Perusahaan: Amazon

  • Amazon, Meta, hingga Microsoft Terpukul

    Amazon, Meta, hingga Microsoft Terpukul

    Bisnis.com, JAKARTA— Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) kembali melanda industri teknologi global. Raksasa e-commerce Amazon hingga perusahaan Meta melakukan perampingan besar-besaran tahun ini. 

    Sejumlah raksasa teknologi seperti Amazon, Microsoft, Intel, hingga Meta melakukan pemangkasan besar-besaran terhadap puluhan ribu karyawan di seluruh dunia. 

    Langkah ini menjadi bagian dari upaya efisiensi dan restrukturisasi perusahaan di tengah meningkatnya penggunaan teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). 

    Amazon menjadi salah satu perusahaan yang paling banyak melakukan pemangkasan tenaga kerja. Raksasa teknologi asal Amerika Serikat itu berencana memangkas sekitar 14.000 karyawan korporat di seluruh dunia. 

    Langkah ini merupakan bagian dari restrukturisasi besar-besaran seiring meningkatnya adopsi teknologi AI di berbagai lini bisnis perusahaan. 

    Mengutip laporan Reuters, Rabu (29/10/2024), jumlah karyawan yang terdampak berpotensi meningkat hingga 30.000 orang. 

    Meski belum dikonfirmasi secara resmi, Amazon dalam surat elektronik kepada seluruh karyawan menyebutkan bahwa pemangkasan lanjutan akan dilakukan dalam waktu dekat. Keputusan ini diambil untuk menyesuaikan jumlah tenaga kerja setelah terjadi kelebihan rekrutmen selama masa pandemi, sekaligus menekan biaya operasional menjelang musim belanja akhir tahun.

    Langkah serupa juga dilakukan Microsoft Corp., yang kembali mengumumkan PHK terhadap sekitar 9.000 karyawan dalam gelombang kedua pada tahun ini. Keputusan ini diambil sebagai bagian dari upaya perusahaan menekan biaya di tengah peningkatan investasi di sektor AI.

    Seorang juru bicara Microsoft menyatakan langkah ini akan berdampak pada kurang dari 4% total tenaga kerja global perusahaan. PHK akan dilakukan lintas tim, wilayah, serta tingkat jabatan sebagai bagian dari upaya merampingkan proses dan memangkas lapisan manajemen.

    “Kami terus melakukan penyesuaian organisasi yang diperlukan agar perusahaan dan tim kami berada dalam posisi terbaik untuk sukses di pasar yang dinamis,” ujar juru bicara tersebut dikutip dari Bloomberg, Kamis (3/7/2025).

    Sebelumnya, Microsoft telah melakukan PHK massal pada Mei lalu yang berdampak pada 6.000 karyawan, terutama di posisi produk dan rekayasa teknis. 

    Di sisi lain, Intel Corp. juga mengonfirmasi akan melakukan PHK massal terhadap 15% tenaga kerja globalnya pada kuartal terakhir tahun ini. 

    Berdasarkan laporan pendapatan terbaru, sebagian besar pemangkasan tersebut telah dimulai, terutama di unit Folsom dan Santa Clara di California, serta di fasilitas Oregon, Arizona, Texas, dan Israel.

    Intel berharap hanya memiliki 75.000 karyawan inti pada akhir tahun ini, turun signifikan dari 99.500 karyawan pada akhir 2024. Dengan demikian, perusahaan akan mengurangi jumlah tenaga kerjanya hingga 24.500 orang.

    Selama beberapa tahun terakhir, Intel kehilangan pangsa pasar akibat meningkatnya dominasi pesaing seperti TSMC dan kesulitan memenuhi tuntutan industri AI. Tahun lalu, Intel juga telah memangkas sekitar 15.000 karyawan.

    “Perubahan ini dirancang untuk menciptakan organisasi yang bergerak lebih cepat, lebih datar, dan lebih gesit,” kata Intel.

    Tak ketinggalan, Meta Platforms Inc. turut melakukan pemangkasan tenaga kerja. Perusahaan induk Facebook itu berencana memangkas sekitar 600 karyawan di divisi AI Superintelligence Labs pada bulan depan. PHK ini melibatkan tim Fundamental Artificial Intelligence Research (FAIR), divisi produk AI, dan infrastruktur AI.

    Menurut data dari akun analis pasar The Kobeissi Letter di X, dalam beberapa bulan terakhir sejumlah perusahaan besar juga mengumumkan rencana PHK besar-besaran. 

