Perusahaan: Bloomberg

  • Kelas Menengah India Dapat Potongan Pajak Rp188 Triliun, Siap Pacu Pertumbuhan Ekonomi

    Kelas Menengah India Dapat Potongan Pajak Rp188 Triliun, Siap Pacu Pertumbuhan Ekonomi

    Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah India memberikan keringanan pajak sebesar 1 triliun rupee atau sekitar Rp188 triliun (asumsi kurs Rp188 per rupee) kepada konsumen kelas menengah. Insentif itu untuk menopang ekonomi yang melambat karena risiko global yang memburuk.

    Dilansir dari Bloomberg, Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman menyampaikan kebijakan anggaran kepada anggota parlemen di New Delhi, India pada Sabtu (1/2/2025).

    Individu dengan pendapatan tahunan hingga 1,2 juta rupee (sekitar Rp225,6 juta) secara efektif akan dibebaskan dari kewajiban membayar pajak penghasilan. Kementerian Keuangan India menaikkan batas penghasilan tidak kena pajak (PTKP) dari sebelumnya 700.000 rupee (sekitar Rp131,6 juta per tahun).

    Perubahan pajak akan memengaruhi 10 juta individu, meningkatkan jumlah mereka yang tidak membayar pajak penghasilan menjadi 60 juta, atau sekitar 74% dari semua pembayar pajak.

    “[Langkah tersebut akan] secara substansial mengurangi pajak kelas menengah dan menyisakan lebih banyak uang di tangan mereka, meningkatkan konsumsi rumah tangga, tabungan, dan investasi,” ujar Sitharaman, dilansir dari Bloomberg pada Minggu (2/2/2025).

    Sitharaman juga mengumumkan defisit anggaran yang sedikit lebih kecil untuk tahun fiskal mendatang, dengan peningkatan yang moderat dalam belanja infrastruktur.

    Anggaran tersebut disusun dengan latar belakang pertumbuhan ekonomi India yang paling lemah sejak pandemi Covid-19 dan meningkatnya risiko geopolitik karena Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengguncang perdagangan global dengan ancaman tarif yang meluas. Investor telah menarik sekitar US$600 miliar dari saham India dalam sebulan terakhir.

    Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi India hanya 6,4% pada 2025—jauh di bawah pertumbuhan tahunan 8% yang dibutuhkan Perdana Menteri Narendra Modi untuk memenuhi tujuan ekonominya yang ambisius untuk menjadikan India sebagai negara maju pada tahun 2047.

    Perekonomian India diperkirakan akan tumbuh 6,3%—6,8% pada 2026.

    Meskipun terjadi kehilangan pendapatan dari pemotongan pajak, Sitharaman masih berhasil menargetkan defisit anggaran yang lebih rendah pada tahun mendatang sebesar 4,4% terhadap produk domestik bruto (PDB), sedikit di bawah 4,5% yang diperkirakan sebelumnya.

    Peningkatan transfer dari bank sentral dan lembaga keuangan milik pemerintah sebagian akan membantu mengimbangi penurunan pendapatan pajak. Defisit akan didanai melalui penjualan obligasi yang sedikit lebih tinggi dari yang diharapkan sebesar 14,82 triliun rupee (sekitar Rp2.786 triliun).

    Di sisi belanja, pemerintah kurang membelanjakan belanja modalnya tahun ini, sehingga defisit anggaran lebih kecil, yaitu 4,8% terhadap PDB, dibandingkan dengan estimasi sebelumnya sebesar 4,9%. Belanja modal diproyeksikan tumbuh 10% menjadi 11,2 triliun rupee pada tahun fiskal mendatang.

    “Upaya kami adalah menjaga defisit fiskal setiap tahun sehingga utang pemerintah pusat tetap pada jalur penurunan sebagai persentase dari PDB,” katanya, memproyeksikan utang sebesar 50% dari PDB pada Maret 2031.

    Mengekang defisit fiskal dan utang pemerintah akan menjadi kunci untuk meningkatkan peringkat kredit India, yang saat ini berada pada level terendah untuk investasi. Moody’s Ratings mengatakan pada Sabtu (1/2/2025) bahwa rencana fiskal yang diuraikan oleh Menteri Keuangan India belum menjamin perubahan peringkat kredit.

  • Utang Twitter akan Dijual, CEO X Bertemu Calon Investor di Kantor Morgan Stanley

    Utang Twitter akan Dijual, CEO X Bertemu Calon Investor di Kantor Morgan Stanley

    Bisnis.com, JAKARTA — CEO X atau dikenal sebagai Twitter, Linda Yaccarino, bersama dengan CFO Mahmoud Reza Banki, hadir dalam pertemuan dengan beberapa perusahaan investasi yang diorganisir oleh Morgan Stanley pada Jumat (31/1/2025). Pertemuan ini sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk menjual utang senilai US$3 miliar.

    Pertemuan tersebut berlangsung di kantor Morgan Stanley, di mana para eksekutif X memberikan presentasi singkat tetapi tidak memberikan kesempatan bagi peserta untuk mengajukan pertanyaan.

    Melansir Bloomberg, Minggu (2/2/2025), menurut beberapa sumber yang mengetahui jalannya pertemuan, para eksekutif X memberikan informasi terbatas mengenai kondisi perusahaan dalam presentasi yang memakan waktu selama satu jam.

    Akan tetapi, tidak ada komentar yang diberikan oleh perwakilan Morgan Stanley maupun X terkait hasil yang disepakati pasca pertemuan tersebut.

    Adapun, langkah ini muncul setelah Morgan Stanley meluncurkan proses penjualan utang X, yang sebelumnya dikenal sebagai Twitter Inc., yang tertahan di neraca bank-bank Wall Street sejak pembelian perusahaan oleh Elon Musk pada tahun 2022.

    Utang senilai miliaran dolar tersebut sempat terhalang penjualannya akibat kekhawatiran mengenai kesehatan finansial X. 

    Morgan Stanley, yang berperan sebagai penasihat Elon Musk dalam akuisisi tersebut, telah memegang sebagian besar utang X dan kini mengatur proses bagi sekelompok bank untuk akhirnya mengurangi eksposur mereka terhadap perusahaan tersebut. 

