Perusahaan: Amazon

  • 10.000 Starlink Mengorbit, Risiko Sampah Angkasa dan Kerusakan Ozon Makin Besar

    10.000 Starlink Mengorbit, Risiko Sampah Angkasa dan Kerusakan Ozon Makin Besar

    Bisnis.com, JAKARTA – Jaringan satelit internet milik SpaceX, Starlink, telah mengorbitkan 10.000 satelit ke angkasa. Ancaman kerusakan ozon dan puing-puing sampah satelit sulit terhindari. 

    Mengutip PCWorld.com pada Rabu (22/10/2025), dua roket Falcon 9 diluncurkan dari California dan Florida pada 20 Oktober lalu membawa total 56 satelit baru ke orbit. Dengan peluncuran ini, jumlah total satelit Starlink yang telah diluncurkan sejak proyek dimulai pada 2019 mencapai 10.044 unit.

    Berdasarkan data astrofisikawan Harvard-Smithsonian Center for Astrophysics, Jonathan McDowell, sekitar 8.680 di antaranya masih aktif mengorbit bumi, sedangkan satu hingga dua satelit diperkirakan terbakar di atmosfer setiap harinya.

    Sebagai informasi, Starlink dirancang untuk menghadirkan layanan internet berkecepatan tinggi ke seluruh dunia, termasuk wilayah terpencil. Namun, proyek ini menuai kontroversi di kalangan ilmuwan.

    Para peneliti memperingatkan megakonstelasi satelit seperti Starlink, Amazon Kuiper, dan sistem satelit asal China berpotensi menimbulkan masalah serius di orbit rendah bumi (low-Earth orbit), mulai dari penumpukan puing antariksa hingga meningkatnya risiko tabrakan.

    Kalangan astronom juga mengeluhkan gangguan pada pengamatan langit akibat pantulan cahaya dari ribuan satelit tersebut.

    Peneliti Amerika Serikat menyoroti dampak lingkungan dari meningkatnya jumlah satelit yang terbakar di atmosfer.

    Proses pembakaran satelit menghasilkan aluminium oksida yang mengendap di lapisan udara atas. Studi terbaru memperkirakan, jika lebih dari 60.000 satelit berada di orbit rendah pada 2040, maka sekitar 10.000 ton aluminium oksida dapat dilepaskan ke atmosfer setiap tahun.

    Akumulasi senyawa ini berpotensi memanaskan lapisan atas atmosfer hingga 1,5 derajat Celsius dan mengganggu proses kimia yang memengaruhi lapisan ozon.

    Para ilmuwan menekankan perlunya penelitian lanjutan untuk memahami dampak pasti terhadap iklim dan atmosfer bumi.

    Meski efek jangka panjangnya masih belum sepenuhnya diketahui, para ahli sepakat bahwa ekspansi cepat jaringan satelit berisiko menambah tekanan terhadap lingkungan antariksa dan sistem cuaca global.

    Bagi SpaceX, pencapaian 10.000 satelit ini baru langkah awal. Walaupun setiap hari ada satelit yang terbakar di atmosfer, perusahaan terus menambah armadanya secara rutin. Umur operasional rata-rata satu satelit Starlink sekitar lima tahun.

    Apabila rencana ekspansi berjalan sesuai target, dalam beberapa tahun mendatang jumlah satelit Starlink di orbit bisa menembus 30.000 unit – lebih banyak dari seluruh satelit lain yang ada di dunia saat ini.

  • Raksasa Toko Online Akan Ganti 600.000 Karyawan dengan Robot

    Raksasa Toko Online Akan Ganti 600.000 Karyawan dengan Robot

    Jakarta

    Amazon, raksasa e-commerce asal Amerika Serikat, semakin gencar memperluas rencana automasinya. Bahkan perusahaan besutan Jeff Bezos ini kabarnya akan menggantikan ratusan ribu pekerja dengan robot.

    Menurut laporan New York Times yang dihimpun dari wawancara dan dokumen strategi internal, Amazon kabarnya akan mengerahkan robot untuk menggantikan lebih dari 600.000 orang yang seharusnya dipekerjakan di Amerika Serikat pada tahun 2033.

