Perusahaan: Bloomberg

  • Gerak Rupiah Cuma Bisa Menguat Tipis

    Gerak Rupiah Cuma Bisa Menguat Tipis

    Jakarta: Kurs rupiah pada penutupan perdagangan sore ini bergerak menguat tipis. Mata uang Garuda tersebut hanya mampu sedikit mempertahankan penguatanya.
     
    Melansir data Bloomberg, Jumat, 29 November 2024, rupiah menguat ke level Rp15.847 per USD dibandingkan pembukaan perdagangan yang berada di posisi Rp15.849 per USD.
     
    Selama perdagangan hari ini, nilai tukar rupiah sudah bergerak menguat hingga 24 poin atau setara 0,15 persen.
    Senada, melansir data Yahoo Finance, rupiah diperdagangkan ke posisi Rp15.840 per USD. Gerak rupiah terpantau melemah hingga 24 poin atau setara 0,15 persen.
     
    Sedangkan berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah berada di level Rp15.856 per USD.

    IHSG ambruk

    Di sisi lain, gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga sore ini tiarap hingga 85,891 poin. Pergerakan IHSG sudah melemah sejak pembukaan perdagangan.
     
    Melansir laman RTI, Jumat, 29 November 2024, gerak IHSG tertekan 1,19 persen ke posisi 7.114. Saat bel pembukaan perdagangan, IHSG bertengger di posisi 7.200.
     
    Gerak indeks sempat menyentuh level tertinggi di posisi 7.200 dan level terendah di 7.107. Adapun kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp12,033 triliun.
     
    Sementara itu volume perdagangan saham membukukan sebanyak 27,665 miliar lembar senilai Rp13,664 triliun. Sebanyak 194 saham menguat, 391 saham melemah, 209 saham stagnan, dan terjadi 1.133.636 kali transaksi.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (AHL)

  • China Ngamuk Diacak-acak Amerika, Dunia Bisa Kacau

    China Ngamuk Diacak-acak Amerika, Dunia Bisa Kacau

    Jakarta, CNBC Indonesia – China memberi peringatan akan mengambil tindakan tegas jika Amerika Serikat (AS) meningkatkan kebijakan kontrol perdagangan chip.

    Langkah ini ditempuh China demi melindungi perusahaan-perusahaan dari negara tersebut, menyusul laporan bahwa pemerintahan Presiden AS Joe Biden akan mengumumkan pembatasan ekspor baru secepatnya pada minggu ini.

    Pekan lalu, Kamar Dagang AS menginformasikan kepada para anggotanya melalui email bahwa pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan untuk menambahkan sebanyak 200 perusahaan chip China ke dalam daftar hitam perdagangan, yang akan mencegah sebagian besar pemasok AS untuk mengirim ke perusahaan-perusahaan tersebut.

    Ditanya tentang laporan pada konferensi pers reguler, juru bicara kementerian perdagangan He Yadong mengatakan bahwa China sangat menentang jika AS memperluas alasan keamanan nasional, dan penyalahgunaan kontrol yang menargetkan perusahaan-perusahaan China.

    AS sendiri telah memperketat kontrol atas semikonduktor di tengah kekhawatiran bahwa China dapat menggunakan teknologi canggih untuk memperkuat militernya.

    “Tindakan ini sangat mengganggu tatanan ekonomi dan perdagangan internasional, mengacaukan keamanan industri global, dan membahayakan upaya kerja sama antara China dan AS, serta industri semikonduktor global,” kata He Yadong, dikutip dari Reuters, Jumat (29/11/2024).

    “Jika AS bersikeras untuk meningkatkan kontrol, China akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk secara tegas melindungi hak-hak dari perusahaan-perusahaan China,” tambahnya.

    Bloomberg melaporkan bahwa pemerintahan Biden sedang mempertimbangkan pembatasan tambahan pada penjualan peralatan semikonduktor dan chip memori AI ke China.

    Biden akan meninggalkan jabatannya sebagai Presiden AS pada Januari mendatang, dan ada kekhawatiran bahwa janji Presiden terpilih Donald Trump untuk menerapkan tarif tambahan pada China dapat memicu perang dagang.

    Trump berjanji untuk memberlakukan tarif tambahan 10% untuk semua impor dari China, di atas tarif yang sudah ada.

