Perusahaan: Bloomberg

  • Tim Cook Janjikan Apple Intelligence Lebih Terbuka ke Pihak Ketiga

    Tim Cook Janjikan Apple Intelligence Lebih Terbuka ke Pihak Ketiga

    Jakarta

    CEO Apple Tim Cook memastikan bahwa perusahaan akan membuka ekosistemnya lebih luas bagi teknologi AI pihak ketiga. Dalam wawancaranya dengan CNBC, Cook mengatakan Apple berencana menanamkan lebih banyak alat AI eksternal ke dalam sistem operasi mereka.

    “Niat kami adalah berintegrasi dengan lebih banyak pihak seiring waktu,” ujar Cook dalam wawancara tersebut, seperti dikutip detikINET dari The Verge, Sabtu (1/11/2025).

    Langkah ini melanjutkan strategi yang sudah dimulai Apple tahun ini, dengan ChatGPT terintegrasi langsung di Siri. Apple juga dikabarkan sedang menyiapkan integrasi Google Gemini, dan bahkan menjajaki kerja sama dengan Anthropic serta Perplexity AI untuk memperkaya pengalaman pengguna di ekosistem iPhone, Mac, dan iPad.

    Pernyataan Cook sejalan dengan yang pernah disampaikan Craig Federighi, SVP Software Engineering Apple, yang tahun lalu mengatakan bahwa Apple “terbuka untuk mengintegrasikan berbagai model AI seperti Google Gemini di masa depan.”

    Dalam earnings call terbaru, Cook menegaskan bahwa pengembangan Siri versi AI-enhanced berjalan sesuai rencana dan dijadwalkan meluncur tahun depan. Ia juga menegaskan Apple tetap terbuka untuk akuisisi strategis jika dapat mempercepat peta jalan AI mereka.

    “Kami terbuka untuk melakukan merger atau akuisisi jika hal itu mempercepat roadmap kami,” kata Cook, menegaskan kembali pernyataannya pada Juli lalu.

    Pernyataan ini muncul bersamaan dengan laporan keuangan kuartal keempat Apple yang mencatat pendapatan rekor sebesar USD 102,5 miliar, naik delapan persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Divisi layanan — termasuk Apple Music, Apple TV, dan iCloud — terus menjadi motor utama dengan pendapatan USD 28,8 miliar, sementara penjualan iPhone menyumbang USD 49,03 miliar.

    Meski seri iPhone 17 baru dirilis bulan lalu, Apple belum sepenuhnya merealisasikan visinya terhadap “Apple Intelligence”, sistem AI terintegrasi lintas perangkat yang menjadi fokus utama tahun depan. Menurut laporan Bloomberg, Apple bahkan tengah menjajaki kolaborasi dengan Google untuk menghadirkan AI-powered search engine di Siri.

    Sementara itu, Google CEO Sundar Pichai telah mengonfirmasi bahwa pihaknya bekerja untuk membawa dukungan Gemini ke iPhone.

    Selain memperluas integrasi AI, Apple juga baru memperbarui lini produknya dengan iPad Pro, MacBook Pro, dan Vision Pro berbasis chip M5, serta tengah menyiapkan iPhone 17e yang lebih terjangkau pada 2026.

    (asj/asj)

  • AI Bikin Boncos! Mark Zuckerberg Terlempar dari Top 3 Terkaya Dunia

    AI Bikin Boncos! Mark Zuckerberg Terlempar dari Top 3 Terkaya Dunia

    Jakarta

    Ambisi besar Mark Zuckerberg di bidang kecerdasan buatan (AI) kini berbalik arah. Saham Meta anjlok tajam hingga membuat kekayaan pribadi sang CEO turun drastis sebesar USD 29,2 miliar (sekitar Rp 470 triliun) hanya dalam satu hari perdagangan, Kamis (30/10/2025). Akibatnya, Zuckerberg terlempar dari posisi tiga besar orang terkaya dunia versi Bloomberg Billionaires Index.

    Penurunan saham Meta sebesar 12,3% menjadi yang terdalam sejak Oktober 2022. Saham ditutup di kisaran USD 658,50, menghapus sebagian besar keuntungan yang dikumpulkan sepanjang tahun. Kini, kekayaan Zuckerberg tercatat sekitar USD 228,5 miliar, menempatkannya di urutan kelima, di bawah Jeff Bezos (Amazon) dan Larry Page (Alphabet).

    Sebelumnya, posisi Zuckerberg cukup kokoh di peringkat tiga setelah Larry Ellison (Oracle) dan Elon Musk (Tesla). Namun kerugian kali ini menjadi keempat terbesar dalam sejarah Bloomberg Billionaires Index, hanya kalah dari kejatuhan besar di era “taruhan metaverse” tahun 2022.

