Perusahaan: American Airlines

  • 2 Pesawat Tabrakan Saat Mengudara di Bandara Arizona AS, 2 Orang Tewas

    2 Pesawat Tabrakan Saat Mengudara di Bandara Arizona AS, 2 Orang Tewas

    Jakarta

    Insiden tabrakan pesawat kembali terjadi di Amerika Serikat. Kali ini dua pesawat pribadi saling bertabrakan saat tengah mengudara di bandara Arizona.

    “Setidaknya dua orang tewas setelah dua pesawat kecil bertabrakan di udara di bandara Arizona pada hari Rabu,” kata otoritas keamanan Amerika dilansir CNN, Kamis (20/2/2025).

    Pesawat yang terlibat insiden itu ialah Cessna 172S dan Lancair 360 MK II. Pesawat tersebut bertabrakan pada Rabu (19/2) pagi waktu setempat.

    “Cessna 172S dan Lancair 360 MK II bertabrakan pada pukul 08:28 di dekat Bandara Regional Marana, barat laut Tucson,” bunyi keterangan dari Dewan Keselamatan Transportasi Nasional.

    Pesawat bermesin tunggal sayap tetap tersebut tabrakan saat melawan arah angin di landasan pacu 12, salah satu dari dua landasan pacu di bandara. Cessna mendarat dengan lancar dan Lancair menghantam medan di dekat landasan pacu lainnya.

    Administrasi Penerbangan Federal menyebut bandara itu sebagai “lapangan tak terkendali” yang tidak memiliki menara pengatur lalu lintas udara yang beroperasi. Pilot sering kali menggunakan Frekuensi Peringatan Lalu Lintas Umum untuk mengumumkan posisi mereka kepada pilot lain yang berada di sekitar bandara. Pilot yang beroperasi di medan yang tidak terkendali masih diharuskan mematuhi semua peraturan penerbangan federal.

    Penyelidik NTSB sedang dalam perjalanan ke lokasi kejadian dan diperkirakan tiba pagi ini untuk mendokumentasikan lokasi kejadian dan memeriksa pesawat. Departemen Kepolisian Marana berada di bandara dan mengkonfirmasi setidaknya dua kematian akibat insiden tersebut.

    Insiden tersebut menyusul serangkaian insiden penerbangan baru-baru ini yang dimulai dengan tabrakan udara pada tanggal 29 Januari di Bandara Nasional Ronald Reagan Washington yang menewaskan 67 orang ketika sebuah helikopter militer dan jet regional American Airlines bertabrakan.

    (ygs/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Kronologi Kecelakaan Delta Airlines: Pesawat Terbalik Saat Landing, Badai Salju Diduga Jadi Pemicu – Halaman all

    Kronologi Kecelakaan Delta Airlines: Pesawat Terbalik Saat Landing, Badai Salju Diduga Jadi Pemicu – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pesawat Delta Airlines dilaporkan terbalik saat mendarat di Bandara Internasional Toronto Pearson, Kanada pada Senin (17/2/2025) waktu setempat.

    Menurut pernyataan otoritas Bandara Toronto yang dikutip dari The New York Times, kecelakaan terjadi ketika pesawat Delta Airlines jenis Endeavor 4819 yang tiba dari Minneapolis, Amerika Serikat (AS) akan melakukan landing di Bandara Toronto.

    Namun, beberapa jam kemudian, pesawat tipe Mitsubishi CRJ-900LR itu jatuh terbalik di landasan Bandara Toronto yang tertutup salju.

    Untuk laporan sementara, 15 dari 80 orang penumpang dilaporkan terluka dan dilarikan ke rumah sakit terdekat.

    Namun, satu anak dan dua orang dewasa mengalami luka kritis akibat kecelakaan tersebut.

    “Laporan awal menunjukkan tidak ada korban jiwa dan 18 penumpang yang mengalami luka-luka telah dibawa ke rumah sakit setempat. Fokus utama kami adalah merawat mereka yang terkena dampak,” kata Delta Air Lines dalam pernyataan resmi, seperti dikutip CNN International.

    Pasca terjadinya kecelakaan tersebut, maskapai mengatakan telah membatalkan penerbangannya dari dan ke Bandara Internasional Toronto Pearson untuk sisa malam itu.

    Mereka juga turut mengeluarkan pembebasan biaya perjalanan bagi penumpang yang terdampak,

    Pesawat Delta Airlines penerbangan Endeavor 4819 yang membawa 76 penumpang dan 4 awak tersebut dilaporkan terbang dari Bandara Internasional Minneapolis–Saint Paul, AS pada Senin (17/2/2025) pukul 11.30 waktu setempat.

    Pesawat Pesawat tipe CRJ-900 itu dijadwalkan tiba dan mendarat di Bandara Internasional Toronto-Pearson, Kanada.

    Akan tetapi, saat akan mendarat pukul 14.00 waktu setempat, pesawat itu jatuh dalam posisi terbalik 180 derajat di landasan pacu yang tertutup salju.

    Tak lama setelah pesawat terbalik, sejumlah orang terhuyung-huyung, menjauh dari pesawat.

    Seorang pengguna media sosial yang mengunggah video setelah kejadian, memperlihatkan sebuah mobil pemadam kebakaran menyemprotkan air ke pesawat yang tergeletak tengkurap di landasan yang tertutup salju.

    Sementara menurut pengakuan seorang pengguna Facebook yang menjadi penumpang dalam penerbangan tersebut, John Nelson, mengunggah video yang memperlihatkan pesawat yang kecelakaan seraya menulis “Pesawat kami kecelakaan. Pesawatnya terbalik”.

    Kendati pesawat terbalik 180 derajat namun, sebagian besar penumpang selamat dan dalam kondisi baik-baik saja saat turun dari pesawat.

    “Kami di Toronto. Kami baru saja mendarat. Pesawat kami jatuh. Pesawat itu terbalik. Pemadam kebakaran ada di lokasi. Terbalik. Semua orang, sebagian besar orang tampaknya baik-baik saja. Kami semua turun. Ada sedikit asap,” kata pengguna Facebook John Nelson dalam video tersebut.

