Perusahaan: Amazon

  • Orang Terkaya Dunia Bakal Menikah, Mewah Seperti Pesta Putri Diana

    Orang Terkaya Dunia Bakal Menikah, Mewah Seperti Pesta Putri Diana

    Jakarta, CNBC Indonesia – Salah satu orang terkaya dunia dan pendiri Amazon, Jeff Bezos dikabarkan akan segera menikah dengan tunangannya Lauren Sanchez. Kabarnya pernikahan itu akan berlangsung meriah dan mirip seperti pesta Putri Diana dan Raja Charles 44 tahun lalu.

    Hingga kini belum diketahui seperti apa pernikahan pria dengan kekayaan US$193,3 miliar (Rp 3.252 triliun) dan kekasihnya itu. Satu-satunya bocoran berasal dari kakak Lauren, Paul Sanchez.

    “Saya pikir akan menjadi acara seperti Putri Diana,” kata kakak Lauren, Paul Sanchez kepada TMZ.

    Hello Magazine mencatat, Putri Diana dan Raja Charles menikah pada 1981. Acara tersebut disebut sebagai ‘pernikahan abad ini’ yang kabarnya memakan biaya US$48 juta atau yang saat ini bisa mencapai US$168 juta atau sekitar Rp 2,8 triliun.

    Bezos dan Lauren kabarnya akan menikah di Venesia Italia. Sejumlah pesohor dunia akan diundang seperti Katy Perry, Eva Longoria, hingga keluarga Kardashian.

    Paul mengaku belum memiliki rincian apapun soal pernikahan adiknya. Namun dia memastikan akan berlangsung menyenangkan dan meriah.

    “Saya sangat gembira. Ini bakal menjadi acara luar biasa, akan dipenuhi bintang-bintang dan menyenangkan,” jelasnya.

    Paul menambahkan pasangan tersebut mungkin akan mendorong para tamu menyumbang pada badan amal pilihan sebagai pengganti hadiah pernikahan.

    Menurutnya, Lauren dan Bezos tengah disibukkan dengan peluncuran pesawat luar angkasa Blue Origin pada 14 April 2025 mendatang. Jadi adiknya belum berbicara banyak soal pernikahan.

    Bezos dan Lauren diketahui telah bertunangan selama hampir dua tahun. Namun keduanya merahasiakan rencana pernikahan tersebut.

    Lauren pernah mengungkapkan persiapan pernikahan November. Dia hanya mengatakan inspirasinya diambil dari sebuah web bernama Pinterest.

    “Saya harus mengatakan, saya punya Pinterest, saya sama pengantin lainnya jadi memiliki papan Pinterest,” kata dia kepada Today.

    (fab/fab)

  • Krisis Baru Melanda AS, Pedagang China Ramai-ramai Kabur

    Krisis Baru Melanda AS, Pedagang China Ramai-ramai Kabur

    Jakarta, CNBC Indonesia – Langkah Presiden Donald Trump menaikkan tarif impor China hingga 145% memicu gelombang kepanikan di kalangan pelaku e-commerce Amerika Serikat (AS).

    Para penjual asal China yang selama ini mengandalkan platform seperti Amazon mulai menaikkan harga dan berencana hengkang dari pasar AS. Langkah ini menciptakan potensi krisis bagi raksasa e-commerce negeri Paman Sam.

    Wang Xin, kepala Shenzhen Cross-Border E-Commerce Association, yang mewakili lebih dari 3.000 penjual Amazon, menyebut kenaikan tarif ini sebagai pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

    Menurutnya, struktur biaya produksi dan distribusi kini terguncang, membuat banyak pelaku usaha sulit bertahan di pasar AS.

    “Ini bukan sekadar soal pajak. Tetapi juga seluruh struktur biaya juga akan terbebani,” jelas Wang, dikutip dari Reuters, Jumat (11/4/2025).

    Ia menambahkan bahwa tarif tersebut juga dapat menyebabkan penundaan bea cukai dan biaya logistik yang lebih tinggi.

    China merupakan sumber dari sekitar setengah penjual di Amazon, dengan lebih dari 100.000 bisnis asal Shenzhen saja menyumbang pendapatan hingga US$ 35,3 miliar per tahun. Namun kini, banyak dari mereka mempertimbangkan untuk hengkang.

    Dari lima penjual yang diwawancarai Reuters, tiga di antaranya berencana menaikkan harga hingga 30% untuk pasar AS, sementara dua lainnya akan menarik diri sepenuhnya dari pasar tersebut.

