Perusahaan: Associated Press

  • Profesor Tamer Qarmout Sebut Pemindahan Paksa Warga Palestina ke Afrika sebagai ‘Menjijikkan’ – Halaman all

    Profesor Tamer Qarmout Sebut Pemindahan Paksa Warga Palestina ke Afrika sebagai ‘Menjijikkan’ – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Profesor madya di Institut Studi Pascasarjana Doha, Tamer Qarmout mengecam usulan pemindahan paksa warga Palestina ke Afrika sebagai “garis merah yang tidak boleh dilampaui.”

    Dalam wawancara dengan Al Jazeera, Qarmout menyatakan pemerintah dunia memiliki tanggung jawab untuk menghentikanusulan yang “menjijikkan” dan tidak boleh terlibat dalam skenario tersebut, terutama jika melibatkan pemindahan warga Palestina ke negara-negara Afrika yang masih berjuang melawan warisan kolonial.

    “Sudan dan Somalia masih dilanda perang akibat warisan kolonial,” katanya, dikutip dari Al Jazeera.

    “Mereka (pemerintah Israel) harus diekspos dan dimasukkan ke dalam daftar orang-orang yang harus dipermalukan,” ujar Qarmout.

    Menurut laporan, Amerika Serikat dan Israel dilaporkan melakukan pembicaraan diam-diam dengan beberapa negara Afrika Timur, termasuk Somaliland, mengenai kemungkinan penerimaan warga Palestina yang dipindahkan.

    Sebagai imbalannya, berbagai insentif – finansial, diplomatik, dan keamanan – diperkirakan akan ditawarkan kepada pemerintah tersebut.

    Seorang pejabat AS yang terlibat dalam upaya ini mengonfirmasi kepada Associated Press AS telah melakukan pembicaraan dengan Somaliland mengenai bidang-bidang tertentu yang bisa mereka bantu, dengan imbalan pengakuan internasional untuk wilayah yang memisahkan diri tersebut.

    Namun, pejabat Somaliland, Abdirahman Dahir Adan, Menteri Luar Negeri Somaliland, membantah bahwa pihaknya telah menerima atau membahas usulan tersebut.

    “Saya belum menerima usulan seperti itu, dan tidak ada pembicaraan dengan siapa pun terkait Palestina,” katanya kepada Reuters.

    Qarmout menilai usulan pemindahan paksa ini sebagai tindakan yang “keterlaluan” dan mendesak masyarakat internasional untuk menentangnya.

    Ia menegaskan bahwa negara-negara seperti Sudan dan Somalia, yang masih menghadapi tantangan besar akibat warisan kolonial, seharusnya tidak dilibatkan dalam rencana ini.

    AS-Israel Lirik Afrika untuk Pindahkan Warga Gaza

    Amerika Serikat (AS) dan Israel telah menghubungi pejabat dari tiga negara di Afrika Timur untuk mendiskusikan kemungkinan penggunaan wilayah mereka sebagai tempat penampungan bagi warga Palestina dari Gaza.

    Laporan ini muncul dari Associated Press pada Jumat (14/3/2025), yang mengutip sumber dari pejabat AS dan Israel.

    Namun, Sudan menolak tawaran tersebut, sementara Somalia dan Somaliland menyatakan ketidaktahuan mengenai usulan itu.

    Pejabat Sudan secara tegas menolak tawaran untuk menampung warga Gaza.

    Sementara itu, Somalia dan Somaliland mengaku tidak menerima informasi terkait tawaran tersebut.

    Hal ini menunjukkan ketidakpastian dan penolakan dari negara-negara yang diharapkan dapat menampung pengungsi.

    Langkah AS dan Israel ini berlawanan dengan pernyataan Presiden AS Donald Trump sebelumnya.

    Dalam sebuah konferensi pers di Gedung Putih pada Kamis (13/2/2025), Trump menegaskan, “Tidak ada yang akan diusir dari Gaza.”

    Pernyataan ini disampaikan ketika ia bertemu dengan Perdana Menteri Irlandia, Michel Martin.

    Rencana Kontroversial AS

    Pada Februari 2025, Trump mengusulkan rencana yang kontroversial untuk mengambil alih Gaza, merelokasi penduduk Palestina, dan mengubah wilayah tersebut menjadi “Riviera Timur Tengah.”

    Dalam pertemuan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Trump menyatakan keyakinannya bahwa Yordania dan Mesir tidak akan menolak permintaannya untuk menyambut pengungsi Gaza.

    Baik Yordania maupun Mesir menolak usulan tersebut, dengan Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi dan Raja Yordania Abdullah sepakat bahwa Gaza harus dibangun kembali tanpa mengusir warga Palestina.

    Mesir bahkan mengusulkan rencana rekonstruksi senilai $53 miliar untuk Gaza, yang berfokus pada pembangunan infrastruktur dan layanan penting, tanpa melibatkan Hamas dalam kepemimpinan masa depan.

    Israel dan AS menolak rencana Mesir karena dianggap tidak menawarkan solusi yang jelas untuk mengeluarkan Hamas dari kekuasaan dan tidak mengatasi masalah keamanan serta pemerintahan jangka panjang.

    Dengan situasi yang terus berkembang, langkah AS dan Israel untuk mencari tempat penampungan di Afrika menambah kompleksitas dalam upaya penyelesaian konflik Palestina-Israel.

    Pasukan Israel Tangkap 8 Warga Palestina dalam Penggerebekan di Tepi Barat

    Pasukan Israel menangkap delapan warga Palestina dalam serangkaian penggerebekan yang terjadi di berbagai kota di Tepi Barat, menurut laporan terbaru dari kantor berita Wafa.

    Lima pemuda dari keluarga Al-Zalbani ditangkap selama penyerbuan di kota Anata, timur laut Yerusalem.

    Sebelumnya pada malam itu, seorang pemuda terluka setelah ditembak di perut dengan peluru tajam dalam bentrokan dengan tentara Israel di kota yang sama.

    Selain itu, pasukan Israel menangkap tiga warga Palestina dari kota Silwad, timur Ramallah, menurut sumber keamanan setempat.

    Pasukan Israel juga melakukan serangan di kota Anabta dan Bal’a, timur Tulkarem, serta kota Yerikho.

    Serangkaian penangkapan dan penggerebekan ini terjadi di tengah ketegangan yang meningkat di wilayah tersebut.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani) 

  • Terungkap! AS & Israel Diam-Diam Mau Kirim Warga Gaza ke 3 Negara Ini

    Terungkap! AS & Israel Diam-Diam Mau Kirim Warga Gaza ke 3 Negara Ini

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) dan Israel berencana memindahkan warga Palestina yang bermukim di Jalur Gaza ke beberapa negara di Afrika. Seorang pejabat dari kedua negara menyebut pihaknya telah menghubungi otoritas terkait dari tiga pemerintah Afrika Timur untuk membahas hal ini.