    Baru-baru ini, sekitar US$1 miliar dari utang tersebut telah berhasil dijual kepada perusahaan investasi seperti Diameter Capital Partners dan Darsana Capital Partners. Kini, Morgan Stanley menawarkan US$3 miliar utang lagi kepada para investor.

    Sumber-sumber yang hadir dalam pertemuan tersebut mengungkapkan bahwa peserta tidak diperbolehkan membawa ponsel ke dalam ruangan dan hanya diberikan informasi terbatas mengenai keuangan X.

    Dalam penjelasannya, Morgan Stanley memaparkan proyeksi keuangan X untuk tahun 2024, yang menunjukkan laba sekitar US$1,2 miliar sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA).

    Selain itu, mereka juga menyoroti potensi pertumbuhan saham X berkat proyek kecerdasan buatan Musk, xAI, yang turut dipromosikan sebagai nilai tambah.

  • India Pangkas Tarif Impor Demi Genjot Ekspor Produk Manufaktur

    India Pangkas Tarif Impor Demi Genjot Ekspor Produk Manufaktur

    Bisnis.com, JAKARTA — India disebut akan memangkas tarif impor untuk kebutuhan produksi tekstil hingga elektronik. Hal ini dilakukan untuk menggenjot ekspor produk manufaktur dari negara tersebut sehingga industri lokal tumbuh dan menyerap tenaga kerja. 

    Dikutip dari Bloomberg, Minggu (2/2/2025) Menteri Keuangan India Nirmala Sitharaman mengatakan pemerintah juga akan menghapus tarif impor untuk komoditas mineral seperti kobalt, seng, dan timbal yang saat ini dikenakan tarif impor 5%. 

    Tidak hanya itu, tarif pada mesin yang digunakan dalam pembuatan baterai lithium-ion kendaraan listrik dan ponsel juga akan dibatalkan. Adapun, pemangkasan tarif impor ini akan berlaku efektif pada 2 Februari.

    “Ini juga akan mendukung manufaktur domestik dan penambahan nilai, mempromosikan ekspor, memfasilitasi perdagangan dan memberikan bantuan kepada rakyat jelata,” kata Sitharaman, dikutip dari Bloomberg. 

    Sementara itu, untukmeningkatkan daya saing ekspor di sektor kulit dan tekstil, pemerintah India kan mengurangi pungutan tarif bea cukai pada produk-produk tertentu.

    Pengurangan pungutan lintas sektor dinilai akan membantu pemerintahan yang saat ini dinakhodai Perdana Menteri Narendra Modi untuk meningkatkan produksi lokal dan menarik perusahaan yang ingin melakukan diversifikasi dari China. 

    Langkah ini disebut penting untuk menangani ancaman tarif universal Presiden AS Donald Trump. Adapun, beberapa produk yang bea masuknya telah dikurangi, yaitu esensi penyedap sintetis yang digunakan dalam makanan dan minuman hingga 20% dari semula 100%. 

    Bea masuk kulit wet blue menjadi nol dari semula 10%, modul kamera hingga papan sirkuit cetak menjadi nol dari 2,5%. 

    Di sektor telekomunikasi, pajak pada ethernet kelas operator beralih menjadi 10% dari 20%. Kemudian, barang yang digunakan dalam membangun kendaraan peluncuran dan peluncuran satelit dipangkas tarifnya menjadi nol dari 5%. 

    Lebih lanjut, bagian dari mainan elektronik hingga 20% dari 70%, sepeda motor yang dibangun sepenuhnya dengan kapasitas mesin 1600 cc menjadi 40% dari 50%; pada semi-diketuk turun menjadi 20% dari 25%, dan 10% dari 15% pada sepeda motor completely knock down (CKD). 

    Produk yang dipangkas tarif impornya juga yaitu ikan beku hingga 5% dari 30% untuk meningkatkan daya saing India di pasar makanan laut global. 

  • Heboh Kurs Dollar AS di Google Jadi Rp 8.170, Bank Indonesia dan Google Beri Penjelasan – Halaman all

    Heboh Kurs Dollar AS di Google Jadi Rp 8.170, Bank Indonesia dan Google Beri Penjelasan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Sabtu (1/2/2025), informasi mengenai nilai tukar dollar AS terhadap rupiah di situs pencarian Google tiba-tiba menjadi sorotan publik.

    Bagaimana tidak, nilai tukar 1 dollar AS ditampilkan secara mengejutkan menjadi Rp 8.170.

    Selain nilai tukar dollar AS, kurs Euro juga mencatatkan penurunan yang signifikan, ditunjukkan dengan nilai tukar sebesar Rp 8.348,5.

    Kejadian ini memicu kegaduhan di kalangan pengguna internet dan menimbulkan pertanyaan mengenai akurasi informasi yang disediakan oleh Google.

    Apa Tanggapan Bank Indonesia (BI) Mengenai Masalah Ini?

    Menanggapi situasi tersebut, Bank Indonesia (BI) segera memberikan penjelasan.

    Destry Damayanti, Deputi Gubernur Senior BI, menjelaskan, pihaknya langsung melakukan koordinasi dengan Google untuk meluruskan informasi yang salah tersebut.

    “Tim kami sedang kontak dengan Google untuk meng-clear-kan masalah ini,” ungkap Destry, yang dikutip dari Kontan.co.id.

    Destry menegaskan bahwa posisi nilai tukar rupiah yang ditampilkan di Google adalah akibat dari kesalahan teknis.

    Ia juga memberikan bukti dengan tangkapan layar menunjukkan posisi nilai tukar rupiah di monitor Bloomberg dan Yahoo Finance.

    Menurut data Bloomberg, nilai tukar rupiah masih berada di kisaran Rp 16.300 per dollar AS, sedangkan Yahoo Finance mencatat di angka Rp 16.294 per dollar AS.

    Apa Penjelasan Google Mengenai Kesalahan Ini?

    Setelah kegaduhan ini, Google memberikan penjelasan terkait permasalahan yang terjadi.

    Perusahaan mesin pencari tersebut menyatakan bahwa ada masalah yang mempengaruhi informasi kurs rupiah di Google Search.