    Berikut daftanya: 

    -UPS sebanyak 48.000 karyawan, 

    -Nestle 16.000 karyawan, 

    -Accenture 11.000 karyawan, 

    -Ford 11.000 karyawan, 

    -Novo Nordisk 9.000 karyawan, 

    -PwC 5.600 karyawan, 

    -Salesforce 4.000 karyawan, 

    -Paramount 2.000 karyawan, 

    -Kroger 1.000 karyawan, 

    -dan Applied Materials 1.444 karyawan.

    “Pasar tenaga kerja jelas melemah,” tulis The Kobeissi Letter dalam unggahan di X.

  • Amazon PHK 14 Ribu Karyawan, Ingin Ganti SDM dengan AI?

    Amazon PHK 14 Ribu Karyawan, Ingin Ganti SDM dengan AI?

    Liputan6.com, Jakarta – Amazon berencana melakukan pemutuhan hubungan kerja (PHK) terhadap 14 ribu karyawan korporatnya. Informasi ini diumumkan pada Selasa (28/10/2025) waktu Amerika Serikat (AS) melalui laman resmi perusahaan.

    Eksekutif Senior Amazon, Beth Galetti, menyampaikan pengurangan ini dilakukan karena keberlanjutan. Keputusan ini sebagai langkah strategis untuk mengurangi birokrasi, meningkatkan efisiensi, dan mengalihkan sumber daya untuk investasi.

    Dilansir The Verge, Kamis (30/10/2025), Galleti tidak mengungkapkan peran apa saja yang akan dipangkas atau di mana posisi mereka. Sebagian besar karyawan memiliki waktu 90 hari untuk mencari pekerjaan baru secara internal.

    Galetti merujuk pada pesan dari CEO Andy Jassy pada Juni 2025 yang dikirimkan kepada karyawan, mempromosikan AI generatif sebagai sumber peningkatan efisiensi yang diinginkan Amazon, serta arah strategisnya untuk produk dan layanan.

    Meskipun Amazon berada dalam posisi yang kuat, keputusan PHK ini secara langsung dikaitkan dengan upaya perusahaan untuk bertransformasi ke era AI (mengganti sumber daya manusia/SDM ke AI).

    Andy sebelumnya mengisyaratkan bahwa investasi besar pada alat AI akan memungkinkan perusahaan mencapai peningkatan efisiensi, yang pada akhirnya dapat mengurangi jumlah tenaga kerja di beberapa posisi.

    Juru bicara Amazon, Kelly Nantel, mengatakan “AI bukanlah alasan di balik sebagian besar pengurangan.”

    Memo Galetti mengatakan bahwa Amazon berharap akan terus melakukan perekrutan tenaga kerja di bagian-bagian utama pada 2026.

    Namun demikian, perusahaan juga menargetkan peningkatan efisiensi yang menunjukkan bahwa kemungkinan akan ada  lebih banyak PHK di masa mendatang.

    Putaran PHK besar terakhir Amazon terjadi pada 2022 hingga awal 2023. Saat itu, 27 ribu pekerja diberhentikan. Dalam pernyataannya, perusahaan memutuskan untuk memanfaatkan otomatisasi, robotika, dan AI–sekaligus memangkas biaya tenaga kerja.  

  • Wall Street Melemah Tertekan Komentar Bos The Fed Soal Suku Bunga

    Wall Street Melemah Tertekan Komentar Bos The Fed Soal Suku Bunga

    Jakarta, Beritasatu.com – Mayoritas indeks saham utama di Wall Street ditutup melemah pada perdagangan Rabu (29/10/2025) waktu setempat. Padahal, Dow Jones Industrial Average sempat menembus rekor tertinggi di awal sesi sebelum akhirnya berbalik turun.

    Dikutip dari CNBC International, pelemahan terjadi setelah Ketua The Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell memberi sinyal bahwa bank sentral kemungkinan tidak akan kembali memangkas suku bunga lagi tahun ini atau pada Desember 2025.

    Indeks Dow Jones turun 74,37 poin (0,2%) ke level 47.632, setelah sempat menguat lebih dari 300 poin. S&P 500 juga melemah tipis ke 6.890,59, sementara Nasdaq Composite justru naik 0,55% ke rekor tertinggi baru 23.958,47, didorong lonjakan saham Nvidia.

    Sebelumnya, The Fed memangkas suku bunga acuan sebesar 0,25% ke kisaran 3,75%-4,00%, menjadi pemangkasan kedua sepanjang tahun. Namun, komentar Powell menepis ekspektasi pasar akan adanya pemangkasan tambahan pada Desember.