    Menurut laporan tersebut, dokumen internal menunjukkan rencana utama departemen robotik Amazon untuk mendorong automasi di lebih dari 75% semua operasi.

    Amazon berharap dapat menjual dua kali lipat produk pada tahun 2033. Jika mereka berhasil mengurangi rekrutmen hingga 160.000 orang pada tahun 2027, Amazon kabarnya akan menghemat 30 sen dolar untuk setiap item yang dikemas dan dikirimkan ke konsumen di AS, dengan total penghematan dari tahun 2025 sampai 2027 mencapai USD 12,6 miliar.

    Untuk mengantisipasi kritik terkait pengurangan lapangan kerja, Amazon sudah mempertimbangkan langkah-langkah untuk meningkatkan citranya sebagai ‘warga korporat yang baik’, dengan mengikuti proyek-proyek di komunitas dan menghindari istilah seperti ‘automasi’ dan ‘AI’.

    Eksekutif Amazon bahkan disarankan untuk menggunakan istilah yang samar seperti ‘teknologi canggih’. Mereka bahkan menimbang untuk menggunakan istilah ‘cobot’ yang menyiratkan hubungan kolaboratif antara robot dan manusia.

    Juru bicara Amazon Kelly Nantel mengatakan dokumen yang bocor ini hanya mencerminkan sudut pandang salah satu tim, dan tidak mewakili strategi rekrutmen Amazon untuk saat ini atau di masa depan.

    “Dokumen yang bocor sering kali memberikan gambaran yang tidak lengkap dan menyesatkan tentang rencana kami. Dalam budaya narasi tertulis kami, ribuan dokumen beredar di seluruh perusahaan pada waktu tertentu masing-masing dengan tingkat akurasi dan ketepatan waktu yang berbeda,” kata Nantel.

    “Kami sedang aktif merekrut karyawan untuk fasilitas operasional di seluruh negeri dan baru-baru ini mengumumkan rencana untuk mengisi 250.000 posisi untuk musim libur akhir tahun,” sambungnya.

    Kepada NYT, Amazon mengatakan bahwa para eksekutifnya tidak diinstruksikan untuk menghindari penggunaan istilah-istilah tertentu ketika merujuk pada proyek robotik, dan rencana keterlibatan di komunitas tidak terkait dengan rencana automasi.

    (vmp/vmp)

  • Mulai Gali Harta Karun, Negeri ‘Orang Jawa’ Ini Diramal Jadi Kaya Raya

    Mulai Gali Harta Karun, Negeri ‘Orang Jawa’ Ini Diramal Jadi Kaya Raya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Suriname, negara kecil bekas koloni Belanda yang juga dikenal sebagai rumah bagi diaspora Jawa, kini di ambang lonjakan ekonomi berkat potensi minyak bumi yang luar biasa. Bahkan, penggalian ini dapat meningkatkan PDB negara itu hingga di atas 50%.

    Mulai tahun 2028, Suriname diperkirakan akan menjadi ekonomi dengan pertumbuhan tercepat di dunia, dengan proyeksi kenaikan Produk Domestik Bruto (PDB) yang melonjak hingga lebih dari 50%. Ledakan ini didorong oleh dimulainya produksi minyak lepas pantai yang dipimpin oleh perusahaan energi raksasa Prancis, TotalEnergies.

    Proyek ini diperkirakan akan menghasilkan sekitar 220.000 barel per hari. Meskipun jumlah ini tidak menjadikan Suriname kekuatan energi global, dampaknya terhadap negara berpenduduk sekitar 650.000 jiwa ini akan sangat transformatif.

    Kisah sukses ini mengikuti jejak tetangganya, Guyana, yang ekonominya telah melaju kencang, bahkan dengan pertumbuhan tahunan melebihi 40% setelah ekspor minyak melonjak. Suriname telah mengamati drama di seberang perbatasan itu dan bersiap-siap.

    Namun, Suriname memiliki titik awal yang berbeda. Meskipun telah berjuang dengan inflasi dan utang, indikator pembangunan manusianya sudah jauh lebih unggul dari Guyana, didukung oleh ikatan institusional yang lebih dalam, terutama dengan Belanda.