    Melansir The Associated Press pada Jumat (14/3/2025), AS dan Israel telah mengontak pejabat dari Sudan, Somalia, dan Somaliland, wilayah Somalia yang memisahkan diri, untuk penggunaan wilayah mereka sebagai tujuan potensial untuk memukimkan kembali warga Palestina yang terusir dari Jalur Gaza berdasarkan rencana pascaperang yang diusulkan Presiden Donald Trump.

    Berbicara dengan syarat anonim untuk membahas inisiatif diplomatik rahasia, pejabat AS dan Israel mengonfirmasi kontak dengan Somalia dan Somaliland, sementara AS mengonfirmasi Sudan juga. Mereka mengatakan tidak jelas seberapa besar kemajuan yang dicapai dalam upaya tersebut atau pada tingkat apa diskusi tersebut berlangsung.

    Namun, pejabat dari Sudan mengatakan mereka telah menolak tawaran dari AS, sementara pejabat dari Somalia dan Somaliland mengatakan bahwa mereka tidak mengetahui adanya kontak apa pun.

    Berdasarkan rencana Trump, lebih dari 2 juta penduduk Gaza akan dikirim secara permanen ke tempat lain. Ia mengusulkan agar AS mengambil alih kepemilikan wilayah tersebut, mengawasi proses pembersihan yang panjang, dan mengembangkannya sebagai proyek real estat.

    Ide pemindahan massal warga Palestina pernah dianggap sebagai fantasi kelompok ultranasionalis Israel. Namun, sejak Trump menyampaikan ide tersebut dalam pertemuan di Gedung Putih bulan lalu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah memujinya sebagai “visi yang berani.”

    Berikut adalah tinjauan lebih dekat mengenai ketiga negara yang menurut para pejabat telah didekati untuk memindahkan warga Palestina:

    Sudan

    Negara Afrika Utara tersebut merupakan salah satu dari empat negara Abraham Accord yang sepakat untuk menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel pada tahun 2020.

    Sebagai bagian dari kesepakatan tersebut, AS menghapus Sudan dari daftar negara pendukung terorisme, sebuah langkah yang memberi negara tersebut akses ke pinjaman internasional dan legitimasi global. Namun, hubungan dengan Israel tidak pernah terjalin karena Sudan terjerumus ke dalam perang saudara antara pasukan pemerintah dan kelompok paramiliter RSF.

    Konflik tersebut telah ditandai oleh kekejaman, termasuk pembunuhan dan pemerkosaan yang bermotif etnis, menurut PBB dan kelompok-kelompok hak asasi manusia. Pengadilan Kriminal Internasional sedang menyelidiki dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan, dan pemerintahan Presiden Joe Biden saat itu pada bulan Januari mengatakan RSF dan proksinya melakukan genosida.

    AS dan Israel akan kesulitan untuk membujuk warga Palestina agar meninggalkan Gaza, khususnya ke negara yang sedang bermasalah tersebut. Namun, mereka dapat menawarkan insentif kepada pemerintah Khartoum, termasuk keringanan utang, persenjataan, teknologi, dan dukungan diplomatik.

    Dua pejabat Sudan, yang berbicara dengan syarat anonim untuk membahas masalah diplomatik yang sensitif, mengonfirmasi bahwa pemerintahan Trump telah mendekati pemerintah yang dipimpin militer untuk menerima warga Palestina.

    Salah satu dari mereka mengatakan kontak tersebut dimulai bahkan sebelum pelantikan Trump dengan tawaran bantuan militer terhadap RSF, bantuan rekonstruksi pascaperang, dan insentif lainnya.

    Kedua pejabat tersebut mengatakan pemerintah Sudan menolak gagasan tersebut. “Saran ini langsung ditolak. Tidak seorang pun membuka masalah ini lagi,” kata seorang pejabat.

    Kepala militer Jenderal Abdel-Fattah Burhan mengatakan pada pertemuan puncak para pemimpin Arab minggu lalu di Kairo bahwa negaranya “dengan tegas menolak” rencana apa pun yang bertujuan untuk memindahkan “warga Palestina yang bersaudara dari tanah mereka dengan alasan atau nama apa pun.”

    Somaliland

    Somaliland, wilayah berpenduduk lebih dari 3 juta orang di Tanduk Afrika, memisahkan diri dari Somalia lebih dari 30 tahun yang lalu, tetapi tidak diakui secara internasional sebagai negara merdeka. Somalia menganggap Somaliland sebagai bagian dari wilayahnya.

    Presiden baru Somaliland, Abdirahman Mohamed Abdullahi, telah menjadikan pengakuan internasional sebagai prioritas.

    Seorang pejabat Amerika yang terlibat dalam upaya tersebut mengonfirmasi bahwa AS “melakukan pembicaraan diam-diam dengan Somaliland tentang berbagai bidang di mana mereka dapat membantu AS sebagai imbalan atas pengakuan.”

    Kemungkinan pengakuan AS dapat memberikan insentif bagi Abdullahi untuk menarik diri dari solidaritas wilayah tersebut dengan Palestina.

    Uni Emirat Arab, negara lain yang menandatangani Perjanjian Abraham yang telah menjalin hubungan kuat dengan Israel, pernah memiliki pangkalan militer di Somaliland dan memiliki kepentingan komersial di sana, termasuk pelabuhan. Lokasi strategis wilayah tersebut, di perairan Teluk Aden dekat Yaman, tempat tinggal kelompok pemberontak Houthi, juga dapat menjadikannya sekutu yang berharga.

    Selama bertahun-tahun, Somaliland dipuji karena lingkungan politiknya yang relatif stabil, sangat kontras dengan perjuangan Somalia yang terus berlanjut di tengah serangan mematikan oleh kelompok militan al-Shabab yang terkait dengan al-Qaeda. Sejak 1991, Somaliland telah mempertahankan pemerintahan, mata uang, dan struktur keamanannya sendiri. Namun, negara ini memiliki salah satu tingkat pendapatan terendah di dunia.

    Seorang pejabat di Somaliland, yang berbicara dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang berbicara kepada media, mengatakan bahwa pemerintahnya belum didekati dan tidak sedang dalam pembicaraan tentang penerimaan warga Palestina.

    Somalia

    Somalia telah menjadi pendukung vokal warga Palestina, yang sering menyelenggarakan protes damai di jalan-jalannya untuk mendukung mereka. Negara tersebut bergabung dengan pertemuan puncak Arab baru-baru ini yang menolak rencana Trump dan tampaknya menjadi tujuan yang tidak mungkin bagi warga Palestina, bahkan jika mereka setuju untuk pindah.

