Perusahaan: Associated Press

  • Asosiasi Cendekiawan Vonis Israel Lakukan Genosida

    Asosiasi Cendekiawan Vonis Israel Lakukan Genosida

    Jakarta

    Serangan udara dan tembakan artileri berulang kali menggema sejak Israel pekan lalu mendeklarasikan Kota Gaza sebagai zona pertempuran. Di pinggir kota dan di kamp pengungsi Jabaliya, warga mengaku melihat robot bermuatan bahan peledak dikerahkan untuk menghancurkan bangunan.

    “Malam yang mengerikan terjadi lagi di Kota Gaza,” kata Saeed Abu Elaish, seorang tenaga medis kelahiran Jabaliya yang berlindung di sisi barat laut kota.

    Rumah sakit-rumah sakit di Gaza melaporkan sedikitnya 31 orang tewas akibat serangan Israel pada hari Senin (01/09), lebih dari setengah korban itu adalah perempuan dan anak-anak.

    Israel menyatakan hanya menargetkan militan dan menyalahkan Hamas atas jatuhnya korban sipil karena kelompok tersebut — yang kini sebagian besar beroperasi sebagai organisasi gerilya — beroperasi di daerah padat penduduk.

    Ancaman ganda: Perang dan kelaparan

    Banyak warga Kota Gaza, banyak di antaranya telah mengungsi berulang kali akibat perang, kini menghadapi ancaman ganda: pertempuran dan kelaparan. Otoritas tertinggi dunia dalam krisis pangan menyatakan bulan lalu bahwa wilayah tersebut sedang mengalami kelaparan— krisis yang dipicu oleh pertempuran yang terus berlangsung dan blokade Israel, diperparah oleh pengungsian massal berulang kali serta runtuhnya produksi pangan.

    Menurut Kementerian Kesehatan Gaza, sebanyak 63.557 warga Palestina telah tewas dalam perang, dengan 160.660 lainnya terluka. Kementerian tidak membedakan antara warga sipil dan kombatan dalam laporannya, namun menyebut sekitar setengah dari korban tewas adalah perempuan dan anak-anak.

    Meskipun kementerian tersebut merupakan bagian dari pemerintahan yang dikelola Hamas, stafnya terdiri dari tenaga medis profesional. Badan-badan PBB dan banyak ahli independen menganggap data tersebut sebagai perkiraan korban perang yang paling dapat dipercaya. Israel membantah angka itu, tetapi belum mempublikasikan datanya sendiri.

    Cendekiawan tuduh Israel lakukan genosida

    Organisasi profesional terbesar di dunia dalam bidang studi genosida menyatakan pada hari Senin (01/09) bahwa Israel sedang melakukan genosida di Gaza.

    Israel dengan tegas menolak tuduhan tersebut. Pemerintah di Tel Aviv mengklaim pihaknya telah berusaha semaksimal mungkin untuk menghindari korban sipil, dan bahwa perang ini adalah tindakan bela diri setelah serangan Hamas yang disebut Israel sebagai tindakan genosida.

    Resolusi dari International Association of Genocide Scholars — organisasi dengan sekitar 500 anggota di seluruh dunia, termasuk sejumlah pakar holokaus— menyatakan bahwa “kebijakan dan tindakan Israel di Gaza memenuhi definisi hukum genosida,” serta termasuk kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang.

    Resolusi tersebut didukung oleh 86% anggota yang memberikan suara, meskipun detail pemungutan suara tidak dipublikasikan.

    “Orang-orang yang ahli dalam studi genosida dapat melihat situasi ini sebagaimana adanya,” kata Melanie O’Brien, presiden organisasi tersebut dan profesor hukum internasional di Universitas Australia Barat, kepada Associated Press.

    Kementerian Luar Negeri Israel menyebut pernyataan itu sebagai “aib bagi profesi hukum dan standar akademik apa pun.” Mereka mengatakan kesimpulan itu “sepenuhnya didasarkan pada kampanye kebohongan Hamas.”

    Pada bulan Juli, dua kelompok hak asasi terkemuka asal Israel — B’Tselem dan Physicians for Human Rights-Israel — juga menyatakan bahwa Israel melakukan genosida di Gaza. Meski pandangan ini tidak mewakili opini arus utama di Israel, ini adalah pertama kalinya organisasi Yahudi lokal melayangkan tuduhan tersebut. Kelompok hak asasi internasional juga telah mengemukakan tuduhan serupa.

    Pelayat luapkan kemarahan di pemakaman

    Ribuan warga Israel berkumpul untuk pemakaman Idan Shtivi, salah satu dari dua sandera yang jenazahnya ditemukan dalam operasi militer pekan lalu. Pemakaman pribadi digelar untuk Ilan Weiss, sandera lainnya.

    Beberapa pelayat meluapkan kemarahan terhadap pemerintah karena belum mencapai kesepakatan dengan Hamas untuk mengakhiri perang dan membebaskan para sandera yang tersisa.

    “Sangat, sangat menyakitkan bahwa tidak ada satu pun orang dari pemerintah ini yang berdiri dan berkata: sudah cukup,” kata Ami Dagan, pelayat dari Rishon Letzion.

    “Ini mengerikan, kesedihan dan duka yang sangat dalam, tidak ada kata-kata yang bisa menggambarkan kemarahan, penghinaan terhadap para sandera, terhadap yang gugur, terhadap para tentara yang dikirim ke Gaza,” kata pelayat lain, Ruti Taro. “Tidak ada yang tahu mengapa, kecuali untuk penguasa yang haus kekuasaan.”

    Banyak warga Israel menuduh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memperpanjang perang untuk kepentingan politik pribadi, dan unjuk rasa massal menuntut gencatan senjata serta pembebasan sandera terus membesar dalam beberapa pekan terakhir.

