Perusahaan: Airbus

  • Ancaman Bom ke Pesawat Saudia Airlines Tujuan Surabaya Dikirim via Komunikasi Suara VPN Radio

    Ancaman Bom ke Pesawat Saudia Airlines Tujuan Surabaya Dikirim via Komunikasi Suara VPN Radio

    Ancaman Bom ke Pesawat Saudia Airlines Tujuan Surabaya Dikirim via Komunikasi Suara VPN Radio
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Pesawat
    Saudia Airlines
    dengan nomor penerbangan SVA 5688 rute Jeddah–Surabaya mendapatkan
    ancaman bom
    melalui komunikasi suara lewat VPN radio telescope.
    Ancaman ini diduga terjadi pada Sabtu (21/6/2025).
    “Pengancaman dilakukan melalui komunikasi suara melalui VPN radio telescope, di mana bisa dilakukan dari
    ground to ground
    (sesama petugas di darat) atau dari satu negara ke negara lain,” ujar Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri AKBP Mayndra Eka Wardhana, saat dihubungi, Sabtu.
    Mayndra mengatakan, berdasarkan pendalaman yang dilakukan oleh Polda Sumatera Utara bersama dengan tim gabungan dari TNI dan Polri, ancaman ini diduga dikirim ketika pesawat tengah melintas di atas India.
    Ancaman bom
    ini pertama kali diketahui oleh AirNav Indonesia di Jakarta.
    Kemudian, pesan ini diteruskan ke Air Traffic Control (ATC) Kuala Lumpur, Malaysia, dan disampaikan kepada pilot pesawat hingga akhirnya pesawat ini melakukan
    pendaratan darurat
    di Bandara Internasional
    Kualanamu
    , Deli Serdang, Sumatera Utara.
    “Informasi ancaman didapatkan dari AirNav Jakarta ke ATC Kuala Lumpur, kemudian ATC Kuala Lumpur menyampaikan kepada pilot, lalu pilot meminta landing di Kualanamu untuk screening terhadap pesawat,” ujar Mayndra.
    Saat ini, para penumpang dan kru pesawat serta barang bawaan mereka telah diperiksa atau melalui proses skrining.
    “(Ancaman dikirim) pada saat pesawat di atas India. Dan, hasil skrining terhadap penumpang, kru, barang bawaan, dan pesawat (seluruhnya) dinyatakan aman,” kata Mayndra.
    Diberitakan sebelumnya, pesawat Saudia Airlines dengan nomor penerbangan SVA 5688 rute Jeddah–Surabaya melakukan pendaratan darurat di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, pada Sabtu (21/6/2025), pukul 09.27 WIB, akibat ancaman bom.
    Pesawat jenis Airbus A330-300 tersebut membawa 376 penumpang jemaah haji menuju Bandara Internasional Juanda, Surabaya.
    Pelaksana Tugas Director of Operation and Service PT Angkasa Pura Aviasi, Nugroho Jati, mengatakan, pendaratan dilakukan sebagai langkah teknis untuk menjamin keselamatan penerbangan.
    “Seluruh proses penanganan pesawat dan penumpang telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai prosedur yang berlaku,” ujar Nugroho, dalam keterangan tertulisnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ancaman Bom ke Pesawat Saudia Airlines Tujuan Surabaya Dikirim via Komunikasi Suara VPN Radio

    Densus 88 Pastikan Tak Ada Bom di Pesawat Saudia Airlines, Penelusuran Tetap Dilakukan