    “Kami menyadari adanya masalah yang mempengaruhi informasi nilai tukar Rupiah (IDR) di Google Search. Data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga,” demikian pernyataan resmi dari Google.

    Google menjelaskan akan segera melakukan perbaikan terhadap kesalahan yang terjadi.

    “Ketika kami mengetahui ketidakakuratan, kami menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan secepat mungkin,” lanjut Google dalam keterangannya.

    Apa Dampak dari Kesalahan Ini Menurut Ahli?

    Pratama Persadha, Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, berpendapat bahwa kesalahan dalam menampilkan kurs nilai tukar rupiah di Google bukan hanya masalah teknis, tetapi juga menimbulkan dampak yang lebih luas.

    Ia mengingatkan, Google harus lebih bertanggung jawab atas informasi yang disebarkannya, terutama terkait data ekonomi yang sensitif.

    “Ketika sebuah kesalahan terdeteksi dan dilaporkan oleh banyak pengguna, tetapi tidak segera diperbaiki, hal ini bisa dianggap sebagai kelalaian yang berpotensi merugikan masyarakat,” jelas Pratama.

    Ia menyarankan agar pengguna tidak hanya mengandalkan Google sebagai satu-satunya referensi, dan alangkah baiknya untuk memeriksa kurs rupiah dari sumber resmi seperti Bank Indonesia atau layanan keuangan tepercaya lainnya.

    Bagaimana Kurs Resmi Dolar AS di BI dan Sumber Lain?

    Berdasarkan data yang diperoleh dari laman kurs Bank Indonesia, pada tanggal 31 Januari 2025, kurs jual 1 dollar AS mencapai Rp 16.340,30, dan kurs beli berada pada angka Rp 16.177,70.

    Angka ini sejalan dengan informasi dari Bloomberg yang menunjukkan 1 USD setara dengan Rp 16.304.

    Sementara itu, menurut e-rate BCA pada 12 Februari 2025 pukul 18:46 WIB, kurs jual 1 dollar AS adalah Rp 16.325,00, dan kurs beli Rp 16.295,00.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Ancaman DeepSeek Buat Raksasa Migas Exxon Mobil, Chevron & Shell

    Ancaman DeepSeek Buat Raksasa Migas Exxon Mobil, Chevron & Shell

    Bisnis.com, JAKARTA — Raksasa migas global seperti Exxon Mobil, Chevron hingga Shell belakangan ikut gundah di tengah kehadiran model kecerdasan buatan (AI) DeepSeek dari China.

    Alasannya, DeepSeek mampu beroperasi dengan kebutuhan listrik yang relatif minim jika dibandingkan dengan kecerdasan buatan OpenAI dan Meta AI.

    Situasi itu diperkirakan bakal ikut mengoreksi proyeksi kebutuhan energi dari pusat data mendatang.

    Kendati demikian, perusahaan migas global itu tetap menaruh proyeksi optimis ihwal permintaan listrik dan gas yang meningkat beberapa tahun mendatang di tengah transisi energi.

    “DeepSeek sebenarnya menegaskan betapa kompetitif dan mendesaknya perlombaan global untuk menjadi pemimpin di industri AI ini,” kata CEO Chevron Mike Wirth dalam sebuah wawancara, dikutip dari Bloomberg, Minggu (2/2/2025).

    Wirth menambahkan penggunaan model AI yang lebih efisien bakal diadopsi pada seluruh sektor ekonomi. Kondisi itu, menurut Mike, bakal mendorong permintaan akan listrik terus tumbuh.

    “Permintaan akan AI dan listrik akan terus tumbuh seiring perkembangannya,” kata Wirth.

    Seperti diketahui, sejumlah raksasa migas belakangan melakukan buyback atas saham mereka dan memberika dividen sebagai strategi utama untuk menarik investor di Wall Street, setelah prospek permintaan minyak mencapai titik puncaknya.

    Misalkan, Exxon menghabiskan seluruh arus kas bebasnya sekitar US$36 miliar tahun lalu, akan tetapi harga sahamnya tetap diperdagangkan dengan diskon 46% dibandingkan rata-rata Indeks S&P500.

    Belakangan, manajemen perusahaan migas global menyoroti peran gas alam dalam memenuhi kebutuhan listrik pusat data yang menopang AI.

    “Kami juga berada di posisi yang baik untuk memenuhi lonjakan permintaan listrik dari pusat data dengan sumber daya rendah karbon, dengan jang waktu yang lebih cepat dibandingkan alternatif seperti nuklir,” kata CEO Exxon Darren Woods saat bertemu dengan analis dikutip dari Bloomberg.

    Amerika Serikat saat ini menjadi produsen minyak terbesar di dunia, memompa lebih dari 50% produksi minyak per hari dibandingkan dengan Arab Saudi dan baru-baru ini melampui Australia serta Qatar dalam hal ekspor gas alam cair (LNG).

    Kendati demikian, saham energi hanya meyumbang 3,2% dari Indeks S&P500, kurang dari setengah proporsi yang ada satu dekade lalu.

    “Ini adalah hal yang cukup membuat frustrasi, kamu kurang dihargai oleh komunitas investor,” kata Wirth dalam sebuah diskusi dengan CEO Goldman Sachs Group Inc., David Solomon, bulan lalu.

  • Trump Resmi Kenakan Tarif Impor ke China, Kanada, dan Meksiko, Perang Dagang Memanas

    Trump Resmi Kenakan Tarif Impor ke China, Kanada, dan Meksiko, Perang Dagang Memanas

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat Donald Trump menerapkan bea masuk atau tarif impor sebesar 25% terhadap Kanada dan Meksiko serta 10% terhadap China dalam perang dagang.

    Kebijakan ini merupakan awal dari serangkaian tindakan yang dijanjikan Trump untuk menargetkan mitra dagang utama Amerika Serikat, baik sekutu maupun rival.

    Melansir Bloomberg pada Minggu (2/2/2025) Trump menandatangani perintah tarif tersebut pada hari Sabtu (1/2/2025) waktu setempat. 

    Tarif ini mulai berlaku pada Selasa, 4 Februari 2025 pukul 12.00 waktu setempat. Meskipun masih belum jelas apakah ada peluang terakhir untuk mencapai kesepakatan sebelum itu, langkah ini mencakup berbagai jenis barang yang berasal dari tiga negara yang menjadi mitra dagang utama Amerika Serikat (AS).