    “Hal ini berarti, pendapatan minyak yang lebih kecil sekalipun berpotensi untuk menjangkau dan mengangkat lebih banyak rakyat secara berkelanjutan,” ujar wartawan senior, Arick Wierson, Senin (20/10/2025).

    Tantangan Utang dan Kesenjangan

    Meski begitu, tantangan mendesak yang harus dihadapi adalah waktu. Sebagian besar utang Suriname sudah jatuh tempo sebelum aliran minyak dimulai. Pemerintah harus segera melakukan pembiayaan ulang utang tanpa menakut-nakuti investor atau memicu gagal bayar.

    “Pasiennya jelas sedang tidak baik secara ekonomi, ia membutuhkan obat. Obat yang Anda berikan kepada pasien, untuk memperbaiki pasien, harus diberikan dengan cara yang memang harus diberikan,” kata Presiden Suriname, Jennifer Geerlings-Simons, dalam wawancara dengan Newsweek.

    Selain itu, kekhawatiran utama Presiden Geerlings-Simons adalah memastikan bahwa windfall (rezeki nomplok) minyak tidak hanya memperkaya segelintir orang. Pasalnya

    “Rakyat Suriname dan perusahaan Suriname harus berpartisipasi dalam segala hal yang akan dibawa oleh minyak. Jika tidak, sebagian orang akan menjadi kaya, dan rakyat saya akan tetap miskin-dan itu bukan yang kami inginkan,” tegasnya.

    Di luar ekonomi, Suriname memiliki aset lingkungan yang langka. Sekitar 93% wilayahnya masih berupa hutan-bagian tertinggi dari negara mana pun di Bumi. Hal ini memberinya peran yang sangat besar dalam diplomasi iklim-dan aliran pendapatan potensial dari kredit karbon. Apa yang terjadi di wilayah Amazon ini akan bergema dari Brussel hingga Beijing.

    Meminjam contoh dari tetangganya, Presiden Guyana Irfaan Ali, Geerlings-Simons berpendapat bahwa penerimaan minyak seharusnya menjamin perlindungan keanekaragaman hayati dan ketahanan iklim. Ia tidak melihat kontradiksi antara pengeboran dan pelestarian.

    “Kami pikir uang dari minyak akan … membantu kami melindungi hutan (kami),” ujarnya. “(Pendapatan dari minyak) juga akan memberi kami waktu untuk mengembangkan cara-cara menghasilkan uang dari hutan kami. Ini akan membutuhkan waktu untuk mewujudkannya.”

    (tps/tps)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Apple, Zoom hingga Epic Games Kembali Normal

    Apple, Zoom hingga Epic Games Kembali Normal

    Bisnis.com, JAKARTA – Amazon Web Services (AWS) memulihkan layanannya setelah mengalami gangguan selama 15 jam yang mengacaukan ratusan platform global.

    Dalam pembaruan di dashboard status layanan yang dikutip dari Bloomberg pada Selasa (21/10/2025), unit milik Amazon.com Inc. itu menyebut seluruh operasionalnya telah kembali normal sekitar pukul 18.00 waktu setempat.

    Gangguan AWS yang meliputi layanan penyimpanan data, daya komputasi, hingga infrastruktur digital lainnya, berdampak luas pada berbagai situs dan aplikasi di seluruh dunia.

    Berdasarkan data Downdetector, gangguan dialami oleh ratusan platform besar, mulai dari Venmo dan Robinhood Markets Inc., layanan musik dan TV milik Apple Inc., perusahaan perangkat lunak seperti Zoom Communications Inc., Salesforce Inc., dan Snowflake Inc., hingga jaringan restoran cepat saji McDonald’s Corp. dan pengembang gim Epic Games Inc.

    Bahkan layanan internal Amazon sendiri, seperti asisten pintar Alexa dan sistem keamanan rumah Ring, turut terdampak.

    Menurut Corey Quinn, Kepala Ekonom Cloud di Duckbill Group, gangguan kali ini kemungkinan merupakan yang terburuk bagi AWS sejak insiden besar pada Desember 2021.

    “Pertanyaannya, apakah ini gangguan besar lainnya? Atau justru karena kita kini makin saling terhubung dan terlalu bergantung pada Amazon?” ujarnya.

