Perusahaan: Amazon

  • Bukan Indonesia, Google Pilih Investasi Data Center Rp165 Triliun di Negara Ini

    Bukan Indonesia, Google Pilih Investasi Data Center Rp165 Triliun di Negara Ini

    Bisnis.com, JAKARTA — Alphabet Inc, induk usaha Google berencana untuk berinvestasi lebih dari U$10 miliar atau setara Rp165 triliun di India bagian selatan untuk mendirikan pusat data raksasa. Rencana ini menjadi rencana ekspansi global terbesar.

    Dikutip dari Bloomberg, Selasa (14/10/2025) investasi tersebut juga termasuk pembangunan pusat kecerdasan buatan di Andhra Pradesh. Google dijadwalkan akan membangun dalam waktu 2 tahun ke depan di kota pelabuhan Visakhapatnam. 

    Nara Lokesh, Menteri Teknologi di wilayah tersebut, mengatakan kapasitas pusat data Google di India itu akan mencapai 6 gigawatt pada 2029. Namun, dalam tahap pertama pembangunan untuk 1 gigawatt. 

    Google akan membangun kampus pusat data berkapasitas 1 gigawatt di kota pelabuhan Visakhapatnam, yang menggabungkan infrastruktur AI, sumber energi berskala besar, dan jaringan serat optik yang diperluas. 

    Perjanjian resmi diperkirakan akan ditandatangani pada hari Selasa. Langkah ini diambil di tengah persaingan yang semakin ketat di antara perusahaan-perusahaan teknologi besar, yang menghabiskan banyak uang untuk membangun infrastruktur pusat data baru guna memenuhi permintaan layanan AI yang terus meningkat.

    “Di era di mana data adalah sumber daya baru, inisiatif semacam ini akan menjadi keunggulan strategis,” ujar Nara Lokesh.

    Untuk diketahui, India telah muncul sebagai salah satu penerima manfaat terbesar dari ledakan pusat data global, didorong oleh permintaan sistem kecerdasan buatan. 

    Tak hanya Google, Amazon.com Inc. juga berencana berinvestasi US$12,7 miliar atau setara Rp210,4 triliun untuk membangun infrastruktur cloud di negara Asia Selatan tersebut pada 2030.

    Di sisi lain, perusahaan pembuat ChatGPT, OpenAI, juga sedang berupaya membangun pusat data 1 gigawatt di wilayah tersebut. Investasi di pasar pusat data India diperkirakan akan mencapai U$100 miliar pada tahun 2027, menurut CBRE Group Inc. 

  • Tanda Kiamat Makin Terlihat di Bawah Laut, Ilmuwan Teriak Petaka

    Tanda Kiamat Makin Terlihat di Bawah Laut, Ilmuwan Teriak Petaka

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ilmuwan memperingatkan bahwa tanda-tanda kiamat sudah mulai terlihat di bawah laut. Lonjakan suhu global yang ekstrem telah mendorong ekosistem terumbu karang ke ambang kehancuran. Ini menandai pertama kalinya Bumi mencapai titik balik iklim.

    Peringatan tersebut disampaikan oleh tim peneliti dari University of Exeter, Inggris, dalam laporan terbaru. Mereka menyebutkan bahwa pemanasan global kini bukan lagi ancaman masa depan, melainkan kenyataan yang sedang terjadi.

    “Kita tidak bisa lagi membicarakan titik balik sebagai risiko masa depan. Ini adalah realitas baru kita,” ujar Steve Smith, ilmuwan sosial sekaligus penulis utama laporan tersebut, dikutip dari Nature, Senin (13/10/2025).

    Laporan tersebut menilai risiko tercapainya sekitar 20 titik balik planet, termasuk potensi runtuhnya lapisan es, naiknya permukaan laut, hingga kematian massal hutan hujan Amazon. Namun, kerusakan ekosistem terumbu karang menjadi bukti paling nyata bahwa salah satu titik balik itu telah terlewati.

