Perusahaan: Amazon

  • Ilmuwan Sampai Kaget, Suhu Bumi Bisa Segini 5 Tahun Lagi

    Ilmuwan Sampai Kaget, Suhu Bumi Bisa Segini 5 Tahun Lagi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Laporan terbaru dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyebutkan ada kemungkinan suhu Bumi memecahkan rekor terpanas dalam lima tahun ke depan. Diperkirakan rekor panas tahunan bisa mencapai 80%, yang dapat memperparah risiko kekeringan ekstrim, banjir besar, hingga kebakaran hutan.

    Lebih mengejutkan lagi, untuk pertama kalinya para ilmuwan melihat kemungkinan dunia bisa mengalami kenaikan suhu hingga 2°C di atas tingkat pra-industri sebelum tahun 2030. “Itu benar-benar mengejutkan,” kata Adam Scaife dari Met Office Inggris yang ikut menyusun laporan ini dikutip Guardian di Jakarta, Kamis (29/5/2025).

    “Kemungkinannya memang masih kecil, sekitar 1%, tapi sebelumnya hal ini dianggap mustahil dalam jangka lima tahun,” ujarnya menambahkan.

    WMO juga melaporkan dunia kini memiliki 86% kemungkinan untuk melewati ambang 1,5°C dalam satu tahun selama periode 2025-2029. Angka ini naik signifikan dari prediksi sebelumnya yang hanya 40% pada 2020.

    Bahkan, tahun 2024 tercatat sebagai kali pertama Bumi secara tahunan melampaui ambang batas 1,5°C, sesuatu yang dahulu dianggap tidak mungkin sebelum 2014. Tahun tersebut juga dinobatkan sebagai tahun terpanas dalam 175 tahun terakhir.

    Jika tren ini terus berlanjut, dunia akan semakin mendekati kegagalan mencapai target utama Perjanjian Paris, yaitu menjaga rata-rata kenaikan suhu global di bawah 1,5°C dalam jangka panjang.

    Laporan itu juga mengungkap bahwa dampak pemanasan global tidak terjadi secara merata. Suhu musim dingin di wilayah Kutub Utara diprediksi meningkat 3,5 kali lebih cepat dari rata-rata global. Di saat yang sama, hutan hujan Amazon terancam mengalami kekeringan lebih sering, sedangkan wilayah Asia Selatan, Sahel (Afrika), dan Eropa Utara, termasuk Inggris, akan mengalami curah hujan yang lebih tinggi.

    Meski data memperlihatkan tren yang mengkhawatirkan, ilmuwan Chris Hewitt dari WMO menekankan, krisis iklim masih bisa ditekan, asalkan emisi bahan bakar fosil segera dikurangi secara drastis.

    “Gambaran untuk gelombang panas dan kesehatan manusia memang mengkhawatirkan. Tapi 1,5°C belum sepenuhnya tak terhindarkan. Kita masih bisa bertindak,” tegasnya.

    Laporan ini disusun dari hasil simulasi iklim jangka menengah oleh 15 lembaga dunia, termasuk Met Office Inggris, Barcelona Supercomputing Centre, dan Canadian Centre for Climate Modelling.

    (fsd/fsd)

  • Adidas Peringatkan ada Peretasan Data Pribadi Konsumen – Page 3

    Adidas Peringatkan ada Peretasan Data Pribadi Konsumen – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Produsen pakaian olahraga terkemuka asal Jerman, Adidas, belum lama ini mengumumkan ada pihak eksternal yang memperoleh data konsumen secara tidak sah.

    Peretas ini mendapatkan data pribadi konsumen melalui penyedia layanan pelanggan pihak ketiga. Meski begitu, diungkap Adidas, data yang berhasil diambil alih bukanlah kata sandi maupun data kartu kredit.

    “Kami segera mengambil langkah-langkah untuk mengatasi peretasan dan meluncurkan penyelidikan komprehensif, bekerja sama dengan para ahli keamanan informasi terkemuka,” kata Adidas, dikutip dari Reuters, Senin (26/5/2025).

    Adapun data yang diretas sebagian besar terdiri dari informasi kontak terkait konsumen yang pernah menghubungi kanal bantuan layanan pelanggan Adidas.

    “Adidas dalam proses menginformasikan kepada konsumen yang terdampak,” kata pihak Adidas berbicara tentang peretasan Adidas.

    Jenis Data yang Diretas

    Sementara itu, Hurriye Daily News dalam pemberitaannya menyebutkan, dalam email yang dikirimkan kepada sejumlah pelanggan di Turki mengungkapkan, detail seperti nama lengkap, alamat email, nomor telepon, tanggal lahir, hingga jenis kelamin merupakan data-data yang mungkin telah diretas.

    Ponsel bos Amazon Jeff Bezos diretas diduga melalui video berisi spyware yang dikirim ke WhatsApp.

