Perusahaan: Alibaba

  • China Makin Ganas Jajah Asia Tenggara, Indonesia Bisa Kena

    China Makin Ganas Jajah Asia Tenggara, Indonesia Bisa Kena

    Jakarta, CNBC Indonesia – Raksasa e-commerce China seperti Alibaba dan TikTok Shop dari ByteDance, makin kencang berekspansi ke luar negeri. Firma konsultan Bain and Company mengatakan Alibaba dan TikTok Shop hanya sebagian dari e-commerce China yang dengan cepat mendominasi sekitar setengah dari pasar belanja online di Asia Tenggara.

    Menurut laporan Bain and Company, data pada 2024 menunjukkan e-commerce asal China seperti Shein dan Temu dari PDD, berkontribusi terhadap hampir 50% dari pasar e-commerce di Indonesia, Thailand, dan Filipina.

    Dikutip dari CNBC International, Jumat (31/10/2025), perusahaan-perusahaan China menggenjot ekspansi ke pasar global, di tengah kelesuan pertumbuhan ekonomi di kampung halaman mereka.

    “Jauh dari ‘terbunuh’ oleh tarif [AS], pendekatan ritel China untuk menggarap pasar global sedang memasuki fase baru,” tertulis dalam laporan Bain and Company.

    Tim penyusun laporan mencatat bahwa pedagang-pedagang China sejauh ini memiliki kinerja lebih baik di negara-negara dengan daya beli online yang minim. Tahun ini, Bain and Company mengatakan Taobao milik Alibaba memperluas promo belanja ‘Singles Day’ ke 20 kawasan.

    Transaksi E-commerce di Indonesia 2024

    Berdasarkan data Bain and Company, nilai transaksi (Gross Merchandise Value/GMV) e-commerce di Indonesia pada 2024 mencapai US$62 miliar (Rp1.031 triliun).

    Mayoritas (56%) berasal dari kategori e-commerce ‘Lainnya’ (Others), senilai US$34,58 miliar (Rp572 miliar). Sementara itu, Tokopedia mengambil porsi 26%, senilai US$16,30 miliar (Rp271 miliar).

    Kemudian TikTok Shop berkontribusi 10% senilai US$6,17 miliar (Rp102 miliar), Lazada (Alibaba) meraup 7% senilai US$4,50 miliar (Rp74 miliar), serta AliExpress hanya meraup segelintir sisanya senilai US$0,51 miliar (Rp8 miliar).

    Perlu dicatat, Shopee Indonesia yang merupakan salah satu pemain e-commerce terbesar di Tanah Air tidak dibuatkan kategori khusus dalam laporan Bain and Companye. Begitu juga dengan Blibli dan Bukalapak yang sama-sama merupakan pemain e-commerce kawakan di Indonesia.

    Berdasarkan data tersebut, pemain e-commerce dari China memang belum mendominasi di pasar Indonesia. Namun, pertumbuhannya cukup masif.

    Adapun di negara-negara Asia Tenggara lainnya seperti Thailand, Vietnam, dan Filipina, e-commerce China seperti TikTok Shop mulai mendominasi kontribusi terhadap GMV. Masing-masing 19% di Thailand, 15% di Vietnam, dan 15% di Filipina.

    AliExpress juga tampak mengambil porsi lebih besar, yakni 7% di Filipina dan 5% di Vietnam. Namun, total GMV e-commerce di negara-negara tetangga jauh lebih kecil ketimbang di Indonesia.

    GMV e-commerce di Thailand dan Vietnam masing-masing hanya mencapai US$30 miliar, sementara di Filipina cuma US$20 miliar. Data Bain and Company tidak memasukkan GMV e-commerce di Singapura dan Malaysia.

    Rahasia E-commerce China Jajah Dunia

    CNBC International melaporkan divisi internasional Alibaba yang disebut ‘International Digital Commerce Group’ melaporkan pertumbuhan pendapatan 19% secara tahun-ke-tahun selama 3 bulan yang berakhir pada 30 Juni 2025, menjadi 34,74 miliar yuan.

    Indikator lainnya yang memperlihatkan kencangnya industri e-commerce China ‘menjajah’ dunia tampak pada angka pembiayaan pedagang online China.