    Anjloknya saham Meta dipicu laporan keuangan kuartal ketiga (Q3) 2025 yang mengecewakan investor. Laba bersih per saham (EPS) tercatat hanya USD 1,05, jauh di bawah perkiraan analis USD 6,72, atau turun 83% year-on-year.

    Padahal pendapatan Meta justru naik ke USD 51,2 miliar, melampaui ekspektasi US$49,5 miliar. Penyebab utama penurunan laba adalah biaya pajak satu kali senilai US$15,9 miliar akibat implementasi kebijakan pajak baru “One Big Beautiful Bill Act” dari Presiden AS Donald Trump.

    Meta menegaskan bahwa biaya tersebut bersifat non-tunai dan akan mengurangi kewajiban pajak di tahun-tahun berikutnya. Tanpa beban pajak tersebut, EPS Meta diperkirakan mencapai USD 7,25, jauh lebih sehat.

    Di bawah kendali Zuckerberg, Meta kini bertransformasi dari perusahaan media sosial menjadi raksasa AI konsumen. Melalui divisi baru bernama Superintelligence Labs, Meta gencar merekrut talenta terbaik di dunia untuk mengembangkan “AI superintelligence pribadi” bagi miliaran pengguna.

    Namun langkah agresif ini justru membuat investor waswas. Meta mengumumkan rencana penjualan obligasi hingga USD 30 miliar guna mendanai proyek ambisius tersebut, serta menaikkan belanja modal (capex) 2025 menjadi USD 70-72 miliar, dengan potensi meningkat ke USD 118 miliar pada 2026.

    Beberapa analis di Bloomberg menurunkan peringkat saham Meta, menilai pengeluaran besar-besaran ini berisiko menekan profit jangka pendek. Zuckerberg menanggapi dengan optimistis, menyebut investasi AI sebagai “pergeseran paradigma generasional” yang akan menghasilkan keuntungan besar dalam jangka panjang.

    Mark Zuckerberg, yang memiliki sekitar 13% saham Meta, dikenal sebagai sosok visioner sejak mendirikan Facebook di asrama Harvard pada 2004. Namun langkah rebranding menjadi Meta pada 2021 dan pivot ke metaverse sempat dianggap gagal setelah saham jatuh 24% pada 2022.

    Kini, arah Meta bergeser lagi-dari metaverse ke superintelligence. Produk baru seperti Vibes, platform video generatif AI yang diluncurkan pada September lalu, telah menghasilkan lebih dari 20 miliar gambar. Zuckerberg menyebutnya sebagai langkah nyata menuju masa depan “AI untuk semua orang”.

    Fenomena ini juga menggambarkan turbulensi yang terjadi di sektor teknologi global. Alphabet naik 2,7% setelah laporan laba positif, sementara Microsoft justru turun 2,2% akibat investasi USD 3,1 miliar ke OpenAI.

    Para analis menilai tantangan Meta kini adalah menyeimbangkan inovasi jangka panjang dengan ekspektasi keuntungan jangka pendek, di tengah kompetisi ketat dalam industri AI yang semakin panas.

    (afr/afr)

  • Top 3 Tekno: iPad Air dan iPad Mini dengan Layar OLED Bikin Penasaran

    Top 3 Tekno: iPad Air dan iPad Mini dengan Layar OLED Bikin Penasaran

    Liputan6.com, Jakarta – Berita terkait Apple yang sedang menyiapkan iPad Air dan iPad Mini dengan layar OLED, membuat penasaran para pembaca di kanal Tekno Liputan6.com, Jumat (31/10/2025) kemarin.

    Informasi lain yang juga populer yaitu mengenai tiga fitur baru TikTok berbasis AI untuk mempermudah pengguna membuat konten.

    Lebih lengkapnya, simak tiga berita terpopuler di kanal Tekno Liputan6.com berikut ini.

    1. Apple Siapkan iPad Air dan iPad Mini dengan Layar OLED, Harga Diprediksi Naik Rp 1,6 Juta 

    Apple kabarnya sedang mempersiapkan pembaruan besar-besaran untuk lini iPad terbaru mereka. Sukses membawa layar OLED ke iPad Pro, perusahaan rumornya bakal menyematkan panel tersebut ke seri iPad Air dan iPad Mini.

    Mengutip laporan Bloomberg via Gizmochina, Sabtu (1/12/2025), iPad Mini akan menjadi model pertama beralih ke OLED pada 2026. Setelah itu, iPad Air akan menyusul pada 2027.

    Menariknya, raksasa teknologi berbasis di Cupertino itu juga akan menyematkan panel OLED ke model baru MacBook Pro dengan target peluncuran sekitar 2028.

    Layar OLED dikenal mampu menghadirkan kualitas warna lebih hidup, hitam lebih pekat, dan kontra tinggi dibandingkan layar Liquid Retina saat digunakan.