    Sambu Chepkorir, seorang pengacara dan peneliti konflik di Nairobi, Kenya, mengatakan sulit untuk memahami mengapa Somalia ingin menampung warga Palestina mengingat negara tersebut sangat mendukung pemerintahan sendiri Palestina.

    “Penataan ulang terus berubah, jadi mungkin ada agenda tersembunyi di balik alasan Somalia,” kata Chepkorir.

    Seorang pejabat Somalia, yang berbicara dengan syarat anonim karena ia tidak berwenang berbicara kepada media, mengatakan negara tersebut belum didekati untuk menerima warga Palestina dari Gaza dan tidak ada diskusi tentang hal itu.

    (luc/luc)

  • Senjata Makan Tuan! Penyerang SPKLU Tesla Malah Terbakar Sendiri

    Senjata Makan Tuan! Penyerang SPKLU Tesla Malah Terbakar Sendiri

    Jakarta

    Gelombang protes yang menyasar mobil listrik Tesla beserta infrastrukturnya terus memanas. Sejak Elon Musk mendapat jabatan di pemerintah dan sederet sikap politiknya, aksi vandalisme hingga perusakan terhadap mobil Tesla meningkat.

    Seperti diketahui, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menunjuk CEO Tesla Elon Musk memimpin Departemen Efisiensi Pemerintahan atau Department of Government Efficiency (DOGE). Agensi ini disebut sudah memangkas ribuan pekerja sejak didirikan pada bulan Januari, demikian seperti dikutip dari CBSNews.

    Serangan terhadap kendaraan Tesla dan infrastrukturnya semakin marak. Sebanyak tujuh stall SPKLU Supercharger Tesla di Massachusetts dibakar. Kali ini juga terjadi pembakaran infrastruktur Supercharger di Carolina Selatan.

    Namun, seperti dikutip Carscoops, penyerang dalam kasus ini mendapat kejutan yang tidak menyenangkan. Penyerang SPKLU Tesla itu malah terbakar saat melakukan penyerangan.

    Menurut Kepolisian North Charleston, pria itu memulai serangannya dengan menyemprotkan cat bertuliskan ‘Hidup Ukraina’ dan pesan kasar yang ditujukan kepada Presiden Donald Trump. Ia kemudian melemparkan botol bir yang menyala, yang tampaknya merupakan bom molotov buatan sendiri, ke stasiun pengisian daya Tesla.

    Pihak berwenang setempat mengatakan, ketika pria itu melemparkan botol-botol ini, pakaian di punggungnya terbakar. Menurut para saksi, orang itu kemudian dengan cepat berlari dari tempat parkir.

    Belum diketahui bagaimana kelanjutannya. Dikutip Associated Press, juru bicara Kepolisian North Charleston Harve Jacobs mengatakan belum ada penangkapan yang dilakukan. Dia juga mengatakan penyelidikan telah diserahkan kepada Biro Alkohol, Tembakau, Senjata Api, dan Bahan Peledak federal.

    Maraknya serangan ini membuat pemilik mobil Tesla juga panik. Para pengguna mobil Tesla mengganti logo dengan merek lain. Salah satu contohnya Cybertruck menggunakan merek Toyota, seperti pada model Hilux.

    Ada juga gambar Tesla Model S yang dipasang logo Mazda di bagian belakang. Kemudian Tesla Model 3 dengan lencana Honda, dan Model 3 lainnya dengan empat cincin ala Audi yang ditempel di bagasi.

    (rgr/dry)

  • AS-Israel Dikabarkan Berupaya Pindahkan Warga Gaza ke Afrika

    AS-Israel Dikabarkan Berupaya Pindahkan Warga Gaza ke Afrika

    Washington DC

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) dan Israel dikabarkan berupaya memindahkan warga Palestina yang ada di Jalur Gaza ke Afrika. Washington dan Tel Aviv disebut telah menghubungi para pejabat dari tiga negara Afrika Timur untuk membahas penggunaan wilayah mereka untuk permukiman kembali warga Gaza.

    Informasi itu, seperti dilaporkan Associated Press dan dilansir Reuters, Jumat (14/3/2025), diungkapkan oleh para pejabat AS dan Israel, yang enggan disebut namanya, kepada Associated Press.

    Disebutkan bahwa para pejabat dari Sudan, Somalia dan wilayah Somaliland yang memisahkan diri telah dihubungi terkait proposal tersebut.

    Namun, menurut laporan Associated Press, para pejabat Sudan mengatakan mereka menolak proposal dari AS tersebut. Sedangkan para pejabat Somalia dan Somaliland mengatakan mereka tidak mengetahui adanya kontak dengan AS dan Israel membahas hal tersebut.

    Gedung Putih dan Departemen Luar Negeri AS belum memberikan tanggapan resmi mereka atas laporan tersebut.

    Awal bulan ini, para pemimpin negara-negara Arab mengadopsi rencana rekonstruksi Jalur Gaza senilai US$ 53 miliar, yang disusun Mesir, yang akan menghindari penggusuran massal warga Palestina dari daerah kantong tersebut.

    Rencana yang disusun Mesir itu bertentangan dengan visi Presiden AS Donald Trump tentang Gaza akan menjadi “Riviera Timur Tengah”.

    Lihat juga Video ‘Gaza Berisiko Alami Krisis Kelaparan Jika Blokade Israel Berlanjut’:

    Trump sebelumnya mengusulkan pengambilalihan Jalur Gaza oleh AS untuk membangun kembali daerah kantong yang hancur tersebut. Usulan itu dilontarkan setelah pertempuran sengit yang berlangsung selama 17 bulan terakhir antara Israel dan Hamas memicu kehancuran dan menewaskan puluhan ribu orang.

    Dalam usulan kontroversialnya, Trump juga mencetuskan agar warga Palestina mengungsi secara permanen dari Jalur Gaza.

    Rencana Trump itu semakin menambah ketakutan warga Palestina sejak lama akan pengusiran permanen dari rumah mereka di Jalur Gaza, dan disambut penolakan internasional secara luas.

    Lihat juga Video ‘Gaza Berisiko Alami Krisis Kelaparan Jika Blokade Israel Berlanjut’:

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Apakah Politik Elon Musk Mengancam Tesla dan Kerajaan Bisnisnya?

    Apakah Politik Elon Musk Mengancam Tesla dan Kerajaan Bisnisnya?

    Jakarta

    Mungkin ini adalah tanda paling nyata bahwa manuver politik CEO Tesla, Elon Musk, telah menjadi bumerang bagi bisnisnya.

