Perusahaan: Airbus

  • Erick Thohir Minta Garuda cs Siap Hadapi Lonjakan Penumpang di Lebaran 2025

    Erick Thohir Minta Garuda cs Siap Hadapi Lonjakan Penumpang di Lebaran 2025

    Jakarta

    Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengingatkan maskapai Garuda Indonesia, Citilink, Pelita Air, pengelola bandara Angkasa Pura dan Airnav untuk mempersiapkan diri menghadapi lonjakan penumpang pada periode lebaran 2025 yang jatuh pada Maret 2025.

    Dalam hal ini ia memanggil Direktur Utama (Dirut) Garuda Indonesia, Dirut Citilink, Dirut Pelita Air, dan Dirut Angkasa Pura dan Dirut Airnav di Kementerian BUMN, Kamis (2/1/2024)

    “Persiapan tentu untuk lebaran. Karena memang kan Nataru mungkin tanggal 4 ini sudah terjadi penurunan penumpang. Tetapi kalau kita ingat nanti ada Ramadan, lebaran ini kan di bulan Maret kita harus antisipasi,” katanya.

    Antisipasi tersebut lantaran, Erick memprediksi jumlah penumpang pesawat pada periode lebaran 2025 meningkat 5 kali lipat dibandingkan pada periode Natal dan Tahun Baru 2024/2025.

    “Jadi saya minta tadi dari airport, dari penerbangan mulai coba merencanakan dengan masing-masing jumlah pesawat yang dimiliki. Supaya pada saat Lebaran ini kita bisa antisipasi yang hari ini sudah baik lebih baik lagi. Karena dibandingkan Nataru ini kita mungkin bisa 5 kali lipat,” katanya.

    Ditempat yang sama, Direktur Utama PT Garuda Indonesia, Wamildan Tsani Pandjaitan menargetkan penambahan jumlah pesawat untuk tahun 2025 sebanyak 20 pesawat.

    Adapun pada Januari 2025 ini Garuda Indonesia Garuda akan kedatangan dua pesawat baru dengan merek Boeing.

    “Jadi Januari ini kita kedatangan dua pesawat lagi Boeing, dan di Februari nanti kita operasikan satu lagi tambahan (jenis) 737. Harapannya nanti total sampai 2025 kita bisa mencapai sampai 20 pesawat,” ungkapnya.

    Sementara itu, PT Pelita Air Service bakal mengoperasikan 18 pesawat tahun 2025. Adapun tahun ini, Pelita Air juga menargetkan penambahan enam unit pesawat dari jumlah total 12 pesawat saat ini.

    Direktur Utama Pelita Air, Dendy Kurniawan menuturkan, unit pesawat yang ditambah bermerek Airbus. Dari total enam unit tambahan, kata Dandy, dua di antaranya pesawat wide body atau berbadan besar dengan kapasitas penumpang lebih banyak.

    “Jadi bukan rencana sudah pasti tinggal menunggu datang, itu tambahan lagi enam. Jadi akan 18 pesawat kita operasikan di 2025. Nah kami ini terus menambah pesawat juga, dan yang kami sedang cari adalah yang wide body. Dua unit wide body yang pesawat yang besar,” kata Dandy.

    (kil/kil)

  • Bos Garuda Indonesia Buka Suara soal Isu Pembelian Pesawat COMAC Asal China – Page 3

    Bos Garuda Indonesia Buka Suara soal Isu Pembelian Pesawat COMAC Asal China – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta PT Garuda Indonesia (Persero) buka suara terkait pemberitaan yang menyebutkan rencana pembelian armada pesawat tipe C919 dari perusahaan asal China, Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC). Saat ini, COMAC disebut-sebut bakal menjadi pesaing kuat Boeing hingga Airbus.

    Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk Wamildan Tsani Panjaitan mengaku pihaknya telah melakukan komunikasi dengan perusahaan Comac.

    “Nanti kita lihat ya. Kalau komunikasi sudah dimulai. Kalau komunikasi sudah dimulai,” ujar Wamildan dalam sesi doorstop perihal Safety Penerbangan dan Persiapan Lebaran 2025 di Kementerian BUMN, Jakarta, Kamis (2/1).

    Wamildan menekankan bahwa proses komunikasi tersebut masih belum pada tahap rencana pembelian armada buatan Comac tersebut.

    Ia menyebut masih terdapat sejumlah prosedur yang harus dilalui perusahaan untuk akhirnya bisa mendatangkan armada pesawat baru.

    “Tetapi kan kalau sampai betul-betul pesawatnya kita operasikan kan itu masih prosesnya panjang sekali,” tegasnya.

    Wamildan menyebut, pada Januari 2025 akan kedatangan sebanyak dua unit armada tambahan baru dari perusahaan Boeing. Dengan ini, total armada pesawat yang dimiliki Garuda Indonesia mencapai 20 unit.

    “Jadi Januari ini kita kedatangan 2 pesawat lagi Boeing. Dan di Februari nanti kita operasikan 1 lagi tambahan 737. Harapannya nanti total sampai 2025 kita bisa mencapai sampai 20 pesawat,” ucapnya.

    Namun, ia tidak menyebut armada yang didatangkan tersebut merupakan pembelian baru atau sistem sewa.

    Pesawat Asal China

    Sebelumnya, Produsen pesawat asal China, Commercial Aircraft Corporation of China (COMAC) kembali menerbangkan pesawat C919 buatannya ke luar negeri. Melansir Channel News Asia, Senin (19/2/2024) C919 melakukan penerbangan tinjauan perdana di Singapura pada Minggu (18/2).

     

     

  • Pelita Air Bakal Kedatangan 6 Pesawat Anyar Tahun Ini

    Pelita Air Bakal Kedatangan 6 Pesawat Anyar Tahun Ini

    Bisnis.com, JAKARTA – Maskapai Grup Pertamina, PT Pelita Air Service menyebutkan akan kedatangan 6 pesawat baru sepanjang 2025. 

    Direktur Utama Pelita Air Service Dendy Kurniawan mengatakan PAS sedang menunggu kedatangan 6 pesawat dari Airbus yang dijadwalkan tiba tahun ini. 