    Dia menuduh Beijing tidak melakukan cukup banyak hal untuk menghentikan aliran obat-obatan terlarang ke AS dari Meksiko.

    (dem/dem)

  • Microsoft Jadi Objek Lidik Komite Perdagangan AS Imbas Insiden Keamanan

    Microsoft Jadi Objek Lidik Komite Perdagangan AS Imbas Insiden Keamanan

    Bisnis.com, JAKARTA – Komite Perdagangan Federal Amerika Serikat (AS) atau FTC menjalankan penyelidikan antitrust terhadap Microsoft imbas insiden keamanan yang terjadi beberapa waktu lalu. Microsoft dikabarkan sempat mengalami gangguan yang berdampak besar bagi AS. 

    Menambah panjang deretan nama perusahaan teknologi raksasa yang berada di bawah pengawasan serupa dalam beberapa tahun terakhir.

    Mengutip The Verge, beberapa hal yang tengah diteliti oleh FTC adalah bisnis komputasi awan (cloud) dan lisensi perangkat lunak, layanan keamanan siber, serta penawaran kecerdasan buatan (AI) milik Microsoft. Perihal ini pertama kali dilaporkan oleh Bloomberg.

    Minat FTC terhadap bisnis cloud Microsoft meningkat setelah beberapa insiden keamanan yang memengaruhi produknya. Terutama, karena Microsoft adalah salah satu penyedia perangkat lunak utama bagi lembaga pemerintah AS.

    Permintaan informasi yang diajukan mencakup ratusan halaman dan menjadi puncak dari diskusi informal selama lebih dari satu tahun dengan para pesaing dan mitra Microsoft.

    Salah satu fokusnya adalah bagaimana Microsoft menggabungkan perangkat lunak produktivitas dan keamanan dengan layanan cloud Azure-nya, menurut sumber tersebut. Baik FTC maupun Microsoft menolak berkomentar mengenai hal ini.

    Awal tahun ini, Cyber Safety Review Board atau Dewan Tinjauan Keamanan Siber Pemerintah menyimpulkan “budaya keamanan Microsoft tidak memadai dan membutuhkan perombakan, terutama mengingat peran sentral perusahaan dalam ekosistem teknologi.”

    Tak lama setelah itu, CEO Microsoft Satya Nadella mengeluarkan memo kepada karyawan terkait dengan masalah dilema antara keamanan dan prioritas lain. “Jika Anda dihadapkan pada dilema antara keamanan dan prioritas lain, jawabannya jelas: utamakan keamanan,” kata Nadella.

    Jika FTC mengajukan gugatan terhadap perusahaan, hal ini akan menempatkan Microsoft kembali dalam situasi yang pernah dialami di masa lalu. Pada akhir 1990-an, perusahaan menghadapi gugatan antimonopoli dari Departemen Kehakiman AS terkait penggabungan peramban webnya dengan sistem operasi Windows.

    Namun, dalam beberapa tahun terakhir, Microsoft sebagian besar luput dari pengawasan antitrust yang dialami Amazon, Apple, Meta, dan Google, yang masing-masing sedang menghadapi tuduhan monopoli dari pemerintah.

    Namun, mayoritas Demokrat di FTC akan segera berubah ketika Presiden terpilih Donald Trump dilantik pada Januari 2024.

    Trump, kelas The Verge, kemungkinan akan memilih salah satu dari dua komisaris Republik saat ini untuk menjabat sebagai ketua sementara, dan pada akhirnya akan mencalonkan ketua atau komisaris baru yang sejalan dengan pandangannya.

    Kendati demikian, tidak menutup kemungkinan bahwa penyelidikan ini akan tetap berlanjut — mengingat pada masa jabatan terakhir Trump, Departemen Kehakiman (DOJ) dan FTC masing-masing mengajukan gugatan antitrust terhadap Google dan Meta.

  • Antisipasi Kebijakan Trump, Bank of Korea Pangkas Suku Bunga ke 3%

    Antisipasi Kebijakan Trump, Bank of Korea Pangkas Suku Bunga ke 3%

    Bisnis.com, JAKARTA — Bank sentral Korea Selatan, Bank of Korea (BOK) mengejutkan para investor dengan melakukan pemangkasan suku bunga setelah menyampaikan perkiraan pertumbuhan yang lebih suram.