    Tak hanya itu, panel OLED juga sangat efisien dari sisi daya baterai serta pengalaman visual lebih imersif, terutama untuk pengguna yang gemar menonton atau mengedit konten.

    Selain peningkatan layar, Apple juga dikabarkan sedang menguji desain baru iPad Mini yang lebih tangguh hingga tahan air. Kabarnya, tablet mungil Apple ini akan menggunakan speaker berbasis getaran untuk menggantikan lubang speaker konvensional.

    Dengan cara ini, maka iPad Mini baru tersebut lebih tahan terhadap debu dan cipratan air, cocok bagi pengguna sering memakai tablet di luar ruangan.

    Baca selengkapnya di sini 

     

  • Apple Siapkan iPad Air dan iPad Mini dengan Layar OLED, Harga Diprediksi Naik Rp 1,6 Juta

    Apple Siapkan iPad Air dan iPad Mini dengan Layar OLED, Harga Diprediksi Naik Rp 1,6 Juta

    Liputan6.com, Jakarta – Apple kabarnya sedang mempersiapkan pembaruan besar-besaran untuk lini iPad terbaru mereka. Sukses membawa layar OLED ke iPad Pro, perusahaan rumornya bakal menyematkan panel tersebut ke seri iPad Air dan iPad Mini.

    Mengutip laporan Bloomberg via Gizmochina, Sabtu (1/12/2025), iPad Mini akan menjadi model pertama beralih ke OLED pada 2026. Setelah itu, iPad Air akan menyusul pada 2027.

    Menariknya, raksasa teknologi berbasis di Cupertino itu juga akan menyematkan panel OLED ke model baru MacBook Pro dengan target peluncuran sekitar 2028.

    Layar OLED dikenal mampu menghadirkan kualitas warna lebih hidup, hitam lebih pekat, dan kontra tinggi dibandingkan layar Liquid Retina saat digunakan.

    Tak hanya itu, panel OLED juga sangat efisien dari sisi daya baterai serta pengalaman visual lebih imersif, terutama untuk pengguna yang gemar menonton atau mengedit konten.

    Selain peningkatan layar, Apple juga dikabarkan sedang menguji desain baru iPad Mini yang lebih tangguh hingga tahan air. Kabarnya, tablet mungil Apple ini akan menggunakan speaker berbasis getaran untuk menggantikan lubang speaker konvensional.

    Dengan cara ini, maka iPad Mini baru tersebut lebih tahan terhadap debu dan cipratan air, cocok bagi pengguna sering memakai tablet di luar ruangan.

    Akan tetapi, peningkatan fitur ini berpotensi menaikkan harga iPad Air dan iPad Mini baru di pasaran. Sumber dari rantai pasokan sempat mengungkap, ada kemungkinan kenaikan harga hingga 100 dolar AS atau sekitar Rp 1,6 juta per unit akibat pemakaian panel OLED.

     

  • Dolar AS Melemah ke Level Rp 16.616 Pagi Ini

    Dolar AS Melemah ke Level Rp 16.616 Pagi Ini

    Jakarta

    Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) melemah terhadap rupiah pada perdagangan pagi ini. Pelemahan ini membawa mata uang Paman Sam itu berada di level Rp 16.616/US$.

    Dikutip dari data Bloomberg, Jumat (31/10/2025), sekitar pukul 09.16 WIB dolar AS berada pada level Rp 16.616, melemah 20,00 poin atau sebesar 0,12%.

    Pada pembukaan perdagangan, dolar AS berada di level Rp 16.623. Pergerakan dolar AS pagi ini berada di antara Rp 16.615-Rp 16.625.

    Sementara itu, pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang Asia-Pasifik lainnya cukup bervariasi. Dolar AS terpantau menguat terhadap won Korea Selatan 0,19%. Sementara terhadap peso Filipina melemah 0,22%.

    Nilai tukar dolar AS juga mengalami penguatan terhadap rupee India 0,57%. Kemudian terhadap yuan China melemah 0,01%. Dolar AS juga menguat terhadap baht Thailand sebesar 0,17%.

    Sementara itu, nilai tukar dolar AS justru mengalami pelemahan terhadap dolar Singapura 0,12%. Jika terhadap dolar baru Taiwan menguat 0,09%,

    Dolar AS terhadap ringgit Malaysia melemah 0,07%, serta terhadap yen Jepang 0,25%. Nilainya juga melemah terhadap dolar Hong Kong 0,02% dan dolar Australia 0,01%.

    Lihat juga Video Trump Ancam Tarif 150% ke BRICS: Mereka Coba Hancurkan Dolar AS!