    “Dalam rapat kali ini, terdapat perbedaan pandangan cukup kuat terkait langkah Desember. Pemangkasan lebih lanjut belum menjadi kepastian,” ujar Powell.

    Pernyataan tersebut memicu kenaikan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun kembali di atas 4%, menekan saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga, termasuk Costco, McDonald’s, Visa, dan Mastercard.

    Analis menilai pernyataan Powell menggambarkan adanya ketegangan internal di tubuh The Fed, antara pejabat yang mendukung pelonggaran agresif dan mereka yang masih mewaspadai risiko inflasi.

    Michael Rosen, Chief Investment Officer Angeles Investments, menilai pasar terlalu optimistis. “Inflasi masih di atas target The Fed, sementara kebijakan moneter saat ini relatif longgar,” jelasnya.

    Sementara itu, saham Nvidia melanjutkan reli dengan kenaikan 3,1%, mendorong kapitalisasi pasarnya menembus US$ 5 triliun, menjadi perusahaan AS pertama yang mencapai level tersebut. Reli ini diperkuat oleh kabar investasi US$ 1 miliar di Nokia asal Finlandia.

    Investor kini menunggu laporan kinerja dari anggota lain kelompok magnificent seven, termasuk Alphabet, Meta, Microsoft, Apple, dan Amazon, yang hasilnya diyakini akan menentukan arah pasar selanjutnya.
     

  • Harta Karun Baru Jadi Rebutan, Ternyata Bawa Petaka Besar

    Harta Karun Baru Jadi Rebutan, Ternyata Bawa Petaka Besar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI), muncul ‘harta karun’ baru yang kini jadi rebutan perusahaan teknologi raksasa, yakni lahan untuk membangun pusat data (data center).

    Kendati demikian, di balik potensi ekonomi yang besar, praktik tersembunyi di balik proyek-proyek ini justru memicu keresahan dan tudingan pelanggaran transparansi publik.

    Kisah ini bermula di Mason County, Kentucky, Amerika Serikat. Seorang petani bernama Dr. Timothy Grosser menolak tawaran fantastis sebesar US$10 juta atau sekitar Rp160 miliar untuk lahan pertaniannya seluas 100 hektar yang telah ia kelola selama hampir empat dekade.

    Tawaran itu disebut berasal dari perwakilan sebuah “perusahaan Fortune 100” yang ingin membeli tanah tersebut untuk proyek industri berskala besar.

    Namun, perwakilan itu menolak mengungkapkan nama perusahaan, jenis industrinya, bahkan identitas dirinya. Sebagai gantinya, ia meminta Grosser menandatangani perjanjian kerahasiaan (non-disclosure agreement/NDA) sebelum mendapat informasi lebih lanjut.

    “Kami menolak menandatanganinya,” ujar Grosser dikutip dari NBC News, Rabu (29/10/2025). “Saya tidak akan menjual lahan saya berapa pun harganya,” imbuhnya.

    Beberapa bulan kemudian, pejabat daerah setempat mengumumkan bahwa Mason County sedang dipertimbangkan sebagai lokasi pembangunan pusat data baru, salah satu infrastruktur utama yang menopang bisnis AI global.

    Fenomena seperti yang dialami Grosser kini semakin sering terjadi di Amerika Serikat. Dalam laporan NBC News, banyak proyek pusat data bernilai miliaran dolar yang mengharuskan pejabat daerah dan penjual tanah menandatangani NDA, membatasi mereka untuk berbicara kepada publik mengenai detail proyek tersebut.

    Lonjakan permintaan layanan AI membuat perusahaan berlomba membangun fasilitas baru di berbagai negara bagian AS.

    Data center berskala besar (hyperscale) ini menampung ribuan server dan sistem komputasi untuk memproses data AI dalam jumlah masif.

    Namun, percepatan pembangunan ini juga menimbulkan berbagai persoalan. Proyek-proyek pusat data kerap menimbulkan konsumsi listrik dan air yang sangat tinggi, serta dampak lingkungan yang signifikan.

    Warga di beberapa wilayah seperti Loudoun County (Virginia) dan South Memphis (Tennessee) melaporkan gangguan suara dari mesin pendingin, polusi udara dari turbin gas, serta potensi krisis air akibat kebutuhan operasional yang besar.

    Selain itu, penggunaan perusahaan cangkang (shell company) dan kontrak rahasia membuat masyarakat sulit mengetahui siapa sebenarnya pengembang di balik proyek-proyek tersebut.