  • Data sebagai ‘Minyak’ Baru dan Bernilai

    Data sebagai ‘Minyak’ Baru dan Bernilai

    Bisnis.com, JAKARTA — Hampir setiap saat, kita memproduksi data raksasa atau big data. Proses untuk memperoleh data juga mulai beragam dan makin mudah, melalui ponsel, email, transaksi, sosial media, sensor, dan perangkat teknologi informasi yang berkembang saat ini.

    Jika dianalisis data tersebut bisa menggambarkan tren atau kecenderungan yang terjadi di masyarakat untuk menyusun strategi yang akan digunakan dalam memenangkan persaingan. Dengan kata lain, data dapat digunakan untuk kepentingan bisnis dan politik dalam membangun strategi .

    Data raksasa merupakan sumber daya atau resources dan komoditas baru yang sangat bernilai di dunia. Data menciptakan cara baru dalam persaingan (Economist, terbitan 6—12 Mei 2017).

    Data membuka cara baru dalam melakukan bisnis. Menciptakan model bisnis yang baru. Mendorong disrupsi diberbagai bisnis dan paradigma.

    Dulu rempah-rempah, logam-logam, dan emas merupakan komoditas yang diperebutkan. Kemudian minyak, gas, dan uranium menjadi komoditas yang sangat berharga. Sebelumnya minyak menjadi keunggulan suatu bangsa (Stephen Leeb, 2004).

    Tapi kini data sudah menjadi kekuatan yang luar biasa dari suatu organisasi atau negara karena bernilai ekonomi yang tinggi.

    Mengapa Data Bernilai dan Diperebutkan?

    Perusahaan memiliki  dua jenis resources yaitu pertama, tangible resources (seperti gedung, pabrik, kantor, dan lain-lain). Kedua yaitu intangible resources, seperti knowledge, skill, brand, networking.

    Big data merupakan fondasi mengatrends/trends dan knowledge sebagai arah yang harus dipahami para pengambil keputusan seperti pebisnis, politisi, korporasi, dan negara untuk menghasilkan sebuah keputusan yang tepat dalam memenangkan pertarungan dan persaingan.

    Pada masa lalu, perebutan data memang sudah ada. Data itu, semisal berupa laporan, hasil riset dan teknologi, atau data yang sangat penting lainnya yang disebut small data.

    Saat ini berbagai jenis data, dari mulai teks, peta, suara, video, foto, kebiasaan di media sosial  yang disebut big data diperebutkan lagi. Pasokan big data itu berasal dari koneksi internet, baik dari komputer maupun telepon pintar (smartphone) seperti SMS, WhatsApp, email, Facebook, Twitter, Instagram, percakapan online, data pribadi di perusahaan teknologi, termasuk data kependudukan.

    Data yang semula dianggap remeh sekarang menjadi sangat bernilai ketika mereka bisa melakukan ekstraksi data itu. Dengan menggunakan algoritma dan bantuan para ahli, dapat diperoleh informasi dan knowledge yang berharga seperti megatren, tren, dan behavior dari penghuni dunia ini.

    Produk-produk kecerdasan buatan (artificial intelligence), seperti mobil tanpa sopir, layanan taksi daring, hingga layanan konsumen, muncul dari big data.

    Awalnya semua perkembangan ini tak memunculkan masalah. Namun, karena kemudian data itu memberi nilai ekonomi (economic value) bagi organisasi. Perburuan, pencurian, dan sengketa data mulai muncul. ketika mereka berhasil melakukan pengambilan dan pengolahan data maka data memberikan nilai ekonomi yang tinggi.  

    Komoditas ini menjadi barang yang bisa diperjualbelikan dan kini telah ada upaya memberi valuasi data yang sangat berguna bagi perusahaan. Tanpa disadari, setiap hari kita telah membagi aneka informasi pribadi, mulai dari perbincangan sosial, kebiasaan belanja, pola bepergian, hingga transaksi keuangan, melalui berbagai aplikasi berbasis internet yang kita miliki.

    Dunia baru menyadari ketika data dalam jumlah besar itu telah dipegang perusahaan-perusahaan teknologi yang besar, seperti Facebook, Google, Amazon, dan Microsoft.

    Beberapa negara mulai mempermasalahkan penguasaan data itu meski belum ada langkah yang signifikan. Setiap negara akan mencari alasan untuk mendapatkan setidaknya memperoleh keuntungan ekonomi dari data yang diambil oleh perusahaan-perusahaan besar itu.

    Saatnya semua kalangan mulai memikirkan cara pandang dan langkah menghadapi era komoditas baru ini. Pengusaha dan organisasi perlu memutar visi bisnis, pemerintah perlu memperhatikan kemungkinan munculnya masalah baru, dan perguruan tinggi perlu menyiapkan sumber daya yang kompeten menghadapi era komoditas data.

    Aliran data yang luar biasa besar memberi beberapa perusahaan kekuatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. Sebuah komoditas baru menumbuhkan industri yang menguntungkan dan cepat untuk sekelompok perusahaan teknologi seperti Facebook, Google, Amazon, dll.