    Perintah tersebut juga memungkinkan AS meningkatkan tarif lebih lanjut jika negara-negara yang terkena dampak merespons dengan tindakan serupa. Tarif baru ini akan berlaku di atas bea masuk yang sudah ada sebelumnya.

    Trump mengatakan bahwa tarif ini adalah bentuk hukuman terhadap tiga negara tersebut karena dianggap gagal mencegah arus masuk migran tidak berdokumen dan perdagangan narkoba ilegal. Namun, dia sempat mengisyaratkan kemungkinan pembebasan tarif jika Meksiko dan Kanada mengambil langkah untuk mengatasi masalah yang menjadi perhatiannya.

    Dampak Besar pada Perdagangan dan Industri

    Impor energi dari Kanada, seperti minyak dan listrik, akan dikenakan tarif lebih rendah sebesar 10% untuk menghindari kenaikan harga bahan bakar dan minyak pemanas rumah tangga di AS. Namun, kebijakan ini tetap diperkirakan akan berdampak besar pada perdagangan antara AS, Kanada, dan Meksiko—tiga negara yang menyumbang hampir setengah dari total volume impor AS.

    Langkah ini juga mencabut ketentuan pengecualian de minimis untuk paket kecil yang dikirim ke AS dari Kanada dan China. Artinya, tarif akan berlaku lebih luas, termasuk pada barang-barang yang dikirim dalam jumlah kecil melalui e-commerce, meskipun cakupan spesifiknya belum jelas.

    Dampak terbesar diperkirakan akan dirasakan oleh sektor otomotif dan energi. Industri otomotif AS memperingatkan bahwa karena rantai pasokan manufaktur AS dan Kanada sangat terintegrasi, tarif ini dapat mengganggu produksi dan menyebabkan kenaikan harga bagi konsumen.

    “Pengenaan tarif ini akan merugikan lapangan kerja, investasi, dan konsumen di Amerika,” kata Presiden Autos Drive America Jennifer Safavian dalam pernyataan tertulis. 

    Dia mengatakan Industri otomotif AS akan lebih diuntungkan dengan kebijakan yang mengurangi hambatan manufaktur, menyederhanakan regulasi, dan membuka peluang ekspor yang lebih besar. 

    Sementara itu, dalam keadaan darurat energi yang diumumkan Trump sejak hari pertama menjabat, beberapa produk seperti bensin olahan, diesel, uranium, batu bara, biofuel, dan mineral penting akan dikenakan tarif lebih rendah sebesar 10%.

    Beberapa wilayah di AS, termasuk Pacific Northwest dan Timur Laut, sangat bergantung pada pasokan listrik dan gas dari Kanada. Para pelaku industri minyak telah memperingatkan bahwa bahkan kenaikan tarif 10% pada impor minyak mentah dapat berdampak besar pada kilang di Midwest yang memiliki sedikit opsi substitusi dalam waktu dekat.

    Reaksi Meksiko dan Kanada atas Tarif Impor Trump

    Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum menyatakan pada Sabtu (1/2/2025) malam bahwa dia telah menginstruksikan Menteri Ekonomi untuk merancang rencana tanggapan yang mencakup tarif balasan terhadap AS.

    Meksiko juga berencana menerapkan langkah-langkah non-tarif, sembari menyerukan kerja sama dengan AS dalam isu-isu keamanan dan krisis kesehatan akibat fentanyl. Menurut Gabriela Siller, Direktur Analisis Ekonomi di Grupo Financiero Base, kebijakan tarif ini bisa membuat ekonomi Meksiko mengalami resesi parah jika bertahan lebih dari tiga bulan. Dia juga memperingatkan bahwa depresiasi peso Meksiko bisa mencapai rekor tertinggi dan investasi asing baru di negara itu dapat terhenti.

    Pemerintahan Trump telah berulang kali memperingatkan Kanada bahwa jika negara tersebut menerapkan tarif balasan, AS akan meningkatkan eskalasi. Ketentuan pembalasan dalam perintah tarif yang ditandatangani Trump hanya memperkuat kemungkinan perang dagang yang semakin memanas.

    Namun, perintah tarif terhadap Kanada mencakup mekanisme untuk menghapus tarif tersebut. Menteri Keamanan Dalam Negeri AS, Kristi Noem, dapat memberi tahu Trump jika Kanada telah mengambil langkah yang dianggap cukup untuk mengatasi krisis kesehatan publik melalui tindakan penegakan hukum bersama. Jika Trump setuju, tarif bisa dicabut. Namun, mengingat Kanada telah mengambil langkah-langkah pengetatan perbatasan sebelumnya demi meredakan ketegangan dengan AS—yang ternyata tetap tidak mencegah kebijakan tarif ini—masih belum jelas seberapa realistis skenario ini.

  • Menguatnya rupiah di Google dan ilusi digital yang menyesatkan

    Menguatnya rupiah di Google dan ilusi digital yang menyesatkan

    Ilustrasi- Petugas menghitung uang pecahan dolar AS dan rupiah di gerai penukaran mata uang asing di Jakarta. (ANTARA FOTO/Reno Esnir

    Menguatnya rupiah di Google dan ilusi digital yang menyesatkan
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Minggu, 02 Februari 2025 – 09:57 WIB

    Elshinta.com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang tiba-tiba menguat tajam di Google, lalu menimbulkan kegaduhan di media sosial, mencerminkan betapa masyarakat di tanah air masih sangat bergantung pada sumber informasi tunggal tanpa melakukan verifikasi lebih lanjut.

    Angka yang ditampilkan Google menunjukkan 1 dolar AS setara dengan Rp8.170,65 pada 1 Februari 2025, jauh dari realitas nilai tukar yang sebenarnya berada di kisaran Rp16.300 per dolar.

    Hal ini memicu spekulasi liar, kebingungan, dan bahkan harapan palsu di kalangan masyarakat. Beberapa orang langsung mengaitkan angka ini dengan perbaikan ekonomi yang drastis, sementara yang lain bersikap lebih skeptis dan curiga ada kesalahan teknis dalam sistem Google.