    Armada kapal aktivis tinggalkan Barcelona setelah tertunda badai

    Sebuah armada kapal aktivis menuju Gaza berangkat dari Barcelona beberapa jam setelah penundaan akibat cuaca buruk.

    Global Sumud Flotilla, yang terdiri dari sekitar 20 kapal dengan peserta dari 44 negara, sebelumnya telah berlayar namun kembali ke pelabuhan karena alasan keselamatan. Misi ini mencakup aktivis iklim Greta Thunberg, yang juga ikut dalam armada sebelumnya yang dicegat pada bulan Juli.

    Armada ini adalah upaya terbesar sejauh ini untuk secara simbolis menembus blokade Israel di Gaza. Semua armada sebelumnya telah dicegat oleh pasukan Israel di laut. Israel menyatakan bahwa blokade tersebut diperlukan untuk mencegah Hamas menyelundupkan senjata, dan bahwa terdapat berbagai jalur lain untuk menyalurkan bantuan ke Gaza.

    Namun, Israel telah mengambil langkah-langkah tambahan untuk membatasi pengiriman makanan ke Gaza utara seiring ofensifnya yang berlanjut di Kota Gaza.

    Editor: Rizki Nugraha

    Tonton juga Video Penampakan Gaza Sebelum dan Setelah Genosida Israel

    (ita/ita)

  • Australia Bayar Nauru Rp 4,2 T untuk Tampung Imigran Tak Bisa Dideportasi

    Australia Bayar Nauru Rp 4,2 T untuk Tampung Imigran Tak Bisa Dideportasi

    Canberra

    Pemerintah Australia akan membayar pulau kecil Nauru yang ada di Pasifik untuk menampung para imigran ilegal yang tidak bisa dideportasi ke negara asalnya dan tidak bisa ditahan tanpa batas waktu. Besar bayaran yang akan diberikan Canberra kepada otoritas Nauru disebut mencapai AU$ 400 juta, atau setara Rp 4,2 triliun.

    Nauru, yang berpenduduk 13.000 jiwa, menjadi solusi politik bagi pemerintah setelah Pengadilan Tinggi Australia memutuskan pada tahun 2023 bahwa warga negara asing, yang tidak memiliki prospek untuk dimukimkan kembali di luar Australia, tidak dapat lagi ditahan tanpa batas waktu di pusat tahanan imigrasi.

    Namun, pemerintah Australia menyatakan bahwa mereka yang termasuk para kriminal itu, juga tidak dapat dideportasi ke negara asalnya. Diketahui bahwa negara seperti Afghanistan dianggap tidak aman bagi warganya untuk dipulangkan. Iran juga menolak warganya yang tidak ingin pulang secara sukarela.

    Perdana Menteri (PM) Australia Anthony Albanese, seperti dilansir Associated Press, Selasa (2/9/2025), mengakui adanya pembayaran kepada Nauru, namun dia tidak mengonfirmasi besaran pembayaran yang dilaporkan media-media lokal.

    Laporan media lokal menyebut pemerintah Australia akan membayar otoritas Nauru sebesar AU$ 400 juta, atau setara Rp 4,2 triliun, untuk mencapai kesepakatan, kemudian membayar sebesar AU$ 70 juta, atau setara Rp 750,2 miliar, per tahun untuk mempertahankan kesepakatan itu.

    “Orang-orang yang tidak berhak berada di sini perlu dicarikan tempat tujuan, jika mereka tidak bisa pulang (ke negaranya),” kata Albanese dalam pernyataan kepada media terkemuka Australian Broadcasting Corp.

    “Jika mereka tidak dapat dipulangkan ke negara asal karena ketentuan refoulement dan kewajiban yang kita miliki, maka kita perlu mencari negara lain untuk mereka,” ucapnya.

    Menteri Dalam Negeri Australia Tony Burke mengejutkan media Australia pada Jumat (29/8) dengan mengunjungi Nauru, di mana dia menandatangani nota kesepahaman dengan Presiden Nauru David Adeang.

    Dalam pernyataannya pada Minggu (31/8), Adeang mengungkapkan bahwa nota kesepahaman dengan Canberra “berisi komitmen untuk perlakuan yang layak dan tempat tinggal jangka panjang bagi orang-orang yang tidak memiliki hak hukum untuk tinggal di Australia, yang akan diterima oleh Nauru”.

    “Australia akan menyediakan pendanaan untuk mendukung pengaturan ini dan mendukung ketahanan ekonomi jangka panjang Nauru,” kata Adeang.

    Perjanjian ini, sebut Adeang, akan diaktifkan kepada Nauru menerima “para penerima transfer” gelombang pertama, yang akan diberikan visa jangka panjang.

    Pusat Sumber Daya Pencari Suaka Australia, sebuah kelompok advokasi, melaporkan bahwa Nauru berencana menerbitkan 280 visa bagi warga negara asing yang ingin dideportasi Australia namun tidak bisa.

    Tonton juga video “2 Polisi Australia Tewas Ditembak di Victoria, Pelaku Masih Diburu” di sini:

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Turki Tutup Wilayah Udara dan Pelabuhan untuk Pesawat-Kapal Israel

    Turki Tutup Wilayah Udara dan Pelabuhan untuk Pesawat-Kapal Israel

    Ankara

    Otoritas Turki menutup wilayah udara dan pelabuhannya untuk pesawat dan kapal-kapal Israel. Langkah tersebut dimaksudkan untuk memprotes perang yang terus berkecamuk di Jalur Gaza, di mana serangan-serangan Tel Aviv merenggut banyak nyawa warga Palestina.

    Hubungan antara Ankara dan Tel Aviv, seperti dilansir AFP dan Associated Press, Sabtu (30/8/2025), telah hancur akibat perang yang berkecamuk di Jalur Gaza. Turki memutuskan hubungan perdagangan langsung dengan Israel sejak Mei tahun lalu.