    Mengutip Bloomberg pada Kamis (28/11/2024) bank sentral menurunkan suku bunga pembelian kembali tujuh hari sebesar seperempat poin persentase menjadi 3%. Langkah ini kemungkinan menjadi respons awal terhadap meningkatnya kekhawatiran perdagangan dan ekonomi setelah pemilihan presiden Donald Trump.

    BOK menurunkan proyeksi pertumbuhannya untuk 2025 di bawah 2%, faktor yang mungkin telah mendorong langkah yang tidak terduga tersebut. Bank sentral sekarang memperkirakan ekonomi tumbuh 1,9% tahun depan dibandingkan dengan proyeksi 2,1% pada bulan Agustus.

    Imbal hasil obligasi pemerintah Korea Selatan dengan tenor tiga tahun turun hingga 2,65%, saham naik sekitar 0,4% dan won Korea melemah terhadap dolar AS hingga sempat mencapai 1396,25, sebelum memangkas kerugian.

    “Anda harus melihat ini sebagai respons pencegahan terhadap kemerosotan investasi dan konsumsi yang tak terelakkan jika ekonomi memburuk tahun depan dengan Trump yang menargetkan mitra dagang AS dari China hingga Korea Selatan,” kata peneliti di Korea Economic Research Institute, Lee Seung-suk, setelah langkah tersebut.

    Dia melanjutkan, BOK kemungkinaan juga mempertimbangkan meningkatnya beban utang di antara rumah tangga dan perusahaan.

    “Jadi itu adalah pemotongan yang tidak terduga, tetapi itu belum tentu merupakan pemotongan awal,” ujarnya.

    Pemangkasan suku bunga oleh Gubernur BOK Rhee Chang-yong hanya diprediksi oleh empat dari 22 ekonom yang disurvei oleh Bloomberg. Sebanyak 18 ekonom lainnya memperkirakan bank akan mempertahankan suku bunga pada 3,25% dan menilai dampak dari perubahan kebijakannya pada Oktober 2024 ketika BOK memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam lebih dari empat tahun.

    Perlambatan di pasar perumahan, tekanan inflasi yang mereda, dan melambatnya pertumbuhan ekspor menjadi dasar bagi pemangkasan tersebut minggu ini. Kemenangan Trump juga memberi insentif bagi para pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan cara-cara untuk menopang ekonomi Korea Selatan yang bergantung pada perdagangan terhadap tarif yang dapat melonjak begitu ia menjabat.

    BOK menggambarkan langkah tersebut sebagai langkah yang tepat mengingat inflasi yang stabil, perlambatan utang rumah tangga, dan tekanan ke bawah pada pertumbuhan ekonomi. Dalam sebuah pernyataan setelah keputusan tersebut, dikatakan bahwa langkah tersebut akan memitigasi risiko penurunan ekonomi.

    “Informasi yang tersedia saat ini menunjukkan bahwa ekonomi global telah menghadapi ketidakpastian yang meningkat seputar pertumbuhan dan inflasi, yang didorong oleh kebijakan pemerintahan baru AS,” kata BOK.

    BOK juga mencatat peningkatan volatilitas mata uang dan mengatakan akan terus memantau won.

    “Penting untuk tetap berhati-hati terkait potensi volatilitas nilai tukar yang tinggi,” kata BOK.

    Bank sentral juga mengutip perubahan kebijakan moneter di luar negeri dan risiko geopolitik di antara faktor-faktor yang mungkin memengaruhi ekonomi global dan pasar keuangan di masa mendatang.

    “Sejak pemilihan presiden AS, di tengah munculnya hambatan terhadap ekspor, kami berharap para pembuat kebijakan telah mengalihkan fokus mereka,” kata ekonom Nomura Holdings, Jeong Woo Park sebelum keputusan tersebut.

    Park memperkirakan pemangkasan tersebut, dengan mengutip prospek ekonomi yang memburuk dan meredanya kekhawatiran stabilitas keuangan.

    Keputusan tersebut bertentangan dengan sikap umum BOK untuk menahan diri dari pemangkasan suku bunga berturut-turut kecuali jika terjadi krisis ekonomi yang sedang berlangsung. Langkah tersebut menggarisbawahi rasa urgensi di antara para anggota dewan dan menunjukkan bahwa BOK berniat untuk menjadi lebih gesit jika dan ketika lebih banyak volatilitas melanda ekonomi dunia.