    Salah satunya, Dave Fong, yang menyatakan dirinya akan membiarkan stok habis dan mengurangi belanja iklan Amazon, yang sebelumnya menyerap hingga 40% dari pendapatan AS-nya.

    Ketergantungan Amazon pada penjual China menempatkannya dalam posisi rentan. Tanpa alternatif pasar dengan daya beli sebesar AS, produsen China menghadapi risiko perang harga yang lebih sengit di wilayah lain, yang bisa berujung pada penurunan profitabilitas secara global.

    Sementara itu, platform lain seperti Shein dan Temu, yang juga mengandalkan basis produksi di China, ikut terkena imbas.

    Menurut data Dewan Negara China, nilai perdagangan e-commerce lintas negara mencapai 2,63 triliun yuan (USD 358 miliar) tahun lalu, ini menunjukkan betapa besar skala ekonomi yang kini terancam.

    (fab/fab)

  • CEO Amazon: Harga Bakal Naik Imbas Tarif Dagang – Page 3

    CEO Amazon: Harga Bakal Naik Imbas Tarif Dagang – Page 3

    Sebelumnya, Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada Rabu (9/4) kembali menaikkan tarif impor terhadap China menjadi 125%.

    Mengutip CNBC International, Kamis (10/4/2025) Trump mengatakan dalam sebuah postingan media sosial bahwa ia menaikkan tarif pada impor dari China menjadi 125% dan akan “berlaku segera” 

    China, yang merupakan mitra dagang terbesar ketiga AS sebelumnya mengatakan akan menaikkan tarifnya untuk impor dari AS menjadi 84%.

    Selain itu, Trump juga menurunkan tarif baru untuk impor dari sebagian besar mitra dagang AS menjadi 10% selama 90 hari untuk memungkinkan negosiasi perdagangan dengan negara-negara tersebut.

    75 Negara Negosiasi

    Presiden AS mengatakan, lebih dari 75 Negara telah menghubungi pejabatnya untuk bernegosiasi setelah ia mengumumkan tarif impor baru minggu lalu.

    “Yah, saya pikir orang-orang sedikit bertindak tidak semestinya,” ujar Trump ketika ditanya kemudian tentang alasan menunda kenaikan tarif impor hingga 90 hari.

    “Mereka mulai gelisah, Anda tahu, mereka mulai sedikit gelisah, sedikit takut,” ucap Trump di Gedung Putih.

    Dalam keterangan terpisah, Menteri Keuangan AS Scott Bessett mengklaim bahwa Trump bermaksud untuk menghentikan tarif luas yang diumumkan pekan lalu.

    “Ini adalah strateginya selama ini,” ucap Bessent di Gedung Putih.

    Diwartakan sebelumnya, Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong buka suara terkait pengenaan tarif impor AS sebesar 10% terhadap negaranya oleh Amerika Serikat.

    Dia menyebut, keputusan pengenaan tarif impor 10% oleh Presiden AS Donald Trump “bukan tindakan yang dilakukan seseorang terhadap seorang teman”.

     

     

  • Tarif Impor Trump Bikin Pengusaha China di Amazon Khawatir

    Tarif Impor Trump Bikin Pengusaha China di Amazon Khawatir

    Jakarta

    Pengusaha China yang menjual produk di perusahaan e-commerce asal Amerika Serikat (AS) Amazon sedang memperhitungkan dua langkah imbas penetapan tarif impor Trump. Pertama, para pengusaha mempertimbangkan harga jual baru. Kedua, para pengusaha meninggalkan platform tersebut.

    Diketahui, Trump menetapkan tarif impor untuk barang dari China menjadi 125% dari sebelumnya 104% pada Rabu (9/4/2025). Tarif tersebut telah berlaku dan dinilai akan meningkatkan risiko tinggi terhadap dua negara dengan ekonomi terbesar dunia tersebut.

    Dikutip dari Reuters penetapan tarif impor itu membuat banyak pengusaha China kewalahan. Menurut mereka tak cuma masalah pajak, pengusaha juga menyebut tarif impor bisa membuat biaya-biaya lainnya naik.

    “Ini bukan sekadar masalah pajak, tetapi seluruh struktur biaya bisa naik,” kata Kepala Asosiasi E-Commerce Lintas Batas Shenzhen Wang Xin, dikutip dari Reuters, Kamis (10/4/2025).

    Wang Xin mengatakan, kondisi ini sulit dihadapi bagi siapapun yang hidup di pasar AS. Ia mengaku, penetapan tarif tinggi yang diputuskan AS untuk China menjadi pukulan yang besar bagi para pengusaha.