    AWS menjelaskan gangguan disebabkan oleh malfungsi pada direktori digital di layanan basis data utama, yang memicu efek domino ketika perangkat lunak lain tidak dapat mengakses data yang tersimpan di sistem tersebut. 

    Masalah ini terutama berdampak pada pusat data AWS di wilayah Pantai Timur AS — klaster terbesar milik perusahaan itu.

    Setelah penyebab utama ditemukan dan diperbaiki, para insinyur AWS mendapati bahwa sejumlah subsistem lain, termasuk yang digunakan pelanggan untuk meluncurkan server sewaan baru, ikut terpengaruh oleh gangguan basis data tersebut.

    Meski sebagian besar gangguan teknologi besar biasanya dapat dipulihkan dengan cepat, insiden ini menunjukkan rapuhnya sistem digital global yang saling terhubung. 

    Gangguan pada satu perusahaan dapat menimbulkan efek domino yang signifikan. Tahun lalu, misalnya, pembaruan perangkat lunak yang salah di perusahaan keamanan siber CrowdStrike Holdings Inc. menyebabkan sistem di berbagai negara lumpuh dan kerugian bernilai miliaran dolar.

    Gangguan besar AWS pada 2021 sebelumnya juga berdampak luas, mulai dari taman hiburan Disney, layanan Netflix, hingga penjualan tiket konser Adele. 

    Kala itu, Amazon mengungkapkan bahwa program otomatis yang dirancang untuk meningkatkan keandalan jaringan justru menyebabkan perilaku aneh di banyak sistem dan lonjakan aktivitas di jaringan AWS yang membuat pengguna tidak bisa mengakses sejumlah layanan.

  • AWS Amazon Gangguan, Pengguna Teriak Gak Bisa Buka Reddit hingga Roblox

    AWS Amazon Gangguan, Pengguna Teriak Gak Bisa Buka Reddit hingga Roblox

    Bisnis.com, JAKARTA — Layanan komputasi awan Amazon Web Services (AWS) mengalami gangguan global pada Senin (20/10/2025) waktu setempat, melumpuhkan ribuan situs dan aplikasi populer seperti, Reddit, Roblox dan Duolingo, serta mengacaukan aktivitas bisnis di berbagai negara.

    Insiden ini menjadi salah satu gangguan internet terbesar sejak kerusakan sistem CrowdStrike tahun lalu, yang sempat melumpuhkan teknologi di rumah sakit, bank, dan bandara. Peristiwa tersebut kembali menyoroti kerentanan sistem digital global yang saling terhubung.

    Melansir Reuters pada Selasa (21/10/2025), setelah lebih dari sembilan jam gangguan, sejumlah layanan mulai pulih secara bertahap pada pukul 13.00 waktu AS Timur (atau 00.00 WIB). Namun, AWS mengakui masih terdapat eror yang memengaruhi beberapa layanan dan pihaknya tengah berupaya memulihkan konektivitas sepenuhnya.

    Menurut situs pelacak gangguan Downdetector, AWS dilaporkan tidak berfungsi untuk lebih dari 9.300 pengguna hingga pukul 13.00 waktu AS Timur, meningkat dari puncak laporan sebelumnya sekitar 5.800 pengguna.

    Dalam pembaruan di laman status resminya, AWS menjelaskan bahwa salah satu layanan komputasinya, Lambda, mengalami error akibat masalah pada subsistem internal. 

    “Kami sedang mengambil langkah untuk memulihkan sistem Lambda internal ini,” tulis AWS.

    AWS juga menyebut penyebab utama gangguan berasal dari subsistem yang memantau kesehatan network load balancer, komponen yang berfungsi mendistribusikan lalu lintas data ke berbagai server untuk menjaga performa dan kapasitas. 

    Masalah tersebut berasal dari jaringan internal EC2 (Elastic Compute Cloud), layanan AWS yang menyediakan kapasitas server virtual sesuai kebutuhan pengguna.

    Langkah pemulihan pada sistem EC2 telah menunjukkan tanda-tanda perbaikan di beberapa pusat data, dan upaya serupa tengah dilakukan di lokasi lain. Namun, AWS belum memberikan perkiraan waktu pemulihan total.

    Ribuan Aplikasi Terdampak

    Situs pemantau Downdetector mencatat, lebih dari seribu perusahaan terdampak oleh gangguan tersebut.