    Adapun insiden ini terjadi kurang dari tiga minggu setelah pesawat American Airlines bertabrakan di udara dengan helikopter Black Hawk milik Angkatan Darat AS ketika mendekati Bandara Nasional Reagan di Washington DC. Pada Desember 2024.

    Belum diketahui secara pasti apa penyebab dari kecelakaan itu.

    Pihak berwenang Kanada juga mengaku tengah melakukan penyelidikan mendalam terkait penyebab kecelakaan tersebut.

    Namun menurut pernyataan sejumlah ahli kecelakaan pesawat itu diduga terjadi karena angin kencang dan badai salju yang melanda Toronto.

    Mengingat selama kecelakaan terjadi kecepatan angin di Bandara Internasional Pearson Toronto mencapai 51,5 km per jam dengan hembusan 64,37 km per jam.

    Badan cuaca tersebut juga melaporkan beberapa hari terakhir badai tak kunjung reda terus menerjang Toronto dan Ontario hingga suhu dingin mencapai sekitar -8,6 celsius.

    Sementara badai salju yang terjadi selama akhir pekan dilaporkan menyebabkan tumpukan salju setinggi lebih dari 22 cm di bandara.

    Pasca insiden ini terjadi, FAA mengeluarkan perintah penghentian operasional yang memaksa penerbangan menuju Pearson dialihkan ke bandara di Ottawa dan Montreal.

    Namun tak lama setelah itu pembatasan tersebut dicabut, kemudian pada pukul 5 sore, kedatangan dan keberangkatan telah dilanjutkan di bandara.

    Delta juga membatalkan semua penerbangan masuk dan keluar dari Toronto yang dijadwalkan pada Senin malam dan memberikan keringanan perjalanan kepada pelanggannya.

    CEO Delta Ed Bastian mengatakan pihaknya turut berduka cita kepada mereka yang terkena dampak insiden di Bandara Internasional Toronto-Pearson.

    “Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada banyak anggota tim Delta dan Endeavor serta para penanggap pertama di lokasi kejadian,” ujarnya.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Daftar Maskapai Penerbangan Terbaik Dunia 2025, Ada Garuda Indonesia?

    Daftar Maskapai Penerbangan Terbaik Dunia 2025, Ada Garuda Indonesia?

    Jakarta: AirlineRatings.com baru saja merilis daftar maskapai penerbangan terbaik dunia untuk tahun 2025. 
     
    Penghargaan tahunan ini menjadi salah satu yang paling ditunggu oleh industri penerbangan dan para penumpang global, karena memberikan gambaran mengenai maskapai dengan layanan terbaik di dunia.
     
    Pada tahun ini, Korean Air berhasil meraih posisi puncak sebagai Maskapai Penerbangan Terbaik 2025. 

    Maskapai asal Korea Selatan ini mendapatkan penghargaan berkat fokusnya pada kenyamanan penumpang, terutama di kelas ekonomi, dengan jarak antar kursi yang lebih luas dibandingkan pesaingnya. 
     

    Daftar maskapai penerbangan terbaik 2025
    AirlineRatings.com menilai maskapai berdasarkan kenyamanan, layanan, umpan balik penumpang, serta konsistensi produk di seluruh jaringan rute. 

    Berikut adalah daftar 10 besar maskapai layanan penuh terbaik tahun ini:

    Korean Air
    Qatar Airways
    Air New Zealand
    Cathay Pacific
    Singapore Airlines
    Emirates
    Japan Airlines
    Qantas
    Etihad Airways
    Turkish Airlines

    Selain kategori layanan penuh, tahun ini juga diperkenalkan kategori baru, yaitu Maskapai Hibrida Terbaik, yang mencakup maskapai dengan model layanan yang menggabungkan elemen full-service dan low-cost carrier. 
     

    Bagaimana dengan Garuda Indonesia? 
    Maskapai Garuda Indonesia, berhasil masuk dalam daftar 25 besar maskapai layanan penuh terbaik dunia, meskipun berada di urutan terakhir. 
     
    Meskipun demikian, masuknya Garuda Indonesia dalam daftar ini tetap menjadi pencapaian yang membanggakan, mengingat persaingan ketat di industri penerbangan global.

    Berikut adalah 25 maskapai penerbangan layanan penuh teratas untuk tahun 2025:

    Korean Air
    Qatar
    Air New Zealand
    Cathay Pacific
    Singapore Airlines
    Emirates
    Japan Airlines
    Qantas
    Etihad
    Turkish Airlines
    EVA Air
    Fiji Airways
    Virgin Atlantic
    ANA
    Aero Mexico
    Air Caraibes
    Thai Airways
    STARLUX Airlines
    Vietnam Airlines
    Maskapai penerbangan Sri Lanka
    Air France
    KLM
    Air Calin
    Air Mauritius
    Garuda Indonesia

    Berikut adalah 20 maskapai penerbangan hibrida teratas untuk tahun 2025:

    Jetblue
    Westjet
    Virgin Australia
    Delta Airlines
    United
    American Airlines
    Lufthansa
    Air Canada
    LOT Polish Airlines
    TAP Portugal
    Alaska Airlines
    SWISS
    Avianca
    Iberia
    British Airways
    Finnair
    Austrian Airlines
    Hawaiian
    ITA
    SAS  

    Berikut adalah 20 maskapai penerbangan bertarif rendah teratas untuk tahun 2025:

    AirAsia
    Jetstar
    AirBaltic
    HK Express
    Easyjet
    FlyDubai
    Ryanair
    Scoot
    Breeze
    Southwest
    Maskapai Penerbangan SKY
    FlyNas
    TUI
    Norwegian
    Indi GO
    Air Arabia
    Volaris
    Jet2
    Wizz
    Vueling

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Lagi-lagi Tabrakan Maut Pesawat Terjadi di Amerika Serikat

    Lagi-lagi Tabrakan Maut Pesawat Terjadi di Amerika Serikat

    Jakarta

    Lagi-lagi tabrakan maut pesawat terjadi di Amerika Serikat. Kali ini, kecelakaan penerbangan terjadi antara sebuah jet pribadi dengan pesawat lain.