    “Jadi bagi kita semua yang berkecimpung dalam bisnis e-commerce lintas batas saat ini, ini benar-benar pukulan yang belum pernah terjadi sebelumnya,” ungkapnya.

    Wang Xin mengatakan, saat ini beberapa pengusaha China yang berdagang di Amazon ingin menaikkan harga di AS sementara yang lain ingin mencari pasar baru. Adapun saat ini, China menjadi rumah bagi sekitar setengah dari penjual Amazon, dengan lebih dari 100.000 bisnis Amazon terdaftar di kota selatan Shenzhen dengan pendapatan tahunan sebesar $35,3 miliar berdasarkan data dari layanan e-commerce SmartScout.

    Selain itu, China juga menjadi tuan rumah bagi basis manufaktur platform e-commerce besar lainnya seperti Shein dan Temu. Impor dan ekspor yang melibatkan e-commerce negara itu tercatat sebesar 2,63 triliun yuan atau sekitar US$358 miliar tahun lalu.

    Laporan Reuters mengatakan, ada dua dari lima pengusaha yang hendak beralih meninggalkan pasar Amazon. Sementara tiga lainnya berencana menaikkan harga ekspor ke AS.

    Salah seorang pengusaha tas sekolah hingga speaker aktif asal China Dave Fong, mengaku telah menaikkan harga ekspor di AS hingga 30% dan akan membiarkan tingkat persediaan turun dan menurunkan pengeluaran untuk biaya iklan Amazon, yang pernah menghabiskan 40% dari pendapatannya di AS.

    “Bagi kami dan siapa pun, Anda tidak dapat bergantung pada pasar AS, itu sudah cukup jelas. Kami harus mengurangi investasi, dan menempatkan lebih banyak sumber daya ke kawasan seperti Eropa, Kanada, Meksiko, dan seluruh dunia,” kata Dave Fong.

    Sementara itu, Brian Miller, pengusaha yang telah berjualan di Amazon selama tujuh tahun mengaku tidak memiliki alasan untuk mengembangkan produk baru pada kondisi saat ini, Untuk mengantisipasi tarif tinggi, ia perlu menaikkan harga secara tajam ketika persediaan saat ini habis dalam satu atau dua bulan.

    Miller mengatakan, balok bangunan untuk anak-anak yang dijual di Amazon seharga US$20 yang menghabiskan biaya produksi perusahaannya sebesar US$3 kini akan menelan biaya $7 termasuk tarif. Untuk mempertahankan margin, diperlukan kenaikan harga setidaknya 20%, dan harga mainan yang lebih mahal mungkin akan naik 50%.

    “Saya tidak melihat skenario, jika keadaan tidak berubah, bahwa melayani AS dari Tiongkok masih layak dan manufaktur yang melayani AS harus dipindahkan ke negara lain seperti Vietnam, atau Meksiko,” kata Miller.

    Lihat juga Video: Kala Trump Tunda Kenaikan Tarif 90 Hari, China Justru Naik 125%

    (kil/kil)

  • Pasar Saham Global Bangkit Usai Trump Umumkan Penundaan Tarif

    Pasar Saham Global Bangkit Usai Trump Umumkan Penundaan Tarif

    Jakarta

    Keputusan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump untuk menunda pengenaan tarif impor pada puluhan negara selama 90 hari membuat pasar saham global sedikit lega. Hal ini terlihat dari sejumlah indeks AS yang menguat pada Kamis (10/4/2025).

    Dikutip dari Reuters, indeks saham AS menguat setelah penundaan tarif tinggi diumumkan Trump. Indeks S&P 500 misalnya, ditutup menguat 9,5% pada Rabu (9/4/2025). Tren penguatan juga diikuti indeks saham milik Jepang N225 yang menguat lebih dari 8%.

    Selain penguatan pada pasar saham, harga komoditas berjangka di Eropa juga mengalami tren positif kendati menunjukkan reli jangka pendek dengan harga saham AS yang diperdagangkan lebih rendah. Namun, harga minyak terpantau menurun sekitar 1% yang dipicu oleh kekhawatiran atas ketegangan perdagangan yang dipercaya mendorong ekonomi global ke arah resesi.

    Sejak kembalinya Trump ke Gedung Putih pada bulan Januari, ia berulang kali mengancam akan memberikan serangkaian tindakan hukuman terhadap mitra dagang, tetapi kemudian mencabut beberapa di antaranya pada menit terakhir. Pendekatan yang kadang-kadang dilakukannya telah membingungkan para pemimpin dunia dan membuat para eksekutif dilingkupi kekhawatiran.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent menegaskan, perubahan penetapan tarif terhadap mitra dagang AS sebelumnya telah direncanakan sejak awal bagi yang mau bernegosiasi. Namun, Trump kemudian mengindikasikan kepanikan di pasar yang terjadi sejak pengumumannya pada tanggal 2 April telah menjadi faktor dalam pemikirannya.