    Menurut Pat Garofalo, Direktur Kebijakan di American Economic Liberties Project, praktik ini berpotensi melanggar prinsip dasar demokrasi.

    “Pejabat publik seharusnya bertanggung jawab kepada masyarakat, bukan kepada perusahaan rahasia yang membuat kesepakatan di balik layar,” tegasnya.

    Meski diklaim sebagai strategi untuk menjaga kerahasiaan bisnis dari pesaing, penggunaan NDA dalam proyek data center dinilai semakin menutup ruang keterbukaan publik dan memicu ketidakpercayaan warga.

    Sementara itu, keenam perusahaan teknologi besar yang disebut tengah berlomba membangun data center di seluruh AS, Amazon, Microsoft, xAI, Google, Meta, dan Vantage Data Centers, menolak memberikan komentar atau tidak menanggapi pertanyaan media terkait praktik penggunaan NDA tersebut.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Raksasa E-Commerce Amazon PHK 14.000 Karyawan, Digantikan dengan AI

    Raksasa E-Commerce Amazon PHK 14.000 Karyawan, Digantikan dengan AI

    Bisnis.com, JAKARTA— Raksasa teknologi Amazon berencana melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap sekitar 14.000 karyawan korporat di seluruh dunia. 

    Langkah ini merupakan bagian dari restrukturisasi besar-besaran seiring meningkatnya penggunaan teknologi kecerdasan buatan (AI) di perusahaan tersebut.

    Mengutip laporan Reuters, Rabu (29/10/2024), jumlah karyawan yang terdampak berpotensi meningkat hingga 30.000 orang. Meski belum dikonfirmasi secara resmi, Amazon dalam surat elektronik kepada seluruh karyawan menyebutkan pemangkasan lanjutan akan dilakukan dalam waktu dekat.

    Keputusan ini diambil untuk menyesuaikan jumlah tenaga kerja setelah terjadi kelebihan rekrutmen selama masa pandemi, sekaligus menekan biaya operasional menjelang musim belanja akhir tahun.

    CEO Amazon Andy Jassy sebelumnya telah menyinggung penerapan AI dan otomasi akan berdampak pada berkurangnya kebutuhan tenaga kerja, terutama di bidang administrasi dan pekerjaan yang bersifat rutin. 

    Hingga akhir tahun lalu, Amazon memiliki sekitar 1,56 juta karyawan penuh waktu dan paruh waktu, dengan sekitar 350.000 orang bekerja di posisi korporat.

    Karyawan yang terdampak menerima pemberitahuan PHK melalui email pribadi pada Selasa pagi. Dalam surat yang dikirim Beth Galetti, Wakil Presiden Senior Divisi People Experience and Technology, disebutkan bahwa pegawai yang terkena dampak tidak lagi diwajibkan bekerja atas nama Amazon.

    Galetti menambahkan, karyawan yang terkena PHK diberi waktu 90 hari untuk mencari posisi baru di internal perusahaan, dan tim rekrutmen akan memprioritaskan mereka dalam proses perekrutan.

    Jassy saat ini tengah menjalankan program efisiensi untuk mengurangi lapisan manajemen dan memangkas birokrasi, termasuk membuka jalur pengaduan anonim agar karyawan bisa menyampaikan masukan terkait proses kerja yang tidak efektif. 

    Program tersebut telah menghasilkan sekitar 1.500 masukan dan 450 perubahan sistem kerja.

    PHK kali ini menjadi yang terbesar sejak Amazon memberhentikan 27.000 karyawan pada akhir 2022 dan awal 2023. Sejumlah divisi yang terdampak mencakup perangkat, periklanan, Prime Video, sumber daya manusia, operasi, Alexa, dan unit komputasi awan Amazon Web Services (AWS).

    Meski demikian, Galetti menegaskan bahwa Amazon masih akan membuka lowongan di bidang strategis, terutama yang berkaitan dengan pengembangan teknologi AI dan layanan cloud. Menurutnya, restrukturisasi sebelumnya telah membantu perusahaan bekerja lebih cepat dan efisien.

    Saham Amazon tercatat naik 0,8% pada perdagangan Selasa siang waktu setempat. Namun secara keseluruhan, saham perusahaan baru naik 3,5% sepanjang tahun ini, menjadikannya yang terlemah di antara kelompok saham teknologi besar “Magnificent 7”.