    Perusahaan teknologi diatas memberi mereka kekuatan yang sangat besar. Berpikir dengan cara lama tentang persaingan seperti yang tercipta di era minyak, terlihat ketinggalan jaman dalam apa yang kemudian disebut “ekonomi data”.

    Perusahaan yang masih berpikir untuk berinvestasi di teknologi big data harus segera bersiap sebelum terlambat untuk tetap kompetitif. Dapat disimpulkan bahwa big data merupakan fondasi dari semua megatrends dan trends yang akan terjadi hari ini, besok, lusa, dan yang akan datang.

    Megatrends dan trends adalah opportunity bagi seorang entrepreneur, pebisnis, politikus, organisasi, partai, perusahaan dan negara.

  • Misteri Bumi Hitam Terungkap, Ahli Happy Temukan Cara Selamat Kiamat

    Misteri Bumi Hitam Terungkap, Ahli Happy Temukan Cara Selamat Kiamat

    Jakarta, CNBC Indonesia – Di hutan hujan Amazon, ada banyak petak tanah berwarna hitam yang subur dan tersebar di beberapa lokasi. Sejak zaman purba, “bumi hitam” tersebut menopang kehidupan penduduk asli Amazon.

    Setelah puluhan tahun menjadi misteri, rahasia di balik bumi hitam di hutan Amazon kini mulai terungkap. Rahasia tersebut bisa menjadi inspirasi bagi manusia modern untuk beradaptasi dan selamat dari dampak “kiamat” perubahan iklim akibat pemanasan global.

    Penelitian terbaru menyatakan bumi hitam di hutan Amazon sengaja “diciptakan” oleh manusia pada zaman purba. Hebatnya, penduduk asli Amazon sampai saat ini masih menggunakan cara serupa untuk menjaga tanah mereka tetap “hitam.”

    Taylor Perron, penulis penelitian soal bumi hitam di Amazon, menyatakan tanah di Amazon sebetulnya sangat buruk untuk lahan pertanian karena tidak mengandung nutrisi.

    Di sisi lain, tanah berwarna hitam yang ada di beberapa lokasi di Amazon penuh dengan kandungan karbon, fosfor, dan potasium. 

    Penelitian Perron dan rekan mencoba mencari solusi dari perdebatan panjang para ahli Amazon, yaitu apakah tanah hitam tersebut adalah produksi manusia atau fenomena alami?

    Para peneliti mendatangi langsung wilayah Kuikuro di Amazon untuk mengamati langsung lahan berwarna hitam yang ada di situs purbakala dan perkampungan modern.

    Di perkampungan modern, peneliti mencatat cara penduduk setempat menumpuk limbah organik dari aktivitas pemancingan dan kebun singkong di satu lokasi penimbunan.

    Setelah beberapa tahun, limbah tersebut mulai terurai dan membentuk tanah berwarna hitam. Tanah ini kemudian digunakan untuk menanam tumbuhan pangan yang biasanya sulit tumbuh di Amazon.

    “Aktivitas ini untuk memodifikasi tanah dan meningkatkan kandungannya, seperti menyebar abu ke tanah, atau menebar arang di sekitar pohon,” kata Morgan Schmidt, anggota tim penelitian lainnya, seperti dikutip dari IFL Science.

    Penduduk desa menyebut tradisi “membuat” tanah hitam ini sebagai “eegepe.”

    Peneliti kemudian membandingkan tanah hitam di perkampungan modern dengan sampel yang diambil dari situs arkeologi purba, termasuk desa purbakala yang diketahui sebagai asal nenek moyang penduduk Kuikuro. Sampel tanah tertua diperkirakan berusia 5.000 tahun.

    Hasilnya pembandingan menunjukkan bahwa pola persebaran tanah hitam di perkampungan modern dan dari zaman purbakala, serupa. Mayoritas tanah hitam ditemukan di tengah perkampungan kemudian menyebar ke pinggiran daerah pemukiman seperti jari-jari di roda.

    Komposisi kedua tanah hitam juga sama persis yaitu kandungan fosfor, potasium, kalsium, magnesium, magan, dan zinc yang sepuluh kali lebih tinggi dari tanah di sekitarnya.

    Berdasarkan observasi, peneliti menyimpulkan bahwa penduduk setempat sengaja menciptakan tanah hitam selama ribuan tahun. Di perkampungan purba Seku, peneliti memperkirakan 4.500 ton karbon terperangkap di tanah hitam selama ratusan tahun.

    “Penduduk purba Amazon menyimpan banyak sekali karbon di tanah, masih banyak yang tersisa sampai saat ini. Ini tujuan kami dalam upaya mitigasi dampak perubahan iklim.” kata Samuel Goldberg, peneliti lainnya. “Mungkin, kita bisa menggunakan strategi ini dalam skala yang lebih besar, menyimpan karbon di dalam tanah, dan akan ‘terkunci’ di sana untuk waktu yang sangat lama.”