    Hanya dalam kurun waktu kurang lebih 1 tahun, startup fintech FundPark memfasilitasi pembiayaan senilai US$3 miliar untuk kredit usaha pebisnis China yang ingin mengepakkan sayap lewat e-commerce lintas negara.

    Sebelumnya, butuh waktu 6 tahun bagi FundPark meminjamkan US$3 miliar untuk kredit usaha, menurut pendiri dan CEO Anson Suen kepada CNBC International.

    Menurut analis Bain and Company, rahasia keberhasilan e-commerce China berekspansi ke pasar global adalah belajar dari kesuksesan di pasar domestik. Industri e-commerce China mengintegrasikan livestreaming, kecepatan inovasi produk, serta kecepatan logistik.

    Faktanya, Amazon menutup marketplace-nya di China pada 2019 silam karena sengitnya persaingan dengan pemain lokal.

    Transaksi e-commerce di China pada 2024 mencapai US$2.317 miliar atau lebih dari dua kali lipat GMV e-commerce di AS yang ‘mentok’ di US$1.054 miliar.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • China Punya Senjata Pembunuh Baru, Amerika Bisa Tamat

    China Punya Senjata Pembunuh Baru, Amerika Bisa Tamat

    Jakarta, CNBC Indonesia – China dilaporkan tengah mengembangkan senjata otonom berbasis kecerdasan buatan (AI) yang disebut-sebut mampu menyaingi dominasi militer Amerika Serikat (AS).

    Laporan terbaru Reuters mengungkap bahwa Negeri Tirai Bambu secara sistematis memanfaatkan teknologi AI untuk memperkuat kemampuan tempur militernya, termasuk melalui kendaraan tempur, drone, hingga sistem simulasi perang canggih.

    Pada Februari lalu, raksasa pertahanan milik negara China, Norinco, memperkenalkan kendaraan militer P60 yang mampu menjalankan operasi tempur secara mandiri dengan kecepatan 50 kilometer per jam. Kendaraan ini digerakkan oleh DeepSeek, model kecerdasan buatan buatan dalam negeri yang kini menjadi kebanggaan sektor teknologi China.

    Pejabat Partai Komunis China menyebut peluncuran tersebut sebagai bukti awal bagaimana Beijing memanfaatkan DeepSeek dan teknologi AI untuk mengejar ketertinggalan dalam perlombaan persenjataan dengan AS.

    Laporan terhadap ratusan makalah penelitian, paten, dan catatan pengadaan menunjukkan adanya upaya sistematis pemerintah China dalam memanfaatkan AI untuk keunggulan militer.

    Walau detail mengenai penerapan sistem senjata generasi baru masih dirahasiakan, dokumen pengadaan dan paten menunjukkan kemajuan signifikan menuju kemampuan seperti pengenalan target otonom dan pengambilan keputusan di medan perang secara langsung atau real time, sebuah kemampuan yang juga tengah dikembangkan oleh militer AS.

    Menariknya, Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) masih terlihat menggunakan chip buatan Nvidia, termasuk model yang telah dikenakan pembatasan ekspor oleh AS. Tidak jelas apakah chip tersebut disimpan sebelum larangan diberlakukan, karena dokumen tidak mencantumkan tanggal ekspor.

    Huawei dan DeepSeek

    Penelitian dan pengadaan terbaru menunjukkan peningkatan penggunaan chip Huawei oleh lembaga penelitian militer China. Langkah ini sejalan dengan kampanye publik Beijing untuk memperkuat kemandirian teknologi dan mengurangi ketergantungan pada komponen Barat.

    Sementara, penggunaan model AI DeepSeek disebutkan dalam belasan tender dari lembaga-lembaga PLA yang diajukan tahun ini dan dilihat oleh Reuters. Hanya satu tender yang menyebutkan Qwen, model AI milik Alibaba yang merupakan pesaing utama di dalam negeri.

    Menurut Jamestown Foundation, pengadaan yang terkait dengan DeepSeek meningkat pesat sepanjang 2025, dengan berbagai aplikasi militer baru yang muncul secara berkala di jaringan internal PLA.

    Popularitas DeepSeek di kalangan militer mencerminkan upaya Beijing mengejar apa yang disebut sebagai “kedaulatan algoritmik” (algorithmic sovereignty), yakni mengurangi ketergantungan pada teknologi Barat sekaligus memperkuat kendali atas infrastruktur digital yang penting bagi keamanan nasional.