    Densus 88 Pastikan Tak Ada Bom di Pesawat Saudia Airlines, Penelusuran Tetap Dilakukan
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri masih mendalami
    ancaman bom
    yang ditujukan kepada penumpang pesawat
    Saudia Airlines
    dengan nomor penerbangan SVA 5688 rute Jeddah–Surabaya, Sabtu (21/6/2025).
    “Atas kejadian tersebut, saat ini masih dalam pendalaman oleh Tim
    Densus 88
    ,” kata Juru Bicara Densus 88 Antiteror Polri AKBP Mayndra Eka Wardhana, saat dihubungi, Sabtu.
    Sejauh ini, Densus masih melakukan sterilisasi dan pendalaman di lokasi.
    Untuk sementara, belum ditemukan adanya bahan peledak di area sekitar pesawat.
    “Tim Densus 88 bersama Gegana Brimob dan Tim Polda telah melakukan sterilisasi dan pendalaman untuk sementara dinyatakan aman dan tidak terbukti adanya bahan peledak,” ujar Mayndra.
    Ancaman bom
    ini pertama kali diketahui oleh AirNav Indonesia di Jakarta.
    Pesan ini diteruskan ke Air Traffic Control (ATC) Kuala Lumpur, Malaysia.
    Kemudian, disampaikan kepada pilot pesawat hingga akhirnya pesawat ini melakukan pendaratan darurat di Bandara Internasional
    Kualanamu
    , Deli Serdang, Sumatera Utara.
    “Informasi ancaman didapatkan dari AirNav Jakarta ke ATC Kuala Lumpur, kemudian ATC Kuala Lumpur menyampaikan kepada pilot, lalu pilot meminta
    landing
    di Kualanamu untuk screening terhadap pesawat,” ujar Mayndra.
    Diberitakan sebelumnya, pesawat Saudia Airlines dengan nomor penerbangan SVA 5688 rute Jeddah–Surabaya melakukan pendaratan darurat di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, pada Sabtu (21/6/2025), pukul 09.27 WIB, akibat ancaman bom.
    Pesawat jenis Airbus A330-300 tersebut membawa 376 penumpang jemaah haji menuju Bandara Internasional Juanda, Surabaya.
    Pelaksana Tugas Director of Operation and Service PT Angkasa Pura Aviasi, Nugroho Jati, mengatakan pendaratan dilakukan sebagai langkah teknis untuk menjamin keselamatan penerbangan.
    “Seluruh proses penanganan pesawat dan penumpang telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai prosedur yang berlaku,” ujar Nugroho dalam keterangan tertulisnya.
    Kabid Humas Polda Sumatera Utara, Kombes Ferry Walintukan, dalam tayangan Breaking News Kompas TV mengonfirmasi bahwa pesawat mendarat darurat karena ancaman bom.
    “Benar itu ada ancaman bom, kami dari pihak Polda Sumatera Utara diminta untuk mengirim pasukan jibom (penjinak bom) kami untuk melakukan skrining terhadap pesawat dan penumpang,” ucap Kombes Ferry, Sabtu siang.
    Insiden serupa sebelumnya juga terjadi pada Selasa (17/6/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ancaman Bom ke Pesawat Saudia Airlines Tujuan Surabaya Dikirim via Komunikasi Suara VPN Radio

    Seluruh Penumpang Saudia Airlines Telah Dievakuasi Buntut Ancaman Bom

    Seluruh Penumpang Saudia Airlines Telah Dievakuasi Buntut Ancaman Bom
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Seluruh penumpang pesawat
    Saudia Airlines
    dengan nomor penerbangan SVA 5688 rute Jeddah–Surabaya sudah dievakuasi ke Terminal Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, imbas adanya
    ancaman bom
    , pada Sabtu (21/6/2025) pagi.
    “Saat ini, seluruh penumpang sudah dievakuasi ke terminal bandara dan sudah dilakukan skrining dalam keadaan aman,” ujar Kepala Pusat Penerangan Tentara Nasional Indonesia (TNI) Mayjen Kristomei Sianturi, saat dihubungi, Sabtu.
    Kristomei mengatakan, para penumpang yang berjumlah 387 orang ini sudah dievakuasi dan menjalani proses screening.
    “Saat ini, pihak lapangan udara sudah berkoordinasi dengan pihak Tim Jihandak Kodam 1/Bukit Barisan dan Brimob Polda Sumut,” ujar dia.
    Personel gabungan TNI dan Polri ini juga tengah melakukan skrining terhadap pesawat dan barang-barang penumpang.
    Diberitakan,
    pesawat Saudia Airlines
    dengan nomor penerbangan SVA 5688 rute Jeddah–Surabaya melakukan pendaratan darurat di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, pada Sabtu (21/6/2025), pukul 09.27 WIB, akibat
    ancaman bom
    .
    Pesawat jenis Airbus A330-300 tersebut membawa 376 penumpang jemaah haji menuju Bandara Internasional Juanda, Surabaya.
    Pelaksana Tugas Director of Operation and Service PT Angkasa Pura Aviasi, Nugroho Jati mengatakan, pendaratan dilakukan sebagai langkah teknis untuk menjamin keselamatan penerbangan.
    “Seluruh proses penanganan pesawat dan penumpang telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai prosedur yang berlaku,” ujar Nugroho, dalam keterangan tertulisnya.
    Kabid Humas Polda Sumatera Utara Kombes Ferry Walintukan dalam tayangan Breaking News Kompas TV mengonfirmasi bahwa pesawat mendarat darurat karena ancaman bom.
    “Benar itu ada ancaman bom, kami dari pihak Polda Sumatera Utara diminta untuk mengirim pasukan jibom (penjinak bom) kami untuk melakukan skrining terhadap pesawat dan penumpang,” ucap Ferry, Sabtu siang.
    Insiden serupa sebelumnya juga terjadi pada Selasa (17/6/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 7
                    