    Dalam pernyataannya, Galetti menegaskan kembali komitmen Amazon untuk memperkuat penggunaan AI di seluruh lini bisnis. “Generasi AI saat ini adalah teknologi paling transformatif sejak kemunculan internet. Teknologi ini memungkinkan perusahaan berinovasi lebih cepat dari sebelumnya,” ujarnya.

    Amazon diperkirakan akan menggelontorkan sekitar US$118 miliar tahun ini untuk belanja modal, sebagian besar dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur AI dan cloud computing. Laporan keuangan kuartal ketiga perusahaan dijadwalkan rilis pada Kamis mendatang.

    Di sisi lain, Senator AS Bernie Sanders meminta pendiri Amazon Jeff Bezos menjelaskan potensi hilangnya ratusan ribu lapangan kerja akibat otomatisasi. Hal ini menanggapi laporan The New York Times yang menyebut eksekutif Amazon memperkirakan hingga 500.000 pekerjaan dapat tergantikan robot di masa mendatang.

    Selain itu, dua senator Amerika juga mendesak Amazon menjelaskan alasan perusahaan tersebut menjadi pengguna terbesar tenaga kerja asing dengan visa H-1B, sementara di saat yang sama sedang melakukan pemangkasan besar-besaran terhadap tenaga kerja domestik.

  • Jamaika Diterjang Badai Melissa yang Disebut Badai Abad Ini

    Jamaika Diterjang Badai Melissa yang Disebut Badai Abad Ini

    Anda sedang menyimak Dunia Hari Ini yang berisi rangkuman sejumlah informasi pilihan dari berbagai negara selama 24 jam terakhir.

    Berita dari Jamaika akan menjadi pembuka edisi Rabu, 29 Oktober 2025.

    ‘Badai abad ini’ telah menerjang Jamaika

    Badai Melissa, yang masuk ke kategori empat, telah membawa embusan angin berkecepatan lebih dari 300 kilometer per jam, dijuluki “badai abad ini” oleh Organisasi Meteorologi Dunia.

    Ahli meteorologi ABC, Nate Byrne, mengatakan “akan butuh waktu cukup lama sebelum kita benar-benar memahami seberapa parah kerusakan yang disebabkan sistem ini.”

    Menteri Pemerintah Daerah Desmond McKenzie mengatakan hampir semua pelanggan listrik Jamaica Public Service (JPS) kehilangan sambungan listrik.

    Perdana Menteri Jamaika Andrew Holness telah menyatakan negara itu sebagai “daerah bencana.”

    Kelompok paramiliter Sudan dituduh membunuh 2.000 warga sipil

    Pasukan paramiliter Sudan dituduh telah “mengeksekusi lebih dari 2.000 warga sipil tak bersenjata” sejak menguasai kota El-Fasher di Sudan barat, seiring munculnya laporan-laporan kekejaman yang mengkhawatirkan.

    El-Fasher jatuh ke tangan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) awal pekan ini setelah lebih dari 18 bulan pengepungan yang brutal, yang memberi kelompok tersebut kendali atas hampir seluruh wilayah Darfur yang luas.

    Sekutu tentara, Pasukan Gabungan, mengatakan pada hari Selasa (28/10) bahwa RSF telah “melakukan kejahatan keji terhadap warga sipil tak berdosa di kota El-Fasher.”

    Pihaknya mengatakan di kota tersebut, lebih dari 2.000 warga sipil tak bersenjata dieksekusi dan dibunuh pada tanggal 26 dan 27 Oktober, kebanyakan dari mereka adalah perempuan, anak-anak, dan lansia.

    Kelompok-kelompok lokal dan LSM internasional telah memperingatkan jatuhnya El-Fasher dapat memicu kekejaman massal, kekhawatiran yang menurut Laboratorium Penelitian Kemanusiaan Universitas Yale menjadi kenyataan.

    Dampak AI, Amazon pangkas 14.000 pekerjaan

    Amazon mengumumkan rencana pemangkasan sekitar 14.000 pekerjaan, yang sejalan dengan anggaran perusahaan yang dialihkan untuk kecerdasan buatan.

    CEO perusahaan, Andy Jassy, mendorong karyawan untuk mendukung rencana AI perusahaan setelah mengumumkan rencana investasi sebesar $10 miliar untuk membangun kampus di Carolina Utara guna memperluas infrastruktur komputasi awan dan kecerdasan buatannya.

    Sejak awal 2024, Amazon telah berkomitmen sekitar $10 miliar untuk masing-masing proyek pusat data di Mississippi, Indiana, Ohio, dan Carolina Utara seiring dengan upayanya membangun infrastruktur agar dapat bersaing dengan raksasa teknologi lain yang membuat lompatan pesat di bidang AI.