    “Tahun ini sudah pasti, jadi bukan rencana, tinggal tunggu datang tambahan 6 [pesawat] lagi,” kata Dendy di Kementerian BUMN, Kamis (2/1/2025). 

    Dendy menjelaskan pesawat anyar tersebut merupakan jenis Wide Body. Nantinya, pesawat tersebut digunakan untuk mendukung PT Garuda Indonesia Tbk. (GIAA) dalam penerbangan Haji dan Umrah. 

    Adapun saat ini pihaknya mengoperasikan 12 pesawat, dengan tambahan 6 pesawat lagi maka sampai dengan akhir tahun Pelita Air akan mengoperasikan 18 pesawat. 

    Sebelumnya, Pelita Air kedatangan pesawat baru jenis Airbus A320-200 yang langsung beroperasi pada Kamis (21/11/2024).  Berdasarkan informasi resmi, Pelita Air kedatangan pesawat dengan nomor registrasi PK-PWM. Pesawat tersebut merupakan pesawat ke-12 yang dioperasikan oleh Pelita Air. 

    Berdasarkan informasi resmi, Pelita Air kedatangan pesawat dengan nomor registrasi PK-PWM. Pesawat tersebut merupakan pesawat ke-12 yang dioperasikan oleh Pelita Air.  

    Sementara itu, sepanjang 2024, PAS melakukan penambahan sebanyak 3 pesawat. 

    Ekspansi

    Sebelumnya, Pelita Air Service berencana melakukan ekspansi ke rute internasional yaitu Singapura dan Bangkok sebagai penerbangan reguler. 

    Direktur Komersial Pelita Air Service Asa Perkasa menjelaskan saat ini pihaknya merencanakan penambahan rute internasional Jakarta – Singapura. Rute ini ditargetkan beroperasi pada 2024. 

    “Kenapa Singapura, karena saat ini [market] yang terbesar, mudah-mudahan tahun ini. Saya harapkan tahun ini Singapura, tahun depan Bangkok dalam hal ini sebagai reguler flight,” kata Asa Perkasa. 

    Sementara untuk rute Jakarta – Bangkok, Pelita Air masih akan memantau perkembangan pasar. Rencananya rute ini akan direalisasikan pada 2025 mendatang. 

    Asa mengklaim jika saat ini rute domestik milik Pelita Air sudah banyak dan akan dapat dikembangkan untuk ekspansi ke rute internasional. 

    Terbaru, Pelita Air membuka rute penerbangan baru Jakarta-Kendari-Jakarta (langsung) dengan melakukan penerbangan perdana dari Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta Jakarta (CGK) ke Bandara Halu Oleo Kendari (KDI).

    Pembukaan rute penerbangan baru ini merupakan pembukaan rute baru kedua pada April ini setelah sebelumnya Pelita Air membuka rute penerbangan nonstop Jakarta-Aceh-Jakarta pada 3 April 2024. 

  • Perekam Suara Kokpit Pesawat Jeju Air Berhasil Diekstraksi, FDR Masih Dalam Proses – Halaman all

    Perekam Suara Kokpit Pesawat Jeju Air Berhasil Diekstraksi, FDR Masih Dalam Proses – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Korea Selatan telah mengekstraksi data awal dari kotak hitam pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216 yang jatuh di Bandara Muan pada Minggu (29/12/2024).

    “Ekstraksi awal Perekam Suara Kokpit (CVR) telah selesai,” kata Wakil Menteri Penerbangan Sipil, Joo Jong-wan, Rabu (1/1/2025).

    “Hari ini, kami memulai proses konversi ke format file audio,” lanjutnya.

    “Kami berencana menyelesaikan pekerjaan ekstraksi audio sesegera mungkin,” tambahnya, seperti diberitakan surat kabar Hankyoreh.

    Data kotak hitam pertama CVR telah diekstraksi, sementara kotak hitam kedua Perekam Data Penerbangan (FDR) masih belum diekstraksi.

    Ia mencatat para ahli masih mencoba mengekstrak data dari kotak hitam kedua.

    Setelah analisis selesai, diharapkan dapat mengungkap pembicaraan rinci tentang proses pengembalian dan proses pendaratan badan pesawat.

    Data di FDR yang ditemukan dalam keadaan rusak, dipastikan masih utuh.

    Saat ini, ekstraksi data tidak dilakukan pada perangkat ini karena perangkat yang menghubungkannya ke perangkat ekstraksi data telah hilang.

    Ada kekhawatiran bahwa data itu sendiri telah rusak, namun Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi menegaskan hal tersebut tidak terjadi.

    “Karena konektor (perangkat penghubung) ditemukan hilang, kami sedang melakukan pemeriksaan akhir tentang cara mengekstrak datanya,” kata Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi.

    “Jika konektornya terlepas, diperlukan teknologi canggih untuk menyambungkannya kembali,” tambahnya.

    Kondisi Korban Selamat Alami Amnesia Traumatis

    Satu dari hanya dua orang yang selamat dari kecelakaan pesawat Jeju Air pada Minggu (29/12/2024) tampaknya mengalami amnesia traumatis.

    Dia tidak mengingat insiden kecelakaan mematikan tersebut.

    Ketika dokter di Rumah Sakit Mokpo Hankook bertanya tentang kondisinya, pramugari tersebut dilaporkan menjawab dengan kebingungan: “Apa yang terjadi? Bagaimana saya bisa ada di sini?”.

    Ia mengatakan kepada dokter bahwa hal terakhir yang ia ingat adalah mengenakan sabuk pengaman sebelum mendarat, karena ia mengira pesawat akan segera mendarat.

    Korban selamat itu mengaku tidak ingat apa pun setelah itu, Straits Times melaporkan.

    Seorang pramugari lainnya, yang juga selamat dan dirawat di rumah sakit yang sama, mengalami kondisi yang serupa.

    Pesan Terakhir

    Sebelum kecelakaan, seorang penumpang sempat mengirim pesan teks kepada keluarganya, mengabarkan bahwa pesawat tidak bisa mendarat karena ada burung yang tersangkut di sayapnya.