    (dem/dem)

  • Gelombang PHK Guncang Google, Ratusan Karyawan Dipecat Demi Perluas Bisnis AI – Halaman all

    Gelombang PHK Guncang Google, Ratusan Karyawan Dipecat Demi Perluas Bisnis AI – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM –  Raksasa teknologi, Google kembali melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK), menargetkan sekitar 200 karyawan dari divisi layanan global mereka.

    Hal tersebut terungkap setelah seseorang yang mengetahui situasi tersebut mengatakan kepada The Information, Kamis (8/5/2025).

    Perusahaan belum menjelaskan alasan mengapa melakukan PHK massal ini.

    Namun laporan Reuters menyebut PHK  dilakukan Google untuk memperluas kemampuan perusahaan dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI).

    Selain itu langkah ini diambil sebagai bagian dari strategi restrukturisasi perusahaan untuk meningkatkan efisiensi dan fokus pada teknologi baru.

    “Untuk mendorong kolaborasi yang lebih besar dan memperluas kemampuan kami untuk melayani pelanggan dengan cepat dan efektif,” demikian kata Google.

    PHK seperti ini bukan kali pertama yang dilakukan Google. Sejak awal 2023, Google telah melakukan beberapa gelombang PHK.

    Di tahun 2023 awal Google mengumumkan pemecatan terhadap 12.000 karyawan sebagai bagian dari upaya restrukturisasi dan penyesuaian strategi bisnis.

    Kemudian pada Januari dan April  2024 Google kembali memecat lebih dari 1.000 karyawan dengan alasan restrukturisasi untuk meningkatkan efisiensi dan fokus pada AI generative.

    Dilanjutkan pada bulan lalu, The Information melaporkan bahwa Google telah memberhentikan ratusan karyawan di unit platform dan perangkatnya.

    Termasuk tim Android, ponsel Pixel, dan peramban Chrome.

    Meskipun tidak semua peran dapat digantikan dengan teknologi AI, akan tetapi Google berdalih adopsi ini dapat meningkatkan efisiensi perusahaan.

    Sehingga Google dapat menekan pembengkakan kerugian ditengah lonjakan inflasi pasar global.

    Selain itu Google dapat memfokuskan investasi pada teknologi AI, termasuk tenaga kerja, infrastruktur, dan riset.

    Langkah-langkah ini mencerminkan fokus perusahaan pada efisiensi operasional dan pengembangan teknologi AI.

    PHK Guncang Industri Teknologi

    Pemangkasan yang dilakukan Google menambah daftar panjang efisiensi internal yang dilakukan raksasa teknologi tersebut.

    Setelah sebelumnya sejumlah perusahaan teknologi global telah lebih dulu melakukan pemutusan hubungan kerja.

    Di antaranya ada Meta yang memberhentikan sekitar 5 persen dari karyawan dengan kinerja terendah pada bulan Januari 2025.

    Langkah serupa juga dilakukan perusahaan Salesforce, yang memangkas lebih dari 1.000 karyawan buntut penyesuaian organisasi dan fokus pada AI.

    Kemudian, Microsoft juga memangkas 650 pekerjaan di unit Xbox pada bulan September.

    Selain itu, Amazon turut  memberhentikan karyawan di beberapa unit, termasuk unit komunikasi.

    Sementara Apple memberhentikan sekitar 100 pekerjaan di grup layanan digitalnya tahun lalu.

    (Tribunnews.com / Namira)

  • Google Mulai Gelombang PHK, Ratusan Pekerjaan Ini Kena

    Google Mulai Gelombang PHK, Ratusan Pekerjaan Ini Kena

    Jakarta, CNBC Indonesia – Raksasa teknologi Google dilaporkan memangkas sekitar 200 pekerjaan di seluruh unit bisnis globalnya, Selasa (6/5/2025). Hal ini dilaporkan media The Infomation yang dikutip Reuters, Kamis (8/5/2025).

    Dari informasi seorang sumber di perusahaan, pemangkasan dilakukan kepada karyawan yang bertanggung jawab atas penjualan dan kemitraan. Diketahui, perusahaan Amerika Serikat (AS) itu telah mengalihkan pengeluaran ke pusat data dan pengembangan AI, sambil mengurangi investasi di area lain.

    “Kami membuat sejumlah kecil perubahan di seluruh tim untuk mendorong kolaborasi yang lebih besar dan memperluas kemampuan kami untuk melayani pelanggan dengan cepat dan efektif,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.

    Pemangkasan ini terjadi setelah bulan lalu Google memberhentikan ratusan karyawan di unit platform dan perangkatnya, yang menaungi platform Android, ponsel Pixel, dan Chrome di antara aplikasi lainnya.

    Pada bulan Januari 2023, induk perusahaan Google, Alphabet, mengumumkan rencana untuk memangkas 12.000 pekerjaan, atau 6% dari tenaga kerja globalnya. Diketahui, saat ini perusahaan tersebut memiliki 183.323 karyawan per 31 Desember 2024, menurut laporan pada bulan Februari.