    Pada Selasa (11/03) di luar Gedung Putih, Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berdiri di samping miliarder teknologi itu dan sebuah mobil Tesla Model S berwarna merah. Trump mengumumkan, ia akan membeli mobil listrik itu untuk digunakan para stafnya dengan pembayaran penuh.

    Dukungan tak terduga Trump terhadap raksasa kendaraan listrik (EV) itu muncul setelah kritik berbulan-bulan atas keterlibatan Musk dalam politik AS dan luar negeri, termasuk dukungan untuk partai sayap kanan di Eropa, setelah miliaran dolar menguap dari saham Tesla.

    Fakta bahwa Musk mencari dukungan publik melalui presiden AS mengundang aksi protes, boikot konsumen, dan bahkan serangan sabotase terhadap Tesla, stasiun pengisiannya, hingga pabrik produksinya. Perkembangan ini telah mengkhawatirkan para investornya.

    Trump mengecam serangan-serangan terhadap Tesla dan mengatakan itu adalah bentuk “terorisme domestik.”

    Anjloknya penjualan Tesla akibat keterlibatan politik Musk?

    Anjloknya penjualan Tesla semakin menambah tekanan. Di Jerman, di mana Musk menggunakan platform media sosialnya, X untuk mendukung partai sayap kanan AfD pada pemilu parlemen bulan lalu, penjualan Tesla turun 76% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Sementara itu, penjualan EV secara keseluruhan di Jerman justru meningkat hampir sepertiga dalam periode yang sama.

    Tren serupa juga muncul di Prancis, di mana penjualan Tesla turun 45% dalam dua bulan pertama tahun ini. Di Australia, penjualan Tesla bahkan turun lebih dari sepertiga dalam empat bulan sejak Trump terpilih kembali.

    Konsumen tampaknya mulai menghindari mobil listrik milik Musk itu, di tengah tuduhan keterlibatan politik dan hubungan Musk yang terlalu dekat dengan Trump. Banyak pemilik Tesla menempelkan stiker di mobil mereka sebagai bentuk protes terhadap perubahan haluan Musk, dengan slogan seperti: “Vintage Tesla – Edisi pra-Kegilaan” atau “Saya membeli mobil ini sebelum Elon kehilangan akal sehatnya.”

    “Musk berpikir ia bisa mengatakan apa pun yang ia inginkan tanpa konsekuensi bagi Tesla,” kata analis Morningstar, Seth Goldstein, kepada Associated Press pekan lalu. “Tesla dulu berada di posisi ideal. Kini, Tesla punya banyak pesaing.”

    Survei terbaru oleh Strategic Vision, meminta warga AS untuk menyebutkan kendaraan favorit mereka. Meskipun banyak warga yang memilih EV dibandingkan model konvensional, tidak satu pun dari mereka memilih Tesla.

    Daniel A. Crane, profesor hukum di Universitas Michigan dan penulis buku tentang Tesla, mencatat bahwa produsen mobil itu “sangat identik dengan kepeduliannya terhadap lingkungan,” dan bagaimana pengemudi Tesla “cenderung berpihak ke kiri secara politik.”

    “Dalam dua tahun terakhir, Musk telah menghancurkan jembatannya dengan kelompok-kelompok itu. Selain itu, dengan hadirnya banyak EV lain di pasar (seperti Rivian dan Lucid, serta produsen otomotif besar lainnya), orang yang ingin punya EV demi alasan kepedulian terhadap lingkungan, kini tidak harus membeli Tesla,” kata Crane kepada DW.

    Crane menambahkan, meskipun Musk mungkin berpikir Tesla bisa menargetkan pendukung Trump di sayap kanan, “Kelompok MAGA justru cenderung paling skeptis terhadap EV.”

    Akhir dari julukan “Teflon Elon”?

    Persaingan ketat antar produsen kendaraan listrik ini telah memicu penurunan besar pada saham Tesla. Dalam tiga bulan terakhir, saham Tesla milik Musk itu turun hampir setengahnya.

    Jumlah kekayaan bersih Musk juga ikut turun sebesar $144 miliar (sekitar Rp2,36 triliun) dalam periode yang sama di tengah skeptisisme yang meningkat terhadap tekad Tesla untuk menghadirkan mobil otonom berbasis kecerdasan buatan.

    Valuasi perusahaan sempat mencapai puncaknya di lebih dari $1,5 triliun (sekitar Rp24,5 kuadriliun) setelah pemilu presiden AS tahun lalu, tetapi pada Senin (10/3) awal pekan ini, saham Tesla anjlok 15% akibat aksi jual di pasar yang dipicu oleh kekhawatiran resesi di AS.

    Musk memberikan dukungan dana sebesar $250 juta (sekitar Rp4,1 triliun) saat kampanye Trump dan sejak saat itu, Musk menjadi penasihat utama Trump dalam pemangkasan pengeluaran pemerintah melalui Departemen Efisiensi Pemerintahan DOGE.

    Keterlibatan Musk itu memicu laporan harian tentang pemotongan anggaran sektor publik, yang disambut baik oleh banyak pemilih AS, tetapi dikritik oleh aktivis, akademisi, dan legislator karena kurangnya pengawasan yang memadai.

    Kontroversi atas peran Musk di DOGE

    Baru-baru ini, protes bertajuk “Tesla Takedown” atau “Turunkan Tesla” itu bermunculan di berbagai dealer Tesla di seluruh AS. Protes itu untuk menentang peran Musk di DOGE, yang sejauh ini telah membatalkan kontrak senilai $60 miliar (sekitar 945 triliun) yang mendanai program kemanusiaan di seluruh dunia.

    Warga AS sedang menyaksikan “pemusatan kekuasaan yang luar biasa pada seseorang yang tidak memiliki izin keamanan tingkat tinggi dan tidak menjalani proses konfirmasi Senat,” kata Don Moynihan, profesor di Ford School of Public Policy, Universitas Michigan, kepada Reuters bulan lalu.

    Moynihan menilai, akses Musk terhadap data pemerintah yang sensitif tanpa pengawasan yang memadai itu sebagai sesuatu yang “mengkhawatirkan” dan “belum pernah terjadi sebelumnya.”

    Sementara itu, bisnis Musk lainnya masih berkembang. Ada SpaceX, perusahaan luar angkasa swasta pertama milik Musk. Selain itu, ada Neuralink, yang mengembangkan antarmuka yang ditanamkan pada otak. Lalu, ada xAI yang menciptakan chatbot AI Grok, serta platform media sosial X. Perusahaan infrastruktur dan konstruksi terowongan The Boring Company juga dimiliki oleh Musk. Ia juga memiliki ambisi untuk menjajah Mars.