    Ankara juga menuntut gencatan senjata permanen dan akses masuk bagi bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.

    Tak hanya itu, Turki juga menuduh Israel melakukan “genosida” di daerah kantong Palestina tersebut — istilah yang ditolak mentah-mentah oleh Tel Aviv. Presiden Recep Tayyip Erdogan bahkan pernah membandingkan Perdana Menteri (PM) Benjamin Netanyahu dengan Adolf Hitler.

    “Kami telah sepenuhnya memutus perdagangan dengan Israel, kami telah menutup pelabuhan kami untuk kapal-kapal Israel dan kami tidak mengizinkan kapal-kapal Turki memasuki pelabuhan Israel,” kata Menteri Luar Negeri (Menlu) Turki Hakan Fidan dalam sidang luar biasa parlemen membahas serangan Israel di Gaza.

    “Kami tidak mengizinkan kapal-kapal kontainer yang membawa senjata dan amunisi ke Israel untuk memasuki pelabuhan kami, kami juga tidak mengizinkan pesawat-pesawat mereka memasuki wilayah udara kami,” tegasnya di hadapan anggota parlemen Turki, dalam pidato yang disiarkan televisi setempat.

    Ketika dimintai klarifikasi soal pernyataan Fidan tersebut, seorang sumber diplomatik Turki menjelaskan bahwa wilayah udaranya “ditutup untuk semua pesawat yang membawa senjata (ke Israel) dan untuk penerbangan resmi Israel”.

    “Ini tidak berlaku untuk penerbangan transit komersial,” ucap sumber diplomatik tersebut, seperti dilansir Reuters.

    Belum kelas kapan pembatasan wilayah udara itu diberlakukan.

    Fidan, dalam pernyataannya, juga mengatakan Turki telah mendapat persetujuan presiden untuk melakukan pengiriman bantuan melalui udara ke Jalur Gaza.

    “Pesawat-pesawat kita sudah siap, begitu Yordania memberikan persetujuan, kita siap berangkat,” ujarnya kepada para anggota parlemen Turki.

    Pemerintah Israel belum memberikan tanggapan langsung terhadap pernyataan Menlu Turki tersebut.

    Lihat juga Video Erdogan Kecam Keras Operasi Darat Israel di Lebanon

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/idh)

  • Ratusan Eks Diplomat Desak Uni Eropa Tindak Israel

    Ratusan Eks Diplomat Desak Uni Eropa Tindak Israel

    Jakarta

    Sebanyak 209 mantan duta besar dan staf negara anggota Uni Eropa (UE) menandatangani surat terbuka yang mendesak agar perkumpulan negara di Benua Biru tersebut segera mengimplementasikan langkah-langkah terhadap “tindakan ilegal Israel di Gaza dan Tepi Barat”.

    Surat tersebut berisi sembilan langkah UE yang diusulkan terhadap pemerintah Israel.

    Salah satu poin dalam usulan tersebut adalah penangguhan atau pencabutan sepihak izin ekspor senjata ke Israel dan penghentian pendanaan proyek-proyek nasional yang didanai bersama, yang melibatkan entitas Israel.

    Selain itu, surat tersebut mendesak penerapan sanksi atas dasar hak asasi manusia dan undang-undang antiterorisme, yang meliputi larangan visa dan pembekuan aset.

    Surat yang telah ditanda tangan itu ditujukan kepada pemimpin 27 negara anggota UE dan struktur kepemimpinan Komisi Eropa. Surat ini, merupakan tindak lanjut dari surat terbuka lain yang dilayangkan pada akhir Juli 2025 lalu.

    “Dengan rasa kecewa kami sampaikan bahwa dalam empat minggu sejak surat kami dikirim, tidak ada gencatan senjata yang disepakati di Gaza, tidak ada sandera Israel yang dibebaskan, dan yang lebih mengkhawatirkan, pemerintah Israel telah mulai melaksanakan rencana untuk mengosongkan Kota Gaza dan sekitarnya,” bunyi pernyataan surat tersebut.

    Para mantan diplomat tersebut mencatat bahwa sejak komunikasi terbuka sebelumnya, lebih dari 2.600 warga Palestina telah tewas di Gaza. Banyak di antaranya adalah perempuan dan anak-anak.

    “Kami mengekspresikan kekecewaan yang mendalam bahwa sebagai respons terhadap situasi yang semakin memburuk di Gaza, UE tidak mengambil langkah-langkah penting untuk menekan Israel agar menghentikan perang brutalnya,” jelas surat tersebut.

    Warga Israel desak pembebasan sandera dan stop serangan di Gaza

    Selasa pagi (26/08) waktu setempat, para demonstran dan aktivis turun ke sejumlah ruas jalan di beberapa wilayah Israel. Mereka menyerukan pembebasan segera pada sandera yang masih diduga selamat dan mendesak penghentian pertempuran di Gaza.

    Menurut sebuah laporan media, sebuah jalan raya utama di dekat Tel Aviv diblokir dan para demonstran membakar ban di jalur utara kota tersebut.

    Forum Keluarga Sandera dan Orang Hilang telah menyerukan aksi massa dengan slogan “Israel Bersatu.”

    Media Israel juga melaporkan demonstrasi di dekat cabang Kedutaan Besar AS di Tel Aviv, serta di luar rumah-rumah menteri di kota tersebut.

    “Sudah ada penawaran yang diberikan. Kami menuntut agar para pemimpin kami duduk di meja perundingan dan tidak beranjak hingga ada kesepakatan,” kata Hagit Chen, ibu dari seorang anak yang diculik oleh Hamas pada Oktober 2023. Dikutip dari pernyataan yang dirilis oleh forum perwakilan keluarga sandera.