    Di antara pemutusan hubungan kerja besar lainnya, induk perusahaan Facebook, Meta, memberhentikan sekitar 5% dari “karyawan dengan kinerja terendah” pada bulan Januari, sembari terus mempercepat perekrutan teknisi pembelajaran mesin.

    Microsoft juga memangkas 650 pekerjaan di unit Xbox pada bulan September. Amazon memberhentikan karyawan di beberapa unit, termasuk komunikasi, sementara Apple menghilangkan sekitar 100 peran dalam grup layanan digitalnya tahun lalu.

    (tps/tps)

  • Taktik China Jajah Amerika Usai Dihantam Tarif Trump Gila-gilaan

    Taktik China Jajah Amerika Usai Dihantam Tarif Trump Gila-gilaan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden AS Donald Trump mengancam kelangsungan bisnis raksasa e-commerce China, Temu dan Shein. Pertama, Trump menetapkan tarif resiprokan untuk barang-barang impor China sebesar 145%.

    Selanjutnya, Trump juga menghapus kebijakan ‘de minimis’ yang membebaskan tarif impor untuk barang-barang di bawah US$800. Kebijakan de minimis selama ini menguntungkan Shein dan Temu untuk menjaga harga barang tetap murah.

    Dengan kebijakan tarif dan penghapusan de minimis, Temu dan Shein dikhawatirkan kesulitan menjual barang dengan harga terjangkau. Padahal, selama ini bisnis mereka moncer karena menawarkan barang dengan harga miring.

    Kendati demikian, beberapa pakar rantai pasokan mengatakan kebijakan Trump tak akan membunuh eksistensi Temu dan Shein di AS. Pasalnya, perusahaan China dikenal memiliki kemampuan beradaptasi yang baik di tengah terpaan bertubi-tubi dari AS.

    “Jangan remehkan mereka [Temu dan Shein]. Aplikasi e-commerce China semacam ini sangat cekatan dan tangkas. Mereka memiliki rencana darurat dan telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menanggung tarif dari perspektif margin,” kata Deborah Weinswig, CEO dan pendiri Coresight Research, dikutip dari CNBC International, Rabu (7/5/2025).

    Lebih lanjut, Weinswig mengatakan Temu dan Shein masih memiliki strategi untuk ‘menjajah’ pasar e-commerce AS. Bahkan, daya kompetisinya bisa lebih tinggi dalam melawan raksasa e-commerce asal AS.

    Senada dengan itu, CEO firma konsultan e-commerce pdPlus, Scott Miller, mengatakan Shein dan Temu akan tetap melanjutkan bisnisnya di AS dengan mengandalkan para pedagang lokal. Dengan begitu, mereka bisa menghindari ‘hukuman’ tarif tinggi.

    “Banyak penjual saat ini di Temu dan Shein berlokasi di China atau negara-negara di dekatnya, tetapi tidak semuanya. Perusahaan-perusahaan lokal AS telah bergabung dengan platform ini dengan kecepatan yang makin tinggi. Beberapa klien kami telah bergabung atau memulai proses pendaftaran hanya dalam beberapa bulan terakhir,” ia menjelaskan.

    Meski margin untuk menjual barang dagangan dari AS akan lebih rendah ketimbang mengirim langsung dari China, Temu dan Shein tetap dapat bersaing, menurut Miller.

    Dalam kasus Temu, para pedagang disebut lebih tertarik dengan fee yang rendah untuk platform. Selain itu, sistem bantuan yang ditawarkan Temu untuk pedagang dalam menjajakan barang dinilai lebih baik daripada yang ditawarkan Amazon asal AS.

    Dalam beberapa hari terakhir, Temu yang dimiliki PDD Holdings sudah mulai gencar menawarkan barang-barang dari gudang AS untuk konsumen AS.

    Pakar menyebut banyak barang-barang tersebut yang memang memiliki bahan mentah dari China, tetapi dikirim dalam jumlah besar ke gudang-gudang AS.

    Sementara itu, Shein mulai melakukan diversifikasi rantai pasokan dengan membangun operasi manufaktur di negara-negara luar China. Misalnya Turki, Meksiko, Brasil, dan dilaporkan juga Vietnam.

    Perusahaan kemungkinan masih akan mengirim barang langsung dari China dan bisa jadi akan mengambil margin tipis karena tarif.

    “Satu hal yang sangat baik dilakukan perusahaan China adalah strategi operasi yang mengandalkan margin tipis tetapi berdaya saing tinggi. Mereka akan mencari berbagai cara untuk bertahan,” kata profesor manajemen rantai pasokan di Miamy University, Henry Jin.

    Terlepas dari kemampuan beradaptasi dan bersaing dengan sengit, tak bisa dibantah tarif Trump memang berdampak pada Temu dan Shein. Sejak pertengahan April lalu, harga-harga barang di Shein terpantau sudah naik sekitar 5-50%.

    Temu juga sudah mulai menyesuaikan harga untuk barang-barang yang dikirim langsung dari China. Namun, Temu menegaskan harga jual untuk konsumen AS tak berubah karena platform bertransisi untuk bermitra dengan pedagang lokal.