    Janji kampanye Trump mencakup tarif yang lebih tinggi untuk mitra dagang dan potensi pencabutan subsidi untuk perusahaan asing yang beroperasi di wilayah Amerika, seperti Samsung Electronics Co. dan Hyundai Motor Co. dari Korea Selatan.

    Korea Selatan sangat bergantung pada ekspor untuk mempertahankan momentum ekonominya.

    “Ketidakpastian dalam kinerja ekspor di sekitar semikonduktor meningkat,” kata analis di Kiwoom Securities Co., Ahn Yea-ha, yang memperkirakan BOK akan menahan suku bunganya.

    Menurutnya, faktor-faktor seperti pengenaan tarif pada China setelah pemilihan Trump dapat meningkatkan risiko kemerosotan ekonomi.

    Publik Korea Selatan semakin khawatir. Survei BOK yang dirilis pekan ini menunjukkan, keyakinan konsumen terhadap ekonomi memburuk dalam laju tercepat dalam lebih dari dua tahun pada November.

  • Indeks Inflasi AS Kuncian The Fed Naik pada Oktober 2024

    Indeks Inflasi AS Kuncian The Fed Naik pada Oktober 2024

    Bisnis.com, JAKARTA — Indeks pengeluaran konsumsi pribadi atau personal consumption expenditures price index (PCE) tercatat meningkat pada periode Oktober 2024. Indeks itu menjadi data acuan utama The Fed untuk mengukur inflasi AS.

    Hal ini membantu menjelaskan pendekatan hati-hati bank sentral AS, The Federal Reserve atau The Fed, dalam mempertimbangkan penurunan suku bunga.

    Data dari Biro Analisis Ekonomi AS yang dikutip dari Bloomberg pada Kamis (28/11/2024) mencatat, indeks PCE inti, yang tidak termasuk makanan dan energi yang mudah berubah, meningkat 2,8% (year on year/YoY) dan 0,3% (month to month/MtM). Sebagian besar percepatan itu disebabkan oleh dampak harga saham yang lebih tinggi pada perhitungan. 

    Belanja konsumen yang disesuaikan dengan inflasi naik tipis 0,1% setelah kenaikan 0,5% yang direvisi naik pada September 2024, konsisten dengan permintaan yang tidak merata sepanjang tahun. Pada basis tahunan tiga bulan—metrik yang menurut para ekonom menggambarkan gambaran yang lebih akurat tentang lintasan inflasi—pengukur harga inti PCE naik 2,8%.

    Angka-angka tersebut mendukung komentar terbaru oleh banyak pejabat Fed bahwa tidak perlu terburu-buru untuk memangkas suku bunga selama pasar tenaga kerja tetap sehat dan ekonomi terus melaju.

    Sementara inflasi membutuhkan waktu untuk kembali ke target The Fed sebesar 2%, jalur kebijakan ke depan akan menjadi rumit oleh agenda ekonomi Presiden terpilih Donald Trump. Stanley Black & Decker Inc. mengatakan pihaknya sudah mempertimbangkan untuk menaikkan harga awal tahun depan untuk mengantisipasi tarif yang lebih tinggi.

    Kenaikan inflasi disebabkan oleh harga jasa, yang mencerminkan lonjakan biaya pengelolaan portofolio yang bertepatan dengan kenaikan harga saham. Indeks harga jasa inti—kategori yang diawasi ketat yang mengecualikan perumahan dan energi—naik 0,4% dari bulan sebelumnya, tertinggi sejak Maret. Sementara itu, biaya barang inti tidak berubah.

    Angka PCE mengikuti serangkaian rilis ekonomi lainnya menjelang liburan Thanksgiving pada Kamis waktu AS. Laporan pemerintah terpisah pada Rabu menunjukkan produk domestik bruto meningkat 2,8% tanpa revisi pada kuartal III/2024, didorong oleh kemajuan yang sehat dalam pengeluaran rumah tangga dan bisnis.

    Rincian Pengeluaran

    Pengeluaran jasa, yang merupakan bagian terbesar dari konsumsi rumah tangga, naik 0,2% dari bulan sebelumnya, yang sebagian besar mencerminkan pengeluaran perawatan kesehatan. Selanjutnya, pengeluaran barang tercatat meningkat.