    Selain itu, aktivis juga mendesak agar pemerintah Israel membatalkan keputusannya untuk mengambil alih Kota Gaza.

    Perdana Menteri Benjamin Netanyahu baru-baru ini memerintahkan pembicaraan segera untuk membebaskan semua sandera yang tersisa di Gaza, sambil tetap bersikeras pada rencana serangan baru untuk merebut kota terbesar di Gaza. Sebanyak 50 sandera masih ditahan di Jalur Gaza, 20 di antaranya diyakini masih hidup.

    Sehari sebelumnya, pada Senin (25/08), Israel menyerang Rumah Sakit Nasser di bagian selatan Jalur Gaza. Serangan ini menewaskan sedikitnya 20 orang, termasuk lima jurnalis yang bekerja untuk kantor berita Reuters, Associated Press (AP), Al Jazeera, dan media lainnya.

    Serangan Israel tewaskan jurnalis, ini kata Kanselir Jerman

    Merespons serangan pada Senin (25/08) itu, Kanselir Jerman Friedrich Merz mengatakan bahwa dia tidak percaya jurnalis menjadi target langsung Israel ketika penyerangan terhadap rumah sakit di Gaza.

    “Saat ini saya tidak percaya bahwa ini adalah serangan yang ditargetkan terhadap jurnalis,” kata Merz kepada editor politik utama DW, Michaela Kuefner, di Berlin.

    “Namun, ini tentu saja merupakan hasil dari apa yang dimulai oleh tentara Israel beberapa hari yang lalu dan apa yang diputuskan oleh pemerintah Israel untuk dilakukan,” kata Merz.

    Merz mengatakan bahwa keputusannya untuk menangguhkan izin ekspor senjata baru ke Israel untuk digunakan di Gaza adalah keputusan yang tepat.

    “Saya merasa bahwa keputusan saya dalam kondisi ini, Israel tidak boleh menerima senjata yang akan digunakan di Jalur Gaza, telah terbukti lebih dari cukup sebagai keputusan yang tepat,” kata Merz.

    Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa tindakan Israel saat ini di Gaza “tidak dapat diterima.”

    “Apa yang dilakukan pemerintah Israel di sana dan apa yang dilakukan tentara Israel dalam melaksanakan keinginan pemerintah Israel tidak dapat diterima dan peristiwa kemarin mencoreng tindakan yang seharusnya dilakukan, dalam segala hal, merupakan tindakan yang dibenarkan terhadap Hamas,” kata Merz.

    Mediator Qatar: Israel harus respons usulan gencatan senjata

    Juru bicara Kementerian Luar Negeri Qatar, Majed al-Ansari, mengatakan bahwa para mediator sedang menunggu respons Israel terhadap usulan gencatan senjata yang disetujui oleh kelompok Hamas.

    “Yang penting bukanlah tempatnya, tetapi agar kesepakatan tercapai sekarang. Sudah ada tawaran di atas meja, Israel harus merespons,” kata al-Ansari dalam konferensi pers.

    “Upaya menunda dengan memindahkan lokasi atau taktik lain sudah jelas bagi komunitas internasional dan saatnya Israel memberikan jawaban serius atas apa yang telah disetujui sebelumnya,” ujar al-Ansari.

    Usulan terbaru yang diajukan oleh mediator melibatkan gencatan senjata awal selama 60 hari dan pertukaran bertahap sandera Israel dengan tahanan Palestina.

    Saat mediator menunggu tanggapan Israel terhadap usulan baru pekan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa dia telah memberikan instruksi untuk negosiasi baru yang bertujuan “membebaskan semua sandera kami dan mengakhiri perang dengan syarat yang dapat diterima oleh Israel.”

    Artikel ini terbit pertama kali dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh: Muhammad Hanafi

    Editor: Rahka Susanto dan Hani Anggraini

    Lihat Video ‘PBB soal 5 Jurnalis Tewas Kena Serangan Israel: Harus Ada Keadilan’:

    (ita/ita)

  • Bunuh 5 Jurnalis di Gaza, Israel Berdalih Targetkan Kamera Hamas

    Bunuh 5 Jurnalis di Gaza, Israel Berdalih Targetkan Kamera Hamas

    Tel Aviv

    Militer Israel berdalih pasukannya menargetkan kamera yang dioperasikan oleh kelompok Hamas, setelah dua serangannya ke Rumah Sakit (RS) Al-Nasser di Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan, menewaskan sedikitnya 20 orang, termasuk lima jurnalis.

    Serangan mematikan Israel pada Senin (25/8) itu memicu gelombang kecaman internasional.

    Badan pertahanan sipil Gaza melaporkan bahwa serangan mematikan Israel itu diawali dengan drone bermuatan peledak yang menghantam salah satu gedung di kompleks RS Al-Nasser, yang diikuti dengan serangan udara saat para korban luka sedang dievakuasi oleh petugas penyelamat.

    Lima jurnalis di antara 20 korban tewas dalam serangan itu dilaporkan bekerja untuk media-media terkemuka seperti Reuters, Associated Press, dan Al Jazeera.

    Militer Israel dalam pernyataannya, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Rabu (27/8/2025), mengatakan bahwa serangan terhadap pusat medis itu terjadi setelah tentara-tentaranya “mengidentifikasi sebuah kamera yang ditempatkan oleh Hamas di area Rumah Sakit Al-Nasser”.

    Militer Israel mengatakan bahwa pasukannya “beroperasi untuk menghilangkan ancaman dengan menyerang dan membongkar kamera tersebut”.

    “Enam orang yang tewas adalah teroris,” sebut militer Israel dalam pernyataan mereka.

    Militer Israel menambahkan bahwa Kepala Staf Militer telah menginstruksikan “untuk memeriksa lebih lanjut beberapa celah”, termasuk “proses otorisasi sebelum serangan”.