                        Pesawat Saudia Airlines Dapat Ancaman Bom Lagi, Mendarat Darurat di Bandara Kualanamu
                        Regional

    7 Pesawat Saudia Airlines Dapat Ancaman Bom Lagi, Mendarat Darurat di Bandara Kualanamu Regional

    Pesawat Saudia Airlines Dapat Ancaman Bom Lagi, Mendarat Darurat di Bandara Kualanamu
    Tim Redaksi

    MEDAN, KOMPAS.com
    – Pesawat Saudia Airlines dengan nomor penerbangan SVA 5688 rute Jeddah–Surabaya melakukan pendaratan darurat di Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumatera Utara, pada Sabtu (21/6/2025), pukul 09.27 WIB, akibat ancaman bom.
    Pesawat jenis Airbus A330-300 tersebut membawa 376 penumpang jemaah haji menuju Bandara Internasional Juanda, Surabaya.
    Pelaksana Tugas Director of Operation and Service PT Angkasa Pura Aviasi, Nugroho Jati mengatakan, pendaratan dilakukan sebagai langkah teknis untuk menjamin keselamatan penerbangan.
    “Seluruh proses penanganan pesawat dan penumpang telah dilaksanakan dengan baik dan sesuai prosedur yang berlaku,” ujar Nugroho dalam keterangan tertulisnya.
    Kabid Humas Polda Sumatra Utara, Kombes Ferry Walintukan dalam tayangan Breaking News KompasTV mengonfirmasi bahwa pesawat mendarat darurat karena ancaman bom.
    “Benar itu ada ancaman bom, kami dari pihak Polda Sumatra Utara diiminta untuk mengirim pasukan jibom (penjinak bom) kami untuk melakukan skrining kami untuk pesawat dan penumpang,” ucap Kombes Ferry, Sabtu siang.
    Ini adalah kedua kalinya pesawat
    Saudia Airlines mendarat darurat
    di Bandara Kualanamu karena ancaman bom. 
    Insiden serupa sebelumnya juga terjadi pada Selasa (17/6/2025).
    Menanggapi insiden ini, pihak bandara segera mengaktifkan Emergency Operation Center (EOC) dan melibatkan unsur Komite Keamanan Bandara guna menjalankan airport contingency plan secara optimal.
    “Saat ini semua penumpang dan kru sudah dilakukan pemeriksaan di terminal dan dinyatakan sudah clear,” ujar Nugroho.
    Meski terjadi pendaratan darurat, Bandara Internasional Kualanamu memastikan operasional tetap berjalan normal.
    Semua jadwal penerbangan tetap dilayani seperti biasa, dengan prioritas pada keselamatan dan kenyamanan pengguna jasa.
    “Bandara Internasional Kualanamu tetap melayani seluruh penerbangan sesuai jadwal dan memastikan kenyamanan serta keselamatan bagi seluruh pengguna jasa bandara,” pungkas Nugroho.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Cetak Laba, Pelita Air Catatkan Kinerja Positif Tahun Buku 2024