    Ini adalah salah satu pesan terakhir yang diketahui dikirimkan oleh penumpang tersebut kepada kerabatnya.

    “Seekor burung tersangkut di sayap pesawat, dan kami tidak bisa mendarat. Baru saja. Haruskah saya meninggalkan pesan terakhir saya?” kata penumpang tersebut dalam pesan teks kepada kerabat.

    Kerabat tersebut mengungkapkan bahwa setelah itu, penumpang tersebut tidak dapat dihubungi lagi.

    Para saksi mata kecelakaan melaporkan melihat api di mesin pesawat dan mendengar beberapa ledakan sebelum bencana, menurut kantor berita Yonhap.

    Dalam video yang ditayangkan oleh stasiun TV lokal, pesawat terlihat mencoba mendarat tanpa memasang roda pendaratannya.

    Seorang saksi yang hanya dikenal sebagai Tn. Cho, melihat pesawat itu turun saat ia sedang berjalan sekitar 4,5 km dari bandara.

    “Saya melihat pesawat itu turun dan mengira akan mendarat ketika saya melihat kilatan cahaya,” katanya, seperti dikutip Yonhap.

    “Lalu terdengar ledakan keras diikuti asap di udara, dan kemudian saya mendengar serangkaian ledakan.”

    lihat foto
    Personel forensik polisi dan pejabat Biro Investigasi Nasional bekerja di lokasi kejadian pesawat Boeing 737-800 Jeju Air jatuh dan terbakar di Bandara Internasional Muan di Muan, sekitar 288 kilometer barat daya Seoul pada 31 Desember 2024. – Boeing 737 -800 membawa 181 orang dari Thailand ke Korea Selatan ketika pesawat tersebut jatuh pada saat kedatangan pada tanggal 29 Desember, menewaskan semua orang di dalamnya — kecuali dua pramugari yang ditarik dari kecelakaan tersebut. puing-puing bencana penerbangan terburuk di tanah Korea Selatan. (Photo by YONHAP / AFP)

    Saksi lain, Kim Yong-cheol yang berusia 70 tahun, mengatakan pesawat itu gagal mendarat pada percobaan pertama. Kemudian, pesawat itu berputar balik untuk mencoba lagi sebelum jatuh.

    Tuan Kim mengingat mendengar suara “gesekan logam” dua kali sekitar lima menit sebelum kecelakaan, demikian laporan Yonhap.

    Ia juga mengaku mendengar “ledakan keras”dan melihat “asap hitam mengepul ke langit”.

    Menurut Yonhap, para pejabat meyakini bahwa kegagalan roda pendaratan, yang mungkin disebabkan oleh tabrakan burung, dapat menjadi faktor penyebab kecelakaan tersebut.

    Apa Itu Bird Strike?

    Bird strike atau tabrakan burung adalah kejadian ketika pesawat yang sedang terbang bertabrakan dengan seekor burung.

    Tabrakan ini cukup umum terjadi di seluruh dunia.

    Di Inggris, misalnya, pada tahun 2022, lebih dari 1.400 kejadian tabrakan burung dilaporkan, meskipun hanya sekitar 100 di antaranya yang memengaruhi pesawat, menurut data dari Otoritas Penerbangan Sipil Inggris.

    Salah satu tabrakan burung yang paling parah terjadi pada tahun 2009, ketika pesawat Airbus yang terbang dari New York melakukan pendaratan darurat di Sungai Hudson setelah bertabrakan dengan sekawanan angsa.

    Meskipun pesawat mengalami kerusakan, seluruh 155 penumpang dan awak selamat, seperti dilaporkan BBC.

    Pesawat-pesawat modern, seperti Boeing, Airbus, dan Embraer, dilengkapi dengan mesin turbofan, yang rentan terhadap kerusakan serius akibat tabrakan dengan burung.

    Profesor Doug Drury, seorang pengajar penerbangan di CQUniversity Australia, menjelaskan bahwa burung biasanya dapat merusak mesin pesawat jika mengenai bagian mesin atau sayap.

    Pilot pesawat dilatih untuk lebih waspada terhadap tabrakan burung, terutama pada waktu-waktu tertentu, seperti pagi hari atau saat matahari terbenam, ketika burung lebih aktif.

    Namun, beberapa pakar penerbangan meragukan apakah tabrakan burung dapat menyebabkan kecelakaan parah, terutama di Bandara Muan.

    “Biasanya, tabrakan dengan burung tidak menyebabkan hilangnya pesawat,” kata Thomas, seorang ahli keselamatan penerbangan, kepada Reuters.

    Sementara itu, Geoffrey Dell, seorang pakar keselamatan penerbangan asal Australia, menambahkan, “Saya belum pernah mendengar adanya tabrakan burung yang menghalangi roda pendaratan untuk dikeluarkan.”

    Kondisi Pesawat

    Pesawat yang terlibat dalam kecelakaan tersebut adalah Boeing 737-800, yang diproduksi pada September 2009.

    Pesawat tersebut sering digunakan untuk penerbangan jarak pendek hingga menengah.

    Pesawat ini berusia 15 tahun.

    Antara 27 dan 28 Desember 2024, pesawat ini melaksanakan 13 penerbangan dalam 48 jam sebelum akhirnya jatuh.

    Pesawat tersebut merupakan bagian dari armada Jeju Air yang paling umum digunakan, dengan 37 dari 39 pesawat maskapai ini menggunakan model Boeing 737-800.

    Meskipun tidak dianggap tua oleh otoritas penerbangan Korea Selatan, para analis menyatakan bahwa penerbangan jarak pendek yang sering dapat mempercepat kelelahan pesawat.

    Jeju Air memastikan, pesawat tersebut telah menjalani pemeriksaan terjadwal dan tidak ada kelalaian dalam perawatannya.

    “Kecelakaan ini tidak terkait dengan kelalaian perawatan pesawat,” kata Song Kyung-hoon, Kepala Divisi Dukungan Manajemen Jeju Air, dalam konferensi pers.