    Dirangkum detikcom, Selasa (11/2/2025), setidaknya satu orang tewas ketika sebuah pesawat jet pribadi menabrak pesawat lain setelah mendarat di sebuah bandara Amerika Serikat.

    Ini merupakan insiden yang terbaru dalam serangkaian kecelakaan penerbangan mematikan di Amerika Serikat.

    Jet Pribadi Tabrak Bagian Belakang Pesawat Besar, 1 Orang Terjebak

    Proses evakuasi tabrakan pesawat di AS. Foto: AP/Ross D. Franklin

    Satu orang terjebak di dalam salah satu pesawat di Bandara Scottsdale di Arizona, sementara tiga orang lainnya dibawa ke rumah sakit.

    Dilansir kantor berita AFP, Selasa (11/2/2025), gambar-gambar dari tempat kejadian menunjukkan sebuah jet tampaknya telah menabrak bagian belakang pesawat yang lebih besar.

    “Sebuah Learjet 35A keluar dari landasan pacu setelah mendarat dan menabrak jet bisnis Gulfstream 200 di landasan di Bandara Kota Scottsdale di Arizona,” kata juru bicara Otoritas Penerbangan Federal (FAA).

    “Kami tidak tahu berapa banyak orang yang ada di dalam pesawat. FAA untuk sementara menghentikan penerbangan ke bandara tersebut,” tambahnya.

    Dave Folio, dari Departemen Pemadam Kebakaran Scottsdale, mengatakan unit-unit pemadam berada di landasan pacu untuk mencoba mengeluarkan satu orang dari dalam salah satu pesawat.

    “Saya dapat memberi tahu Anda bahwa kami memiliki lima orang, satu orang meninggal saat tiba di rumah sakit, dua orang dalam kondisi kritis yang telah dibawa ke pusat trauma setempat,” katanya dalam konferensi pers.

    Satu orang lainnya yang kondisinya digambarkan stabil, juga dibawa ke rumah sakit.

    Kecelakaan Terbaru dari Serangkaian Tragedi Penerbangan AS

    Kondisi terkini di Sungai Patomac, Washington DC setelah American Airlines penerbangan 5342 bertabrakan dengan helikopter Black Hawk, Rabu (29/1/2025). Foto: Oliver Contreras/AFP

    Kecelakaan itu merupakan yang terbaru dari serangkaian tragedi penerbangan yang mengguncang Amerika Serikat.

    Pada tanggal 30 Januari, sebuah jet penumpang bertabrakan di udara dengan helikopter Angkatan Darat AS, Black Hawk, di Washington, menewaskan semua 67 orang di dalam kedua pesawat.

    Kecelakaan terjadi di dekat Bandara Nasional Reagan Washington DC, di Sungai Potomac yang membeku.

    Bencana itu segera diikuti oleh jatuhnya sebuah pesawat medis ke kawasan ramai di Philadelphia, menewaskan tujuh orang dan melukai 19 orang.

    Minggu lalu sebuah pesawat kecil dengan 10 orang di dalamnya, jatuh saat terbang di antara dua pemukiman terpencil di Alaska. Tidak ada yang selamat.

    Halaman 2 dari 3

    (taa/maa)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Penerbangan American Airlines Ditunda 5 Jam Gara-gara Nama Hotspot WiFi Pakai Kata ‘Bom’ – Halaman all

    Penerbangan American Airlines Ditunda 5 Jam Gara-gara Nama Hotspot WiFi Pakai Kata ‘Bom’ – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Pada Jumat (7/2/2025), pesawat American Airlines 2863 yang dijadwalkan terbang dari Bandara Internasional Austin-Bergstrom, Texas, menuju Charlotte, Carolina Utara, mengalami penundaan hampir lima jam.

    Penerbangan ini seharusnya berangkat pukul 13:42 waktu setempat.

    Penundaan terjadi setelah kru pesawat melaporkan aktivitas mencurigakan di dalam pesawat terkait hotspot WiFi dengan nama yang mengandung kata “bom.”

    Seorang penumpang, Bruce Steen (63 tahun) yang sedang dalam perjalanan pulang dari rapat di Austin, mengatakan kepada ABC News, dia melihat seorang pria muda berjalan menuju pramugari sambil membawa tablet.

    Pramugari segera melapor ke kokpit.

    Tak lama kemudian, pilot mengumumkan bahwa penerbangan akan kembali ke gerbang untuk menangani “masalah administratif.”

    Menurut Steen, pilot kemudian mengumumkan bahwa ada penumpang yang mengganti nama hotspot WiFi menjadi “Ada bom di dalam pesawat.”

    Sementara itu, kru pesawat juga melaporkan kejadian tersebut kepada Departemen Kepolisian Austin dan Departemen Penerbangan.

    Pihak berwenang segera turun tangan. Seorang letnan dari Kepolisian Austin naik ke pesawat untuk memberi tahu penumpang bahwa mengganti nama hotspot seperti itu bukanlah lelucon, People melaporkan.

    Letnan tersebut meminta agar siapa pun yang telah mengganti nama hotspot tersebut untuk maju dan mengidentifikasi diri mereka, dikutip dari New York Post.

    Namun, tidak ada penumpang yang mengangkat tangan.

    Karena tidak ada yang mengaku, semua penumpang akhirnya dikawal keluar pesawat secara berkelompok oleh polisi Austin.

    Setiap penumpang juga diminta untuk menunjukkan hotspot WiFi yang mereka gunakan di perangkat mereka kepada polisi.

    Setelah penumpang keluar, mereka ditahan di area yang ditutup dan diperiksa ulang oleh petugas keamanan.