    Kepala Departemen Komunikasi Bank Indonesia (BI) Ramdan Denny Prakoso seketika dibuat sibuk. Ia mengonfirmasi bahwa pada saat yang sama BI langsung berkoordinasi dengan Google Indonesia terkait ketidaksesuaian tersebut untuk segera dapat melakukan koreksi yang diperlukan.

    Penegasannya tetap bahwa level nilai tukar Rp8.100-an per dolar AS sebagaimana yang ada di Google bukan merupakan level yang seharusnya.

    Atas fenomena yang terjadi tersebut, Google Indonesia ketika dikonfirmasi pun mengakui dan menyadari adanya masalah yang mempengaruhi informasi nilai tukar Rupiah (IDR) di Google Search.

    “Data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga. Ketika kami mengetahui ketidakakuratan, kami menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan secepat mungkin,” demikian keterangan Google.

    Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Dr. Pratama Persadha pun merespons dengan penjelasan bahwa salah satu kemungkinan penyebabnya adalah kesalahan teknis dalam sistem Google atau platform penyedia informasi nilai tukar.

    Jadi, seperti halnya sistem teknologi lainnya, Google mengandalkan algoritma yang menarik data dari berbagai sumber. Jika terjadi bug atau gangguan teknis dalam proses ini, data yang disajikan bisa menjadi tidak akurat atau bahkan menyesatkan.

    Selain itu, Google mengambil data nilai tukar dari berbagai sumber eksternal, termasuk lembaga keuangan, penyedia data ekonomi, dan pasar valuta asing. Perbedaan sumber ini bisa menyebabkan variasi dalam nilai tukar yang ditampilkan.

    Beberapa platform mungkin memperbarui data lebih cepat daripada yang lain, sehingga ada kemungkinan Google menampilkan kurs yang sudah usang atau belum terverifikasi dengan informasi terbaru dari bank sentral atau institusi keuangan utama.

    Di sisi lain, Dr. Pratama Persadha membuka kemungkinan yang lebih serius namun jarang terjadi yakni terkait adanya manipulasi atau penyalahgunaan sistem akibat peretasan.

    Meskipun sistem keamanan Google sangat canggih, bukan tidak mungkin terjadi upaya peretasan atau penyusupan oleh aktor jahat yang berusaha mengacaukan informasi finansial.

    Bahkan dalam skenario ekstrem, manipulasi data kurs ini bisa digunakan sebagai bagian dari strategi spekulasi atau disinformasi untuk mengacaukan pasar.

    Maka untuk memastikan informasi nilai tukar yang benar, disarankan agar pengguna tidak hanya mengandalkan Google sebagai satu-satunya referensi. Karena nyatanya insiden serupa pernah terjadi sebelumnya.

    Terjadi di Malaysia

    Pada Februari 2024, ada insiden di Malaysia di mana Google menampilkan nilai tukar ringgit terhadap dolar AS yang tidak akurat.

    Bank Negara Malaysia (BNM) mencatat pada Jumat, 15 Februari 2024, Google menunjukkan nilai tukar 1 dolar AS setara dengan 4,98 ringgit, sementara data resmi menunjukkan level terendah ringgit adalah 4,7075 per dolar.

    BNM pun berkeras bahwa penilaian tersebut tidak mencerminkan fundamental ekonomi Malaysia yang sebenarnya positif. Kejadian serupa pernah terjadi pada 6 Februari 2024.

    BNM kemudian meminta penjelasan dari Google mengenai penyebab kesalahan tersebut dan langkah korektif yang harus diambil untuk mencegah terulangnya masalah serupa di masa depan.

    Sebagai respons, Google Malaysia menyampaikan permintaan maaf kepada pemerintah Malaysia atas kesalahan tersebut.

    Mereka menjelaskan bahwa kesalahan itu terjadi karena data yang ditampilkan tidak diverifikasi secara memadai, dan berkomitmen untuk meningkatkan akurasi informasi yang disajikan di platform mereka.

    Insiden ini menyoroti pentingnya verifikasi data dan keandalan sumber informasi, terutama yang berkaitan dengan data finansial yang sensitif.

    Ujian literasi

    Fenomena ini bukan sekadar kekeliruan data, tetapi juga menjadi ujian tersendiri atas literasi ekonomi dan finansial sebagian masyarakat dalam menghadapi informasi digital.

    Meski harus diakui pula Google, dengan segala kecanggihannya, bukanlah otoritas keuangan yang bertanggung jawab atas kurs mata uang, tetapi hanya menarik data dari berbagai penyedia informasi finansial.

    Jika terjadi kesalahan dalam sumber data yang mereka gunakan atau ada gangguan dalam algoritma yang memproses informasi, maka data yang muncul di mesin pencari pun bisa meleset jauh dari kenyataan.

    Sayangnya, tidak semua pengguna memahami mekanisme ini. Bagi sebagian besar orang, apa yang muncul di layar Google adalah fakta mutlak, bukan sekadar data yang perlu dicek ulang.

    Kesalahan seperti ini berpotensi menimbulkan dampak ekonomi yang lebih besar dari sekadar perbincangan media sosial.

    Di era digital, keputusan ekonomi sering kali dibuat dalam hitungan detik berdasarkan data yang tersedia.

    Bayangkan jika seorang eksportir menggunakan informasi dari Google untuk membuat keputusan harga jual, atau jika seorang investor asing tiba-tiba menarik dananya karena menganggap ada anomali besar dalam perekonomian Indonesia.

    Kesalahan data di platform sebesar Google, meskipun bukan berasal dari niat jahat, bisa memicu gelombang reaksi berantai yang berisiko menimbulkan kepanikan di pasar keuangan.

    Dari perspektif ekonomi makro, tidak ada alasan fundamental yang bisa menjelaskan apresiasi rupiah ke level Rp8.170 per dolar dalam kondisi saat ini.

    Untuk mencapai angka tersebut, Indonesia harus mengalami surplus neraca perdagangan yang luar biasa besar, lonjakan investasi asing dalam jumlah yang masif, serta perbaikan struktural di berbagai sektor yang dapat meningkatkan daya saing ekonomi nasional secara signifikan.