    (acd/acd)

  • Tensi Mereda! Trump-Xi Jinping Akhirnya Sepakati Penurunan Tarif

    Tensi Mereda! Trump-Xi Jinping Akhirnya Sepakati Penurunan Tarif

    Bisnis.com, JAKARTA – Amerika Serikat (AS) dan China mencapai kesepakatan dagang baru usai pertemuan antara Presiden Donald Trump dan Presiden Xi Jinping, yang mencakup pemangkasan tarif terkait fentanyl.

    Dalam kesepakatan tersebut, China juga akan kembali membeli kedelai dari AS dan menangguhkan rezim perizinan ekspor mineral tanah jarang (rare earth) setidaknya selama satu tahun, kata Trump.

    “Saya kira, kalau diukur dari skala nol sampai sepuluh, dengan sepuluh yang terbaik, saya akan bilang pertemuan ini bernilai dua belas. Hubungan ini sangat penting, dan saya rasa hasilnya sangat baik,” ujar Trump dikutip dari Bloomberg, Kamis (30/10/2025).

    Keterangan Trump kepada wartawan di dalam pesawat kepresidenan Air Force One menunjukkan bahwa kedua pemimpin secara resmi memformalkan kerangka kesepakatan yang sebelumnya dirancang oleh pejabat kedua negara di Malaysia pada akhir pekan lalu. Pemerintah China belum merilis informasi resmi mengenai pertemuan tersebut.

    Pasar saham sempat berfluktuasi, sementara harga emas naik 1,2% setelah pernyataan Trump. Kontrak berjangka indeks saham AS turun 0,1%, dan indeks saham Asia melemah 0,3%. Saham di China daratan juga ikut terkoreksi.

    Meski sempat muncul spekulasi bahwa Trump akan memberikan konsesi tambahan — termasuk membuka akses terhadap chip canggih seri Blackwell milik Nvidia Corp. atau mengubah kebijakan AS terhadap Taiwan — Trump menegaskan isu-isu tersebut tidak dibahas. Namun, kedua pemimpin sempat menyinggung akses terhadap produk lain dari Nvidia.

    Pemangkasan tarif tersebut menjadi kemenangan besar bagi China, yang kini dapat meningkatkan daya saing ekspornya dibandingkan rival yang menikmati bea masuk lebih rendah.

    Trump juga menyebut akan berkunjung ke China pada April tahun depan, sementara Xi dijadwalkan melakukan kunjungan balasan ke AS pada akhir 2026. Keduanya sepakat bekerja sama dalam isu Ukraina serta menghapus tarif dan biaya pengiriman antarnegara.

    “Kami membuat serangkaian keputusan luar biasa,” kata Trump.

    Trump optimistis China akan meningkatkan investasinya di AS dan memperpanjang penundaan kebijakan ekspor mineral tanah jarang. 

    Selama ini, Beijing menggunakan kebijakan tersebut sebagai alat tawar dalam negosiasi dagang, dengan ancaman membatasi pasokan mineral penting yang dibutuhkan industri berteknologi tinggi seperti smartphone dan mesin jet.

    Selain itu, Trump mengatakan Xi berjanji akan mengambil langkah konkret untuk mengurangi aliran bahan kimia prekursor yang digunakan dalam produksi fentanyl. “Saya percaya dia akan bekerja keras untuk menghentikan kematian akibat hal ini,” ujar Trump.

    Trump tidak memberikan rincian lebih lanjut mengenai potensi investasi China, namun menyebut detail perjanjian akan diumumkan kemudian. Dia juga tidak menjelaskan nasib beberapa elemen penting dalam kesepakatan tersebut, termasuk penjualan operasi TikTok di AS milik ByteDance Ltd..

    Trump juga tidak membahas apakah AS akan mencabut aturan yang memperluas sanksi terhadap anak perusahaan yang dimiliki lebih dari 50% oleh perusahaan yang masuk daftar hitam.

    Sebelum pertemuan di Pangkalan Udara Busan, Korea Selatan, di sela-sela KTT APEC, kedua pemimpin menyatakan optimisme terhadap upaya memperbaiki hubungan ekonomi kedua negara.

    “Kita tidak selalu memiliki pandangan yang sama, dan itu hal yang normal bagi dua ekonomi terbesar dunia. Dalam menghadapi tantangan, kita berdua sebagai nakhoda hubungan China-AS harus menjaga arah yang tepat agar kapal besar ini terus berlayar dengan stabil,” ujar Xi

    Pertemuan ini menandai meredanya ketegangan dagang berbulan-bulan antara kedua negara yang sebelumnya saling mengancam dengan tarif dan pembatasan ekspor.

    Meski demikian, kesepakatan ini masih jauh dari perjanjian komprehensif yang bisa menyentuh akar persaingan ekonomi AS-China.