    Tas dan barang bawaan penumpang juga diturunkan dari pesawat untuk diperiksa lebih lanjut menggunakan anjing pelacak bom.

    Proses pemeriksaan selesai setelah pesawat dan barang bawaan diperiksa dan dinyatakan aman.

    Pesawat tersebut baru bisa lepas landas sekitar pukul 18:15 waktu setempat, setelah lebih dari 4,5 jam penundaan.

    Penerbangan American Airlines 2863 akhirnya melanjutkan perjalanan dan mendarat di Charlotte dengan keterlambatan sekitar lima jam.

    Badan Keamanan Transportasi (TSA) menyatakan bahwa mereka dan mitranya di sektor transportasi sangat serius dalam menanggapi ancaman bom.

    TSA juga mengonfirmasi bahwa semua penumpang dan barang bawaan diperiksa ulang untuk memastikan tidak ada ancaman.

    Pihak Bandara Austin mengatakan bahwa insiden tersebut tidak menyebabkan dampak signifikan terhadap operasi bandara atau maskapai selain dari penundaan penerbangan yang terlibat dalam insiden tersebut.

    American Airlines belum memberikan komentar lebih lanjut mengenai insiden tersebut pada saat itu.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Jurnalis Israel: Dari Greenland hingga Gaza, Ocehan Trump yang Sakit Mental Tak Usah Diseriusi – Halaman all

    Jurnalis Israel: Dari Greenland hingga Gaza, Ocehan Trump yang Sakit Mental Tak Usah Diseriusi – Halaman all

    Jurnalis Israel: Dari Panama, Greenland hingga Gaza, Ocehan Trump yang Sakit Mental Tak Usah Diseriusi
     
     
    TRIBUNNEWS.COM – Seorang jurnalis dan penulis Israel menggambarkan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump sebagai orang yang sakit mental.

    Karena itu, ide dan seruan Trump tentang pengusiran warga Palestina dari Gaza, dia anggap sebagai omong kosong.

     
    Jurnalis sekaligus penulis Israel itu adalah Uri Masaf.

    Dia menerbitkan analisisnya di surat kabar berbahasa Ibrani, Haaretz tentang ketidakmungkinan melaksanakan deportasi jutaan warga Palestina di Gaza yang hancur seperti yang direncanakan Donald Trump.

    “Kita tidak punya waktu untuk omong kosong Trump yang sakit mental, dan tidak akan ada deportasi dari Gaza,” katanya, dikutip dari Khaberni, Jumat (7/2/2025).

    Dalam analisisnya, Uri menjelaskan kalau, “Tidak ada rencana, tidak ada pekerjaan persiapan, tidak ada gunanya, dan tidak seorang pun (negara mana pun) akan menerima dua juta warga Palestina di tanahnya.”

    “Dunia tidak berada di zaman Perang Dunia II, dan Trump mengoceh tanpa makna. Ini gayanya, mengingat bahwa ia pernah mengusulkan pembangunan hotel di Korea Utara alih-alih rudal nuklir,” kata Uri mengenang sejumlah pernyataan berbau bualan Trump.

    Belakangan, kata Uri, Trump juga menampilkan wacana-wacana ‘gila dan tak masuk akal’ seperti pengambilalihan Terusan Panama, tanah Greenland, dan aneksasi Kanada.  

    “Sejak terpilih, ia (Trump) telah berbicara tentang invasi Panama, mengambil alih Greenland, dan mencaplok Kanada. Kita cukup dewasa untuk mengingat bagaimana ia pernah berkata dalam sebuah pertemuan dengan Netanyahu tentang mencaplok Tepi Barat ke Israel,” penulis tersebut menambahkan.

    Ia menjelaskan, menganggap serius pernyataan Trump yang asal-asalan itu merupakan penghinaan (bagi akal sehat).

    “Karena ia menderita sakit mental, dan kini orang-orang hidup di era kemerosotan yang cepat. Hal ini mengindikasikan bahwa Perdana Menteri pemerintah pendudukan Israel, Netanyahu, juga menderita sakit mental dan tidak punya hati nurani, tetapi ia tidak bodoh. Ia pun terpaku karena tidak nyaman ketika Trump mulai mengoceh tentang evakuasi Gaza, sementara Netanyahu menumpuk pujian yang memalukan kepadanya,” kata Uri.

    Hanya karena sejalan, Uri juga menyoroti bagaimana media-media Israel seperti bahu-membahu menggaungkan rencana tidak masuk akal untuk mendeportasi jutaan warga Gaza ke luar dari tanahnya ke lokasi yang bahkan belum pasti tanpa perencanaan.

    “Sangat menyedihkan melihat sebagian besar media Israel bekerja sama dengan lelucon ini, dan terlibat dalam diskusi di tingkat pelajaran ilmu sosial kelas tujuh, tentang deportasi – mendukung atau menentang. Bahkan sebelum dimensi moral, ini pada dasarnya mencerminkan kedangkalan dan kemalasan intelektual. Sangat mudah untuk memanipulasi mereka. Dan di sini Trump dan Netanyahu sudah menjadi ahli: pemboman media terus-menerus dengan pembicaraan kosong tentang hal-hal yang tidak akan pernah terjadi – besok, Trump bahkan tidak akan ingat apa yang sedang dibicarakannya,” katanya.

    KONFERENSI PERS TRUMP – Tangkapan Layar YouTube FOX 2 Detroit yang Memperlihatkan Presiden AS Donald Trump Melakukan Konferensi Pers terkait Tabrakan Pesawat Antara Jet American Airlines dengan Helikopter Black Hawk pada Kamis (30/1/2025). Insiden tabrakan pesawat ini dijadikan bahan politik Trump untuk menyalahkan pendahulunya, Joe Biden. (Tangkapan Layar YouTube FOX 2 Detroit)

    Poin-poin Pernyataan Kontroversial Donald Trump Soal Gaza

    Seperti diberitakanDonald Trump menyodorkan wacana Amerika Serikat (AS) terlibat langsung dalam konflik di Jalur Gaza yang selama 15 bulan terakhir dibombardir Israel tersebut.

