Perusahaan: Airbus

  • Prabowo Serah Terima 1 Unit Pesawat A400M ke Panglima TNI dan Kasau

    Prabowo Serah Terima 1 Unit Pesawat A400M ke Panglima TNI dan Kasau

    L

    OlehLiputanenamDiperbaharui 04 Nov 2025, 06:30 WIB

    Diterbitkan 03 Nov 2025, 12:06 WIB

    Presiden Prabowo Subianto menghadiri proses serah terima pesawat A400M yang sebelumnya diserahkan oleh Airbus Defence and Space ke Kementerian Pertahanan (Kemhan). Hal ini menandai tonggak bersejarah dalam upaya modernisasi kemampuan angkut udara militer Indonesia.

    Pantauan Liputan6.com, Senin (3/11/2025), Prabowo tiba di Lanud Halim Perdanakusuma, Jakarta, sekitar pukul 10.52 WIB. Dia langsung menuju ke pesawat A400M didampingi Menteri Pertahanan (Menhan) Sjafrie Sjamsoeddin dan Panglima TNI Jenderal Agus Subianto.

  • Korban Tewas Demo Nepal Bertambah, Tembus 72 Orang

    Korban Tewas Demo Nepal Bertambah, Tembus 72 Orang

    Jakarta, CNBC Indonesia – Jumlah korban tewas dalam demonstrasi berdarah di Nepal telah meningkat menjadi 72 orang. Sementara ratusan korban lain masih menjalani perawatan intensif.

    Adapun, jumlah korban tersebut berdasarkan data yang dirilis pemerintah setempat, Minggu (14/9/2025).

    “72 orang telah meninggal dunia, dan 191 orang sedang dalam perawatan,” ujar Sekretaris Utama Pemerintah Eaknarayan Aryal dalam sebuah pernyataan dikutip dari AFP, Minggu (14/9/2025).

    Sebagaimana diketahui, Nepal dilanda demo besar-besaran sejak Jumat (5/9/2025) usai anak muda generasi Z di negara tersebut memprotes pemerintah yang korup.

    Semula, demonstrasi dipicu oleh ketidakpuasan warga Nepal, terutama generasi muda terhadap kinerja pemerintahan Perdana Menteri KP Sharma Oli.

    Gaya hidup mewah keluarga para pejabat pemerintah yang dipamerkan di media sosial, di tengah kondisi ekonomi yang sulit dan rendahnya kesejahteraan masyarakat, turut memantik gelombang protes.

    Selain itu, warga sudah sangat jengah dengan berbagai kasus korupsi yang terus menggerogoti pemerintahan.

    Salah satu kasus korupsi yang memicu amarah masyarakat adalah perjanjian pemerintah dengan Airbus pada 2017. Saat itu, maskapai negara Nepal Airlines membeli dua pesawat A330 berbadan lebar.

    Massa yang marah, karena akibat dari provokasi, akhirnya mulai menyerbu gedung-gedung pemerintahan, termasuk rumah-rumah pejabat.

    Warga menjarah dan membakar gedung parlemen, gedung badan antirasuah, gedung Mahkamah Agung, kantor polisi, serta kediaman-kediaman presiden hingga perdana menteri.

    (pgr/pgr)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Pengamat Tolak Rencana Merger Pelita Air dan Garuda (GIAA), Ini Alasannya

    Pengamat Tolak Rencana Merger Pelita Air dan Garuda (GIAA), Ini Alasannya

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat penerbangan sepakat menolak dengan tegas rencana peleburan atau merger maskapai penerbangan milik PT Pertamina (Persero), Pelita Air ke PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA).

    Pengamat Penerbangan Alvin Lie menyampaikan bahwa sejak lama dirinya tidak mendukung ide merger maskapai pelat merah. Dirinya lebih mendukung jika tetap ada tiga maskapai yang berdiri dengan brand, karakter, dan segmen pasar masing-masing.

    Menurutnya, jika Pelita Air merger dengan Garuda Indonesia, secara otomatis Pelita Air akan hilang. Begitu pula dengan izin usaha maupun izin rute yang telah ada, maka terpaksa dicabut. 

    “Demikian pula brand value, identitas karakter, dan customer base yang telah dibangun selama ini jadi mubazir. Lenyap,” tuturnya kepada Bisnis, Minggu (14/9/2025).  

    Dibandingkan merger atau penggabungan, lanjut Alvin, pendekatan berbasis aliansi akan jauh lebih strategis. Contohnya model aliansi global seperti OneWorld, SkyTeam, dan Star Alliance, yang mampu menawarkan sinergi layanan tanpa harus menghilangkan identitas tiap maskapai. 

    Aliansi memberikan potensi pelayanan yang lebih baik, seperti koneksi penerbangan yang mulus (seamless connection), kemudahan connecting flight, hingga kolaborasi dalam pemasaran

    “Dalam struktur aliansi, tiga maskapai ini justru bisa menjadi kekuatan kolektif yang lebih tangguh dibanding hanya satu maskapai tunggal dalam menghadapi persaingan pasar,” jelasnya. 

    Senada, Pengamat Penerbangan Gerry Soejatman menilai bahwa apapun yang terjadi pada akhirnya nanti, baik aliansi maupun merger, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) harus siaga untuk memastikan kompetisi usaha tetap sehat.

    Gerry melihat apabila tidak terjadi merger, tetapi mempertimbangkan kerja sama, aliansi domestik dapat menjadi pilihan. Namun, KPPU harus siaga untuk memastikan bahwa aliansi atau merger tidak menggerus kompetisi. 

    “Jika merger menciptakan dominasi pasar dan membuahkan anti-competitive behaviour, KPPU harus bertindak tegas demi menjaga kepentingan konsumen dan pasar yang sehat,” jelasnya. 

    Dampak ke Kinerja

    Penolakan pun telah disampaikan oleh wakil rakyat, alias DPR. Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PAN Abdul Hakim Bafagih menegaskan bahwa fraksinya menolak rencana tersebut. Menurutnya, kinerja Pelita Air yang kini baik berisiko menjadi buruk usai dilebur ke Garuda Indonesia. 

