah 77 tahun pemisahan geografis, membuat Tepi Barat dan Jalur Gaza semakin terpisah.

    Politik Palestina kian mengkristal dan membuat sebagian besar warga Palestina sinis terhadap pemimpin mereka. Bahkan mereka sulit percaya akan adanya rekonsiliasi internal, apalagi menjadi sebuah negara yang utuh.

    Adapun pemilihan presiden dan parlemen terakhir diadakan pada 2006. Dengan kata lain, tidak ada warga Palestina di bawah usia 36 tahun yang pernah memberikan suara di Tepi Barat atau Gaza.

    “Sangat tidak masuk akal bahwa kami tidak mengadakan pemilihan selama ini,” kata pengacara Palestina Diana Buttu.

    “Kami butuh kepemimpinan baru.”

    Di tengah serangan bertubi-tubi di Gaza sejak Oktober 2023, masalah ini menjadi semakin mendesak.

    Di hadapan kematian puluhan ribu warganya, Otoritas Palestina yang dipimpin Abbas, yang bermarkas di Tepi Barat, hanya seolah menjadi penonton yang tak berdaya.

    MAHMUD HAMS/AFP via Getty ImagesLebih dari 60.000 orang telah tewas di Gaza sejak Oktober 2023, menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas.

    Siapakah sosok pemimpin Palestina di masa depan?

    Mundur beberapa dekade silam, Ketua Otoritas Nasional Palestina, Yasser Arafat, kembali dari pengasingan bertahun-tahun. Para politisi Palestina lokal pun mulai merasa terpinggirkan.

    “Orang dalam” mulai merasa kesal dengan gaya kepemimpinan yang dominan dari “orang luar” Arafat. Isu korupsi di lingkaran Arafat juga berdampak pada reputasi Otoritas Palestina.

    Di sisi lain, Otoritas Palestina juga seperti tidak mampu menghentikan kolonisasi bertahap Israel di Tepi Barat. Dengan demikian, janji kemerdekaan dan kedaulatan pun urung ditepati.

    Padahal pada September 1993, terjadi jabat tangan bersejarah Arafat dengan mantan Perdana Menteri Israel, Yizhak Rabin, di halaman Gedung Putih yang melambungkan harapan merdeka dan berhentinya penjajahan di tanah Palestina.

    REUTERS/Gary HershornJabat tangan bersejarah Arafat dengan Yizhak Rabin di halaman Gedung Putih, bersama Presiden AS Bill Clinton.

    Memasuki tahun-tahun selanjutnya, politik di Palestina kian tidak kondusif karena inisiatif perdamaian yang gagal, perluasan terus-menerus pemukiman Yahudi, kekerasan oleh ekstremis dari kedua belah pihak, pergeseran politik Israel ke kanan, dan perpecahan kekerasan pada 2007 antara Hamas dan Fatah.

    “Dalam keadaan normal, tokoh-tokoh baru dan generasi baru seharusnya muncul,” kata sejarawan Palestina Yezid Sayigh.

    “Namun hal itu tidak mungkin terjadi. Penduduk Palestina di wilayah yang diduduki sudah terpecah belah secara besar-besaran ke dalam ruang-ruang kecil yang terpisah, dan hal itu membuat hampir tidak mungkin bagi tokoh-tokoh baru untuk muncul dan bersatu.”

    Baca juga:

    Kendati demikian, nama Marwan Barghouti muncul kemudian. Lahir dan dibesarkan di Tepi Barat, ia aktif di Fatah sejak usia 15 tahun.

    Barghouti muncul sebagai pemimpin populer selama pemberontakan Palestina kedua, sebelum ditangkap dan didakwa merencanakan serangan yang menewaskan lima warga Israel.

    Ia selalu membantah tuduhan itu, meski tetap dipenjara di Israel sejak 2002.

    Namun, ketika warga Palestina membicarakan calon pemimpin masa depan, mereka berakhir membicarakan seorang pria yang telah dipenjara selama hampir seperempat abad itu.

    Getty ImagesRumor tentang korupsi di lingkaran Arafat tidak banyak membantu meningkatkan reputasi Otoritas Palestina.