    Meskipun pasar kerja solid, biaya hidup yang tinggi membebani anggaran rumah tangga. Itu menjelaskan mengapa orang Amerika mengatakan mereka bermaksud untuk mengurangi pengeluaran untuk hadiah liburan tahun ini.

    Para ekonom akan mencermati penjualan Black Friday dengan saksama untuk mendapatkan gambaran lain tentang selera belanja konsumen. Pengecer ternama Target Corp., Best Buy Co., dan Walmart Inc. semuanya telah memperpanjang promosi liburan mereka dengan harapan dapat menarik konsumen yang mencari diskon.

    Banyak konsumen mengandalkan kartu kredit dan pinjaman lain untuk mendukung pengeluaran mereka, dengan konsumen yang lebih muda dan berpenghasilan rendah menunjukkan tanda-tanda kesulitan keuangan seperti tingkat tunggakan yang lebih tinggi.

  • Xiaomi Mau Bikin Chip HP Sendiri, Ingin Lepas dari Qualcomm dan MediaTek

    Xiaomi Mau Bikin Chip HP Sendiri, Ingin Lepas dari Qualcomm dan MediaTek

    Jakarta

    Xiaomi kabarnya akan merancang chipset mobile sendiri yang akan digunakan untuk ponselnya. Ini merupakan upaya Xiaomi untuk mengurangi ketergantungan terhadap perusahaan asing seperti Qualcomm dan MediaTek.

    Bloomberg melaporkan chipset buatan Xiaomi akan mulai diproduksi pada tahun 2025. Selain untuk mengurangi ketergantungan, upaya ini akan membantu Xiaomi mengembangkan mobil listrik yang lebih canggih, seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (27/11/2024).

    Menurut laporan terpisah dari DigiTimes, chipset Xiaomi tersebut akan dibuat menggunakan fabrikasi 3nm. Beberapa waktu yang lalu, Xiaomi dikabarkan sudah menyelesaikan desain chipset 3nm pertamanya dan sedang mencari mitra untuk mulai memproduksi massal.

    Selama ini Xiaomi masih mengandalkan chipset dari Qualcomm dan MediaTek untuk semua lini ponsel dan tabletnya. Tapi Xiaomi juga pernah menggunakan chip Surge S1 buatannya sendiri di Mi 5c keluaran tahun 2017, namun proyek chip itu sempat mandek.

    Saat ini hanya ada segelintir vendor ponsel yang menggunakan chip buatan sendiri untuk perangkatnya. Hanya Apple dan Google yang sukses menggunakan chipset-nya sendiri di semua perangkat smartphone-nya.

    Samsung, yang juga memiliki bisnis chip dan semikonduktor, juga menggunakan chipset Exynos untuk sejumlah ponselnya. Namun mereka masih mengandalkan chipset Qualcomm, dan baru-baru ini MediaTek, untuk perangkat flagship karena lebih efisien.

    Belum diketahui apakah Xiaomi akan menggunakan chip ini di ponsel flaagship-na. Xiaomi merupakan salah satu mitra terdekat Qualcomm, dan sejak beberapa tahun terakhir selalu menjadi vendor pertama yang meluncurkan ponsel dengan chipset flagship Snapdragon terbaru.

    (vmp/rns)

  • Sony bakal Rilis Handheld Gaming Setara Konsol PS5, Siap Tandingi Nintendo Switch? – Page 3

    Sony bakal Rilis Handheld Gaming Setara Konsol PS5, Siap Tandingi Nintendo Switch? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Sony dilaporkan sedang mengembangkan konsol handheld gaming terbaru yang diklaim mampu menjalankan game PlayStation 5 (PS5) secara langsung.

    Informasi ini mencuat dari laporan Bloomberg, di mana sumber anonim menyebutkan perangkat ini dijadwalkan rilis dalam beberapa tahun mendatang.

    “Berbeda dengan PlayStation Portal yang fokus pada streaming, handheld gaming baru ini dirancang untuk menawarkan pengalaman gaming setara PS5 secara native,” sebagaimana dikutip dari Polygon, Rabu (27/11/2024).

    Menjawab Dominasi Nintendo dan Steam Deck

    Pasar handheld gaming premium kini berkembang pesat, dimulai dengan peluncuran Steam Deck oleh Valve, dan didominasi oleh Nintendo dengan perangkat Switch.