    “Ini perusahaan lagi bagus-bagusnya. Kalau kemudian digabungkan, dimerger atau aksi korporasi lain dengan perusahaan yang lagi terseok-seok, yang periode lalu saya ikut memutuskan upaya penyelamatan Garuda, yang sampai sekarang tidak muncul perbaikannya, kasihan Pelitanya,” ujarnya dilansir dari akun Instagram @amanatnasional, Kamis (11/9/2025). 

    Lebih lanjut, jika spin-off tetap harus dilakukan, Abdul mengusulkan agar Pelita Air dijadikan langsung anak usaha Danantara. 

    Adapun, isu meleburnya maskapai BUMN dalam Garuda Indonesia kembali mencuat usai pertemuan PT Pertamina (Persero) di DPR. 

    Di mana Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri menyampaikan bahwa perusahaan-perusahaan pelat merah yang memiliki lini bisnis sejenis bakal digabungkan. Dia mencontohkan, maskapai Pelita Air bakal bergabung dengan Garuda Indonesia. 

    “Sebagai contoh, untuk airline kami, kita sedang melakukan penjajakan awal untuk penggabungan dengan Garuda Indonesia. Begitu juga untuk sektor insurance, sektor pelayanan kesehatan, hospitality, Patra Jasa, tentunya akan mengikuti roadmap yang sudah dipersiapkan oleh Danantara,” jelas Simon dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (11/9/2025). 

    Pelita Air sendiri telah beroperasi melayani penerbangan komersial sejak Agustus 2023 menggunakan armada Airbus A320. 

    Bahkan sepanjang 2024 tingkat keterisian kursi (seat load factor) Pelita Air tercatat sebesar 81%, ditambah ketepatan waktu penerbangan yang konsisten di atas 90%. 

    Sementara pada Agustus 2025 lalu, Pelita Air juga telah memulai penerbangan internasionalnya, dengan rute perdana Jakarta-Singapura. Pelita Air juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 81,34% pada 2024 dan pencapaian laba untuk pertama kalinya sepanjang sejarah perseroan. 

  • Pengamat Tolak Rencana Merger Pelita Air dan Garuda (GIAA), Ini Alasannya

    Pengamat Tolak Rencana Merger Pelita Air dan Garuda (GIAA), Ini Alasannya

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat penerbangan sepakat menolak dengan tegas rencana peleburan atau merger maskapai penerbangan milik PT Pertamina (Persero), Pelita Air ke PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA).

    Pengamat Penerbangan Alvin Lie menyampaikan bahwa sejak lama dirinya tidak mendukung ide merger maskapai pelat merah. Dirinya lebih mendukung jika tetap ada tiga maskapai yang berdiri dengan brand, karakter, dan segmen pasar masing-masing.

    Menurutnya, jika Pelita Air merger dengan Garuda Indonesia, secara otomatis Pelita Air akan hilang. Begitu pula dengan izin usaha maupun izin rute yang telah ada, maka terpaksa dicabut. 

    “Demikian pula brand value, identitas karakter, dan customer base yang telah dibangun selama ini jadi mubazir. Lenyap,” tuturnya kepada Bisnis, Minggu (14/9/2025).  

    Dibandingkan merger atau penggabungan, lanjut Alvin, pendekatan berbasis aliansi akan jauh lebih strategis. Contohnya model aliansi global seperti OneWorld, SkyTeam, dan Star Alliance, yang mampu menawarkan sinergi layanan tanpa harus menghilangkan identitas tiap maskapai. 

    Aliansi memberikan potensi pelayanan yang lebih baik, seperti koneksi penerbangan yang mulus (seamless connection), kemudahan connecting flight, hingga kolaborasi dalam pemasaran

    “Dalam struktur aliansi, tiga maskapai ini justru bisa menjadi kekuatan kolektif yang lebih tangguh dibanding hanya satu maskapai tunggal dalam menghadapi persaingan pasar,” jelasnya. 

    Senada, Pengamat Penerbangan Gerry Soejatman menilai bahwa apapun yang terjadi pada akhirnya nanti, baik aliansi maupun merger, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) harus siaga untuk memastikan kompetisi usaha tetap sehat.

    Gerry melihat apabila tidak terjadi merger, tetapi mempertimbangkan kerja sama, aliansi domestik dapat menjadi pilihan. Namun, KPPU harus siaga untuk memastikan bahwa aliansi atau merger tidak menggerus kompetisi. 

    “Jika merger menciptakan dominasi pasar dan membuahkan anti-competitive behaviour, KPPU harus bertindak tegas demi menjaga kepentingan konsumen dan pasar yang sehat,” jelasnya. 

    Dampak ke Kinerja

    Penolakan pun telah disampaikan oleh wakil rakyat, alias DPR. Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PAN Abdul Hakim Bafagih menegaskan bahwa fraksinya menolak rencana tersebut. Menurutnya, kinerja Pelita Air yang kini baik berisiko menjadi buruk usai dilebur ke Garuda Indonesia. 

    “Ini perusahaan lagi bagus-bagusnya. Kalau kemudian digabungkan, dimerger atau aksi korporasi lain dengan perusahaan yang lagi terseok-seok, yang periode lalu saya ikut memutuskan upaya penyelamatan Garuda, yang sampai sekarang tidak muncul perbaikannya, kasihan Pelitanya,” ujarnya dilansir dari akun Instagram @amanatnasional, Kamis (11/9/2025). 

    Lebih lanjut, jika spin-off tetap harus dilakukan, Abdul mengusulkan agar Pelita Air dijadikan langsung anak usaha Danantara. 

    Adapun, isu meleburnya maskapai BUMN dalam Garuda Indonesia kembali mencuat usai pertemuan PT Pertamina (Persero) di DPR. 

    Di mana Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri menyampaikan bahwa perusahaan-perusahaan pelat merah yang memiliki lini bisnis sejenis bakal digabungkan. Dia mencontohkan, maskapai Pelita Air bakal bergabung dengan Garuda Indonesia. 

    “Sebagai contoh, untuk airline kami, kita sedang melakukan penjajakan awal untuk penggabungan dengan Garuda Indonesia. Begitu juga untuk sektor insurance, sektor pelayanan kesehatan, hospitality, Patra Jasa, tentunya akan mengikuti roadmap yang sudah dipersiapkan oleh Danantara,” jelas Simon dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (11/9/2025). 