    Beberapa aplikasi seperti Reddit dan Roblox dilaporkan sudah mulai stabil, sementara Snapchat, Venmo milik PayPal, serta Duolingo masih mengalami gangguan berulang.

    Snapchat mencatat lebih dari 7.500 laporan gangguan, turun dari puncaknya yang mencapai 22.000, tetapi tetap lebih tinggi dibandingkan sekitar 4.000 laporan pada pukul 07.00 waktu setempat.

    Sejumlah perusahaan besar lain juga terdampak, termasuk startup kecerdasan buatan Perplexity, bursa kripto Coinbase, dan aplikasi perdagangan Robinhood, yang semuanya menyebut AWS sebagai sumber gangguan.

    Layanan Amazon sendiri, seperti situs belanja Amazon.com, Prime Video, dan asisten suara Alexa, turut terdampak meski intensitasnya mulai menurun.

    Di sektor gim, platform populer seperti Fortnite, Clash Royale, dan Clash of Clans ikut terganggu. Di Amerika Serikat, Lyft, pesaing Uber, juga mengalami gangguan operasional.

    Presiden aplikasi pesan Signal, Meredith Whittaker, mengonfirmasi melalui platform X bahwa aplikasinya ikut terkena dampak, sementara Elon Musk menyebut platform X tetap berfungsi normal.

    Bukan Serangan Siber

    Hingga kini, belum ada indikasi bahwa gangguan tersebut disebabkan oleh serangan siber, namun skala gangguan yang luas memicu berbagai spekulasi.

    “Ketika hal seperti ini terjadi, kekhawatiran bahwa itu adalah insiden siber sangat wajar,” ujar Rafe Pilling, Direktur Intelijen Ancaman di perusahaan keamanan siber Sophos.

    Dia menambahkan, AWS memiliki jejak infrastruktur yang sangat luas dan kompleks. Oleh karena itu, satu masalah kecil saja bisa menimbulkan dampak besar.

  • Aplikasi Roblox, PlayStation Network, hingga Canva Down

    Aplikasi Roblox, PlayStation Network, hingga Canva Down

    Bisnis.com, JAKARTA— Sejumlah aplikasi dan situs populer di seluruh dunia dilaporkan mengalami gangguan pada Senin (20/10/2025). 

    Melansir laman 7 News, layanan seperti Fortnite, Roblox, Snapchat, Canva, Ring, Amazon, hingga Wordle tidak dapat diakses di beberapa wilayah, membuat jutaan pengguna terdampak.

    Gangguan juga meluas ke platform hiburan dan penjualan tiket seperti Frontier Touring, Ticketmaster, dan Eventbrite, yang mengalami kendala dalam transaksi maupun pengelolaan situs.

    Menurut laporan dari situs pemantau gangguan Downdetector, ribuan pengguna melaporkan kesulitan masuk ke akun, crash aplikasi, atau tidak bisa memuat laman. Peningkatan laporan terjadi hampir bersamaan di berbagai platform digital.

    Masalah ini disebut-sebut berkaitan dengan Amazon Web Services (AWS), layanan komputasi awan yang digunakan banyak perusahaan untuk menjalankan situs dan aplikasinya.

    AWS melaporkan adanya peningkatan tingkat kesalahan dan keterlambatan di sejumlah layanannya yang berlokasi di Virginia, Amerika Serikat.

    “Kami sedang melakukan penanganan aktif untuk mengurangi dampak gangguan dan mencari tahu penyebab utamanya,” tulis pihak AWS dalam pernyataan resminya.

    Sementara itu, pihak Fortnite, gim daring dengan sekitar 30 juta pengguna aktif harian, mengonfirmasi layanan mereka terdampak gangguan internet global tersebut. 

    “Kami sedang menyelidiki masalah ini dan akan memberikan pembaruan segera setelah ada perkembangan,” tulis tim Fortnite melalui platform X (Twitter). 

    Pihak Frontier Touring juga menyampaikan saat ini pembelian tiket melalui Ticketmaster maupun Eventbrite tidak dapat dilakukan.