    Dari pihak AS, perundingan dihadiri oleh Perwakilan Dagang AS Jamieson Greer, Menteri Perdagangan Howard Lutnick, Menteri Luar Negeri Marco Rubio, Menteri Keuangan Scott Bessent, Kepala Staf Gedung Putih Susie Wiles, serta Duta Besar AS untuk China David Perdue.

    Sementara dari pihak China hadir Wakil Perdana Menteri He Lifeng, Kepala Staf Xi Jinping Cai Qi, Menteri Luar Negeri Wang Yi, Ketua Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Zheng Shanjie, Menteri Perdagangan Wang Wentao, serta Wakil Menteri Luar Negeri Ma Zhaoxu.

  • Amazon, Meta, hingga Microsoft Terpukul

    Amazon, Meta, hingga Microsoft Terpukul

    Bisnis.com, JAKARTA— Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali melanda industri teknologi global. Raksasa e-commerce Amazon hingga perusahaan Meta melakukan perampingan besar-besaran tahun ini. 

    Sejumlah raksasa teknologi seperti Amazon, Microsoft, Intel, hingga Meta melakukan pemangkasan besar-besaran terhadap puluhan ribu karyawan di seluruh dunia. 

    Langkah ini menjadi bagian dari upaya efisiensi dan restrukturisasi perusahaan di tengah meningkatnya penggunaan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). 

    Amazon menjadi salah satu perusahaan yang paling banyak melakukan pemangkasan tenaga kerja. Raksasa teknologi asal Amerika Serikat itu berencana memangkas sekitar 14.000 karyawan korporat di seluruh dunia. 

    Langkah ini merupakan bagian dari restrukturisasi besar-besaran seiring meningkatnya adopsi teknologi AI di berbagai lini bisnis perusahaan. 

    Mengutip laporan Reuters, Rabu (29/10/2024), jumlah karyawan yang terdampak berpotensi meningkat hingga 30.000 orang. 

    Meski belum dikonfirmasi secara resmi, Amazon dalam surat elektronik kepada seluruh karyawan menyebutkan bahwa pemangkasan lanjutan akan dilakukan dalam waktu dekat. Keputusan ini diambil untuk menyesuaikan jumlah tenaga kerja setelah terjadi kelebihan rekrutmen selama masa pandemi, sekaligus menekan biaya operasional menjelang musim belanja akhir tahun.

    Langkah serupa juga dilakukan Microsoft Corp., yang kembali mengumumkan PHK terhadap sekitar 9.000 karyawan dalam gelombang kedua pada tahun ini. Keputusan ini diambil sebagai bagian dari upaya perusahaan menekan biaya di tengah peningkatan investasi di sektor AI.

    Seorang juru bicara Microsoft menyatakan langkah ini akan berdampak pada kurang dari 4% total tenaga kerja global perusahaan. PHK akan dilakukan lintas tim, wilayah, serta tingkat jabatan sebagai bagian dari upaya merampingkan proses dan memangkas lapisan manajemen.

    “Kami terus melakukan penyesuaian organisasi yang diperlukan agar perusahaan dan tim kami berada dalam posisi terbaik untuk sukses di pasar yang dinamis,” ujar juru bicara tersebut dikutip dari Bloomberg, Kamis (3/7/2025).

    Sebelumnya, Microsoft telah melakukan PHK massal pada Mei lalu yang berdampak pada 6.000 karyawan, terutama di posisi produk dan rekayasa teknis. 

    Di sisi lain, Intel Corp. juga mengonfirmasi akan melakukan PHK massal terhadap 15% tenaga kerja globalnya pada kuartal terakhir tahun ini. 

    Berdasarkan laporan pendapatan terbaru, sebagian besar pemangkasan tersebut telah dimulai, terutama di unit Folsom dan Santa Clara di California, serta di fasilitas Oregon, Arizona, Texas, dan Israel.

    Intel berharap hanya memiliki 75.000 karyawan inti pada akhir tahun ini, turun signifikan dari 99.500 karyawan pada akhir 2024. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi jumlah tenaga kerjanya hingga 24.500 orang.

    Selama beberapa tahun terakhir, Intel kehilangan pangsa pasar akibat meningkatnya dominasi pesaing seperti TSMC dan kesulitan memenuhi tuntutan industri AI. Tahun lalu, Intel juga telah memangkas sekitar 15.000 karyawan.

    “Perubahan ini dirancang untuk menciptakan organisasi yang bergerak lebih cepat, lebih datar, dan lebih gesit,” kata Intel.

    Tak ketinggalan, Meta Platforms Inc. turut melakukan pemangkasan tenaga kerja. Perusahaan induk Facebook itu berencana memangkas sekitar 600 karyawan di divisi AI Superintelligence Labs pada bulan depan. PHK ini melibatkan tim Fundamental Artificial Intelligence Research (FAIR), divisi produk AI, dan infrastruktur AI.