    Dalam dua tahun terakhir, suhu laut yang terus meningkat menyebabkan pemutihan karang atau coral bleaching secara besar-besaran. Fenomena ini terjadi ketika karang mengeluarkan alga simbiotik yang menjadi sumber makanan dan warna cerahnya.

    Sejak Januari 2023, dunia telah mengalami peristiwa pemutihan global keempat dalam beberapa dekade terakhir. Peneliti memperkirakan lebih dari 84% ekosistem terumbu karang di seluruh dunia terdampak.

    “Kita sudah sampai di titik itu,” kata Michael Studivan, ahli ekologi karang dari University of Miami, AS. “Gangguan yang terjadi semakin parah dan sering, dan masa pemulihan di antaranya kini hampir tidak ada lagi. Itu masalah besar bagi terumbu karang,” ujarnya.

    Peneliti memperingatkan, bahkan jika manusia berhasil menstabilkan suhu global di 1,5°C di atas tingkat pra-industri, sesuai target Perjanjian Paris 2015, kerusakan pada terumbu karang tetap akan berlanjut.

    Untuk menjaga terumbu karang tetap hidup dalam skala yang berarti, Bumi perlu didinginkan kembali ke sekitar 1°C di atas tingkat pra-industri, salah satunya dengan menyerap kembali karbon dioksida dari atmosfer.

    Namun, pencapaian itu dinilai sulit dilakukan tanpa perubahan kebijakan dan tata kelola global yang radikal.

    “Kita sudah memiliki pengetahuan dan teknologinya,” ujar Manjana Milkoreit, ilmuwan politik dari University of Oslo yang ikut menulis laporan. “Yang kita butuhkan sekarang adalah sistem pemerintahan global yang mampu menghadapi tantangan sebesar ini.”

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Desa Xujiachong, Bukti Keberhasilan Pembangunan Kawasan Transmigrasi dengan Berdayakan Masyarakat
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        13 Oktober 2025

    Desa Xujiachong, Bukti Keberhasilan Pembangunan Kawasan Transmigrasi dengan Berdayakan Masyarakat Nasional 13 Oktober 2025