    Hal ini juga menjadi pendorong Sony untuk kembali ke segmen ini. Bahkan, Microsoft disebut sedang mempertimbangkan perangkat serupa.

    “Pasar perangkat genggam ini menjanjikan, namun sulit ditembus karena Nintendo begitu kuat,” ujar salah satu analis industri.

    Sony sebelumnya pernah mencoba peruntungan di pasar ini dengan PlayStation Portable (PSP) dan PlayStation Vita. Sayangnya, kedua perangkat tersebut kurang berhasil meskipun memiliki basis penggemar setia. 

    Potensi Teknologi dan Tantangan

    Handheld gaming Sony diharapkan mampu menembus keterbatasan pada generasi sebelumnya. Selain menjalankan game PS5 secara native, perangkat ini bisa menjadi pelengkap bagi gamer menginginkan fleksibilitas tanpa bergantung pada koneksi streaming.

    Namun, proyek ini masih dalam tahap awal. Karena itu, ada kemungkinan pengembangan handheld gaming dihentikan jika Sony memutuskan untuk mengubah prioritas strategisnya.

    PlayStation Portal: Langkah Awal

    Saat ini, Sony sudah menghadirkan PlayStation Portal memungkinkan gamer memainkan game PS5 melalui streaming dari konsol atau layanan cloud. Handheld gaming setara PS5 ini, jika benar dirilis, akan menjadi penerus lebih kuat dan kompetitif.

    Konsol handheld baru Sony memiliki potensi besar untuk menjadi penantang serius di pasar dikuasai Nintendo dan Steam Deck.

    Meskipun masih dalam tahap awal pengembangan, antisipasi terhadap perangkat ini cukup tinggi, terutama bagi penggemar Sony menginginkan perangkat gaming portabel dan fleksibel.

     

  • Sony Garap Konsol Genggam Baru untuk Lawan Nintendo Switch

    Sony Garap Konsol Genggam Baru untuk Lawan Nintendo Switch

    Jakarta

    Sony kabarnya sedang mengembangkan konsol genggam portabel untuk memainkan game PlayStation 5 di mana saja. Konsol ini dirancang untuk menyaingi Nintendo dan Microsoft.

    Menurut laporan Bloomberg, konsol genggam ini kemungkinan baru akan diluncurkan dalam beberapa tahun ke depan. Tapi tidak menutup kemungkinan proyek ini akan dibatalkan dan tidak jadi dirilis.

    Saat ini Nintendo masih menjadi pemimpin di industri konsol genggam berkat Switch. Nintendo diperkirakan akan meluncurkan penerus Switch yang sudah lama dinanti pada tahun 2025.

    Sementara itu, Microsoft juga sedang mengembangkan prototipe Xbox versi handheld. Namun CEO Microsoft Gaming Phil Spencer mengatakan perangkat tersebut mungkin baru akan diluncurkan beberapa tahun lagi.

    Pasar konsol genggam juga sekarang diramaikan sejumlah perangkat berbasis PC dari pemain baru seperti Steam Deck buatan Valve dan ROG Ally dari Asus, seperti dikutip dari The Verge, Selasa (26/11/2024).

    Sebenarnya Sony saat ini sudah memiliki konsol portabel yaitu PlayStation Portal yang diluncurkan tahun lalu. Tapi perangkat tersebut hanya bisa memainkan game PS5 lewat streaming menggunakan Wi-Fi.

    Nah, konsol genggam baru yang sedang digarap Sony saat ini terinspirasi dari PlayStation Portal. Sony awalnya memang merancang PlayStation Portal agar bisa menjadi perangkat independen yang bisa memainkan game secara native.

    Konsol genggam juga bukan hal yang baru bagi Sony. Raksasa teknologi asal Jepang itu pernah merilis PlayStation Portable dan PS Vita, tapi kedua perangkat ini sudah lama dihentikan produksinya.

    (vmp/fay)

  • Media Asing Terus Bahas Nasib iPhone 16 yang Tak Jelas di Indonesia

    Media Asing Terus Bahas Nasib iPhone 16 yang Tak Jelas di Indonesia

    Jakarta

    Sebagian media asing terus membahas mengenai nasib iPhone 16 yang belum juga bisa dijual Apple di Indonesia. Terbaru, proposal investasi Apple senilai USD 100 juta atau kisaran Rp 1,5 triliun yang dinilai Kemenperin tidak adil juga jadi pemberitaan.