    Hal lain yang menjadi kunci sukses Temu dan Shein adalah antarmuka platform yang menggunakan berbagai strategi untuk menjaga ketertarikan pengguna. Misalnya dengan memberikan notifikasi berkala di HP, algoritma rekomendasi produk yang relevan, hingga menonjolkan tampilan barang-barang diskon serta flash sale.

    Pada pekan ini, Temu menawarkan program ‘mega savings extravaganza’ yang berisi barang-barang lebih terjangkau untuk konsumen AS. Beberapa produk yang laris manis terjual adalah perhiasan dan alas matras murah. Belum jelas apakah barang-barang diskon itu merupakan timbunan inventaris sebelum tarif berlaku.

    Selain itu, aplikasi asal China juga kerap menampilkan ‘mini-game’ dengan imbalan kupon atau cara lain agar konsumen bisa mengumpulkan penghargaan tertentu. Hal ini menjadi strategi untuk mendorong konsumen membeli lebih banyak barang.

    Pakar menggarisbawahi kehebatan Shein dan Temi dalam strategi pemasaran, termasuk lewat livestreaming dan promosi media sosial.

    Menurut Weinswig, pengecer Amerika gagal mengenali ancaman dari Temu dan Shein, serta menyesuaikan rantai pasokan dan model harga mereka.

    (fab/fab)

  • Shein dan Temu Terpukul! Ekspor E-commerce Tiongkok ke AS Ambruk 65% Gegara Tarif Trump

    Shein dan Temu Terpukul! Ekspor E-commerce Tiongkok ke AS Ambruk 65% Gegara Tarif Trump

    Jakarta: Gelombang baru perang dagang AS-Tiongkok kembali memanas. Dalam tiga bulan pertama tahun ini, ekspor e-commerce Tiongkok ke Amerika Serikat tercatat anjlok hingga 65 persen secara volume. Penurunan tajam ini menghantam toko-toko online raksasa seperti Shein dan Temu, yang selama ini dikenal sebagai rajanya barang murah dari Tiongkok.
     
    Sementara itu, data menunjukkan pengiriman ke Uni Eropa justru naik 28 persen. Artinya, pelaku e-commerce Tiongkok mulai memindahkan fokus pemasaran dan pengiriman ke benua biru, guna menghindari jerat tarif tinggi dari Negeri Paman Sam.
    Tarif AS picu lonjakan harga, konsumen menjerit
    Melansir The Guardian, Rabu, 7 Mei 2025, mulai Mei 2025, pemerintah AS resmi menghapus pembebasan tarif untuk impor parsel senilai hingga USD800. Kebijakan ini berdampak besar bagi e-commerce yang bergantung pada sistem pengiriman langsung dari Tiongkok, seperti Temu dan Shein.
     
    Tak tanggung-tanggung, tarif baru mencapai 145 persen, membuat harga barang di Temu melonjak gila-gilaan. Analisis Bloomberg mencatat, dalam dua minggu terakhir saja, harga rata-rata produk di dua kategori populer yakni mainan dan kesehatan naik lebih dari 40 persen.

    Contohnya, gaun musim panas dari Temu naik dari USD18,47 menjadi USD44,68 setelah ditambahkan tarif impor USD26,21. Lalu, Baju renang anak-anak naik dari USD12,44 menjadi USD31,12. Kemudian, Penyedot debu genggam melonjak dari USD16,93 ke USD40,11 setelah kena tarif.
     
    Banyak konsumen mulai mengeluh, karena barang murah dari Tiongkok kini tak lagi semurah itu. Dan sebagian besar beban biaya ini langsung ditanggung oleh pembeli.
     

    Shein bersiasat, pertimbangkan pindah produksi
    Tak tinggal diam, Shein tengah mempertimbangkan restrukturisasi besar-besaran untuk menghindari tarif AS. Menurut laporan Financial Times, salah satu opsi yang digodok adalah memindahkan sebagian produksi ke negara non-Tiongkok agar tak terkena tarif.
     
    Namun, strategi ini bisa memicu efek domino, termasuk potensi penundaan rencana IPO Shein di Bursa Saham London.
    Tiongkok kirim peringatan ke Trump: Kami tak akan tunduk
    Di tengah ketegangan yang meningkat, Tiongkok melancarkan pernyataan keras. Dalam pesan video resmi, pemerintah Tiongkok memperingatkan bahwa mereka tidak akan menyerah pada tekanan tarif dari AS.
     
    “Tunduk pada penindas sama saja dengan meminum racun untuk menghilangkan rasa haus,” tegas pernyataan yang disampaikan dalam bahasa Inggris.
     
    Langkah tarif ini sejatinya dirancang untuk mendorong kebangkitan industri manufaktur AS. Namun, kenyataannya, bisnis ritel dan konsumenlah yang langsung menanggung dampaknya.
     