    Trump blak-blakan menyatakan, keterlibatan langsung AS itu lewat cara pengambilalihan kendali Gaza, sebuah rencana yang dianggap ‘gila’ dan banjir kecaman oleh banyak negara-negara di dunia.

    Ide Trump agar AS, sekutu abadi Israel, mengambil alih Gaza muncul setelah sebelumnya ia mengusulkan penggusuran permanen warga Palestina di Jalur Gaza.

    Para pemimpin Palestina dan dunia Arab secara terbuka menolak komentar Trump sebelumnya yang mengusulkan kalau warga Palestina harus dipindahkan ke Mesir dan Yordania.

    Para pembela hak asasi manusia juga mengecam komentar Trump tersebut sebagai wacana pembersihan etnis.

    Trump tidak memberikan banyak perincian tentang usulannya, tetapi ia memaparkan ‘fitur’ dasar rencana tersebut, yang telah memicu dan diperkirakan akan memicu reaksi negatif lebih lanjut.

    Berikut ini beberapa pernyataan Trump dari pertanyaan-pertanyaan yang dijawabnya selama konferensi pers Rabu (5/2/2025) pagi waktu AS, di Gedung Putih, Washington DC, AS, bersama Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu:

    NETANYAHU DAN TRUMP – Foto ini diambil pada Rabu (5/2/2025) dari akun resmi The White House di media sosial X, menampilkan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu (kiri) dan Presiden AS Donald Trump (kanan) berbicara dalam konferensi pers setelah pertemuan mereka di Gedung Putih pada Selasa (4/2/2025). Donald Trump mengatakan AS akan mengambil alih Jalur Gaza setelah mengusir warga Palestina dari wilayah tersebut. (Akun The White House di X (@WhiteHouse))

    Apa yang Dikatakan Trump? AS Siap Jadi ‘Pahlawan’

    Trump menyatakan, AS siap menjadi ‘pahlawan’ dengan membangun ulang Gaza agar ‘aman’ untuk ditempati.

    Harus digarisbawahi, hancur leburnya Gaza di berbagai sektor, sebagian besar terjadi karena agresi militer Israel dengan dalil memberantas Gerakan Pembebasan Palestina, Hamas.

    Israel memburu Hamas karena Operasi Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023, titik awal agresi dan bombardemen buta selama 15 bulan terakhir.

    Adapun Hamas, menyatakan, serangan berdarah ke Israel itu adalah akumulasi dari perlawanan atas penindasan Israel di wilayah Palestina. 

    “Amerika Serikat akan mengambil alih kendali Jalur Gaza, dan kami akan melaksanakan tugas kami di sana juga,” kata Trump di awal konferensi pers.

    “Kami akan bertanggung jawab untuk membongkar semua bom berbahaya yang belum meledak dan senjata lainnya di lokasi, meratakan lokasi, membersihkan dan meratakan bangunan yang hancur, dan menciptakan pembangunan ekonomi yang akan menyediakan lapangan pekerjaan dan perumahan tanpa batas bagi penduduk di wilayah tersebut.”

    KEADAAN GAZA – Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English yang diambil pada Kamis (6/2/2025) menunjukkan keadaan kota Gaza setelah gencatan senjata diterapkan pada 19 Januari 2025. (Tangkapan layar YouTube Al Jazeera English)

    2. Siapa yang Akan Menerima Warga Gaza?

    Trump mengatakan Washington akan meminta negara tetangga lainnya, seusai muncul respons penolakan dari Mesir dan Yordania, untuk menerima warga Palestina yang mengungsi dari Gaza, meskipun ia tidak mengatakan apakah Palestina bersedia menerima rencana seperti itu.

    Meskipun Trump telah berulang kali meminta Mesir dan Yordania untuk melakukannya sejak 25 Januari, negara-negara tersebut dan negara Arab lainnya telah menolak usulannya.

    “Sebaliknya, kita harus pergi ke negara-negara lain yang tertarik, dan ada banyak yang ingin melakukan ini, dan membangun berbagai wilayah yang pada akhirnya akan menampung 1,8 juta warga Palestina yang tinggal di Gaza, dan mengakhiri kematian dan kehancuran di sana, dan negara-negara tetangga yang memiliki kekayaan besar dapat membiayainya,” imbuh Trump.

    Sebagai gambaran betapa ‘gila’ proposal Trump ini, populasi Gaza sebelum agresi Israel adalah 2,3 juta orang.

    Pemindahan jutaan orang ini jelas akan menimbulkan masalah baru, terlebih Israel terus-terusan menembaki warga sipil Palestina yang mereka anggap sebagai ‘tersangka’ Hamas saat berpindah untuk mengungsi.

    3. Akankah Amerika Mengirimkan Pasukan Saat Mengeksekusi Rencana Trump?

    “Kami akan melakukan apa yang diperlukan. Jika diperlukan, kami akan melakukannya. Kami akan mengambil sebidang tanah itu. Kami akan mengembangkannya, kami akan menciptakan ribuan dan ribuan lapangan kerja, dan itu akan menjadi sesuatu yang dapat dibanggakan oleh seluruh Timur Tengah,” kata Trump ketika ditanya apakah Washington akan mengirim pasukan AS ke Gaza berdasarkan usulannya.

    DONALD TRUMP – Tangkapan layar YouTube White House yang diambil pada Rabu (5/2/2025) menunjukkan Presiden AS menggelar konferensi pers dengan PM Israel Benjamin Netanyahu pada hari Rabu (5/2/2025) (White House)

    4. Apakah Trump Mendukung Solusi Dua Negara?

    Solusi dua negara (two-state solution) merupakan salah satu opsi solusi konflik Israel–Palestina menyerukan untuk dibuatnya “dua negara untuk dua warga.”

    Solusi dua negara ini menyodorkan model, Palestina berdampingan dengan Israel, di sebelah barat Sungai Yordan.