    Desa Xujiachong, Bukti Keberhasilan Pembangunan Kawasan Transmigrasi dengan Berdayakan Masyarakat
    Tim Redaksi
    KOMPAS.com
    – Menteri Transmigrasi M Iftitah Sulaiman Suryanagara menegaskan bahwa pembangunan kemajuan tidak harus meniadakan masyarakat, melainkan justru memberdayakan masyarakat.
    Desa Xujiachong merupakan bukti nyata keberhasilan pembangunan kawasan transmigrasi yang berorientasi pada pemberdayaan masyarakat. 
    “Desa Xujiachong menjadi bukti bahwa pembangunan yang berpihak pada masyarakat mampu menciptakan kesejahteraan yang berkelanjutan. Prinsipnya, pembangunan tidak boleh meniadakan masyarakat, tetapi harus memberdayakan mereka,” ujar Iftitah saat berkunjung ke Desa Xujiachong, Tiongkok, Senin (13/10/2025), seperti dalam siaran pers yang diterima Kompas.com
    Ia menekankan bahwa pemberdayaan masyarakat merupakan komitmen yang akan terus didorong di kawasan transmigrasi Indonesia.
    Untuk diketahui, Desa Xujiachong terbentuk seiring dengan adanya pembangunan infrastruktur besar berupa pembangkit listrik (
    power plant
    ).
    Meskipun tidak ada penolakan dari masyarakat, awalnya warga sempat diliputi rasa khawatir mengenai masa depan mereka. Hal ini merupakan salah satu tantangan umum bagi para transmigran.
    “Oleh karena itu, kami belajar dari sini bagaimana ketika terjadi pembangunan, lalu harus dilakukan relokasi sekitar 1,3 juta penduduk, dan (relokasi) ini berlangsung dengan sangat baik,” kata Iftitah.
    “Kami sudah berkunjung ke beberapa daerah, desa-desa transmigrasi. Saya bicara juga dengan kepala desa, kemudian mereka mengatakan sangat mendukung program pemerintah ini karena pembangunan ini akan bermanfaat untuk seluruh rakyat Tiongkok,” lanjutnya.
    Iftitah menyampaikan bahwa pemerintah Tiongkok secara konsisten memberikan pendampingan dan berbagai bentuk insentif, khususnya dalam menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan keterampilan warga.
    Pendampingan berkelanjutan ini dinilai menjadi fondasi penting bagi masyarakat Xujiachong untuk beradaptasi dan berkembang.
    Terbukti, setelah 15 tahun, pendampingan Pemerintah Tiongkok membuahkan hasil nyata. Pendapatan masyarakat desa kini meningkat hingga delapan kali lipat dibandingkan masa awal mereka menetap.
    Kini, Desa Xujiachong mencapai kondisi tanpa kemiskinan dan tanpa pengangguran, seluruh warganya memiliki pekerjaan dan berperan aktif dalam roda ekonomi desa.
    Aktivitas ekonomi di Xujiachong tidak hanya berfokus pada sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan, tetapi juga telah merambah bidang industrialisasi rumah tangga.
    Produk-produk kerajinan lokal bahkan mulai menembus pasar internasional, termasuk diekspor ke Amerika Serikat melalui platform global seperti Amazon.
    “Keberhasilan ini lahir dari kombinasi antara determinasi luar biasa masyarakat dan pendampingan yang berkelanjutan dari pemerintah,” kata Iftitah.
    Melihat capaian tersebut, lanjut dia, ke depan Kementerian Transmigrasi (Kementrans) berencana mengembangkan konsep
    village sister
    antara Desa Xujiachong dan beberapa desa transmigrasi lainnya untuk memfasilitasi pertukaran pengetahuan dan teknologi.
    Menutup keterangannya, Iftitah menegaskan bahwa model pembangunan berbasis pemberdayaan masyarakat seperti di Xujiachong akan dipertimbangkan untuk diterapkan di kawasan-kawasan transmigrasi Indonesia, termasuk di Papua dan Rempang.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Jangan Tiru Bill Gates dan Mark Zuckerberg

    Jangan Tiru Bill Gates dan Mark Zuckerberg

    Jakarta

    Pendiri raksasa toko online Amazon, Jeff Bezos, membahas mengenai Mark Zuckerberg dan Bill Gates yang sukses luar biasa meski drop out kuliah. Keduanya drop out dari Harvard sementara Bezos sendiri lulusan Princeton University yang sama-sama bergengsi.

    Bezos menjelaskan bahwa meskipun mungkin untuk sukses sebagai wirausaha tanpa gelar, kejadian seperti itu jarang terjadi. Maka ia meminta anak muda jangan meniru mereka untuk drop out. “Itu akan selalu menjadi saran saya: Saya menyelesaikan kuliah, dan saya menikmati kuliah. Saya pikir itu membantu saya,” kata salah satu orang terkaya dunia itu.

    Zuckerberg mendirikan Facebook tahun 2004 dari kamar asramanya di Harvard, kemudian keluar untuk fokus pada perusahaan. Gates juga meninggalkan Harvard pada tahun 1975 untuk mendirikan Microsoft bersama Paul Allen. Keduanya baru berusia 19 tahun ketika mereka meluncurkan perusahaan masing-masing.

    Saat ini menurut Forbes, Zuckerberg adalah orang terkaya ketiga di dunia dengan kekayaan USD 244,3 miliar, sementara Gates berada di peringkat ke-17 dengan USD 106 miliar. Adapun Bezo adalah orang terkaya keempat dengan kekayaan USD 234 miliar. Bezos lulus dari Princeton pada tahun 1986 dengan gelar teknik. Ia baru meluncurkan Amazon di 1994 pada usia 30 tahun, setelah hampir satu dekade pengalaman kerja.

    Bezos mengatakan 10 tahun pengalaman kerjanya meningkatkan peluang Amazon untuk sukses. Bezos pun menyarankan anak muda untuk bekerja di perusahaan yang sukses terlebih dahulu guna meningkatkan peluang kesuksesan di masa depan.

    “Saya selalu menyarankan kepada kaum muda: Bekerjalah di perusahaan dengan praktik terbaik di mana Anda dapat mempelajari banyak hal mendasar seperti cara merekrut dengan baik, cara wawancara, dan lain-lain,” ujarnya.

    “Ada banyak hal yang akan Anda pelajari di perusahaan hebat yang akan membantu Anda, dan masih banyak waktu untuk memulai perusahaan setelah Anda menyerapnya,” imbuhnya yang dikutip detikINET dari VNExpress.

    Bahkan Gates juga menentang drop out ketika putri bungsunya, Phoebe Gates, juga mempertimbangkan untuk berhenti kuliah dan memulai bisnis. Jadi peluang orang yang lulus kuliah untuk sukses, lebih besar daripada mereka yang drop out.

    (fyk/fay)

  • Satelit Elon Musk Mulai Rontok, Berjatuhan ke Bumi Ancam Manusia

    Satelit Elon Musk Mulai Rontok, Berjatuhan ke Bumi Ancam Manusia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Ambisi Elon Musk untuk memenuhi orbit Bumi dengan konstelasi satelit Starlink menciptakan masalah baru. Satu demi satu, satelit Starlink keluar dari orbit dan jatuh ke Bumi.

    Ahli astrofisika dari Smithsonian, Jonathan McDowell, menyatakan bahwa setiap hari ada 1-2 satelit Starlink yang jatuh ke Bumi. Bahkan, jumlah satelit Starlink yang tiap hari jatuh ke Bumi akan terus bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah satelit yang diluncurkan ke orbit Bumi rendah (LEO).

    “Setelah semua konstelasi diluncurkan, kita memperkirakan ada 30.000 satelit LEO dan 20.000 satelit di ketinggian 1.000 kilometer milik China,” katanya kepada Earthsky.

    Berdasarkan perhitungan McDowell, siklus hidup tiap satelit adalah 5 tahun. Artinya, 5 satelit usang bakal jatuh ke Bumi tiap hari.

    SpaceX yang dipimpin oleh Musk telah meluncurkan ribuan satelit Starlink sejak 2019. Kini, 8.000 satelit Starlink beroperasi sebagai infrastruktur internet. Sepanjang 2025, SpaceX telah meluncurkan lebih dari 2.000 satelit.

    Pesaing utama SpaceX adalah Amazon lewat proyek Kuiper. Amazon, lewat perusahaan roket milik Jeff Bezos yang bernama Blue Origin, pada awal tahun ini telah meluncurkan 3.200 satelit.

    Elon Musk. (REUTERS/Gonzalo Fuentes/File Photo)

    Laporan badan pengelola penerbangan Amerika Serikat (FAA) pada 2023 merilis laporan berisi peringatan soal bahaya serpihan satelit yang jatuh ke Bumi. FAA memperkirakan 28.000 serpihan satelit bakal menembus atmosfer tiap tahun pada 2025.

    Saking banyaknya serpihan yang jatuh, potensi serpihan satelit mencederai hingga membunuh manusia di permukaan Bumi melonjak hingga 61 persen.

    Lonjakan jumlah satelit yang diluncurkan berarti orbit Bumi makin sesak dengan satelit dan “sampah” satelit. Satelit yang jatuh tidak hanya berbahaya jika tidak terbakar habis dan jatuh ke permukaan Bumi. Sisa pembakaran satelit di atmosfer juga memproduksi elemen logam yang bisa merusak lapisan ozon.

    “Ketidakpastian soal masalah ini cukup besar, ada kemungkinan seluruh atmosfer lapisan atas rusak,” kata McDowell.