    “Meski situs tampak normal, pengguna tidak bisa mengubah konten atau melakukan transaksi. Akibatnya, penjualan tiket yang dijadwalkan dapat aktif sewaktu-waktu setelah layanan pulih, dan kami tidak dapat menghentikannya saat ini,” kata Frontier Touring.

    Berikut daftar aplikasi dan layanan yang dilaporkan mengalami gangguan:

        1.    Canva

        2.    Amazon Prime Video

        3.    Slack

        4.    Roblox

        5.    Frontier Touring

        6.    Zoom

        7.    Halifax

        8.    Eventbrite

        9.    Epic Games Store

        10.    Vodafone

        11.    Bank of Scotland

        12.    Peloton

        13.    BT

        14.    Clash Royale

        15.    Amazon Alexa

        16.    Wordle

        17.    Virgin Media

        18.    Strava

        19.    Coinbase

        20.    My Fitness Pal

        21.    Snapchat

        22.    Amazon Web Services (AWS)

        23.    Xero

        24.    Internet Movie Database (IMDb)

        25.    Hinge

        26.    Fortnite

        27.    Signal

        28.    National Rail

        29.    Asana

        30.    Ring

        31.    Microsoft 365

        32.    Smartsheet

        33.    Life360

        34.    Pokemon Go

        35.    EE

        36.    Amazon

        37.    Duolingo

        38.    Ticketmaster

        39.    Blink Security

        40.    Lloyds Bank

        41.    Amazon Music

        42.    Sky

        43.    Tidal

        44.    Ancestry

        45.    Clash of Clans

        46.    HMRC

        47.    Atlassian

        48.    PlayStation Network

  • Roblox Sampai Canva Bertumbangan, Ini Penyebabnya

    Roblox Sampai Canva Bertumbangan, Ini Penyebabnya

    Jakarta

    Banyak aplikasi terbesar di dunia, termasuk Snapchat, Canva, Duolingo, dan Roblox, dilaporkan susah diakses yang tampaknya berasal dari gangguan yang menimpa layanan cloud Amazon Web Services.

    Amazon Web Services (AWS), yang merupakan bagian dari raksasa ritel Amazon, menyatakan dalam pembaruan di halaman statusnya bahwa terdapat peningkatan tingkat error dan latensi untuk beberapa Layanan AWS di US-EAST-1 Region.

    “Para teknisi segera dilibatkan dan secara aktif berupaya untuk memitigasi masalah ini, dan memahami sepenuhnya akar permasalahannya”, tambahnya seperti dikutip detikINET dari BBC.

    Beberapa bank juga tampaknya terdampak oleh gangguan ini, termasuk Halifax, Lloyds, dan Bank of Scotland. Amazon Web Services memang mendukung sebagian besar infrastruktur di balik banyak situs web, sehingga dampaknya begitu luas.

    Amazon Web Services (AWS) adalah divisi komputasi awan raksasa teknologi tersebut, dan infrastrukturnya mendukung jutaan situs web dan platform perusahaan besar. Banyak aplikasi di smartphone sebenarnya berjalan di pusat data AWS.

    Sulit mengatakan berapa banyak aplikasi yang terdampak oleh insiden ini, tapi setidaknya menurut Downdetector, daftarnya cukup panjang yang antara lain menimpa aplikasi dan situs berikut:

    * Snapchat
    * Zoom
    * Roblox
    * Clash Royale
    * My Fitness Pal
    * Life360
    * Clash of Clans
    * Fortnite
    * Canva
    * Wordle
    * Signal
    * Coinbase
    * Duolingo
    * Slack
    * Smartsheet
    * PokemonGo
    * Epic Games
    * PlayStation Network
    * Peloton
    * Rocket League

    (fyk/fyk)

  • Canva Error, Signal, Roblox Down Ramai-Ramai, Biang Keroknya Ketahuan

    Canva Error, Signal, Roblox Down Ramai-Ramai, Biang Keroknya Ketahuan

    Jakarta, CNBC Indonesia – Aplikasi Snapchat, Roblox, hingga Canva down di seluruh dunia akibat permasalahan di platform cloud Amazon Web Services (AWS).

    Para pengguna internet ramai-ramai melaporkan permasalahan pada Roblox, Canva, dan aplikasi lainnya ke website Downdetector. Laporan Roblox dan Canva down memuncak pada sekitar pukul 14.30 WIB. 