    Washington menegaskan akan memperkuat kerja sama dengan negara sekutu dalam pengembangan AI, sambil mencegah teknologi tersebut jatuh ke tangan pihak musuh.

    Dokumen lain menunjukkan bahwa militer China tengah berinvestasi dalam teknologi senjata tanpa awak yang makin otonom. Setidaknya dua lusin paten dan tender menunjukkan upaya PLA mengintegrasikan AI agar drone dapat mengenali dan mengikuti target, serta bergerak dalam formasi tanpa intervensi manusia.

    Universitas Beihang, lembaga riset penerbangan militer, menggunakan DeepSeek untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan pada drone swarm yang ditujukan untuk menghadapi ancaman udara berkecepatan rendah dan ketinggian rendah.

    Meski pejabat pertahanan China menegaskan bahwa kendali manusia akan tetap dipertahankan, analis menilai kemampuan ini bisa menjadi senjata pembunuh masa depan yang mampu menyaingi, bahkan mengancam, dominasi militer AS.

    (dem/dem)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Alibaba Jual Kacamata AI Rp10,8 Juta, Saingi Meta dan Xiaomi

    Alibaba Jual Kacamata AI Rp10,8 Juta, Saingi Meta dan Xiaomi

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Raksasa teknologi asal China, Alibaba, resmi meluncurkan kacamata kecerdasan buatan (AI) bernama Quark AI Glasses yang siap menantang produk serupa dari Meta dan Xiaomi.

     

    Melansir CNBC International, perangkat ini dibanderol seharga 4.699 yuan atau sekitar Rp10,8 juta dan mulai dijual di platform e-commerce Tmall pada 24 Oktober.

     

    Menurut Alibaba, harga pra-penjualan kacamata ini akan turun menjadi 3.999 yuan atau sekitar Rp9,2 juta setelah penerapan berbagai diskon. Pengiriman produk dijadwalkan mulai Desember 2025.

     

    “Kami ingin membawa pengalaman AI yang lebih intuitif dan berguna bagi pengguna sehari-hari,” kata Juru Bicara Alibaba Cloud Intelligence, seperti dikutip dari pernyataan resmi perusahaan, dikutip Minggu (26/10/2025). “Kacamata ini mengintegrasikan kemampuan AI kami langsung ke dalam kehidupan pengguna.”

     

    Kacamata AI Quark merupakan produk wearable pertama Alibaba yang didukung model bahasa besar (LLM) Qwen dan asisten AI Quark. Fitur-fiturnya mencakup panggilan bebas genggam, pemutar musik, hingga penerjemah bahasa real-time, mirip dengan kacamata pintar Meta yang dikembangkan bersama Ray-Ban.

     

    Langkah ini mempertegas ambisi Alibaba memperluas pasar AI tidak hanya untuk bisnis, tetapi juga konsumen. Selama setahun terakhir, perusahaan asal Hangzhou itu gencar memperkenalkan model-model AI terbaru guna mendongkrak kinerja divisi cloud computing yang menjadi tulang punggung bisnis teknologi mereka.

     

    Tak hanya kacamata, Alibaba juga meluncurkan AI Chat Assistant, yakni fitur chatbot baru dalam aplikasi Quark yang didukung model Qwen3. Fitur ini memungkinkan pengguna melakukan percakapan berbasis teks atau suara, sekaligus mencari informasi melalui antarmuka tunggal.

    “AI Chat Assistant menghadirkan pengalaman ‘pencarian dan percakapan AI’ dalam satu aplikasi,” kata Alibaba dalam pernyataannya. Fitur ini juga mendukung fungsi seperti penyuntingan foto, pemecahan masalah berbasis gambar, hingga penulisan teks otomatis.

     

    Langkah Alibaba ini disebut sebagai jawaban terhadap dominasi ChatGPT milik OpenAI serta berbagai produk AI konsumen lain yang kian menjamur di pasar global.

     

    (tfa/haa)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pria Coba iPhone 17 Pro Max Palsu Rp 1,9 Juta, Hasilnya Bikin Kaget!

    Pria Coba iPhone 17 Pro Max Palsu Rp 1,9 Juta, Hasilnya Bikin Kaget!