    Cetak Laba, Pelita Air Catatkan Kinerja Positif Tahun Buku 2024

    Jakarta

    PT Pelita Air Service (Pelita Air) menutup tahun buku 2024 dengan kinerja keuangan yang menunjukkan peningkatan signifikan. Hasil dari Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Tahun Buku 2024 menunjukkan pendapatan Perseroan di tahun 2024 naik sebesar 81% dibandingkan dengan tahun 2023.

    Perseroan juga mencatatkan Laba Setelah Pajak sebesar USD 5,9 juta, naik dari hasil tahun 2023 yang masih mencatatkan rugi, sementara EBITDA di tahun 2024 juga mengalami kenaikan lebih dari 580% Year on Year.

    Tingkat kesehatan Perseroan juga membaik yang tercermin dari hasil pemeringkatan PEFINDO tanggal 19 Mei 2025, dimana Pelita Air memperoleh peringkat idBBB+ dengan outlook “stable”. Hasil ini menunjukkan peningkatan dibandingkan tahun 2023, serta mencerminkan kapasitas usaha berada pada tingkat layak dan stabil dalam kategori industri sejenis.

    Pelita Air juga menjadi maskapai paling tepat waktu di Indonesia, dengan angka On-Time Performance (OTP) mencapai 94,3% menurut data resmi Kementerian Perhubungan pada 2024. Tingkat keterisian kursi (Seat Load Factor) juga berkontribusi positif bagi pencapaian operasional. Respon pasar yang baik menunjukkan peningkatan keterisian kursi mencapai rata2 80,7% di sepanjang tahun 2024.

    “Selama 2024, Pelita Air membuka lima rute baru yang menghubungkan berbagai wilayah di Indonesia, meliputi Jakarta-Aceh, Jakarta-Kendari, Balikpapan-Yogyakarta, Jakarta-Lombok, dan Jakarta-Medan. Penambahan ini menggenapi jumlah total rute menjadi 16 pada akhir tahun 2024,” ungkap VP Corporate Secretary Pelita Air, Agdya Yogandari dalam keterangannya, Kamis (19/6/2025).

    Kemudian, perusahaan juga memperkuat armadanya dengan mendatangkan dua unit Airbus A320 untuk menjamin tersedianya kapasitas penerbangan bagi keberlanjutan konektivitas.

    “Perseroan meyakini bahwa pertumbuhan yang berkelanjutan juga ditentukan oleh konsistensi dalam memberikan layanan yang andal serta adaptasi terhadap dinamika pasar. Ke depan, Perseroan akan terus mengedepankan efisiensi, tata kelola yang baik, dan pelayanan berkualitas sebagai fondasi utama dalam memperkuat posisi Perseroan di industri penerbangan nasional,” tutupnya.

    Tonton juga “Bercanda Bawa Bom di Pesawat Pelita Air Berujung Ancaman Penjara” di sini:

    (akd/akd)

  • Pendapatan dan Laba Naik, Pelita Air Catatkan Kinerja Keuangan Positif di Tahun 2024 – Page 3

    Pendapatan dan Laba Naik, Pelita Air Catatkan Kinerja Keuangan Positif di Tahun 2024 – Page 3

    Selama 2024, Pelita Air membuka lima rute baru yang menghubungkan berbagai wilayah di Indonesia, meliputi Jakarta–Aceh, Jakarta–Kendari, Balikpapan–Yogyakarta, Jakarta–Lombok, dan Jakarta–Medan.

    Penambahan ini menggenapi jumlah total rute menjadi 16 pada akhir tahun 2024. Kemudian, Pelita Air juga memperkuat armada dengan mendatangkan dua unit Airbus A320 untuk menjamin tersedianya kapasitas penerbangan bagi keberlanjutan konektivitas.