    Meskipun demikian, penyelidikan lebih lanjut masih terus dilakukan.

    Jeju Air adalah maskapai penerbangan berbiaya rendah terbesar di Korea Selatan, yang didirikan pada 2005, dikutip dari Chosun Daily.

    Maskapai ini berkantor pusat di Kota Jeju dan merupakan pemimpin pasar di antara maskapai penerbangan berbiaya rendah di Korea.

    Pada 2023, Jeju Air mencatatkan penjualan sebesar 1,724 triliun won dan laba operasi sebesar 169,8 miliar won.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Torehan Positif Pelita Air 2024, Tumbuh Berkat Layanan Nyaman & Andal

    Torehan Positif Pelita Air 2024, Tumbuh Berkat Layanan Nyaman & Andal

    Jakarta, CNN Indonesia

    Pelita Air, salah satu anak usaha Pertamina, berhasil menutup 2024 dengan memperkokoh posisinya di industri penerbangan domestik Indonesia melalui pertumbuhan signifikan dalam berbagai aspek operasional.

    Mengoperasikan 12 armada Airbus A320, maskapai ini tercatat mengangkut 2,7 juta penumpang sepanjang 2024, meningkat sebesar 101% dibandingkan tahun sebelumnya. Jumlah penerbangan juga melonjak hingga 97%, mencapai 18.796 penerbangan dengan kapasitas angkut sebesar 3,3 juta kursi.

    Direktur Utama Pelita Air, Dendy Kurniawan, menyebutkan pada 2024 ini pihaknya telah membawa lebih banyak masyarakat Indonesia untuk merasakan pengalaman penerbangan yang nyaman dan andal.

    “Tren kenaikan jumlah penumpang hingga dua kali lipat ini mencerminkan kepercayaan yang semakin besar terhadap layanan kami,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Rabu (1/1).

    Ia melanjutkan, Pelita Air juga mencatatkan peningkatan tingkat Seat Load Factor (SLF) menjadi 80,5%, mencerminkan efisiensi dan optimalisasi layanan yang terus ditingkatkan.

    Tingkat On-Time Performance (OTP) maskapai juga mencapai 94,3% pada 2024, menunjukkan komitmen maskapai terhadap ketepatan waktu dan kenyamanan pelanggan.

    “Kami tidak hanya fokus pada pertumbuhan, tetapi juga pada peningkatan standar keselamatan, kenyamanan, dan ketepatan waktu,” imbuh Dendy.

    Ia menambahkan, sebagai bagian dari strategi jangka panjang, Pelita Air terus berkomitmen menambah armada. Pada 2025, pihaknya akan kembali menambah kapasitas dengan menunggu kedatangan 6 pesawat Airbus A320.

    Di samping itu, perusahaan juga akan terus mengoptimalkan efisiensi operasional untuk memastikan ketepatan waktu penerbangan serta memberikan pengalaman terbaik bagi penumpang.

    Sebagai induk usaha, Pertamina memberikan dukungan penuh terhadap Pelita Air. Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, menegaskan bahwa keberhasilan Pelita Air mencerminkan kontribusi nyata Pertamina dalam menghadirkan layanan berkualitas bagi masyarakat.

    “Torehan positif Pelita Air sepanjang tahun 2024 mencerminkan kontribusi kami dalam meningkatkan layanan kepada masyarakat,” tutur Fadjar.

    Dengan pondasi kuat yang telah dibangun, Pelita Air terus menatap masa depan dengan optimisme, berkontribusi pada pengembangan industri penerbangan nasional sekaligus memenuhi kebutuhan masyarakat akan layanan transportasi udara yang aman, nyaman, dan dapat diandalkan.

    Tahun 2024 menjadi bukti nyata dari komitmen Pelita Air untuk tumbuh dan memberikan pelayanan terbaik, seiring dengan visinya untuk menjadi salah satu maskapai terkemuka di Indonesia.

    (rir/rir)

  • Mungkinkah Kawanan Burung Jadi Penyebab Kecelakaan Jeju Air di Korsel?

    Mungkinkah Kawanan Burung Jadi Penyebab Kecelakaan Jeju Air di Korsel?

    Jakarta

    Pejabat di Korea Selatan sedang melakukan penyelidikan keselamatan darurat setelah 179 orang tewas dalam kecelakaan pesawat paling mematikan di negara itu.

    Beberapa saat sebelum pesawat mendarat pada Minggu (29/12/2024), pengontrol lalu lintas udara mengeluarkan peringatan serangan burung atau bird strike peringatan tentang risiko bertabrakan dengan burung atau kawanan burung.

    Penyelidikan dilakukan untuk memastikan apakah tabrakan dengan kawanan burung benar-benar menyebabkan kecelakaan itu, atau apakah ada faktor lain yang terlibat.

    BBC

    Apa itu serangan burung?

    Serangan burung adalah tabrakan antara burung dan pesawat yang sedang terbang.

    Burung-burung ini berbahaya karena mesin pesawat bisa tidak berfungsi jika burung terhisap ke dalamnya.

    Serangan burung adalah hal yang biasa dalam dunia penerbangan.

    BBC

    Di Inggris, dilaporkan lebih dari 1.400 serangan burung pada 2022, hanya 100 di antaranya melibatkan pesawat, menurut data otoritasi penerbangan Inggris, Civil Aviation Authority.

    Di Indonesia, beberapa insiden serangan burung telah dilaporkan terjadi di bandara besar di Indonesia seperti Bandara Soekarno-Hatta, Bandara Hasanuddin, Bandara Juanda, dan Bandara Hang Nadim serta beberapa lokasi di wilayah timur Indonesia.

    Baca juga:Seberapa bahaya serangan burung dalam penerbangan?

    Serangan burung sangat jarang dikaitkan dengan kecelakaan pesawat yang fatal.

    Mesin pesawat bisa mati jika burung terhisap ke dalamnya, tetapi pilot biasanya punya waktu untuk memperhitungkan hal ini dan melakukan pendaratan darurat.