    Di website Downdetector yang khusus memantau untuk wilayah RI, aplikasi-aplikasi yang sama juga dilaporkan tak bisa diakses. Aplikasi yang dilaporkan down antara lain adalah Roblox, Canva, Reddit, Disney+, hingga Signal. Puncak jumlah laporan terjadi pada sekitar pukul 15.20 WIB.

    Menurut beberapa laporan media, permasalahan bersumber kepada Amazon Web Services (AWS). Dalam laman status AWS, tampak laporan “increased error rates” dan permasalahan pada “banyak layanan AWS.”

    Layanan cloud AWS menyediakan infrastruktur yang digunakan oleh perusahaan untuk menempatkan data untuk mengoperasikan aplikasi dan website. Permasalahan pada infrastruktur cloud seperti AWS bakal berdampak langsung ke aplikasi.

    AWS kini adalah platform cloud paling populer di seluruh dunia, mengalahkan saingannya seperti Google Cloud, Microsoft Azure, dan Tencent.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Canva Down di Seluruh Dunia, Pengguna Teriak

    Canva Down di Seluruh Dunia, Pengguna Teriak

    Jakarta

    Platform desain grafis dan presentasi populer Canva saat ini sedang mengalami down, dengan banyak pengguna dari berbagai negara termasuk Indonesia telah melaporkan bahwa aplikasinya tidak beroperasi saat ini.

    Situs DownDetector menunjukkan banyak pengguna melaporkan downtime dengan software tersebut saat ini, dan banyak dari mereka menyampaikan rasa frustrasi di media sosial X.

    Pihak Canva juga sudah memberikan penjelasan. “Kami saat ini mengalami tingkat eror yang meningkat dan berimbas pada fungsionalitas di Canva. Tim kami secara aktif menginvestigasi isu ini dan bekerja untuk mengembalikan akses penuh secepat mungkin,” sebut aplikasi asal Australia ini.

    Banyak pengguna tidak dapat masuk, mengakses proyek mereka, atau menyimpan pekerjaan mereka di Canva. Sebagian besar masalah tampaknya berasal dari versi web Canva, yang dilaporkan tidak responsif bagi sebagian besar pengguna.

    Menurut data dari Downdetector, mayoritas masalah yang dilaporkan terkait dengan platform web, sementara sebagian pengguna mengalami masalah saat menggunakan aplikasi seluler. Sampai saat ini, layanan Canva tampaknya belum bisa dipulihkan.

    Bahkan kabarnya, situs atau aplikasi down tidak hanya dialami Canva. “Mau ngerjain pake canva down, yauda main game aja eh roblox down. Mau cek snapchat, down juga,” sebut sebuah akun.

    Ada yang menyebut permasalahannya berasal dari layanan cloud Amazon Web Services yang mengalami gangguan. “Gangguan besar AWS telah memengaruhi banyak aplikasi web di seluruh dunia. @perplexity_ai, @canva, @vercel dan beberapa aplikasi lainnya juga tidak berfungsi,” tulis sebuah akun.

    Crying because canva is down and I need it so bad pic.twitter.com/hCmbUwTEt1

    — Priye The Star ⭐️✨🤩💫🌟 (@PriyeDiri) October 20, 2025

    @canva is down! #CanvaDown pic.twitter.com/WB8C7hFMqD

    — Fahmi Adimara (@fahmiadimara) October 20, 2025

    (fyk/fyk)

  • Jeff Bezos Prediksi 2045 Jutaan Orang Tinggal di Luar Angkasa

    Jeff Bezos Prediksi 2045 Jutaan Orang Tinggal di Luar Angkasa

    Jakarta

    Jeff Bezos berpikir masa depan tampak cerah menurut pandangan futuristiknya. Sementara banyak kalangan pesimis memperingatkan bahwa kecerdasan buatan (AI) akan mengakhiri peradaban, pendiri Amazon dan Blue Origin ini mengatakan 20 tahun ke depan akan menjadi zaman keemasan.

    Menurutnya, 2045 akan menjadi zaman ketika manusia akan lebih bahagia, lebih kaya, dan hidup di luar Bumi sambil bekerja dengan jam kerja yang jauh lebih sedikit.