    “Anda harus fleksibel,” kata Bessent dikutip dari Reuters, Kamis (10/4/2025).

    Meski begitu, Bessent mengatakan negara tetap menerapkan tarif tinggi kepada China sebagai negara dengan ekonomi nomor 2 dunia dan pemasok impor AS terbesar kedua.

    Trump segera menaikkan tarif impor China menjadi 125% dari level 104% yang berlaku pada hari Rabu. Kemudian, perusahaan China yang menjual produk di Amazon bersiap untuk menaikkan harga untuk AS atau meninggalkan pasar tersebut karena tarif.

    Beijing mungkin akan membalas dengan cara yang sama setelah mengenakan tarif sebesar 84% pada impor AS pada hari Rabu untuk menyamai tarif yang sebelumnya diberlakukan Trump. Beijing telah berulang kali berjanji untuk memberikan perlawanan dalam perang dagang yang meningkat antara dua ekonomi teratas dunia tersebut.

    “Kami tidak takut dengan provokasi. Kami tidak akan mundur,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Mao Ning di X pada Kamis.

    Trump mengatakan bahwa resolusi dengan China terkait perdagangan juga mungkin terjadi. Namun, para pejabat mengatakan bahwa mereka akan memprioritaskan pembicaraan dengan negara-negara lain, termasuk Vietnam, Jepang, dan Korea Selatan yang mengantre untuk mencoba mencapai kesepakatan.

    “China ingin membuat kesepakatan. Mereka hanya tidak tahu bagaimana cara melakukannya,” kata Trump.

    Di sisi lain, Beijing mengatakan pihaknya telah mengadakan pembicaraan dengan Uni Eropa dan Malaysia untuk memperkuat perdagangan sebagai respons atas ketegangan tersebut, meskipun Australia mengatakan telah menolak tawaran dari China, mitra dagang utamanya, untuk bekerja sama melawan tarif.

    “Kami tidak akan bergandengan tangan dengan China sehubungan dengan persaingan apapun yang terjadi di dunia,” kata Wakil Perdana Menteri Richard Marles kepada Sky News.

    Harapan akan dukungan negara membantu menopang saham Tiongkok pada hari Kamis, bahkan saat mata uang yuan jatuh ke level terlemah sejak krisis keuangan global. Bank investasi AS Goldman Sachs merevisi turun perkiraannya untuk pertumbuhan PDB Tiongkok menjadi 4% pada tahun 2025, dari proyeksi sebelumnya sebesar 4,5%, dengan alasan efek negatif tarif.

    (kil/kil)

  • Harga Langganan Apple TV+ Makin Terjangkau, Segini Tarif Terbarunya

    Harga Langganan Apple TV+ Makin Terjangkau, Segini Tarif Terbarunya

    Jakarta

    Apple TV+ kini hadir dengan penawaran menarik yang membuat layanan streaming ini semakin terjangkau. Mulai 8 April hingga 24 April 2025, pelanggan baru dan pelanggan lama yang memenuhi syarat bisa menikmati langganan Apple TV+ hanya seharga Rp29.000 per bulan selama tiga bulan.

    Penawaran waktu terbatas ini membuka akses ke berbagai tayangan orisinal Apple yang memikat, dari serial populer hingga film peraih penghargaan. Pelanggan bisa menyaksikan serial terbaru “The Studio” dan “Dope Thief,” serta season terbaru serial fenomenal, seperti “Severance” dan “Ted Lasso.”

    Tak hanya itu, pelanggan baru juga akan dimanjakan dengan serial yang paling ditunggu-tunggu, “Your Friends & Neighbors,” yang tayang perdana pada 11 April 2025. Ada pula deretan judul favorit yang mendapat pujian kritik, seperti “Silo,” “Shrinking,” “The Morning Show,” “Masters of the Air,” dan “Hijack.”

    Bagi penggemar film, Apple TV+ menawarkan jajaran karya populer seperti “The Gorge,” “Wolfs,” “The Instigators,” hingga “Killers of the Flower Moon.” Dengan ratusan Apple Originals dan rilis baru setiap minggu, layanan ini menjamin ada konten segar yang selalu bisa dinikmati.