    Selain itu, ada potensi bahaya yang lebih besar yaitu sindrom Kessler. Sindrom Kessler adalah reaksi berantai akibat orbit yang padat dengan satelit. Tabrakan beberapa satelit bisa berujung kepada tabrakan ke beberapa satelit lain dan seterusnya. Dampaknya adalah sampah di orbit yang bertumpuk dan berevolusi mengelilingi Bumi.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Manusia 2.700 T Mustahil Datang ke AS dengan Aturan Visa Baru

    Manusia 2.700 T Mustahil Datang ke AS dengan Aturan Visa Baru

    Jakarta

    CEO Nvidia, Jensen Huang, mengatakan bahwa dia dan keluarganya kemungkinan besar tidak akan bisa berimigrasi ke Amerika Serikat jika kebijakan imigrasi yang diterapkan pemerintahan Donald Trump saat ini sudah berlaku pada zaman itu.

    Trump sebelumnya mengumumkan bahwa perusahaan harus membayar biaya sebesar USD 100.000 untuk setiap visa kerja sementara H-1B, yang diberikan kepada tenaga profesional asing dengan keahlian khusus.

    Huang, yang lahir di Taiwan dan sempat tinggal di Thailand, pindah ke Amerika Serikat bersama kakaknya saat berusia sembilan tahun. Dua tahun kemudian, orang tuanya menyusul mereka. Huang saat ini adalah salah satu manusia terkaya di dunia dengan harta sekitar USD 164 miliar atau Rp 2.700 triliun.

    “Saya rasa keluarga saya tidak akan mampu membayar biaya sebesar 100 ribu dolar itu, jadi kesempatan bagi keluarga saya dan bagi saya sendiri untuk datang ke sini mungkin takkan pernah terjadi,” ujar Huang dalam wawancara dengan CNBC yang dikutip detikINET.

    Kenaikan biaya yang tinggi dan mendadak tersebut mengejutkan industri teknologi AS. Pasalnya mereka selama ini sangat bergantung pada tenaga kerja asing, terutama dari India dan China.

    Menurut U.S. Citizenship and Immigration Services, Amazon menjadi perusahaan dengan jumlah pemegang visa H-1B terbanyak pada tahun fiskal 2025, dengan lebih dari 10.000 sponsor. Perusahaan besar lainnya seperti Microsoft, Meta, Apple, dan Google juga termasuk di antara pemberi kerja utama, masing-masing dengan lebih dari 4.000 persetujuan visa.

    “Imigrasi adalah fondasi dari mimpi Amerika. Gagasan siapa pun bisa datang ke Amerika dan, lewat kerja keras serta sedikit bakat, membangun masa depan yang lebih baik bagi diri sendiri,” katanya sambil menambahkan bahwa orang tuanya datang ke Amerika agar keluarganya bisa menikmati peluang dan kehidupan yang lebih baik.

    Huang memastikan Nvidia, yang saat ini mensponsori sekitar 1.400 visa kerja, akan tetap menanggung biaya visa H-1B bagi para karyawan dari luar negeri. Ia berharap ada penyempurnaan kebijakan ke depan agar masih ada ruang bagi kesempatan dan keberuntungan.

    Meski mengakui keluarganya mungkin tak akan bisa datang ke AS dengan kebijakan baru itu, Huang menilai perubahan ini tetap memungkinkan Amerika menarik talenta terbaik dari seluruh dunia.

    Beberapa eksekutif teknologi lain justru mendukung kebijakan tersebut. CEO Netflix, Reed Hastings, menyebut aturan biaya baru ini sebagai solusi hebat. “Kebijakan ini akan membuat H-1B hanya digunakan untuk pekerjaan bernilai tinggi, menghapus sistem undian, dan memberi kepastian bagi pemegang visa,” tulis Hastings.

    Adapun CEO OpenAI, Sam Altman, juga mendukung langkah Trump. “Kita perlu menarik orang-orang paling cerdas ke negeri ini. Menyederhanakan proses dan memberi insentif finansial adalah langkah yang tepat,” ujar Altman.