    Jakarta

    Baru saja Apple merilis iPhone 17 Pro Max, produk terlaris mereka tahun ini, namun tiruannya sudah membanjiri pasar online. Salah satunya dijual hanya USD120 atau sekitar Rp1,9 juta di platform e-commerce asal China. Seorang pengulas mencoba ponsel palsu tersebut dan langsung terkejut dengan hasilnya.

    Menurut laporan dari kanal YouTube Custom Adventurist, tiruan iPhone 17 Pro Max ini memiliki desain yang nyaris identik dengan versi asli. Kemasan, bingkai kamera, hingga logo Apple terlihat meyakinkan bagi orang awam. Bahkan, versi palsu ini menawarkan warna hitam doff yang tidak tersedia pada model resmi.

    Namun, kesempurnaan itu hanya bertahan sampai tombol daya ditekan. Layar yang digunakan ternyata masih berteknologi LED lawas, bukan panel ProMotion OLED seperti pada iPhone asli. Bobotnya pun jauh lebih ringan, membuatnya terasa “kosong” dan kurang kokoh dibandingkan milik Apple.

    iPhone 17 Pro Max Palsu Foto: YouTube Custom Adventurist

    Meski tampil meyakinkan dari luar, sisi dalamnya jauh dari ekspektasi. Sistem operasi yang dipakai bukan iOS 26, melainkan modifikasi Android yang disulap menyerupai antarmuka iPhone. Ikon aplikasi tampak serupa, tetapi sebagian besar hanyalah shortcut palsu.

    Fitur kamera pun mengecewakan. Sensor yang digunakan memiliki resolusi rendah dengan hasil foto yang buram, terutama di kondisi cahaya minim. Sementara itu, aplikasi seperti App Store dan iMessage hanyalah tampilan imitasi tanpa fungsi sebenarnya.

    iPhone 17 Pro Max Palsu Foto: YouTube Custom Adventurist

    Dalam pengujian singkat, ponsel ini membutuhkan waktu lama untuk membuka aplikasi dasar seperti Gallery dan Settings. Prosesor yang digunakan kemungkinan berasal dari chip murah buatan lokal, dengan RAM di bawah 2 GB. Tak heran jika kinerjanya tersendat bahkan untuk tugas ringan seperti menggulir media sosial.

    Fenomena iPhone palsu bukan hal baru, tetapi kemiripan fisiknya kini semakin menipu. Platform seperti Temu dan Alibaba menjadi sarang berbagai produk kloning, mulai dari iPhone hingga AirPods, dengan harga super murah. Namun, banyak pembeli tertipu karena mengira mereka mendapatkan produk asli dengan harga diskon.

    (afr/afr)

  • Peringatan Buat Trump, China Makin Kuat Sebentar Lagi Kalahkan AS

    Peringatan Buat Trump, China Makin Kuat Sebentar Lagi Kalahkan AS

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dengan serangkaian pembatasan dan larangan dari Amerika Serikat (AS), nyatanya tak membuat China lemah. Bahkan Beijing dinilai jauh lebih kuat dan siap mengalahkan musuh bebuyutannya itu.

    CEO Nvidia, Jensen Huang mengatakan AS tak jauh di depan China soal perlombaan AI. Pria dengan kekayaan Rp 2.700 triliun itu juga memuji model sumber terbuka China dan menyebutnya jauh lebih maju.

    Nvidia mungkin tengah memimpin di industri chip dunia. Namun perusahaan itu berada di posisi sulit dengan perang dua negara yang kian memanas.

    Nvidia sempat dilarang berjualan di China. Sebaliknya negara itu melarang perusahaan teknologinya menggunakan produk dari Nvidia.

    Tak hanya itu, China punya sejumlah tenaga yang bisa diandalkan untuk mengalahkannya. Salah satunya melalui Huawei yang berencana meluncurkan sistem komputasi baru untuk mendukung chip buatan sendiri Ascend, diperkirakan paling cepat untuk tahun depan.

    Selain itu, dua raksasa China, Alibaba dan Baidu dilaporkan menggunakan chip yang dirancang internal untuk model AI.

    “Jangan lupa negara ini bukan tanpa chip, Mereka punya Huawei. Mereka punya startup canggih dan berjiwa wirausaha mengembangkan chip AI,” kata Huang, dikutip dari CNBC Internasional, Kamis (9/10/2025).

    Huang juga menyoroti kurangnya regulasi untuk industri di China. Dengan begitu, dia mengatakan membuat China akan lebih cepat dalam mengadopso teknologi baru.

    Huang menambahkan jika aplikasi di China berkembang pesat. Ucapannya sejalan dengan target Dewan Negara China untuk adopsi AI bisa mencapai 70% pada 2027.

    Huang mengharapkan jika perusahaan AS bisa lebih cepat mengadopsi aplikasi AI. Karena dari sanalah kemenangan industri AI bisa terwujud.

    “Saya harap perusahaan-perusahaan di Amerika di masyarakat Amerika bisa cepat mengadopsi aplikasi AI, sebab pada akhirnya revolusi industri ini akan menang pada aplikasi AI, untuk lapisan difusi,” jelasnya.

    Larangan dan pembatasan yang dibuat AS untuk China kemungkinan bisa jadi senjata makan tuan. Huang menegaskan teknologi AS bisa tertinggal jika tidak disebarluaskan ke seluruh dunia.

    “Jika Amerika menguasai 80% dunia, maka kita bisa memenangkan perlombaan AI. Jika AS menguasai 20% dunia maka kita kalah dalam perlombaan AI,” dia menuturkan.

     

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Biznet Gio Pakai Nvidia H200, Saingi Alibaba Cs di Bisnis AI Cloud Lewat NEO GPU

    Biznet Gio Pakai Nvidia H200, Saingi Alibaba Cs di Bisnis AI Cloud Lewat NEO GPU

    Bisnis.com, JAKARTA — Biznet Gio, penyedia layanan komputasi terintegrasi, berambisi menjadi pemimpin pasar komputasi awan (cloud) nasional dengan mendorong solusi AI Cloud terjangkau NEO GPU dan NEO Internference.

    Biznet akan bertarung dengan para pemain cloud global seperti Alibaba, ByteDance Plus, hingga Tencent di berebut pasar komputasi awan

    CEO Biznet Gio Dondy Bappedyanto mengatakan dengan mengusung misi menghadirkan layanan kecerdasan buatan yang lebih efektif, efisien, dan aman untuk operasional bisnis hingga interaksi pengguna, Biznet Gio berupaya memantapkan diri sebagai solusi cloud AI di Indonesia.

    Untuk mencapai misi tersebut, Biznet Gio mendorong NEO GPU dan NEO Internference.

    “Target utama kami adalah sektor industri yang butuh efisiensi operasional maupun efektivitas proses kerja, serta pengguna yang menempatkan keamanan data sebagai prioritas,” kata Dondy kepada Bisnis, Sabtu (4/10/2025).

    Dondy menambahkan perusahaan akan terus mengembangkan layanan ini agar menjangkau lebih banyak sektor usaha, supaya adopsi AI makin terjangkau dan impactful bagi dunia usaha Indonesia

    Dondy mengatakan NEO GPU berbasis NVIDIA H200, GPU AI generasi terbaru dengan performa hingga dua kali lebih cepat dari pendahulunya. Meski H200 identik dengan biaya investasi infrastruktur tinggi, NEO GPU bisa didapatkan dengan harga terjangkau mulai dari Rp74.000/jam untuk mendukung beban kerja AI modern, seperti deep learning, NLP, computer vision, dan analitik data berskala besar.

    NEO GPU dapat dikonfigurasi dari 1 hingga 8 GPU, cocok untuk kebutuhan eksperimen maupun implementasi AI skala kecil hingga besar. Dengan fleksibilitas ini, Biznet Gio memberikan solusi yang tidak hanya efisien, tetapi juga mendorong percepatan transformasi digital berbasis AI di Indonesia.

    Biznet juga mengembangkan aplikasi berbasis AI kerap rumit karena harus mengintegrasikan banyak API dari berbagai model, yang sering memakan waktu dan menambah biaya.

    NEO Inference menyederhanakan hal ini dengan satu API terpadu yang saat ini telah mendukung  Qwen3-Coder-480B untuk agentic coding, analisis repositori besar, dengan GPT-oss-120B untuk advance reasoning, analytics dan adaptive response.

    Sebagai bagian dari peluncuran, Biznet Gio juga memberikan akses gratis ke GPT-oss-20B. Ke depannya, Biznet Gio akan menambahkan lebih banyak model AI ke dalam NEO Inference, sehingga pengguna memiliki opsi yang lebih luas sesuai kebutuhan.

    Di sisi keamanan, Biznet Gio telah mengantongi berbagai sertifikasi internasional dan memastikan seluruh data pelanggan dijalankan pada infrastruktur cloud lokal bersertifikasi global, menegaskan komitmen perlindungan data sesuai regulasi nasional.

    “NEO Inference kami dedikasikan untuk mendukung pengembangan dan integrasi AI secara lebih cepat dan mudah bagi penghobi, programmer, maupun pelaku startup lokal,” kata Dondy.

    Kolaborasi Biznet Gio dan Kazee

    Biznet Gio menegaskan komitmen menjadi solusi cloud service terlengkap dan adaptif terhadap tren teknologi. Dia berharap layanan Biznet Gio makin memperkuat ekosistem inovasi, mendorong efisiensi biaya, dan mempercepat proses digitalisasi lintas sektor di Indonesia—dari manufaktur, retail, hingga startup teknologi dan sektor publik.

    “Kami tidak sekadar FOMO mengikuti tren, seluruh layanan kami hadir berdasarkan kebutuhan nyata pasar, dibuktikan dengan performa, pelayanan, dan pengamanan data yang sudah diakui,” ujar Dondy.

    Kazee Digital Indonesia (Kazee.id), startup data analytics dan AI asal Bandung, menjadi pengguna pertama layanan Biznet Gio AI Services.

    Dengan kolaborasi yang terjalin, Kazee memperkenalkan dua produk unggulan yaitu KazeeAI, platform Agentic AI untuk otomatisasi analisis dan pengambilan keputusan strategis dan Fastra, platform AI untuk pembuatan laporan dan presentasi otomatis yang memungkinkan konsultan dan analis menyusun laporan berbasis data hanya dalam hitungan menit.   

    Diketahui persaingan AI Cloud di Indonesia cukup ketat. Sejumlah pemain global seperti Tencent dan Alibaba Cloud turut meramaikan persaingan AI Cloud di Tanah Air. Kehadiran solusi Biznet Gio memanaskan pertarungan tersebut.

  • Saham Teknologi Asia Diburu Asing, Pasar Negara Berkembang Reli

    Saham Teknologi Asia Diburu Asing, Pasar Negara Berkembang Reli

    Bisnis.com, JAKARTA — Saham-saham di pasar berkembang atau emerging market mencatat reli selama sembilan bulan berturut-turut, menjadi tren kenaikan terpanjang sejak tahun 2004.

    Hal itu seiring dengan derasnya arus masuk kapital asing dan investor yang terus mengalirkan modal ke saham teknologi Asia.

    Berdasarkan data Bloomberg,  indeks saham negara berkembang milik MSCI Inc. ditutup naik 0,5% pada Selasa (30/9/2025), mendorong imbal hasil bulanan sejauh ini menjadi 7%.

    Saham Alibaba Group Holding Ltd. dan Tencent Holdings Ltd. yang terdaftar di Hong Kong menjadi penyumbang kenaikan terbesar bersama produsen chip Taiwan Semiconductor Manufacturing Co.

    Investor sebagian besar mengabaikan laporan JOLTS yang menunjukkan bahwa lowongan pekerjaan di AS hampir tidak mengalami kenaikan pada bulan Agustus, sambil tetap mencermati potensi penutupan pemerintahan AS.

    Reli di pasar negara berkembang ini didorong oleh ekspektasi pelemahan dolar AS, pemangkasan suku bunga oleh Federal Reserve, serta tanda-tanda pemulihan di China.

    Malcolm Dorson, Manajer Portofolio Senior dan Kepala Manajemen Aktif di Global X Management, mengingatkan bahwa tidak ada yang naik secara terus-menerus tanpa volatilitas.

    “Namun bisa jadi kita sedang menyaksikan awal dari siklus baru yang menguntungkan pasar negara berkembang,” kata Dorson, dikutip Bloomberg pada Rabu (1/10/2025).

    Adapun, saham-saham teknologi Asia mendapat dorongan dari optimisme seputar perusahaan yang terkait dengan perkembangan kecerdasan buatan (AI).

    Menurut Analis Senior di Swissquote Ipek Ozkardeskaya, investor global masih relatif kurang terekspos terhadap saham China yang membuka ruang lebih lanjut untuk kelanjutan reli.