    Amazon bersaing antara lain dengan OpenAI, Google, Microsoft, dan Meta.

    Kapal pesiar diselidiki setelah meninggalkan penumpangnya yang ditemukan tewas

    Pihak berwenang sedang menyelidiki bagaimana sebuah kapal pesiar diduga meninggalkan seorang wanita Australia berusia 80 tahun yang kemudian ditemukan tewas di sebuah pulau tropis di Queensland.

    Pencarian besar-besaran diluncurkan akhir pekan lalu setelah wanita itu dilaporkan hilang beberapa jam setelah kapal pesiar Coral Adventurer mengunjungi Pulau Lizard, di lepas pantai Cooktown, 320 kilometer di utara Cairns.

    Jenazah perempuan itu ditemukan pada hari Minggu.

    Otoritas Keselamatan Maritim Australia [AMSA] mengonfirmasi pihaknya sedang menyelidiki insiden tersebut dan bermaksud berbicara dengan awak kapal saat kapal pesiar tiba di Darwin dalam beberapa hari mendatang.

  • Transisi Pakai AI, Amazon Mulai PHK 14.000 Karyawan

    Transisi Pakai AI, Amazon Mulai PHK 14.000 Karyawan

    Jakarta

    Amazon dikabarkan mulai mengurangi sekitar 14.000 karyawan di seluruh dunia. Pemutusan hubungan kerja (PHK) ini dipastikan akan berlanjut hingga tahun depan.

    Pemangkasan ini dilakukan karena perusahaan mulai beralih menggunakan Artificial intelligence (AI). Selain itu, PHK juga dilakukan untuk menekan pengeluaran setelah banyaknya perekrutan saat pandemi Covid-19.

    PHK ini memberikan gambaran awal tentang kemungkinan dampak luas AI terhadap tenaga kerja. Hal ini juga diakui oleh CEO Amazon Andy Jassy pada bulan Juni, dengan mengatakan bahwa peningkatan penggunaan perangkat AI akan menyebabkan lebih banyak PHK di perusahaan.

    Sebelumnya, berdasarkan informasi dari sumber Reuters, Amazon dikabarkan akan melakukan PHK terhadap 30.000 karyawan. Namun, informasi sampai saat ini belum dikonfirmasi.

    Saat ini diketahui, Amazon memiliki sekitar 1,56 juta karyawan penuh waktu dan paruh waktu pada akhir tahun lalu. Tenaga kerja korporatnya mencakup sekitar 350.000 karyawan.

    Berembusnya informasi Amazon melakukan PHK setelah beberapa karyawan mengatakan kepada Reuters bahwa mereka telah mendapatkan email pemangkasan dari perusahaan.

    “Anda tidak lagi diwajibkan untuk melakukan pekerjaan atas nama Amazon,” demikian bunyi email dari Beth Galetti, wakil presiden senior People Experience and Technology, yang dikirimkan kepada karyawan yang terdampak dikutip dari Reuters, Rabu (29/10/2025).

    Beth Galetti juga mengatakan, para pekerja tersebut akan diberi pilihan untuk bertemu dengan karyawan sumber daya manusia melalui panggilan video. “Sayangnya, peran Anda dihapuskan dan pekerjaan Anda akan berakhir,” lanjut email tersebut.

    Amazon akan menawarkan waktu 90 hari kepada sebagian besar pekerja yang terdampak untuk mencari pekerjaan baru secara internal dan mengatakan tim perekrutannya akan memprioritaskan kandidat tersebut.

    Lihat juga Video: Duh! Amazon Mau PHK 30.000 Karyawan

    (kil/kil)

  • Amazon Pecat 14.000 Karyawan di Seluruh Dunia, Bilang Demi Efisiensi

    Amazon Pecat 14.000 Karyawan di Seluruh Dunia, Bilang Demi Efisiensi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amazon mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran terhadap karyawan. Perusahaan menyebut akan memangkas sebanyak 14.000 posisi. Namun mereka tak menyebut detail lokasi mana saja karyawan yang akan di PHK.

    Namun sebelumnya, sejumlah laporan media memperkirakan total PHK bisa mencapai hingga 30.000 orang, atau sekitar 10% dari karyawan di raksasa e-commerce asal Amerika Serikat itu.