    Selain konten orisinal, Apple TV+ juga menjadi destinasi bagi pecinta olahraga. Layanan ini menayangkan pertandingan pilihan Major League Soccer melalui MLS Season Pass dan menghadirkan “Friday Night Baseball,” pertandingan ganda mingguan Major League Baseball tanpa batasan siaran lokal.

    Penawaran ini berlaku hingga 24 April 2025 untuk pelanggan baru maupun pelanggan lama yang memenuhi syarat. Mereka hanya perlu menukarkan langganan melalui perangkat Apple yang kompatibel di sini.

    Apple TV+ dapat diakses melalui aplikasi Apple TV di lebih dari 100 negara dan wilayah. Platform ini tersedia di iPhone, iPad, Apple TV, Apple Vision Pro, Mac, perangkat Android, serta TV pintar populer seperti Samsung, LG, Sony, VIZIO, dan TCL. Dukungan juga meluas ke perangkat Roku, Amazon Fire TV, Chromecast dengan Google TV, konsol PlayStation, Xbox, hingga situs tv.apple.com.

    (afr/afr)

  • Biaya Langganan Apple TV+ Kini Lebih Murah di Indonesia, Ini Harga dan Daftar Tayangannya! – Page 3

    Biaya Langganan Apple TV+ Kini Lebih Murah di Indonesia, Ini Harga dan Daftar Tayangannya! – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Apple TV+ terus memperluas jangkauannya di Indonesia dengan menawarkan layanan streaming video on demand (VOD) bebas iklan, dan beragam orisinal berkualitas tinggi yang ditawarkan oleh Apple.

    Harga Langganan Apple TV+

    Untuk menikmati layanan Apple TV+, Anda hanya perlu membayar Rp 99.000 per bulan setelah masa percobaan gratis selama tujuh hari. Namun, ada penawaran menarik bagi pelanggan baru dan pelanggan lama yang memenuhi syarat, yaitu harga langganan hanya Rp 29.000 per bulan selama tiga bulan.

    Penawaran ini berlaku mulai 8 April hingga 24 April 2025, dan memungkinkan Anda untuk menikmati berbagai tayangan orisinal Apple menarik. Dengan harga yang terjangkau, Anda bisa menikmati serial dan film orisinal populer tanpa iklan.

    Berikut adalah beberapa tayangan yang bisa Anda nikmati di Apple TV+:

    Ted Lasso
    Severance
    Sila
    Shrinking
    The Morning Show
    Dope Thief
    The Studio
    Your Friends & Neighbors

    Akses Apple TV+ di Berbagai Perangkat

    Apple TV+ dapat diakses melalui aplikasi Apple TV yang tersedia di lebih dari 100 negara dan wilayah. Anda bisa menonton konten Apple TV+ di lebih dari 1 miliar layar, termasuk perangkat Apple, perangkat Android, smart TV, dan konsol game.

    Dengan kemudahan akses ini, Anda dapat menonton tayangan kapan saja dan di mana saja sesuai keinginan. Anda juga bisa mengakses layanan streaming ini secara online melalui tv.apple.com/id.

    Beberapa perangkat yang mendukung Apple TV+ antara lain:

    iPhone dan iPad
    Mac
    Apple TV
    Smart TV dari Samsung, LG, Sony, dan lainnya
    Perangkat streaming seperti Roku dan Amazon Fire TV
    Konsol game PlayStation dan Xbox

  • Harta Elon Musk hingga Bill Gates Lenyap Rp3.463 Triliun Akibat Tarif Trump

    Harta Elon Musk hingga Bill Gates Lenyap Rp3.463 Triliun Akibat Tarif Trump

    PIKIRAN RAKYAT – Sebanyak 500 orang terkaya di dunia kehilangan sebagian besar kekayaannya dalam waktu singkat akibat kebijakan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang kembali mengobarkan perang dagang global.

    Donald Trump secara resmi mengumumkan penerapan tarif impor minimal 10 persen terhadap banyak negara, termasuk Indonesia. Dampaknya, nilai pasar berbagai perusahaan besar merosot tajam, dan kekayaan para miliarder dunia menyusut drastis.

    Total Kekayaan Hilang Setara Rp3.463 Triliun

    Berdasarkan data Bloomberg Billionaires Index per 5 April 2025, total kekayaan yang lenyap dalam sehari mencapai 208 miliar dolar AS, yang jika dikonversi dengan kurs Rp16.652 per dolar AS, setara dengan Rp3.463 triliun. Sebagian besar miliarder yang terdampak adalah warga negara Amerika Serikat.