     

    (*)

  • Perjalanan Udara Naik 40% di 2030, Boeing Ramal Dunia Butuh 43 Ribu Pesawat

    Perjalanan Udara Naik 40% di 2030, Boeing Ramal Dunia Butuh 43 Ribu Pesawat

    Jakarta

    Pabrikan pesawat Amerika Serikat (AS) memperkirakan permintaan global untuk perjalanan udara bakal melonjak 40% pada tahun 2030.

    Prediksi ini akan mendorong kebutuhan akan ribuan pesawat penumpang baru dalam beberapa tahun ke depan. Boeing mulanya memperkirakan bakal ada permintaan untuk 43.600 pesawat baru hingga tahun 2044.

    Hanya saja, pabrikan pesawat Eropa Airbus minggu lalu merevisi perkiraan permintaan komersial 20 tahunnya sendiri menjadi hanya 43.420 pesawat. Atau turun 2% dari perkiraan awal.

    Dilansir dari Reuters, Minggu (15/6/2025), Boeing mengatakan industri transportasi udara saat ini sedang mencoba mengatasi ketegangan perdagangan yang terjadi di dunia.

    Proyeksi pengiriman Boeing mencakup hampir 33.300 pesawat lorong tunggal, lebih dari 7.800 jet berbadan lebar, 955 pesawat kargo buatan pabrik, dan 1.545 jet regional.

    Wakil Presiden Pemasaran Komersial Boeing Darren Hulst mengatakan pihaknya berharap volatilitas perdagangan tidak diharapkan akan mengubah permintaan jangka panjang secara signifikan.

    “Saya pikir kita perlu kembali ke perspektif yang telah diberikan 20, 40, 60 tahun terakhir kepada kita dalam hal nilai kargo udara, dan fakta bahwa itu adalah pasar pertumbuhan sekitar 4% selama ini,” katanya.

    Sejak COVID-19, permintaan perjalanan udara telah bangkit kembali, tetapi produksi pesawat hanya setengah atau bahkan kurang dari sebelum pandemi, yang mengakibatkan kekurangan 1.500 hingga 2.000 pesawat.

    Baik Airbus maupun Boeing telah berjuang untuk mengembalikan produksi pesawat ke tingkat sebelum pandemi. Boeing telah menangani masalah keselamatan produksi setelah ledakan panel di udara pada tahun 2024 pada pesawat Alaska Airlines 737 MAX yang hampir baru. Akibatnya, Administrasi Penerbangan Federal AS membatasi produksi 737 pada 38 pesawat per bulan.

    Boeing juga telah meningkatkan kualitas produksi secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir, tetapi jatuhnya Boeing 787-8 Dreamliner Air India pada hari Kamis membuatnya kembali ke mode krisis.

    (hal/kil)

  • Jetstar Asia Tutup, Jumlah Penerbangan Bali-Singapura di Bandara Ngurah Rai Berkurang
                
                    
                        
                            Denpasar
                        
                        14 Juni 2025

    Jetstar Asia Tutup, Jumlah Penerbangan Bali-Singapura di Bandara Ngurah Rai Berkurang Denpasar 14 Juni 2025