    Dalam pernyataannya di situs resmi, Amazon menyebut kebijakan tersebut merupakan upaya untuk menjadi lebih kuat dengan mengurangi birokrasi, memangkas jenjang organisasi, dan mengalihkan sumber daya pada hal-hal yang paling penting bagi pelanggan saat ini dan di masa depan.

    Langkah efisiensi ini disebut tidak akan berdampak pada tenaga kerja di sektor distribusi dan gudang, yang mencakup lebih dari 1,5 juta karyawan Amazon di seluruh dunia. Pemangkasan lebih banyak difokuskan pada level korporat dan unit non-operasional langsung.

    “Langkah ini akan mencakup pengurangan di beberapa bidang dan perekrutan di bidang lain, tetapi secara keseluruhan berarti pengurangan sekitar 14.000 posisi di tenaga kerja korporat kami,” demikian pernyataan perusahaan, dikutip dari AFP, Selasa (28/10/2025).

    Keputusan ini muncul hanya beberapa hari setelah unit cloud Amazon Web Services (AWS) mengalami gangguan besar (down) yang menyebabkan lumpuhnya berbagai layanan di internet.

    Sejumlah platform populer seperti Prime Video, Disney+, Fortnite, Airbnb, Snapchat, Duolingo, hingga layanan pesan seperti Signal dan WhatsApp dilaporkan ikut terdampak.

    Amazon dijadwalkan akan merilis laporan keuangan kuartalannya pada Kamis (30/10/2025) mendatang. Investor akan menyoroti kinerja AWS, terutama terkait margin keuntungan dan percepatan pendapatan, di tengah besarnya investasi perusahaan dalam teknologi AI.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Raksasa Toko Online Pastikan PHK 14.000 Karyawan

    Raksasa Toko Online Pastikan PHK 14.000 Karyawan

    Jakarta

    Amazon memastikan bahwa mereka akan memberhentikan sekitar 14.000 karyawan korporat. Dalam postingan blog, perusahaan menulis bahwa PHK tersebut dilakukan untuk membantu membuat perusahaan lebih ramping dan tidak terlalu birokratis, sementara mereka berupaya berinvestasi dalam taruhan terbesar termasuk AI generatif.

    “Generasi AI ini adalah teknologi paling transformatif yang pernah kita lihat sejak Internet, dan memungkinkan perusahaan untuk berinovasi jauh lebih cepat daripada sebelumnya di segmen pasar yang ada dan yang sama sekali baru,” tulis Beth Galetti, senior vice president of people experience and technology. “

    “Kami yakin kami perlu lebih terorganisir secara ramping, dengan lebih sedikit lapisan, untuk bergerak secepat mungkin bagi pelanggan dan bisnis kami,” tambahnya yang dikutip detikINET dari CNBC.

    PHK ini diperkirakan pada akhirnya akan menjadi PHK korporat terbesar dalam sejarah Amazon dan berpotensi bertambah jumlahnya. Reuters melaporkan pemutusan hubungan kerja tersebut dapat memengaruhi sebanyak 30.000 karyawan, mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut.

    Amazon adalah perusahaan swasta terbesar kedua di Amerika Serikat, dengan lebih dari 1,54 juta staf secara global pada akhir kuartal kedua 2o23. Angka tersebut terutama terdiri dari tenaga kerja gudangnya.

    Amazon memiliki sekitar 350.000 karyawan korporat dan teknologi, yang berarti 14.000 pemutusan hubungan kerja mewakili sekitar 4% jumlah tersebut. Mereka mengindikasikan akan terus memberhentikan karyawan di tahun mendatang.

    PHK Amazon terjadi ketika berbagai industri termasuk teknologi, perbankan, otomotif, dan ritel telah menunjukkan AI kemungkinan akan atau sudah mengubah jumlah karyawan. Beberapa perusahaan mengindikasikan dapat mempekerjakan lebih sedikit karyawan dan tetap meningkatkan pendapatan karena lebih mengandalkan AI.

    CEO Amazon Andy Jassy mengatakan pada bulan Juni bahwa tenaga kerja perusahaan akan menyusut lebih jauh sebagai akibat dari penerapan AI. Jassy, yang mengambil alih pimpinan dari Jeff Bezos pada tahun 2021, telah melakukan kampanye untuk memangkas biaya di seluruh perusahaan selama beberapa tahun terakhir.

    Amazon memberhentikan 27.000 karyawan antara tahun 2022 dan 2023 dan pengurangan pekerjaan berlanjut sejak saat itu, meskipun dalam skala yang lebih kecil.