    Menurut data dari akun analis pasar The Kobeissi Letter di X, dalam beberapa bulan terakhir sejumlah perusahaan besar juga mengumumkan rencana PHK besar-besaran. 

    Berikut daftanya: 

    -UPS sebanyak 48.000 karyawan, 

    -Nestle 16.000 karyawan, 

    -Accenture 11.000 karyawan, 

    -Ford 11.000 karyawan, 

    -Novo Nordisk 9.000 karyawan, 

    -PwC 5.600 karyawan, 

    -Salesforce 4.000 karyawan, 

    -Paramount 2.000 karyawan, 

    -Kroger 1.000 karyawan, 

    -dan Applied Materials 1.444 karyawan.

    “Pasar tenaga kerja jelas melemah,” tulis The Kobeissi Letter dalam unggahan di X.

  • Kinerja Induk Google Moncer Kuartal III/2025, AI dan Cloud jadi Penopang

    Kinerja Induk Google Moncer Kuartal III/2025, AI dan Cloud jadi Penopang

    Bisnis.com, JAKARTA – Induk perusahaan Google, Alphabet Inc., mencatatkan kinerja di atas ekspektasi analis pada kuartal III/2025 seiring dengan lonjakan permintaan terhadap layanan cloud dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI).

    Melansir Bloomberg pada Kamis (30/10/2025), Alphabet mencatat penjualan sebesar US$87,5 miliar atau Rp1.450,8 triliun, tidak termasuk pembayaran kepada mitra.

    Angka tersebut melampaui estimasi analis sebesar US$85,1 miliar. Sementara itu, laba bersih tercatat sebesar US$2,87 per saham, jauh di atas proyeksi US$2,26.

    Perusahaan tengah menggelontorkan investasi besar-besaran untuk mempercepat pengembangan AI dan menyematkan kemampuan model bahasa besar (large language model) Gemini ke berbagai produk andalannya, termasuk mesin pencari. Belanja modal tahun ini diperkirakan mencapai US$91 miliar–US$93 miliar, naik dari estimasi sebelumnya US$85 miliar.

    Meski Meta Platforms Inc. dan Microsoft Corp. juga berjanji meningkatkan belanja AI namun saham keduanya turun, Alphabet justru mampu meyakinkan investor bahwa ekspansinya berkontribusi langsung terhadap pertumbuhan bisnis — terutama pada segmen cloud computing dan iklan pencarian.

    “Kami melihat AI kini benar-benar mendorong hasil bisnis di seluruh lini perusahaan,” ujar CEO Alphabet Sundar Pichai dalam konferensi dengan analis. “Momentum kami sangat kuat.”

    Pichai menambahkan, pendapatan dari produk berbasis AI generatif tumbuh lebih dari 200% dibanding tahun lalu. Alphabet juga mencatat peningkatan penjualan alat AI untuk pelanggan Google Cloud.

    Chief Financial Officer Anat Ashkenazi mengungkapkan sekitar 60% dari belanja modal kuartal lalu dialokasikan untuk server, sementara sisanya digunakan untuk pusat data dan peralatan jaringan guna mendukung ekspansi operasi AI.

    Saham Alphabet ditutup naik 2,7% ke level US$274,57 pada perdagangan Rabu, dan telah menguat 45% sepanjang tahun ini.

    Unit Google Cloud menjadi penopang utama pertumbuhan, dengan pendapatan melonjak 33,5% (yoy) menjadi US$15,2 miliar, melampaui perkiraan US$14,8 miliar. Laba operasional tercatat US$3,59 miliar, di atas estimasi analis US$3 miliar. Alphabet menyebut nilai kontrak cloud yang belum terealisasi mencapai US$155 miliar.

    Menurut analis CFRA Research, Angelo Zino, backlog cloud Google memberi visibilitas kuat terhadap kinerja masa depan. Dia menilai kuartal ini menunjukkan penggunaan belanja yang efektif.

    Sementara itu, bisnis iklan pencarian (search ads) tetap menjadi mesin utama dengan pendapatan US$56,6 miliar, melebihi proyeksi US$55 miliar. Unit ini masih mampu bertahan di tengah persaingan ketat dari chatbot berbasis AI, namun Google harus memastikan bisnis pencarian tetap menguntungkan.

    Pusat strategi AI Alphabet adalah model Gemini, yang kini diintegrasikan ke dalam berbagai produk inti Google. Awal tahun ini, Google lolos dari gugatan antimonopoli besar di AS setelah hakim menilai bisnis pencarian perusahaan telah menghadapi ancaman nyata dari AI.

    Tekanan kini datang dari pesaing seperti OpenAI, yang mulai meluncurkan layanan pencarian dan browser bertenaga AI. Menurut Synovus Trust, kehilangan pangsa pencarian Google terhadap ChatGPT telah melambat pada kuartal III/2025.