    Pelita Air sendiri telah beroperasi melayani penerbangan komersial sejak Agustus 2023 menggunakan armada Airbus A320. 

    Bahkan sepanjang 2024 tingkat keterisian kursi (seat load factor) Pelita Air tercatat sebesar 81%, ditambah ketepatan waktu penerbangan yang konsisten di atas 90%. 

    Sementara pada Agustus 2025 lalu, Pelita Air juga telah memulai penerbangan internasionalnya, dengan rute perdana Jakarta-Singapura. Pelita Air juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 81,34% pada 2024 dan pencapaian laba untuk pertama kalinya sepanjang sejarah perseroan. 

  • Pengamat Tolak Rencana Merger Pelita Air dan Garuda (GIAA), Ini Alasannya

    Pengamat Tolak Rencana Merger Pelita Air dan Garuda (GIAA), Ini Alasannya

    Bisnis.com, JAKARTA — Pengamat penerbangan sepakat menolak dengan tegas rencana peleburan atau merger maskapai penerbangan milik PT Pertamina (Persero), Pelita Air ke PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA).

    Pengamat Penerbangan Alvin Lie menyampaikan bahwa sejak lama dirinya tidak mendukung ide merger maskapai pelat merah. Dirinya lebih mendukung jika tetap ada tiga maskapai yang berdiri dengan brand, karakter, dan segmen pasar masing-masing.

    Menurutnya, jika Pelita Air merger dengan Garuda Indonesia, secara otomatis Pelita Air akan hilang. Begitu pula dengan izin usaha maupun izin rute yang telah ada, maka terpaksa dicabut. 

    “Demikian pula brand value, identitas karakter, dan customer base yang telah dibangun selama ini jadi mubazir. Lenyap,” tuturnya kepada Bisnis, Minggu (14/9/2025).  

    Dibandingkan merger atau penggabungan, lanjut Alvin, pendekatan berbasis aliansi akan jauh lebih strategis. Contohnya model aliansi global seperti OneWorld, SkyTeam, dan Star Alliance, yang mampu menawarkan sinergi layanan tanpa harus menghilangkan identitas tiap maskapai. 

    Aliansi memberikan potensi pelayanan yang lebih baik, seperti koneksi penerbangan yang mulus (seamless connection), kemudahan connecting flight, hingga kolaborasi dalam pemasaran

    “Dalam struktur aliansi, tiga maskapai ini justru bisa menjadi kekuatan kolektif yang lebih tangguh dibanding hanya satu maskapai tunggal dalam menghadapi persaingan pasar,” jelasnya. 

    Senada, Pengamat Penerbangan Gerry Soejatman menilai bahwa apapun yang terjadi pada akhirnya nanti, baik aliansi maupun merger, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) harus siaga untuk memastikan kompetisi usaha tetap sehat.

    Gerry melihat apabila tidak terjadi merger, tetapi mempertimbangkan kerja sama, aliansi domestik dapat menjadi pilihan. Namun, KPPU harus siaga untuk memastikan bahwa aliansi atau merger tidak menggerus kompetisi. 

    “Jika merger menciptakan dominasi pasar dan membuahkan anti-competitive behaviour, KPPU harus bertindak tegas demi menjaga kepentingan konsumen dan pasar yang sehat,” jelasnya. 

    Dampak ke Kinerja

    Penolakan pun telah disampaikan oleh wakil rakyat, alias DPR. Anggota Komisi VI DPR dari Fraksi PAN Abdul Hakim Bafagih menegaskan bahwa fraksinya menolak rencana tersebut. Menurutnya, kinerja Pelita Air yang kini baik berisiko menjadi buruk usai dilebur ke Garuda Indonesia. 

    “Ini perusahaan lagi bagus-bagusnya. Kalau kemudian digabungkan, dimerger atau aksi korporasi lain dengan perusahaan yang lagi terseok-seok, yang periode lalu saya ikut memutuskan upaya penyelamatan Garuda, yang sampai sekarang tidak muncul perbaikannya, kasihan Pelitanya,” ujarnya dilansir dari akun Instagram @amanatnasional, Kamis (11/9/2025). 

    Lebih lanjut, jika spin-off tetap harus dilakukan, Abdul mengusulkan agar Pelita Air dijadikan langsung anak usaha Danantara. 

    Adapun, isu meleburnya maskapai BUMN dalam Garuda Indonesia kembali mencuat usai pertemuan PT Pertamina (Persero) di DPR. 

    Di mana Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Simon Aloysius Mantiri menyampaikan bahwa perusahaan-perusahaan pelat merah yang memiliki lini bisnis sejenis bakal digabungkan. Dia mencontohkan, maskapai Pelita Air bakal bergabung dengan Garuda Indonesia. 

    “Sebagai contoh, untuk airline kami, kita sedang melakukan penjajakan awal untuk penggabungan dengan Garuda Indonesia. Begitu juga untuk sektor insurance, sektor pelayanan kesehatan, hospitality, Patra Jasa, tentunya akan mengikuti roadmap yang sudah dipersiapkan oleh Danantara,” jelas Simon dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (11/9/2025). 

    Pelita Air sendiri telah beroperasi melayani penerbangan komersial sejak Agustus 2023 menggunakan armada Airbus A320. 

    Bahkan sepanjang 2024 tingkat keterisian kursi (seat load factor) Pelita Air tercatat sebesar 81%, ditambah ketepatan waktu penerbangan yang konsisten di atas 90%. 

    Sementara pada Agustus 2025 lalu, Pelita Air juga telah memulai penerbangan internasionalnya, dengan rute perdana Jakarta-Singapura. Pelita Air juga mencatatkan pertumbuhan pendapatan sebesar 81,34% pada 2024 dan pencapaian laba untuk pertama kalinya sepanjang sejarah perseroan. 