    Seperti dipantau detikINET, Selasa (26/11/2024) media asal Jepang, Nikkei, menurunkan judul ‘Indonesia rejects Apple’s $100m investment to lift iPhone 16 sales ban’. Menurut mereka, Indonesia mengatakan rencana investasi USD 100 juta Apple tidak cukup untuk mengakhiri larangan penjualan iPhone 16 dan perusahaan harus mempertimbangkan investasi di manufaktur lokal.

    “Apple mengajukan proposal minggu lalu yang bertujuan membuka penjualan smartphone terbarunya, namun Kementerian Perindustrian mengatakan bahwa mereka tidak puas dengan rencana investasi itu. Mereka juga mengatakan perusahaan masih berhutang USD 100 juta dari komitmen investasi sebelumnya,” tulis Nikkei.

    Adapun media teknologi Phone Arena menulis judul ‘Indonesia holds the iPhone 16 hostage: $100 million not the ransom they want’. Merak menyebut bahwa Indonesia telah menolak proposal investasi Apple senilai USD 100 juta yang ditujukan untuk membangun pabrik aksesori dan komponen, dengan alasan jumlahnya tak cukup untuk diizinkan menjual iPhone terbarunya.

    “Kemenperin Indonesia mengonfirmasi minggu lalu bahwa Apple telah mengajukan proposal investasi dengan harapan dapat mencabut larangan penjualan. Namun, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan setelah dievaluasi, proposal Apple dianggap tak memadai. Ia mengkritik tawaran itu dengan membandingkannya dengan investasi Apple yang lebih besar di negara-negara tetangga seperti Vietnam dan Thailand,” tulis mereka.

    “Indonesia Calls Apple’s $100-Million Investment Offer Unfair,” tulis media bisnis Bloomberg. Mereka melaporkan usulan Apple berinvestasi USD 100 di Indonesia belum memenuhi prinsip keadilan, mengisyaratkan Jakarta tengah mencari negosiasi lebih lanjut sebelum mencabut larangan penjualan iPhone 16. Jumlah tersebut lebih sedikit dari yang diinvestasikan perusahaan teknologi AS itu di negara lain.

    “Misalnya, Apple menyalurkan lebih dari Rp 244 triliun untuk fasilitas manufaktur di Vietnam, di mana total penjualan hanya sekitar 1,5 juta unit, kata pejabat itu. Sebagai perbandingan, Apple hanya menginvestasikan sekitar 1,5 triliun rupiah di akademi pengembang di Indonesia, di mana mereka menjual sekitar 2,5 juta unit (iPhone)” sebut Bloomberg.

    Sebelumnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita mengungkap telah membahas proposal investasi Apple. Kendati tak mengatakan menolak, menurutnya tawaran investasi itu tak memenuhi asas keadilan.

    “USD 100 juta berdasarkan assessment teknokratis tidak memenuhi asas berkeadilan,” kata Agus di Kementerian Perindustrian, Senin (25/11).

    Agus memaparkan empat aspek berkeadilan yang tak dipenuhi dalam investasi Apple, yakni perbandingan investasi Apple di negara-negara selain Indonesia, perbandingan investasi merek-merek HKT lain di RI, penciptaan nilai tambah serta penerimaan negara dan penciptaan lapangan kerja di Indonesia.

    (fyk/fay)

  • The Fed Berpeluang Pangkas Suku Bunga pada FOMC Desember 2024

    The Fed Berpeluang Pangkas Suku Bunga pada FOMC Desember 2024

    Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah pejabat bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve atau The Fed masih membuka peluang pemangkasan suku bunga acuan pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Desember mendatang.

    Presiden Federal Reserve Bank of Minneapolis Neel Kashkari mengatakan masih tepat untuk mempertimbangkan pemotongan suku bunga lagi pada pertemuan bank sentral pada 17—18 Desember 2024 mendatang.

    “Itu masih pertimbangan yang wajar,” kata Kashkari dikutip dari Bloomberg pada Selasa (26/11/2024) dalam menanggapi pertanyaan tentang apakah para pembuat kebijakan harus mengurangi biaya pinjaman seperempat poin pada pertemuan terakhir mereka tahun ini. 