    Hamas memberikan respons keras dengan menuduh militer Israel “berupaya membenarkan kejahatan ini dengan mengarang klaim palsu bahwa mereka telah menargetkan ‘kamera’ milik elemen perlawanan — sebuah tuduhan yang tidak berdasar, tidak memiliki bukti, dan hanya bertujuan untuk menghindari tanggung jawab hukum dan moral atas pembantaian massal”.

    Beberapa jam setelah serangan mematikan itu terjadi, Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu menyatakan penyesalannya atas apa yang disebutnya sebagai “kecelakaan tragis”.

    Serangan Israel itu dikecam oleh banyak pihak, termasuk sekutu-sekutu Israel juga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), media, kelompok hak asasi manusia (HAM), dan Asosiasi Pers Asing yang berbasis di Israel.

    Menurut pemantau pers, perang yang terus berkecamuk di Jalur Gaza telah menjadi salah satu yang paling mematikan bagi wartawan, dengan sekitar 200 pekerja media tewas selama hampir dua tahun Israel terus menggempur wilayah tersebut.

    Halaman 2 dari 2

    (nvc/ita)

  • Rentetan Kejahatan Israel Serang RS di Gaza Dikecam!

    Rentetan Kejahatan Israel Serang RS di Gaza Dikecam!

    Jakarta

    Militer Israel tak habis-habisnya membombardir Gaza. Rentetan kejahatan Israel menyerang rumah sakit di Gaza menuai kecaman.

    Kini giliran Rumah Sakit Nasser di wilayah Jalur Gaza yang jadi sasaran serangan Israel. Sebanyak 20 orang tewas, lima di antaranya merupakan jurnalis.

    Dilansir Reuters, Selasa (26/8/2025), para jurnalis yang meninggal dunia berasal dari media Reuters, Associated Press, hingga Al Jazeera. Pejabat kesehatan Palestina mengatakan juru kamera Hussam al-Masri, seorang kontributor Reuters, tewas di dekat posisi siaran langsung yang dioperasikan Reuters di lantai atas tepat di bawah atap rumah sakit di Khan Younis dalam serangan awal.

    Wartawan serta petugas penyelamat dan petugas medis yang bergegas ke lokasi turut tewas dalam serangan kedua Israel. Kemudian wartawan yang tewas lainnya adalah Mariam Abu Dagga, yang bekerja lepas untuk Associated Press dan media lainnya. Mohammed Salama, yang bekerja untuk penyiar Al Jazeera yang berbasis di Qatar.

    Moaz Abu Taha seorang jurnalis lepas yang bekerja dengan beberapa organisasi berita termasuk sesekali berkontribusi untuk Reuters juga menjadi korban tewas. Lalu, Ahmed Abu Aziz Fotografer Hatem Khaled, yang juga seorang kontraktor Reuters, terluka.

    Israel Klaim Tak Targetkan Jurnalis

    Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan Israel sangat menyesalkan apa yang disebutnya sebagai “kecelakaan tragis”. Israel menyebut pihaknya menghargai kerja keras para jurnalis dan staf medis.

    Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengakui telah menyerang area Rumah Sakit Nasser dan mengatakan bahwa Kepala Staf Umum telah memerintahkan penyelidikan. Namun demikian, IDF mengklaim tidak menargetkan jurnalis dalam serangannya.

    “IDF menyesalkan segala kerugian yang dialami individu yang tidak terlibat dan tidak menargetkan jurnalis. IDF bertindak untuk mengurangi kerugian yang dialami individu yang tidak terlibat semaksimal mungkin dengan tetap menjaga keselamatan pasukan IDF,” katanya.

    Reuters menyampaikan duka atas meninggalnya para wartawan. Reuters mengatakan saat ini sedang meminta pihak Gaza dan Israel memberi bantuan kepada jurnalisnya yang tewas dalam peristiwa itu.

    “Kami sedang mencari informasi lebih lanjut dan telah meminta pihak berwenang di Gaza dan Israel untuk membantu kami mendapatkan bantuan medis darurat bagi Hatem,” kata juru bicara Reuters.

    Saudi Serukan Akhiri Kejahatan Israel

    Kementerian Luar Negeri Saudi, seperti dilansir Al Arabiya, mengecam “penargetan oleh pasukan pendudukan Israel terhadap para tenaga medis, pekerja bantuan kemanusiaan, dan personel media di Kompleks Medis Al-Nasser di Khan Younis, Jalur Gaza bagian selatan”.

    Dalam pernyataannya, Kementerian Luar Negeri Saudi menyerukan komunitas internasional untuk “mengakhiri kejahatan-kejahatan Israel ini” dan menekankan perlunya memastikan perlindungan bagi para pekerja medis, pekerja bantuan kemanusiaan, dan pekerja medis.

    Serangan yang menghantam RS Nasser itu merupakan salah satu dari rentetan serangan Israel terhadap rumah sakit atau fasilitas medis di Jalur Gaza sejak perang berkecamuk pada Oktober 2023. RS Nasser sendiri terus bertahan dari serangan dan pengeboman selama 22 bulan terakhir perang berkecamuk di Jalur Gaza.

    Para pejabat menyebut adanya kekurangan pasokan dan kekurangan staf yang kritis. Dari 20 korban tewas, sebanyak lima orang di antaranya merupakan jurnalis yang bekerja untuk kantor berita terkemuka seperti Reuters, Associated Press dan Al Jazeera.

    China Mengecam Serangan Israel

    Otoritas China terkejut serangan Israel ke rumah sakit di Jalur Gaza menewaskan sedikitnya 20 orang, termasuk lima jurnalis. Beijing mengecam serangan Israel yang merenggut nyawa jurnalis dan petugas medis.

    China juga menyerukan Israel untuk “segera menghentikan operasi militernya” di Jalur Gaza. Guo juga menyampaikan belasungkawa.