    Tidak seperti Tesla, perusahaan-perusahaan itu tidak terdaftar di bursa saham tetapi masih bisa diperdagangkan oleh investor di pasar sekunder. Bloomberg melaporkan pada Rabu (12/03), meskipun valuasi Tesla merosot, nilai gabungan dari empat perusahaan swasta milik Musk itu justru naik 45% sejak pemilu, menurut analisis dari platform perdagangan Caplight. Harga saham xAI bahkan meningkat 110% sejak 5 November 2024.

    Akankah Musk mundur dari Tesla?

    Bulan lalu, Brad Lander, pengawas keuangan Kota New York, yang mengelola dana pensiun karyawan dengan kepemilikan saham Tesla senilai $1,25 miliar (sekitar Rp20,5 triliun), mengatakan Musk harus mundur sebagai CEO Tesla tetapi tetap berada di dewan direksi. Menurutnya, langkah ini akan mengembalikan Tesla ke “model dasar tata kelola pemegang saham di AS.”

    Meskipun Musk secara terbuka mengatakan bahwa keterlibatannya dengan DOGE kemungkinan akan berlangsung selama satu tahun lagi, salah satu investor paling optimis, Dan Ives, kini berpikir Musk harus meninggalkan komitmennya dalam pemerintahan Trump.

    “Waktu untuk Musk dan DOGE sudah berakhir … dia perlu kembali fokus sebagai CEO Tesla,” kata Ives kepada DW. “Keseimbangan adalah kunci, dan itu yang harus dilakukan Musk untuk menghentikan anjloknya saham Tesla.”

    Sebuah jajak pendapat oleh bank investasi AS Morgan Stanley menunjukkan bahwa 85% investor meyakini langkah Musk ke dunia politik itu akan berdampak “negatif” atau “sangat negatif” terhadap bisnis Tesla.

    Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Rudal Balistik Rusia Porak-porandakan Kota Pelabuhan Ukraina

    Rudal Balistik Rusia Porak-porandakan Kota Pelabuhan Ukraina

    Jakarta

    Serangan rudal balistik Rusia memporak-porandakan Kota Pelabuhan Ukraina. Ada korban tewas dalam insiden ini.

    Dirangkum detikcom, Kamis (13/3/2025), rudal Rusia menghantam kota pelabuhan Odesa di Ukraina bagian selatan. Sedikitnya empat orang tewas, dengan sebuah kapal kargo berbendera Barbados mengalami kerusakan akibat serangan rudal tersebut.

    Serangan rudal Moskow itu, seperti dilansir AFP, menghantam wilayah Ukraina pada Selasa (11/3) tengah malam, saat otoritas Kyiv menyatakan dukungan terhadap usulan Amerika Serikat (AS) untuk gencatan senjata selama 30 hari dan setuju untuk segera berunding dengan Rusia.

    Para pejabat Ukraina mengatakan serangan rudal terjadi saat kapal kargo tersebut sedang memuat pasokan gandum yang dimaksudkan untuk dikirim ke Aljazair.

    “Sayangnya, empat orang tewas — warga negara Suriah. Korban termuda berusia 18 tahun, yang paling tua berusia 24 tahun. Dua orang lainnya mengalami luka-luka — seorang warga Ukraina dan seorang warga Suriah,” kata wakil perdana menteri untuk rekonstruksi, Oleksiy Kuleba, dalam pernyataan via media sosial.

    “Rusia menyerang infrastruktur Ukraina, termasuk pelabuhan yang terlibat dalam memastikan keamanan pangan dunia,” tuduhnya

    Secara terpisah, Gubernur wilayah Dnipropetrovsk melaporkan seorang wanita berusia 47 tahun tewas akibat serangan rudal Rusia yang menghantam pusat kota Kryvyi Rig, yang merupakan kota kelahiran Presiden Volodymyr Zelensky.

    Serangan Rudal Rusia

    Foto: State Emergency Service of Ukraine in Dnipropetrovsk region via REUTERS

    Angkatan Udara Ukraina, dalam pernyataannya, menyebut Rusia secara total telah menembakkan tiga rudal ke wilayah Ukraina dalam semalam, juga meluncurkan 133 drone berbagai jenis, termasuk drone tempur jenis Shahed buatan Iran.

    Pertahanan udara Ukraina, menurut Angkatan Udara Kyiv, telah menembak jatuh 98 drone di antaranya.

    Sebelumnya, Zelensky menyatakan dukungan terhadap usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari di Ukraina. Dia meminta Washington untuk membujuk Rusia agar turut menerima usulan tersebut.

    Usulan AS itu dibahas dalam pertemuan antara pejabat AS dan Ukraina yang digelar di Arab Saudi pada Selasa (11/3) waktu setempat, yang dilaporkan berlangsung selama delapan jam.

    Penasihat keamanan nasional AS, Mike Waltz, yang menghadiri pertemuan di Saudi tersebut, seperti dilansir Associated Press, mengatakan bahwa negosiator “membahas perincian substantif tentang bagaimana perang ini akan berakhir secara permanen”, termasuk jaminan keamanan jangka panjang.

    Waltz juga mengatakan bahwa Presiden Donald Trump setuju untuk segera mencabut penangguhan dalam penyediaan bantuan militer AS senilai miliaran dolar Amerika dan melanjutkan kembali aktivitas berbagi informasi intelijen.

    Halaman 2 dari 2

    (whn/isa)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Tentara Ukraina Disebut Mundur Bertahap dari Kursk, Kota Sudzha Kini Berada di Bawah Kendali Rusia – Halaman all

    Tentara Ukraina Disebut Mundur Bertahap dari Kursk, Kota Sudzha Kini Berada di Bawah Kendali Rusia – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Media pemerintah Rusia dan para blogger pro-perang berbagi video yang menunjukkan pasukan Rusia mengibarkan bendera di kota Sudzha di wilayah Kursk barat daya, Rabu (12/3/2025).

    Saluran Telegram yang terhubung dengan Pasukan Lintas Udara Rusia menerbitkan video udara pendek yang memperlihatkan para prajurit mengibarkan bendera Rusia di samping spanduk unit di alun-alun pusat Sudzha pada Rabu pagi.

    Pada waktu yang sama, versi video berdurasi 38 detik muncul di situs web kantor berita milik pemerintah RIA Novosti dan TASS.

    Dalam video tersebut, seorang petugas di balik kamera menunjuk ke tujuh tentara di alun-alun yang kosong, dan menggambarkan mereka sebagai pasukan terjun payung dan unit lain yang telah “bersama-sama merebut kembali” kota tersebut.

    Pada hari Rabu, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan telah mengambil alih kendali atas empat permukiman di wilayah Kursk, yang semuanya terletak di pinggiran Sudzha.