    “Saya tidak mengerti bagaimana orang yang masih hidup saat ini bisa berkecil hati,” ujar Bezos saat berbicara di acara Italian Tech Week 2025 awal Oktober, seperti dikutip dari The New York Post, Senin (20/10/2025).

    Ia juga menyatakan bahwa teknologi akan segera membawa umat manusia ke era ‘kelimpahan peradaban’. Bezos memperkirakan bahwa pada 2045, robot akan menangani berbagai pekerjaan berat manusia. Dan bagi banyak orang, kantor-kantor mungkin berada di luar planet.

    “Dalam beberapa dekade mendatang, saya yakin akan ada jutaan orang yang tinggal di luar angkasa. Begitu cepatnya percepatan ini,” ujarnya.

    “Mereka sebagian besar akan tinggal di sana karena mereka ingin. Kita tidak membutuhkan manusia untuk tinggal di luar angkasa,” tambahnya.

    Orang terkaya keempat di dunia ini mengatakan pekerjaan di Bulan dan wilayah luar angkasa lainnya akan jatuh ke tangan robot-robot dan mesin.

    “Jika kita perlu melakukan pekerjaan di permukaan Bulan atau di mana pun, kita akan dapat mengirim robot untuk melakukannya, dan itu akan jauh lebih hemat biaya daripada mengirim manusia,” prediksinya.

    Bezos menepis semua kesuraman yang melingkupi AI sejak munculnya ChatGPT, dengan mengatakan sejarah membuktikan penemuan baru selalu membuat hidup lebih baik, bukan lebih buruk.

    “Kelimpahan peradaban berasal dari penemuan-penemuan kita. Jadi 10 ribu tahun yang lalu, atau kapan pun itu, seseorang menemukan bajak, dan kita semua menjadi lebih kaya. Saya berbicara tentang seluruh peradaban, alat-alat ini meningkatkan kelimpahan kita, dan pola itu akan terus berlanjut,” yakinnya.

    Banyak ahli dan tokoh masyarakat memperingatkan bahwa AI dapat menyebabkan pengangguran massal, hilangnya kendali manusia, atau bahkan bencana eksistensial. Ketakutan ini diperkuat oleh penggambaran dalam film-film distopia dan beberapa pemimpin teknologi terkemuka.

    Bezos bukan satu-satunya raksasa teknologi di kubu yang berlawanan. CEO Tesla Elon Musk, orang terkaya di dunia saat ini yang perusahaan roketnya SpaceX menyaingi Blue Origin milik Bezos, meyakini manusia dapat mendarat di Mars pada 2028 dengan roket tak berawak yang meluncur ke sana paling cepat tahun depan.

    SpaceX, yang sekarang bernilai sekitar USD400 miliar, telah bekerja sama dengan NASA untuk mewujudkannya. Sementara itu, CEO OpenAI Sam Altman, yang ChatGPT-nya membantu memicu ledakan AI, mengatakan karier di bidang luar angkasa akan segera menjadi pekerjaan terpopuler.

    Ia berpikir bahwa dalam satu dekade, lulusan perguruan tinggi akan bekerja di beberapa pekerjaan yang benar-benar baru, menarik, dan bergaji sangat tinggi di orbit Bumi, dan menambahkan bahwa ia iri pada anak-anak muda yang karier awalnya tidak akan terlihat membosankan dan kuno seperti generasinya.

    Namun, tidak semua orang mempercayai kabar gembira antarplanet itu. Bill Gates mengatakan alangkah lebih baik jika para miliarder fokus memperbaiki kerusakan Bumi ketimbang menjajah planet lain.

    “Luar angkasa? Kita punya banyak hal yang harus dilakukan di Bumi,” ujar salah satu pendiri Microsoft ini saat berbicara di acara Late Night Show yang dipandu James Corden pada 2021.

    Meski begitu, Gates pun mengakui kebangkitan AI dapat memberi kesempatan baru bagi umat manusia. Ia memprediksi mesin akan membuat minggu bekerja begitu efisien sehingga jadwal bekerja dua hari bisa menjadi hal umum.

    “Jika Anda memperluas wawasan, tujuan hidup bukan hanya untuk melakukan pekerjaan,” kata Gates.

    (rns/fay)