    “Kami terkejut dan mengutuk fakta bahwa para tenaga medis dan jurnalis sekali lagi sangat disayangkan telah kehilangan nyawa dalam konflik ini,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Guo Jiakun dalam konferensi pers terbaru di Beijing, seperti dilansir AFP dan Al Arabiya, Selasa (26/8/2025).

    “Kami menyampaikan belasungkawa kepada para korban dan simpati kami untuk keluarga mereka,” imbuh Guo dalam pernyataannya.

    Shina prihatin dengan situasi terkini di Jalur Gaza. Dia menambahkan bahwa China mengecam “semua tindakan yang merugikan warga sipil… termasuk tindak kekerasan terhadap jurnalis”.

    Guo kemudian menyerukan Israel untuk segera menghentikan serangannya di Jalur Gaza dan menyetujui gencatan senjata.

    “Israel harus segera menghentikan operasi militernya di Gaza, mewujudkan gencatan senjata yang komprehensif dan bertahan lama sesegera mungkin, memulihkan sepenuhnya pasokan kemanusiaan, mencegah krisis kemanusiaan berskala lebih besar, dan berupaya meredakan ketegangan secepat mungkin,” cetusnya.

    Halaman 2 dari 2

    (idn/idn)

  • Reaksi Israel Setelah Jurnalis Palestina Tewas dalam Serangan

    Reaksi Israel Setelah Jurnalis Palestina Tewas dalam Serangan

    Kami kembali merangkum sejumlah berita-berita utama yang terjadi selama 24 jam terakhir dalam Dunia Hari Ini edisi Selasa, 26 Agustus 2025.

    Laporan utama kami hadirkan dari perkembangan serangan terbaru Israel ke Gaza.

    Israel kembali serang rumah sakit

    Israel melancarkan serangkaian serangan ke Rumah Sakit Nasser di Gaza selatan, hingga menyebabkan setidaknya 20 orang tewas, termasuk lima jurnalis.

    Serangan kedua di lantai empat fasilitas di Khan Younis disiarkan langsung di televisi, sementara tim penyelamat menyisir gedung untuk mengevakuasi korban tewas dan luka-luka akibat serangan pertama beberapa menit sebelumnya.

    Mereka yang tewas adalah Mohammad Salama yang bekerja sebagai fotografer Al Jazeera, Hussam al-Masri dari kantor berita Reuters, Mariam Abu Daqqa yang bekerja di beberapa media seperti the Associated Press, Moaz Abu Taha, serta Ahmed Abu Aziz dari Quds Feed Network dan media lainnya.

    Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, mengatakan negaranya “sangat menyesalkan” serangan oleh pasukan Israel dan menyebut serangan tersebut sebagai “kecelakaan tragis”.

    Hal ini ia ungkapkan setelah Presiden AS, Donald Trump, mengatakan “saya tidak senang soal itu. Saya tidak ingin melihatnya.”

    Sebanyak 76 sandera di Nigeria diselamatkan

    Militer Nigeria membebaskan 76 orang yang disandera, setelah mereka melakukan serangan udara di Bukit Pauwa di Negara Bagian Katsina.

    Operasi tersebut merupakan bagian dari perburuan pemimpin geng bernama Babaro, yang dikaitkan dengan serangan masjid yang menewaskan lebih dari 50 orang di kota Malumfashi pekan lalu.

    Komisaris negara bagian untuk keamanan dalam negeri Nasir Mu’azu mengatakan para sandera yang diselamatkan antara lain mereka yang diculik selama serangan di masjid tersebut.

    “Namun, patut disesalkan seorang anak secara tragis kehilangan nyawanya selama kejadian tersebut,” ujarnya.

    Ratusan ribu orang di Vietnam akan dievakuasi

    Vietnam mengumumkan rencana untuk mengevakuasi lebih dari 500.000 orang sebagai persiapan menghadapi Topan Kajiki yang diperkirakan akan semakin intensif.

    Pusat Meteorologi Nasional China mengatakan badai tersebut sebelumnya diperkirakan akan “melewati” pantai selatan provinsi kepulauan Hainan di China pada Minggu malam, sebelum menuju Vietnam.

    Pada hari Minggu, badai tersebut menguat, dengan kecepatan angin mencapai 166 kilometer per jam.

    Topan Yagi menewaskan 500 orang di Asia Tenggara, sementara jumlah korban tewas di Myanmar terus bertambah.

    Trump ingin segera bertemu Kim Jong Un

    Donald Trump telah memberi tahu mitranya dari Korea Selatan jika ia berharap dapat bertemu dengan diktator Korea Utara Kim Jong Un secepatnya tahun ini.

    Presiden AS tersebut menjamu Lee Jae-myung dari Korea Selatan di Gedung Putih kemarin untuk membahas berbagai isu termasuk perdagangan dan keamanan Indo-Pasifik.

    Trump mengatakan ia masih memiliki “hubungan yang sangat baik” dengan Kim, yang ia temui tiga kali selama masa jabatan pertamanya sebagai presiden.

    “Beliau ingin bertemu dengan saya,” kata Trump tentang Kim.

    Lihat juga Video ‘Detik-detik Fotografer Reuters Tewas Kena Rudal Israel saat Bertugas’:

  • Trump Kirim Tentara Bersenjata ke Washington DC, Ada Apa?

    Trump Kirim Tentara Bersenjata ke Washington DC, Ada Apa?

    Jakarta

    Pasukan bersenjata Garda Nasional Amerika Serikat (AS) pada Minggu (24/08) mulai dikerahkan di Washington, D.C.

    Presiden AS Donald Trump mengerahkan pasukan tersebut sebagai upaya menindak kejahatan yang merajalela di ibu kota negara.

    “Mulai malam 24 Agustus 2025, anggota JTF-DC mulai membawa senjata dinas mereka,” kata Komando Tugas Gabungan DC dalam pernyataan resminya.