    Analis BNP Paribas, Stefan Slowinski, menilai rencana restrukturisasi OpenAI yang membuka jalan bagi model bisnis berorientasi profit dapat memperkuat kompetisi langsung dengan Google dalam periklanan AI.

    Unit video YouTube, yang tahun ini genap berusia 20 tahun, mencatat pendapatan US$10,3 miliar, melampaui perkiraan US$10 miliar. Platform tersebut kini juga mencatat 100 juta jam tayang video podcast per hari.

    Sementara itu, divisi Other Bets — mencakup bisnis masa depan seperti Verily (kesehatan) dan Waymo (mobil otonom) — membukukan pendapatan US$344 juta dengan rugi US$1,43 miliar, sedikit lebih besar dari perkiraan rugi US$1,2 miliar.

    Alphabet tengah memperluas operasi Waymo ke London dan Tokyo, serta menguji kendaraan otonom di New York City, ujar Pichai. Alphabet juga dilaporkan mendorong beberapa unit eksperimentalnya untuk beroperasi secara independen sebagai startup baru.

  • Jelang Pengumuman Fed, Saham-saham Wall Street Kompak Menghijau

    Jelang Pengumuman Fed, Saham-saham Wall Street Kompak Menghijau

    Bisnis.com, JAKARTA – Saham-saham di bursa Amerika Serikat (AS) melanjutkan reli yang didorong oleh sektor teknologi pada Rabu (29/10/2025), seiring Wall Street bersiap menghadapi agenda padat yang mencakup keputusan suku bunga Federal Reserve atau The Fed dan laporan keuangan dari tiga raksasa teknologi.

    Dilansir dari Bloomberg, Indeks S&P 500 naik tipis 0,210% pada pukul 11:48 pagi di New York, sementara Indeks Nasdaq 100 naik 0,332%. Saham Nvidia Corp. melanjutkan kenaikannya, menembus kapitalisasi pasar US$5 triliun dan menjadi perusahaan publik pertama dalam sejarah yang mencapai tonggak tersebut.

    Adapun, The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin persentase pada Rabu sore waktu setempat. Ketua The Fed Jerome Powell siap untuk menggambarkan pemotongan tersebut dan penarikan dari program pengetatan kuantitatif bank sebagai langkah manajemen risiko.

    Antisipasi langkah The Fed telah menarik turun imbal hasil obligasi Treasury 10 tahun sejak pertemuan terakhir, sementara penutupan pemerintah AS (government shutdown) mengancam akan memberikan tekanan tambahan pada ekonomi.

    “Dengan taruhan untuk langkah The Fed hari ini sebagian besar sudah pasti, hal yang lebih penting bagi pasar adalah laporan kinerja Microsoft Corp., Alphabet Inc., dan Meta Platforms Inc. setelah penutupan pasar,” tulis Bloomberg dikutip, Kamis (30/10/2025) dini hari. 

    Wall Street akan memantau pembaruan mengenai pengeluaran kecerdasan buatan (artificial intelligent/ AI) dan menanti informasi kapan mereka memperkirakan akan mulai melihat hasil dari investasi tersebut.

    Perkembangan positif di front perdagangan juga mengangkat suasana di kalangan pedagang. Presiden AS Donald Trump dan Presiden Korea Selatan Lee Jae Myung menandatangani kesepakatan perdagangan, mengakhiri negosiasi berbulan-bulan mengenai implementasi kesepakatan kerangka kerja yang disepakati pada Juli.

    Dalam pergerakan saham individu, saham Boeing Co. turun 4,18% setelah produsen pesawat tersebut mencatat beban akuntansi sebesar $4,9 miliar akibat penundaan peluncuran pesawat jet 777X hingga 2027.

    Di sisi lain, saham American Electric Power naik 4,99% setelah perusahaan utilitas listrik AEP mengonfirmasi kisaran proyeksi laba operasional tahunan dan menyatakan bahwa hasilnya diperkirakan akan berada di bagian atas kisaran tersebut. Saham Caterpillar Inc. melonjak 12,90% setelah produsen mesin tersebut melaporkan laba per saham yang disesuaikan melebihi ekspektasi Wall Street.

    Di tingkat sektor, saham emas dan perak naik seiring dengan kenaikan harga logam, karena investor semakin mengharapkan The Fed akan menurunkan suku bunga hari ini.

    Setelah rally 38% di S&P 500 sejak titik terendah April, investor dihadapkan pada dilema: Mencairkan keuntungan atau tetap bertahan. Indeks S&P 500 telah berada di atas rata-rata pergerakan 50 hari selama 125 sesi, periode terpanjang sejak 2011, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg. Indeks acuan ini hanya mencatat tiga periode lebih panjang dalam 30 tahun terakhir.