    Tidak ada satu pun indikator ekonomi yang menunjukkan tren ke arah sana dalam waktu singkat.

    Bahkan dalam kondisi terbaik, penguatan rupiah tidak akan terjadi secara instan, melainkan melalui proses panjang yang mencerminkan stabilitas ekonomi yang berkelanjutan.

    Fenomena ini juga menunjukkan pentingnya regulasi dalam penyebaran informasi keuangan di era digital.

    Sebab sampai saat ini belum ada mekanisme yang menjadi jaminan kepastian bahwa data kurs yang ditampilkan oleh platform seperti Google harus akurat atau diperiksa secara berkala oleh otoritas keuangan.

    Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan memiliki tugas menjaga stabilitas sistem keuangan, tetapi tidak memiliki kewenangan untuk mengontrol bagaimana platform digital menyajikan informasi ekonomi.

    Ketika terjadi kesalahan seperti ini, tidak ada jalur resmi yang cepat untuk mengoreksi informasi, sehingga kegaduhan di media sosial bisa berlangsung lama sebelum ada klarifikasi dari pihak berwenang atau penyedia data yang sebenarnya.

    Literasi ekonomi

    Ketergantungan masyarakat pada informasi instan juga menegaskan pentingnya peningkatan literasi ekonomi di Indonesia.

    Kesadaran untuk selalu membandingkan data dari berbagai sumber, memahami cara kerja sistem keuangan global, serta memiliki wawasan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar, adalah keterampilan yang semakin penting di era digital.

    Dalam kasus ini, mereka yang langsung mencari informasi ke Bank Indonesia, Bloomberg, XE, atau Reuters akan segera mengetahui bahwa angka di Google tidak benar, sementara mereka yang hanya mengandalkan satu sumber informasi akan mudah terjebak dalam asumsi yang keliru.

    Ke depan, penyedia layanan digital seperti Google harus lebih bertanggung jawab dalam menyajikan informasi ekonomi yang akurat, terutama karena banyak orang yang mengandalkan data mereka untuk pengambilan keputusan finansial.

    Sistem verifikasi yang lebih ketat, transparansi mengenai sumber data yang digunakan, serta respons cepat dalam memperbaiki kesalahan adalah langkah-langkah yang harus diperkuat agar kejadian serupa tidak terulang.

    Di sisi lain, masyarakat juga harus lebih kritis dalam mengonsumsi informasi, terutama yang berkaitan dengan data keuangan yang dapat berdampak besar pada keputusan ekonomi individu maupun korporasi.

    Kesalahan kurs rupiah yang ditampilkan Google hanyalah salah satu contoh bagaimana informasi yang tidak akurat dapat menciptakan distorsi dalam persepsi ekonomi.

    Dalam dunia yang semakin terhubung secara digital, data yang salah bukan hanya sekadar kesalahan teknis, tetapi juga bisa menjadi pemicu kegaduhan yang berdampak luas.

    Oleh karena itu, kemampuan untuk memilah dan memverifikasi informasi bukan lagi sekadar keterampilan tambahan, tetapi kebutuhan mendesak dalam menghadapi lanskap ekonomi digital yang semakin kompleks.

    Sumber : Antara

  • BI Kontak Google usai Gaduh Nilai Tukar 1 Dolar AS Jadi Rp 8.170, Ini Penjelasan Google – Halaman all

    BI Kontak Google usai Gaduh Nilai Tukar 1 Dolar AS Jadi Rp 8.170, Ini Penjelasan Google – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Informasi nilai tukar dolar AS ke rupiah di situs pencarian Google mendadak jadi sorotan warganet pada Sabtu (1/2/2025), kemarin.

    Bagaimana tidak, nilai tukar 1 dolar AS ke rupiah mendadak anjlok menjadi Rp 8.170,65. 

    Tak hanya dolar AS, nilai tukar Euro juga ‘nyungsep’ versi Google menjadi Rp 8.348,5.

    Bank Indonesia (BI) pun buka suara terkait kegaduhan nilai tukar 1 USD tersebut.

    Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti mengatakan, pihaknya langsung menghubungi dan melakukan koordinasi dengan Google mengenai masalah ini.

    “Tim kami sedang kontak (dengan) Google untuk meng-clear-kan (meluruskan) masalah ini,” kata dia, dikutip dari Kontan.co.id, Minggu (2/2/2025).

    Ia menjelaskan, posisi rupiah yang ditampilkan di Google merupakan kesalahan teknis.

    “Kesalahan teknis terjadi. Dan hanya untuk rupiah terhadap dolar AS dan Euro,” kata Destry.

    Destry pun memberikan tangkapan layar mengenai level rupiah di monitor Bloomberg maupun pencarian di Yahoo Finance. 

    Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah masih berada di kisaran Rp 16.300 per dolar AS. Posisi ini sesuai dengan penutupan rupiah di akhir pekan.

    Sementara berdasarkan data Yahoo Finance, nilai tukar rupiah berada di level Rp 16.294 per dolar AS.

    Hal senada juga disampaikan Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso.

    Ia mengatakan, level nilai tukar USD/IDR Rp 8.100an sebagaimana yang ada di Google bukan merupakan level yang seharusnya. 

    Ia bilang, data BI mencatat Kurs Rp 16.312 per dolar AS pada tanggal 31 Januari 2025. 

    Lalu, apa penjelasan Google mengenai hal ini?

    Perusahaan mesin pencari itu menyatakan, ada masalah yang memengaruhi informasi kurs rupiah di Google Search. 

    Tak lain data konversi mata yang berasal dari sumber ketiga. 

    “Kami menyadari adanya masalah yang memengaruhi informasi nilai tukar Rupiah (IDR) di Google Search. Data konversi mata uang berasal dari sumber pihak ketiga,” demikian dikutip keterangan resmi.

    Oleh karenanya, Google langsung melakukan perbaikan kesalahan secepat mungkin. 

    “Ketika kami mengetahui ketidakakuratan, kami menghubungi penyedia data untuk memperbaiki kesalahan secepat mungkin,” lanjut keterangan dari Google.

    Sementara itu, menurut Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC, Pratama Persadha, kesalahan dalam menampilkan kurs nilai tukar rupiah yang terjadi di Google bukan sekadar masalah teknis.