    Ritel AS kena getahnya, Walmart dan Amazon ketar-ketir
    Dampak tarif tinggi juga menggelisahkan pelaku bisnis AS. Laporan South China Morning Post menyebut, Walmart sampai menyarankan para pemasok Tiongkok untuk menanggung beban tarif demi menjaga harga jual tetap kompetitif.
     
    Sementara itu, raksasa e-commerce Amazon dikabarkan sempat mempertimbangkan langkah mencantumkan biaya tarif di setiap produk. Namun, rencana ini segera dimentahkan karena dikhawatirkan memperlihatkan secara gamblang dampak perang dagang kepada konsumen.
     
    Situasi makin memanas setelah juru bicara Gedung Putih menyebut rencana Amazon itu “bermusuhan dan politis”. Tak lama kemudian, Trump menelepon langsung CEO Amazon, Jeff Bezos, dan berkata:
     
    “Jeff Bezos sangat baik. Dia sangat hebat. Dia menyelesaikan masalah dengan sangat cepat. Orang yang baik.”
    Fokus beralih ke Eropa, pasar AS dianggap terlalu mahal
    Dengan kondisi tarif yang mencekik dan ongkos logistik yang melonjak, platform e-commerce Tiongkok kini makin gencar menggarap pasar Eropa. Strategi ini diyakini sebagai langkah bertahan hidup sekaligus ekspansi bisnis baru.
     
    Namun, bagi konsumen Amerika, situasi ini berarti satu hal yaitu barang murah dari Tiongkok tak lagi murah.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Penelitian Terbaru Adu ChatGPT Vs Dokter, Hasilnya Tidak Diduga

    Penelitian Terbaru Adu ChatGPT Vs Dokter, Hasilnya Tidak Diduga

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pengguna ChatGTP makin sering memanfaatkan robot berteknologi kecerdasan buatan (AI) tersebut untuk mendiagnosis sendiri masalah kesehatan. Namun, penelitian terbaru mengungkapkan risiko besar yang muncul dalam penggunaan ChatGPT sebagai pengganti kunjungan ke dokter.

    Berdasarkan survei Fierce Healthcare, satu dari enam warga Amerika Serikat dewasa mengaku menggunakan chatbot seperti ChatGPT tiap bulan untuk mencari nasihat soal kesehatan. Tren penggunaan ChatGPT ini ternyata menyimpan bahaya tersendiri.

    Riset oleh Oxford menunjukkan bahwa mayoritas pengguna chatbot seperti ChatGPT tidak mengetahui informasi yang seharusnya diberikan kepada AI untuk mendapatkan rekomendasi kesehatan terbaik.

    “Penelitian mengungkap kesalahan komunikasi dua arah. Mereka yang menggunakan chatbot tidak bisa mengambil keputusan yang lebih baik dibandingkan dengan mereka yang hanya mengandalkan metode tradisional termasuk mencari di internet atau pertimbangan sendiri,” kata Adam Mahdi dari Oxford Internet Institute kepada Tech Crunch.

    Dalam survei tersebut, peneliti memberikan 1.300 orang di Inggris skenario medis yang disiapkan oleh dokter. Partisipan survei kemudian diberikan tugas untuk mengidentifikasi potensi permasalahan kesehatan dan tindakan yang harus diambil. Mereka diminta menggunakan berbagai metode, termasuk chatbot dan metode lainnya, termasuk menemui dokter atau pergi ke klinik.

    Para peserta penelitian menggunakan model AI standar seperti ChatGPT, Command R+, dan Llama 3 buatan Meta. Menurut ara peneliti, bantuan chatbot malah membuat peserta penelitian lebih sulit mengidentifikasi kondisi kesehatan. Bahkan, mereka cenderung meremahkan kondisi kesehatan yang mereka identifikasi.

    Mahdi mengatakan kebanyakan peserta penelitian luput memberikan detail penting ketika bertanya kepada chatbot atau menerima jawaban yang sulit mereka terjemahkan.

    “Respons yang mereka terima seringkali gabungan antara rekomendasi baik dan buruk. Chatbot belum bisa memecahkan kompleksitas interaksi dengan manusia,” kata Mahdi.

    Temuan ini dipublikasikan di tengah perlombaan para perusahaan teknologi menawarkan teknologi AI untuk solusi kesehatan. Apple dikabarkan mengembangkan perangkat AI untuk memberikan nasihat soal olahraga, diet, hingga tidur. Amazon bahkan mengembangkan AI untuk analisis database kesehatan. Adapun, Microsoft mengembangkan AI untuk membantu tenaga kesehatan dalam proses triase (mengelompokkan) pasien.

    Namun sampai saat ini, tenaga kesehatan dan pasien masih belum yakin soal kemampuan AI untuk aplikasi berisiko tinggi. Asosiasi Tenaga Kesehatan AS tidak merekomendasikan dokter menggunakan chatbot dalam mengambil keputusan.

    “Kami merekomendasikan mengandalkan informasi yang dapat dipercaya untuk mengambil keputusan kesehatan. Chatbot harus diuji di dunia nyata sebelum dikerahkan,” kata Mahdi.