    Selama beberapa dekade, Amerika Serikat telah mendukung solusi dua negara antara Palestina dan Israel yang akan menciptakan negara bagi warga Palestina di Tepi Barat dan Gaza yang diduduki bersama Israel.

    Ketika ditanya apakah Washington di bawah kepemimpinannya tidak lagi mendukung hal itu, Trump berkata, tanpa menjawab pertanyaan secara langsung, “Itu tidak berarti apa pun tentang dua negara atau satu negara atau negara lainnya. Itu (wacana pemindahan warga Gaza untuk kemudian membangun wilayah itu) berarti kami ingin memberi orang kesempatan untuk hidup… karena Gaza adalah lubang neraka bagi orang-orang yang tinggal di sana.”

    5. Siapa yang akan Tinggal di Gaza jika Trump Merencanakan Hal Ini?

    “Saya membayangkan orang-orang di dunia tinggal di sana, orang-orang di dunia,” kata Trump ketika ditanya siapa yang ia bayangkan tinggal di Gaza.

    “Orang Palestina juga, orang Palestina akan tinggal di sana, banyak orang akan tinggal di sana,” tambahnya, tanpa menjelaskan lebih lanjut.

    Pada tanggal 19 Januari, gencatan senjata dan perjanjian pertukaran tahanan antara Hamas dan Israel mulai berlaku pada tahap pertamanya, yang berlangsung selama 6 minggu.

    Kesepakatan, yang dicapai melalui mediasi Qatar, Mesir, dan Amerika, menetapkan dimulainya negosiasi tidak langsung mengenai tahap kedua paling lambat pada hari ke-16, dengan kesepakatan yang akan diselesaikan sebelum akhir minggu kelima tahap pertama.

     

    (oln/khbrn/*)

     
     

  • Kecelakaan Helikopter Black Hawk, Trump Tindak Tegas – Halaman all

    Kecelakaan Helikopter Black Hawk, Trump Tindak Tegas – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, baru-baru ini memberlakukan aturan baru yang melarang helikopter terbang di beberapa wilayah di AS.

    Langkah ini diambil sebagai respons terhadap kecelakaan fatal yang melibatkan helikopter Black Hawk dan pesawat American Airlines.

    Insiden ini menjadi salah satu kecelakaan paling mematikan dalam sejarah penerbangan AS dalam dua dekade terakhir.

    Apa Saja Wilayah yang Dikenakan Pembatasan Terbang?

    Aturan baru ini melarang terbangnya helikopter di sekitar area Sungai Potomac dan Bandara Nasional Ronald Reagan di Washington D.C.

    Pembatasan ini diambil setelah adanya koordinasi dengan Administrasi Penerbangan Federal (FAA).

    Tujuan dari kebijakan ini adalah untuk mengurangi risiko terjadinya tabrakan serupa di masa mendatang serta menjaga keselamatan lalu lintas udara.

    Siapa yang Dikecualikan dari Pembatasan Ini?

    Meskipun ada larangan tersebut, beberapa jenis helikopter masih diizinkan untuk beroperasi.

    Helikopter yang digunakan untuk kepolisian, layanan medis, pertahanan udara, dan transportasi kepresidenan dapat terbang, tetapi dengan pengawasan yang lebih ketat.

    Pembatasan ini akan berlaku setidaknya hingga laporan awal dari National Transportation Safety Board (NTSB) dirilis dalam 30 hari ke depan, setelah itu pemerintah akan mengevaluasi kembali kebijakan tersebut.

    Bagaimana Kecelakaan Black Hawk Terjadi?

    Kecelakaan tragis ini mengakibatkan kematian 67 orang, termasuk 64 penumpang American Airlines dan 3 kru dari helikopter Black Hawk.

    Dalam pernyataannya, Trump menyalahkan helikopter militer yang terbang lebih tinggi dari batas yang diizinkan sebagai penyebab utama kecelakaan tersebut.

    Data radar awal menunjukkan bahwa helikopter terbang di atas 200 kaki, yang melebihi ketinggian maksimum saat terbang di koridor yang disetujui dekat bandara yang sibuk itu.

    Apa yang Terjadi Setelah Kecelakaan?

    Berdasarkan data komunikasi yang diambil, pilot helikopter mengonfirmasi bahwa mereka telah melihat pesawat American Eagle dan berusaha untuk menghindar.

    Namun, ada kemungkinan bahwa mereka salah mengidentifikasi pesawat yang harus dihindari.

    Kurangnya koordinasi antara pilot dan pengendali lalu lintas udara juga dituding sebagai salah satu penyebab utama kecelakaan tersebut.

    Sampai saat ini, NTSB masih melakukan penyelidikan yang didukung oleh FAA dan pihak militer.

    Mereka mengumpulkan bukti dari lokasi kejadian, mengevaluasi komunikasi lalu lintas udara, serta mewawancarai personel yang terlibat.

    Laporan awal diperkirakan akan dirilis dalam waktu 30 hari, sementara penyelidikan lengkap mungkin memakan waktu hingga satu tahun.

    Apa Langkah Selanjutnya untuk Keselamatan Penerbangan?

    Dengan diberlakukannya larangan terbang ini, diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem penerbangan di AS dapat pulih.

    Pembatasan ini merupakan langkah signifikan menuju peningkatan keselamatan penerbangan di kawasan yang rawan.

    Pemerintah berkomitmen untuk terus mengevaluasi kebijakan ini setelah adanya laporan dari NTSB, demi terciptanya keselamatan yang lebih baik untuk semua pengguna jasa penerbangan.

    Keputusan ini menjadi sorotan bagi publik, mengingat pentingnya menjaga keselamatan dalam penerbangan sipil.

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Detik-detik Mencekam Berujung Tabrakan Pesawat dan Black Hawk di AS

    Detik-detik Mencekam Berujung Tabrakan Pesawat dan Black Hawk di AS

    Washington DC

    Helikopter Black Hawk bertabrakan dengan pesawat penumpang American Airlines di dekat Bandara Nasional Ronald Reagan Washington dan menewaskan total 67 orang. Detik-detik mencekam sebelum tabrakan maut itu mulai terungkap.