    Pilot dilatih agar sangat waspada pada pagi hari atau saat matahari terbenam waktu saat burung paling aktif menurut pakar penerbangan Profesor Doug Drury, yang menulis dalam artikel Bird strike: what happens when a plane collides with a bird? untuk The Conversation beberapa bulan lalu.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Namun kecelakaan mematikan yang melibatkan serangan burung atau hewan liar memang bisa terjadi.

    Antara 1988 dan 2024, sebanyak 76 orang meninggal dunia di AS setelah sebuah pesawat menabrak hewan liar, menurut FAA.

    Salah satu insiden pesawat yang melibatkan burung juga terjadi pada kecelakaan pesawat di dekat pangkalan Angkatan Udara AS di Alaska pada 1995.

    Sebanyak 24 warga Kanada dan Amerika meninggal dunia setelah pesawat menabrak kawanan angsa.

    Getty ImagesAntara 1988 dan 2024, sebanyak 76 orang meninggal dunia di AS akibat pesawat yang menabrak hewan liar, menurut FAA.

    Serangan burung juga menyebabkan insiden “Keajaiban di Hudson” pada 2009, saat pesawat Airbus jatuh ke Sungai Hudson di New York, AS, setelah menabrak kawanan angsa.

    Seluruh 155 penumpang dan awak pesawat selamat.

    Peristiwa ini menjadi insipirasi film berjudul Sully yang dirilis pada 2016 dan diperankan oleh Tom Hanks sebagai kapten pilot Chesley “Sully” Sullen berger.

    Getty ImagesAntara 1988 dan 2024, sebanyak 76 orang meninggal dunia di AS akibat pesawat menabrak hewan liar, menurut FAA.

    Apakah serangan burung menjadi penyebab kecelakaan pesawat di Korsel?

    Para pejabat belum mengonfirmasi apakah pesawat Jeju Air benar-benar bertabrakan dengan burung.

    Namun, seorang penumpang dalam pesawat itu mengirim pesan teks kepada kerabatnya dengan mengatakan bahwa seekor burung “terjebak di sayap” dan pesawat tak bisa mendarat, lapor media setempat.

    Lee Jeong-hyun, kepala departemen pemadam kebakaran Muan, mengatakan serangan burung dan cuaca buruk kemungkinan berkontribusi pada kecelakaan tersebut.

    Akan tetapi, dia menegaskan bahwa penyebab pasti kecelakaan tersebut sedang diinvestigasi.

    BBC

    Pakar penerbangan Chris Kingswood, pilot yang punya pengalaman terbang selama 40 tahun dan pernah menerbangkan pesawat dengan jenis sama seperti yang mengalami kecelakaan di Korsel, mengatakan rekaman video tidak dengan jelas menunjukkan penyebab kecelakaan.

    Namun, ia mencatat pesawat itu tidak memiliki roda pendaratan dan tidak menggunakan penutup sayapnya sebagaimana mestinya, yang menunjukkan bahwa “semuanya terjadi dengan sangat cepat”.

    “Anda biasanya akan dipaksa ke dalam situasi seperti itu jika kehilangan kedua mesin,” katanya kepada BBC.

    “Sebuah pesawat komersial dapat terbang dengan cukup baik dan aman dengan satu mesin.”

    BBC

    Dia menambahkan bahwa ketinggian menjadi hal yang krusial jika serangan burung merusak kedua mesin, karena pilot dengan pesawat di ketinggian rendah akan menghadapi “sejumlah besar keputusan dalam waktu yang sangat singkat”.

    Dia mengatakan ada sistem alternatif untuk mengoperasikan roda pendaratan dan penutup sayap jika mesin gagal.

    Namun menurut Kingswood: “Jika mereka berada di lokasi yang relatif rendah, hanya sekitar ribuan kaki, mereka harus benar-benar fokus menerbangkan pesawat dan mencari lokasi yang aman untuk mendaratkannya.”

    BBC

    Pakar penerbangan lainnya mempertanyakan mungkin serangan burung bukan faktor tunggal dalam kecelakaan tersebut.

    “Tabrakan dengan burung bukanlah hal yang aneh, masalah pada bagian kolong pesawat bukanlah hal yang aneh,” kata Geoffrey Thomas, editor Airline News, kepada Reuters.

    “Tabrakan dengan burung terjadi jauh lebih sering, tetapi biasanya tidak menyebabkan kecelakaan pesawat,” tambahnya.

    Pakar keselamatan penerbangan Australia Geoffrey Dell mengatakan kepada kantor berita tersebut: “Saya belum pernah melihat tabrakan dengan burung yang menghalangi roda pendaratan.”

    Ia mengatakan serangan burung bisa saja berdampak pada mesin pesawat jika sekawanan burung tersedot ke dalamnya, tetapi hal itu tidak akan langsung mematikan mesin pesawat, yang berarti pilot punya waktu untuk mengatasi situasi tersebut.

    (haf/haf)

  • Termasuk Jeju Air, Ini Daftar Kecelakaan Pesawat Akibat Bird Strike

    Termasuk Jeju Air, Ini Daftar Kecelakaan Pesawat Akibat Bird Strike

    Jakarta: Fenomena ‘bird strike’ atau peristiwa pesawat menabrak burung menjadi momok di dunia penerbangan.

    Bird strike biasanya terjadi saat pesawat lepas landas atau mendarat, tepatnya ketika pesawat terbang rendah dan lebih sering bertemu dengan burung yang terbang di sekitar area bandara.

    Efek dari bird strike sangat bervariasi, tergantung pada ukuran burung dan bagian pesawat yang terkena dampak. Namun efek terburuk yang bisa terjadi adalah kecelakaan fatal yang tentunya bisa memakan korban jiwa.

    Merangkum dari berbagai sumber, berikut ini daftar kecelakaan pesawat yang disebabkan bird strike:
    1. Ethiopian Airlines (September 1988)

    Pesawat Ethiopian Airlines jatuh pada September 1988. Kecelakaan bermula saat pesawat menabrak sekawanan buruk saat lepas landas. Beberapa buruk masuk ke mesin pesawat Boeing 737 yang membuat mesin tidak bekerja. 