    (fyk/fay)

  • AS Bakal Percepat Izin Satelit, Starlink hingga Amazon Dapat Angin Segar

    AS Bakal Percepat Izin Satelit, Starlink hingga Amazon Dapat Angin Segar

    Bisnis.com, JAKARTA— Komisi Komunikasi Federal Amerika Serikat (FCC) tengah bersiap mempercepat proses perizinan peluncuran satelit, sebuah langkah yang berpotensi membuka jalan bagi ekspansi besar-besaran layanan internet satelit. 

    Melansir laman PC Mag pada Rabu (8/10/2025), Ketua FCC Brendan Carr mengumumkan inisiatif baru untuk mempercepat proses persetujuan sistem satelit yang selama ini dapat memakan waktu hingga 1 tahun atau lebih. Carr menegaskan perlunya perubahan sistem perizinan seiring meningkatnya jumlah permohonan satelit hingga tiga kali lipat dalam 1 dekade terakhir.

    “Tidak mungkin kita hanya terus memaksakan lebih banyak permohonan melalui sistem yang sama. Kita membutuhkan peningkatan kapasitas atau efisiensi secara eksponensial,” kata Carr.

    Carr mengusulkan agar FCC meninggalkan sistem perizinan yang bersifat rumit dan individual, lalu menggantinya dengan pendekatan seperti jalur perakitan (assembly line). Dengan metode ini, permohonan lisensi satelit dapat diproses lebih cepat layaknya produksi di pabrik.

    “Permohonan sederhana akan dianggap memenuhi kepentingan publik dan langsung diproses. Kami juga akan menyederhanakan formulir, menetapkan tenggat waktu yang jelas, dan memberikan fleksibilitas lebih bagi operator satelit,” ujarnya.

    Langkah ini melanjutkan kebijakan yang sebelumnya diterapkan FCC pada Juli lalu, ketika lembaga tersebut mengurangi sejumlah persyaratan perizinan untuk stasiun radio darat yang berkomunikasi dengan satelit di orbit.

    Carr juga menunjukkan adanya rencana reformasi yang jauh lebih luas, termasuk kemungkinan penggunaan frekuensi di pita gelombang mikro atas untuk mendukung operasi satelit yang lebih intensif. Meski teks resmi proposal belum dipublikasikan, FCC dijadwalkan melakukan pemungutan suara atas usulan tersebut dalam rapat bulanan berikutnya.

    Kendati demikian, sebagian besar aktivitas FCC saat ini terhenti akibat penutupan sementara pemerintah AS (government shutdown). Bagi SpaceX, kabar ini menjadi angin segar. Pada Desember 2022, FCC menunda permohonan perusahaan tersebut untuk meluncurkan tambahan 30.000 satelit Starlink. 

    Namun, sejak tahun lalu, SpaceX kembali mendorong rencana itu guna meningkatkan kapasitas jaringan internet berkecepatan gigabit. Bulan lalu, perusahaan milik Elon Musk itu juga mengajukan izin baru untuk meluncurkan hingga 15.000 satelit tambahan, kali ini untuk memperluas jaringan Starlink versi seluler yang bekerja sama dengan T-Mobile.

    Perusahaan lain seperti Amazon (Project Kuiper), AST SpaceMobile, dan Globalstar juga berpotensi diuntungkan oleh kebijakan baru FCC ini. Namun, ekspansi besar-besaran konstelasi satelit tetap menimbulkan kekhawatiran dari kelompok lingkungan dan astronom. Mereka menilai ribuan satelit baru berisiko meningkatkan polusi cahaya serta berdampak pada atmosfer Bumi.

    Di bawah kepemimpinan Carr, FCC juga tengah mempertimbangkan pengecualian satelit dari kajian lingkungan, langkah yang menuai penolakan dari American Astronomical Society dan DarkSky International.