    Namun juga menimbulkan dampak yang lebih luas, terutama karena lambannya perbaikan terhadap informasi yang salah tersebut.

    Lebih lanjut, ia mengingatkan Google seharusnya lebih bertanggung jawab atas informasi yang disebarkannya, terutama terkait data ekonomi yang sensitif. 

    Meskipun bukanlah penyedia data finansial primer dan hanya menarik informasi dari berbagai sumber, penyedia layanan sebesar Google tetap memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa informasi yang ditampilkan akurat dan segera diperbaiki jika terjadi kesalahan.

    “Ketika sebuah kesalahan telah terdeteksi dan dilaporkan oleh banyak pengguna, namun tidak segera diperbaiki, hal ini dapat dianggap sebagai kelalaian yang berpotensi merugikan masyarakat,” tambahnya.

    Untuk memastikan informasi nilai tukar yang benar, ia pun menyarankan agar pengguna tidak hanya mengandalkan Google sebagai satu-satunya referensi.

    Misalnya, mengecek kurs rupiah dari sumber resmi seperti Bank Indonesia, lembaga keuangan besar, atau layanan keuangan terpercaya seperti Bloomberg, Reuters, dan OANDA akan memberikan gambaran yang lebih akurat dan dapat diandalkan. 

    Kurs Dollar AS ke Rupiah Hari Ini

    Menurut laman kurs BI dalam data per Jumat (31/1/2025), kurs jual 1 Dollar AS ke Rupiah mencapai Rp 16.340,30, sedangkan kurs beli berada pada angka Rp 16.177,70.

    Angka tersebut juga tak jauh berbeda dengan data Bloomberg, di mana 1 USD menjadi Rp 16.304.

    Sementara berdasarkan e-rate BCA per Sabtu (1/2/2025) pukul 18.46 WIB, kurs jual 1 Dollar AS adalah Rp 16.325,00. Sedangkan kurs belinya adalah Rp 16.295,00.

    (Tribunnews.com/Sri Juliati) (Kompas.com) (Kontan.co.id)

  • Pengamat Minta Google Perbaiki Rupiah Menguat di Rp8.170 per Dolar: Bisa Bikin Gaduh!

    Pengamat Minta Google Perbaiki Rupiah Menguat di Rp8.170 per Dolar: Bisa Bikin Gaduh!

    Bisnis.com, JAKARTA – Chairman Lembaga Riset Keamanan Siber CISSReC Pratama Persadha meminta Google segera memperbaiki informasi terkait dengan penguatan nilai tukar rupiah (IDR) terhadap dolar Amerika (USD) di Google Search.

    Menurutnya, kegaduhan dapat timbul lantaran masyarakat memiliki harapan agar ekonomi Indonesia membaik karena nilai tukar mata uang untuk US$1 di website google setara dengan Rp8.170,65.

    “Salah satu kemungkinan penyebabnya adalah kesalahan teknis dalam sistem Google atau platform penyedia informasi nilai tukar. Seperti halnya sistem teknologi lainnya, Google mengandalkan algoritma yang menarik data dari berbagai sumber,” ujarnya kepada Bisnis, Sabtu (1/2/2025)

    Pratama menekankan bahwa jika terjadi bug atau gangguan teknis dalam proses ini, data yang disajikan bisa menjadi tidak akurat atau bahkan menyesatkan. Selain itu, Google mengambil data nilai tukar dari berbagai sumber eksternal, termasuk lembaga keuangan, penyedia data ekonomi, dan pasar valuta asing.

    Oleh sebab itu, Pratama melanjutkan bahwa perbedaan sumber ini bisa menyebabkan variasi dalam nilai tukar yang ditampilkan. Beberapa platform mungkin memperbarui data lebih cepat daripada yang lain, sehingga ada kemungkinan Google menampilkan kurs yang sudah usang atau belum terverifikasi dengan informasi terbaru dari bank sentral atau institusi keuangan utama.

    Dia melanjutkan bahwa kesalahan input juga dapat menjadi kemungkinan penyebab lain dari ketidakakuratan kurs yang ditampilkan. Dalam sistem berbasis data, manusia tetap memiliki peran dalam memasukkan dan memperbarui informasi.

    “Typo atau kesalahan manusiawi dalam menginput angka dapat menyebabkan kurs yang ditampilkan jauh dari nilai sebenarnya, terutama jika data tersebut tidak melewati proses verifikasi otomatis yang ketat,” imbuhnya.

    Di sisi lain, kata Pratama kemungkinan yang lebih serius namun jarang terjadi adalah manipulasi atau penyalahgunaan sistem akibat peretasan. Meskipun sistem keamanan Google sangat canggih, bukan tidak mungkin terjadi upaya peretasan atau penyusupan oleh aktor jahat yang berusaha mengacaukan informasi finansial.

    Dalam skenario ekstrem, manipulasi data kurs ini bisa digunakan sebagai bagian dari strategi spekulasi atau disinformasi untuk mengacaukan pasar.

    Untuk memastikan informasi nilai tukar yang benar, disarankan agar pengguna tidak hanya mengandalkan Google sebagai satu-satunya referensi. Mengecek kurs rupiah dari sumber resmi seperti Bank Indonesia, lembaga keuangan besar, atau layanan keuangan terpercaya seperti Bloomberg, Reuters, dan OANDA akan memberikan gambaran yang lebih akurat dan dapat diandalkan.

    Di tengah ketidakpastian digital, dia menekankan agar kehati-hatian dalam memverifikasi informasi adalah langkah penting dalam pengambilan keputusan finansial yang lebih baik.

    Kesalahan dalam menampilkan kurs nilai tukar rupiah yang terjadi di Google bukan hanya sekadar masalah teknis semata, tetapi juga menimbulkan dampak yang lebih luas, terutama karena lambannya perbaikan terhadap informasi yang salah tersebut.

    Dalam ekosistem digital global, Google telah menjadi acuan utama bagi banyak orang dalam mencari informasi finansial, termasuk kurs mata uang. Ketika data yang ditampilkan tidak akurat dan berlangsung dalam waktu yang lama tanpa koreksi, hal ini dapat menimbulkan kebingungan, keresahan, bahkan kegaduhan di tengah masyarakat.