  • Boeing Rayu Maskapai RI Tambah Pesawat, Pelita Air Tak Tertarik

    Boeing Rayu Maskapai RI Tambah Pesawat, Pelita Air Tak Tertarik

    Bisnis.com, JAKARTA — Maskapai penerbangan lokal belum tertarik untuk menyewa pesawat Boeing. Salah satu pertimbangannya adalah perihal efisiensi operasional.

    Direktur Utama Pelita Air Dendy Kurniawan mengungkapkan pihaknya masih akan fokus pada operasional armada Airbus dan belum melirik Boeing untuk menggantikan pesawat-pesawatnya.  

    Sampai saat ini pun, pihaknya juga belum ada pembicaraan maupun rencana untuk pembelian Boeing. 

    “Kami fokus untuk Airbus dulu dan belum melihat merk lain, supaya lebih efisien & simple dalam beroperasi,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (27/8/2025). 

     Untuk diketahui, saat ini PT Pelita Air Service (PAS) mengoperasionalkan armada Airbus A320 untuk mengangkut penumpang domestik, maupun penerbangan internasional perdananya ke Singapura, beberapa waktu lalu. 

     Berbeda dengan Garuda Indonesia yang memang sejak sebelum Covid-19 sudah teken kontrak pembelian 50 pesawat Boeing 777. Dalam hal ini, Dave enggan berkomentar soal kabar pembelian tersebut. 

    Sebelumnya, Comercial Marketing Managing Director Boeing for Asia Pacific (APAC) Dave Schulte memprediksikan Indonesia masih membutuhkan 600 unit pesawat agar angka departing seats per capita dapat setara dengan rata-rata negara di Asia Tenggara serta mendukung pertumbuhan ekonomi. 

    Dave menyampaikan bahwa saat ini rata-rata ada sekitar 0,4 kursi per kapita yang berangkat dari Indonesia.  

    Membandingkan dengan Malaysia dengan angka 1,83, sementara rata-rata di Asia Tenggara adalah sekitar 0,65 kursi per kapita. Sedangkan Thailand, Vietnam, dan Singapura memiliki angka yang sangat tinggi, masing-masing sebesar 1,18, 0,65, dan 6,97. Pasalnya, angka tersebut tidak sejalan dengan jumlah penduduk Indonesia yang hampir 300 juta penduduk—jauh lebih besar dari Singapura maupun Malaysia. 

    “Jika kita ingin meningkatkan jumlah kursi per kapita di Indonesia hingga rata-rata Asia Tenggara, itu berarti bahwa melakukannya secara instan akan membutuhkan sekitar 600 pesawat baru untuk masuk ke Indonesia dalam waktu dekat,” ungkapnya dalam Commercial Market Outlook (CMO) 2025 di kantor Boeing Indonesia, Rabu (27/8/2025). 

    Mengingat, Indonesia memang memiliki armada dengan jumlah terbesar, tetapi juga tertua karena rata-rata umur pesawat 14,4 tahun dan hanya 5% dari total pesawat yang merupakan generasi baru. 

    Sementara armada-armada baru dari Boeing seperti 737 Max maupun 777X dengan keandalan tinggi serta efisiensi operasional yang mendukung dapat menurunkan tarif pesawat yang cukup tinggi di Indonesia. Alhasil, lalu lintas penumpang di Indonesia pun juga dapat tumbuh. 

    “Semoga pesawat generasi baru dapat membantu meningkatkan efisiensi maskapai penerbangan, yang pada gilirannya akan membantu posisi penumpang dalam hal tarif penerbangan,” lanjutnya. 

  • Pengumuman! AirAsia X Kini Buka Rute Baru ke Turki

    Pengumuman! AirAsia X Kini Buka Rute Baru ke Turki

    Jakarta: AirAsia X (AAX) umumkan peluncuran rute baru menuju Istanbul, Turki, rencananya akan mulai beroperasi pada 14 November 2025 dengan frekuensi penerbangan 4 kali seminggu.

    AirAsia X sendiri adalah anak perusahaan dari grup AirAsia yang mengoperasikan pesawat berbadan lebar (wide body) Airbus A330 – yang berfokus pada penerbangan jarak menengah hingga jarak jauh (long-haul).

    “Istanbul selalu menjadi destinasi impian bagi banyak tamu kami, dan peluncurannya menjadi momen membanggakan lainnya dalam perjalanan kami membangun kembali lebih kuat dari sebelumnya. Menyusul ekspansi terbaru kami ke Asia Tengah, rute yang telah lama ditunggu ini membawa kami selangkah lebih dekat untuk menghadirkan konektivitas lintas benua jarak menengah yang terjangkau,” kata Benyamin Ismail, CEO AirAsia X dalam peluncuran rute Kuala Lumpur-Istanbul di AirAsia RedQ, Kuala Lumpur Malaysia, Selasa, 12 Agustus 2025.

    Benyamin menambahkan pembukaan rute yang menghubungkan kota dua benua di mana Timur bertemu Barat ini mencerminkan visi AAX, yakni menjembatani Asia dan sekitarnya melalui perjalanan jarak menengah dengan harga terjangkau.

    “Ini adalah keputusan strategis yang memperkuat jaringan kami, membuka lebih banyak jalur kolaborasi bisnis, dan memperluas akses ke pengalaman baru bagi wisatawan di seluruh dunia,” tambahnya.

    Duta Besar Republik Türkiye untuk Malaysia, Yang Mulia Emir Salim Yüksel menyambut baik pembukaan rute penerbangan langsung Kuala Lumpur-Turki ini. Emir Salim menyebut hal ini merupakan langkah nyata dalam Kemitraan Strategis Komprehensif antara Malaysia dan Türkiye.

    “Hal ini tidak hanya akan meningkatkan arus pariwisata, tetapi juga memperluas hubungan bisnis, mendorong kolaborasi industri, serta membuka jalur baru untuk pendidikan, inovasi, dan interaksi antar masyarakat. Dengan meningkatkan konektivitas udara, kita mendekatkan kedua kawasan dengan cara yang menguntungkan wisatawan, komunitas, dan perekonomian,” ungkapnya.
     