    Jajak pendapat terbaru oleh Pusat Penelitian Kebijakan dan Survei Palestina yang berbasis di Tepi Barat menemukan bahwa 50% warga Palestina akan memilih Barghouti sebagai presiden, jauh mengungguli Mahmoud Abbas, yang telah menjabat sejak 2005.

    Meskipun Barghouti adalah anggota senior Fatah, faksi yang berkonflik dengan Hamas, namanya disebut-sebut sebagai salah satu tahanan politik yang ingin dibebaskan Hamas sebagai imbalan bagi sandera Israel di Gaza. Namun, Israel tidak menunjukkan indikasi akan membebaskannya.

    AFP via Getty ImagesSebuah jajak pendapat terbaru menunjukkan bahwa Barghouti adalah pilihan utama rakyat Palestina untuk pemimpin, jauh di depan Mahmoud Abbas.

    Pada pertengahan Agustus, sebuah video beredar, memperlihatkan Barghouti yang berusia 66 tahun dalam kondisi kurus dan lemah diejek oleh Menteri Keamanan Israel, Itamar Ben Gvir.

    Ini adalah kali pertama Barghouti terlihat secara publik dalam beberapa tahun terakhir.

    Netanyahu dan kemerdekaan negara Palestina

    Bahkan sebelum Serangan ke Gaza, penolakan Benjamin Netanyahu terhadap kemerdekaan Palestina sudah jelas.

    Pada Februari 2024, ia mengatakan, “Semua orang tahu bahwa saya adalah orang yang selama puluhan tahun menghalangi pembentukan negara Palestina yang akan mengancam keberadaan kita.”

    Meskipun ada seruan internasional agar Otoritas Palestina (PA) mengambil alih kendali Gaza, Netanyahu bersikeras bahwa PA tidak akan memiliki peran dalam pemerintahan Gaza di masa depan, karena Abbas disebutnya tidak mengutuk serangan Hamas pada 7 Oktober.

    Baca juga:

    Pada Agustus, Israel memberikan persetujuan akhir untuk proyek pemukiman yang secara efektif akan memisahkan Yerusalem Timur dari Tepi Barat.

    Rencana untuk 3.400 unit perumahan disetujui yang kemudian memantik pernyataan Menteri Keuangan Israel Bezalel Smotrich bahwa rencana ini akan mengubur gagasan negara Palestina “karena tidak ada yang perlu diakui dan tidak ada yang akan mengakui”.

    Reuters”Hari setelah perang di Gaza, baik Hamas maupun Otoritas Palestina tidak akan ada di sana,” kata Netanyahu pada pertengahan Februari.

    “Ini bukanlah keadaan baru. Itu telah terjadi selama bertahun-tahun,” kata sejarawan Palestina Yezid Sayigh.

    “Bahkan saat bisa membawa malaikat Mikail ke bumi dan menjadikannya kepala Otoritas Palestina sekali pun, tetap tidak akan membuat perbedaan. Karena kondisi saat ini membuat kesuksesan apa pun menjadi mustahil,” ujar Sayigh.

    Satu hal yang pasti: jika negara Palestina benar-benar terbentuk, Hamas tidak akan memimpinnya.

    Ini berdasarkan pada Deklarasi New York pada Juli lalu yang disponsori oleh Prancis dan Arab Saudi.

    Di situ, ada pernyataan bahwa “Hamas harus mengakhiri kekuasaannya di Gaza dan menyerahkan senjatanya kepada otoritas Palestina.”

    Atas pernyataan itu, Deklarasi New York ini didukung oleh semua negara Arab dan kemudian diadopsi oleh 142 anggota Majelis Umum PBB.

    Adapun Hamas, mereka menyatakan siap menyerahkan kekuasaan di Gaza kepada administrasi teknokrat yang independen.

    Bagaimana masa depan harapan Palestina?

    Masa depan jangka panjang Gaza mungkin terletak di antara Deklarasi New York, rencana Trump, dan rencana rekonstruksi Arab.