    Elon Musk Paling Terpukul

    Orang paling terdampak dalam daftar ini adalah Elon Musk, pendiri dan CEO Tesla yang saat ini juga menjabat sebagai penasihat dalam pemerintahan Trump. Dalam sehari, Musk kehilangan kekayaan sebesar 19,9 miliar dolar AS (sekitar Rp331,35 triliun).

    Secara total, penurunan kekayaannya sejak awal tahun (year to date/YTD) mencapai 130 miliar dolar AS, sehingga kini kekayaan bersihnya berada di angka USD 302 miliar (sekitar Rp5.028 triliun).

    Daftar Miliarder yang Kehilangan Harta

    Selain Elon Musk, sejumlah nama besar lainnya juga merugi triliunan rupiah:

    Jeff Bezos – Pendiri Amazon kehilangan 7,59 miliar dolar AS (sekitar Rp126,38 triliun), dengan total kekayaan kini 193 miliar dolar AS (Rp3.213 triliun). Mark Zuckerberg – CEO Meta kehilangan 9,44 miliar dolar AS (Rp157,18 triliun), kekayaannya kini 179 miliar dolar AS (Rp2.978 triliun). Bernard Arnault – Konglomerat asal Prancis yang menaungi Louis Vuitton dan Christian Dior kehilangan 5,23 miliar dolar AS (Rp87 triliun), total kekayaannya tersisa 158 miliar dolar AS (Rp2.630 triliun). Bill Gates – Pendiri Microsoft kehilangan 6,45 miliar dolar AS (Rp107,44 triliun), kini memiliki kekayaan 155 miliar dolar AS (Rp2.580 triliun). Warren Buffett – Bos Berkshire Hathaway kehilangan 10,7 miliar dolar AS (Rp178,18 triliun). Namun, tetap mencatat kenaikan YTD sebesar 12,7 miliar dolar AS (Rp214 miliar), dengan total kekayaan 155 miliar dolar AS (Rp2,6 triliun). Larry Ellison – Mantan CEO Oracle kehilangan 10,1 miliar dolar AS (Rp168,18 triliun), kini memiliki kekayaan 150 miliar dolar AS (Rp2.497 triliun). Larry Page – Pendiri Google kehilangan 4,65 miliar dolar AS (Rp77,41 triliun), dengan total kekayaan 134 miliar dolar AS (Rp2.232 triliun). Steve Ballmer – Mantan CEO Microsoft kehilangan 4,36 miliar dolar AS (Rp72,60 triliun), kekayaannya kini 127 miliar dolar AS (Rp2.113 triliun). Sergey Brin – Pendiri Google lainnya kehilangan 4,38 miliar dolar AS (Rp72,93 triliun), dengan total kekayaan 126 miliar dolar AS (Rp2.096 triliun). Wall Street Terguncang, Pasar Saham Anjlok

    Kebijakan Trump memicu kejatuhan besar di pasar saham AS. Dalam dua hari terakhir, ketiga indeks utama mengalami penurunan tajam:

    Dow Jones turun 9,3% S&P 500 turun 10,5% Nasdaq Composite anjlok 11,4% dan resmi memasuki wilayah bear market — tanda penurunan signifikan dan berkelanjutan di pasar saham.

    Penurunan ini menjadi yang terburuk sejak masa puncak kepanikan pandemi COVID-19 dan menjadi salah satu penurunan kekayaan miliarder terbesar dalam 13 tahun terakhir.

    Tarif Resiprokal dan Dampaknya pada Global

    Pemerintahan Trump memberlakukan tarif resiprokal yang tinggi terhadap banyak negara mitra dagang. Indonesia, misalnya, dikenai tarif impor sebesar 32%, sementara Vietnam mencapai 46% dan Thailand 37%.

    Tarif resiprokal adalah kebijakan di mana tarif impor suatu negara disesuaikan dengan tarif yang diberlakukan negara mitranya. Tujuannya, menurut Trump, adalah untuk menciptakan perdagangan yang lebih adil dan menurunkan defisit perdagangan Amerika.

    Akan tetapi, kebijakan ini justru memicu kekhawatiran resesi global dan menciptakan guncangan besar di pasar modal, terutama karena perusahaan-perusahaan besar AS bergantung pada rantai pasok global dan pasar internasional.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Amazon Luncurkan Model Suara AI Baru, Nova Sonic

    Amazon Luncurkan Model Suara AI Baru, Nova Sonic

    Bisnis.com, JAKARTA — Amazon meluncurkan model kecerdasan buatan (AI) generatif terbaru mereka, Nova Sonic. Model ini dirancang untuk memproses suara secara native dan menghasilkan ucapan yang terdengar alami. 