    Meski menuai pro dan kontra, Carr menegaskan percepatan ini penting agar Amerika Serikat tidak tertinggal dari China dalam perlombaan teknologi luar angkasa.

    “China menargetkan dominasi di orbit rendah Bumi bahkan di seluruh orbit. Kita harus memimpin dalam perlombaan ini,” ungkapnya.

  • CEO Lyft Pernah Tinggalkan Microsoft demi Gabung ke Amazon, Ini Cara Jeff Bezos Meyakinkannya – Page 3

    CEO Lyft Pernah Tinggalkan Microsoft demi Gabung ke Amazon, Ini Cara Jeff Bezos Meyakinkannya – Page 3

    Risher pertama kali berkenalan dengan Bezos setahun sebelum bergabung ke Amazon. Kala itu, Bezos meneleponnya untuk menanyakan referensi kerja bagi calon karyawan baru.

    “Kami berbincang cukup lama, dan saya terkesan dengan pertanyaan-pertanyaannya,”

    Bayangkan, CEO Amazon meluangkan waktu 45 menit untuk melakukan pengecekan latar belakang,” ujar Risher dalam wawancara bersama jurnalis Danielle Newnham pada 2015.

    Setahun kemudian, Risher semakin terpesona dengan visi Bezos hingga memutuskan untuk mengikuti proses wawancara di Amazon. Ada dua hal yang membuatnya yakin. Pertama, obsesi Bezos terhadap pengalaman pelanggan.

    “Gagasan bahwa kamu bisa meningkatkan kehidupan jutaan pelanggan dengan mengambil tanggung jawab itu secara serius itu sangat kuat,” kata Risher.

    Alasan kedua adalah keyakinan Bezos, Amazon akan tumbuh menjadi perusahaan besar di masa depan. Saat itu, Amazon masih kecil dan hanya menjual buku.

    Namun, Bezos sudah memiliki pandangan jauh ke depan. Mulai dari buku, lalu memperluasnya ke berbagai kategori produk hingga menjadi “toko serba ada” seperti sekarang.

    “Saya pikir jika kita melakukan segalanya dengan benar, pada tahun 2000 nanti kita akan menjadi perusahaan bernilai satu miliar dolar,” ujar Bezos kepada Risher kala itu.

  • Perangkat Pengganti HP Rilis Tahun Depan, Ada Kamera Tanpa Layar

    Perangkat Pengganti HP Rilis Tahun Depan, Ada Kamera Tanpa Layar

    Jakarta, CNBC Indonesia – Industri teknologi sempat dihebohkan pada pertengahan 2025, ketika OpenAI mengumumkan akuisisi US$6,5 miliar terhadap ‘LoveFrom io’, startup perangkat kecerdasan buatan (AI) milik Jony Ive yang tak lain adalah mantan ‘otak’ desain produk-produk Apple.

    Penggabungan kedua perusahaan memiliki ambisi besar, yakni menghadirkan AI dalam bentuk perangkat yang digadang-gadang akan menggantikan peran HP. Ukurannya disebut sebesar telapak tangan dan akan menjadi perangkat paling keren yang pernah ada.

    Bahkan, Bloomberg melaporkan perangkat pertama hasil kolaborasi OpenAI dan io itu akan direncanakan akan meluncur pada 2026 mendatang.

    Kendati demikian, ada beberapa hambatan yang harus dilalui OpenAI dalam mewujudkan mimpinya. Selain masalah hak cipta nama yang dilaporkan beberapa saat lalu, ada pula hambatan dari segi teknis.

    Dikutip dari Times of India, OpenAI ingin menciptakan perangkat tanpa layar yang mampu menginterpretasi dan merespons lingkungan fisik sekitar menggunakan perintah audio dan visual.

    Menurut sumber yang familiar dengan rencana tersebut, Financial Times melaporkan setidaknya ada 2 masalah yang bisa menunda rencana peluncuran perangkat pengganti HP tahun depan.