    Lebih dari 2.200 tentara telah ditugaskan dalam satuan tugas di Washington, D.C..

    Pernyataan tersebut menegaskan bahwa pasukan hanya diperbolehkan menggunakan kekuatan “sebagai pilihan terakhir dan semata-mata sebagai respons terhadap ancaman kematian atau cedera serius yang segera terjadi.”

    Menurut pejabat Departemen Pertahanan yang diwawancarai Associated Press secara anonim, beberapa unit akan dipersenjatai untuk misi tertentu.

    Ia mengatakan, beberapa tentara akan membawa pistol, sementara yang lain membawa senapan. Namun, tim yang bekerja di bidang transportasi dan administrasi kemungkinan tidak bersenjata.

    Mengapa Trump mengerahkan Garda Nasional?

    Sebelumnya, Trump menyebut upaya ini sebagai “Liberation Day” (Hari Pembebasan), dengan klaim kota tersebut perlu diselamatkan dari “kejahatan, pertumpahan darah, kekacauan, dan kemiskinan.”

    Namun, data resmi pemerintah bertentangan dengan klaim Trump. Statistik menunjukkan bahwa tingkat kejahatan kekerasan di DC berada pada titik terendah dalam 30 tahun terakhir.

    Para kritikus menilai bahwa tidak ada keadaan darurat yang memerlukan kehadiran militer di ibu kota. Wali Kota Washington, Muriel Bowser, menyebut langkah Trump ini sebagai “dorongan otoriter.”

    Sebelumnya pada Minggu (24/08), Trump mengancam akan menempatkan Garda Nasional di Baltimore yang juga menjadi basis kuat Partai Demokrat di Maryland.

    Ia bahkan menyatakan kemungkinan mengirim pasukan ke Chicago. Wali Kota Chicago, Brandon Johnson, memperingatkan langkah ini dapat “menyulut ketegangan antara warga dan aparat penegak hukum”.

    Trump pertama kali menggunakan kekuasaan presidensial ini pada bulan Juni di Los Angeles, di mana ia menempatkan 5.000 pasukan untuk meredam protes terhadap operasi penegakan imigrasi.

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Diadaptasi oleh Adelia Dinda Sani

    Editor: Tezar Aditya

    (ita/ita)

  • Sudan Selatan Bantah Perundingan dengan Israel Soal Relokasi Warga Gaza

    Sudan Selatan Bantah Perundingan dengan Israel Soal Relokasi Warga Gaza

    Jakarta

    Pemerintah Sudan Selatan membantah adanya perundingan dengan Israel mengenai potensi relokasi warga Palestina dari Gaza ke negara Afrika Timur tersebut.

    Kantor berita Associated Press sebelumnya melaporkan bahwa kedua negara terlibat dalam perundingan mengenai usulan Israel untuk memindahkan warga Palestina dari Gaza ke Sudan Selatan. Media tersebut mengutip enam orang yang mengetahui masalah tersebut.

    “Dengan tegas membantah laporan media baru-baru ini yang mengklaim bahwa Pemerintah Republik Sudan Selatan terlibat dalam pembicaraan dengan negara Israel mengenai penempatan warga negara Palestina dari Gaza di Sudan Selatan,” kata Kementerian Luar Negeri Sudan Selatan dalam sebuah pernyataan pada hari Rabu (13/8) waktu setempat.

    Dilansir media Al Jazeera, Kamis (14/8/2025), Kementerian Luar Negeri Sudan menyatakan bahwa klaim tersebut “tidak berdasar dan tidak mencerminkan posisi atau kebijakan resmi” pemerintah Sudan Selatan.

    Beberapa pejabat Israel sebelumnya telah mengusulkan relokasi warga Palestina dari Gaza. Hal ini menurut kelompok-kelompok hak asasi manusia akan dianggap sebagai pengusiran paksa, pembersihan etnis, dan melanggar hukum internasional.

    Para kritikus rencana pemindahan tersebut khawatir warga Palestina tidak akan pernah diizinkan kembali ke Gaza. Mereka juga khawatir pemindahan massal tersebut dapat membuka jalan bagi Israel untuk mencaplok wilayah kantong tersebut dan membangun kembali permukiman Israel di sana, sebagaimana diserukan oleh para menteri sayap kanan di pemerintahan Israel.

    Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya mengatakan ia ingin mewujudkan apa yang disebutnya “migrasi sukarela” bagi sebagian besar penduduk Gaza, sebuah kebijakan yang ia kaitkan dengan pernyataan Presiden Amerika Serikat Donald Trump sebelumnya.

    Menurut media Channel 12, selain Sudan Selatan, Israel juga dilaporkan tengah berunding membahas penempatan warga Gaza tersebut dengan empat negara lainnya, yakni Indonesia, Somaliland, Uganda dan Libya.

    Tonton juga video “Israel Dikabarkan Berunding dengan 5 Negara untuk Terima Warga Gaza” di sini:

    “Beberapa negara menunjukkan keterbukaan yang lebih besar daripada sebelumnya untuk menerima imigrasi sukarela dari Jalur Gaza,” ujar seorang sumber diplomatik Israel kepada media Channel 12, seperti dilansir media Israel, The Times of Israel, Kamis (14/8/2025). Sumber itu menyebut Indonesia dan Somaliland sangat terbuka akan gagasan itu. Namun, belum ada keputusan konkret yang dibuat soal ini.

    Somaliland adalah wilayah yang memisahkan diri dari Somalia yang dilaporkan berharap mendapatkan pengakuan internasional melalui kesepakatan tersebut.

    Dalam wawancara dengan saluran berita i24News, Netanyahu menyuarakan dukungannya terhadap emigrasi massal warga Gaza. Netanyahu mengatakan bahwa Israel sedang berkomunikasi dengan “beberapa negara” untuk menampung warga sipil yang mengungsi dari wilayah yang dilanda perang tersebut.