    Dilansir Reuters, Minggu (2/2/2025), penyelidik dari Badan Keselamatan Transportasi Nasional Amerika Serikat (AS) menyebut pesawat CRJ700 American Airlines berada pada ketinggian 325 kaki atau 91 meter plus atau minus 25 kaki, pada saat terjadi tabrakan pada Rabu (29/1) malam.

    Informasi tersebut didasarkan pada data yang diperoleh dari perekam data penerbangan jet atau black box yang melacak pergerakan pesawat, kecepatan, dan parameter lainnya. Detail baru tersebut menunjukkan helikopter Angkatan Darat AS terbang di atas ketinggian 200 kaki atau 61 meter yang merupakan ketinggian maksimum untuk rute itu.

    Data awal radar menara kontrol juga menunjukkan helikopter berada pada ketinggian 200 kaki pada saat kecelakaan. Namun, para pejabat mengatakan informasi tersebut belum dikonfirmasi.

    “Itulah tugas kami, untuk mencari tahu,” kata anggota dewan NTSB Todd Inman kepada wartawan ketika ditanya apa yang dapat menjelaskan perbedaan data tersebut.

    Inman mengatakan penerbangan latihan helikopter biasanya mencakup penggunaan kacamata penglihatan malam. Pihaknya masih menyelidiki lebih lanjut apakah kacamata penglihatan malam digunakan atau tidak saat kecelakaan terjadi.

    “Saat ini kami tidak tahu apakah kacamata penglihatan malam benar-benar dipakai, atau seperti apa pengaturannya. Penyelidikan lebih lanjut seharusnya dapat memberi tahu kami jika itu terjadi dan faktor apa yang mungkin berperan dalam kecelakaan secara keseluruhan,” ujarnya.

    Data yang dipaparkan itu juga mengonfirmasi pengontrol lalu lintas udara telah memberi tahu helikopter tentang keberadaan pesawat CRJ700 sekitar 2 menit sebelum kecelakaan. Beberapa saat sebelum tabrakan, awak pesawat American telah mengeluarkan ‘reaksi verbal’ yang diketahui dari perekam suara kokpit pesawat.

    Data penerbangan juga menunjukkan hidung pesawat mulai terangkat sebelum tabrakan terjadi. Selain itu, transmisi radio otomatis telah memberi peringatan ‘traffic, traffic, traffic’. Peringatan itu muncul sebelum suara tabrakan terdengar dari rekaman black box dan rekaman berakhir.

    Terbaru, Angkatan Darat AS telah merilis nama prajurit ketiga yang tewas dalam helikopter Black Hawk yang bertabrakan dengan pesawat American Airlines. Prajurit tersebut diidentifikasi sebagai Kapten Rebecca Lobach, dari Durham, Carolina Utara.

    Dia adalah perwira penerbangan di Angkatan Darat reguler sejak 2019 dan ditugaskan di Batalyon Penerbangan ke-12, Fort Belvoir, Virginia. Angkatan Darat sebelumnya mengidentifikasi dua prajurit lainnya yang tewas dalam kecelakaan hari Rabu sebagai Sersan Staf Ryan Austin O’Hara (28) dan Kepala Perwira 2 Andrew Loyd Eaves (39).

    Nama-nama 60 penumpang dan empat awak yang tewas dalam pesawat penumpang tersebut belum dirilis secara resmi. Meskipun, banyak yang telah diidentifikasi melalui keluarga dan media sosial.

    Petugas saat ini berupaya memindahkan puing-puing pesawat dari Sungai Potomac mulai hari Minggu. Sebanyak 42 jenazah telah ditemukan sejauh ini.

    (haf/haf)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • 10
                    
                        Trump Salahkan Biden dan Obama atas Tabrakan American Airlines
                        Internasional

    10 Trump Salahkan Biden dan Obama atas Tabrakan American Airlines Internasional

    Trump Salahkan Biden dan Obama atas Tabrakan American Airlines
    Penulis
    WASHINGTON DC, KOMPAS.com
    – Presiden Amerika Serikat (AS),
    Donald Trump
    , menyalahkan dua pendahulunya, Barack Obama dan Joe Biden, atas kecelakaan yang melibatkan pesawat American Airlines dan helikopter militer Black Hawk UH-60.
    Insiden tragis yang terjadi pada Rabu (29/1/2025) itu menewaskan 67 orang.
    Trump menyampaikan pernyataannya dari Gedung Putih pada Kamis (30/1/2025), tidak jauh dari lokasi kecelakaan.
    Trump menilai kebijakan di era Obama dan Biden berdampak buruk terhadap keselamatan penerbangan.
    “Saya mengutamakan keselamatan. Obama, Biden, dan orang-orang Demokrat lebih mementingkan kebijakan yang sangat buruk. Kebijakan mereka parah dan politiknya lebih buruk,” ujar Trump, dikutip dari
    Associated Press
    (AP).
    Ia juga menyoroti standar yang diberlakukan untuk pengontrol lalu lintas udara. Menurutnya, dia telah memperbaiki kebijakan tersebut saat menjabat sebagai presiden.
    Trump mengklaim bahwa sebelum dirinya menjabat pada 2016, sistem tersebut tidak dijalankan dengan baik. Namun, setelah kepemimpinannya berakhir dan Biden menjabat, standar tersebut kembali menurun.
    “Kita tidak benar-benar melakukannya. Kemudian saya lengser dan Biden berkuasa, dia mengubahnya kembali ke tingkat yang paling rendah,” tambahnya.
    Pernyataan Trump mendapat respons dari Buttigieg yang menilai presiden ke-47 AS tersebut tidak menunjukkan kepemimpinan dalam situasi ini.
    “Saat para keluarga korban berduka, Trump seharusnya memimpin, bukan berbohong,” tulis Buttigieg di platform media sosial X.
    Di sisi lain, Trump menegaskan bahwa kecelakaan tersebut bukanlah kesalahan Sean Duffy, menteri transportasi pilihannya.
    “Itu bukan salahmu,” kata Trump mengenai tabrakan yang merenggut puluhan nyawa tersebut.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kesedihan Trump Sebab Pesawat Kembali Jatuh di AS

    Kesedihan Trump Sebab Pesawat Kembali Jatuh di AS

    Jakarta

    Insiden pesawat jatuh di Amerika Serikat (AS) kembali terjadi. Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku sedih .