    Melansir dari Techcruch, Rabu (9/4/2025), Nova Sonic hadir sebagai jawaban Amazon terhadap model suara AI terbaru yang dinilai lebih alami dibandingkan model-model suara awal seperti Amazon Alexa. 

    Terobosan teknologi ini menjadikan asisten digital lama, termasuk Alexa dan Siri dari Apple terasa kaku jika dibandingkan dengan model baru ini.

    Model suara Nova Sonic dapat diakses melalui Bedrock, platform pengembang Amazon untuk aplikasi AI perusahaan, melalui API streaming dua arah yang baru. 

    Dalam siaran pers, Amazon menyebut, Nova Sonic sebagai model suara AI yang paling hemat biaya di pasaran, dengan biaya sekitar 80% lebih rendah dibandingkan GPT-4o OpenAI.

    Senior Vice President dan Kepala Ilmuwan AGI Amazon Rohit Prasad mengatakan bahwa komponen Nova Sonic telah terintegrasi dengan Alexa+, versi yang lebih canggih dari asisten suara digital Amazon. 

    Dalam wawancaranya dengan TechCrunch, Prasad menjelaskan bahwa Nova Sonic dibangun di atas keahlian Amazon dalam sistem orkestrasi besar yang menjadi dasar untuk pengembangan Alexa. 

    Salah satu keunggulan Nova Sonic adalah kemampuannya dalam mengarahkan permintaan pengguna ke berbagai API, yang memungkinkan model ini mengetahui kapan perlu mengambil informasi waktu nyata dari internet, menggunakan sumber data internal, atau berinteraksi dengan aplikasi eksternal.

    Nova Sonic juga unggul dalam memahami percakapan dua arah. Selama interaksi, model ini bisa menunggu untuk berbicara “pada waktu yang tepat”, dengan memperhitungkan jeda dan interupsi pembicara. Selain itu, Nova Sonic menghasilkan transkrip teks dari ucapan pengguna yang bisa digunakan oleh pengembang dalam berbagai aplikasi.

    Keunggulan lainnya, Nova Sonic lebih tahan terhadap kesalahan pengenalan ucapan dibandingkan dengan model suara AI lainnya. 

    Amazon mengeklaim bahwa model ini lebih baik dalam memahami maksud pengguna meski mereka berbicara terburu-buru, salah ucap, atau berada di lingkungan bising. 

    Pada tolok ukur Multilingual LibriSpeech, Nova Sonic mencatatkan rasio kesalahan kata (WER) hanya 4,2% untuk bahasa Inggris, Prancis, Italia, Jerman, dan Spanyol. 

    Hal ini menunjukkan bahwa hanya sekitar empat kata dari setiap 100 kata yang diucapkan model ini yang berbeda dari transkripsi manusia.

    Dalam tolok ukur Augmented Multi Party Interaction, yang mengukur interaksi keras dengan banyak peserta, Nova Sonic lebih akurat 46,7% dibandingkan model transkripsi GPT-4o OpenAI. 

    Selain itu, Nova Sonic memiliki latensi terdepan di industri, dengan respons rata-rata 1,09 detik, lebih cepat daripada model GPT-4o yang membutuhkan waktu 1,18 detik untuk merespons.

    Prasad juga menjelaskan bahwa peluncuran Nova Sonic merupakan bagian dari strategi Amazon yang lebih luas untuk membangun AGI (artificial general intelligence), sebuah sistem AI yang dapat melakukan segala hal yang bisa dilakukan manusia di komputer. 

    Ke depannya, Amazon berencana untuk merilis lebih banyak model AI yang mampu memahami berbagai modalitas, seperti gambar, video, suara, dan data sensorik lainnya, serta mengintegrasikan teknologi ini ke dalam dunia fisik.

  • Nasib Apple Sudah di Ujung Tanduk, Digempur China dan Trump

    Nasib Apple Sudah di Ujung Tanduk, Digempur China dan Trump

    Jakarta, CNBC Indonesia – Saham-saham perusahaan teknologi Amerika Serikat (AS) kembali melemah. Salah satu yang mengalaminya adalah Apple.

    Saham perusahaan produsen iPhone itu tercatat turun 5% pada penutupan perdagangan Selasa (8/4/2025). Hal yang sama terjadi pada saham produsen mobil listrik Tesla. Perusahaan milik Elon Musk itu mengalami penurunan sebesar 5%, demikian dikutip dari CNBC Internasional.