    Ketergantungan publik terhadap Google sebagai sumber informasi membuat kesalahan dalam nilai tukar menjadi lebih dari sekadar kekeliruan biasa. Banyak individu, pelaku bisnis, dan investor yang menggunakan Google sebagai patokan dalam membuat keputusan ekonomi.

    “Jika informasi yang diberikan tidak sesuai dengan kenyataan, hal ini berpotensi menimbulkan dampak finansial yang merugikan, baik dalam skala kecil maupun besar,” ucapnya.

    Dalam konteks ini, kata Pratama Google seharusnya lebih bertanggung jawab atas informasi yang disebarkannya, terutama terkait data ekonomi yang sensitif.

    Menurutnya, meskipun Google bukanlah penyedia data finansial primer dan hanya menarik informasi dari berbagai sumber, penyedia layanan sebesar ini tetap memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa informasi yang ditampilkan akurat dan segera diperbaiki jika terjadi kesalahan.

    “Ketika sebuah kesalahan telah terdeteksi dan dilaporkan oleh banyak pengguna, namun tidak segera diperbaiki, hal ini dapat dianggap sebagai kelalaian yang berpotensi merugikan masyarakat,” katanya.

    Lebih jauh, dia menyebut bahwa kesalahan dalam menampilkan kurs yang berlangsung dalam waktu lama dapat dikategorikan sebagai penyebaran informasi yang menyesatkan, atau bahkan hoaks.

    “Jika Google sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia tidak memiliki mekanisme yang cepat dalam memperbaiki kesalahan informasi finansial, maka kepercayaan publik terhadap akurasi data yang disediakan oleh Google akan semakin dipertanyakan,” pungkas Pratama.

  • Google Error, Salah Tampilkan Nilai Tukar Rupiah hingga Bikin Mobil Tercebur Sungai di Cileungsi

    Google Error, Salah Tampilkan Nilai Tukar Rupiah hingga Bikin Mobil Tercebur Sungai di Cileungsi

    Jakarta, Beritasatu.com – Google dalam beberapa kesempatan kerap salah menampilkan data alias error. Beberapa layanan google lainnya seperti Google Maps juga mengalami kondisi serupa.

    Terbaru, Google error menampilkan data nilai tukar rupiah menjadi Rp 8.100 per dolar Amerika Serikat (AS). Kondisi tersebut terjadi pada Sabtu (1/2/2025). Melansir Bloomberg, rupiah pada Sabtu masih tertekan atas dolar AS karena berkurang 48,5 poin atau 0,30% menjadi Rp 16.304 per dolar AS.

    Tak hanya data dolar AS yang bermasalah akibat Google yang error, nilai tukar rupiah ke euro juga tercatat menguat. Berdasarkan pantauan Beritasatu.com, nilai tukar rupiah terhadap euro, Sabtu hingga pukul 19.06 WIB tercatat Rp 8.348 per euro. Sementara itu, menurut layanan finansial dari perbankan swasta, nilai tukar rupiah terhadap euro tercatat sebesar Rp 16.889.

    Dalam beberapa kesempatan, beberapa layanan Google juga mengalami masalah alias error, seperti Google maps. Tidak sedikit pengguna yang merasa kecele terhadap layanan google tersebut sehingga menyebabkan kecelakaan.

    Gegara mengikuti aplikasi Google Maps, sebuah mobil yang dikemudikan sopir taksi daring tercebur ke sungai Cibarengkok, Desa Mampir Kecamatan Cileungsi, Kabupaten Bogor, Jawa Barat pada Rabu (3/4/2024) sore. Beruntung korban berhasil diselamatkan warga.

    Dari informasi yang dihimpun Beritasatu.com, peristiwa itu berawal saat sopir taksi daring hendak menjemput penumpangnya dengan mengikuti petunjuk arah dari Google Maps.

    Saat mengikuti petunjuk jalan dari google maps, salah satu layanan Google yang error, sopir tersebut rupanya tidak melihat jalanan yang dilaluinya buntu dan ada sungai Cibarengkok, hingga akhirnya terjun ke sungai.

    “Tadi ada warga teriak-teriak minta tolong, ternyata ada mobil tercebur. Kejadiannya dia mau jemput penumpang lihat Google Maps karena enggak tahu jalan. Alhamdulillah sopirnya selamat,” kata salah seorang warga di lokasi kejadian.

    Polisi yang mendapat laporan langsung datang ke tempat kejadian untuk melakukan evakuasi. Tidak ada korban jiwa dalam kecelakaan ini. Namun, untuk proses evakuasi kendaraan harus menggunakan alat berat lantaran mobil dalam posisi tenggelam.

    Sementara itu, dua bus yang membawa 80 wisatawan asal Surabaya tersesat di Hutan Tunggangan, Kecamatan Jatiroto, Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, saat mengikuti petunjuk arah di Google Maps menuju Pantai Klayar, Pacitan, Jawa Timur.

    Para wisatawan itu terjebak di Hutan Tunggangan, Minggu (29/12/2024) dini hari. Mereka kemudian diselamatkan oleh aparat TNI dan polisi setempat.

    Dua bus pariwisata Tiara Mas itu melewati jalan berliku dan curam hingga ke jalur offroad saat mengikuti petunjuk Google Maps.

    Selain itu, pada momen libur panjang dan Tahun Baru Imlek 2025, kunjungan wisatawan ke objek wisata Situ Gunung dan Jembatan Lembah Purba di Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh kesalahan informasi yang muncul di aplikasi Google Maps sejak 3 Desember 2024.

    Marketing Officer Suspension Bridge Situ Gunung Rustandi mengatakan, banyak wisatawan yang mengeluhkan aplikasi Google Maps yang menunjukkan jalur menuju lokasi wisata tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat.

    “Awalnya, pengelola wisata tidak percaya dengan keluhan para pengunjung. Namun, setelah banyaknya aduan dan melihat tangkapan layar yang dikirimkan wisatawan, kami akhirnya menyadari Google Maps menunjukkan jalur yang tidak dapat diakses,” ujar Rustandi pada Beritasatu.com, pada Kamis (30/1/2025) terkait salah satu layanan Google yang error, yaitu Google maps.