    Masalah itu berkutat pada software perangkat dan kebutuhan infrastruktur yang luas untuk mendukungnya, dikutip dari Times of India, Senin (6/10/2025), berdasarkan laporan Financial Times.

    Tantangan paling besar, menurut sumber dalam, adalah kebutuhan yang besar untuk daya komputasi. Salah satu orang dekat Ive mencatat ada kekuarangan sumber daya komputasi yang layak untuk menjalankan proyek tersebut.

    “Amazon memiliki daya komputasi untuk Alexa, begitu juga dengan Google. Namun, OpenAI kesusahan memdapat komputasi yang cukup untuk ChatGPT, apalagi untuk perangkat AI. Mereka harus menyelesaikan masalah ini terlebih dahulu,” kata sumber tersebut.

    Masalah lain yang belum terselesaikan adalah asisten terpersonalisasi yang tertuang dalam suara dan sikap asisten. Tujuannya ambisius, yakni menciptakan asisten AI serupa teman, tetapi sejatinya adalah komputer.

    Ada juga tantangan dalam keseimbangan obrolan dan privasi.

    Beberapa sumber mengatakan kepada Financial Times bahwa ukuran perangkat yang tak sebesar HP itu akan turut dipasangkan kamera, mikrofon, dan speaker. Perangkat futuristik ini dirancang untuk selalu aktif dan bukan bergantung pada kata pemicu, serta mengumpulkan data berkelanjutan untuk membangun memori asisten virtual.

    Apakah OpenAI bisa menuntaskan masalah-masalah yang ada dan tetap meluncurkan perangkat pengganti HP pada 2026 mendatang? Kita tunggu saja!

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Data Center Berskala Gigawatt Dibangun di Luar Angkasa 10 Tahun Lagi

    Data Center Berskala Gigawatt Dibangun di Luar Angkasa 10 Tahun Lagi

    Bisnis.com, JAKARTA — CEO Amazon, Jeff Bezos, memprediksi pusat data (data center) berskala gigawatt akan dibangun di luar angkasa dalam 10 hingga 20 tahun ke depan. Energi surya yang tersedia secara terus-menerus akan membuatnya melampaui pusat data yang berbasis di Bumi.

    Konsep pusat data orbit mendapat perhatian di kalangan raksasa teknologi lantaran pusat data di Bumi telah meningkatkan permintaan terhadap listrik dan air untuk mendinginkan server yang ada.

    Menurut dia, klaster data center ini akan lebih baik dibangun di luar angkasa yang memiliki suplai tenaga surya selama 24 jam sehari, 7 hari seminggu. 

    Tidak ada awan, tidak ada hujan, tidak ada cuaca. Kita akan mampu menekan biaya pusat data berbasis darat dengan yang ada di luar angkasa dalam dua dekade mendatang,” kata Bezos dikutip dari Reuters, Senin (6/10/2025).

    Dia menilai pergeseran menuju infrastruktur luar angkasa merupakan bagian dari tren pemanfaatan luar angkasa untuk meningkatkan kualitas hidup di Bumi. Dimulai dengan satelit cuaca dan komunikasi, dilanjutkan dengan pusat data dan berbagai jenis manufaktur lain.

    Namun, pembangunan pusat data di luar angkasa memiliki tantangan tersendiri. Termasuk, kata Bezos, kesulitan dalam melakukan pemeliharaan dan pembaruan, biaya peluncuran roket, serta risiko kegagalan peluncuran.

    Sebelumnya, pendiri Amazon tersebut juga memprediksi jutaan orang akan tinggal di luar angkasa dalam beberapa dekade mendatang lewat pernyataannya di gelaran Italian Tech Week pada Jumat (3/10/2025).  

    Mengutip Tech Crunch, hal itu disampaikan Bezos dalam pembicaraan dengan pewaris dinasti Agnelli dari Italia, John Elkann. Dia menyebut eksodus yang dia yakini itu terjadi karena permintaan yang cukup tinggi.