    Sementara indeks Nasdaq, yang sarat akan saham teknologi, terjun lebih dari 2% setelah sempat melesat hingga 4,6% di awal sesi.

    Di satu sisi, saham Meta Platforms, Alphabet (induk Google), Amazon, Microsoft, dan Nvidia juga ditutup di zona merah.

    Sebelumnya, pasar sempat bergairah di tengah harapan bahwa AS dapat mencapai kesepakatan dagang dengan sejumlah pemimpin dunia untuk menurunkan tarif impor.

    Namun, optimisme itu memudar setelah muncul kekhawatiran bahwa negosiasi tersebut tidak akan menghasilkan kesepakatan sebelum tarif resiprokal mulai diberlakukan hari ini, Rabu 9 April 2025.

    Rencana tarif besar-besaran yang digulirkan oleh Presiden Donald Trump telah memicu gejolak ekstrem di pasar dalam tiga sesi terakhir.

    Volume perdagangan pada awal pekan ini mencatat rekor tertinggi dalam hampir dua dekade, seiring spekulasi bahwa Gedung Putih mungkin menunda penerapan tarif tersebut.

    Pada Jumat pekan lalu, Nasdaq mencatatkan pekan terburuk dalam lima tahun terakhir. Kelompok saham “Magnificent Seven” kehilangan kapitalisasi pasar hingga US$1,8 triliun hanya dalam dua hari perdagangan.

    Sektor semikonduktor juga tak luput dari tekanan pasar. ETF VanEck Semiconductor merosot 2,7% setelah sempat mencatatkan kenaikan.

    Saham Broadcom menguat tipis 1% usai mengumumkan rencana pembelian kembali saham senilai US$10 miliar hingga akhir tahun ini.

    Di sisi lain, Advanced Micro Devices (AMD) ambles 6%, dan pemasok Apple, Qorvo, anjlok sekitar 10%. Saham Intel dan Micron Technology masing-masing turun 7% dan 4%.

    Meski tidak termasuk dalam daftar tarif terbaru, produsen chip mulai tertekan akibat kekhawatiran bahwa tarif tambahan bisa mengurangi permintaan terhadap produk berbasis chip dan menghambat laju ekonomi. Pelaku pasar juga memperkirakan sektor ini berpotensi terdampak tarif di masa mendatang.

    Harga iPhone Naik Gila-gilaan

    Apple menjadi salah satu raksasa teknologi yang paling berdampak atas tarif impor balas dendam Trump. Tantangan ini dialami ketika Apple juga menghadapi persaingan ketat di China sebagai pasar HP terbesar di dunia. 

    Kinerja penjualan iPhone sepanjang 2024 turun 12,6% secara tahun-ke-tahun (YoY). Apple harus mencari cara untuk kembali meningkatkan minat beli masyarakat, tetapi tarif impor Trump seakan menjadi pukulan tambahan.

    Tarif Trump diperkirakan membuat harga iPhone 16 Pro Max naik hingga US$ 350 (Rp 5,84 juta) di AS. Kenaikan harga tersebut adalah hasil hitung-hitungan analis dari UBS. Menurut mereka, harga iPhone yang diproduksi di China bakal naik 30 persen di tahapan ritel.

    Harga iPhone 16 Pro Max di AS, produk HP buatan Apple yang paling mahal, kini adalah US$ 1.199 (sekitar Rp 20 juta). Artinya, harga baru iPhone 16 Pro Max setelah kena tarif Donald Trump adalah sekitar Rp 26 juta.

    Adapun, harga iPhone 16 Pro diperkirakan naik US$ 120 (Rp 2 juta) dari US$ 999 menjadi US$ 1.119 jika diproduksi di India.

    Harga saham Apple sudah merosot 20% dalam 3 hari perdagangan setelah pengumuman tarif Trump. Kapitalisasi pasar Apple pun sudah menguap US$ 640 miliar.

    “Berdasarkan pemantauan kami di level perusahaan, banyak ketidakpastian soal kenaikan biaya produksi bakal ditanggung bersama dengan pemasok, sejauh apa bisa diteruskan ke konsumen, dan jangka waktu tarif,” kata Sundeep Gantori dari UBS.

    Mayoritas aktivitas manufaktur Apple berlangsung di China, yang dikenakan tarif 54% oleh Trump. Trump juga menetapkan tarif tinggi untuk negara lokasi produksi Apple lainnya seperti India, Vietnam, dan Thailand.

    JPMorgan Chase memperkirakan Apple akan mengerek harga produk mereka sekitar 6% di seluruh dunia akibat pemberlakuan tarif baru Trump.

    (fab/fab)