    Akibatnya pilot memutuskan kembali dan melakukan pendaratan darurat yang berujung pesawat terbakar. Kecelakaan ini menewaskan 35 orang. 
     

     

    2. US Airways (Januari 2009)

    Pesawat jet US Airways dengan 155 orang di dalamnya kehilangan daya di kedua mesinnya akibat bird strike hingga akhirnya mendarat darurat di Sungai Hudson, New York. Insiden ini terjadi pada tanggal 11 Januari 2009 silam.

    Pesawat jenis Airbus A320 tersebut menabrak burung tidak lama setelah lepas landas. Beruntung seluruh penumpang dan kru pesawat selamat dalam insiden ini. 
    3. Ethiopian Airlines 302 (Maret 2019)

    Pesawat Ethiopian Airlines 302 mengalami kecelakaan pada Maret 2019. Kecelakaan ini disebabkan oleh kerusakan sistem kontrol penerbangan pada Boeing 737 Max.

    Dalam kecelakaan itu, Badan Keselamatan Transportasi Nasional mengatakan pembacaan sensor yang salah disebabkan oleh sebuah objek yang diduga burung berukuran besar.

    Karena sensor tidak bekerja, pesawat Ethiopian Airlines menukik ke bawah tak lama setelah lepas landas dari ibu kota Ethiopia Addis Ababa menuju Nairobi, Kenya. Insiden ini menewaskan 157 orang.
    4. Azerbaijan Airlines (Desember 2024)

    Kecelakaan Azerbaijan Airlines Embraer ERJ-190AR terjadi belum lama ini tepatnya tanggal 25 Desember 2024. Pesawat rute Baku-Grozny ini jatuh di dekat Aktau, Kazakhstan, menewaskan 38 orang dan melukai 29 lainnya.

    Kementerian Keadaan Gawat Darurat Kazakhstan menyebutkan bahwa penyebab awal kecelakaan adalah “situasi darurat” di udara. Dugaan awal termasuk tabrakan dengan kawanan burung. Namun berkembang spekulasi kalau Azerbaijan Airlines jatuh karena ditembak oleh sistem pertahanan Rusia.
    5. Jeju Air (Desember 2024)

    Terbaru adalah kecelakaan maskapai Korea Selatan, Jeju Air yang terjadi tanggal 29 Desember 2024. Pesawat Jeju Air 7C 2216 berangkat dari Bangkok menuju Muan, Korea Selatan.

    Pengawas di Bandara Internasional Muan mengeluarkan peringatan adanya serangan burung terhadap penerbangan Jeju Air beberapa saat sebelum kecelakaan. Pilot berupaya melakukan pendaratan darurat, namun pesawat justru mendarat tanpa roda pendaratan. 

    Alhasil pesawat tergelincir hingga menabrak pagar pembatas landasan. Peristiwa ini menewaskan 179 dari 181 orang di dalamnya.

    Jakarta: Fenomena ‘bird strike’ atau peristiwa pesawat menabrak burung menjadi momok di dunia penerbangan.
     
    Bird strike biasanya terjadi saat pesawat lepas landas atau mendarat, tepatnya ketika pesawat terbang rendah dan lebih sering bertemu dengan burung yang terbang di sekitar area bandara.
     
    Efek dari bird strike sangat bervariasi, tergantung pada ukuran burung dan bagian pesawat yang terkena dampak. Namun efek terburuk yang bisa terjadi adalah kecelakaan fatal yang tentunya bisa memakan korban jiwa.
    Merangkum dari berbagai sumber, berikut ini daftar kecelakaan pesawat yang disebabkan bird strike:

    1. Ethiopian Airlines (September 1988)

    Pesawat Ethiopian Airlines jatuh pada September 1988. Kecelakaan bermula saat pesawat menabrak sekawanan buruk saat lepas landas. Beberapa buruk masuk ke mesin pesawat Boeing 737 yang membuat mesin tidak bekerja. 
     
    Akibatnya pilot memutuskan kembali dan melakukan pendaratan darurat yang berujung pesawat terbakar. Kecelakaan ini menewaskan 35 orang. 
     

     

    2. US Airways (Januari 2009)

    Pesawat jet US Airways dengan 155 orang di dalamnya kehilangan daya di kedua mesinnya akibat bird strike hingga akhirnya mendarat darurat di Sungai Hudson, New York. Insiden ini terjadi pada tanggal 11 Januari 2009 silam.
     
    Pesawat jenis Airbus A320 tersebut menabrak burung tidak lama setelah lepas landas. Beruntung seluruh penumpang dan kru pesawat selamat dalam insiden ini. 

    3. Ethiopian Airlines 302 (Maret 2019)

    Pesawat Ethiopian Airlines 302 mengalami kecelakaan pada Maret 2019. Kecelakaan ini disebabkan oleh kerusakan sistem kontrol penerbangan pada Boeing 737 Max.
     
    Dalam kecelakaan itu, Badan Keselamatan Transportasi Nasional mengatakan pembacaan sensor yang salah disebabkan oleh sebuah objek yang diduga burung berukuran besar.
     
    Karena sensor tidak bekerja, pesawat Ethiopian Airlines menukik ke bawah tak lama setelah lepas landas dari ibu kota Ethiopia Addis Ababa menuju Nairobi, Kenya. Insiden ini menewaskan 157 orang.

    4. Azerbaijan Airlines (Desember 2024)

    Kecelakaan Azerbaijan Airlines Embraer ERJ-190AR terjadi belum lama ini tepatnya tanggal 25 Desember 2024. Pesawat rute Baku-Grozny ini jatuh di dekat Aktau, Kazakhstan, menewaskan 38 orang dan melukai 29 lainnya.
     
    Kementerian Keadaan Gawat Darurat Kazakhstan menyebutkan bahwa penyebab awal kecelakaan adalah “situasi darurat” di udara. Dugaan awal termasuk tabrakan dengan kawanan burung. Namun berkembang spekulasi kalau Azerbaijan Airlines jatuh karena ditembak oleh sistem pertahanan Rusia.