    Peluncuran strategis ini menandai masuknya AAX yang telah lama diantisipasi ke Eropa,
    membuka gerbang penting yang menghubungkan Asia Tenggara ke Eropa melalui salah satu destinasi paling kaya sejarah dan unik secara geografis di dunia. Terletak di dua benua yang dipisahkan oleh Selat Bosphorus, Istanbul menawarkan kesempatan langka bagi wisatawan untuk merasakan keindahan dua dunia sekaligus.

    Maskapai ini akan beroperasi dari Bandara Internasional Sabiha Gökçen Istanbul (SAW), hub utama yang terhubung ke lebih dari 117 destinasi internasional dan 40 destinasi domestik. Hal ini memberikan lebih banyak pilihan perjalanan lanjutan bagi tamu dari Asia Tenggara, sekaligus memberikan akses mudah bagi wisatawan dari Istanbul dan sekitarnya ke jaringan AirAsia yang mencakup 130 destinasi dengan harga terbaik.

    Dari Istanbul, wisatawan dapat terhubung dengan mudah ke berbagai destinasi di Asia, termasuk Indonesia, Australia, Singapura, Tiongkok, Thailand, dan lainnya melalui layanan Fly-Thru yang praktis, tanpa perlu mengambil ulang bagasi. Begitu pula sebaliknya, wisatawan dari Eropa dan sekitarnya kini dapat menjelajahi keindahan Asia Tenggara dengan mudah melalui jaringan luas AirAsia.

    Sejak 3 Juli 2025, Indonesia memberlakukan kebijakan bebas visa 30 hari bagi warga negara Turki untuk tujuan wisata, bisnis, atau medis. Kebijakan ini mempermudah wisatawan Turki berkunjung ke Indonesia, yang pada tahun 2024 tercatat lebih dari 50.000 kunjungan. Dengan dibukanya rute langsung Kuala Lumpur–Istanbul oleh AirAsia X, akses perjalanan dari Turki ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menjadi semakin mudah dan menarik, sehingga diharapkan dapat mendorong peningkatan kunjungan wisatawan Turki ke Tanah Air.

    Sebagai kota terbesar dan pusat ekonomi Turki, Istanbul adalah destinasi yang memikat,
    menawarkan beragam peluang bagi wisatawan dari berbagai latar belakang. Dari landmark ikonik seperti Masjid Biru, Hagia Sophia, dan Istana Topkapi, hingga pasar tradisional seperti Grand Bazaar dan Spice Market, kota ini adalah harta karun sejarah dan kehidupan lokal yang semarak.

    Sebagai tambahan perayaan, seluruh tamu AirAsia juga dapat menikmati promo eksklusif diskon hingga 45% untuk bagasi tercatat saat memesan tiket, membuat perjalanan semakin
    menyenangkan.
    Jadwal Penerbangan AirAsia X Kuala Lumpur (KUL) – Turki (SAW)

    Penerbangan pertama akan dilakukan pada 14 November 2025. Berikut jadwal jadwal operasional AirAsia X dengan Kuala Lumpur-Turki pp itu:

    Kuala Lumpur (KUL) – Turki (SWA) dengan nomor penerbangan D7 604, take off pukul 09:35 (waktu setempat) dan jadwal sampai pada 16:05 (waktu setempat) dengan frekuensi empat kali sepekan (Senin, Rabu, Jumat, Minggu)

    Turki (SWA) – Kuala Lumpur (KUL) dengan nomor penerbangan D7 605, jadwal terbang 17:20 waktu setempat dan tiba di Kuala Lumpur 08:40+1, juga melayani empat kali dalam seminggu.

    Jakarta: AirAsia X (AAX) umumkan peluncuran rute baru menuju Istanbul, Turki, rencananya akan mulai beroperasi pada 14 November 2025 dengan frekuensi penerbangan 4 kali seminggu.
     
    AirAsia X sendiri adalah anak perusahaan dari grup AirAsia yang mengoperasikan pesawat berbadan lebar (wide body) Airbus A330 – yang berfokus pada penerbangan jarak menengah hingga jarak jauh (long-haul).
     
    “Istanbul selalu menjadi destinasi impian bagi banyak tamu kami, dan peluncurannya menjadi momen membanggakan lainnya dalam perjalanan kami membangun kembali lebih kuat dari sebelumnya. Menyusul ekspansi terbaru kami ke Asia Tengah, rute yang telah lama ditunggu ini membawa kami selangkah lebih dekat untuk menghadirkan konektivitas lintas benua jarak menengah yang terjangkau,” kata Benyamin Ismail, CEO AirAsia X dalam peluncuran rute Kuala Lumpur-Istanbul di AirAsia RedQ, Kuala Lumpur Malaysia, Selasa, 12 Agustus 2025.

    Benyamin menambahkan pembukaan rute yang menghubungkan kota dua benua di mana Timur bertemu Barat ini mencerminkan visi AAX, yakni menjembatani Asia dan sekitarnya melalui perjalanan jarak menengah dengan harga terjangkau.
     
    “Ini adalah keputusan strategis yang memperkuat jaringan kami, membuka lebih banyak jalur kolaborasi bisnis, dan memperluas akses ke pengalaman baru bagi wisatawan di seluruh dunia,” tambahnya.
     
    Duta Besar Republik Türkiye untuk Malaysia, Yang Mulia Emir Salim Yüksel menyambut baik pembukaan rute penerbangan langsung Kuala Lumpur-Turki ini. Emir Salim menyebut hal ini merupakan langkah nyata dalam Kemitraan Strategis Komprehensif antara Malaysia dan Türkiye.
     
    “Hal ini tidak hanya akan meningkatkan arus pariwisata, tetapi juga memperluas hubungan bisnis, mendorong kolaborasi industri, serta membuka jalur baru untuk pendidikan, inovasi, dan interaksi antar masyarakat. Dengan meningkatkan konektivitas udara, kita mendekatkan kedua kawasan dengan cara yang menguntungkan wisatawan, komunitas, dan perekonomian,” ungkapnya.
     

     

    Peluncuran strategis ini menandai masuknya AAX yang telah lama diantisipasi ke Eropa,
    membuka gerbang penting yang menghubungkan Asia Tenggara ke Eropa melalui salah satu destinasi paling kaya sejarah dan unik secara geografis di dunia. Terletak di dua benua yang dipisahkan oleh Selat Bosphorus, Istanbul menawarkan kesempatan langka bagi wisatawan untuk merasakan keindahan dua dunia sekaligus.
     