    (dem/dem)

  • Petaka Tarif Trump Makan Korban Baru, Raja Ecommerce Teriak

    Petaka Tarif Trump Makan Korban Baru, Raja Ecommerce Teriak

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang tarif yang dilancarkan Presiden AS Donald Trump ke China berdampak besar terhadap bisnis raksasa teknologi berbasis AS. Salah satu yang terkena hantaman besar adalah raksasa e-commerce Amazon.

    Sepanjang 2025, saham Amazon sudah turun lebih dari 30%. Pada pekan lalu, Amazon berupaya menenangkan para investor yang khawatir dengan masa depan perusahaan.

    Amazon mengatakan hingga kini belum melihat kelesuan permintaan barang di platformnya. Amazon mengklaim peningkatan rata-rata harga barang juga masih stabil.

    “Ada peningkatan pembelian untuk beberapa kategori barang,” kata Amazon, dikutip dari Reuters, Senin (5/5/2025).

    CEO Amazon Andi Jassy mengatakan perusahaan terus berupaya untuk mendorong para pedagang di platformnya untuk memindahkan pesanan ke AS lebih awal demi menghindari dampak tarif.

    “Pedagang pihak ketiga kami sudah menarik sejumlah barang sehingga mereka juga memiliki persediaan di AS. Kami mendorong hal itu karena kami berusaha menjaga harga serendah mungkin,” kata Jassy.

    Namun, analis menilai upaya Amazon untuk mendorong penimbunan barang barang sebelum terkena dampak tarif hanya memberikan solusi jangka pendek. Dalam beberapa bulan ke depan, para pedagang e-commerce mau tak mau harus menaikkan harga barang ketika inventaris sudah menipis dan tarif resiprokal tetap tinggi.

    “Saya tak bisa membayangkan para pedagang menimbun barang lebih dari 6 bulan,” kata Gil Luria, analis di D.A. Davidson.

    “Jika sudah lewat 6 bulan dan kondisi masih penuh ketidakpastian seperti sekarang, Amazon harus mengambil tindakan yang kurang mengenakkan,” ia menambahkan.

    Tindakan yang dimaksud adalah membiarkan harga jual lebih tinggi, mengambil margin lebih rendah secara struktural, dan mendorong pedagang untuk menyerap margin lebih rendah.

    Bukan cuma Amazon yang berdarah-darah menghadapi perang tarif AS dan China. Raksasa teknologi lain yang bergerak di bisnis konsumen juga menghadapi tantangan serupa. Antara lain Apple, Qualcomm, Intel, dan Samsung.

    Amazon memang memiliki divisi bisnis yang tidak terlalu berdampak dengan tarif Trump, yakni bisnis komputasi cloud AWS. Namun, segmen tersebut mencatat performa yang mengecewakan di kuartal-I (Q1) 2025. AWS terbukti tak mampu menyaingi kinerja moncer divisi cloud Azure milik Microsoft.

    Tak Cuma Tarif yang Bikin Amazon Berdarah-darah

    Masalah tarif Amazon meluas ke lebih dari sekadar bea masuk yang besar. Pada tanggal 2 Mei, pemerintah Trump juga mengakhiri kebijakan de minimis yang selama ini menguntungkan penjualan barang impor murah.

    Penghapusan de minimis diperkirakan akan berdampak besar pada beberapa penjual pihak ketiga perusahaan dan bisnis logistiknya, yang mengirimkan sebagian besar barang dagangannya dari China.

    Dampak penghapusan de minimis sudah terasa saat ini. Beberapa pedagang barang murah di Amazon Haul berencana tidak turut serta dalam periode diskon besar-besaran Amazon Prime Day pada Juli mendatang.

    Ketiadaan diskon dinilai akan berdampak pada kurangnya minat beli masyarakat.

    Pertumbuhan pendapatan dari layanan penjual pihak ketiga Amazon turun lebih dari setengahnya menjadi 7% pada Q1 2025, tidak termasuk dampak nilai tukar mata uang asing.

    Layanan penjual pihak ketiga menyumbang hampir seperempat dari pendapatan perusahaan. Meskipun Amazon memperkirakan total penjualan Q2 2025 di atas estimasi Wall Street, prospeknya untuk profitabilitas inti tidak sesuai harapan.

    Amazon tidak mengumbar secara detil apakah perusahaan akan mengeluarkan kebijakan yang memudahkan pengguna untuk menjaga harga tetap rendah, atau perusahaan akan membiarkan dampak tarif tinggi dan penghapusan de minimis membuat harga jual barang lebih tinggi.

    “Dampak terburuk dari kondisi saat ini akan terasa pada Q3 dan Q4 2025. Saat ini, berbagai pihak masih memainkan solusi jangka pendek karena mereka tak tahu apalagi yang bisa dilakukan,” kata Presiden dan Kepala Analis di TECHnalysis Research, Bob O’Donell.

    (fab/fab)