    5. Jeju Air (Desember 2024)

    Terbaru adalah kecelakaan maskapai Korea Selatan, Jeju Air yang terjadi tanggal 29 Desember 2024. Pesawat Jeju Air 7C 2216 berangkat dari Bangkok menuju Muan, Korea Selatan.
     
    Pengawas di Bandara Internasional Muan mengeluarkan peringatan adanya serangan burung terhadap penerbangan Jeju Air beberapa saat sebelum kecelakaan. Pilot berupaya melakukan pendaratan darurat, namun pesawat justru mendarat tanpa roda pendaratan. 
     
    Alhasil pesawat tergelincir hingga menabrak pagar pembatas landasan. Peristiwa ini menewaskan 179 dari 181 orang di dalamnya.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (PRI)

  • Apa Itu Bird Strike Diduga Jadi Penyebab Jeju Air Jatuh saat Mendarat?

    Apa Itu Bird Strike Diduga Jadi Penyebab Jeju Air Jatuh saat Mendarat?

    Jakarta, CNN Indonesia

    Dunia penerbangan kembali berduka usai pesawat Jeju Air yang mengangkut total 181 orang jatuh saat mendarat di Bandara Muan, Korea Selatan, pada Minggu (29/12).

    Seluruh penumpang dan awak kabin Jeju Air dinyatakan meninggal dunia. Hanya ada dua orang yang berhasil selamat dan keduanya merupakan pramugari.

    Dilansir AFP, Jeju Air yang berangkat dari Thailand ke Korea Selatan itu membawa total 181 orang. Terdiri dari 175 penumpang dan 6 awak kabin.

    Sejauh ini, analis penerbangan hingga aparat Korsel masih menunggu penyelidikan kotak hitam pesawat untuk memastikan penyebab kecelakaan.

    Namun, para pengamat dan pihak berwenang sejauh ini menduga kecelakaan Jeju Air terjadi imbas bird strike dan diperparah dengan cuaca buruk saat insiden terjadi.

    Pemadam kebakaran Korsel menyatakan cuaca buruk dan bird strike mampu memicu kerusakan mesin pesawat saat terbang. Namun, penjelasan rinci terkait penyebab akan diumumkan setelah investigasi gabungan selesai.

    “[Penyebab] diduga adalah tabrakan burung yang dikombinasikan dengan kondisi cuaca buruk,” ujar Kepala Stasiun Pemadam Kebakaran Muan Lee Jeong-hyun.

    Kementerian Pertanahan, Infrastruktur dan Transportasi Korea juga merilis pernyataan terkait kronologi di landasan pacu. Menara pengawas disebut sempat memberi peringatan tabrakan burung kepada pilot.

    Peringatan itu membuat pesawat tersebut sempat mencoba mendarat lagi di landasan. Namun, upaya itu tidak berhasil, pesawat justru mendarat tanpa roda pendaratan.

    Pesawat kemudian hilang kendali dan keluar dari landasan pendaratan, lalu menabrak pagar, dan hancur hingga memicu kepulan api.

    Apa itu birdstrike?

    Bird strike merupakan insiden yang terjadi Ketika pesawat sedang terbang dan menabrak burung. Meski terlihat sepele dan cukup sering terjadi, tabrakan dengan burung, apalagi sekawanan burung, bisa membahayakan pesawat.

    Menurut Organisasi Penerbangan Siil Internasional (ICAO), bird strike bisa membuat jet atau mesin kehilangan daya saat terbang jika burung tersedot ke dalam saluran udara pesawat.

    Tabrakan burung telah menyebabkan sejumlah kecelakaan fatal di seluruh dunia.

    “Kami sedang mempertimbangkan kemungkinan burung besar mengenai mesin, dan seperti yang kita ketahui, itu sangat jarang terjadi,” kata konsultan penerbangan Philip Butterworth-Hayes kepada AFP.

    Ia menyebutkan salah satu kecelakaan pesawat imbas bird strike yang paling diingat adalah insiden “Miracle on the Hudson” pada 2009. Saat itu, pesawat Airbus A320 milik US Airways terpaksa mendarat darurat di Sungai Hudson, New York, setelah menabrak burung hingga kedua mesin pesawat rusak.

    Seluruh penumpang berhasil selamat.

    Meski begitu, Butterworth-Hayes menuturkan jika bird strike benar-benar menjadi penyebab utama pesawat jeju Air jatuh, insiden tabrak burung itu benar-benar mengenai titik vital pesawat.

    “Butuh rangkaian peristiwa yang benar-benar katastropik untuk menyebabkan kehilangan nyawa sebesar ini,” kata Butterworth-Hayes.

    “Sistem perlindungan dalam pesawat sangat tangguh,” tambahnya.

    Butterworth-Hayes menggambarkan insiden Jeju Air ini sebagai “kejadian paling serius yang pernah saya lihat” dalam beberapa tahun terakhir.

    (rds)

    [Gambas:Video CNN]

  • Fakta Mengejutkan Jeju Air dan Boeing 737-800 yang Kecelakaan hingga Menewaskan 179 Penumpang

    Fakta Mengejutkan Jeju Air dan Boeing 737-800 yang Kecelakaan hingga Menewaskan 179 Penumpang

    Bisnis.com, JAKARTA – Ada fakta mengejutkan tentang Jeju Air dan Boeing 737-800 yang mengalami kecelakaan hingga menewaskan 179 penumpang di Korea.

    Dilansir dari Sky News, Jeju Air adalah maskapai penerbangan berbiaya rendah terbesar di Korea Selatan, yang sudah berhasil mengangkut lebih dari 12,3 juta penumpang tahun lalu.

    Dibentuk pada tahun 2005, perusahaan ini dinamai berdasarkan Pulau Jeju (yang terletak di sebelah selatan Semenanjung Korea). Ini merupakan rumah bagi kantor pusat maskapai tersebut.

    Perusahaan ini memiliki lebih dari 3.000 karyawan dan lebih dari 40 pesawat, sebagian besar adalah Boeing 737-800, model yang banyak digunakan di seluruh dunia.