    Maskapai ini akan beroperasi dari Bandara Internasional Sabiha Gökçen Istanbul (SAW), hub utama yang terhubung ke lebih dari 117 destinasi internasional dan 40 destinasi domestik. Hal ini memberikan lebih banyak pilihan perjalanan lanjutan bagi tamu dari Asia Tenggara, sekaligus memberikan akses mudah bagi wisatawan dari Istanbul dan sekitarnya ke jaringan AirAsia yang mencakup 130 destinasi dengan harga terbaik.
     
    Dari Istanbul, wisatawan dapat terhubung dengan mudah ke berbagai destinasi di Asia, termasuk Indonesia, Australia, Singapura, Tiongkok, Thailand, dan lainnya melalui layanan Fly-Thru yang praktis, tanpa perlu mengambil ulang bagasi. Begitu pula sebaliknya, wisatawan dari Eropa dan sekitarnya kini dapat menjelajahi keindahan Asia Tenggara dengan mudah melalui jaringan luas AirAsia.
     
    Sejak 3 Juli 2025, Indonesia memberlakukan kebijakan bebas visa 30 hari bagi warga negara Turki untuk tujuan wisata, bisnis, atau medis. Kebijakan ini mempermudah wisatawan Turki berkunjung ke Indonesia, yang pada tahun 2024 tercatat lebih dari 50.000 kunjungan. Dengan dibukanya rute langsung Kuala Lumpur–Istanbul oleh AirAsia X, akses perjalanan dari Turki ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menjadi semakin mudah dan menarik, sehingga diharapkan dapat mendorong peningkatan kunjungan wisatawan Turki ke Tanah Air.
     
    Sebagai kota terbesar dan pusat ekonomi Turki, Istanbul adalah destinasi yang memikat,
    menawarkan beragam peluang bagi wisatawan dari berbagai latar belakang. Dari landmark ikonik seperti Masjid Biru, Hagia Sophia, dan Istana Topkapi, hingga pasar tradisional seperti Grand Bazaar dan Spice Market, kota ini adalah harta karun sejarah dan kehidupan lokal yang semarak.
     
    Sebagai tambahan perayaan, seluruh tamu AirAsia juga dapat menikmati promo eksklusif diskon hingga 45% untuk bagasi tercatat saat memesan tiket, membuat perjalanan semakin
    menyenangkan.

    Jadwal Penerbangan AirAsia X Kuala Lumpur (KUL) – Turki (SAW)

    Penerbangan pertama akan dilakukan pada 14 November 2025. Berikut jadwal jadwal operasional AirAsia X dengan Kuala Lumpur-Turki pp itu:
     
    Kuala Lumpur (KUL) – Turki (SWA) dengan nomor penerbangan D7 604, take off pukul 09:35 (waktu setempat) dan jadwal sampai pada 16:05 (waktu setempat) dengan frekuensi empat kali sepekan (Senin, Rabu, Jumat, Minggu)
     
    Turki (SWA) – Kuala Lumpur (KUL) dengan nomor penerbangan D7 605, jadwal terbang 17:20 waktu setempat dan tiba di Kuala Lumpur 08:40+1, juga melayani empat kali dalam seminggu.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

    (RUL)

  • Kilas Balik Pesawat N250, Simbol Teknologi Nasional yang Berakhir di Museum

    Kilas Balik Pesawat N250, Simbol Teknologi Nasional yang Berakhir di Museum

    Bisnis.com, JAKARTA — Tepat pada 10 Agustus 1995 atau 30 tahun yang lalu, pesawat asli buatan Bapak Teknologi Nasional, Bacharudin Jusuf Habibie, N250 untuk pertama kalinya mengudara di langit Indonesia. 

    Terbangnya pesawat N250 Gatotkaca secara perdana di langit Kota Bandung dan disaksikan langsung oleh Presiden Soeharto, diabadikan sebagai peringatan Hari Teknologi Nasional (Harteknas) setiap tanggal 10 Agustus. 

    Sayang, masa depan N250 yang diciptakan Habibie tak berlangsung lama usai krisis moneter yang menerpa Indonesia. Memaksa Proyek Strategis Nasional (PSN) itu berhenti dengan imbalan utang dari Dana Moneter Internasional/International Monetary Fund (IMF). 

    Alhasil, pesawat tersebut harus mendekam di hangar PT Industri Pesawat Terbang Nasional (IPTN), kini menjadi PT Dirgantara Indonesia (Persero), selama 25 tahun sebelum akhirnya dibawa ke museum Pusat TNI AU Dirgantara Mandala (Muspusdirla) Yogyakarta pada 2020. 

    Spesifikasi Pesawat N250 

    Melansir dari laman resmi Institut Teknologi Dirgantara Adisutjipto, pesawat N250 Memiliki spesifikasi mesin dual turboprop 2439 KW Allison AE 2100C dengan 6 bilah baling-baling. 

    Pesawat ini memiliki berat kosong 13.665 kg, berat maksimum saat lepas landas 22.000 kg,  panjang 26,30 meter, tinggi 8,37 meter, serta rentang sayap 28 meter.

    N250 Gatotkaca mampu terbang dengan kecepatan maksimal 610 km per jam dan kecepatan ekonomis 555 km per jam. Kecepatan ini menjadi angka tertinggi di kelas turboprop dengan 50 penumpang. 

    Sedangkan untuk ketinggian operasinya adalah 25.000 kaki atau 7.620 meter di atas permukaan laut dengan daya jelajah mencapai 2.040 km. Sementara bahan bakar standar pada N250 mampu menjelajah hingga 1.480 km. 

    Pesawat Gatotkaca N250 di Museum

    Sementara berdasarkan catatan pemberitaan Bisnis, salah satu keunggulan yang ditonjolkan IPTN untuk memenangkan pertempuran di medan pemasaran pesawat komuter 80 penumpang kala itu adalah melengkapi N-250 dengan sistem pengendali penerbangan fly by wire (FBW).