    Dia menilai bahwa sepengetahuannya, saat ini otoritas moneter AS masih mempertimbangkan pemotongan 25 basis poin pada Desember 2024. Hal itu dinilai sebagai perdebatan yang wajar.

    Kashkari mengatakan ketahanan ekonomi dalam menghadapi suku bunga yang lebih tinggi menunjukkan bahwa suku bunga netral, di mana kebijakan tidak membebani atau merangsang pertumbuhan, mungkin lebih tinggi sekarang. 

    Hal itu menimbulkan pertanyaan tentang seberapa besar kebijakan moneter membantu mendinginkan permintaan dalam ekonomi, katanya. Semakin lama ketahanan itu berlanjut, semakin ia berpikir bahwa pergeseran itu mungkin bersifat struktural dan bukan hanya sementara.

    “Inilah yang sedang saya coba pahami sekarang, seberapa besar tekanan ke bawah yang kita berikan pada ekonomi, dan apa jalur inflasi,” kata Kashkari.

    Adapun, The Fed telah menurunkan suku bunga sebesar tiga perempat poin persentase dalam beberapa bulan terakhir, termasuk pemotongan setengah poin yang lebih besar dari biasanya pada  September. Mereka akan bertemu lagi pada 17—18 Desember 2024. Beberapa pejabat telah mengisyaratkan dukungan untuk laju penurunan suku bunga yang lebih bertahap ke depannya.

    Pejabat Fed akan menerima lebih banyak data, baik tentang inflasi maupun pasar tenaga kerja, sebelum pertemuan mereka di bulan Desember. Pembaruan terbaru tentang pengukur harga pilihan Fed akan dirilis pada hari Rabu. Kemajuan inflasi, yang telah mendekati target 2% bank sentral, telah melambat dalam beberapa bulan terakhir.

    “Saya yakin bahwa trennya sedang menurun, dan saat ini pasar tenaga kerja tetap kuat,” kata Kashkari. 

    Kashkari mengatakan bahwa meskipun tarif satu kali kemungkinan akan menyebabkan kenaikan harga satu kali, situasi di mana ada pembalasan oleh negara asing dapat menaikkan harga.

    Secara terpisah, Presiden Federal Reserve Bank of Chicago Austan Goolsbee, memperkirakan bank sentral akan terus menurunkan suku bunga ke arah yang tidak membatasi atau mendorong aktivitas ekonomi. 

    “Kecuali ada beberapa bukti yang meyakinkan tentang pemanasan berlebihan, saya tidak melihat alasan untuk tidak terus menurunkan suku bunga dana federal,” kata Goolsbee dalam sebuah penampilan di Fox Business, mengacu pada suku bunga acuan bank sentral.

    “Seberapa cepat itu terjadi akan ditentukan oleh prospek dan kondisi. Tetapi bagi saya, garis besarnya cukup jelas bahwa kita berada di jalur yang benar, dan jalur itu akan mengarah pada suku bunga yang lebih rendah, lebih dekat dengan apa yang Anda sebut netral,” ujar Goolsbee.

    Goolsbee mengatakan perkiraannya tentang suku bunga netral mendekati estimasi median pejabat, yaitu 2,9% dalam proyeksi September 2024.

    The Fed akan merilis notulen rapat FOMC 6—7 November pada Selasa (26/11/2024) waktu setempat. Para pembuat kebijakan pada pertemuan tersebut menurunkan suku bunga acuan bank sentral sebesar seperempat poin persentase, menyusul penurunan setengah poin pada bulan September. 

    Beberapa pejabat telah mendesak pendekatan yang hati-hati terhadap penurunan suku bunga di masa mendatang, mengingat ketahanan ekonomi yang berkelanjutan dan data inflasi yang kuat akhir-akhir ini. Ketua Fed Jerome Powell mengatakan awal bulan ini bahwa ekonomi tidak mengirimkan sinyal bahwa para pejabat perlu terburu-buru untuk menurunkan suku bunga.

    Terkait data-data baru yang akan keluar pada pekan ini, Goolsbee mengatakan penting untuk tidak menyimpulkan sesuatu secara berlebihan dari data satu bulan. 

    “Saya pikir garis besarnya adalah inflasi beberapa bulan terakhir sering kali berada di bawah apa yang diharapkan, tetapi tidak jauh di atas target 2%,” katanya, mengacu pada target Fed untuk pertumbuhan harga.