  • Trump Siap Bahas Penurunan Tarif dan Chip AI Nvidia dengan Xi Jinping

    Trump Siap Bahas Penurunan Tarif dan Chip AI Nvidia dengan Xi Jinping

    Bisnis.com, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berencana menurunkan tarif impor terhadap barang-barang China dan membahas chip AI Blackwell milik Nvidia dengan Presiden Xi Jinping dalam upaya meredakan ketegangan perdagangan kedua negara.

    Trump dijadwalkan akan bertemu dengan Xi pada Kamis (30/10/2025) besok di Korea Selatan. 

    “Saya berencana menurunkan tarif itu karena saya percaya mereka (China) akan membantu kami dalam penanganan masalah fentanyl,” ujar Trump sebagaimana dikutip dari Bloomberg pada Rabu (29/10/2025) kepada wartawan di pesawat kepresidenan Air Force One dalam perjalanan menuju Korea Selatan. 

    Trump menambahkan, dirinya berharap Beijing akan mengambil langkah konkret dan bekerja sama langsung untuk mengatasi ekspor bahan kimia prekursor yang digunakan dalam produksi fentanyl. 

    Namun, dia tidak menjelaskan lebih jauh mengenai besaran penurunan tarif tersebut.

    Sebelumnya, The Wall Street Journal melaporkan bahwa Trump mempertimbangkan pemangkasan tarif dari 20% menjadi 10% terhadap barang-barang China sebagai bagian dari upaya penanganan krisis fentanyl.

    Selain itu, Trump juga mengisyaratkan kesediaan untuk memberikan akses kepada China terhadap chip AI Nvidia seri Blackwell sebagai bagian dari kesepakatan dagang—langkah yang dinilai sebagai konsesi besar dan berpotensi memicu perdebatan di kalangan politisi Washington yang fokus pada isu keamanan nasional.

    “Kami akan membahas Blackwell,” kata Trump, menyebut chip tersebut sebagai produk super canggih dan jauh lebih maju dibandingkan teknologi negara lain. 

    Dia mengungkapkan CEO Nvidia, Jensen Huang, baru-baru ini menunjukkan versi chip tersebut kepadanya di Oval Office.

    Sebelumnya, Huang mengatakan dalam sebuah acara di Washington bahwa Nvidia belum mengajukan izin ke pemerintah AS untuk menjual chip AI Blackwell di China, karena otoritas Beijing telah melarang pengiriman produk tersebut ke pasar domestik.

    Menurutnya, Nvidia telah mengecualikan China dari proyeksi penjualan perusahaan, dan pangsa pasarnya di negara tersebut kini turun menjadi nol, meski Trump sempat melonggarkan aturan ekspor untuk chip AI yang kurang canggih dengan imbalan 15% dari nilai penjualan bagi pemerintah AS.

    “Presiden telah memberi kami izin untuk mengekspor ke China, tetapi China sendiri yang memblokir pengiriman itu. Mereka sangat jelas menyatakan tidak ingin Nvidia hadir di sana saat ini,” ujar Huang. 

    China disebut berharap pengurangan tarif dapat meringankan beban ekspor ke AS. Pemangkasan tarif fentanyl menjadi separuh akan menurunkan rata-rata tarif atas sebagian besar impor China ke sekitar 45%, dan meningkatkan daya saing produk China dibandingkan dengan mitra dagang AS lain yang menikmati tarif lebih rendah.

    Pejabat AS dan China dilaporkan telah mencapai kerangka kesepakatan di Malaysia pada akhir pekan lalu, yang menjadi dasar bagi Trump dan Xi untuk memfinalisasi perjanjian dagang guna menghapus sebagian besar tarif, biaya, dan pembatasan ekspor yang diberlakukan dalam beberapa pekan terakhir.

    Berdasarkan kesepakatan awal tersebut, tarif terhadap barang-barang China kemungkinan tetap stabil, sementara Beijing akan menunda selama satu tahun rencana pembatasan ekspor logam tanah jarang. 

    Trump sebelumnya berencana menaikkan tarif hingga 100% mulai 1 November jika kesepakatan dengan Xi tidak tercapai.

    Sebagai bagian dari kesepakatan, China juga diperkirakan akan melakukan pembelian besar-besaran kedelai dari AS. Di sisi lain, Washington akan menunda penerapan pembatasan ekspor perangkat lunak yang dapat menghambat akses China terhadap berbagai teknologi canggih.

    Kedua negara juga disebut akan menyepakati pengurangan biaya pengiriman serta menyetujui penjualan operasi AS dari aplikasi video pendek TikTok milik ByteDance Ltd. kepada konsorsium yang difasilitasi pemerintahan Trump.