    Mereka sejak itu telah menutup beberapa bidang yang tidak menguntungkan, sementara berkomitmen untuk berinvestasi sekitar USD 100 miliar tahun ini dalam pengembangan AI. Amazon menghadapi tekanan yang semakin besar untuk menunjukkan bahwa bisnis cloud dan AI-nya tidak tertinggal dari para pesaing.

    (fyk/fyk)

  • Raksasa E-Commerce Global Amazon PHK 30.000 Karyawan

    Raksasa E-Commerce Global Amazon PHK 30.000 Karyawan

    Bisnis.com, JAKARTA — Amazon, raksasa e-commerce global, berencana memangkas hingga 30.000 posisi korporat mulai Selasa (28/10/2025) waktu setempat, sebagai bagian dari upaya efisiensi biaya dan penyesuaian atas perekrutan berlebih selama lonjakan permintaan di masa pandemi.

    Berdasarkan informasi dari tiga sumber yang dikutip dari Reuters, jumlah itu setara hampir 10% dari sekitar 350.000 karyawan korporat Amazon, meskipun hanya sebagian kecil dari total 1,55 juta pegawai secara keseluruhan. 

    Jika terealisasi, langkah ini akan menjadi gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) terbesar di Amazon sejak perusahaan memangkas sekitar 27.000 posisi pada akhir 2022.

    PHK dilakukan di tengah pertumbuhan Amazon yang cukup kuat. Amazon melaporkan pendapatan yang melampaui ekspektasi analis pada kuartal pertama dan kedua tahun 2025.

    Pada kuartal I/2025, pendapatan Amazon mencapai US$155,7 miliar, mengalahkan perkiraan $155,29 miliar. Kemudian, pada kuartal II/2025 pendapatan naik 13% dari tahun ke tahun (YoY) menjadi U$167,7 miliar, melebihi estimasi konsensus sebesar $162,15 miliar.

    Amazon juga mempertahankan posisinya sebagai pemimpin pasar e-commerce dan cloud global, dengan pangsa pasar AS sebesar 37,6% pada Agustus 2025.

    Ruang lingkup pemangkasan kali ini belum sepenuhnya jelas dan masih dapat berubah tergantung prioritas keuangan perusahaan. Menurut laporan Fortune, divisi sumber daya manusia (SDM) berpotensi menjadi salah satu yang paling terdampak, dengan kemungkinan pemangkasan sekitar 15%.

    Adapun, hingga saat ini juru bicara Amazon menolak memberikan komentar.

    Selama dua tahun terakhir, Amazon telah melakukan pemangkasan dalam skala lebih kecil di berbagai unit bisnis, termasuk perangkat, komunikasi, podcast, serta layanan lainnya. PHK terbaru ini diperkirakan akan menyentuh beberapa divisi, seperti People Experience and Technology (SDM dan teknologi), perangkat dan layanan, serta operasi, menurut sumber terkait.

    Para manajer dari tim yang terdampak telah diminta mengikuti pelatihan pada Senin (27/10/2025) mengenai cara menyampaikan pemberitahuan kepada staf setelah email resmi PHK dikirimkan mulai Selasa pagi.

    CEO Amazon Andy Jassy tengah menjalankan inisiatif untuk memangkas birokrasi berlebih, termasuk dengan mengurangi jumlah manajer. Ia bahkan membuka jalur pengaduan anonim untuk melaporkan inefisiensi internal, yang telah menghasilkan sekitar 1.500 masukan dan lebih dari 450 perubahan proses, menurut pernyataannya awal tahun ini.

    Jassy sebelumnya juga mengatakan bahwa peningkatan penggunaan kecerdasan buatan (AI) kemungkinan akan menyebabkan pengurangan tenaga kerja lebih lanjut, terutama melalui otomatisasi tugas-tugas rutin.

    “Langkah terbaru ini menunjukkan bahwa Amazon kemungkinan telah merasakan cukup banyak peningkatan produktivitas yang digerakkan oleh AI sehingga memungkinkan pengurangan tenaga kerja secara signifikan,” ujar Sky Canaves, analis di eMarketer.

    Menurutnya, Amazon juga berada di bawah tekanan untuk menyeimbangkan investasi jangka panjang dalam pengembangan infrastruktur AI dengan profitabilitas jangka pendek.

    Berdasarkan data situs Layoffs.fyi yang memantau pemangkasan tenaga kerja di sektor teknologi, sekitar 98.000 tenaga kerja telah di-PHK tahun ini di 216 perusahaan, dibandingkan dengan 153.000 posisi sepanjang 2024.