    Jetstar Asia Tutup, Jumlah Penerbangan Bali-Singapura di Bandara Ngurah Rai Berkurang
    Editor
    DENPASAR, KOMPAS.com
    – Maskapai penerbangan berbiaya rendah dari Singapura,
    Jetstar Asia
    Airways, akan menghentikan seluruh operasionalnya secara permanen mulai 31 Juli 2025 mendatang.
    Pengumuman resmi disampaikan oleh induk perusahaan, Qantas Airways, pada Rabu 11 Juni 2025 lalu, dengan alasan utama biaya operasional yang terus meningkat dan ketatnya persaingan regional.
    Keputusan ini mengakhiri perjalanan Jetstar Asia yang telah beroperasi selama dua dekade yang basisnya berada di Singapura.
    Maskapai ini mengoperasikan 13 armada Airbus A320 dan melayani 16 rute penerbangan intra-Asia.
    Termasuk dari dan ke berbagai kota di Indonesia yang salah satunya melayani rute Singapura-Bali PP.
    “Terkait dengan berhenti beroperasinya Jetstar Asia, tentunya hal tersebut berdampak pada berkurangnya frekuensi penerbangan rute Singapura,” ujar Pejabat Pengganti Sementara (Pgs) General Manager Angkasa Pura I Bandara I Gusti Ngurah Rai Bali, Wahyudi, Sabtu (14/6/2025).
    Ia menambahkan, meskipun adanya penghentian operasional tersebut, secara umum penerbangan di Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai Bali tetap berjalan normal.
    Saat ini, terdapat rata-rata 12 penerbangan rute Singapura.
    “Dengan berakhirnya operasional Jetstar Asia, nantinya pelayanan rute Singapura akan dilayani rata-rata 9 penerbangan setiap harinya,” ungkap Wahyudi.
    Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai melayani penerbangan Jetstar Asia (3K) dan Jetstar Airways (JQ).
    Jetstar Asia (3K) hanya melayani satu rute internasional yakni dari dan menuju Singapura yang terbang setiap hari dengan frekuensi 4 kali dalam sehari.
    Sedangkan Jetstar Airways (JQ) melayani rute penerbangan Australia menuju 7 kota, di antaranya Adelaide, Brisbane, Cairns, Darwin, Melbourne, Perth, dan Sydney.
    Wahyudi lebih lanjut menyampaikan jika terdapat calon penumpang yang telah memesan tiket penerbangan Jetstar Asia untuk terbang dari dan menuju Bali, pihak maskapai akan segera menghubungi calon penumpang tersebut.
    Hal ini untuk memberikan opsi pengembalian uang atau pengalihan dengan penerbangan lain.
    Artikel ini telah tayang di Tribun-Bali.com dengan judul
    Jetstar Asia Tutup Operasional 31 Juli 2025, Penerbangan Rute Bali-Singapura Berkurang
    .
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Lihat Lebih Dekat Kegagahan Pesawat Militer Baru TNI AU, Airbus A400M

    Lihat Lebih Dekat Kegagahan Pesawat Militer Baru TNI AU, Airbus A400M

    Lihat Lebih Dekat Kegagahan Pesawat Militer Baru TNI AU, Airbus A400M

  • Air India Jatuh, Ini Deretan Masalah Serius yang Dihadapi Boeing

    Air India Jatuh, Ini Deretan Masalah Serius yang Dihadapi Boeing

    Jakarta, Beritasatu.com – Nasib buruk kembali menyelimuti Boeing. Produsen pesawat asal Amerika Serikat (AS) ini kembali menjadi sorotan dunia setelah kecelakaan tragis yang menimpa pesawat Air India 787 Dreamliner, Kamis (12/6/2025).

    Insiden ini terjadi hanya beberapa menit setelah  pesawat tersebut lepas landas dari kota Ahmedabad, India, dan menewaskan seluruh penumpang serta awak pesawat yang berjumlah lebih dari 240 orang.

    Meski penyebab pasti kecelakaan Air India 787 Dreamliner belum diketahui, tragedi ini langsung mengguncang pasar.

    Saham Boeing tercatat anjlok lebih dari 4% pada perdagangan sore hari setelah berita kecelakaan mencuat.

    Ini menjadi kecelakaan fatal pertama yang melibatkan model Boeing 787 sejak pertama kali diluncurkan pada 2009 silam.

    Dreamliner dan Risiko Baterai Ion Litium

    Boeing 787 yang dijuluki “Dreamliner” merupakan jet komersial pertama yang menggunakan baterai ion litium secara ekstensif. Teknologi ini dikenal lebih ringan dan efisien, tetapi juga memiliki risiko panas berlebih.

    Bahkan pada tahun 2013, armada 787 pernah dihentikan sementara karena beberapa insiden kebakaran yang dipicu oleh panas dari baterai tersebut.

    Kini, setelah lebih dari satu dekade, perhatian kembali tertuju pada integritas teknologi Dreamliner. Apakah kecelakaan Air India terkait dengan masalah serupa? Investigasi mendalam masih berlangsung.