    Dalam rencana tersebut tidak menyebutkan Otoritas Palestina, hanya merujuk pada “pemerintahan mandiri Palestina yang direformasi”, atau hubungan masa depan antara Gaza dan Tepi Barat.

    Baca juga:

    Semua rencana, dengan cara yang sangat berbeda, berharap dapat menyelamatkan sesuatu dari bencana yang menimpa Gaza dalam dua tahun terakhir.

    Apapun yang muncul, hal itu harus menjawab pertanyaan tentang bagaimana Palestina dan kepemimpinannya akan terlihat.

    Namun, bagi Palestina seperti Diana Buttu, ada masalah yang jauh lebih mendesak.

    Dia ingin komunitas internasional mencegah lebih banyak pembunuhan rakyat Palestina.

    “Dan melakukan sesuatu untuk menghentikannya.”

    Getty ImagesTrump dan Starmer memiliki pandangan yang berbeda mengenai masalah tersebut.

    Lihat Video ‘Bendera Palestina Dikibarkan di London setelah Pengakuan Inggris’:

    (ita/ita)

  • Jokowi Ditunjuk Jadi Dewan Penasihat Bloomberg New Economy

    Jokowi Ditunjuk Jadi Dewan Penasihat Bloomberg New Economy

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden ke-7 Indonesia Joko Widodo (Jokowi) ditunjuk sebagai salah satu Dewan Penasihat Global di Bloomberg New Economy.

    Bloomberg New Economy mengumumkan pembentukan jajaran dewan pada April 2025 lalu melalui situs resminya. Dewan ini diketuai oleh mantan Menteri Perdagangan Amerika Serikat (AS) Gina Raimondo danmantan Perdana Menteri Italia sekaligus Presiden Bank Sentral Eropa Mario Draghi.

    Dalam jajaran dewan, Jokowi ditunjuk bersama dengan deretan tokoh berpengaruh dunia, seperti Wakil Direktur Pelaksana Pertama IMF Gita Gopinath,  Co-Founder & CEO Apollo Global Management Marc Rowan, Duta Aksi Iklim Singapura Ravi Menon, hingga Co-Founder Moderna sekaligus CEO Flagship Pioneering Noubar Afeyan.

    Raimondo dan Draghi bukan nama baru dalam menjembatani kepentingan sektor publik dan swasta. Raimondo, seorang pengusaha, pengacara, sekaligus kapitalis ventura, juga pernah menjabat Gubernur Rhode Island.

    Sementara itu, Draghi berpengalaman sebagai bankir investasi, profesor universitas, hingga memegang peran penting di pemerintahan dan lembaga multilateral.

    Pendiri Bloomberg LP dan Bloomberg Philanthropies Michael Bloomberg mengatakan Gina Raimondo dan Mario Draghi berpengalaman membawa pemahaman mendalam tentang pasar, dedikasi terhadap kemitraan publik-swasta, serta pengalaman berharga dalam menghadapi masa-masa penuh gejolak.

    ”Dengan begitu banyak kekuatan yang kini mengubah arah ekonomi global—dari pergeseran politik dan perdagangan, percepatan perubahan iklim, hingga lompatan teknologi kecerdasan buatan—misi Bloomberg New Economy menjadi semakin vital,” jelasnya dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (23/9/2025).

    Gina Raimondo mengatakan dirinya merasa terhormat memimpin Dewan Penasihat Bloomberg New Economy dan mendukung misi sang pendiri, Michael Bloomberg untuk mempererat dialog antar-pemimpin global.

    “Di tengah ketidakpastian geopolitik, percepatan teknologi, dan ancaman krisis iklim, kebutuhan untuk menemukan titik temu dan membangun kemakmuran bersama menjadi semakin mendesak,” jelas Raimondo.

    Sejak didirikan pada 2018, Bloomberg New Economy berkembang menjadi komunitas global yang beranggotakan CEO perusahaan multinasional, pejabat tinggi pemerintah, inovator, serta tokoh keuangan dunia.