    Pesawat evakuasi medis jatuh di area padat penduduk di Philadelphia, negara bagian Pennsylvania. Kecelakaan pesawat ringan di Philadelphia ini terjadi selang dua hari setelah tabrakan maut antara pesawat penumpang American Airlines dan helikopter militer Black Hawk di Washington DC yang menewaskan sedikitnya 67 orang.

    Meskipun jumlah korban jiwa dalam insiden itu belum dikonfirmasi, Trump menyebut “semakin banyak jiwa tidak berdosa yang pergi”.

    “Sedih sekali melihat pesawat jatuh di Philadelphia, Pennsylvania. Lebih banyak lagi jiwa-jiwa tidak berdosa yang pergi,” tulis Trump dalam pernyataan via media sosial Truth Social, seperti dilansir AFP, Sabtu (1/2/2025).

    Dalam pernyataannya, Trump memuji tim cepat tanggap yang menangani insiden di Philadelphia.

    “Para petugas cepat tanggap mendapatkan apresiasi karena telah melakukan pekerjaan dengan baik. Tuhan memberkati Anda semuanya,” imbuhnya.

    Penyebab Jatuh Belum Diketahui

    Foto: Getty Images via AFP/ANNA MONEYMAKER

    Otoritas Penerbangan Federal AS (FAA) dan perusahaan ambulans udara yang mengoperasikan pesawat yang jatuh itu, Jet Rescue Air Ambulance, mengonfirmasi bahwa pesawat jenis Learjet 55 tersebut mengangkut enam orang ketika kecelakaan terjadi pada Jumat (31/1) malam, sekitar pukul 18.30 waktu setempat.

    Disebutkan oleh Jet Rescue Air Ambulance bahwa pesawat tersebut membawa empat awak, satu pasien medis anak dan seorang pendamping pasien ketika terjatuh di distrik padat penduduk di Philadelphia, yang dipenuhi perumahan, pertokoan dan jalan raya yang sibuk.

    Penyebab jatuhnya pesawat ringan itu belum diketahui secara jelas. FAA mengatakan pihaknya telah meluncurkan penyelidikan bersama Badan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB).

    Menteri Pertahanan (Menhan) AS Pete Hegseth, dalam wawancara dengan Fox News, mengakui dugaan masalah ketinggian pada Black Hawk dalam insiden tersebut. Namun dia menyebut hal itu masih belum bisa disimpulkan.

    “Kita sedang menyelidiki ketinggian, dan presiden sudah jelas mengenai hal tersebut: seseorang berada pada ketinggian yang salah. Penyelidikan akan membantu kita dalam memahami hal tersebut. Apakah Black Hawk terbang terlalu tinggi, apakah berada pada jalurnya? Saat ini, kita belum mengetahuinya,” ucapnya.

    Hegseth dan Angkatan Darat AS menyebut tiga personel militer yang ada di dalam Black Hawk itu berpengalaman. Bahkan menurut Angkatan Darat AS, sang pilot instruktur yang ditunjuk menjadi pilot komando memiliki 1.000 jam terbang, sedangkan satu pilot lainnya memiliki 500 jam terbang.

    Personel militer ketiga merupakan kepala awak helikopter, yang biasanya duduk di kursi belakang. Helikopter Black Hawk yang terlibat dalam tabrakan maut itu berasal dari Batalion Penerbangan ke-12, yang bermarkas di Fort Belvoir, Virginia. Unit ini bertanggung jawab atas penerbangan helikopter di wilayah ibu kota AS, dan secara terbaru mengangkut para pejabat senior pemerintah AS.

    Unit tersebut ditangguhkan sementara selama 48 jam pada Kamis (30/1), dengan Hegseth menyarankan penangguhan itu diperpanjang. “Kita harus mengambil jeda hingga kita menuntaskan masalah ini,” cetusnya.

    Otoritas Penerbangan Federal AS saat ini membatasi penerbangan helikopter di dekat Bandara Nasional Ronald Reagan, hingga waktu yang belum ditentukan.

    Trump Sebut Black Hawk Terbang Terlalu Tinggi

    Foto: Getty Images via AFP/ANNA MONEYMAKER

    Trump menyebut helikopter Black Hawk, yang dioperasikan Angkatan Darat AS itu, mengudara terlalu tinggi saat tabrakan terjadi.

    Pernyataan Trump yang disampaikan via media sosial Truth Social ini, seperti dilansir Reuters, Sabtu (1/2/2025), tampaknya menjadi pengungkapan besar mengenai penyelidikan insiden fatal tersebut, yang sedang berlangsung.

    Tidak ada korban selamat. Sebanyak 67 orang tewas, dalam tabrakan maut tersebut.

    Helikopter militer AS biasanya mengudara pada rute bernama Route 4 yang ada di atas Sungai Potomac, dekat dengan Bandara Nasional Ronald Reagan di Washington DC. Demi alasan keamanan, ketinggian penerbangan helikopter dibatasi pada ketinggian 200 kaki atau sekitar 61 meter.

    “Helikopter Black Hawk terbang terlalu tinggi, sangat tinggi. Helikopter itu jauh di atas batasan 200 kaki. Itu tidak terlalu rumit untuk dipahami, bukan???” tulis Trump dalam postingan Truth Social pada Jumat (30/1) waktu setempat.

    Angkatan Darat AS belum memberikan tanggapan atas pernyataan Trump tersebut.

    Halaman 2 dari 3

    (dek/dek)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu