Perusahaan: Alibaba

  • Alibaba Bangkit Jadi Raja Aplikasi China Nomor 1, ByteDance Minggir

    Alibaba Bangkit Jadi Raja Aplikasi China Nomor 1, ByteDance Minggir

    Jakarta, CNBC Indonesia – Alibaba kembali bangkit menjadi raja teknologi di China. Namun, kapasitasnya bukan sebagai e-commerce, melainkan aplikasi teknologi kecerdasan buatan (AI).

    Beberapa saat lalu, Alibaba merombak aplikasi asisten AI Quark miliknya yang kini menawarkan pengalaman lebih mudah bagi pengguna. Upaya itu berhasil, sebab Quark langsung menjadi aplikasi AI paling populer di China.

    Quark berhasil mengalahkan Doubau milik ByteDance yang merupakan induk layanan TikTok. Pada Maret 2023, Quark menempati urutan pertama sebagai aplikasi AI China terpopuler dengan pengguna aktif bulanan (MAU) mencapai 150 juta di seluruh dunia.

    Selanjutnya, di posisi kedua ada Doubao dengan 100 juta pengguna dan di posisi ketiga ditempati DeepSeek dengan 77 juta pengguna, dikutip dari South China Morning Post, Senin (14/4/2025), berdasarkan data dari Aicp.com.

    Situs tersebut mengumpulkan dara dari toko aplikasi Apple App Store dan Google App Store di seluruh dunia, serta toko Android khusus di China. Namun, situs itu tidak memasukkan pengunjungan langsung ke situs chatbot.

    Alibaba sebelumnya mengatakan Quark telah tersedia sebagai aplikasi di HP maupun desktop. Alibaba menyebut penggunanya secara total sudah tembus 200 juta, tetapi tidak spesifik menyebut berapa angka dari platform mobil dan desktop.

    Laporan terpisah pada awal Maret lalu yang dikeluarkan modal ventura asal AS Andreessen Horowitz menunjukkan Quark berada di posisi ke-6 di seluruh dunia berdasarkan MAU.

    Quark berada di bawah aplikasi pencarian AI Baidu, ChatGPT milik OpenAI, dan browser Edge berbasis AI milik Microsoft.

    Popularitas Quark menanjak setelah Alibaba mengubah aplikasi tersebut dari penyimpanan cloud dan layanan pencarian menjadi aplikasi super asisten berbasis AI. Alibaba mengumumkan perubahan besar-besaran ini pada bulan lalu.

    Quark versi baru dirancang berbasis model Qwen yang memungkinkan AI berpikir sebelum merespons perintah. Hal ini membuat Quark lebih perkasa untuk menyelesaikan tugas yang kompleks.

    Aplikasi tersebut memiliki fitur boks pencarian. Alibaba mengatakan hal ini memudahkan tugas seperti riset akademis, draf dokumen, pengumpulan gambar, presentasi, diagnostik medis, perencanaan perjalanan, pengodean, hingga pengumpulan teks dan gambar.

    Kemampuan AI Quark yang lebih luas mengikuti tren yang didorong para raksasa teknologi China. Mereka berlomba-lomba menghadirkan super apps AI yang bisa digunakan untuk berbagai skenario.

    Hal serupa juga dilakukan Doubou milik ByteDance. Aplikasi itu kini bisa dilakukan sebagai mesin pencari untuk mengumpulkan informasi, menganalisa teks, gambar, dan kode. ByteDance juga dikatakan tengah menguji coba kemampuan generasi video di Doubou.

    Selain itu, Yuanbao milik Tencent juga memperkuat layanannya dengan memanfaatkan beragam agen AI. Tencent juga telah mengintegrasikan Yuanbao ke WeChat yang merupakan aplikasi paling banyak digunakan di China.

    (fab/fab)

  • Investasi Rp829 Triliun Alibaba Group Berbuah QWEN AI Perebut Pasar ChatGPT

    Investasi Rp829 Triliun Alibaba Group Berbuah QWEN AI Perebut Pasar ChatGPT

    Bisnis.com, JAKARTA — Alibaba Group jor-joran dalam menggelontorkan dana jumbo sebesar US$53 miliar atau Rp829 triliun untuk 3 tahun ke depan guna memperkuat infrastruktur komputasi awan dan kecerdasan buatan (AI). Buah dari investasi lahirnya QWEN AI. 

    Investasi bersejarah ini melebihi total belanja Alibaba untuk AI dan cloud selama satu dekade terakhir, dan menegaskan dedikasinya terhadap pertumbuhan berbasis AI serta perannya sebagai penyedia layanan cloud global terkemuka. 

    Selain itu, pada hari ini Alibaba meluncurkan serangkaian model AI dan perangkat lunak Software-as-a-Service (SaaS) terbaru, serta pembaruan infrastruktur dalam acara Spring Launch 2025. 

    “Peningkatan ini bertujuan untuk memberi layanan yang lebih aman dengan performa yang optimal guna mendukung bisnis berinovasi di era dunia berbasis AI,” kata Selina Yuan selaku President of International Business, Alibaba Cloud Intelligence, Kamis (10/4/2025).

    Seluruh model ini tersedia di zona ketersediaan Alibaba Cloud di Singapura, termasuk lini eksklusif large language model (LLM), Qwen. Seperti Qwen-Max, model skala besar berbasis Mixture of Experts (MoE), QwQ-Plus, model dengan kemampuan penalaran.

    Kemudian QVQ-Max, model penalaran visual dan Qwen2.5-Omni-7b, model multimodal end-to-end generasi terbaru. 

    QwQ-Plus adalah model penalaran tingkat lanjut yang dirancang untuk analisa permasalahan kompleks secara mendalam.

    Sementara itu, QVQ-Max adalah model penalaran visual yang dapat menyelesaikan berbagai persoalan multimodal dengan akurasi yang tinggi dan kemampuan penalaran lebih luas guna menghasilkan input visual dan output chain-of-thought. 

    Untuk memperkuat dukungan terhadap model AI di lini Platform-as-a-Service (PaaS), Alibaba Cloud secara signifikan memperbarui Platform for AI (PAI) miliknya demi menyediakan solusi generatif AI dan LLM yang skalabel, hemat biaya, dan mudah digunakan. 

    Kini, PAI-Elastic Algorithm Service (EAS) dibekali dengan fitur distributed inference melalui arsitektur multi-node untuk memenuhi kebutuhan komputasi model yang sangat besar seiring meningkatnya kebutuhan MoE dan pemrosesan teks ultra-panjang

    Sebagai upaya untuk meningkatkan performa sekaligus efisiensi biaya, PAI-EAS juga diperkenalkan dengan fungsi prefill-decode disaggregation.

    Fungsi ini secara nyata mampu meningkatkan concurrency hingga 92% dan kecepatan pemrosesan token (TPS) sebesar 91% saat dijalankan dengan model Qwen2.5-72B, menjadikan sistem ini tangguh untuk meningkatkan skalabilitas dan efisiensi.

    Lebih lanjut, Alibaba Cloud memperkenalkan rangkaian produk berbasis AI dalam lini Software-as-a-Service (SaaS) terbaru yang dirancang untuk mempercepat transformasi digital di berbagai sektor industri. 

    Tidak sampai situ, Alibaba Cloud juga mengenalkan kebijakan insentif terbaru untuk mendukung mitra reseller dan distributor secara lebih optimal. 

    Kebijakan ini mencakup fleksibilitas yang lebih besar, komisi yang lebih tinggi, serta peluang kolaborasi yang lebih menguntungkan untuk pertumbuhan bersama. 

  • Trump Mendadak Berubah Pikiran Hapus Blokir China, Ini Alasannya

    Trump Mendadak Berubah Pikiran Hapus Blokir China, Ini Alasannya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Presiden AS Donald Trump tiba-tiba berubah pikiran setelah makan malam bersama CEO Nvidia Jensen Huang di kediaman mewah Mar-a-Lago, Florida, Amerika Serikat (AS).

    Sebelumnya, pemerintahan Trump berencana melarang ekspor chip AI Nvidia H20 ke China. Padahal, Nvidia sengaja merancang chip H20 yang khusus untuk China.

    Pasalnya, pemerintah AS sudah berbulan-bulan melarang chip AI paling canggih ke China. Namun, H20 dikembangkan sedemikian rupa sehingga tak termasuk chip canggih dan bisa disalurkan ke China.

    Jika chip H20 juga dilarang ke China, hal ini akan berdampak besar pada bisnis Nvidia yang cukup bergantung dengan pasar China.

    Namun, setelah makan malam di Mar-a-Lago, pemerintahan Trump melunak dan tak jadi melarang ekspor chip H20 ke China.

    Perubahan tersebut terjadi setelah Nvidia berjanji akan menggelontorkan lebih banyak investasi data center di AS, dikutip dari Reuters, Kamis (10/4/2025).

    Gedung Putih dan Nvidia tak segera merespons permintaan komentar dari Reuters.

    Rencana untuk melarang ekspor chip H20 ke China sebenarnya sudah mencuat sejak Januari 2025, ketika AS masih di bawah kepemimpinan Joe Biden.

    Lalu, pada Februari 2025, Reuters melaporkan permintaan chip H20 yang membludak di China, menyusul kemunculan startup AI canggih dan murah seperti DeepSeek.

    Perusahaan China lainnya seperti ByteDance, Alibaba, dan Tencent, telah memesan chip H20 senilai US$16 miliar dalam 3 bulan pertama di 2025, menurut laporan The Information pada pekan lalu.

    Alhasil, pemangku kebijakan di AS merekomendasikan pelarangan ekspor chip Nvidia lebih lanjut ke China.

    Menurut laporan The Register, Huang rela mengeluarkan uang US$1 juta (Rp16 miliar) demi bisa makan malam dengan Trump.

    (fab/fab)

  • Perusahaan China Mulai Tinggalkan ‘996’, Karyawan Disuruh Pulang Cepat

    Perusahaan China Mulai Tinggalkan ‘996’, Karyawan Disuruh Pulang Cepat

    Jakarta

    Dalam beberapa tahun terakhir, perusahaan teknologi China seperti Alibaba mengagungkan sistem kerja ‘996’. Kini, segelintir perusahaan tersebut mulai beralih ke jadwal kerja yang lebih manusiawi.

    Salah satunya adalah Midea, produsen perangkat elektronik rumah tangga. Karyawan Midea biasanya bekerja hingga tengah malam, namun kini mereka diminta untuk meninggalkan kantor pada pukul 18.20.

    Akun Midea di platform media sosial Weibo bahkan menampilkan foto orang-orang yang sedang menonton penampilan band dengan caption, “Apa yang kalian lakukan setelah bekerja? Hidup yang sesungguhnya dimulai setelah bekerja.”

    Perusahaan lainnya juga mengubah jadwal kerjanya, tapi tidak sedramatis Midea. Seperti produsen peralatan rumah tangga Haier yang memperkenalkan jadwal kerja lima hari seminggu, sampai dirayakan oleh karyawannya di media sosial.

    Karyawan di DJI, produsen drone terbesar di dunia, juga mengungkap kebahagiaannya setelah perusahaan itu mewajibkan karyawannya mengosongkan kantor sebelum pukul 21.00.

    “Tidak perlu khawatir lagi ketinggalan kereta terakhir, tidak perlu lagi khawatir membangunkan istri saat tiba di rumah,” tulis seorang karyawan DJI di media sosial, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (9/4/2025).

    Kebijakan baru ini tentu sangat kontras dengan sistem kerja ‘996’ atau praktek kerja dari jam 9 pagi sampai jam 9 malam selama enam hari seminggu. Sistem kerja ini diadopsi oleh banyak raksasa teknologi China dalam 15 tahun terakhir, dan pernah dipuji oleh pendiri Alibaba Jack Ma.

    Sistem kerja ‘996’ sebenarnya sudah dianggap ilegal oleh pengadilan China sejak tahun 2021, namun masih banyak karyawan di sektor teknologi dan keuangan yang bekerja dengan jam kerja sangat panjang. Bahkan beberapa tahun terakhir muncul istilah baru yaitu ‘007’ yang merujuk kepada bekerja sepanjang hari setiap hari.

    Analis mengatakan perubahan jadwal kerja ini didorong oleh perubahan undang-undang ketenagakerjaan Uni Eropa dan bukan karena meningkatnya tekanan sosial di China. Pemerintah China juga meminta perusahaan untuk menuruti batas jam kerja 44 jam seminggu.

    Meski perubahan ini dirayakan oleh banyak karyawan, tidak semuanya yakin ini akan bertahan lama. Seorang karyawan yang tidak disebutkan namanya mengatakan ia biasanya siap sedia 24 jam sehari dan bahkan pernah disuruh mengikuti rapat saat sedang libur.

    “Saya tidak yakin perubahan tersebut dapat dipertahankan,” kata karyawan itu.

    (vmp/fay)

  • 76% Penjual e-Commerce Asia Tenggara Butuh Dibantu untuk Adopsi AI

    76% Penjual e-Commerce Asia Tenggara Butuh Dibantu untuk Adopsi AI

    Jakarta

    Mayoritas penjual online di Indonesia sudah familiar dengan AI. Namun, kesenjangan implementasi AI untuk mereka masih tinggi.

    Hal ini terungkap dalam laporan berjudul ‘Menjembatani Kesenjangan AI: Persepsi dan Tren Adopsi Penjual Online di Asia Tenggara’ yang dirilis Lazada dan Kantar. Ada 1.214 responden penjual online di Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand, dan Vietnam yang dilibatkan dalam survei ini.

    Sebanyak 68% penjual online di Asia Tenggara sudah mengenal AI. Sebanyak 47% mengaku telah menerapkan AI untuk operasional bisnis. Namun, survei menunjukkan tingkat penerapan nyata AI hanya mencapai angka 37%.

    Di Indonesia, penerapan nyata AI (42%) berselisih sebesar 10% dari yang mengaku telah menerapkan AI (52%). Kesenjangan ini menempatkan Indonesia sebagai negara ketiga di Asia Tenggara dengan kesenjangan terbesar antara yang mengaku telah menerapkan AI dengan penerapan nyata AI.

    Penjual online menghadapi dilema terkait efektivitas AI dan biaya penerapan AI. Sebanyak 89% responden mengakui AI berperan dalam meningkatkan produktivitas, namun 61% masih meragukan manfaat keseluruhannya. 93% Penjual percaya bahwa adopsi AI dapat menghemat biaya dalam jangka panjang, namun 64% menyebut faktor biaya dan proses implementasi yang memakan waktu sebagai hambatan dalam adopsi AI.

    Hampir semua penjual (93%) sepakat bahwa meningkatkan keterampilan tenaga kerja dalam menggunakan AI sangat penting agar mereka lebih produktif. Namun, 3 dari 4 penjual (75%) juga mengakui bahwa karyawan mereka masih lebih memilih menggunakan perangkat yang sudah mereka kenal dibanding menggunakan solusi AI yang baru.

    Di Asia Tenggara, Indonesia dan Vietnam memimpin dengan tingkat adopsi AI sebesar 42% di berbagai fungsi bisnis, diikuti oleh Singapura dan Thailand dengan 39%. Laporan ini membagi kesiapan AI penjual berdasarkan lima aspek inti operasional bisnis, yaitu operasi dan logistik, manajemen produk, pemasaran dan iklan, customer service, serta manajemen tenaga kerja.

    “Temuan kami mengungkap fenomena kesenjangan yang menarik dalam ekosistem e-Commerce di Asia Tenggara. Meskipun sebagian besar penjual memahami potensi transformatif dari AI, banyak yang masih berusaha untuk bertransisi menuju tahap implementasi,” ungkap Chief Executive Officer, Lazada Group, James Dong dalam keterangannya, Rabu (9/4/2025).

    Sebanyak 24% pedagang online di Asia Tenggara sudah menerapkan AI lebih dari 80 persen kegiatan mereka atau kategori AI Adepts. Sebanyak 76% pedagang online di Asia Tenggara sudah memakai AI untuk sebagian urusan tapi masih ada kesenjangan di beberapa fitur utama, atau ada juga yang masih mengandalkan proses manual.

    Data angka 76% ini mengindikasikan perlunya solusi AI yang efektif, terutama dalam hal fitur AI (42%) dan dukungan penjual (41%). Di Indonesia, dukungan terhadap fungsi bisnis dengan tingkat adopsi AI yang rendah, seperti operasional dan logistik, perlu ditingkatkan untuk mempertahankan posisi atas Indonesia dalam adopsi AI di Asia Tenggara.

    “Sebagai pemimpin di industri e-Commerce Asia Tenggara, kami berupaya menjembatani kesenjangan ini dengan menyediakan solusi AI yang mudah diakses bagi setiap penjual di seluruh Asia Tenggara yang memiliki tantangan unik di setiap pasar. Solusi ini membuat teknologi dapat dimanfaatkan secara lebih luas dan mendorong pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan tanpa memandang ukuran bisnis atau kemampuan penjual,” kata James Dong.

    Lazada pun meluncurkan Buku Panduan Kesiapan AI untuk Penjual Online. Riset ini juga menunjukkan penjual sudah memanfaatkan solusi berbasis AI di platform Lazada untuk meningkatkan efisiensi.

    67% Penjual menyatakan kepuasan tinggi terhadap fitur AI Lazada. Lazada merancang fitur Generative AI (GenAI) baru untuk memberdayakan penjual, meningkatkan daftar produk, menyederhanakan operasional, dan meningkatkan konversi pelanggan.

    Fitur GenAI tersebut terdiri dari AI Smart Product Optimisation untuk optimasi judul, deskripsi, hingga foto produk. Ada lagi AI-Powered Translations untuk menerjemahkan konten produk ke berbagai bahasa lokal. Ada pula asisten AI bernama Lazzie Seller di Alibaba Seller Centre (ASC) untuk pertanyaan umum, navigasi cepat, penilaian risiko toko, serta saran bisnis.

    (fay/fyk)

  • Berbagai Sektor Diprediksi Merugi akibat Gelembung Investasi AI Tiongkok – Halaman all

    Berbagai Sektor Diprediksi Merugi akibat Gelembung Investasi AI Tiongkok – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Hasrat di balik penggelontoran uang untuk pengembangan kecerdasan buatan (AI) di Tiongkok memunculkan potensi gelembung investasi.

    Para ahli mengingatkan hal ini dapat menimbulkan risiko bagi teknologi di Negeri Tirai Bambu itu.

    Dikutip dari Daily Mirror, Rabu (9/4/2025), para ahli membeberkan berbagai konsekuensi dari skenario ini, mulai dari maraknya pemutusan hubungan kerja, jatuhnya harga saham, hingga berbagai kerugian lain di bidang ekonomi.

    Kepala Eksekutif Baidu, Robin Li, menggambarkan hubungan paralel antara gelembung dot-com dan gelembung AI.

    Dirinya mengatakan bahwa hanya satu persen perusahaan AI yang akan bertahan, sementara 99 persen lainnya akan runtuh dalam skenario ini.

    “Menurut saya, seperti banyak gelombang teknologi lainnya, gelembung itu tidak dapat dihindari. Ketika Anda melewati tahap kegembiraan awal, orang-orang akan kecewa karena teknologinya tidak memenuhi harapan tinggi yang dihasilkan melalui kegembiraan awal,” katanya dalam keterangan yang diterima, Rabu.

    Menyusul kinerja tinggi dan harga kompetitif yang ditunjukkan oleh model AI Tiongkok, DeepSeek, telah terjadi lonjakan jumlah perusahaan yang mengembangkan model dan aplikasi canggih.

    Menurut data pemerintah Tiongkok, terdapat lebih dari 4.500 perusahaan AI pada pertengahan 2024.

    Sementara itu, pimpinan Alibaba Group Joe Tsai menyatakan kekhawatirannya atas penggalangan dana, terlepas dari permintaan sebenarnya.

    “Saya mulai melihat awal dari semacam gelembung. Saya mulai khawatir ketika orang membangun pusat data atas dasar spekulasi,” katanya.

    Dasar kekhawatiran pengusaha

    Sektor AI telah tumbuh pada tingkat pertumbuhan tahunan yang melebihi 10 persen hingga saat ini.

    Namun, sektor ini diperkirakan akan tumbuh sebesar 47,1 persen antara tahun 2025 dan 2030.

    China International Capital Corporation telah memperkirakan investasi sebesar USD 1,4 triliun di sektor AI pada tahun 2030.

    Di tengah perang tarif dengan AS, Tiongkok telah menciptakan dana investasi AI dengan modal awal sebesar USD 8,2 miliar.

    Setelah kegilaan DeepSeek, semakin banyak perusahaan Tiongkok yang bersemangat untuk terjun ke sektor AI. Hingga pertengahan 2024, total 1,67 juta perusahaan terlibat dalam AI di Tiongkok.

    Orang-orang di Tiongkok gembira karena perusahaan lokal mampu menciptakan model AI yang lebih baik daripada model dari AS.

    Pemerintah yang diperintah Partai Komunis menggunakan sensasi AI ini untuk mengangkat suasana hati nasional, yang telah mereda karena perlambatan ekonomi, meningkatnya pengangguran, dan krisis properti.

    Bradford Levy, seorang ahli AI dari Sekolah Bisnis Booth Universitas Chicago, mengatakan pemerintah memanfaatkan optimisme baru di Tiongkok.

    “Ekonomi Tiongkok sedang goyah saat ini. Dengan mengipasi sensasi di sekitarnya, Beijing menarik minat pada perusahaan mereka sendiri,” katanya.

    Beijing bahkan telah mengeluarkan pedoman yang mengarahkan adopsi teknologi baru, termasuk kecerdasan buatan, dalam pekerjaan.

    Namun, peningkatan pesat AI diperkirakan akan berdampak negatif pada Tiongkok.

    Orang-orang yang tidak begitu menguasai teknologi dan produk AI akan paling terpengaruh.

    “AI telah meningkatkan permintaan pekerja berketerampilan rendah, sementara pekerja berketerampilan menengah lebih mungkin terpengaruh oleh efek substitusi.

    Aplikasi AI di Tiongkok telah merugikan lapangan kerja, sedangkan aplikasi AI di AS tampaknya memiliki efek positif,” kata Zhang Dandan, seorang sarjana muda di Universitas Peking.

    Ketimpangan akibat AI

    Meskipun AI telah meningkatkan efisiensi tempat kerja, AI gagal meningkatkan kualitas pekerjaan bagi pekerja Tiongkok.

    Nikki Sun, seorang Associate Akademi di lembaga kebijakan Chatham House yang berbasis di London, mengatakan pekerja Tiongkok rentan terhadap eksploitasi dan berisiko kehilangan pekerjaan karena mereka berjuang untuk mempelajari keterampilan baru di tengah pesatnya pengenalan AI di tempat kerja.

    “Integrasi kecerdasan buatan (AI) di tempat kerja Tiongkok sebagian besar didorong oleh kekuatan pasar dan persaingan, yang lebih mengutamakan kepentingan bisnis daripada kepentingan pekerja,” kata Sun.

    “Solusi AI cenderung dirancang untuk memaksimalkan ekstraksi tenaga kerja, baik yang dibayar maupun tidak dibayar, yang sering kali menyebabkan kondisi kerja yang lebih buruk dan ketidakamanan pekerjaan,” tambahnya.

    Saham perusahaan teknologi di Tiongkok melonjak naik karena AI menjadi perbincangan hangat. Pasar saham Tiongkok naik lebih dari USD 1 triliun karena harapan terhadap AI kembali menyala.

    “Harga saham telah melampaui laba. Setiap kenaikan baru kemungkinan akan bergantung pada katalis baru, seperti pertumbuhan laba yang berkelanjutan dan monetisasi AI yang nyata,” kata Andy Wong, investasi dan ESG di Solomons Group.

    Namun, sensasi saja tidak akan cukup. Momentum akan hilang jika peningkatan bisnis inti AI yang kuat dan pengembalian yang layak tidak terjamin.

    Penurunan besar di pasar Tiongkok dapat terjadi, sehingga berdampak pada ekonomi negara tersebut, jika perusahaan AI Tiongkok gagal memonetisasi, karena akses ke semikonduktor canggih tetap menjadi kendala signifikan.

  • Strategi China Hadapi Tarif Trump, Terapkan Tarif Balasan?

    Strategi China Hadapi Tarif Trump, Terapkan Tarif Balasan?

    Jakarta, Beritasatu.com – China diperkirakan akan merespons tarif baru dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dengan memperkuat stimulus domestik dan memperluas hubungan dagang.

    Melansir CNBC International, Jumat (4/4/2025), beberapa jam setelah Donald Trump mengumumkan tarif tambahan sebesar 34% terhadap produk China, Kementerian Perdagangan China meminta AS untuk membatalkan kebijakan tersebut dan berjanji akan mengambil langkah balasan, meski tanpa rincian lebih lanjut.

    Kebijakan ini juga berdampak pada Uni Eropa dan beberapa negara besar Asia. Tahun ini, ekspor China ke AS sudah dikenakan tambahan tarif 20%, sehingga total beban tarif mencapai 54%, angka tertinggi selama pemerintahan Trump. Tarif efektif pada tiap produk bisa bervariasi.

    Namun, alih-alih membalas dengan tarif serupa, China masih membuka peluang negosiasi.

    “Saya pikir dalam waktu dekat, respons China tidak akan berupa tarif balasan atau tindakan serupa,” ujar asisten profesor CUHK Business School Bruce Pang.

    Sebaliknya, Pang memperkirakan China akan berfokus pada penguatan ekonominya dengan mendiversifikasi ekspor serta meningkatkan konsumsi dalam negeri setelah adanya tarif Trump.

    Sebagai ekonomi terbesar kedua dunia, China telah meningkatkan stimulus sejak September, dengan memperluas defisit fiskal, menambah subsidi perdagangan dan konsumsi, serta berupaya menstabilkan sektor properti.

    Salah satu langkah signifikan adalah pertemuan Presiden Xi Jinping dengan pemimpin industri teknologi, termasuk pendiri Alibaba, Jack Ma, pada Februari, yang menunjukkan dukungan terhadap sektor swasta.

    Perubahan kebijakan ini mencerminkan upaya Beijing mengantisipasi perlambatan ekspor.

    Kepala Ekonom Macquarie Larry Hu mencatat bahwa lonjakan ekspor 2021 akibat pandemi memungkinkan Beijing menerapkan regulasi ketat sebelumnya.

    “Pandangan saya tetap sama. Beijing akan mengandalkan stimulus domestik untuk mengatasi dampak tarif Trump agar tetap mencapai target pertumbuhan sekitar 5%,” ucapnya.

    Daripada membalas dengan tarif Trump, Hu memperkirakan China akan menggunakan strategi lain, seperti daftar hitam, kontrol ekspor mineral penting, serta penyelidikan terhadap perusahaan asing di Tiongkok. 

    Meski terkena tarif Trump, Beijing kemungkinan akan menjaga yuan tetap kuat terhadap dolar AS dan menolak pemotongan harga guna mengendalikan inflasi di AS.
     

  • Alibaba Rilis Model AI Qwen 3 Akhir April 2025, Pesaing Baru DeepSeek

    Alibaba Rilis Model AI Qwen 3 Akhir April 2025, Pesaing Baru DeepSeek

    Bisnis.com, JAKARTA — Alibaba Group, raksasa teknologi dan e-commerce asal China, dikabarkan tengah bersiap untuk merilis versi terbaru dari model kecerdasan buatan (AI) andalannya yaitu Qwen 3.

    Melansir dari Reuters, Kamis (3/4/2025) sumber yang mengetahui rencana tersebut menyebutkan bahwa model AI baru ini kemungkinan besar akan diluncurkan pada akhir April 2025.

    Sumber tersebut menyebutkan bahwa waktu pasti perilisan masih bisa berubah dari target yang sudah ditentukan.

    Alibaba tidak merespon konfirmasi Reuters rumor tersebut ketika dihubungi perihal rencana peluncuran Qwen 3.

    Sebagai salah satu perusahaan teknologi terbesar di dunia, Alibaba semakin intensif merilis produk AI terbaru, seiring dengan meningkatnya persaingan di industri ini, terutama setelah kebangkitan DeepSeek.

    Pada Januari lalu, Alibaba segera merespons keberhasilan DeepSeek dengan meluncurkan Qwen 2.5-Max, versi terbaru dari model AI andalan mereka.

    Alibaba mengklaim bahwa model ini lebih unggul dibandingkan DeepSeek-V3, yang telah banyak mendapat pengakuan internasional. 

    Keputusan Alibaba untuk meluncurkan Qwen 2.5-Max pada hari pertama Tahun Baru Imlek, menegaskan betapa seriusnya tekanan yang dihadapi oleh para pesaing di pasar AI global.

    Pada Februari, Reuters juga melaporkan bahwa DeepSeek tengah mempersiapkan peluncuran model penerus R1, yang bersama dengan V3, telah menerima sambutan positif dari berbagai kalangan di Silicon Valley. 

    DeepSeek diketahui sedang dalam rencana untuk merilis model generasi berikutnya sebelum Mei mendatang.

    Mengutip Notebookcheck.net, Alibaba menyebut Qwen 2.5 Max melampaui model AI terkemuka dari Deepseek, OpenAI, serta Meta dalam berbagai penilaian kinerja.

    Model ini disebut-sebut unggul dalam berbagai tolok ukur, termasuk Arena-Hard, LiveBench, LiveCodeBench, MMLU, dan GPQA-Diamond.

    Arena Hard merupakan benchmark yang digunakan untuk mengevaluasi dan membandingkan kualitas respons dari berbagai model A) terhadap pertanyaan dan permintaan yang diajukan oleh manusia. 

    Dalam konteks ini, Arena Hard menjadi tolok ukur penting untuk mengukur seberapa baik sebuah model AI dapat memahami dan menanggapi instruksi manusia.

    Sementara itu, Live Bench berkaitan dengan kemampuan model AI dalam mengerjakan berbagai tugas. Live Bench dirancang untuk mengevaluasi kemampuan kognitif dan pemahaman umum model AI.

  • ViBiCloud Jadi Mitra Alibaba di Indonesia

    ViBiCloud Jadi Mitra Alibaba di Indonesia

    Jakarta

    ViBiCloud, perusahaan penyedia jasa layanan Teknologi Informasi berbasis komputasi awan (cloud computing), resmi ditunjuk sebagai Managed Service Partner (MSP) Alibaba Cloud untuk Indonesia.

    Sebagai MSP Alibaba Cloud, ViBiCloud berperan sebagai mitra yang membantu bisnis memanfaatkan potensi penuh platform cloud Alibaba Cloud. Selain menjual layanan cloud, ViBiCloud juga memberikan solusi terkelola yang komprehensif.

    ViBiCloud sebagai MSP memiliki kesempatan untuk meningkatkan portofolio layanan dan menjadi pemain utama di pasar layanan cloud yang terkelola. Disisi lain, Alibaba Cloud mendapatkan mitra lokal yang kuat dalam membantu mereka menjangkau pasar yang lebih luas dan memberikan dukungan yang lebih baik kepada pelanggan.

    Adapun manfaat yang pelanggan dapatkan yakni: akses ke keahlian dan pengalaman ViBiCloud dalam implementasi dan pengelolaan Alibaba Cloud, dukungan teknis 24/7, optimasi biaya cloud, keamanan dan kepatuhan yang terjamin, dan kemampuan untuk fokus pada bisnis inti bukan hanya pada infrastruktur IT.

    “Pencapaian status MSP Partner dengan Alibaba Cloud merupakan manifestasi strategis ViBiCloud dalam mengukuhkan posisinya di industri teknologi cloud. Keberhasilan ini tidak hanya menegaskan keunggulan kompetensi keunggulan kami, tetapi juga mencerminkan komitmen kami dalam menghadirkan solusi cloud yang inovatif dan ekonomis,” kata Ramon Hadypratomo, Co-Founder & CTO of ViBiCloud, dalam keterangan yang diterima detikINET.

    Target layanan ini mencakup berbagai jenis bisnis dan organisasi di Indonesia, mulai dari berbagai sektor industri seperti keuangan, telekomunikasi, manufaktur, energi, dan ritel, instansi pemerintah, startup dan UKM (Usaha Kecil dan Menengah), serta industri vertikal tertentu yang ingin memanfaatkan teknologi cloud untuk mencapai tujuan bisnisnya.

    “ViBiCloud, sebagai bagian dari ekosistem Alibaba Cloud, akan meningkatkan kualitas layanan dan dukungan kami kepada pelanggan. Kami yakin kolaborasi ini akan memberikan nilai tambah yang signifikan bagi bisnis di Indonesia,” kata Sean Yuan, Country Manager for Indonesia, Alibaba Cloud Intelligence.

    (asj/asj)

  • Pakai Chip AI Lokal, Perusahaan Jack Ma Bikin Nvidia Ketar Ketir

    Pakai Chip AI Lokal, Perusahaan Jack Ma Bikin Nvidia Ketar Ketir

    Beijing

    Ant Group, perusahaan keuangan yang didirikan Jack Ma, terjun ke industri AI atau kecerdasan buatan. Afiliasi dari Alibaba Group Holding itu mengklaim mampu melatih large language model (LLM) memakai GPU lokal, mengurangi ketergantungan pada Nvidia sekaligus menekan biaya cukup signifikan.

    Ant Group mengumumkan terobosan besar dengan melatih model AI memakai semikonduktor dari Huawei dan Alibaba. Level performanya sebanding dengan AI yang dilatih dengan chip H800 Nvidia.

    Seperti dikutip detikINET dari Toms Hardware, pelatihan dengan chip lokal itu menurunkan biaya sampai 20% jika dibandingkan dengan memakai chip H800 buatan Nvidia.

    Memang Ant Group masih terus memakai hardware Nvidia untuk pengembangan AI, namun mereka akn semakin meningkatkan poemakaian chip lokal untuk model AI terkini. Hal ini dirasa penting mengingat Amerika Serikat membatasi perusahaan China memakai chip AI tercanggih dari AS.

    Perusahaan yang didirikan Jack Ma pada tahun 2014 itu mengumumkan peningkatan besa pada solusi AI untuk layanan kesehatan, yang digunakan oleh tujuh rumah sakit besar dan lembaga layanan kesehatan di Beijing, Shanghai, Hangzhou, dan Ningbo.

    Model AI layanan kesehatan itu dibangun berdasarkan model R1 dan V3 DeepSeek, Qwen milik Alibaba, dan BaiLing milik Ant sendiri. Model khusus layanan kesehatan Ant mampu menjawab pertanyaan tentang topik medis, dan juga dapat membantu meningkatkan layanan pasien,

    AS telah berupaya membatasi pengembangan AI di China dengan membatasi akses perusahaan-perusahaan dari Negeri Tirai Bambi ke semikonduktor tercanggih yang digunakan untuk model pelatihan AI. Nvidia masih dapat menjual chip kelas bawahnya ke China.

    (fyk/fay)