    Melalui forum di Singapura, Beijing, Panama City, Dublin, Marrakesh, hingga Sao Paulo, serta lewat inisiatif Coalitions dan Catalyst, platform ini berhasil memperkuat kolaborasi lintas negara sekaligus menggerakkan modal untuk kepentingan publik.

    Forum New Economy, yang dikenal sebagai konferensi ekonomi paling berpengaruh di Asia, akan kembali digelar di Singapura pada 19–21 November 2025.

    Selama tiga hari, forum ini menghadirkan sesi pleno, diskusi tematik, serta jejaring bisnis dengan tema utama “Thriving in an Age of Extremes”. Mitra pendiri tahun ini meliputi Envision, HSBC, dan Tata Sons, dengan PwC sebagai Presenting Partner, sementara Singapura kembali dipercaya sebagai Host Country Partner.

  • iPhone 17 Jenis Ini Gampang Lecet, Wajib Tahu Sebelum Beli

    iPhone 17 Jenis Ini Gampang Lecet, Wajib Tahu Sebelum Beli

    Jakarta, CNBC Indonesia – Apple beberapa waktu yang lalu resmi merilis seri iPhone 17. Konsumen di berbagai negara sudah bisa menjajal dan membelinya di Apple Store.

    Namun, perhatian langsung tertuju pada isu ketahanan bodi iPhone 17 Pro yang dinilai lebih rentan terhadap goresan dibandingkan generasi sebelumnya.

    Bloomberg melaporkan sejumlah pembeli menemukan bekas lecet pada unit demo iPhone 17 Pro di Apple Store. Masalah ini terutama terlihat pada varian warna gelap Deep Blue. Pasalnya, bodi iPhone 17 Pro kini menggunakan rangka aluminium anodisasi, bukan lagi titanium seperti pada iPhone 16 Pro.

    Karakteristik aluminium membuat goresan kecil lebih mudah terlihat, karena lapisan cat yang terkelupas akan menampakkan warna asli logam perak di bawahnya, demikian dikutip dari 9to5Mac, Selasa (23/9/2025).

    Hal ini berbeda dengan iPhone 16 Pro yang menggunakan rangka titanium serta kaca belakang, sehingga goresan halus tidak terlalu kasat mata.

    Meski demikian, dari sisi ketahanan benturan, iPhone 17 Pro disebut lebih unggul. Bagian kaca belakang yang mendukung pengisian daya nirkabel MagSafe kini dilindungi Ceramic Shield, yang diklaim lebih kokoh dibandingkan kaca pada iPhone 16.

    Media teknologi Prancis, Consomac, juga melaporkan adanya bekas goresan akibat penggunaan puck MagSafe pada unit demo iPhone 17 Pro maupun iPhone Air warna hitam. Meski demikian, sebagian bekas masih bisa dihapus dengan pembersihan lembut.

    Fenomena ini bukan hal baru. Produk Apple lain seperti MacBook Pro warna gelap juga kerap menunjukkan goresan kecil yang mudah terlihat.

    Sementara itu, varian berwarna terang dinilai lebih tahan secara visual, seperti Cosmic Orange iPhone 17 Pro yang kemungkinan tidak mudah memperlihatkan bekas lecet dibandingkan Deep Blue.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Beda Pandangan, Gubernur The Fed Sekutu Trump Ingin Suku Bunga Turun Lebih Dalam

    Beda Pandangan, Gubernur The Fed Sekutu Trump Ingin Suku Bunga Turun Lebih Dalam

    Bisnis.com, JAKARTA – Gubernur baru The Fed Stephen Miran mendesak pemangkasan agresif suku bunga acuan AS hingga 150 basis poin tahun ini, pandangan yang berbeda tajam dengan mayoritas pejabat bank sentral.

    Dalam pidato kebijakan perdananya di Economic Club of New York, Senin (22/9/2025) waktu setempat, Miran menilai neutral rate of interest atau tingkat suku bunga netral—di mana kebijakan moneter tidak merangsang maupun menekan ekonomi—telah turun signifikan tahun ini akibat tarif impor, pembatasan imigrasi, dan kebijakan pajak.