    Sehari sebelumnya, militer Rusia melaporkan telah merebut kembali 12 permukiman di wilayah perbatasan.

    Analis militer independen, Yan Matveev, mengatakan kehadiran media Rusia di dekat Sudzha menunjukkan pasukan Ukraina mundur tanpa perlawanan, yang tampaknya merupakan upaya untuk melindungi personel dan peralatan mereka.

    Matveev menyebut pasukan Rusia akan mendapatkan kembali kendali penuh atas wilayah Kursk pada hari Rabu.

    Senada dengan itu, Ruslan Leviev, pendiri pemantau perang independen Conflict Intelligence Team, mengatakan kepada lembaga penyiaran TV Rain pada hari Rabu bahwa tentara Ukraina secara bertahap mundur dari wilayah Kursk.

    “Kami telah melihat bahwa semua wilayah yang berada di bawah kendali Rusia telah direbut tanpa perlawanan sedikit pun. Hal yang sama berlaku untuk Sudzha,” kata Leviev, dilansir The Moscow Times.

    “Hari ini, kami melihat mereka berada di sisi seberang (kota). Dan sekali lagi, tidak ada gambar pertempuran apa pun.”

    “Pada titik ini, adil untuk mengatakan bahwa seluruh kota Sudzha sekarang berada di bawah kendali Rusia,” jelasnya.

    Menurut Leviev, pasukan Ukraina mungkin akan mencoba mempertahankan desa-desa perbatasan yang masih berada di bawah kendali mereka di wilayah Kursk selama beberapa hari lagi.

    Laporan akhir pekan lalu mengklaim bahwa 800 pasukan khusus Rusia telah merangkak sejauh 15 kilometer melalui bagian pipa yang tidak terpakai, yang pernah membawa gas Rusia ke Eropa melalui Ukraina, untuk melakukan serangan diam-diam terhadap pasukan Ukraina di Sudzha.

    Militer Ukraina mengatakan pihaknya berhasil menangkis  serangan Rusia melalui pipa gas di pinggiran Sudzha pada Sabtu (8/3/2025).

    Pada Senin (10/3/2025), Jenderal Ukraina Oleksandr Syrskyi  mengatakan, serangan balik Rusia tidak menempatkan pasukannya pada risiko pengepungan, meskipun ia mengindikasikan bahwa mereka mundur ke “posisi yang menguntungkan untuk pertahanan.”

    Pasukan Ukraina awalnya merebut 1.376 kilometer persegi (531 mil persegi) tanah di wilayah Kursk setelah melancarkan serangan pada bulan Agustus, yang bertujuan untuk menggunakan wilayah yang diduduki sebagai pengaruh dalam negosiasi perdamaian di masa mendatang dengan Rusia.

    Hingga hari Rabu, wilayah di bawah kendali Ukraina telah menyusut menjadi kurang dari 200 kilometer persegi (77 mil persegi), menurut DeepState, pelacak medan perang yang memiliki hubungan dengan militer Ukraina.

    Senjata AS Kembali Mengalir ke Ukraina

    Diberitakan AP News, pengiriman senjata Amerika Serikat (AS) ke Ukraina dilanjutkan pada hari Rabu, kata sejumlah pejabat.

    Pengiriman dilakukan sehari setelah pemerintahan Donald Trump mencabut penangguhan bantuan militer untuk Kyiv dalam perang melawan invasi Rusia, dan sejumlah pejabat menunggu tanggapan Kremlin terhadap usulan gencatan senjata selama 30 hari yang didukung oleh Ukraina.

    Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, mengatakan penting untuk tidak “terburu-buru” menanggapi pertanyaan tentang gencatan senjata, yang diusulkan oleh Washington.

    Ia mengatakan kepada wartawan bahwa Moskow sedang menunggu “informasi terperinci” dari AS dan menyarankan agar Rusia mendapatkannya sebelum dapat mengambil posisi.

    PRESIDEN ZELENSKY – Tangkapan layar YouTube NBC News yang diambil pada Selasa (18/2/2025) menunjukkan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berbincang tentang perspektifnya tentang perundingan damai antara Ukraina dan Rusia pada 16 Februari 2025. (Tangkapan layar YouTube NBC News)

    Kremlin sebelumnya menentang apa pun kecuali akhir permanen konflik dan belum menerima konsesi apa pun.

    Presiden AS Donald Trump ingin mengakhiri perang tiga tahun dan menekan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky untuk ikut berunding.

    Penghentian bantuan AS terjadi beberapa hari setelah Zelensky dan Trump berdebat tentang konflik tersebut dalam pertemuan yang menegangkan di Gedung Putih.

    Trump mengatakan “sekarang tergantung pada Rusia” saat pemerintahannya menekan Moskow untuk menyetujui gencatan senjata.

    “Dan mudah-mudahan kita bisa mendapatkan gencatan senjata dari Rusia,” kata Trump pada hari Rabu dalam perbincangan panjang dengan wartawan selama pertemuan di Ruang Oval dengan Micheál Martin, Perdana Menteri Irlandia.

    “Dan jika kita berhasil, saya kira itu sudah 80 persen dari jalan untuk mengakhiri pertumpahan darah yang mengerikan ini,” jelasnya.

    Presiden AS itu kembali melontarkan ancaman terselubung akan menjatuhkan sanksi baru kepada Rusia.

    “Kita bisa, tetapi saya harap itu tidak diperlukan,” kata Trump.

    Sementara itu, Zelensky mengatakan gencatan senjata selama 30 hari akan memungkinkan kedua belah pihak “untuk sepenuhnya mempersiapkan rencana langkah demi langkah guna mengakhiri perang, termasuk jaminan keamanan bagi Ukraina.”

    Pertanyaan teknis mengenai cara memantau gencatan senjata secara efektif di sepanjang garis depan sepanjang sekitar 1.000 kilometer (600 mil), tempat drone kecil namun mematikan biasa ditemukan, adalah “sangat penting,” kata Zelensky kepada wartawan pada hari Rabu di Kyiv.

    Sebagai informasi, pengiriman senjata ke Ukraina telah dilanjutkan melalui pusat logistik Polandia, demikian diumumkan menteri luar negeri Ukraina dan Polandia pada hari Rabu.

    Pengiriman dilakukan melalui pusat NATO dan AS di kota Rzeszow di Polandia timur yang telah digunakan untuk mengangkut senjata Barat ke negara tetangga Ukraina sekitar 70 kilometer (45 mil) jauhnya.

    Bantuan militer Amerika sangat penting bagi militer Ukraina yang kekurangan personel dan kelelahan, yang mengalami kesulitan untuk menahan kekuatan militer Rusia yang lebih besar.