    Korea Selatan sangat dihormati dalam hal keselamatan, dan mendapat peringkat Kategori 1 dalam Program Penilaian Keselamatan Penerbangan Internasional milik Administrasi Penerbangan Federal (FAA) Amerika Serikat.

    Jeju Air menerima nilai keselamatan “A” – “sangat baik” dalam tinjauan tahunan terbaru maskapai penerbangan domestik yang dilakukan oleh Kementerian Pertanahan, Infrastruktur, dan Transportasi Korea Selatan, menurut New York Times.

    Sejarah Boeing 737-800

    Pesawat ini diluncurkan pada tahun 1994 oleh perusahaan AS Boeing untuk menggantikan model 737 yang lebih tua, dan bersaing dengan Airbus A320. Pesawat ini digunakan dalam penerbangan komersial untuk pertama kalinya sejak tahun 1997.

    Hampir 5.000 unit telah terjual di seluruh dunia sejak peluncuran 737-800, dengan Ryanair, United Airlines, dan American Airlines di antara operator pesawat terbesar.

    Sering digambarkan sebagai “pesawat tangguh” karena penggunaannya yang luas, 737-800 memiliki catatan keselamatan yang cukup baik.

    Meskipun Boeing 737-800 pernah terlibat dalam kecelakaan fatal sebelumnya, namun sebagian besar disebabkan oleh kondisi cuaca buruk, kesalahan manusia, atau faktor lainnya.

    Kecelakaan fatal terakhir yang melibatkan 737-800 adalah Penerbangan 5735 China Eastern Airlines pada Maret 2022. Saat itu, sebuah pesawat jatuh di Wuzhou, Cina, setelah turun tajam di tengah penerbangan.

    Kecelakaan itu masih dalam penyelidikan oleh otoritas penerbangan sipil China, meskipun beberapa laporan menunjukkan pesawat itu sengaja dijatuhkan.

    Kecelakaan fatal sebelumnya terjadi pada Maret 2016, ketika pesawat Flydubai yang mendarat di Rostov-on-Don, Rusia, jatuh pada pendekatan terakhir dalam cuaca buruk, menewaskan seluruh 62 orang di dalamnya.

    Lebih dari 150 orang juga tewas dalam penerbangan Air India Express pada bulan Mei 2010, ketika sebuah 737-800 melintasi landasan pacu di bandara Mangalore.

  • Daftar 10 Kecelakaan Pesawat Sepanjang 2024, Terbaru Jeju Air

    Daftar 10 Kecelakaan Pesawat Sepanjang 2024, Terbaru Jeju Air

    Bisnis.com, JAKARTA – Belum genap sepekan sejak pesawat Azerbaijan Airlines mengalami kecelakaan, kini dunia kembali digemparkan dengan kecelakaan pesawat yang menimpa Jeju air 7C2216 yang tergelincir di jalur landasan Bandara Internasional Muan, Korea Selatan pada Minggu (29/12/2024).

    Pesawat yang terbang dari Bangkok, Thailand itu diketahui keluar jalur landasan dan meledak usai menabrak dinding di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan sekitar pukul 09.00 pagi waktu setempat.

    Insiden tersebut terjadi ketika penerbangan Jeju Air 7C2216, yang mengangkut 175 penumpang dan 6 kru, sedang melakukan pendaratan.

    Kecelakaan yang terjadi pada Jeju Air menambah daftar panjang kecelakaan pesawat sepanjang 2024. Merujuk data Aviation Safety Network (ASN), setidaknya terdapat 186 kejadian dalam database keselamatan ASN. Jumlah tersebut belum termasuk kecelakaan terbaru yang menimpa Jeju Air.

    Berikut daftar kecelakaan pesawat sepanjang 2024 yang dirangkum Bisnis:

    1. Japan Airlines dan Japan Coast Guard (2 Januari 2024)

    Mengawali 2024, kecelakaan pesawat menimpa Japan Airlines JL516, tipe Airbus A350-941 (JA13XJ). Pesawat bertabrakan dengan pesawat Japan Coast Guard DHC-8-315Q MPA (JA722A) di landasan pacu di Bandara Tokyo-Haneda.

    Akibat insiden tersebut, lima awak pesawat Japan Coast Guard tewas dalam kecelakaan, sedangkan para penumpang Japan Airlines selamat.

    2. Pesawat Tempur Ilyushin Il-76MD Angkatan Udara Rusia (12 Maret 2024)

    Sebuah pesawat angkut Angkatan Udara Rusia Il-76 jatuh di dekat Pangkalan Udara Ivanovo Severny pada 12 Maret 2024. 

    Seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan bahwa ada delapan awak dan tujuh penumpang di dalamnya. Semuanya diduga tewas. 

    Lima awak pesawat tergabung dalam Resimen Penerbangan Transportasi Militer Orenburg ke-117. Pesawat itu terbang dari Tver ke Plesetsk.

    3. Pesawat Beechcraft B200 Super King Air (9 Mei 2024)

    Sebuah pesawat Beechcraft B200 Super King Air, YV3296, hancur ketika jatuh di Danau Maracaibo, sekitar 12 menit setelah lepas landas dari Bandara Internasional La Chinita (MAR/SVMC), Maracaibo. Sebanyak delapan penumpang dilaporkan tewas akibat insiden ini.

    Data pelacakan penerbangan menunjukkan bahwa pesawat memasuki penurunan tajam ke kiri dari ketinggian sekitar 10.000 kaki. Titik data terakhir menunjukkan kecepatan rata-rata sekitar -18.000 fpm.

    4. Dornier 228-202K Angkatan Udara Malawi (10 Juni 2024)

    Sebuah pesawat Dornier 228-202K milik Angkatan Udara Malawi jatuh di lereng gunung dalam kondisi cuaca buruk, menewaskan sembilan orang di dalamnya.

    5. Canadair CRJ-200ER Saurya Airlines (24 Juli 2024)

    Sebuah pesawat Canadair CRJ-200ER milik Saurya Airlines jatuh saat lepas landas dari landasan pacu 02 di Bandara Kathmandu, Nepal, menewaskan 18 penumpang dari 19 penumpang.