    737 Max dan Sejarah Hitam Boeing

    Masalah terbaru Boeing ini seolah menghidupkan kembali trauma lama. Seri Boeing 737 Max menjadi noda besar dalam sejarah industri penerbangan setelah dua kecelakaan fatal pada 2018 dan 2019, masing-masing di Indonesia dan Ethiopia yang merenggut total 346 nyawa.

    Kedua kecelakaan tersebut disebabkan oleh sensor rusak yang membuat hidung pesawat menukik secara otomatis tanpa kendali pilot.

    Akibatnya, seluruh armada Max sempat dilarang terbang secara global. Boeing kemudian melakukan perombakan sistem, tetapi luka reputasi masih membekas hingga kini.

    Bahkan, baru-baru ini, sebuah penutup pintu dari pesawat Max yang dioperasikan Alaska Airlines terlepas saat mengudara. Insiden ini membuat regulator kembali membatasi produksi Boeing menjadi hanya 38 unit per bulan.

    Deretan Masalah Keuangan dan Produksi

    Melansir dari AP News, di balik kecelakaan dan isu teknis, masalah keuangan Boeing juga kian mengkhawatirkan. Pada tahun 2024, perusahaan mencatat kerugian besar sebesar US$ 11,8 miliar, menambah total kerugian sejak 2019 menjadi lebih dari US$ 35 miliar.

    Selain itu, pemogokan masinis di fasilitas Renton dan Everett di negara bagian Washington menyebabkan penghentian produksi, sehingga memperlambat proses pengiriman pesawat ke maskapai.

    Selama kuartal I tahun 2025, meskipun kerugian menurun menjadi US$ 31 juta, CEO Kelly Ortberg mengakui bahwa Boeing masih dalam proses “menstabilkan operasi.” Artinya, tantangan besar masih menanti ke depan.

    Boeing Tertinggal dari Airbus dalam Pengiriman Pesawat

    Kinerja pengiriman pesawat Boeing juga merosot tajam. Pada tahun 2024, Boeing hanya mengirimkan 348 unit pesawat jet, turun sepertiga dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 528 unit.

    Sebagai perbandingan, rival utamanya, Airbus berhasil mengirimkan 766 pesawat pada tahun 2023, hampir dua kali lipat dari Boeing.

    Tertinggalnya Boeing ini disebabkan oleh kombinasi antara peningkatan pengawasan pemerintah, kendala produksi, dan krisis kepercayaan akibat insiden yang beruntun.

    Kepercayaan Pelanggan terhadap Boeing

    Meski dihantam banyak krisis, kepercayaan beberapa maskapai besar terhadap Boeing belum sepenuhnya luntur. Pada Mei 2025 lalu, perusahaan ini mendapatkan pesanan jumbo senilai US$ 96 miliar dari dua pelanggan asal Timur Tengah, termasuk Qatar Airways.

    Pesanan tersebut mencakup Boeing 787 dan jet berbadan lebar terbaru 777X, yang menjadi angin segar di tengah badai.

    Namun, muncul pertanyaan besar. Sampai kapan maskapai akan bertahan dalam ketidakpastian? Jika insiden seperti jatuhnya Air India Dreamliner terus berulang tanpa solusi tegas, Boeing diprediksi akan kehilangan pijakan dalam kompetisi global.

    Masa Depan Boeing dalam Sorotan Dunia

    Kecelakaan Air India 787 Dreamliner tidak hanya menambah daftar tragedi dalam sejarah penerbangan modern, tetapi juga memperkuat citra bahwa masalah terbaru Boeing belum terselesaikan. Dari aspek teknis, keuangan, hingga operasional, perusahaan raksasa ini tengah berjalan di atas garis tipis.

    Dalam dunia penerbangan yang menuntut keamanan dan presisi tinggi, kesalahan sekecil apa pun bisa berujung pada kehilangan nyawa dan reputasi.

    Setelah kecelakaan Air India 787 Dreamliner, Boeing kini semakin berada dalam situasi yang sulit. Namun, pilihan itu tetap ada, yakni bangkit melalui perbaikan mendalam atau terus terpuruk dalam bayang-bayang kegagalan.