    Bagi Rusia, bantuan Amerika berpotensi menimbulkan kesulitan yang lebih besar dalam mencapai tujuan perang, dan hal itu dapat membuat upaya perdamaian Washington menjadi lebih sulit di Moskow.

    Pemerintah AS juga telah memulihkan akses Ukraina ke gambar satelit komersial yang tidak dirahasiakan yang disediakan oleh Maxar Technologies melalui program yang dijalankan Washington, kata juru bicara Maxar Tomi Maxted kepada The Associated Press.

    Gambar-gambar tersebut membantu Ukraina merencanakan serangan, menilai keberhasilannya, dan memantau pergerakan Rusia.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

  • AS Mulai Dijauhi Sekutunya Uni Eropa Gara-gara Donald Trump – Halaman all

    AS Mulai Dijauhi Sekutunya Uni Eropa Gara-gara Donald Trump – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, AS – Amerika Serikat (AS) mulai dijauhi oleh sekutu-sekutunya di Eropa setelah tidak diundang ke puncak pertemuan soal keamanan yang dihadiri lebih dari 30 negara di Prancis pada hari Selasa (11/3/2025).

    Begitu  kata seorang pejabat Prancis yang tidak disebutkan namanya kepada Associated Press .

    Sikap Uni Eropa itu terjadi sejak Donald Trump menjadi Presiden AS.

    Mengapa Hal Ini Penting

    KTT keamanan di Eropa muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran mengenai keterasingan negara-negara Eropa oleh Presiden Donald Trump.

    Hal ini terjadi  karena meningkatnya ketegangan AS dengan Ukraina terkait negosiasi perdamaian dengan Rusia.

    Tidak adanya undangan AS dapat menunjukkan bahwa Eropa dan sekutu Ukraina lainnya tidak lagi yakin bahwa Washington dapat secara efektif menengahi negosiasi dan mencapai perdamaian antara Rusia dan Ukraina.

    Apa yang Perlu Diketahui

    Pejabat militer dari hampir seluruh 32 negara anggota NATO  bertemu di Prancis untuk membahas pembentukan pasukan keamanan internasional untuk Ukraina pada  11 Maret.

    Hanya AS yang tidak diundang dalam pertemuan itu.

    Pasukan keamanan internasional untuk Ukraina yang digagas Uni Eropa akan dibentuk untuk mencegah Rusia melancarkan serangan lagi setelah gencatan senjata tercapai. 

    Ide pembentukan pasukan ini datang dari Prancis dan Inggris, yang telah mempelopori penyediaan bantuan militer dan keuangan untuk Ukraina sejak ketegangan dengan AS memburuk.

    Pejabat Prancis yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan Prancis dan Inggris bekerja sama menyusun rencana untuk pasukan yang dimaksudkan sebagai koalisi negara-negara yang “mampu dan bersedia” menjadi bagian dari upaya untuk menjaga Ukraina.

    Pasukan tersebut dapat mencakup persenjataan berat dan persediaan senjata yang dapat segera dikirim dalam hitungan jam atau hari untuk membantu pertahanan Ukraina jika terjadi serangan Rusia yang melanggar perjanjian gencatan senjata apa pun.

    Pejabat Prancis itu juga mengatakan bahwa pembicaraan di Paris akan terdiri dari dua bagian.

    Yakni bagian pertama adalah pemaparan cetak biru koalisi Prancis dan Inggris.

    Dan bagian kedua difokuskan pada diskusi “yang lebih tepat dan konkret” di mana negara-negara akan diundang untuk menyatakan apakah dan bagaimana militer mereka dapat berkontribusi.

    Pejabat Prancis yang tidak disebutkan namanya itu mengatakan bahwa AS tidak diundang karena “negara-negara Eropa ingin menunjukkan bahwa mereka dapat bertanggung jawab atas sebagian besar kerangka keamanan pasca-gencatan senjata untuk Ukraina.”

    Negara yang perwakilannya hadir termasuk Irlandia, Siprus, Austria, Selandia Baru, Australia, Jepang, Korea Selatan, Ukraina, dan banyak lagi.

    Di balik pertemuan itu

    KTT itu diadakan setelah ketegangan antara AS dan Ukraina meningkat karena perundingan damai Washington dengan Rusia, dan pertemuan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yang tidak stabil dengan Trump di Gedung Putih.

    AS dan Rusia mengadakan perundingan damai tanpa Ukraina di Arab Saudi pada tanggal 18 Februari.

    Uni  Eropa menuduh Washington mengesampingkan Ukraina dan menuduhnya telah memberikan konsesi kepada Presiden Rusia Vladimir Putin sebelum perundingan dimulai.

    Ketegangan antara Washington dan Kyiv memburuk ketika Trump dan Zelensky mulai beradu mulut.

    Saat presiden Amerika tersebut meminta Ukraina untuk menyelenggarakan pemilu dan menyebut Zelensky sebagai ” diktator tanpa pemilu .”

    Zelensky dan Trump kemudian bertemu di Ruang Oval pada tanggal 28 Februari untuk membahas kemungkinan gencatan senjata dan jaminan keamanan bagi Ukraina. Para pemimpin, bersama Wakil Presiden JD Vance , terlibat dalam perdebatan sengit di mana Trump menyebut Zelensky “tidak sopan” dan presiden Ukraina diminta untuk pergi dan hanya kembali ketika ia “siap untuk perdamaian.”

    Sekutu Eropa mengkritik perilaku Trump selama pertemuan dengan Zelensky dan menegaskan kembali dukungan mereka untuk Ukraina di media sosial.

    Setelah pertemuan itu, Trump menghentikan penyediaan semua bantuan militer dan pembagian informasi intelijen yang dihasilkan AS dengan Ukraina.

    Sumber: Newsweek

     

     

     

  • Elon Musk Terpuruk, Donald Trump Mati-matian Dukung

    Elon Musk Terpuruk, Donald Trump Mati-matian Dukung

    Washington

    Elon Musk, nakhoda X, Tesla, sampai SpaceX, sedang terpuruk, terutama terkait harga saham Tesla yang merosot drastis dan masalah lainnya. Untuk itu, Presiden Amerika Serikat Donald Trump langsung bertindak dengan cara membeli mobil Tesla untuk menunjukkan dukungan penuhnya pada Musk.

    Trump membeli Tesla Model S warna merah dan menunjukkannya di jalan masuk Gedung Putih. “Wow,” kata Trump saat masuk ke kursi pengemudi kendaraan itu. “Indah sekali.”

    Musk lalu masuk ke sisi penumpang. Orang terkaya dunia itu bercanda tentang membuat Secret Service serangan jantung saat mereka bicara tentang cara menyalakan kendaraan yang dapat mencapai 95 km per jam dalam beberapa detik itu.