    Selama ini, teknologi FBW baru diterapkan pada pesawat tipe besar seperti Airbus A-320 dan Boeing 777. Dengan demikian, N-250 merupakan jenis pesawat yang ketiga menggunakan teknologi tersebut, atau yang pertama dalam kelas komuter.

    Selain pertimbangan keamanan, sistem FBW juga dimaksudkan untuk memudahkan pilot mengendalikan pesawat tersebut dalam setiap kondisi.

    Sejarah Pesawat N250 

    Rencana pengembangan pesawat N250 ini pertama kali diungkapkan oleh PT Industri Pesawat Terbang Nusantara (IPTN) yang sekarang menjadi PT. Dirgantara Indonesia pada Paris Air Show di tahun 1989. Pembuatan prototipe pesawat N250 Gatotkaca dimulai pada tahun 1992.

    Awalnya, pesawat ini dibuat dengan kapasitas 30 penumpang, namun pada tahun 1989 desain tersebut diubah dan dibuat dengan kapasitas 50 penumpang. Sejatinya, pesawat ini dibuat untuk menjadi alat transportasi antar pulau dan antar kota, karena itu bentuk N250 tidak terlalu besar.

    Pemberian nama pesawat N250 Gatotkaca tentu bukanlah tanpa alasan. Kode N pada nama pesawat memiliki arti sebagai “Nusantara” yang menunjukkan bahwa proses desain hingga produksinya dikerjakan di Indonesia. Sedangkan “Gatotkaca” yang disematkan pada pesawat tersebut adalah nama pemberian presiden RI ke-2 Soeharto untuk prototipe N250.

    Sementara itu angka 250 mengacu pada 2 mesin dan 50 mewakili kapasitas pesawat dengan 50 penumpang. Pesawat hasil rancangan BJ Habibie ini menggunakan teknologi yang cukup canggih yang dibuat untuk 30 tahun kedepan. 

    Mendiang Bacharudin Jusuf Habibie, yang kala itu memimpin IPTN, nyatanya sudah menyiapkan 4 desain prototipe pesawat komuter dengan kapasitas angkut 50 orang—termasuk N250. 

    BJ Habibie

    Empat gambar desain pesawat itu kini masih dipajang di kantor PT Dirgantara Indonesia (Persero). Presiden Kedua RI Soeharto bahkan sempat memberikan nama pada masing-masing gambar rancangan pesawat N250 tersebut. 

    Pertama, Gatotkoco, lalu Kerincing Wesi, Konconegoro, dan terakhir Putut Guritno. Sobekan kertas halaman buku tulis berisi tulisan tangan masing-masing nama-nama pesawat itu dipajang bersama gambar 4 desain pesawat itu, diparaf Habibie tanggal 17 Agustus 1993.

    Dua di antaranya, yakni Gatotkoco dan Koconegoro sudah rampung dibangun kala itu. Sementara empat pesawat seluruhnya disiapkan untuk menjalani uji sertifikasi agar lebih cepat rampung melalap jam terbang yang dipersyaratkan bagi pesawat baru. 

    “Dua sudah terbang. Sudah mulai start sertifikasi, tapi belum selesai. Belum tuntas, sampai krisis terjadi dan proyek ini dihentikan,” kata Direktur PT Dirgantara Indonesia (Persero) Elfien Goentoro kala itu. 

    Habibie menyebutkan harga jual N-250 diperkirakan mencapai US$13,5 juta atau sekitar Rp27 miliar. dengan harga jual sebesar itu, IPTN akan mencapai break even point setelah melahirkan Gatotkaca yang ke-260. 

    Jumlah penjualan itu diperkirakan tercapai pada 2007, kalau pemasaran lancar. Sementara itu, IPTN cukup banyak menyedot dana untuk pengembangan proyek prestisius tersebut. Setidaknya US$650 juta dana dari kantung pemerintah yang akan dilahap guna memenuhi keperluan tersebut.

    Harapan penjualan dan cita-cita N250 hilir mudik di langit Nusantara pun tak pernah terjadi imbas krisis moneter. N250 bahkan menjadi salah satu poin dalam perjanjian dengan IMF, di mana penghentian program ditukar dengan dukungan utang IMF untuk membantu ekonomi Indonesia. 

  • Bandara Mutiara SIS Al-Jufri Palu Resmi Naik Kelas Jadi Internasional

    Bandara Mutiara SIS Al-Jufri Palu Resmi Naik Kelas Jadi Internasional

    Palu, Beritasatu.com – Upaya gigih Gubernur Sulawesi Tengah Anwar Hafid dalam mendorong kemajuan infrastruktur transportasi udara akhirnya membuahkan hasil besar. Setelah tiga bulan mengusulkan kepada pemerintah pusat, status Bandara Mutiara SIS Al-Jufri Palu kini resmi naik kelas menjadi bandara internasional penuh.

    Keputusan tersebut tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM 37 dan KM 38 Tahun 2025, yang menetapkan peningkatan status bandara kebanggaan masyarakat Sulteng ini. Dengan perubahan status tersebut, Bandara Mutiara SIS Al-Jufri kini memiliki kewenangan melayani penerbangan langsung dari dan ke luar negeri, tidak hanya untuk penerbangan carter tetapi juga penerbangan reguler.

    “Kita bersyukur, usulan yang kita sampaikan kepada pemerintah pusat sejak tiga bulan terakhir ini alhamdulillah membuahkan hasil. Bandara Mutiara SIS Al-Jufri saat ini adalah bandara internasional,” ungkap Gubernur Anwar Hafid dengan penuh rasa syukur.

    Gubernur menjelaskan, pihaknya telah melakukan rapat koordinasi untuk memetakan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam enam bulan ke depan sebelum operasional penerbangan internasional dimulai. 

    Persiapan ini mencakup koordinasi administrasi dengan pihak terkait seperti bea cukai, imigrasi, dan karantina agar seluruh dokumen, perizinan, dan sistem administrasi memenuhi standar internasional. 

    Di sisi lain, penempatan dan pelatihan personel di pos imigrasi, karantina, dan bea cukai akan segera dilakukan untuk memastikan pelayanan penumpang internasional berjalan optimal. 

    Fasilitas pendukung juga tengah disiapkan, termasuk pengadaan peralatan penting seperti X-ray senilai Rp 2 miliar–Rp 2,5 miliar yang dibutuhkan untuk pemeriksaan keamanan. Selain itu, pemerintah daerah juga akan melengkapi persyaratan teknis lainnya, termasuk rekomendasi dari Kementerian Pertahanan.

    “Kami mohon doa dan dukungan semua pihak. Ini kebanggaan kita bersama. Sultan Nambaso!” seru Gubernur Anwar.

    Salah satu pertimbangan penetapan adalah untuk mendukung pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Palu. Bandara Mutiara mendapatkan status internasional penuh, berbeda dengan Bandara IMIP di Morowali yang hanya diberikan status internasional untuk penerbangan carter selama satu tahun.

    Gubernur juga menekankan pentingnya peningkatan kapasitas landasan pacu agar pesawat berbadan lebar seperti Airbus A330 dapat terbang langsung ke Tiongkok atau rute jarak jauh lainnya tanpa perlu transit. 

    Saat ini panjang landasan masih 2.500 meter sehingga penerbangan jarak jauh memerlukan technical landing di Aceh atau Kualanamu untuk pengisian bahan bakar. 

    Dengan perpanjangan landasan, pesawat dapat langsung menuju negara tujuan, biaya perjalanan menjadi lebih murah, dan peluang pelaksanaan ibadah haji maupun umrah langsung dari Palu akan terbuka. 

    Untuk itu, pemerintah provinsi berencana mencari dukungan pendanaan, termasuk melalui skema CSR dari perusahaan besar, guna menambah panjang landasan 500 meter sesuai standar Kementerian Perhubungan.

    Dengan status internasional ini, Gubernur Anwar optimistis Bandara Mutiara SIS Al-Jufri akan menjadi pintu gerbang utama Sulawesi Tengah menuju dunia. Menurutnya, hal ini merupakan peluang besar bagi sektor pariwisata, investasi, dan UMKM, karena wisatawan mancanegara kini bisa datang langsung tanpa harus transit di kota lain. 

    Era baru konektivitas udara ini diharapkan membawa dampak ekonomi yang signifikan serta mempercepat transformasi Sulawesi Tengah sebagai destinasi unggulan di Indonesia Timur.

  • Pameran Helikopter HEXIA 2025 Digelar 20-24 Agustus, Segini Harga Tiketnya

    Pameran Helikopter HEXIA 2025 Digelar 20-24 Agustus, Segini Harga Tiketnya

    Jakarta

    Pameran helikopter bertajuk Heli Expo Asia atau HEXIA 2025 kembali digelar di Cengkareng Heliport, Jakarta Barat pada 20-24 Agustus mendatang. Acara tersebut dibuka untuk umum dengan harga tiket yang cukup terjangkau.

    HEXIA 2025 mengusung tema ‘Elevating the Industry, Transforming Sustainable Tomorrow’ dengan visi menjadi episentrum pertumbuhan dan inovasi industri helikopter di Asia. Pameran tersebut saat ini sudah memasuki tahun ketiga.

    “HEXIA 2025 bukan hanya sekadar platform, tetapi sebuah ekosistem yang mendorong pertumbuhan inovasi dan kolaborasi lintas sektor, mulai dari pelaku usaha, pemimpin industri, pemangku kepentingan, hingga perwakilan pemerintah dan swasta, baik nasional maupun internasional,” ujar T. Iskandar Muda selaku CEO Heli Expo Asia.

    “Kami juga membuka HEXIA 2025 untuk publik luas, termasuk keluarga dan mahasiswa, agar bisa melihat langsung perkembangan teknologi transportasi udara, mencoba joyflight, dan mengenal lebih dekat industri helikopter,” tambahnya.

    HEXIA 2025. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Tahun ini, pameran digelar secara eksklusif di Helicopter Display Center (HDC) – area khusus yang terletak di gedung baru Main Facility Building (MFB) milik Whitesky Aviation.

    Sebagai bentuk dukungan terhadap visi tersebut, Whitesky Aviation – selaku champion company di sektor helikopter dan transportasi udara – turut memfasilitasi penyelenggaraan pameran.

    “Pembangunan MFB dan HDC tidak hanya ditujukan untuk menghadirkan layanan dengan standar ‘sixth star’ bagi para pelaku industri, tetapi juga menjadi wujud komitmen kami dalam memperkuat infrastruktur helikopter yang modern dan berstandar tinggi,” kata Ari Nurwanda selaku CCO Whitesky Aviation.

    HEXIA 2025 akan diramaikan perusahaan taksi udara listrik eVTOL (electric vertical take-off and landing) dari Jepang SKYDRIVE sebagai bentuk eksplorasi teknologi taksi udara masa depan yang modern dan efisien.

    HEXIA 2025. Foto: Septian Farhan Nurhuda/detik.com

    Selain itu, Pengunjung berkesempatan melihat langsung berbagai helikopter canggih yang ditampilkan, mulai dari Bell 505 yang lincah dengan jendela panorama, sistem navigasi Garmin G1000HTM, dan headphone anti-bising; Airbus ACH145 dengan kabin lega, teknologi Helionix, kamera belakang, dan colokan charger; hingga Bell 429 yang menghadirkan kenyamanan kelas bisnis lewat kabin empuk, sistem autopilot, dan mesin ganda untuk performa maksimal.

    Selama lima hari penyelenggaraan, pengunjung dapat mengikuti sesi konferensi dengan lebih dari 30 pembicara dari dalam dan luar negeri, serta menikmati lebih dari 70 penerbangan helikopter gratis yang ditawarkan selama acara.

    Berikut Harga Tiket HEXIA 2025Daily Pass – Rp 29 ribuDaily Pass Group – Rp 99 ribuBusiness Class (5-days pass) – Rp 3,49 jutaFirst Class Group (5-days pass) – Rp 5,49 juta.

    Sebagai catatan, pengunjung yang membeli tiket ketiga dan keempat berhak mendapat pengalaman business lounge acess, exclusive merch bundle dan jalan-jalan naik helikopter.

    (sfn/dry)