    “Saham teknologi Tiongkok, meskipun telah reli cukup kuat tahun ini, masih diperdagangkan dengan valuasi yang lebih murah dibandingkan rekan-rekan mereka di AS, di mana valuasi yang tinggi mulai menjadi kekhawatiran,” ujarnya.

    Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.

  • Perusahaan China Mulai Tinggalkan ‘996’, Karyawan Diminta Balik Cepat

    Perusahaan China Mulai Tinggalkan ‘996’, Karyawan Diminta Balik Cepat

    Jakarta

    Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan teknologi China seperti Alibaba mengagungkan sistem kerja ‘996’. Kini, segelintir perusahaan tersebut mulai beralih ke jadwal kerja yang lebih manusiawi.

    Salah satunya adalah Midea, produsen perangkat elektronik rumah tangga. Karyawan Midea biasanya bekerja hingga tengah malam, namun kini mereka diminta untuk meninggalkan kantor pada pukul 18.20.

    Akun Midea di platform media sosial Weibo bahkan menampilkan foto orang-orang yang sedang menonton penampilan band dengan caption, “Apa yang kalian lakukan setelah bekerja? Hidup yang sesungguhnya dimulai setelah bekerja.”

    Perusahaan lainnya juga mengubah jadwal kerjanya, tapi tidak sedramatis Midea. Seperti produsen peralatan rumah tangga Haier yang memperkenalkan jadwal kerja lima hari seminggu, sampai dirayakan oleh karyawannya di media sosial.

    Karyawan di DJI, produsen drone terbesar di dunia, juga mengungkap kebahagiaannya setelah perusahaan itu mewajibkan karyawannya mengosongkan kantor sebelum pukul 21.00.

    “Tidak perlu khawatir lagi ketinggalan kereta terakhir, tidak perlu lagi khawatir membangunkan istri saat tiba di rumah,” tulis seorang karyawan DJI di media sosial, seperti dikutip detikINET dari Reuters.

    Kebijakan baru ini tentu sangat kontras dengan sistem kerja ‘996’ atau praktek kerja dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam selama enam hari seminggu. Sistem kerja ini diadopsi oleh banyak raksasa teknologi China dalam 15 tahun terakhir, dan pernah dipuji oleh pendiri Alibaba Jack Ma.

    Sistem kerja ‘996’ sebenarnya sudah dianggap ilegal oleh pengadilan China sejak tahun 2021, namun masih banyak karyawan di sektor teknologi dan keuangan yang bekerja dengan jam kerja sangat panjang. Bahkan beberapa tahun terakhir muncul istilah baru yaitu ‘007’ yang merujuk kepada bekerja sepanjang hari setiap hari.

    Analis mengatakan perubahan jadwal kerja ini didorong oleh perubahan undang-undang ketenagakerjaan Uni Eropa dan bukan karena meningkatnya tekanan sosial di China. Pemerintah China juga meminta perusahaan untuk menuruti batas jam kerja 44 jam seminggu.

    Meski perubahan ini dirayakan oleh banyak karyawan, tidak semuanya yakin ini akan bertahan lama. Seorang karyawan yang tidak disebutkan namanya mengatakan ia biasanya siap sedia 24 jam sehari dan bahkan pernah disuruh mengikuti rapat saat sedang libur.

    “Saya tidak yakin perubahan tersebut dapat dipertahankan,” kata karyawan itu.

    (vmp/fyk)

  • Perang Harga Menggila, Pemerintah China Langsung Turun Gunung

    Perang Harga Menggila, Pemerintah China Langsung Turun Gunung

    Jakarta, CNBC Indonesia – Otoritas pasar di China turun gunung mengatur perang harga e-commerce yang makin menggila. Aturan baru telah diajukan untuk mengatur soal pengurangan perang harga.

    Laporan lembaga penyiaran nasional China, CCTV mengatakan aturan akan mencakup transparansi soal subsidi dan disko serta pembatasan biaya yang dikenakan pada restoran. Selain itu juga peningkatan transparansi seputar subsidi dan diskon serta pembatasan biaya yang dibebankan pada restoran, dikutip dari Investing, Kamis (25/9/2025).

    Aturan itu juga mengusulkan larangan platform pengiriman makanan membuat restoran mensubsidi kegiatan promosi.

    Rencana tersebut menaikkan saham dua raksasa e-commerce JD.com mencapai lebih dari 3%, dan Meituan, yang bergerak di bidang pengiriman makanan juga naik 1%.

    JD.com diketahui memang tengah berupaya memperluas bisnis pengiriman instan. Perusahaan melakukan pengembangan aliran pendapatan baru untuk mengimbangi ekonomi China yang lesu dan persaingan ketat pada segmen ritel intinya.

    Namun persaingan ketat harus dihadapai unit bisnisnya, JD Takeaway. Para pesaingnya, Meituan dan Ele.me milik Alibaba juga melakukan perang harga melalui diskon untuk mendongkrak permintaan.

    Namun pada akhirnya cara itu menekan margin keuntungan pada pedagang dan kurir.

    Pengeluaran layanan pesan antar makanan JD.com telah menekan profitabilitas sendiri. Margin operasi yang disesuaikan menjadi 0,3% pada Juni, menurun drastis dari 4% pada tahun lalu.

    Untuk Meituan, pesananan harian produk makanan dan ritel melonjak menjadi 120 juta. Perusahaan memegang 70% pasar pengiriman.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Perusahaan China Mulai Tinggalkan ‘996’, Karyawan Diminta Balik Cepat

    Terapkan Sistem Kerja 996, Bos Startup Ini Dikritik

    Jakarta

    Sampai saat ini, bekerja keras bagai kuda masih berlaku di dunia startup, termasuk sistem kerja 996 walau mulai banyak ditentang. Daksh Gupta yang berusia 23 tahun, CEO asal India dari startup AI Greptile yang berbasis di San Francisco, menghadapi kritik karena mempromosikan budaya kerja enam hari seminggu dari jam 9 pagi hingga 9 malam itu.

    Berbicara kepada The San Francisco Standard, Gupta menggambarkan etos perusahaannya sebagai tidak minum alkohol, tidak menggunakan narkoba, 9-9-6, angkat beban berat, lari jauh, menikah muda, mencatat waktu tidur, makan steak dan telur.

    Lulusan Georgia Tech ini mengatakan kepada para kandidat karyawan bahwa bergabung dengan Greptile berarti harus siap menghadapi kehidupan yang tidak seimbang antara pekerjaan dan kehidupan pribadi. Hari kerja seringkali berlangsung dari jam 9 pagi hingga 11 malam, hari Sabtu wajib masuk, dan terkadang termasuk hari Minggu.

    Gupta membela aturan tersebut sebagai disiplin penting bagi startup awal, dengan mengatakan bahwa rutinitas 9-9-6 dapat mempersingikat kemajuan dari berbulan-bulan menjadi berminggu-minggu. Ia menambahkan bahwa intensitas seperti itu seharusnya tidak berlangsung lebih dari satu atau dua tahun, dan kemudian akan lebih fleksibel.

    Ia pun mencari karyawan yang bersedia menerima jadwal tersebut, menyebutnya sebagai kunci bagi perusahaan untuk mencapai misinya. Menurutnya, ketika dua startup memiliki potensi yang sama, tim yang bekerja lebih keras dan lebih beruntung akan berhasil.

    Budaya 996 pertama kali populer di China, dengan pendiri Alibaba, Jack Ma, sebagai pendukung utamanya. Perusahaan seperti ByteDance, JD.com, dan Huawei pernah mengadopsi praktik tersebut. Namun, praktik ini memicu reaksi keras sehingga belakangan dikurangi.

    Para kritikus berpendapat bahwa filosofi Gupta berbenturan dengan fokus Gen Z pada keseimbangan kehidupan kerja, yang dibentuk oleh pengalaman generasi sebelumnya berjuang melawan kelelahan. Mereka juga mempertanyakan apakah intensitas seperti itu bisa berlangsung dalam waktu lama.

    Gupta mendirikan Greptile tahun 2022 bersama Soohoon Choi dan Vaishant Kameswaran setelah mendapatkan investasi USD 100.000 dari miliarder Christopher Klaus. Perusahaan yang mengembangkan tool AI untuk peninjauan kode ini mengumpulkan dana awal USD 5,3 juta.

    Dikutip detikINET dari VNExpress, Gupta mengatakan bahwa ia menanggung beban yang sama dengan timnya dan merupakan karyawan dengan gaji terendah meskipun menjabat sebagai CEO.

    (fyk/fay)