    “Saya pikir ini adalah hal yang paling wajar,” kata Netanyahu. “Semua orang yang peduli terhadap Palestina dan mengatakan ingin membantu Palestina harus membuka pintu bagi mereka. Apa yang Anda khotbahkan kepada kami? Kami tidak mengusir mereka – kami memungkinkan mereka untuk pergi… pertama-tama, [meninggalkan] zona pertempuran, dan juga Jalur Gaza itu sendiri, jika mereka mau.”

    Ketika ditanya mengapa proses tersebut belum mengalami kemajuan, Netanyahu menjawab: “Anda membutuhkan negara-negara penerima. Kami sedang berbicara dengan beberapa negara – saya tidak akan merincinya di sini.”

    Halaman 2 dari 2

    (ita/ita)

  • Hujan Deras Malah Ungkap Fosil Dinosaurus Tertua Sampai Jutaan Tahun

    Hujan Deras Malah Ungkap Fosil Dinosaurus Tertua Sampai Jutaan Tahun

    Jakarta

    Siapa sangka, hujan deras di negara bagian selatan Rio Grande do Sul, Brasil, malah memunculkan penemuan luar biasa yang telah tersembunyi selama jutaan tahun. Tim penggalian arkeologi yang dipimpin ahli paleontologi Rodrigo Temp Müller dari Federal University of Santa Maria menemukan kerangka fosil dinosaurus yang hampir lengkap.

    Associated Press (AP) beberapa waktu lalu melaporkan bahwa spesimen tersebut diyakini sebagai salah satu dinosaurus tertua di dunia, berumur 233 juta tahun lalu. Kerangkanya ditemukan di dekat waduk di Kota Sao Joao do Polesine, Brasil.

    Müller mengatakan bahwa tim peneliti terkejut saat menemukan tulang tersebut. Namun, penemuan ini belum ditinjau sejawat atau dipublikasikan di jurnal.

    Makhluk tersebut diperkirakan hidup pada periode Trias, yang berlangsung antara 252 juta hingga 201 juta tahun lalu. Masa itu adalah periode ketika semua benua bergabung menjadi satu benua super yang disebut Pangaea.

    Dinosaurus pemakan daging

    Hanya dalam empat hari, tim dengan cermat menggali situs tersebut, dengan hati-hati mengekstraksi balok batu yang berisi seluruh kerangka. Blok ini kemudian dibawa ke laboratorium untuk dianalisis lebih lanjut. Berdasarkan fosil, dinosaurus tersebut kemungkinan berukuran panjang sekitar 2,5 meter.

    “Awalnya tampak seperti beberapa tulang yang terisolasi, namun saat kami mengungkap materialnya, kami dapat melihat bahwa kami memiliki kerangka yang hampir lengkap,” kata Müller kepada AP.

    Para peneliti Brasil percaya bahwa hewan tersebut termasuk dalam keluarga Herrerasauridae, yang mencakup karnivora theropoda puncak awal yang hidup selama periode Trias.

    Sisa-sisa fosil tersebut terpelihara dengan baik, dan berpotensi menjadi kerangka Herrerasauridae terlengkap kedua yang pernah ditemukan. Herrerasauridae adalah salah satu keluarga dinosaurus paling awal yang pernah diidentifikasi dan mendominasi wilayah yang sekarang disebut Brasil dan Argentina. Mereka adalah predator teratas di ekosistemnya dan punah menjelang akhir periode ini.

    Ini bukan pertama kalinya tim Müller menemukan fosil dinosaurus menarik di wilayah ini. Pada tahun 2019, mereka mengumumkan penemuan dinosaurus pemakan daging lainnya dari periode Trias.

    Sisa-sisa yang terpelihara dengan baik ditemukan di dekat Santa Maria, Rio Grande do Sul. Penemuan tahun 2019 ini, bernama Gnathovorax cabreirai, juga termasuk dalam famili Herrerasauridae dan hidup pada waktu yang hampir sama dengan spesimen yang baru ditemukan, sekitar 233 juta tahun yang lalu.

    Spesimen ini dapat membantu menjembatani kesenjangan evolusi antara predator Trias awal dan theropoda terkenal seperti Tyrannosaurus Rex. G. cabreirai dan spesimen barunya sudah ada puluhan juta tahun sebelum keberadaan raksasa ini.

    Fosil yang terungkap hujan

    Periode Trias memainkan peran penting dalam menentukan dominasi dinosaurus di Jurassic dan seterusnya. Masa ini merupakan masa pemulihan setelah bencana kepunahan besar-besaran, yang disertai dengan munculnya makhluk hidup baru dan terdiversifikasi.

    Selama beberapa bulan ke depan, tim akan melakukan analisis mendalam untuk menentukan apakah fosil tersebut mewakili spesies yang benar-benar baru atau milik spesies yang sudah teridentifikasi.

    Menurut AP, terkadang hujan dapat membantu mengungkap fosil tersebut karena menyapu lapisan sedimen yang mengubur sisa-sisa tersebut selama jutaan tahun. Proses ini, yang disebut pelapukan, membantu mendekatkan fosil ke permukaan, sehingga lebih mudah ditemukan. Namun, kondisi ini juga dapat merusak atau menghancurkannya jika tidak segera dipulihkan.

    Selama penggalian, tim menemukan beberapa tulang, termasuk tulang kaki dan tulang panggul, yang sudah terkikis akibat curah hujan deras baru-baru ini. Sedihnya, di satu sisi, Rio Grande do Sul mengalami banjir besar pada bulan Mei tahun ini, dengan korban jiwa dilaporkan sedikitnya 182 orang.

    Halaman 2 dari 2

    (fyk/fay)