    “Implikasinya, kebijakan moneter saat ini terlalu ketat. Membiarkan suku bunga jangka pendek sekitar 2 poin persentase di atas netral berisiko menyebabkan PHK yang tidak perlu dan pengangguran lebih tinggi,” kata Miran dikutip dari Bloomberg, Selasa (23/9/2025).

    Miran ikut serta dalam rapat Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) pekan lalu, yang memutuskan pemangkasan suku bunga 25 basis poin ke kisaran 4%–4,25%. Namun, dia memilih berbeda pendapat (dissent) dengan menginginkan pemangkasan lebih besar, yakni 50 basis poin.

    Dalam proyeksi suku bunga pekan lalu, Miran mengusulkan pemangkasan total 150 basis poin sepanjang 2025. Alasannya, suku bunga netral saat ini jauh lebih rendah sehingga pelonggaran sebaiknya dilakukan lebih cepat. 

    Sebagai perbandingan, median proyeksi 19 pejabat Fed menunjukkan pemangkasan tambahan hanya 50 basis poin.

    “Itu bukan langkah panik. Panik adalah jika kita memangkas 75 basis poin atau lebih. Saya tidak panik, hanya melihat risikonya akan semakin besar jika kita terlalu lama berada di atas netral,” ujarnya. 

    Miran menegaskan akan tetap bersikap berbeda dalam rapat-rapat Fed berikutnya.

    Sebelumnya, Miran menjabat Ketua Dewan Penasihat Ekonomi Gedung Putih. Dia tidak mengundurkan diri dari jabatan itu, melainkan mengambil cuti tanpa bayaran. Masa jabatannya di Dewan Gubernur Fed berakhir Januari mendatang, meski belum jelas apakah akan bertahan hingga akhir.

    Adapun, pandangan Miran langsung menuai skeptisisme. Joe Brusuelas, Kepala Ekonom RSM, menilai kebijakan Fed saat ini tidak bisa disebut ketat. Kondisi keuangan masih akomodatif, sementara pasar tenaga kerja mendekati full employment.

    Miran berargumen turunnya imigrasi, pendapatan tarif impor, dan dorongan pertumbuhan akibat kebijakan pajak menjadi faktor penekan suku bunga netral. Menurutnya, perkiraan netral berada di level 2,5%, lebih rendah dari median proyeksi pejabat Fed sebesar 3%.

    Selain itu, Miran juga membuka kemungkinan mendukung penghapusan target inflasi 2% yang dinilai sulit diukur. Namun, dia menegaskan perubahan tersebut hanya mungkin dilakukan setelah target tercapai secara konsisten agar tidak menimbulkan kesan Fed mengubah aturan di tengah jalan.

    Pandangan Miran kontras dengan sejumlah pejabat Fed lain yang berbicara pada hari yang sama. Presiden Fed St. Louis Alberto Musalem menyatakan siap mendukung pemangkasan suku bunga tambahan hanya dalam kondisi tertentu.

    “Jika muncul tanda-tanda pelemahan pasar tenaga kerja lebih lanjut, saya akan mendukung pemangkasan tambahan, dengan catatan risiko inflasi di atas target tidak meningkat dan ekspektasi inflasi jangka panjang tetap terkendali,” ujar Musalem.

    Sementara itu, Presiden Fed Cleveland Beth Hammack menegaskan inflasi masih terlalu tinggi sehingga pejabat bank sentral perlu berhati-hati agar pelonggaran tidak memicu overheating ekonomi.

    “Kebijakan saat ini hanya ‘sangat sedikit’ restriktif setelah pemangkasan bulan ini. Kekhawatiran saya, jika pembatasan itu dicabut, perekonomian bisa kembali memanas,” jelas Hammack.

    Adapun Presiden Fed Atlanta Raphael Bostic, dalam wawancara dengan Wall Street Journal, mengaku belum siap menyatakan dukungan terhadap pemangkasan suku bunga berikutnya.

    “Saya khawatir inflasi sudah terlalu lama bertahan di level tinggi. Jadi untuk saat ini saya tidak akan mendukung langkah tersebut, meski kita lihat perkembangan selanjutnya,” kata Bostic.