    Trump menyebut ia akan menulis cek untuk mobil tersebut, yang dijual seharga sekitar USD 80.000, dan meninggalkannya di Gedung Putih sehingga stafnya dapat mengendarainya. Ia berharap pembeliannya akan memperbaiki nasib Tesla, yang sedang berjuang dengan turunnya penjualan dan harga saham.

    “Ini produk yang hebat. Kita harus merayakannya,” katanya seperti dikutip detikINET dari Associated Press.

    Trump menunjukkan kesetiaan kepada Musk, yang menghabiskan banyak uang untuk kampanyenya. Aksi itu membuat harga saham Tesla meningkat hampir 4% setelah turun hampir 48% sejak Trump menjabat bulan Januari.

    Presiden dari Partai Republik itu sebelumnya mengumumkan di media sosial akan membeli Tesla baru sebagai pertunjukan kepercayaan dan dukungan untuk Elon Musk, yang disebutnya seorang Amerika yang benar-benar hebat.

    “Elon Musk bertaruh untuk membantu Negara kita, dan ia melakukan PEKERJAAN LUAR BIASA! Namun Kaum Gila Kiri Radikal, seperti yang sering mereka lakukan, secara ilegal dan berkolusi coba memboikot Tesla, salah satu produsen mobil terbesar dunia dan ‘bayi’ Elon, untuk menyerang dan mencelakai Elon, dan semua yang diperjuangkannya,” tudingnya.

    Trump di Gedung Putih kemudian mengemukakan bahwa Musk tidak boleh dikorbankan atau harus menderita karena ia ingin membantu pemerintah.

    Selain Tesla, Musk juga menghadapi tantangan lain. Ia menyebut X menjadi sasaran serangan siber besar-besaran yang mengganggu platform media sosial itu. Kemudian, dua peluncuran uji coba terakhir roket Starship miliknya berakhir dengan ledakan.

    Trump menyebut selain membeli Tesla untuknya, dia juga telah membeli Cybertruck untuk cucunya.

    “Saya pikir (Musk) telah diperlakukan sangat tidak adil sekelompok kecil orang, dan saya hanya ingin orang tahu bahwa ia tidak dapat dihukum karena menjadi seorang patriot,” kata Trump, saat protes baik yang disertai kekerasan maupun tidak meningkat di seluruh negeri terhadap Tesla dan Musk.

    Ia mengaku akan membeli Tesla dengan harga penuh. “Saya tidak ingin diskon. (Musk) akan memberi saya diskon, tapi jika memberi diskon, mereka akan berkata, Oh, saya mendapat keuntungan,” cetusnya.

    Di sisi lain, ada ahli memperingatkan dukungan presiden yang tak biasa ke perusahaan swasta dapat jadi bumerang. “Tesla jadi simbol politik Trump dan DOGE, dan itu merupakan hal yang buruk bagi merek tersebut,” kata analis Wedbush Securities Dan Ives. “Anda pikir itu membantu, tapi sebenarnya merugikan.”

    (fyk/afr)

  • AS Lanjutkan Bantuan Militer ke Ukraina Usai Perundingan di Arab saudi

    AS Lanjutkan Bantuan Militer ke Ukraina Usai Perundingan di Arab saudi

    Riyadh

    Pemerintah Amerika Serikat (AS) memulihkan sepenuhnya aktivitas berbagi informasi intelijen dengan Ukraina usai perundingan yang digelar di Arab Saudi. Washington pun melanjutkan kembali pengiriman bantuan militer ke Kyiv, usai menghentikannya untuk sementara demi mendorong perundingan damai.

    Informasi terbaru itu, seperti dilansir Al Arabiya, Rabu (12/3/2025), diungkapkan oleh seorang pejabat senior pemerintahan Ukraina, yang enggan disebut namanya, saat berbicara kepada Reuters, dan seorang pejabat kepresidenan yang juga tidak disebut namanya.

    Langkah AS melanjutkan pengiriman bantuan militer dan memulihkan aktivitas berbagi informasi intelijen ini dilakukan setelah Presiden Volodymyr Zelensky mendukung usulan AS untuk gencatan senjata selama 30 hari di Ukraina. Zelensky meminta AS membujuk Rusia untuk menerima usulan itu.

    Usulan AS itu dibahas dalam pertemuan yang digelar di Saudi pada Selasa (11/3) waktu setempat, yang dilaporkan berlangsung selama delapan jam.

    Penasihat keamanan nasional AS, Mike Waltz, yang menghadiri pertemuan di Saudi tersebut, seperti dilansir Associated Press, mengatakan bahwa negosiator “membahas perincian substantif tentang bagaimana perang ini akan berakhir secara permanen”, termasuk jaminan keamanan jangka panjang.

    Waltz kemudian mengatakan bahwa Presiden Donald Trump setuju untuk segera mencabut penangguhan dalam penyediaan bantuan militer AS senilai miliaran dolar Amerika dan dalam aktivitas berbagi informasi intelijen.

    Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.

    Pernyataan bersama AS-Ukraina yang dirilis usai pertemuan yang berlangsung selama delapan jam di Saudi menyatakan kesepakatan bahwa sudah waktunya untuk memulai proses menuju perdamaian abadi.

    “Delegasi Ukraina menegaskan kembali rasa terima kasih yang besar dari rakyat Ukraina kepada Presiden Trump, Kongres AS, dan rakyat Amerika Serikat karena telah memungkinkan kemajuan yang bermakna menuju perdamaian,” demikian pernyataan bersama AS-Ukraina.

    Untuk bagiannya, Ukraina menyatakan kesiapan dalam menerima usulan AS untuk memberlakukan gencatan senjata sementara selama 30 hari, “yang dapat diperpanjang dengan kesepakatan bersama para pihak terkait, dan yang bergantung pada penerimaan dan implementasi secara bersamaan oleh Federasi Rusia”.

    Disebutkan dalam pernyataan itu bahwa Washington akan mengkomunikasikan kepada Moskow soal timbal balik Rusia adalah kunci untuk mencapai perdamaian.

    AS menyatakan komitmen untuk membahas usulan perdamaian abadi yang memberikan keamanan jangka panjang bagi Ukraina dengan perwakilan dari Rusia, dan delegasi Ukraina menegaskan kembali bahwa mitra-mitra Eropa harus dilibatkan dalam proses perdamaian.

    “Terakhir, presiden kedua negara sepakat untuk menyimpulkan perjanjian komprehensif sesegera mungkin untuk mengembangkan sumber daya mineral penting Ukraina guna memperluas perekonomian Ukraina dan menjamin kemakmuran dan keamanan jangka panjang Ukraina,” sebut pernyataan bersama AS-Ukraina itu.

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu